Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OLEH:

Zaida Sartaningsih : E1F022071


Septa Nuriana Dewi : E1F022065
Giskatul mawadah : E1F022093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun
agar lebih baik lagi kedepannya. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Mantaram, 04 September 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah....................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................2

1.4 Batasan masalah.......................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia.............................................................3

2.1 pengertian Negara....................................................................................3

2.2 pengertian konstitusi................................................................................3

2.3 UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara....................................................4

B. Dinamika dan tantangan konstitusi di Indonesia.......................................................6

3.1 pengertian dinamika.................................................................................6

3.2 pengertian tantangan................................................................................6

3.3 pengertian konstitusi................................................................................6

3.4 dinamika dan tantangan konstitusi di indonesia.......................................8

C Perilaku konstitusional warga negara.....................................................................11

4.1 pengertian konstitusi................................................................................11

4.2 pengertian konstitusional dan inkonstitusional........................................11

4.3 penerapan perilaku konstitusional............................................................12

4.4 contoh perilaku konstitusional dan inkonstitusional................................13

ii
BAB 3 PENUTUP

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada suatu Negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena konstitusi merupakan
suatu syarat untuk mendirikan dan membangun suatu Negara yang merdeka dan
merupakan suatu kerangkan kehidupan politik yang pertamakali dibangun ketika
peradaban dunia dimulai.

Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD 1945,
konstitusi RIS, UUD1945 hasil amademen. Konnstitusi Negara tidak hanya sekedar
sebuah teks yang tertuang dalam suatu naskah, konstitusi diharapkan bisa ditanamkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara atau benar-benar harus ditaati dan
dijalankan oleh segenap komponen bangsa.

Adapun ciri-ciri pemerintahan yang konstitusional diantaranya adalah memperluas


partisipasi politik, memberi kekuasaan legislatif pada rakyat, menolak pemerintahan
otoriter dan sebagainya

Perilaku konstitusional adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya


berpijak pada aturan-aturan penyelenggaraan bernegara yang tertuang dalam UUD
1945. Namun yang terjadi sekarang ini perilaku konstitusional sudah Tidak lagi
ditegakkan oleh masyarakat. Oleh karena itu perilaku konstitusional wajid dimiliki
dan diterapkan oleh semua warga Negara, karena perilaku konstitusional dapat
menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan hukum.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah pengertian negara?


2. Apa saja pengertian konstitusi?
3. Bagaimanakah UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan dinamika?
5. Apa yang dimaksud dengan tantangan?
6. Apa yang dimaksud dengan konstitusi?

1
7. Bagaimana dinamika dan tantangan konstitusi di indonesia?
8. Apakah pengertian konstitusi?
9. Apakah pengertian perilaku konstitusional dan perilaku inkostitusional ?
10. Bagaimana cara menerapkan sikap konstitusional dalam kehidupan sehari-hari
11. Apa sajakah contoh perilaku konstitusional dan inkostitusional

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian negara


2. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
3. Untuk mengetahui UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dinamika, tantangan dan
konstitusi
5. Untuk mengetahui bagaimana dinamika dan tantangan konstitusi di indonesia
6. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi
7. Dapat mengetahui pengertian perilaku konstitusional dan perilaku
inkonstitusional
8. Dapat menerapkan sikap dan perilaku konstitusional dalam kehidupan sehari-
hari
9. Dapat mengetahui contoh perilaku konstitusional dan perilaku
inkonstitusional

1.4 Batasan masalah

Hanya pada:

1. UUD 1945 sebagai konstitusi indonesia


2. Dinamika dan tantangan konstitusi di indonesia
3. Perilaku konstitusi warga negara

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. UUD 1945 sebagai konstitusi indonesia

1.1 Pengertian Negara

Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan


kondisi masyarakat yang ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat
negara merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada
tahun 384-322 S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya
sebagai negara polis. Yang pada saat itu negara masih dipahami dalam suatu wilayah
yang kecil. Dalam pengertian itu negara disebut sebagai negara hukum, yang
didalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam permusyawaratan
(ecclesia). Oleh karena itu menurut Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak
bagi terselenggarannya negara yang baik, demi terwujudnya cita-cita seluruh
warganya

Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang


merupakan tokoh Katolik. Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civies Dei
yang artinya negara Tuhan, dan Civites Terrena atau civites Diaboli yang artinya
negara duniawi. Civites Tarrena ini ditolak Oleh Agustinus, sedangkan yang
dianggap baik adalah negara Tuhan atau Civies Dei. Negara Tuhan bukanlah negara
dari dunia ini. Melainkan jiwanya yang memiliki oleh sebagian atau beberapa orang
di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah Gereja
yang mewakili negara Tuhan bukanlah negara dari dunia ini. Melainkan jiwanya yang
dimiliki oleh sebagian atau beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun
yang melaksanakan negara adalah Gereja yang mewakili negara Tuhan. Meskipun
demikian bukan berarti apa yang diluar gereja itu terasing sama seklai dari Civites
Dei (Kusnardi, 1995)

1.2. Pengertian Konstitusi


Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara
adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara
biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal

3
yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar
bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus bentukan negara, kontitusi memuat
aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus
untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-
prinsip dasar hukum termasuk dalam bentuk struktur, prosedur, wewenang dan
kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada
pinjaman hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan
kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.

1.3. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara

Indonesia Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama
kali disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945
menempati tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah
kelompok aturan dasar / pokok Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai
Norma Dasar.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat
priode, yaitu sebagai berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal
aturan paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD
RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6
bab, 146 pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945

Khusus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian sebagai
berikut:

1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;

4
UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun
2001, dan tahun 2002) Amandemen tersebut adalah:
a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999

b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus


2000

c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November


2001

d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan


oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh
PPKI tersebut sebenarnya merupakan hasil karya BPUPK melalui siding-
sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10
Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya BPUPKI berupa rancangan
pembukaaan hukum dasar dari BPUPKI itulah yang selanjutnya
ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah mengalami perubahan
seperlunya oleh PPKI.

5
B. Dinamika dan tantangan konstitusi di Indonesia

3.1 Pengertian Dinamika

Secara harfiah dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika tentang benda-
benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakkannya, dinamika yang berasal dari
istilah dinamis yang berarti sifat atau tabiat yang bertenaga atau berkemampuan, serta
selalu bergerak dan berubah-ubah, menurut (Idrus 1996: 144).

Sedangkan Menurut Slamet Santoso (2009:5), dinamika berarti tingkah laku warga
yang satu secara langsung memengaruhi warga yang lain secara timbal balik, jadi
dinamika berarti adanya interaksi dan interdepedensi antara anggota kelompok yang
satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota
dengan kelompok secara keseluruhan.

Menurut Munir (20:16), dinamika adalah suatu sistem yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi unsur-unsur tersebut. Jika salah satu unsur sistem mengalami
perubahan, maka akan membawa perubahan pula pada unsurunsur lainnya.

Jadi Dinamika bisa dikatakan gerak atau kekuatan yang dimiliki oleh orang-
orang di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan ditata hidup
masyarakat yang bersangkutan. Dengan adanya konflik, masyarakat melakukan pola
perubahan dalam mempertahankan hidupnya untuk menghindari adanya kepunahan
berupa materi dan non materi.

3.2 Pengertian Tantangan

Tantangan adalah sebuah usaha yang bertujuan untuk menyerukan


kemampuan suatu bangsa atau negara. Tantangan suatu negara yaitu usaha yang
dilakukan oleh suatu negara untuk menggugah masyarakat atau warganya untuk
menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tantangan menjadi suatu hal dan
hambatan suatu negara. Tetapi juga bisa menjadi suatu hal menuju proses untuk
menjadi lebih baik.

3.3 Pengertian konstitusi

Pengertian konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian yang luas, arti


konstitusi secara meluas merupakan sejumlah aturan dasar dan ketentuan hukum yang
dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan, termasuk dasar

6
hubungan kerja sama antara Negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Terdapat pandangan beberapa ahli mengenai pengertian konstitusi, yaitu:

1. E.C. Wade, Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok
dari badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan
tersebut.

2. KC. Wheare, Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara


yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk an mengatur pemerintahan negara.

3. Herman Heller Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu:

a.Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang mencerminkan


kehidupan politik masyarakat.

b.Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan kesatuan kaidah yang
hidup di dalam masyarakat.

c.Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah
sebagai undang-undang.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada dua
pengertian konstitusi, yaitu:

1.Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum
dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang
mengatur mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu negara.

2.Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen yang
berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari ketatanegaran
suatu negara.

Setelah membahas tentang pengertian, untuk memahami peran konstitusi di Indonesia


kita harus memahami bagaimana kedudukan dan tujuan konstitusi dibuat. Kedudukan
konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat penting karena
menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-
aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat
dalam ketatanegaraan. Kedudukan tersebut sebagai hukum dasar sekaligus hukum
tertinggi.

7
3.4 Dinamika dan Tantangan Konstitusi di Indonesia

Konstitusi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini adalah Undang-Undang


Dasar 1945 yang berlaku mulai 5 Juli 1959, di mana konstitusi ini termasuk dalam
konstitusi tertulis. Pada paragraf sebelumnya dikatakan bahwa konstitusi Indonesia
telah mengalami beberapa perubahan dalam per kembangannya. Perubahan konstitusi
ini dilakukan bukan tanpa sebab yang tidak jelas, karena dalam pembahasan tentang
alasan mengapa konstitusi di Indonesia beberapa kali mengalami perubahan.
Sepanjang sejarah, Indonesia tercatat mengalami 4 kali perubahan konstitusi dalam
kurun waktu yang cukup singkat.

Konstitusi Masa Berlakunya UUD NRI 1945.

18 Agustus 1945 sampai dengan Agustus (Masa Kemerdekaan) 1950, dengan catatan,
mulai 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus hanya berlaku di wilayah RI
Proklamasi Konstitusi RIS 1949, 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950
UUD NRI 1945 (Masa Orde Lama)

5 Juli 1959 sampai dengan 1965 UUD NRI 1945 (Masa Orde Baru) 1966 sampai
dengan 1998

Negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter yang sangat hebat. Krisis
ekonomi dan moneter pada pertengahan 1967 yang melanda Indonesia ketika itu
merupakan suatu tantangan yang sangat sulit. Akibat dari krisis tersebut adalah harga-
harga melambung tinggi, sedangkan daya beli masyarakat terus menurun. Sementara
itu nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama Dolar Amerika, semakin
meningkat. Untuk menyikapi kondisi seperti itu, pemerintah berusaha
menanggulanginya dengan berbagai kebijakan. Namun kondisi ekonomi tidak
kunjung membaik. Bahkan semakin hari semakin bertambah parah.

Krisis yang terjadi meluas pada aspek politik. Masyarakat mulai tidak lagi
mempercayai pemerintah. Maka timbullah krisis kepercayaan pada Pemerintah.
Gelombang unjuk rasa secara besar-besaran terjadi di Jakarta dan di daerah-daerah.
Unjuk rasa tersebut digerakkan oleh mahasiswa, pemuda, dan berbagai komponen
bangsa lainnya. Pemerintah sudah tidak mampu lagi mengendalikan keadaan. Maka
pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya.
Berhentinya Presiden Soeharto menjadi awal era reformasi di tanah air. Pada awal era
reformasi, muncul berbagai macam reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut

8
disampaikan oleh berbagai komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan pemuda.
Berikut beberapa kebutuhan reformasi itu adalah:

a.mengamandemen UUD NRI 1945.

b.menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik


Indonesia.

c.yaitu supremasi hukum, hak asasi manusia (HAM), serta pemberantasan


korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

d.mewujudkan kebebasan pribadi.

e.mewujudkan kehidupan demokrasi.

f.melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah.

Adanya landasan tersebut bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memadai untuk
landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan pandangan
HAM. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang
menimbulkan beragam tafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara
yang otoritatif, sentralistik, tertutup, dan tumbuhnya praktik korupsi kolusi, dan
nepotisme (KKN). Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang menyebabkan
timbulnya kemerosotan kehidupan nasional. Salah satu bukti tentang hal itu adalah
terjadinya krisis dalam berbagai bidang kehidupan (krisis multidimensional).
Tuntutan perubahan UUD NRI 1945 merupakan suatu terobosan yang sangat besar
atau tidak ada perubahan pada era sebelumnya.

Sikap politik yang dilakukan oleh MPR bertekad untuk tidak mengubah UUD NRI
1945. Jika tetap mengubah UUD NRI 1945, terlebih dahulu harus dilakukan
referendum dengan persyaratan yang ketat. Karena persyaratannya yang sangat ketat
maka kecil kemungkinan untuk berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan
bersama bangsa Indonesia.

9
Berdasarkan hal itu hasil MPR Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang
diatur dalam Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam empat kali perubahan, yakni:

a. Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999

b. Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000

c. Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001

d. Perubahan Keempat pada Sidang Tahunan MPR 2002

Proses Perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR:

Sampai saat ini perubahan yang dilakukan terhadap UUD NRI 1945 sebanyak empat
kali yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan yang dilakukan saat
menyesuaikan diri dengan tantangan dan tantangan yang dihadapi itu. Persoalan
bangsa dan tantangan yang dihadapi saat itu tentunya berbeda dengan masa awal
reformasi.

10
C. Perilaku konstitusi warga negara

4.1 Pengertian konstitusi

Konstitusi mencakup keseluruhan peraturan, baik yang tertulis maupun yang


tidak tertulis. Konstitusi juga mengatur tatacara yang memandang bagaimana suatu
pemerintah menyenggarakan pemerintahan dalam suatu Negara. Adapun undang-
undang merupakan naskah tertulis yang merupakan undang-udang tertinggi yang
berlaku dalan suatu Negara. Secara isi konstitusi dalam bentuk undang-undang dasar
merupakan peraturan yang bersifat fundamental. Hal ini berarti konstitusi hanya
memuat hal-hal yang bersifat pokok, dasar, dan asas-asas saja.

Menurut usep ranawidjaya (pakar hukum Negara), konstitusi memiliki dua


pengertian, yaitu konstitusi dalam arti luas dan konstitusi dalam arti sempit.

a) Konstitusi dalam arti luas mencakup segala ketentuan yang berhubungan


dengan keorganisasian Negara, baik yang terdapat dalam undang-undang
dasar, undang-undang organick, peraturan perundangan lainya.
b) Konstitusi dalam arti sempit dapat diartikan undang-undang dasar saja

4.2 Pengertian konstitusional dan inkonstitusional

Perilaku konstitusional diartikan sebagai perilaku yang sesuai dangan


konstitusi sebuah Negara. Perilaku konstitusional adalah segala tindakan atau
perilaku seseorang maupun penguasa berupa kebijakan yang dipatuhi atau di
dasarkan konstitusi.

Perilaku inkonstitusional adalah perilaku yang tidak sesuai dan bertentangan atau
menyimpang dari konstitusi Negara.

Sebagai warga Negara yang baik adalah warga Negara yang memiliki kesetiaan
terhadap bangsa dan Negara. Oleh sebab itu, setiap warga Negara harus dan wajib
untuk memiliki perilaku positif terhadap konstusi, yang artinya berperilaku peduli
atau memperhatikan konstitusi dengan mempelajari isinya, mengkaji maknanya,
melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan mengamalkan dalam

11
kehidupan, dan berani menegakan jika konstitusi dilanggar. Perilaku konstitusional
wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga Negara, karena perilaku
konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan
hukum.

4.3. Penerapan perilaku konstitusional

Agar perilaku Konstitusional dapat tercipta maka harus dilandasi dengan sikap yang
positif terhadap UUD 1945. Warga Negara yang mendukung berlakunya UUD 1945
akan sangat mempengaruhi sikap konstitusional dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Agar perilaku konstitusional dapat dijalankan dengan baik oleh setiap
warga negara, maka perlu adanya kesadaran dalam setiap diri warga negara.

Pentingnya perilaku konstitusional adalah agar amanah konstitusi dapat dilaksanakan


dengan baik sehingga konstitusi itu sendiri akan bernilai normatif, yakni aturan-
aturan dalam konstitusi dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, dijunjung
tinggi, serta dilaksanakan sepenuhnya.

Penerapan Perilaku Konstitusional·

a. Bersikap Terbuka

Sikap terbuka merupakan sikap apa adanya berdasarkan apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, dan dilakukan. Sikap ini sangat penting dilakukan agar dapat
menghilangkan rasa curiga dan salah paham sehingga kita dapat menumbuhkan rasa
saling percaya dan kerja sama menciptakan sikap toleransi dan kerukunan hidup.
Dengan sikap terbuka terhadap konstitusi Negara, kita bisa belajar untuk memahami
keberadaan kita sebagai warga Negara yang akan melaksanakan ketentuan-ketentuan
penyelenggara Negara dengan seoptimal mungkin.

b. Mampu mengatasi masalah

Sikap ini penting untuk di kembangkan karena akan membentuk kebiasaan


menghadapi masalah, sehingga kalau sebelumnya hanya menjadi penonton,
pengkritik atau menyalahkan oranglain, sekarang menjadi orang yang mampu
memberi jalan keluar. kemampuan untuk mengatasi masalah konstitusi negara akan
memberikan iklim dan suasana yang semakin baik dalam menata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

12
c. Menyadari Adanya Perbedaan

Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki masyarakat yang
sangat beragam sehingga tertanam istilah bhineka tunggala ika ( berbeda-beda namun
tetap satu). Perbedaan harus diterima sebagai suatu kenyataan masyarakat di sekitar
kita baik agama, suku bangsa, adat istiadat, dan budayanya. Dengan bersikap seperti
ini akan memudahkan kesatuan dan persatuan Bangsa.·

d. Memiliki Harapan Realistis

Negara Indonesia dengan wilayah yang luas dan jumlah penduduk terbesar keempat
didunia memiliki permasalahan yang lebih kompleks dalam berbagai sektor
kehidupan. Dalam penyelenggara kehidupan Negara, sangat penting bagi warga
Negara untuk mampu memahami situasi dan kondisi Negara dalam kebijakan yang
diambil, sehingga dalam keputusan nanti akan menghasilkan sesuatu yang
bermamfaat bagi semua warga negara.

e. Penghargaan Terhadap Karya Bangsa Sendiri

Bangsa Indonesia harus bangga terhadap hasil karya bangsa sendiri. Salah satu karya
bangsa untuk kelangsungan kehidupan bangsa Indonesia adalah “ kemerdekaan dan
kedaulatan bangsa” dalam penyelenggaraan Negara. Karena bangsa lain akan
menghargai bangsa kita setelah kita menghargai bangsa sendiri.

f. Mau menerima dan memberi umpan balik

Kesadaran untuk tunduk dan patuh terhadap konstitusi Negara sangat diperlukan
dalam rangka menghormati produk-produk konstitusi yang dihasilkan oleh para
penyelenggara Negara.

4.4 Contoh perilaku konstitusional

Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga


negara, karena perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaaan yang tertib,
disiplin, dan sesuai dengan hukum.

Contoh Perilaku Konstitusional Warga Negara:

1.Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain.

13
2.    Mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku, baik peraturan lalu lintas,
sekolah, dan lain sebagainya.

3.    Tidak main hakim sendiri.

4.    Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

5.    Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu permasalahan.

6.    Mengembangkan sikap sadar dan rasional.

7.    Menjalin persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan.

8.    Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan bebas, serta
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

9.    Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan suara, tidak


dengan money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.

10. Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan dengan kekerasan,


infiltrasi, atau revolusi.

11.  Membayar pajak tepat waktu

12. Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan kemampuan, hak dan


kewajiban.

13. Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat.

Berikut adalah contoh perilaku inkonstitusional yang perlu dihindari dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara :

1. Melanggar apa yang menjadi isi Konstitusi atau melanggar aturan dan norma yang
telah ditetapkan di dalam konstitusi.

2. Menyalahgunakan konstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok, ataupun


untuk memperkaya diri sendiri (korupsi).

14
Perilaku konstitusional harus dilaksanakan oleh penyelenggara dan warga negara
secara seimbang. Untuk mengembangkan perilaku konstitusional, pertama kali
dengan mengetahui dan memahami aturan-aturan penyelenggaraan negara yang
tecantum dalam UUD 1945. Oleh karena itu, sosialisasi UUD 1945 kepada seluruh
warga negara harus dilaksanakan secara efektif melalui kegiatan pembelajaran di
sekolah.

15
BAB III

A. Kesimpulan

Pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat


yang ada saat itu, para ahli filsafat negara pada zaman Yunani kuno merumuskan
pengrtiann Negara secara beragam.

Dalam perkembangannya Indonesia telah mengalami beberapa perubahan.


Bukan tanpa sebab perubahan konstitusi ini adalah tuntutan dari masyarakat yang
tidak percaya lagi kepada pemerintah, sehingga dalam hal ini peran pemerintah di
butuhkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Pemerintah diharapkan bisa
membuat kebijakan seadil-adilnya sehingga kebiijakan tersebut dapat dirasakan oleh
setiap masyarakat Indonesia.

Perilaku konstitusional yaitu perilaku yang sesuai dengan konstitusi Negara.


Sebaliknya perilaku inkonstitusional adalah perilaku yang tidak sesuai dengan
konstitusi Negara. Untuk mewujudkan perilaku konstitusional harus dilandasi dengan
sikap yang positif terhadap UUD 1945. Pentingya prilaku konstitusional agar amanah
konstitusi dapat dilaksanakan dengan baik, dalam menerapakan perilaku konstitusi
kita harus bersikap terbuka, mampu mengatasi masalah, sadar akan adanya
perbedaan, memiliki harapan realistis, memberi penghargaan terhadap karya bangsa
serta mampu menerima dan memberi umpan balik. Perilaku konstitusional wajib
dimiliki oleh semua warga Negara, karena perilaku konstitusional ini dapat
menciptakan keadaan yang tertib, disiplin sesuai dengan aturan yang berlaku.

Perilaku inkonstitusional perlu dihindari dalam kehidupan berbangsa dan benegara.


Karena perilaku inkonstitusional itu melanggar dari isi konstitusi atau melanggar
aturan dan norma yang ada, perilaku inkonstitusional dapat disalah gunakan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok.

16
DAFTAR PUSTAKA

Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa, Bandung:
PT Refika Aditama, 2015.

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi , Yogyakarta:


Paradigma, 2016.

Lubis Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: AKASHA SAKTI,


2018.

Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di


Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007

M.Si ismail Dr. Drs, M.Si Sri Hartati Dra, Konsep Dasar Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara, 2019 hlm.86

Darmodiharjo, Darji. 1991. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional. Dwi,


Chandra Vina. DINAMIKA KONSTITUSI DI INDONESIA.

Nasution, Adnan Buyung. 1995. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia.

Jakarta: Grafiti. Nurwardani, Paristiyanti,dkk.2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib


Umum Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Santoso, Muhammad Agus 2013. Perkembangan konstitusi di Indonesia. Samarinda


jilid 2 no 3 Yusron. Pengertian Tantangan Bagi Negara Indonesia dan Jenis-
Jenisnya. https://belajargiat.id/tantangan-bagi-negara.

Lukman surya saputra, buku pendidikan kewarganegaraan2-menumbuhkan


nasionalisme dan patriotisme, penerbit departemen pendidikan nasional tahun 2009.
Hlm.29/pengertian konstitusi.

Yusrina Zata yummi, https://www.scribd.com/documennt/367924023/perilaku-


konstitusional-k3

17

Anda mungkin juga menyukai