Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan
berjudulkan “Pengertian Dan Konsep Dasar Konstitusi Negara Dan Dinamika
Pelaksanaan Konstitusi (UUD)”

Shalawat dan salam tercurahkan kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah ke zaman terang menderang
dan merupakan sosok suri teladan bagi umat manusia

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah PPKN dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pihak
lainnya dimasa kini hingga masa yang akan datang

Dalam menyusun makalah ini, penulis berusaha sebaik mungkin mencari


sumber – sumber informasi dari sumber terpercaya seperti buku-buku maupun
dari jurnal dan penulis menyadari masih banyak kekurangan oleh karenanya kritik
dan saran sangat diperlukan agar makalah ini menjadi lebih baik

Dengan demikian atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 11 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan Penulis.................................................................................1
1.4 Metode Penulisan.............................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAAN.............................................................3
2.1 Pengertian Konstitusi.......................................................................3
2.2 Konsep Dasar Konstitusi.................................................................6
2.3 Dinamika Pelaksanaan Konstitusi (UUD).......................................9

BAB 3 PENUTUP......................................................................................12
3.1 Kesimpulan......................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan sebuah negara
yang menggunakan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar konstitusi
negaranya. Dan UUD ini ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh para
pendiri bangsa.

Konstitusi ini selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945. Konstitusi Indonesia bukan hanya merupakan
dokumen tetapi juga mengandung aspek pandangan hidup,cita-cita, dan
falsafah yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa dan menjadi landasan dalam
penyelenggaraan negara

Masih banyak masyarakat Indonesia belum mengetahui apa pengertian dan


konsep dasar dari konstitusi negaranya sendiri, oleh karena itu, diperlukan
adanya pemahaman hal tersebut supaya masyarakat Indonesia mengerti akan
hal ini dan menjadikan Negara Indonesia menjadi lebih baik dan lebih
makmur karena sudah mengetahui dasar konstitusi

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian konstitusi negara ?
2. Apa konsep dasar konstitusi negara ?
3. Dinamika pelaksanaan konstitusi UUD ?

1.3 Tujuan Penulis


1. Untuk memahami arti dari konstitusi negara
2. Untuk memahami dasar konstitusi negara
3. Mengetahui dinamika pelaksanaan konstitusi UUD

iii
1.4 Metode Penulisan
1. Metode kepustakaan (Library Research)
2. Metode penelusuran internet (Web Research)

iv
BAB 2

PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Konstitusi Negara

Perkataan “Konstitusi” berarti membentuk “pembentukan” berasal dari kata


kerja “coustituer” (Prancis) yang berarti “membentuk”. Kini yang dibentuk adalah
suatu Negara, maka “Konstitusi” mengandung permulaan dari segala peraturan
mengenai suatu negara.

Sementara dalam bahasa Belanda mempergunakan kata “Grondwet”, yang


berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum,
sedangkan di Indonesia mempergunakan kata Undang-Undang Dasar sama artinya
dengan “Grondwet” yang digunakan dalam bahasa Belanda.

Berdasarkan pengertian di atas maka suatu konstitusi memuat suatu peraturan


pokok (fundamental) mengenai soko guru atau sendi-sendi pertama untuk
menegakkan suatu bangunan besar yang bernama “Negara”.

Konstitusionalisme sendiri adalah sebuah paham yang sangat perlu untuk


dijaga melalui pembentukan konstitusi. Hal itu sama halnya bahwa konstitusi
merupakan sarana agar paham konstitusionalisme dapat diimplementasi dalam
sebuah negara.

Konstitusi berarti hukum dasar, baik yang tertulis (dokumen) maupun yang
tidak tertulis. Hukum dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-
Undang Dasar, sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu
kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan negara.

Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum yang
merupakan hasil pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus pembentukan negara,

v
konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini
merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-
prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan
struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada
umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.

Sehingga negara dan konstitusi adalah satu pasangan yang tidak dapat
dipisahkan. Setiap negara tentu mempunyai konstitusi, meskipun mungkin tidak
tertulis. Konstitusi mempunyai arti dan fungsi yang sangat penting bagi negara,
baik secara formil, materiil, maupun konstitusionil. Konstitusi juga mempunyai
fungsi konstitusional, sebagai sumber dan dasar cita bangsa dan negara yang
berupa nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar bagi kehidupan bernegara. Ia selalu
mencerminkan semangat yang oleh penyusunnya ingin diabadikan dalam
konstitusi tersebut sehingga mewarnai seluruh naskah konstitusi tersebut.

Pengertian Konstitusi menurut beberapa ahli

L.J. van Apeldoor Konstitusi merupakan sebuah hukum dasar yang mencakup
Undang-Undang Dasar seperti hukum dasar tertulis hingga
hukum dasar yang tidak tertulis atau biasa disebut dengan
konvensi.

E.C.S. Wade Konstitusi adalah sebuah naskah yang mampu memaparkan


rangka hingga tugas pokok dari suatu badan pemerintahan
negara sekaligus menentukan juga berbagai pokok dalam
panduan kerja badan tersebut.

Jimly Asshidiqie Konstitusi merupakan Undang Undang Dasar yang termasuk


dalam hierarki hukum menempati kedudukan paling tinggi
dan memiliki sifat fundamental, sehingga pembuatan
berbagai macam peraturan dibawahnya tidak boleh

vi
bertentangan dengan Undang Undang Dasar.

Miriam Budiarjo Konstitusi adalah sebuah piagam yang memuat pernyataan


tentang cita-cita suatu bangsa dan sebagai dasar organisasi
suatu bangsa.

Herman Heller a. Konstitusi politik sosiologis, yaitu konstitusi yang menjadi


cerminan dari kehidupan politik penduduk.
b. Konstitusi yuridis, yaitu konstitusi yang merupakan
kesatuan kaidah yang hidup di dalam masyarakat.
c. Konstitusi politis, yaitu suatu konstitusi yang dapat
diwujudkan menjadi bentuk tulisan dan dimuat ke dalam
salah satu naskah sebagai Undang-Undang.

Tujuan dari dibentuknya konstitusi ialah :

1. Memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan


politik
2. Melepaskan control kekuasaan dari penguasaan sendiri
3. Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya
4. Adanya jaminan hak-hak asasi manusia

Adapun fungsi konstitusi secara umum ialah :

1. Sebagai piagam atas lahirnya suatu negara


2. Sebagai sumber hukum tertinggi
3. Sebuah identitas nasional dan lambang negara
4. Sebagai membagi kekuasaan dalam negara
5. Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintah.

2.2 Konsep Dasar Konstitusi

vii
1. Konsep Tertulis dan Tidak Tertulis
A. Tertulis

Suatu konstitusi disebut tertulis (written constitution) apabila ia ditulis


dalam suatu naskah atau beberapa naskah . Konstitusi tertulis merupakan
sekumpulan aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata negara yang
mengatur perikehidupan satu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.

Suatu konstitusi umumnya disebut tertulis jika merupakan satu naskah.


Undang-Undang Dasar Amerika Serikat yang disusun Tahun 1787 dan diresmikan
pada Tahun 1789, merupakan naskah yang tertua di dunia dan salah satu contoh
konstitusi tertulis. banyak negara-negara di dunia cenderung berkonstitusi, dan
sikap bernegara dengan konstitusi maka mengembang dan meluas di dunia.
Sebagaimana dikatakan oleh Amos J. Peaslee, dalam bukunya Constitutions of
Nations hampir 90% dari negara modern mempunyai konstitusi tertulis.

Di negara-negara dengan konstitusi tertulis ada dokumen tertentu, yang


menentukan:

1. Adanya wewenang dan cara bekerja lembaga-lembaga kenegaraan,


2. Pengakuan dan perlindungan hak asasi para Warga Negara dilindungi

Contoh dari konstitusi tertulis ialah :

1. UUD 1945
2. UUD RIS
3. UUD Sementara
4. UUD 1945 Hasil amandemen

B. Tidak Tertulis

konstitusi disebut tidak tertulis (nondocumentary constitution). dikarenakan


ketentuan-ketentuan yang mengatur dalam naskah tertentu, melainkan dalam

viii
banyak hal diatur dalam konvensi-konvensi atau undang-undang biasa. konstitusi
tak tertulis bukan merupakan satu naskah dan banyak dipengaruhi oleh tradisi dan
konvensi. Salah satu negara di dunia yang mempunyai konstitusi tak tertulis
adalah negara Inggris, namun prinsip-prinsip yang dicantumkan dalam konstitusi
di Inggris dicantumkan dalam undang-undang biasa, seperti Bill of Rights.

Di Inggris tidak ada perbedaan antara undang-undang biasa dengan


undang-undang tata negara, oleh karena Parlemen, sebagai badan tertinggi
(Parliamentary Supremacy), berhak untuk mengadakan perubahan konstitusional
dengan undang-undang biasa. Jadi hal ini berlainan dengan keadaan di banyak
negara lain yang mana biasanya suatu badan itu lebih tinggi dari dewan
perwakilan rakyat dan berhak untuk mengubah undangundang dasar.

Contoh dari konstitusi tidak tertulis :

1. Keputusan di MPR diambil dan diputuskan berdasarkan musyawarah


secara mufakat
2. Pidato Presiden sebelum MPR melakukan sidang
3. Adat istiadat

2. Sifat Luwes (flexible) atau Kaku (rigid)

Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution).


Yang dimaksud dengan konstitusi yang fleksibel adalah konstitusi yang
diamandemen tanpa adanya prosedur khusus sedangkan konstitusi yang kaku
adalah konstitusi yang mensyaratkan suatu adanya prosedur khusus dalam
melakukan amandemen

Negara-negara yang memiliki konstitusi yang bersifat luwes misalnya


adalah New Zeland dan Kerajaan Inggris yang dikenal tidak memiliki konstitusi
tertulis dan memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai
perkembangan msyarakat.

ix
Sedangkan untuk konstitusi yang bersifat kaku misalnya konstitusi yang
dimiliki oleh Indonesia, Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Swiss yang
mana konstitusi itu sulit diubah sampai kapanpun

Konstitusi kaku (rigid) mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain:


1. Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang
2. Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa

Memang harus diakui bahwa untuk menentukan sifat fleksibel atau kaku
dari suatu Undang-Undang Dasar sebenarnya tidaklah cukup hanya dengan
melihat dari segi cara mengubahnya, melainkan bisa saja terjadi undangundang
yang bersifat kaku tetapi dalam kenyataannya dapat diubah tanpa melalui
prosedur yang ditentukan sendiri oleh undang-undang dasarnya,

Untuk Undang-Undang Dasar yang tergolong fleksibel, perubahannya


kadang-kadang cukup dilakukan hanya dengan the ordinary legislative process
seperti di New Zeland. Sedangkan untuk Undang-Undang Dasar yang dikenal
kaku, prosedur perubahannya dapat dilakukan dengan sebagai berikut.

1. Oleh lembaga legislatif, tetapi dengan pembatasan-pembatasan


tertentu.
2. Oleh rakyat secara langsung melalui suatu referendum.
3. Oleh utusan negara-negara ketatanegaraan, atau oleh suatu lembaga
negara yang khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan
perubahan.

3. Konstitusi Formil dan Materill

Sifat dari konstitusi formil dan materiil ini sering diidentikkan dengan
Undang-Undang Dasar. Kesalahan ini disebabkan antara lain pengaruh paham
kodifikasi yang menghendaki semua aturan hukum dibuat dalam bentuk yang
tertulis dengan maksud untuk mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum,
dan kepastian hukum.

x
Begitu besar pengaruh paham kodifikasi ini, maka di seluruh dunia
berkembang anggapan bahwa setiap peraturan itu penting, maka harus ditulis
begitu pula dengan konstitusi. Di zaman modern sekarang ini, dapat dikatakan
bangsa Amerika Serikat lah yang pertama menuliskan konstitusi dalam satu
naskah, meskipun leluhur mereka di Inggris tidak mengenal naskah konstitusi
yang tertulis dalam satu naskah

Sifat yang materiil, dilihat dari segi isinya berisikan hal-hal yang bersifat
dasar pokok bagi rakyat dan negara. Artinya konstitusi tersebut memiliki
substansi yang penting, terpilih, dan mendasar untuk mengatur jalannya negara
sehingga kehidupan antara rakyat dan negara dapat berjalan dengan stabil. Rakyat
dapat mematuhi segala konstitusi yang diterapkan negara begitu pun negara dapat
menjamin konstitusi yang telah diciptakannya, sehingga elite politik atau
pemerintah pun dapat tunduk terhadap konstitusi tersebut

2.3 Dinamika Pelaksanaan Konstitusi (UUD)

Pelaksanaan konstitusi di Indonesia pernah mengalami perubahan / amandemen


dikarenakan mengikuti perubahan sistem politik Indonesia

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)


Dalam kurun waktu ini pelaksanaan UUD tidak dapat dilaksanakan
dengan baik karena bangsa Indonesia dalam masa upaya membela dan
mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan, sedangkan pihak
kolonial Belanda masih ingin menjajah kembali negara Indonesia.

2. Konstitusi RIS (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)


Rancangan Konstitusi RIS ini disepakati oleh wakil-wakil pemerintah RI
dengan wakil-wakil pemerintah negara BFO, yaitu negara-negara buatan Belanda.
Konstitusi ini tidak dapat berlangsung lama karena adanya tuntutan masyarakat
dari berbagai daerah untuk kembali ke bentuk negara kesatuan dan meninggalkan
bentuk RIS, dan akhirnya RIS dibubarkan.
3. UUDS (15 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)
Menurut UUDS, sistem pemerintah yang dianut ini adalah
sistem pemerintahan parlementer dan bukan sistem kabinet presidensil lagi seperti

xi
dalam UUD 1945. Dalam pelaksanaannya sistem parlementer ini menyebabkan
tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan, karena sering bergantinya
kabinet yang didasarkan pada dukungan suara di parlemen. Selain itu, Dewan
Konstituante yang diberi tugas untuk menyusun UUD baru sebagai pengganti
UUD 1945 mengalami kemacetan selama 2 tahun. Kondisi politik yang demikian
membuat Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
berisi kembali ke UUD 1945.

4. UUD 1945 (5 Juli 1959 - 1966)


Pelaksanaan UUD 1945 pada masa kepemimpinan Soekarno (Orde
Lama, 1959-1966) terdapat beberapa penyimpangan yaitu :
a. Presiden merangkap sebagai penguasa eksekutif dan legislatif.
b. Mengeluarkan UU dalam bentuk Penetapan Presiden tanpa persetujuan
DPR.
c. MPRS mengangkat presiden seumur hidup.
d. Hak Budget DPR tidak berjalan
e. Pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara dan tertinggi negara diangkat
menjadi menteri-menteri negara dan presiden menjadi ketua DPA.

Sedangkan dalam kepemimpinan Soeharto (Orde Baru,1966 - 1999) hal


yang perlu dicatat mengenai pelaksanaan konstitusi ialah :
a. Membentuk lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 yang
ditetapkan dengan UU.
b. Menyelenggarakan mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan.
c. Menggunakan sistem pemerintahan presidensial sebagai mana diatur dalam
konstitusi.

5. UUD 1945 Amandemen 1999 (1999 - sekarang)


Inti penerapan sistem pemerintahan pasca amandemen konstitusi, antara
lain :
a. Perubahan ideologi politik dari sosialis demokrat (ORBA) menjadi liberal
yang berintikan demokrasi dan kebebasan individu serta pasar bebas.
b. Penyelenggaraan otonomi daerah kepada PEMDA tingkat I dan II
(kabupaten/kota).
c. Pelaksanaan pemilu langsung presiden dan wakil presiden.
d. Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab .
e. Perubahan UU politik yang berintikan pemilu langsung sistem multipartai.

xii
BAB 3
PENUTUP

xiii
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang Konstitusi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa konsekuensi logis berdirinya suatu negara berdiri atau terbentuknya suatu
negara baru adalah adanya konstitusi. Konstitusi menjadi dasar terpenting dari
suatu negara dan oleh karena itu mendapatkan posisi yang sangat krusial dan
penting dalam mewujudkan kehidupan tata negara suatu negara yang adil dan
beradab.
Hubungan antara dasar negara dengan konstitusi dapat dilihat pada sebuah
gagasan dasar, tujuan hingga cita-cita dari negara yang tertuang dalam pembukaan
konstitusi suatu negara. Dasar negara dapat juga digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan negara secara tertulis dan termuat dalam konstitusi suatu negara.
Konstitusi sendiri memiliki fungsi untuk memberikan pembatasan kewenangan
tindakan pemerintah. Selanjutnya, konstitusi digunakan untuk menjamin seluruh
hak yang diperintah dan melakukan perumusan tentang pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat.

3.2 Saran
Sebagai rakyat Indonesia, kita diwajibkan untuk mengetahui tentang konstitusi
negara kita oleh karenanya kita harus belajar konstitusi negara ini, mulai dari
pengertiannya, asal usulnya, hingga dinamika perubahannya

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Kewarganegaraan untuk SMA kelas X, jilid. 1, Jakarta : Erlangga,
2004

xiv
Nurcahjo. Hendra. Ilmu Negara, cet. 1, Jakarta : PT. RajaGraindo Persada,
2005

Kusnardi. Moh, Ibrohim, Harmaily. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,


cet.7, Jakarta : CV. Sinar Bakti, 1988

Thaib. Dahlan dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta : Grafindo, 1999

Wheare, KC. Modern Constitutions, Jakarta : Alumni, 1975

Soemantri, Sri. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Bandung : Penerbit


Alumni,1987

Manan, Bagir, Teori dan Politik Konstitusi, Yogyakarta : FH UII PRESS, 2003

Rizky Ibnu 113

xv

Anda mungkin juga menyukai