Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NEGARA DAN KONSTITUSI

Dosen Pengampu : Muhammad Amar,S.Pd.,M.Pd


Kelompok 2
NAMA NIM
Ika Agustina : 220222011
Marlinda : 220222012
Sri Wahyuni : 220222013
Sukmawati : 220222014

Sumarni : 220222015
: 220222016
Wahdaniah 220222017
:
: 220222018
Asriani Putri
220222019
:
Hafsat Umayya

Astia Rustan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDY ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

i
2023/2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Negara dan Konstitusi”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Muhammadiyah Sinjai.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Sinjai 17,Mei 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Sampul ................................................................................................................................i

Kata Pengantar ....................................................................................................................ii

Daftar Isi .............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................4

A. Latar Belakang ........................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................4
C. Tujuan Pemulisan ...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................5

A. pengertian Negara dan Konstitusi ...........................................................................5


B. UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia ...................................7
C. sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi Konstitusi Republik Indonesia..............11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................12

A. Kesimpulan .............................................................................................................12
B. Saran .......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum negra dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan
ide demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk.
Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu negara. Dasar-dasar penyelenggaraan
bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai hukum dasar. Negara yang berlandaskan
kepada suatu konstitusi dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat
dikatakan secara ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut
harus memenuhi sifat-sifat dan ciri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi negara tersebut
harus menganut gagasan tentang konstitusionalime. Konstitusionalime sendiri
merupakan suatu ide, gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara
dan konstitusi pada bab ini terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi negara, UUD
1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia, dan sistem ketatanegaraan
Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar
belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan
kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kesatuan sosial yang
disebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian Negara dan Konstitusi?
2. Bagaimanakah UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia?
3. Mengapa sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi Konstitusi Republik
Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Negara dan Konstitusi
2. Untuk mengetahui UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia
3. Untuk mengetahui sistem ketatanegaraan Indonesia sebagai Konstitusi
Republik Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara dan Konstitusi


 Pengertian Negara
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan
kondisi masyarakat pada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara
merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun
384-322 S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai
negara polis. Yang pada saat itu masih dalam suatu wilayah yang kecil. Dalam
pengertian itu negara tersebut sebagai negara hukum, yang didalamnya terdapat
sejumlah warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu
menurut Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara
yang baik, demi terwujudnya cita-cita seluruh warganya.
Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang
merupakan tokoh Katolik. Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civitas Dei
yang artinya negara Tuhan, dan Civites Terrena atau civites Diaboli yang artinya
negara duniawi. Civites Tarrena ini ditolah oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap
baik adalah negara Tuhan atau Civies Dei. Negara Tuhan bukanlah negara dari dunia
ini. Melainkan jiwanya yang memiliki oleh sebagian atau beberapa orang di dunia ini
untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah Gereja yang mewakili
negara Tuhan. Meskipun demikian bukan berarti apa yang diluar gereja itu terasing
sama sekali dari Civites Dei (Kusnardi, 1995).
Berbeda dengan konsep penelitian Negara menurut kedua tokoh pemikir
negara tersebut, Nicollo Machiavelli (1469-1527), yang merumuskan Negara sebagai
negara kekuasaan, dalam bukunya ‘II prin ciple’ yang dahulu merupakan buku
referensi pada raja. Machievelli memandang negara dari sudut kenyataan bahwa
dalam suatu negara harus ada sesuatu yang dimiliki oleh seseorang pemimpin negara
atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan negara tidak mungkin hanya
mengandalkan kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau kesusilaan. Kekacauan
timbul dalam suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara. Bahkan yang lebih
terkenal lagi ajaran Machiavelli. Tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara.
Akibat ajaran ini muncullah berbagai praktek pelaksanaan kekuasaan negara yang

5
otoriter, yang jauh dari nilai-nilai moral. Berikut ini konsep pengertian negara modern
: Roger H. Soultou, mengemukakan bahwa negara adalah alat-alat agency atau
wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas
nama masyarakat.
Karakteristik Negara Indonesia memiliki suatu identitas untuk melambangkan
keagungan suatu negara. Seperti negara Indonesia yang memiliki identitas yang dapat
menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia. Identitas Indonesia
menjadi bangsa Indonesia sebagai pemersatu dan simbol kehormatan negara. Selain
itu identitas Nasional menjadikan negara Indonesia yang bermartabat di antara
negara-negara lain yang memiliki beragam kebudayaan, agama, dan memiliki jiwa
toleransi maupun solidaritas yang tinggi.

 Pengertian Konstitusi

Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitution) dalam negara


adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara
biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal
yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar
bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat
aturan dan prinsip-prinsip identitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara
khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik,
prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentuk struktur, prosedur, wewenang
dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi merujuk pada
pinjaman hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada
seluruh hukum yang mendifinisikan fungsi pemerintahan negara.

Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan peraturan


baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat mengenai cara
penyelenggaraan suatu pemerintahan. Istilah konstitusi pada umumnya
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memenuhi negara. Peraturan
perundang-undangan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang
berwenang dan ada yang tidak tertulis berupa kebiasaan dalam praktik
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini
merajuk pada peraturan ketatanegaraan baik tertulis maupun tidak tertulis.
6
Terdapat beberapa definisi konstitusi dari para ahli, yaitu :

1. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi dua yaitu :


a. Konstitusi dalam pengertian politik sosiologi. Konstitusi
mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan.
b. Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam
masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum
konstitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian yuridis.
2. James Bryce, konstitusi adalah suatu kerangka masyarakat politik (negara)
yang diorganisir dengan dan melalui hukum.

Konstitusi atau undang-undang yang dianggap sebagai perwujudan dari hukum


tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara sekalipun. Hal ini
sesuai dengan dalil “Goverment by law, not by men” (pemerintahan berdasarkan
hukum, bukan oleh manusia). Pada permulaan abad ke-19 dan awal abad ke 20,
gagasan mengenai konstitusionalisme, (kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar
warga negara). Mendapatkan perumusan secara yuridis.

B. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia


Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945.
Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati
tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok
aturan dasar / pokok Negara yang berbeda dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.
1. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat
periode, yaitu sebagai berikut :
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4
pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periose 27 Desember 1949-7 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS.
UUD RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.

7
c. Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUD 1950 terdiri atas 6
bab, 146 pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juli 1959-sekarang kembali berlaku UUD 1945.
Khusus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian
berikut :
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan
2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000,
tahun 2001, dan tahun 2002)
Amandemen tersebut adalah :
a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19
Oktober 1999
b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18
Agustus 2000
c) Amandemen ke-4 pada sidang tahunan MPR, disahkan 10
November 2001
d) Amandemen ke-4 pada sidang tahunan MPR, disahkan 10
Agustus 2002.

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh


PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut
sebenarnya merupakan hasil karya BPUPK melalui sidang-sidangnya dari tanggal 29
Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli sampai 16 Juli 1945. Hasil karya
BPUPKI berupa rancangan pembentukan hukum dasar dari BPUPKI itulah yang
selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah mengalami perubahan
seperlunya oleh PPKI.

Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 19 Agustus 1945 yang


menghasilkan 3 keputusan penting, yaitu sebagai berikut:
1) Mengesahkan rancangan pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar
sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad hatta sebagai Presiden dan wakil
presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk
membentuk presiden.

8
Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar ini berlangsung
sangat singkat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan
keinginan untuk segera membentuk konstitusi Negara maka penetapan UUD 1945
berjalan dengan lancar.

Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal kecil saja, bukan masalah yang
mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan hukum sadar
yang dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara lain :

a. Istilah “hukum dasar” diganti menjadi “undang-undang dasar”


b. Kata “mukadimah” diganti menjadi “pembukaan”
c. “dalam suatu hukum dasar” diubah menjadi “ dalam suatu undang-undang
dasar”
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada
e. Rumusan “ketuhanan dengan kwajiban menajalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diagnti menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI
dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Pengesahan pembukaan UUD Neagar Republik Indonesia yang terdiri dari 4
alinea
b. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
terdiri atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan
tambahan.

Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negra Indonesia yang
terdiri atas dua bagian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-
pasalnya. Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang
dibuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946.
Berdasarkan hal itu maka Naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II
No. 7 tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas :

a. Pembukaan
b. Batang tubuh
c. Penjelasan.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya
berlaku dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27

9
Desember 1949. Sejak 27 Desember diberlakukannya Undang-undang dasar baru
disebut konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua
yang berlaku diindonesia adalah Konstitusi Republik Indonesia 18 Agustus 1945 tetap
berlaku hanya disalah satu Negara bagian RIS yaitu Negara Republik Indonesia (RI)
yang beribu kota di Yogyakarta. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau
UUD RIS 1949 berlaku tanggal 17 Desember 1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950,
bangsa Indonesia kembali kebentuk Negara kesatuan. Dengan demikian, UUD RIS
1949 tidak diberlakukan lagi. Periode berlakunya UUD RIS 1949 dari tanggal 27
Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, oleh Moh. Yamin disebut konstitusi II.
1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat
2. Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.

Beberapa ketentuan pokok dalam UUD RIS 1949 antara lain :

a. Bentuk negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan adalah


republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlementer. Dalam sistem pemerintahan ini,
kepala pemerintahan dijabat oleh seorang perdana mentri, perdana mentri
pada saat itu adalah Moh. Hatta.
Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai
pengganti dari UUD RIS 1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan
yang diungkapkan dalam Undang-Undang Federal No. 7 tahun 1950 tentang
perubahan konstitusi republik Indonesia. Konstitusi inilah yang menyusun Undang-
undang dasar yang bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas :
1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat
2. Betang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal
3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik
4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950
5. Adanya badan konstituente yang akan menyusun undang-undang dasar tetap
sebagai pengganti dari UUDs 1950.
Undang-undang dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya.
Situasi ini kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai berikut :
1. Menetapkan pembubaran konstituante
2. Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya bagi UUDS 1950

10
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.

C. Sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi Konstitusi Republik Indonesia


Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut.
1. Bentuk negara adalah kesatuan
Undang-undang dasar 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan Negara
Indonesia Adalah kesatuan bukan serikat atau federal. Dasar penetapan ini
tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia
ialah negara kesatuan,yang berbentuk Republik”
2. Bentuk pemerintah adalah republik
UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintah Indonesia adalah republik
bukan monarki atau kerajaan. Yang tertuang pada pasal 1 ayat (1) UUD 1945
yang menyatakan “Negara Indonesia adalah negara kesatuan,yang berbentu
republik”. Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa “Kesatuan” adalah
bentuk negara,sedangkan “Republik” adalah bentuk pemerintah.
3. Bentuk pemerintah adalah presidensial
Berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945,Indonesia menganut sistem
pemerintah presidensial. Secara teoritis,sistem pemerintah dibagi dalam dua
klafikasi besar,yaitu sistem pemerintahan perlementer dan sistem pemerintah
presidensial.
4. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat
Rakyat adalah pemegang kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam negara
demokrasi. Bila pemerintah telah mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin
penyelenggaraan bernegara,maka pemerintah tersebut sah. Dalam sistem
demokrasi,posisi rakyat sama tingginya dihadapan hukum dan pemerintah. Rakyat
memiliki kedaulatan yang sama,baik kesamaan untuk memilih dan dipilih.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan
kondisi masyarakat pada saat ini. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat negara
merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun
384-322 S.M.,merumuskan negara dalam bukunya Politica,yang disebutkan sebagai
negara polis. Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin:constitution) dalam
negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintah
negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur
hal-hal ang terperinci,melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi
dasar bagi peraturan-peraturan lainnya.
Konstitusi negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tatasusunan
Peraturan Perundang-undangan Negara,UUD 1945 menempati tempatan tertinggi.
Amandemen (amendtmendt) artinya perubahan. Perubahan yang dilakukan
merupakan ada atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap
berlaku. Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari
konstitusinya.
B. Saran
Mungkin inilah makalah dari kelompok kami,meskipun masih jauh dari kata
kesempurnaan,minimal dapat mengimplementasikan tulisan ini, masih banyak
kesalahan penulisan dari makalah ini, maka saya juga butuh kritik dan saran agar
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arafat, L. M. (2018). Pembelajaran PPKn di SD/MI. In A. SAKTI. Medan.

Kaelan. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan tinggi. In Paradigma.


Yogyakarta.

Kaswan, E. S. (2015). Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa. In P. R. Aditama.


Bandung.

Winarno. (2007). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan panduan kuliah di


Perguruan Tinggi. In P. B. Aksara. Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai