Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP KONSTITUSI

Disusun guna memenuhi tugas kuliah Civic Education

Dosen pengampu Rizwan Martiadi, S.IP.,M.Pd

Disusun oleh :

1. Akhmad Sobirin
2. Muhammad Noor Alim
3. Ningrum Marwati
4. Rokhadatul Ais

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI SABILI BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini membahas Konsep Konstitusi sehingga pembaca dapat lebih memahami
tentang agama islam. Makalah ini disusun dari beberapa sumber sehingga mudah-mudahan
dapat memuaskan pembaca. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah in idapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “ Konsep Konstitusi ” dan sengaja dipilih oleh dosen Civic
Education untuk kebutuhan nilai tugas kuliah kami

.Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penyusun
agar dapa tmenyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bandung, 12 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Konsep Konstitusi ....................................................................................................................... 3
B. Sejarah Lahirnya Perkembangan di Indonesia ............................................................................ 4
Perkembangan Konstittusi di Indonesia.............................................................................................. 6
C. Urgensi Konstitusi Bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.................................................. 8
D. Mengkritisi Perubahan UUD NRI 1945 .................................................................................... 10
BAB III................................................................................................................................................. 14
PENUTUP............................................................................................................................................ 14
Kesimpulan ....................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai denganide
demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu
konstitusi dinamakan Negarakonstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara
ideal sebagai Negarakonstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi
sifat-sifat dancirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut
gagasantenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu
ide,gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi padabab
ini terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagaiKonstitusi
Negara Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.Manusia hidup bersama
dalam berbagai kelompok yang beragam latarbelakangnya. Mula-mula manusia hidup
dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkankepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia
hidup dalam kestuan sosial yangdisebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa.
Bangsa adalah kumpulanmasyarakat yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan
tumbuh kembangnyabangsa, terdapat berbagai teori besar dari para ahli untuk
mewujudkan suatubangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri. Istilah bangsa
memiliki berbagaimakna dan pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa merupakan
terjemahan darikata “nation” (dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna keturunan
atau bangsa.

1
B. Rumusan Masalah

a. Konsep Konstitusi
b. Sejarah lahirnya perkembangan di Indonesia
c. Urgensi konstitusi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
d. Mengkritisi perubahan UUD NRI 1945

C. Tujuan Pembahasan

a. Memberikan penjelasan secara terperinci terkait dengan konsep konstitusi


b. Menjelaskan, mendeskripsikan sejarah lahirnya perkembangan di Indonesi
c. Menjelaskan, menyebutkan Urgensi konstitusi bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara
d. Menyampaikan tanggapan terkait UUD NRI 1945

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Konstitusi

Secara umum, konstitusi memiliki 2 jenis berdasarkan bentuknya. Kedua jenis konstitusi
tersebut merupakan jenis konstitusi yang tertulis dan jenis konstitusi yang tidak tertulis.
Berdasarkan Modul Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII yang terbit oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017 menjelaskan tentang 2 jenis konstitusi beserta
contohnya, seperti berikut.

1. Konsep Tertulis

Konstitusi tertulis merupakan sekumpulan aturan pokok dasar negara, bangunan negara
dan tata negara yang mengatur perikehidupan satu bangsa di dalam persekutuan hukum
negara.Berikut ini adalah beberapa contoh konstitusi tertulis yang pernah digunakan negara
Indonesia, di antaranya yaitu:

 UUD 1945
 UUD RI
 UUD Sementara

2. Konsep Tidak Tertulis

Konstitusi yang tidak tertulis dapat juga disebut sebagai konvensi. Konvensi sendiri
memiliki pengertian sebagai kebiasaan sistem tata negara yang sering ada dalam sebuah
negara.Berikut ini adalah beberapa contoh konstitusi tertulis yang pernah digunakan negara
Indonesia, di antaranya yaitu:

 Keputusan di MPR diambil dan diputuskan berdasarkan musyawarah secara mufakat.


 Pidato Presiden pada sidang paripurna DPR setiap tanggal 16 Agustus 1945, dan
Pidato Presiden sebelum MPR melakukan sidang. Presiden sebagai kepala negara
telah menyiapkan bahan-bahan untuk sidang umum MPR yang akan datang.
 adat istiadat

3
B. Sejarah Lahirnya Perkembangan di Indonesia

Sebenarnya. konstitusi (constitution) berbeda dengan Undang-Undang


Dasar (Grundgezets), dikarenakan suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai
konstitusi pada negara-negara modern sehingga pengertian konstitusi itu kemudian
disamakan dengan Undang-Undang Dasar. Kekhilafan ini disebabkan oleh pengaruh faham
kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum ditulis, demi mencapai kesatuan
hukum, kesederhanaan hukum dan kepastian hukum. Begitu besar pengaruh faham
kodifikasi, sehingga setiap peraturan hukum karena penting itu harus ditulis, dan konstitusi
yang ditulis itu adalah Undang-Undang Dasar.

Secara umum terdapat dua macam konstitusi yaitu :


1) Konstitusi tertulis dan
2) Konstitusi tak tertulis.

Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang


Dasar (UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang
dan cara bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia.
Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis adalah
Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-lembaga
kenegaraan dan semua hak asasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga tersebar di
berbagai dokumen, baik dokumen yang relatif baru maupun yang sudah sangat tua seperti
Magna Charta yang berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi manusia
rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai dokumen
atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka Inggris masuk dalam kategori
negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.
Pada hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan
berdasarkan jenis-jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu
dibentuklah lembaga-lembaga negara. Dengan demikian, jenis kekuasaan itu perlu ditentukan
terlebih dahulu, baru kemudian dibentuk lembaga negara yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan jenis kekuasaan tertentu itu.
Beberapa sarjana mengemukakan pandangannya mengenai jenis tugas atau
kewenangan itu, salah satu yang paling terkemuka adalah pandangan Montesquieu bahwa

4
kekuasaan negara itu terbagi dalam tiga jenis kekuasaan yang harus dipisahkan secara
ketat. Ketiga jenis kekuasaan itu adalah :

1. Kekuasaan membuat peraturan perundangan (legislatif)


2. Kekuasaan melaksanakan peraturan perundangan (eksekutif)
3. Kekuasaan kehakiman (yudikatif).

Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau dipisahkan di dalam
konstitusi dikemukakan oleh van Vollenhoven dalam buku karangannyaStaatsrecht over
Zee. Ia membagi kekuasaan menjadi empat macam yaitu :

1. Pemerintahan (bestuur)
2. Perundang-undangan
3. Kepolisian
4. Pengadilan.

Van Vollenhoven menilai kekuasaan eksekutif itu terlalu luas dan karenanya perlu
dipecah menjadi dua jenis kekuasaan lagi yaitu kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan
kepolisian. Menurutnya kepolisian memegang jenis kekuasaan untuk mengawasi hal
berlakunya hukum dan kalau perlu memaksa untuk melaksanakan hukum.
Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Azas-azas Hukum Tata Negara di Indonesia
mendukung gagasan Van Vollenhoven ini, bahkan ia mengusulkan untuk menambah dua lagi
jenis kekuasaan negara yaitu kekuasaan Kejaksaan dan Kekuasaan Pemeriksa Keuangan
untuk memeriksa keuangan negara serta menjadi jenis kekuasaan ke-lima dan ke-enam.
Berdasarkan teori hukum ketatanegaraan yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa jenis kekuasaan negara yang diatur dalam suatu konstitusi itu umumnya terbagi atas
enam dan masing-masing kekuasaan itu diurus oleh suatu badan atau lembaga tersendiri
yaitu:

1. Kekuasaan membuat undang-undang (legislatif)


2. Kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif)
3. Kekuasaan kehakiman (yudikatif)
4. Kekuasaan kepolisian
5. Kekuasaan kejaksaan
6. Kekuasaan memeriksa keuangan negara

5
Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang
memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus
memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan
semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga
perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem
penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter
karena terjadi perubahan dalam konstitusinya.
Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi merupakan
suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan
negara yang diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan
aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai
perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa
sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan
keinginan semena-mena dan bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang
belaka.
Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek
ketatanegaraan di dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah bahwa
apabila suatu konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang berlaku
secara keseluruhan (penggantian konstitusi). Sistem ini dianut oleh hampir semua negara di
dunia. Sistem yang kedua ialah bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi yang
asli tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari
konstitusi yang asli tadi. Dengan perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau
menjadi bagian dari konstitusinya. Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.

Perkembangan Konstittusi di Indonesia


Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun
sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi
Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh
panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang
Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun

6
ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi
telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu
memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan
melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR
bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus
ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap
no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum)
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda
sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR
tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas
melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan
ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-Undang
yang pernah berlaku, yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

( Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)

Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru
ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia setelah mengalami beberapa proses.

2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950

( Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)


Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak
Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda
mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia
Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka
terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini
mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat.

7
Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku
untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)


Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan
perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945
menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama
karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa
dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata
sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara
kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan
untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang
dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite
nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada
tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17
Agustus 1950.

4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang

(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)


Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan
perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965
menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan
karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

C. Urgensi Konstitusi Bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Keberadaan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu


yang sangat krusial dan utama, karena tanpa konstitusi itu tidak menutup kemungkinan suatu
negara tidak akan terbentuk.

8
“In history, there is no state hence no constitution. This shows how urgent the constitution is
as a state apparatus. The constitution and the state are like two sides of a coin that cannot be
separated from each other.”
Konstitusi menjadi suatu yang urgen dalam tatanan kehidupan ketatanegaraan, karena
konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur organisasi negara serta hubungan
antara negara dan warga negara sehingga saling menyesuaikan diri dan saling bekerja sama.
Konstitusi atau UUD merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi
pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana
kekuasaan negara harus dijalankan.
Didalam negara, negara yang mendasarkan dirinya atas demokarasi konstitusional,
UUD mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak
warga negara akan lebih terlindungi.
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk
menajamin hak-hak warga negara. Hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk
hidup, kesejahteraan hidup, hak kebebasan. Secara umum dapat dikatakan bahwa eksitensi
konstitusi dalam suatu negara merupakan suatu keniscayaan, karena dengan adanya konstitusi
akan tercipta pembatasan kekuasaan melain pembagian wewenang dan kekuasaan dalam
menjalan negara. Selain itu, adanya konstitusi juga menjadi suatu hal yang sangat penting
untuk menajamin hak-hak asasi warga negara, sehingga tidak terjadi penindasan dan
perlakuan sewenang-wenang dari pemerintah. Konstitusi adalah sarana dasar untuk
mengawasi proses kekuasaan. oleh karena itu, setiap konstitusi mempunyai beberapa peranan
yaitu :

1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.


2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa, dan menetapkan bagi
penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka sehingga tidak terdapat kekuasaan
yang semena-mena.
3. Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada di lembaga-
lembaga negara.
4. dll.

9
D. Mengkritisi Perubahan UUD NRI 1945

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sebuah konstitusi, ditetapkan oleh para pendiri
Negara Republik Indonesia, pada tanggal 18 Agustus 1945. Undang-Undang Dasar 1945
bukan hanya merupakan dokumen hukum tetapi juga mengandung aspek pandangan hidup,
cita-cita, dan falsafah yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa dan menjadi landasan dalam
penyelenggaraan negara. Undang-Undang Dasar 1945, telah menunjukkan bahwa negara
Indonesia merupakan negara yang menganut konstitusionalisme, konsep negara hukum, dan
prinsip demokrasi.

Undang-Undang Dasar 1945 tidak dapat dipahami hanya melalui tekstual saja. Untuk
dapat memahami sungguh-sungguh, harus mengerti latar belakang filosofis, sosio-historis,
sosio-politis, sosio-yuridis, dan bahkan sosio-ekonomis yang mempengaruhi perumusan
Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.

Kerangka pemikiran (frame of reference), medan pengalaman (field of experience) dan


muatan kepentingan yang berbeda dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kehidupan setiap
kurun waktu dalam sejarah ketatanegaraan. Bahkan proses pemahaman terhadap suatu
ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dapat terus berkembang dalam praktik ketatanegaraan
dikemudian hari. Oleh karena itu, penafsiran terhadap Undang-Undang Dasar 1945 di masa
lalu, masa kini, dan di masa yang akan datang memerlukan rujukan standar yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya, sehingga Undang-Undang Dasar 1945 tidak
menjadi alat kekuasaan yang ditentukan secara sepihak oleh pihak manapun juga.

Sebelum dilakukan perubahan, kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber


hukum tertinggi memiliki sifat yang elastis karena hanya memuat hal-hal pokok yang
pengaturan lebih terincinya diserahkan kepada Undang-Undang dengan mengedepankan
semangat penyelenggaraan negara dan para pemimpin pemerintahan yang baik dalam
praktiknya. Akibatnya, sifat Undang-Undang Dasar 1945 yang elastis tersebut, dalam praktik
menimbulkan berbagai penafsiran terhadap rumusan pasal-pasal yang dimuatnya.

Berkenaan dengan hal tersebut, dan sejalan dengan tuntutan reformasi untuk mengubah
Undang-Undang Dasar 1945 yang didengungkan sejak pertengahan Tahun 1998, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) melalui sidang-sidangnya pada 3 Tahun 1999 sampai
dengan Tahun 2002 telah melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dalam
satu rangkaian perubahan yang sistematis, holistik, dan komprehensif.

10
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan Undang-Undang Dasar
1945, antara lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada


kekuasaan tertinggi di tangan MPR RI yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan
rakyat. Hal tersebut berakibat pada tidak terjadinya saling mengawasi dan
mengimbangi (check and balances) pada institusi-institusi ketatanegaraan. Penyerahan
kekuasaan tertinggi kepada MPR merupakan kunci yang menyebabkan kekuasaan
pemerintahan negara seakan-akan tidak memiliki hubungan dengan rakyat.
2. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada
pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut oleh UndangUndang
Dasar 1945 adalah domina eksekutif (executive heavy), yaitu kekuasaan yang dominant
berada di tangan Presiden. Pada diri Presiden terpusat kekuasaan menjalankan
pemerintaan (chief executive) yang dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang
lazim disebut hak prerogatif dan kekuasaan legislative karena memiliki kekuasaan
membentuk undang-undang. Hal itu tertulis jelas dalam Penjelasan Undang-Undang
Dasar 1945, yang berbunyi bahwa ―Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara
yang tertinggi di bawah Majelis‖. Dua cabang kekuasaan negara yang seharusnya
dipisahkan dan dijalankan oleh lembaga negara yang berbeda, tetapi nyatanya berada di
satu tangan (Presiden) yang menyebabkan tidak bekerjanya prinsip saling mengawasi
dan mengimbangi (check and balances) dan berpotensi mendorong lahirnya kekuasaan
yang otoriter.
3. Undang-Undang Dasar 1945, mengandung pasal-pasal yang ―luwes, sehingga dapat
menimbulkan lebih dari satu tafsiran (multi tafsir).
4. Undang-Undang Dasar 1945, terlalu banyak memberikan kewenangan kepada
kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-Undang.
5. Rumusan Undang-Undang Dasar 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara
belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak
asasi manusia, dan otonomi daerah. Hal itu membuka peluang berkembangnya praktik
penyelenggaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.

11
Berdasarkan pemikiran tersebut, MPR merumuskan tujuan dilakukannya perubahan
terhadap Undang-Undang Dasar 1945, yaitu:

1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan


nasional yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat
serta memperluas partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan tujuan negara agar sesuai
dengan perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi manusia
agar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelengaraan negara secara demokratis dan modern,
antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling mengawasi
dan saling mengimbangi (check and balances) yang lebih ketat dan transparan, dan
pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman.
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara
mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika,
moral, dan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
perjuangan mewujudkan negara sejahtera.
6. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara bagi
eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan
wilayah negara dan pemilihan umum.
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai
dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan, serta kepentingan bangsa dan negara
Indonesia.

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, dilakukan MPR guna menyempurnakan


ketentuan fundamental ketatanegaraan Indonesia sebagai pedoman utama dalam mengisi
tuntutan reformasi dan memandu arah perjalanan bangsa dan negara pada masa yang akan
datang, dengan harapan dapat berlaku untuk jangka waktu ke depan yang cukup panjang.
Selain itu, perubahan Undang-Undang Dasar 1945 juga dimaksudkan untuk meneguhkan
arah perjalanan bangsa dan negara agar tetap mengacu pada cita-cita negara sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Perubahan Undang-Undang Dasar
1945 telah mewujudkan konstitusi Indonesia yang memungkinkan terlaksana
penyelenggaraan negara yang modern dan demokratis. Secara rinci, beberapa penyempurnaan

12
aturan dasar tersebut antara lain tentang kedaulatan rakyat, negara hukum, otonomi daerah,
hak asasi manusia, pemilu, wilayah negara, pertahanan dan keamanan, serta struktur sistem
kelembagaan negara termasuk pembentukan lembaga baru yaitu Mahkamah Konstitusi (MK),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Komisi Yudisial (KY), Dewan Penasehat Presiden (DPP)
serta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diatur menjadi bab tersendiri dan pengaturan
bank sentral. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, dilakukan untuk menyempurnakan
Undang-Undang Dasar 1945, dan bukan untuk mengganti Undang-Undang Dasar 1945. Oleh
karena itu jenis perubahan tersebut adalah mengubah, membuat rumusan baru, menghapus
atau menghilangkan, serta memindahkan tempat pasal atau ayat sekaligus mengubah
penomoran pasal atau ayat. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan berdasarkan
lima kesepakatan dasar, yaitu tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; tetap
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia; mempertegas sistem pemerintahan
presidensial; meniadakan 6 Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945; hal-hal yang normatif
dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 di masukkan ke dalam pasal-pasal; serta
melakukan perubahan dengan cara addendum.

Dengan demikian, naskah resmi Undang-Undang Dasar 1945 adalah naskah yang terdiri
dari lima bagian, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 (naskah asli); Perubahan Pertama
UndangUndang Dasar 1945; Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945; Perubahan
Ketiga Undang-Undang Dasar 1945; dan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945.
Selain itu, MPR RI juga menyepakati bahwa penyebutan resmi Undang-Undang Dasar 1945
diubah menjadi ―Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyebutan itu sudah mencakup keseluruhan naskah resmi Undang-Undang Dasar 1945. Jadi,
tidak perlu menyebut perubahan pertama, perubahan kedua, perubahan ketiga atau perubahan
keempat. Setelah perubahan, ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, berubah dari berjumlah 71 butir ketentuan menjadi 199 butir
ketentuan.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Konstitusi memiliki 2 jenis berdasarkan bentuknya. Kedua jenis konstitusi tersebut


merupakan jenis konstitusi yang tertulis dan jenis konstitusi yang tidak tertulis.

Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang
memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus
memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan
semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga
perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem
penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter
karena terjadi perubahan dalam konstitusinya.
Tujuan dibuat konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan
tujuan Negara.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sumber modul pendidikan kewarganegaraan Kemendikbud 2017

https://id.scribd.com/doc/245978841/Kata-Pengantar-Dan-Daftar-Isi-Agama-Islam

https://www.studocu.com/id/document/universitas-bina-darma/psikologi/makalah-konstitusi-
negara/12559048

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776

https://www.kompasiana.com/zainalabidin1453/618d43f38c482510c90e0a82/esensi-dan-
urgensi-konstitusi-negara-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara

https://www.bphn.go.id/data/documents/struktur_ketatanegaraan_pasca_amandemen.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai