Anda di halaman 1dari 16

PERILAKU KONSTITUSIONAL

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu : Wira Firmansyah S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 4

Nama : Putri Wulan Anjelina Waruwu (7203240046)

Reynalda Utari Karo Karo (7201240012)

Walda Ronia Pulungan (7203540025)

Roy (7203240045)

Kelas : Ilmu Ekonomi B 2020

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pendidikan
kewarganegaraan dengan judul “Perilaku Konstitusional Warga Negara” dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas
Negeri Medan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterimakasih kepada Ibu Wira Firmansyah S.Pd, M.Pd selaku Dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Demikianlah makalah ini kami susun, kami sadar bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kata kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Atas perhatian Dosen pengampu dan teman-teman, kami ucapkan terima kasih.

Medan, 11 Maret 2022

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................................5

1.4 Manfaat Makalah.........................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................7

PEMBAHASAN........................................................................................................................7

2.1 Pengertian Perilaku Konstitusional.............................................................................7

2.2 Sikap Positif Perilaku Konstitusional..........................................................................7

2.3 Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara..............................................7

2.4 Perilaku Konstitusional Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan...................12

2.5 Perilaku Konstitusional Warga Negara.....................................................................13

2.6 Perilaku Inkonstitusional...........................................................................................14

BAB III.....................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan................................................................................................................15

3.2 Saran..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD
1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah.

Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan
terhadap bangsa dan negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan
terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan
terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib
untuk memiliki perilaku positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku
peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya,
melaksanakan nilai-nilai yang terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan
berani menegakkan jika konstitusi dilanggar. Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan
diterapkan oleh semua warga negara, karena perilaku konstitusional dapat menciptakan
keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan hukum.

Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD
1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa
hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain,
konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara. Para
penyelenggara negara wa jib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh konstitusi.
Demikian juga halnya dengan warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan terhadap
konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional adalah
perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan-aturan
penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Perilaku konstitusional juga
dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Sebaliknya, perilaku
inkonstitusional adalah perilaku yang menyimpang dari konstitusi negara. Sebagai warga
negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan terhadap bangsa dan negara,
yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan terhadap konstitusi, kesetiaan

4
terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan terhadap kebijakan pemerintah. Oleh
sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib untuk memiliki prilaku positif terhadap
konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku peduli atau memperhatikan konstitusi
(UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang terjandung
didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan berani menegakkan jika konstitusi
dilanggar. Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara,
karena perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai
dengan hukum.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa Pengertian Perilaku Konstitusional?
 Bagaimana Sikap Positif Perilaku Konstitusional?
 Bagaimana Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara?
 Bagaimana Perilaku Konstitusional Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan
 Bagaimana Perilaku Konstitusional Warga Negara?
 Bagaimana Perilaku Inkonstitusional?

1.3 Tujuan Pembahasan


 Untuk mengetahui Pengertian Perilaku Konstitusional?
 Untuk mengetahui Sikap Positif Perilaku Konstitusional?
 Untuk mengetahui Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara?
 Untuk mengetahui Perilaku Konstitusional Partai Politik dan Organisasi
Kemasyarakatan
 Untuk mengetahui Perilaku Konstitusional Warga Negara
 Untuk mengetahui Perilaku Inkonstitusional

1.4 Manfaat Makalah


Berikut Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diwujudkan dalam penulisan ini
yaitu Sebagai berikut :

1. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai materi yang
Bersangkutan.
2. Diharapkan makalah ini menjadi referensi yang memiliki kontribusi yang baik bagi
Para pembaca dalam memahami materi yang tersedia dan juga dalam melakukan
Penelitian mengenai materi yang bersangkutan.

5
3. Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat menerapkan point point yang
Terdapat dalam makalah tersebut dalam kehidupan sehari hari.

6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Konstitusional
Perilaku konstitusional adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya
berpijak pada aturan-aturan penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD
1945. .Perilaku konstitusional juga dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan
konstitusi negara.Sebaliknya Perilaku Inkonstitusional ialah perilaku yang tidak sesuai dan
bertentangan atau menyimpang dari konstitusi negara.

Konstitusi diharapkan bisa hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan


bernegara. Atau dengan kata lain, konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh
segenap komponen negara. Para penyelenggara negara wajib taat dan melaksanakan semua
yang digariskan oleh konstitusi. Demikian juga halnya dengan warga negara harus taat pada
konstitusi. Ketaatan terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional.

2.2 Sikap Positif Perilaku Konstitusional


Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan
terhadap bangsa dan negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan
terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan
terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib
untuk memiliki perilaku positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku
peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya,
melaksanakan nilai-nilai yang terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan
berani menegakkan jika konstitusi dilanggar.

Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara,
karena perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai
dengan hukum. Pembahasan tentang sikap positif terhadap konstitusi tersebut meliputi
perilaku konstitusional bagi penyelenggaraan Negara, parpol maupun organisasi
kemasyarakatan maupun sebagai warga Negara Indonesia.

2.3 Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara


Dalam perkembangan kehidupan bernegara, bangsa Indonesia telah mengalami
beberapa kali penggunaan konstitusi yang berlaku antara lain: UUD 1945 pada periode tahun

7
1945-1949, Konstitusi RIS dalam tahun 1949-1950, UUD S tahun 1950-1959, UUD 1945
tahun 1959-2002, dan UUD 1945 yang telah diamandemen dari tahun 2002 hingga sekarang

(tahun 2009).

Berdasarkan konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini penyelenggaraan Nagara


dilaksanakan oleh lembaga-lembaga Negara meliputi : MPR, Presiden, Kementrian Negara,
DPR, DPD, KPU, Badan Pemeriksa Keuangan, MA, MK, TNI, dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

Lembaga-lembaga penyelenggara Negara tersebut melaksanakan tugas atau


kewajibannya berdasarkan wewenang yang dimiliki berdasarkan ketetapan konstitusi lain :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dalam undang-undang. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
Negara. Wewenang MPR ialah:

 Mengubah dan menetapkan UUD


 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD

2. Presiden dan Kementrian Negara

Calon Presiden dan/atau Wakil Presiden harus warga Negara Indonesia dan sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendak sendiri,
tidak pernah mengkhianati Negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Presiden dan/atau Wakil Presiden
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.Presiden berhak mengajukan rancangan
undang-undang kepada DPR dan menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya.Syarat menjadi Presiden diatur dengan undang-

8
undang.Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya atas
usul DPR karena melakukan pelanggaran hokum berupa pengkhianatan Negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat, atau perbuatan tercela, maupun terbukti tidak lagi memenuhi

syarat sebagai Presiden.

Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden DPR diajukan kepada MPR,
dan MPR meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan
memutuskan pendapat DPR tersebut. Apabila pendapat DPR tersebut telah diperiksa diadili
dan diputuskan Mahkamah Konstitusi memiliki kebenaran atau terbukti, MPR mengadakan
sidang untuk memutuskan usul tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak MPR menerima
usul tersebut. Keputusan MPR tentang usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden,
harus diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir,
setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam
rapat paripurna Majelis. Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa
jabatannya. Kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya enam puluh hari, MPR
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan
Presiden. Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, maka tugas
kepresidenan dilaksanakan oleh Menlu, Mendagri, dan Menteri Pertahanan.

Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, MPR menyelenggarakan sidang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Kedua pasangan capres dan
cawapres yang merupakan peraih terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan
Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan
MPR atau DPR.Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain. Presiden dalam membuat perjanjian
internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan berdasar bagi kehidupan rakyat
terkait dengan beban keuangan Negara, mengharuskan perubahan atau pembentukan
undangundang harus dengan persetujuan DPR.Presiden menyatakaan keadaan bahaya, syarat

9
syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dalam undang-undang. Presiden mengangkat
duta dan konsul, dalam pengangkatan duta dan penerimaan penempatan duta Negara lain
Presiden memperhatikan pertimbangan DPR. Presiden memberikan grasi (ampunan yang
diberikan kepala Negara kepada orang yang telah dijatuhi hukuman) dan rehabilitasi
(pengembalian nama baik atau kedudukan) dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung. Presiden memberikan amnesti (pengampunan atau pembebasan dari
hukuman/terutama hukuman politik) dan abolisi (penghentian atau pembatalan penuntutan
perkara) dengan memperhatikan pertimbangan DPR, Presiden membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden yang
selanjutnya diatur dalam undang-undang.Dalam menjalankan tugas, Presiden dibantu oleh
menteri-menteri Negara yang membidangi urusan tertentu misalnya pada bidang (pertahanan
keamanan, luar negeri, dalam negeri, informasi, hukum dan HAM, pendidikan, ekonomi,
kebudayaan, olahraga, riset dan teknologi, social, kelautan lingkungan hidup, kesehatan, dan
lainlain).Menteri-menteri Negara tersebut diangkat dan diberhentikan Presiden, serta
bertanggung jawab kepada Presiden.Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian
Negara diatur dengan undang-undang.

 Tidak pernah menghianati Negara


 Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas sebagai Presiden dan
Wapres
 Mengajukan rancangan UU kepada DPR
 Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum, susunan DPR ditetapkan dengan

undang-undang. Tugas DPR ialah:

 Bersidang sedikitnya sekali dalam setahun


 Membentuk undang-undang
 Membahas rancangan undang-undang bersama dengan Presiden

Hak-hak DPR adalah untuk menyatakan pendapat, budget yaitu hak untuk menetapkan
anggaran belanja Negara (APBN), interpelasi yaitu hak untuk meminta keterangan kepada
Presiden, angket adalah hak untuk mengadakan penyelidikan atas kebijakan pemerintah,

10
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas adalah hak
kekebalan hukum.

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum, jumlah anggota
DPD tidak boleh lebih dari jumlah anggota DPR.DPD bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.DPD dapat mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah,
hubungan antar pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran atau penggabungan daerah,
dan lain-lain kepada DPR.DPD berhak melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang, tentang otonomi daerah, hubungan antar pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran atau penggabungan daerah, dan lain-lain.

 Mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah, hubungan antar pusat


dan daerah
 Pembentukan dan pemekaran atau penggabungan daerah, dan lain-lain kepada DPR

5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Sebagai Negara yang menerapkan system penerapan rakyat atau demokrasi pemilihan
umum merupakan sarana pesta demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan
duduk di DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan DPRD. Pemilu di Indonesia
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.
Ketentuan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

 Menyelenggarakan pemilu yang langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil

6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dibentuklah


BPK, kemudian hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada DPR, DPD, DPRD
sesuai dengan kewenangannya.Hasil pemeriksaan tersebut ditindak lanjuti oleh lembaga
perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.Anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh Presiden.

 Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara


 Menyerahkan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD, DPRD

7. Mahkamah Agung (MA)

11
Kewenangan MA adalah menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang, dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang. Calon Hakim Agung
diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan menjadi Hakim Agung oleh Presiden. Kewenangan Komisi Yudisial adalah

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang

8. Mahkamah Konstitusi (MK)

MK memiliki kewenangan untuk mengadili tingkat pertama dan terakhir yang


putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar.
Kewenangan lain adalah memutuskan sengketa kewenangan yang diberikan UUD,
memutuskan pembubaran partai politik, perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

 Memutuskan sengketa kewenangan yang diberikan UUD


 Memutuskan pembubaran partai politik, perselisihan tentang hasil pemilihan umum

9. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia

Sebagai usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system


pertahanan dan keamanan rakyat semesta, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara
sebagai alat Negara yang bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan
serta kedaulatan Negara. Sedangkan Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia
bertugas menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat, serta sebagai penyelidik maupun
penyidik terjadinya kasus kejahatan untuk dilimpahkan kepada kejaksaan.

 Mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan serta kedaulatan Negara


 Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat

2.4 Perilaku Konstitusional Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan


Sejalan dengan semangat pasal 28 UUD 1945 serta meningkatnya kesadaran warga
Negara Indonesia dalam berpolitik, maka terjadi perkembangan yang signifikan tentang
jumlah partai politik dan organisasi kemasyarakatan yang ada di Indonesia. Melalui
organisasi politik tersebut seseorang dapat memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan

12
negara.Oleh sebab itu, perilaku parpol dalam menyampaikan aspirasi politik dari masyarakat
harus secara konstitusional, tidak melakukan provokatif, anarkis, destruktif maupun
perbuatan tercela lainnya yang jelas bertentangan dengan harapan seluruh rakyat Indonesia.

2.5 Perilaku Konstitusional Warga Negara


Harus kita sadari bersama bahwa keberhasilan bangsa Indonesia dalam mewujudkan
tujuan Negara sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat,
tidak semata-mata merupakan tugas penyelenggara Negara.Namun hal ini menjadi kewajiban
kita untuk menjalin hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang harmonis. Sebagai
warga Negara yang baik, perilaku kita harus sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.Misalnya jika kita kelak menjadi petani menjadilah petani yang baik menanam
tanaman yang tidak menjerumuskan generasi muda kearah penyalahgunaan narkoba.Kita
menyadari bahwa dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat tidak terlepas dari berbagai
permasalahan. Oleh sebab itu, dalam penyelesaian permasalahan dapat dihindari main hakim
sendiri, kekerasan, anarkis dan tindakan lain yang tidak konstitusional. Dalam kehidupan
bernegara kita dapat melakukan perbuatan yang konstitusional misalnya:

 Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat


 Terhadap perlakuan tidak adil oleh siapapun termasuk pemerintah dalam melakukan
upaya hukum harus melalui musyawarah atau jalur hokum
 Membiasakan untuk memberikan sesuatu daripada meminta sesuatu sebagaimana
dikemukakan oleh John F. Kennedy yaitu, ‘jangan bertanya apa yang akan diberikan
Negara kepadamu, tetapi tanyakan pada dirimu apa yang telah anda berikan kepada
Negara atau bangsamu’
 Siap membela Negara bila dibutuhkan sewaktu-waktu
 Membiasakan untuk menghargai hasil karya orang lain
 Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain.
 Mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku, baik peraturan lalu lintas, sekolah, dan
lain sebagainya.
 Tidak main hakim sendiri.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu permasalahan.
 Mengembangkan sikap sadar dan rasional.
 Menjalin persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan.

13
 Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan bebas, serta sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
 Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan suara, tidak dengan
money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.
 Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan dengan kekerasan,
infiltrasi, atau revolusi.
 Membayar pajak tepat waktu
 Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan kemampuan, hak dan kewajiban.
 Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat.

2.6 Perilaku Inkonstitusional


Berikut adalah contoh perilaku inkonstitusional yang perlu dihindari dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara :

1) Melanggar apa yang menjadi isi Konstitusi atau melanggar aturan dan norma yang
telah ditetapkan di dalam konstitusi.
2) Menyalahgunakan konstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok, ataupun
untuk memperkaya diri sendiri (korupsi)

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku konstitusional yaitu perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Untuk
mewujudkan perilaku konstitusional itu harus dilandasi dengan sikap yang positif terhadap
UUD 1945. Pentingnya perilaku konstitusional yaitu agar amanah konstitusi dapat
dilaksanakan dengan baik. Dalam menerapkan perilaku konstitusional kita harus bersifat
terbuka, mampu mengatasi masalah, sadar akan adanya perbedaan, memiliki harapan
realistis, memberi penghargaan terhadap karya bangsa, mampu menerima dan memberi
umpan baik. Perilaku konstitusional wajib dimiliki oleh semua warga negara, karena perilaku
konstitusional ini dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, sesuai dengan hukum yang
berlaku.

Ada tiga sikap yang harus dijunjung dalam menghargai dan menjalankan konstitusi
negara, yaitu:

a. Memahami Pancasila dan UUD 1945


b. Berperan serta dalam menegakkan Pancasila dan UUD 1945
c. Mengembangkan pola hidup dan tetap menaati aturan yang ada.

3.2 Saran
Harapan kami untuk pembaca setelah membaca makalah ini mampu membuat
kesetiaan terhadap tanah air dalam berkehidupan berbangsa dan bertanah air semangkin baik
lagi. tentunya makalah ini belum sempurna sehingga kamu sangat senang dengan saran dan
kritik membangun dari pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amirjundi. (2014, April 24). Contoh perilaku konstitusional dan inkonstitusional dalam
aspek ideologi. Dipetik Maret 12, 2022, dari Brainly:
https://brainly.co.id/tugas/152120

Muhammad Iqbal, M. R. (2017). PERILAKU KONSTITUSIONAL DALAM KEHIDUPAN


BERNEGARA. Palembang: POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA. Dipetik Maret 12,
2022, dari https://pdfcoffee.com/qdownload/perilaku-konstitusional-k3-pdf-free.html

16

Anda mungkin juga menyukai