Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Watampone
Oleh:
Kelompok 1
1. Eko Prasetyo
2. A. Herpianti
3. Muliadi
4. A. Aan Atiku
2017/2018
KATA PENGANTAR
Sebagai insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT karena atas kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “UNDANG-UNDANG DASAR 1945 “.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, mudah-mudahan bantuan yang diberikan mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT.
Selain itu, penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini pasti masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis
mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan dan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi (Undang-Undang Dasar).................. 3
B. Sejarah Terbentuknya Undang-Undang Dasar 1945........... 5
C. Proses Terbentuknya UUD 1945......................................... 8
D. Pokok Pikiran yang Terkandung Dalam UUD 1945............ 9
E. Amandemen UUD 1945...................................................... 11
BAB III.. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 15
B. Saran..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Clifford Geertz didalam tulisannya tentang sentiment primordial[1] dinegara-negara baru
mengatakan bahwa negara-negara kebangsaan (nation state) yang baru biasanya dihadapkan
pada dilemma antara integrasi dan demokrasi. Dikatakan dilemma karena negara kebangsaan
membutuhkan keduanya (demokrasi dan integrasi) sekaligus, padahal watak keduanya
bertentangan. Demokrasi berwatak membuka keran kebebasan agar semua aspirasi tersalur,
sedangkan integrasi berwatak ingin membelenggu agar persatuan dan kesatuan kokoh.
Didalam bernegara, kita tidak bisa lepas dari suatu hukum. Tidak ada satupun negara tanpa
hukum. Karena fungsi hukum sangatlah pentinguntuk mengatur kehidupan daam bernegara.
Dalam suatu lingkungan negara, ada 2 macam hukum. Ada hukum yang memerintah negara dan
ada hukum yang merupakan alat bagi negara untuk memerintah.hukum yang pertama yakni
“Constitutional law” (Hukum tatanegara), dan Hukum yang kedua, berfungsi untuk
membedakannya dari hukum yang pertama, dapat disebut “Ordinary law” (Hukum biasa yang
dipergunakan untuk bergerak, “actief dienend.”) 1 Dari kutipan tersebut, dapat diartikan bahwa
didalam hidup bernegara, dapat ditemukan 2 macam hukum, yaitu: (1.) Hukum tata
negara (Constitutional law) sebagai yang mengatur negara. Unsur pokok dalam Hukum ini
adalah Konstitusi.Unsur pokok inilah yang akanmenjadi Headline dalam makalah ini; (2.)
Hukum biasa (Ordinary Law) sebagai hukum yang digunakan negara untuk mengatur sesuatu
hal. Termasuk dalam hukum ini adalah Hukum pidana danhukum perdata.
Indonesia disini juga merupakan negara hukum. Hal itu terbukti dengan adanya sebuah
konstitusi yang berlaku di Negara Indonesia yakni Undang – Undang Dasar 1945, akan
tetapi warga negara Indonesia sendiri, seperti kurang menganggap adanya UUD 1945 tersebut.
Kondisi ini dapat dilihat secara nyata dimana dalam kehidupanya masyarakat NKRI seringkali
menghiraukan hukum, dengan melakukan berbagai macam penyimpangan-penyimpangan
hukum, baik hukum sosial, maupun Hak Asasi Manusia (HAM).
Sebagai bangsa yang ingin tetap bersatu maka Inonesia telah menetapkan dasar dan
ideology negara yakni Pancasila yang dipilih sebagai dasar pemersatu dan pengikat yang
kemudian melahirkan kaidah-kaidah penuntun dalam kehidupan social, politik dan
hokum. Selanjutnya prinsip-prinsip dan mekanisme ketatanegaraan untuk menjamin demokrasi
diatur dalam UUD 1945 yang juga memasang rambu-rambu agar bangsa ini tetap utuh. Dengan
demikian, tuntutan akan integrasi dan demokrasi sebagaimana dikemukakan oleh Geertz telah
diatur sedemikian rupa didalam platform politik yang tertuang didalam Pancasila dan UUD
1945.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Konstitusi (Undang-Undang Dasar)?
2. Bagaimana Sejarah Terbentuknya Undang-Undang Dasar 1945?
3. Bagaimana Proses Terbentuknya UUD 1945?
4. Apa saja Pokok Pikiran yang Terkandung Dalam UUD 1945?
5. Bagaimana proses Amandemen UUD 1945 dan bagaimana bunyi pasal-pasal yang terkandung
didalamnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Konstitusi (Undang-Undang Dasar).
2. Mengetahui Sejarah Terbentuknya Undang-Undang Dasar 1945.
3. Mengetahui Proses Terbentuknya UUD 1945.
4. Mengetahui Pokok Pikiran yang Terkandung Dalam UUD 1945.
5. Mengetahui proses Amandemen UUD 1945.
BAB II
PEMBAHASAN
4. Amandemen Keempat
Sidang tahunan MPR 2002 yang berlangsung 1-11 Agustus 2002. Perubahan keempat
UUD 1945 juga melengkapi kekurangan peraturan dalam pasal 8 ayat 1 dan 2 yang telah
diputuskan dalam perubahan ketiga (tahun 2001), dengan menembahkan ayat 3.[13]
Amandemen keempat UUD 1945 ditetapkan bahwa perubahan keempat ini merupakan
penyempurnaan dari amandemen sebelumnya yang sedang dalam masa transisi menuju
demokrasi
Amandemen UUD 1945 dari yang pertama sampai yang keempat ini sudah terjadi
perubahan yang menyeluruh sifatnya, menjadi kalau boleh dikatakan sebagai konstitusi baru
Indonesia. Terlebih ketentuan pada Pasal II Aturan Peralihan dalam amandemen keempat UUD
1945 ditegaskan sebagai berikut, ”dengan ditetapkannya perubahan Undang-undang Dasar ini,
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Penjelasan dan Pasal-pasal”.
Artinya Penjelasan tidak lagi masuk dalam UUD 1945 sehingga bukan lagi bagian dari UUD
1945.
Dari uraian tersebut maka wajar jika Abdulkadir Besar menuliskan ide atau gagasannya
mengenai Perubahan UUD 1945 tanpa Paradigma, Amandemen bukan, Konstitusi-baru setengah
hati. Karena Amandemen keempat ini sudah mengalami perubahan secara menyeluruh, sudah
menunjukkan dinamika perubahan masyarakat hanya saja keadaan negara belum stabil akibat
pengaruh politik yang menyebabkan ketidakstabilan pola-pola kelembagaan dalam proses
legislasi dan ada kesenjangan diantara para perumus kebijakan mengenai amandemen keempat
UUD 1945 dalam menetapkan peraturan yang menjadi kebijakan pemerintah untuk memenuhi
perubahan kehidupan masyarakat.
Dikaitkan dengan nilai-nilai yang dijabarkan oleh Notonegoro, maka Amandemen keempat
UUD 1945 ini lebih dominan pada nilai vital saja dimana dikatakan mempunyai nilai jika dapat
mendukung segala aktivitas manusia, hal itupun belumlah optimal dalam penerapannya. Namun
terhadap nilai materil dan nilai rohaniah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, amandemen
keempat UUD 1945 belum memenuhi secara optimal. Jika dikaitkan dengan nilai kebenaran atau
kenyataan, nilai estetika, nilai moral atau etika dan nilai religius atau Ketuhanan maka
Amandemen keempat UUD 1945 sudah memenuhinya, karena amandemen keempat tersebut
tetap mengacu pada Pancasila sebagai dasar filosofi negara, dimana Pancasila menerapkan nilai-
nilai tersebut yang terkandung dalam sila-sila Pancasila dilandasi dari Pembukaan UUD 1945
yang tidak mengalami amandemen, terkandung cita-cita hukum bangsa Indonesia.
Secara mutatis mutandis bila ditelaah Undang-undang Dasar mengamanatkan konsep
pembangunan hukum nasional yaitu tata hukum baru yang akan disususn di kemudian hari yang
memahami cita-cita hukum nasional tidak terlepas dari suasana kebatinan UUD 1945,
seperti:[14]
1. Hukum nasional hendaknya merupakan hukum yang dijiwai semangat Ketuhanan Yang Maha
Esa,
2. hukum nasional hendaknya merupakan hukum yang memuat tujuan kemanusiaan yang adil dan
beradab,
3. hukum nasional hendaknya merupakan hukum yang mencerminkan, menjadi dasar, dan mampu
mewujudkan pengayoman bagi persatuan dan kesatuan bangsa,
4. hukum nasional hendaknya merupakan hukum kerakyatan, hukum yang tumbuh dan terjelma
dari kesadaran hukum rakyat,
5. hukum nasional hendaknya merupakan perwujudan keadilan sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian dalam sebuah negara pastilah memiliki konstitusi yaitu yang merupakan suatu
peraturan pokok (fundamental) mengenai tiang-tiang, pegangan atau sendi-sendi pertama
untuk mengokohkan sebuah bangunan besar yang bernama “Negara”. Tiang-tiang penting ini
haruslahkuat dan tidak mudah runtuh dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul suatu saat
nanti, agar Negara tetap berdiri tegak. Oleh karena itu, Konstitusi disini haruslah tahan uji,
bilamana adaserangan dari sisi-sisi nakal yang bertujuan akan menggantikan tiang-tiang
tersebutdengan tiang- tiang yang lain coraknya dan yang akan merubah wajah negara,sehingga
bangunan yang asli dan kemudian negara itu sendiri bukan lah negara yang ada sejak dahulunya.
Konstitusi di Indonesia memilki sejarah yang cukup panjang. Hinggaakhirnya, Bangsa
Indonesia berkomitmen dengan UUD 1945 yang memuat 37 pasal. Pada UUD inilah juga
Bangsa Indonesia berpegang teguh secara kuat kepada konstitusi ini untuk menjaga keutuhan
bangsa bernegara. Seperti halnya yang berpegang kuat pada klasifikasi konstitusi yang ada
seperti konstitusitertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and no written
constitution), Kosntitusi fleksibel dan kosntitusi rijid (flexible constitution and rigid
constitution), Kosntitusi derajat-tinggi dan konstitusi tidak derajat-tinggi (supreme cosntitution
dan not supreme constitution), Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan (federal constitution
and unitary constitution).
B. Saran
Dalam bernegeara sebuah rasa persatuan dan kesatuan sangatlah penting, maka dari itu
dalam perlu disadari bahwasaanya ketetapan konstitusi ini haruslah disadari dan dijaga dengan
hati yang terbuka agar bangsa tetap berdiri kokoh walau banyak yang ingin menjatuhkan dari
berbagai sisi, jatidiri bangsa Indonesia juga berupa sejarah perubahan-perubahan konstitusi yang
cukup melelahkan. Dengan begitu dapat dilihat bahwa konstitusi ini sangat lah penting maka dari
itu rakyat, wakil rakyat maupun pemimpin atau siapapun warga Negara haruslah sadar dan tetap
kokoh dalam berpegang teguh terhadap konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. (Sekretariat Jendral Kepaniteraan MK RI:
Jakarta 2006.
Asshidiqie Jimly, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta : Pusat
Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Moh.Mahfud, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Moh. Mahfud MD, Konstitusi Dan Hukum Dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers, Jakarta, 2010.
Sri Soemantri M., Susunan Ketatanegaraan Menurut UUD 1945 Dalam Ketatanegaraan
Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta 1993.
Ubaedillah dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Dan Masyarakat
Madani, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Wiryono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Tata Negara Di Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta 1989.
[1] Moh. Mahfud Md, Konstitusi Dan Hukum Dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 34
[2] Wiryono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Tata Negara Di Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta 1989, hlm 10.
[3] Sri Soemantri M., Susunan Ketatanegaraan Menurut UUD 1945 Dalam Ketatanegaraan
Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta 1993 hlm 29.
[4] Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum tata Negara Indonesia, pusat studi HTN
Fakultas Hukum UI, Jakarta, 1988, hlm 65
[5]Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia, (Yogjakarta: FH UII Press, 2003) hlm 14
[6] Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. Op,Cit;Hlm. 68.
[7] Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op,Cit Hlm. 90.
[8] Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. (Jakarta 2006: Sekretariat Jendral Kepaniteraan MK
RI). Hlmn, 38-40.
[9] Jimly Asshidiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 52
[10]Ubaedillah dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Dan Masyarakat
Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) hal.65
[11]Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia, (Yogjakarta: FH UII Press, 2003) hal.25
[12] Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia (Studi tentang Interaksi Politik
dan Kehidupan Ketatanegaraan) (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.151-152
[13] Ni’matul Huda, Op,Cit. hal.17-53
[14] Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif (Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 263