Oleh
SUHARDIN
PROGRAM STUDI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kita Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kita dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang “Negara dan Konstitusi”. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari allah swt.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat kita harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1...................................................................................................................................... L
1.2...................................................................................................................................... R
umusan Masalah..........................................................................................................1
1.3...................................................................................................................................... T
ujuan penulisan...........................................................................................................1
1.4...................................................................................................................................... M
anfaat Penulisan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
1.1...................................................................................................................................... H
1.2...................................................................................................................................... T
1.3...................................................................................................................................... Pr
1.4...................................................................................................................................... F
1.6...................................................................................................................................... B
1.7...................................................................................................................................... R
1.1...................................................................................................................................... K
esimpulan....................................................................................................................10
1.2...................................................................................................................................... S
aran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1[1] Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 25
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan.
BAB II
PEMBAHASAN
NEGARA
A. Pengertian Negara
Di bawah ini disajikan beberapa perumusan mengenai pengertian Negara.
1. Roger H. soltau: “Ngara adalah alat (agency) atau wewnang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.”
2. Max weber: “Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.”
3. Robert M. Maclver: “Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam
suatu wilayah dengan berdasarkan sistim hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah
yang untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.”
4. George Jellinek: “Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di suatu wilayah tertentu.”
5. R. Djopkosoetono: “Negara adalah organisasi manusia yang berbeda di wilayah suatu
pemerintahan yang sama.”
6. J.H.A Logeman: ”Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tujuan
melalui kekuasaannya untuk mengatur dan menyelengarakan sesuatu ( berkaitan dengan
jabatan, fungsi lembaga kenegaraan atau lapangan kerja ) dalam masyarakat.”
Jadi, sebagai pengertian umum dapat dikatakan bahwa Negara adalah suatu daerah
territorial yang yang rakyatnya di perintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil
menuntut dari warganegaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui
penguasaan (kontrol) monopolistik dari kekuasaan yang sah.2[2]
2[2] Budiarto, Miriam, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Media, 1987, hlm 39-40
C. Unsur Pembentuk Negara
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya
suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang ada di wilayahnya. Secara umum negara dapat diartikan sebagai suatu
organisasi utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang
berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi
lainnya.
Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara, yaitu:
1. Penduduk
Dengan penduduk suatu Negara dimaksudkan semua orang yang pada sustu waktu
mendiami wilayah Negara . Mereka mereka itu secara sosiologis lazim disebut “rakyat” dari
Negara itu. Rakyat dalam hubungan ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan
oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Ditinjau
dari suatu hukum, rakyat merupakat warganegara suatu Negara. Warganegara adalah seluruh
individu yang mempunyai ikatan hukum dengan suatu Negara tertentu. Mungkin tidak dapat
dibayangkan adanya suatu Negara tanpa rakyat, tanpa warganegara. Rakayat (warganegara)
adalah substratum personil dari Negara. Tanpa warganegara, Negara akan merupakan suatu fiksi
besar.
Jika penduduk adalah substratum personil suatu Negara, maka wilayah adalah landasan
materiil atau landasan fisik Negara. Sekelompok manusia dengan pemerintahan tidak dapat
menimbulkan Negara, apabila kelompok itu tidak sedentair (menetap) pada suatu wilayah
tertentu. Bangsa-bangsa yang nomadis tidak mungkin mendirikan Negara, sekalipun sudah
mengakui segelintir orang-orang sebagai penguasa. Luas wilayah Negara ditentukan oleh
pembatasan-pembatasannya dan di dalam batas-bats ini Negara menjalankan yurisdiksi territorial
atas aorang dan benda yang berada di dalam wilayah itu, kecuali beberapa golongan orang dan
benda yang dibebaskan dari yurudiksi itu, misalnya perwakilan diplomatic Negara asing dengan
harta benda mereka.3[3]
3[3] Ubaidillah, A., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani,
Jakarta: IAIN Press, 2000 h. 33-37
2. Pemerintahan
Pemerintah juga merupakan salah satu diantara tiga unsur konstitutif Negara. Sekalipun
telah ada sekelompok individu yang mendiami suatu wilayah, namun belum juga diwujudkan
suatu Negara, jika tidak ada segelintir orang yang berwenang mengatur dan menyusun bersama
itu. Pemerintah adalah organisasi yang mengatur dam memimpin Negara. Tanpa pemerintah
tidak mungkin Negara itu berjalan dengan baik.
Pemerintah menegakkan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian
dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan. Oleh karena itu mustahillah
adanya masyarakat tanpa pemerintah. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-
hari, yang menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan tujuan-
tujuan Negara, menjalankan funsi-fungsi kesejahteraan bersama.
Untuk menjalankan funsi-fungsinya dengan baik dan efektif, pemerintah menggunakan
atribut hukum dari Negara, yakni kedaulatan. Pada pemerintahan kedaulatan sebagai atribut
Negara dikonretasasikan. Kekuasaan pemerintah biasanya di bagi atas legislative, eksekutif dan
yudikatif.
4[4] Diponolo, GS., Ilmu Negara, Jilid 1, Jakarta :Balai Pustaka, 1975, hlm 34
e) Proklamasi
Suatu daerah yang semula termasuk daerah negara tertentu melepaskan diri dan
menyatakan kemerdekaannya. Contoh : Belgia melepaskan diri dari Belanda tahun 1839,
Indonesia tahun 1945, Pakistan tahun 1947 (semula wilayah Hindustan), Banglades tahun 1971
(semula wilayah Pakistan), Papua Nugini tahun1975 (semula wilayah Australia), 3 negara Baltik
(Latvia, Estonia, Lituania) melepaskan diri dari Uni Soviet tahun 1991, dsb.c. Peleburan menjadi
satu (Fusi).
Beberapa negara mengadakan peleburan menjadi satu negara baru. Contoh : Kerajaan
Jerman (1871), Vietnam (1975), Jerman (1990), dsb.
f) Innovation/Pembentukan Baru
Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian diatas wilayah itu muncul negara baru.
Contoh : Jerman menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur tahun 1945.
g) Anexatie/Pencaplokan/Penguasaan
Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai (dicaplok) oleh bangsa lain tanpa
reaksi berarti. Contoh: negara Israel ketika dibentuk tahun 1948 banyak mencaplok daerah
Palestina, Suriah, Yordania dan Mesir.
5[5]Kaelan, M.S., Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigm
Reformasi Masyarakat Madani, paradigm, Yogyakarta, 1999, hlm 23
Secara sekunder, adalah pertumbuhan negara yang dihubungkan dengan negara yang sudah
ada sebelumnya, hanya karena sebab-sebab tertentu seperti:
a) Revolusi
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang
terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa
kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena
revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan
waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat.
b) Interventasi
Intervensi adalah sebuah istilah dalam dunia politik dimana ada negara yang mencampuri
urusan negara lainnya yang jelas bukan urusannya. Adapula definisi intervensi adalah campur
tangan yang berlebihan dalam urusan politik,ekonomi,sosial dan budaya.Sehingga negara yang
melakukan intervensi sering dibenci oleh negara-negara lainnya
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Ialah [n] campur tangan dalam perselisihan antara
dua pihak (orang, golongan, negara, dsb)
c) Penaklukan
Suatu daerah belum ada yang menguasai kemudian diduduki oleh suatu bangsa. Contoh :
Liberia diduduki budak–budak negro yang dimerdekakan tahun 1847.6[6]
6[6] Ubaidillah, A., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani,
Jakarta: IAIN Press, 2000 h 48-55.
Tujuan Negara RI sebagai tercantum di dalam pembahasan Undang-Undang Dasar 1945
ialah: “untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejehteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksasnakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social” denagn berdasar kepada:
ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia (Pancasila). Adapun
teori-teori tujuan Negara sebagai berikut:
1. Teori Kekuasaan
Shang Yang, untuk memperoleh kekuasaan yang sebesar-besarnya dengan cara menjadikan
rakyatnya miskin,lemah dan bodoh.
Machiavelli, kekuasaan yang digunakan untuk mencapai kebesaran dan kehormatan
Negara, dibenarkan bertindak kejam dan licik.
KONSTITUSI
7[7] Budiarto, Miriam, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Media, 1987, hlm 45
8[8] Lubis, M. Solly, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung, Alumni, 1982, hlm 40.
Sedangkan konstitusi dalam pengertian kedua, menurut Sovernin Lohman, meliputi tiga
unsur, yaitu:
1. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak social), artinya
konstitusi merupakan hasil atau kongklusi dari kesepakatan masyarakat untuk membina Negara
dan pemerintahan yang akan mengatur mereka;
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga Negara sekaligus
penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga Negara dan alat-alat pemerintahannya;
3. Konstitusi sebagai forma regimenis yaitu kerangka bangunan pemerintahan.
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer”
(Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi
mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara.
Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar
dari segala hukum.
Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-
aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini,
konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Namun
menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk
kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun
alokasi. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu
negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan konstitusi
tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis”
(geschreven Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis”
(ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan.
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk keselamatan
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah
masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari
hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama
deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan:
1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga negara.
3. Hubungan antar lembaga negara (pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin bahwa
konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang memiliki lembaga-lembaga
yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah penting
dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi
manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan dengan
yang diatur di dalam konstitusi. Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan
tertulis di luar konstitusi yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat
pada konstitusi.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu
menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika
yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu
konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan
kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diatur¬nya. Karena itu, di
lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu
konstitusi.” Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President
Executive and Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi Pemerintahan Presidensial
maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam tubuh UUD 45 mengndung
ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu
menurut Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi campuran.9[9]
9[9] Ubaidillah, A., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani,
Jakarta: IAIN Press, 2000 h.88-89
orang, diantaranya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang
anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-masing 1
wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil.
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang 1945 (UUD’45). Para
tokoh perumus itu adalah: dr. Radjiman Widioningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto
Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjahamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul
Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatera), Mr. Abdul Abbas (Sumatera),
Dr. Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali) A
H. Hamidan (Kalimantan), R. P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan Mr. ohammad Hassan
(Sumatera).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji Jepang untuk
memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tersebut antara lain berisi:
“sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan Asia Timur Raya, Dai Nippon sudah mulai
berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Tentara
Dai Nippon dengan serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut maupun
udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagi saudara muda
serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga
diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya.
Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah selalu ingin lebih lama menindas
dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur tentara sekutu,
Jepang tak lagi inget akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat
Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang sampai saat
kemerdekaan tiba. Setelah merdeka kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi nampaknya tidak
bias ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan
beberapa keputusan sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD ’45 yang bahannya di ambil dari rancangan
undang-undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945;
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD ’45 yang bahannya hamper seluruhnya diambil dari RUU
yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni 1945;
3. Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden dan wakil ketua
Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden;
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh panitia persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang kemudian menjadi Komite Nasional;
Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-Undang Dasar 1945 itu,
maka secara formal Indonesia sempurna sebagai sebuah Negara, sebab syarat yang lazim
diperlukan oleh setiap Negara telah ada yaitu adanya:
1. Rakyat, yaitu bangsa Indonesia;
2. Wilayah,yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke yang terdiri dari
13.500 buah pulau besar dan kecil;
3. Kedaulatan yaitu sejak pengucapan proklamasi kemerdekaan Indonesia;
4. Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai pucuk pimpinan pemerintahan
Negara;
5. Tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila;
6. Bentuk Negara yaitu Negara kesatuan (pasal 1 ayat 1 UUD ’45).
Dalam sejarah konstitusi Indonesia, undang-undang dasar 1945 pernah tidak berlaku untuk
seluruh wilayah Negara republik Indonesia yakni antara tanggal 27 Desember 1949 sampai di
keluarkan dekrit presiden pada taggal 5 Juli 1959, pada masa itu berlaku konstitusi republic
Indonesia serikat (konstitusi RIS) dan pada 1950 memberlakukan Undang-Undang Dasar
sementara 1950 (UUDS 1950).10[10]
10[10] Diponolo, GS., Ilmu Negara, Jilid 1, Jakarta : Balai Pustaka, 1975, hlm 55
1945 yang diwujudkan oleh cita- cita hukum dan hukum dasar yang tertulis dengan landasan
negara hukum setiap tindakan Negara haruslah mempertimbangkan dua kepentingan yaitu
kegunaannya dan hukumnya, agar senantiasa setiap tindakan Negara selalu memenuhi dua
kepentingan tersebut.
2. Hukum Dasar Tertulis dan tidak Tertulis
a) Hukum Dasar Tertulis
Dasar hukum tertulis adalah Undang- undang Dasar yang menurut sifat dang fungsinya
adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas- tugas pokok cara kerja badan- badan
tersebut. Undang- undang Dasar bersifat singkat dan supel. Undang- undang Dasar 1945 hanya
memiliki 37 pasal, adapun pasal- pasalnya hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan.
Hal ini mengandung makna:
1) Telah cukup jika undang- undang dasar hanya memuat aturan- aturan pokok.
2) Sifatnya yang supel.
3) Memuat aturan- aturan, norma- norma serta ketentuan- ketentuan yang harus dilaksanakan
secara konstitusional
4) Undang- undang Dasar 1945 merupakan peraturan hukum positif tertinggi
11[11] Ashiddiqie, Jimly., Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan Pelaksanaannya Di
Indonesia, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta 1994, hlm 13
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR. Dalam menjalankan
pemerintahan, kekuasaan dan tanggung jawab ada pada Presiden (concentration of power and
responsibility upon the President).
e) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Presiden harus bekerja sama dengan DPR tetapi Presiden tidak bertanggun jawab kepada
DPR,artinya kedudukan Presiden tidak tergantung dari DPR.
f) Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR untuk membentuk UU serta menetapkan APBN.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR dan DPRpun tidak dapat menjatuhkan presiden.
g) Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR.
Kedudukan menteri tidak tergantung pada DPR tetapi pada Presiden. Pengangkatan dan
pemberhentian menteri merupakan wewenang sepenuhnya Presiden (Pasal 17 ayat 2).
12[12] Ubaidillah, A., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani,
Jakarta: IAIN Press, 2000 h. 82-83
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Negara merupakan suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui adanaya
suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok yang menopang berdirinya suatu Negara.
3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena melaksanakan
konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
4. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan
Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan sebagai konstitusi
melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia
B. Saran
1. Diharapkan masyarakat mengetahui tentang Negara dan Konstitusi di negara kita.
2. Diharapkan informasi ini dapat tersebar luas ke masyarakat agar terbentuk jiwa nasionalisme
sebagai tonggak kemajuan Negara
DAFTAR PUSTAKA
Ubaidillah, A., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, Jakarta:
IAIN Press, 2000 h. 33-37, 48-55, 82-83, 85-87.
Budiarto, Miriam, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Media, 1987
Kaelan, M.S., Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses Reformasi Paradigm
Reformasi Masyarakat Madani, paradigm, Yogyakarta, 1999