PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Roy (7203240045)
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pendidikan
kewarganegaraan dengan judul “Perilaku Konstitusional Warga Negara” dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas
Negeri Medan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterimakasih kepada Ibu Wira Firmansyah S.Pd, M.Pd selaku Dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Demikianlah makalah ini kami susun, kami sadar bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kata kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Atas perhatian Dosen pengampu dan teman-teman, kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD
1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah.
Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan
terhadap bangsa dan negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan
terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan
terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib
untuk memiliki perilaku positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku
peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya,
melaksanakan nilai-nilai yang terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan
berani menegakkan jika konstitusi dilanggar. Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan
diterapkan oleh semua warga negara, karena perilaku konstitusional dapat menciptakan
keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan hukum.
Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD
1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa
hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain,
konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara. Para
penyelenggara negara wa jib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh konstitusi.
Demikian juga halnya dengan warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan terhadap
konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional adalah
perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan-aturan
penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Perilaku konstitusional juga
dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Sebaliknya, perilaku
inkonstitusional adalah perilaku yang menyimpang dari konstitusi negara. Sebagai warga
negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan terhadap bangsa dan negara,
yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan terhadap konstitusi, kesetiaan
4
terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan terhadap kebijakan pemerintah. Oleh
sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib untuk memiliki prilaku positif terhadap
konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku peduli atau memperhatikan konstitusi
(UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang terjandung
didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan berani menegakkan jika konstitusi
dilanggar. Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara,
karena perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai
dengan hukum.
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai materi yang
Bersangkutan.
2. Diharapkan makalah ini menjadi referensi yang memiliki kontribusi yang baik bagi
Para pembaca dalam memahami materi yang tersedia dan juga dalam melakukan
Penelitian mengenai materi yang bersangkutan.
5
3. Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat menerapkan point point yang
Terdapat dalam makalah tersebut dalam kehidupan sehari hari.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Konstitusional
Perilaku konstitusional adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya
berpijak pada aturan-aturan penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD
1945. .Perilaku konstitusional juga dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan
konstitusi negara.Sebaliknya Perilaku Inkonstitusional ialah perilaku yang tidak sesuai dan
bertentangan atau menyimpang dari konstitusi negara.
Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara,
karena perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai
dengan hukum. Pembahasan tentang sikap positif terhadap konstitusi tersebut meliputi
perilaku konstitusional bagi penyelenggaraan Negara, parpol maupun organisasi
kemasyarakatan maupun sebagai warga Negara Indonesia.
7
1945-1949, Konstitusi RIS dalam tahun 1949-1950, UUD S tahun 1950-1959, UUD 1945
tahun 1959-2002, dan UUD 1945 yang telah diamandemen dari tahun 2002 hingga sekarang
(tahun 2009).
Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dalam undang-undang. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
Negara. Wewenang MPR ialah:
Calon Presiden dan/atau Wakil Presiden harus warga Negara Indonesia dan sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendak sendiri,
tidak pernah mengkhianati Negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Presiden dan/atau Wakil Presiden
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.Presiden berhak mengajukan rancangan
undang-undang kepada DPR dan menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya.Syarat menjadi Presiden diatur dengan undang-
8
undang.Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya atas
usul DPR karena melakukan pelanggaran hokum berupa pengkhianatan Negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat, atau perbuatan tercela, maupun terbukti tidak lagi memenuhi
Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden DPR diajukan kepada MPR,
dan MPR meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan
memutuskan pendapat DPR tersebut. Apabila pendapat DPR tersebut telah diperiksa diadili
dan diputuskan Mahkamah Konstitusi memiliki kebenaran atau terbukti, MPR mengadakan
sidang untuk memutuskan usul tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak MPR menerima
usul tersebut. Keputusan MPR tentang usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden,
harus diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir,
setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam
rapat paripurna Majelis. Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa
jabatannya. Kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya enam puluh hari, MPR
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan
Presiden. Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, maka tugas
kepresidenan dilaksanakan oleh Menlu, Mendagri, dan Menteri Pertahanan.
Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, MPR menyelenggarakan sidang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Kedua pasangan capres dan
cawapres yang merupakan peraih terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan
Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan
MPR atau DPR.Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain. Presiden dalam membuat perjanjian
internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan berdasar bagi kehidupan rakyat
terkait dengan beban keuangan Negara, mengharuskan perubahan atau pembentukan
undangundang harus dengan persetujuan DPR.Presiden menyatakaan keadaan bahaya, syarat
9
syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dalam undang-undang. Presiden mengangkat
duta dan konsul, dalam pengangkatan duta dan penerimaan penempatan duta Negara lain
Presiden memperhatikan pertimbangan DPR. Presiden memberikan grasi (ampunan yang
diberikan kepala Negara kepada orang yang telah dijatuhi hukuman) dan rehabilitasi
(pengembalian nama baik atau kedudukan) dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung. Presiden memberikan amnesti (pengampunan atau pembebasan dari
hukuman/terutama hukuman politik) dan abolisi (penghentian atau pembatalan penuntutan
perkara) dengan memperhatikan pertimbangan DPR, Presiden membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden yang
selanjutnya diatur dalam undang-undang.Dalam menjalankan tugas, Presiden dibantu oleh
menteri-menteri Negara yang membidangi urusan tertentu misalnya pada bidang (pertahanan
keamanan, luar negeri, dalam negeri, informasi, hukum dan HAM, pendidikan, ekonomi,
kebudayaan, olahraga, riset dan teknologi, social, kelautan lingkungan hidup, kesehatan, dan
lainlain).Menteri-menteri Negara tersebut diangkat dan diberhentikan Presiden, serta
bertanggung jawab kepada Presiden.Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian
Negara diatur dengan undang-undang.
Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum, susunan DPR ditetapkan dengan
Hak-hak DPR adalah untuk menyatakan pendapat, budget yaitu hak untuk menetapkan
anggaran belanja Negara (APBN), interpelasi yaitu hak untuk meminta keterangan kepada
Presiden, angket adalah hak untuk mengadakan penyelidikan atas kebijakan pemerintah,
10
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas adalah hak
kekebalan hukum.
Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum, jumlah anggota
DPD tidak boleh lebih dari jumlah anggota DPR.DPD bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.DPD dapat mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah,
hubungan antar pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran atau penggabungan daerah,
dan lain-lain kepada DPR.DPD berhak melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang, tentang otonomi daerah, hubungan antar pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran atau penggabungan daerah, dan lain-lain.
Sebagai Negara yang menerapkan system penerapan rakyat atau demokrasi pemilihan
umum merupakan sarana pesta demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan
duduk di DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan DPRD. Pemilu di Indonesia
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.
Ketentuan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
11
Kewenangan MA adalah menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang, dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang. Calon Hakim Agung
diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan menjadi Hakim Agung oleh Presiden. Kewenangan Komisi Yudisial adalah
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
12
negara.Oleh sebab itu, perilaku parpol dalam menyampaikan aspirasi politik dari masyarakat
harus secara konstitusional, tidak melakukan provokatif, anarkis, destruktif maupun
perbuatan tercela lainnya yang jelas bertentangan dengan harapan seluruh rakyat Indonesia.
13
Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan bebas, serta sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan suara, tidak dengan
money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.
Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan dengan kekerasan,
infiltrasi, atau revolusi.
Membayar pajak tepat waktu
Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan kemampuan, hak dan kewajiban.
Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat.
1) Melanggar apa yang menjadi isi Konstitusi atau melanggar aturan dan norma yang
telah ditetapkan di dalam konstitusi.
2) Menyalahgunakan konstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok, ataupun
untuk memperkaya diri sendiri (korupsi)
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku konstitusional yaitu perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Untuk
mewujudkan perilaku konstitusional itu harus dilandasi dengan sikap yang positif terhadap
UUD 1945. Pentingnya perilaku konstitusional yaitu agar amanah konstitusi dapat
dilaksanakan dengan baik. Dalam menerapkan perilaku konstitusional kita harus bersifat
terbuka, mampu mengatasi masalah, sadar akan adanya perbedaan, memiliki harapan
realistis, memberi penghargaan terhadap karya bangsa, mampu menerima dan memberi
umpan baik. Perilaku konstitusional wajib dimiliki oleh semua warga negara, karena perilaku
konstitusional ini dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, sesuai dengan hukum yang
berlaku.
Ada tiga sikap yang harus dijunjung dalam menghargai dan menjalankan konstitusi
negara, yaitu:
3.2 Saran
Harapan kami untuk pembaca setelah membaca makalah ini mampu membuat
kesetiaan terhadap tanah air dalam berkehidupan berbangsa dan bertanah air semangkin baik
lagi. tentunya makalah ini belum sempurna sehingga kamu sangat senang dengan saran dan
kritik membangun dari pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amirjundi. (2014, April 24). Contoh perilaku konstitusional dan inkonstitusional dalam
aspek ideologi. Dipetik Maret 12, 2022, dari Brainly:
https://brainly.co.id/tugas/152120
16