Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN HASIL OBSERVASI

DPRD KAB. KOTA KEDIRI

Dosen Pengampu:

Fitria Esfandiari, S.H., MH

Disusun Oleh:

Fidela Naomi Amaris El Ibrasa

201810110311186

Kelas K

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Makalah observasi ke
DPRD Kab. Kota Kediri. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Ketatanegaraan. Selain itu makalah ini juga bisa digunakan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan para pembacanya, tentang Laporan
Rancangan Peraturan Daerah Kab. Kota Kediri. Makalah ini disusun
berdasarkann observasi yang kami laksanakan di DPRD Kota Kediri.

Namun masih merasa banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh


karena itu tanggapan, kritik, dan saran sangat diperlukan yang bersifat
membangun. Semoga laporan ini bermanfaat.

Malang, 14 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rencana Sasaran Kunjungan Lapang/Permasalahan Yang Diteliti...............................3

BAB II SEJARAH DAN GAMBARAN LOKASI..........................................................4

2.1 Sejarah Daerah/Wilayah................................................................................................4

2.2 Gambaran Lokasi DPR/DPRD/DPD.............................................................................6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................9

3.1 Hasil Kunjungan Lapang ke DPR/DPRD/DPD.............................................................9

3.2 Pembahasan Hasil Kunjungan Lapang ke DPR/DPRD/DPD........................................10

BAB IV PENUTUP............................................................................................................16

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................16

4.2 Saran..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

LAMPIRAN.......................................................................................................................20

a. Surat Ijin Observasi Dari FH UMM........................................................................20


b. Surat Keterangan Telah Melakukan Observasi Dari DPR/DPRD/DPD..................20
c. Perda Yang Di Bahas...............................................................................................20
d. Foto..........................................................................................................................20
- Dari Depan Kantor DPR/DPRD/DPD...............................................................21
- Di Ruangan Sidang DPR/DPRD/DPD..............................................................21
- Dengan Anggota DPR/DPRD/DPD..................................................................21

iii
e. Naskah Akademik Hasil Asistensi..........................................................................22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asmawi (2014) menjelaskan, sejak terjadinya reformasi pada tahun
1998, tonggak sejarah baru dalam perjalanan ketatanegaraan Indonesia
seolah dimulai dari awal. Mulai dari tahun 1999 hingga tahun 2002, UUD
1945 telah mengalami perubahan (amandemen) sebanyak empat kali.
Dalam kerangka amandemen UUD 1945 itu, bangsa kita telah mengadopsi
prinsip-prinsip baru sistem ketatanegaraan, yakni mulai dari prinsip
pemisahan/pembagian kekuasaan, prinsip checks and balances, hingga
prinsip supremasi hukum dalam penyelesaian ‘konflik politik’. Melalui
amandemen UUD 1945 itu,lahirlah sejumlah lembaga-lembaga negara,
baik yang kewenangannya diberikan oleh konstitusi (constitutionally
entrusted power) maupun yang yang kewenangannya diberikan oleh
undang-undang (legislatively entrusted power).
Dalam hubungannya dengan pemerintahan di daerah yang juga
melibatkan adanya demokrasi, salah satu isu penting hasil demokrasi dalam
pentas ketatanegaraan Indonesia adalah lembaga legislative daerah, yang
dikenal sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).DPRD merupakan
lembaga legislatif tempat wakil rakyat membuat undang–undang ditingkat
Provinsi, Kabupaten, dan Kota. DPRD menurut UndangUndang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah merupakan Lembaga
PerwakilanRakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah. AnggotaDPRD dipilih secara langsung oleh masyarakat
dalam pemilihan umum.DPRD berkedudukan sebagi unsur penyelenggara
pemerintahan daerah artinya posisi DPRDsejajar dengan pemerintah daerah,
bukan bagian dari pemerintahan daerah seperti yang berlaku sebelumnya
melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. DPRD memiliki kewenangan
meminta keterangan kepala daerah, pertanggungjawaban kepala daerah,
melakukan penyelidikan, meminta keterangan pejabat negara dan warga

1
masyarakat mengenai suatu hal yang menyangkut kepentingan publik (yang
kalau ditolak tanpa alasan akan berakibat seseorang bisa dikenai hukuman).
Selain yang kita ketahui mengenai pengertian Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) yang merupakan lembaga legislatif tempat wakil rakyat
membuat undang-undang ditingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota.Terdapat
pula fungsi yang dimiliki DPRD. Menurut Linayati (2016), pada dasarnya
fungsi hubungan tata-kerja antara DPRD dengan Kepala daerah salah satunya
Bupati diatur dalam Pasal 41 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang menyatakan: DPRD memiliki fungsi legislasi,
anggaran, dan pengawasan.
Dalam Hukum ketatanegaraan terdapat materi mengenai Ilmu
Perundang-Undang.Ilmu Perundang-Undangan adalah ilmu yang berkembang
di negara-negara yang menganut sistem hukum civil law, dimana di dalamnya
juga mempelajari mengenai pembentukan hukum negara.Menurut Burkhardt
Krems, IPP dibagi dalam tiga wilayah yaitu proses perundang-undangan,
metode perundang-undangan, dan teknik perundang-undangan. Dalam materi
ini dikenalkan akan pentingnya pembentukan hukum, badan apakah yang
berwenang dalam pembentukannya, maupun asas-asas perundang-undangan
Ilmu perundang-undangan sebagai mata kuliah yang bertujuan untuk
mengenalkan tentang ruang lingkup, mengapa hukum memerlukan perundang-
undangan, fungsi ilmu perundang-undangan dalam pembentukan hukum baik
norma-norma maupun azas-azas perundang-undangan mengingat hal itu
merupakan salah satu tanggungjawab penegak hukum, sebagai calon itu dalam
hal ini untuk mempelajari sebelum menjadi instansi-instansi nantinya. Dalam
perkuliahan ini menggunakan beberapa metode perkuliahan salah satunya
studi lapang guna mencapai beberapa wilayah dan sekaligus tujuan dari ilmu
perundang-undangan itu sendiri.
Maka dari itu dalam pelaksanaan perkuliahan diadakan kegiatan wajib
berupa observasi ke suatu DPRD guna mengetahui secara langsung proses
pembentukan perundang-undangan, juga bisa mengomparasikan dengan das

2
sein dan das sollen. Selain itu kegiatan ini berfungsi untuk mengetahui kantor
lembaga hukum dan instansi didalamnya.
1.2 Rencana Sasaran Kunjungan Lapang/Permasalahan Yang Diteliti
Kegiatan observasi yang kami ikuti guna pemenuhan tugas Hukum
Ketatanegaraan kali ini adalah sidangmenegenaikesepakatan bersama Bupati
Kediri atas pendapat akhir fraksi-fraksi Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten
Kedirimengenai Persetujuan Program Pembentukan Perda Tahun 2020 dan
Penandatanganan Nota Persetujuan Bersama Raperda APBD TA 2020.
Kegiatan ini meliputi:
1. Mengamati jalannya sidang paripurrna Kesepakatan bersama Bupati
Kediri atas pendapat akhir fraksi-fraksi Dewan Perwakilan Kota
Pasuruan terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Pasuruan Tahun Anggaran 2019.
2. Mengamati teknis persidangan dalam pembahasan paripurna.
3. Mengamati keadaan di dalam ruang sidang pada saat berjalannya rapat.

3
BAB II

SEJARAH DAN GAMBARAN LOKASI

2.1 Sejarah Daerah/ Wilayah

Nama Kediri ada yang berpendapat berasal dari kata "KEDI" yang
artinya "MANDUL" atau "Wanita yang tidak berdatang bulan". Menurut
kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, “KEDI" berarti Orang Kebiri Bidan atau
Dukun. Di dalam lakon Wayang, Sang Arjuno pernah menyamar Guru Tari di
Negara Wirata, bernama "KEDI WRAKANTOLO". Bila kita hubungkan
dengan nama tokoh Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng,
"KEDI" berarti Suci atau Wadad. Disamping itu kata Kediri berasal dari kata
"DIRI" yang berarti Adeg, Angdhiri, menghadiri atau menjadi Raja (bahasa
Jawa Jumenengan). Untuk itu dapat kita baca pada prasasti "WANUA" tahun
830 saka, yang diantaranya berbunyi " Ing Saka 706 cetra nasa danami sakla
pa ka sa wara, angdhiri rake panaraban", artinya pada tahun saka 706 atau
734 Masehi, bertahta Raja Pake Panaraban. Nama Kediri banyak terdapat
pada kesusatraan Kuno yang berbahasa Image Jawa Kuno seperti Kitab
Samaradana, Pararaton, Negara Kertagama dan Kitab Calon Arang.

Demikian pula pada beberapa prasasti yang menyebutkan nama Kediri


seperti, Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 saka yang terletak di Desa
Ceker, sekarang Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo. Dalam prasasti ini
menyebutkan, karena penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka
memperoleh hadiah, "Tanah Perdikan". Dalam prasasti itu tertulis "Sri
Maharaja Masuk Ri Siminaninaring Bhuwi Kadiri" artinya raja telah kembali
kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri. Prasasti Kamulan di Desa
Kamulan Kabupaten Trenggalek yang berangkat tahun 1116 saka, tepatnya
menurut Damais tanggal 31 Agustus 1194. Pada prasasti itu juga
menyebutkan nama, Kediri, yang diserang oleh raja dari kerajaan sebelah
timur. "Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo", sehingga raja
meninggalkan istananya di Katangkatang ("tatkala nin kentar sangke

4
kadetwan ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja
siniwi ring bhumi kadiri"). Menurut bapak MM Sukarto Kartoatmojo
menyebutkan Imagebahwa "hari jadi Kediri" muncul pertama kalinya
bersumber dari tiga buah prasasti Harinjing A-B-C, namun pendapat beliau,
nama Kadiri yang paling tepat dimuculkan pada ketiga prasasti. Alasannya
Prasti Harinjing A tanggal 25 Maret 804 masehi, dinilai usianya lebih tua dari
pada kedua prasasti B dan C, yakni tanggal 19 September 921 dan tanggal 7
Juni 1015 Masehi. Dilihat dari ketiga tanggal tersebut menyebutkan nama
Kediri ditetapkan tanggal 25 Maret 804 M. Tatkala Bagawantabhari
memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang Dyah Tulodong
yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing. Nama Kediri semula kecil lalu
berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya
terkenal hingga sekarang.Selanjutnya ditetapkan surat Keputusan Bupati
Kepada Derah Tingkat II Kediri tanggal 22 Januari 1985 nomor 82 tahun
1985 tentang hari jadi Kediri, yang pasal 1 berbunyi " Tanggal 25 Maret 804
Masehi ditetapkan menjadi Hari Jadi Kediri.”

Mengenai kondisi geografis, Image Posisi geografi Kabupaten Kediri


terletak antara 111o 47' 05" sampai dengan 112o 18'20" Bujur Timur dan 7o
36' 12" sampai dengan 8o 0' 32 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kediri
diapit oleh 5 Kabupaten, yakni :

a. Sebelah Barat :Tulungagung dan Nganjuk


b. Sebelah Utara : Nganjuk dan Jombang
c. Sebelah Timur : Jombang dan Malang
d. Sebelah Selatan : Blitar dan Tulungagung

Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui
aliran sungai Brantas yang membelah dari selatan ke utara. Suhu udara
berkisar antara 23o C sampai dengan 31o C dengan tingkat curah hujan rata-
rata sekitar 1652 mm per hari. Secara keseluruhan luas wilayah ada sekitar
1.386.05 KM2 atau + 5%, dari luas wilyah propinsi Jawa Timur.

5
Ditinjau dari jenis tanahnya, Kabupten Kediri dapat dibagi menjadi 5 (lima)
golongan, yaitu:

a. Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 Ha atau 55,84 %, merupakan


jenis tanah yang sebagian besar ada di wilayah kecamatan Kepung, Puncu,
ngancar, Plosoklaten, Wates, Gurah, Pare, kandangan, kandat, Ringinrejo,
Kras, papar, Purwoasri, Pagu, Plemahan, Kunjang dan Gampengrejo
b. Aluvial kelabu coklat seluas 28,178 Ha atau 20,33 %, merupakan jenis
tanah yang dijumpai di Kecamatan Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo,
Grogol, Banyakan, Papar, Tarokan dan Kandangan
c. Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 Ha atau
3,18 %, dijumpai di daerah ketinggian di atas 1.000 dpl seperti Kecamatan
Kandangan, Grogol, Semen dan Mojo.
d. Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 Ha atau 9,78 %,
terdapat di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol, banyakan, tarokan,
Plemahan, Pare dan Kunjang.
e. Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 Ha atau 10.87%, terdapat di
kecamatan Semen, Mojo, Grogol, banyakan, tarokan dan kandangan.

Wilayah Kabupaten kediri diapit oleh dua gunung yang berbeda sifatnya,
yaitu Gunung Kelud di sebelah Timur yang bersifat Vulkanik dan Gunung
Wilis disebelah barat yang bersifat non vulkanik, sedangkan tepat di bagian
tengah wilyah Kabupaten Kediri melintas sungai Brantas yang membelah
Wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian, yaitu bagian Barat sungai
Brantas yang merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan Gunung
Klotok dan bagian timur Sungai Brantas.

2.2 Gambaran Lokasi DPRD

DPRD Kabupaten Kediri berada di Jalan Doko, Kecamatan Ngasem,


Kota Kediri, Jawa Timur. DPRD Kabupaten Kediri berada dalam satu
lingkup wilayah yang sama dengan Pemerintah Kabupaten Kediri.
Dikarenakan wilayah Kota Kediri yang luas, pemusatan kegiatan

6
pemerintahan menjadi penting. Itu sebabnya mulai dari Kantor Pemerintahan
Kabupaten, Kantor Bakesbangpol, hingga Kantor DPRD pun berada dalam
satu tempat yang sama. Pada dasarnya, tidak ada gambaran yang spesifik
mengenai lokasi DPRD Kabupaten Kediri. Meski begitu, keberadaan DPRD
Kabupaten Kediri sudah dianggap strategis dikarenakan satu wilayah dengan
Kantor Pemerintah Kabupaten Kediri, sehingga segala kegiatan yang
menyangkut dengan pemerintahan dapat terpusat. Bukan hanya itu,
masyarakat juga dapat mengurus segala administrasi dengan mudah dalam
satu lingkup yang sama tersebut.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kunjungan Lapang

Mekanisme pembahasan RAPBD Kabupaten Kediri Tahun Anggaran


2020 berdasarkan hasil penetapan Badan Musyawarah dengan berpijak pada
Tata Tertib DPRD, telah memberikan kesempatan, ruang dan waktu secara
proporsional, efiein dan efektif melalui tahapan-tahapan pembicaraan yang
diatur dalam jadwal acara rapat-rapat DPRD yang melibatkan Badan
Anggaran sebagai alat kelengkapan DPRD yang bertugas melaksanakan
pembahasan serta Komisi-komisi dan Fraksi-fraksi DPRD.

Melalui mekanisme itu, Laporan dan Pendapat Badan Anggaran


memperhatikan pula langkah-langkah yang ditempuh oleh Saudara Bupati
melalui penjelasan serta jawaban Pemerintah Daerah pada pembicaraan
Tingkat I.

Secara garis besar Badan Anggaran memperoleh data-data finansial sebagai


berikut:

A. PENDAPATAN
Pada sisi pendapatan direncanakan sebesar = Rp 2.945.409.629.858,82
meliputi:
1. PAD sebesar = Rp 424.921.835.514,82
2. Dana Perimbangan = Rp 1.827.858.260.000,00
3. Lain-lain pendapatan yang sah = Rp 692.629.534.344,00
B. BELANJA
Pada sisi belanja direncanakan sebesar = Rp. 3.415.509.629.585,82
Meliputi:
1. Belanja tidak langsung = Rp. 1.970.619.347.999,38
2. Belanja langsung = Rp. 1.444.890.281.859,44
C. PEMBIAYAAN

8
Pembiayaan terdiri dari:
1. Penerimaan Pembiayaan = Rp. 500.100.000.000,00
2. Pengeluaran Pembiayaan = Rp. 30.000.000.000,00

Sehingga kekuatan APBD Tahun Anggaran 2020 dalam posisi berimbang


terdiri dari:

a. Pendapatan dan penerima pembiayaan:


1. Pendapatan = Rp. 2.945.409.629.858,82
2. Penerimaan Pembiayaan = Rp. 500.100.000.000,00

Jumlah = Rp. 3.445.509.629.858,82

b. Belanja dan Pengeluaran:


1. Belanja = Rp. 3.415.509.629.858,82
2. Pengeluaran Pembiayaan = Rp. 30.000.000.000,00

Jumlah = Rp. 3.445.509.629.858,82

PENDAPAT BADAN ANGGARAN

Setelah memperhatikan hasil pembicaraan selama proses pembahasan


antara Badan Angaran dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan Kepala
SKPD, data-data perangkaan dan pokok-pokok pikiran DPRD terhadap
kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2020 serta dokumen perencanaan
yang melatarbelakangi disusunnya Rancangan APBD Kabupaten Kediri
Tahun Anggaran 2020, maka Badan Anggaran berpendapat:

1. Badan Anggaran pada prinsipnya menyetujui dan menerima


keseluruhan hasil pembahasan materi RAPBD Tahun Anggaran 2020
baik pada sisi pendapatan, Belanja maupun pembiayaan.
2. Secara yuridis formal materi RAPBD Kabupaten Kediri Tahun
Anggaran 2020 telah memenuhi ketentuan yang berlaku dan memenuhi
syarat untuk disetujui bersama dan diteruskan untuk mendapatkan
evaluasi Gubernur.

9
3. Terhadap persetujuan Badan Anggaran terhadap RAPBD Tahun
Anggaran 2020, Badan Anggaran memberikan catatan-catatan untuk
dilaksanakan sebagaimana disebutkan pada saran dan harapan.
3.2 Pembahasan Hasil Lapang

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


(DPRD) merupakan bagian dari pemerintah daerah, karena di dalam negara
kesatuan tidak ada legislatif daerah, oleh karenaitu DPRD dimasukkan ke
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Menurut Santoso (2011),
Kewenangan DPRD dibatasihanya menjalankan fungsinya sesuai dengan Undang-
Undang, diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yang
menyatakan bahwa: “DPRDmemiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan”. Mengenai fungsi pengawasantentu akan terjadi kontroversi dalam
menjalankan fungsinya karena di satu sisi DPRDadalah bagian dari Pemerintah
Daerah tetapi di sisi lain DPRD harus mengawasijalannya pemerintahan
daerah.

Disamping Tugas yang dimiliki oleh DPRD, terdapat pula fungsi dari DPRD
itu sendiri yang menurut Sunarno (2008) meliputi fungsi pengawasan, yaitu
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan
Peraturan Perundang-undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah, APBD,
kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah,
dan kerjasama internasional di daerah, Tugas itu secara normatif sebagai cerminan
kehidupandemokrasi dalam pemerintah daerah, yang harapannya adalah sebagai
pelaksanaancheck and balance lembaga diluar kekuasaan pemerintah daerah
agar terdapatkeseimbangan, kemudian Kepala Daerah tidak semaunya sendiri
dalam menjalankantugasnya, maka keberadaan DPRD sangat diperlukan dalam
pembangunan daerah,namun di satu sisi DPRD juga merupakan bagian yang
tidak terpisahkan denganpemerintah daerah, dan akan menimbulkan kesulitan
dalam menjalankan tugaspengawasan tersebut, sehingga belum bisa dijalankan
secara efektif.

10
Menurut Bratakusumah dan Solihin (2004), salah satu fungsi DPRD yang
penting adalah fungsi legitimasi, yaitu peranan DPRD dalam membangun dan
mengusahakan dukungan bagi kebijakan dan keputusan Pemerintah Daerah agar
diterima oleh masyarakat luas. Dalam hal ini DPRD menjembatani Pemerintah
Daerah dengan rakyat dan mengusahakan kesepakatan maupun dukungan
terhadaap system politik secara keseluruhan maupun terhadap kebijakan spesifik
tertentu, dimana DPRD menjadi mitra Pemerintah Daerah dengan memberikan
dukungan yang diperlukan dalam rangka optimalisasi pelaksanaan otonomi daerah
dalam kerangka NKRI.

Dari hasil data yang didapatkan selama melakukan observasi pada DPRD
Kabupaten Kediri, seperti yang diketahui sidang paripurna pada saat itu
membahas mengenai persetujuan dan peandatanganan RAPBD Kabupaten Kediri
Tahun Anggaran 2020, dimana APBD merupakan salah satu kewenangan DPRD
dalam menjalankan fungsinya. Menurut Melki (2018), APBD merupakan rencana
keuangan tahunan yang disusun oleh pemerintah daerah kemudian dibahas dan
disetujui secara bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), dan selanjutnya ditetapkan menjadi peraturan daerah. Kemudian
menurut Jimly Asshiddiqqie (2006), Pasal 65 ayat (1) UU Pemda huruf d,
menjelaskan mengenai tugas dari kepala daerah, bertugas untuk menyusun dan
mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Peraturan Daerah tentang
perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama. Penyusunan anggaran (rencana
keuangan tahunan) dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip efisiensi
alokasi dana. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, maka perlu ada penguatan
kapasitas aparatur yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran maupun
anggota DPRD yang mengawal perjalanan penyusunan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) dan mengawasi penggunaannya.

Berdasarkan data tersebut telah dijelaskan rincian danayang meliputi


pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Dimana dana pendapatan terdiridari PAD,

11
dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah kemudian akan
dialokasikan pada sisi belanja meliputi belanja tidak langsung dan belanja
langsung. Terakhir adalah penggunaan anggaran pada pembiayaan yang terdiri
dari penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.Hal ini sudah sesuai dengan
Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.Dari rincian yang sudah tertera pada hasil laporan
RAPBD Tahun Anggaran 2020 oleh DPRD Kabupaten Kediri mengenai
pendapatan dan penerimaan pembiayaan dengan belanja dan pengeluaran sudah
mendapatkan hasil yang seimbang. Berikut akan dijabarkan mengenai jenis
anggaran yang akan dijelaskan secara rinci:

1. PAD (Pendapatan Asli Daerah) (Pendapatan)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan


Pajak yangterdiri atas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non
Pajak berupapenerimaan hasil Perusahaan Milik Daerah, serta pos penerimaan
investasi sertapengelolaan sumber daya alam (Bastian, 2002). Menurut Nasir
(2019) PAD adalahpenerimaan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yangdipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundanganundangan yang berlaku.

Menurut Wahyudi (2010), tuntutan peningkatan PAD semakin meningkat


seiring dengan banyaknya kewenangan yang dilimpahkanpada pemerintah daerah
disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dandokumen ke daerah dalam
jumlah yang tidak sedikit. Dana perimbangan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah dalam mendukung otonomi daerah meskipunjumlahnya cukup memadai
namun pemerintah daerah harus dituntut lebih kreatif daninovatif dalam
meningkatkan PAD dan memberikan keleluasaan dalam membelanjakan APBD-
nya.Oleh karena itu, daerah diharap mampu untuk menggali potensi-potensi
sumbersumber PAD secara maksimal. Realitas korelasi fiskal antara pemerintah
pusat danpemerintah daerah ditandai dengan tingginya kontrol pemerintah pusat
terhadap prosespembangunan daerah. Ini terlihat jelas dari rendahnya proporsi

12
PAD terhadap totalpendapatan daerah dibanding besarnya subsidi dari pemerintah
pusat.

2. Dana perimbangan(Pendapatan)

Dana perimbangan menurut Dodi Chandra, dkk (2017), adalah dana yang
bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBN) yang dialokasikan kepada daerah untukmembiayai kebutuhan
daerah. Dana perimbangan disebut juga transfer atau grants.T(e)ransfer
merupakan konsekuensi dari tidak meratanya keuangan dan ekonomi daerah.Dana
perimbangan dipisahkan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut :

a. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak


 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
 Pajak Penghasilan (PP) Pasal 25 dari Pasal 29 wajib pajak orang
pribadidalam Negeri dan PPh Pasal 21.
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus.
d. Dana Perimbangan Provinsi

Mengenai asumsi pendapatan daerah, dana perimbangan Kabupaten Kediri


diasumsikan mengalami penurunan. Komponen yang mengalami penurunan
adalah bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak dan Dana Alokasi
Khusus.Penerimaan Dana Alokasi Umum Tahun Anggaran 2020 mengalami
kenaikan dibanding tahun 2019.

3Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Menurut Asari dan Suardana (2018), pendapatan berupa Lain-Lain Pendapatan


Daerah Yang Sah terdiri dari pendapatan Hibah, Pendapatan Dana Darurat, dan
Pendapatan Lainnya. Kemudian Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang pengelolaan keuangan daerah, menyatakan bahwa lain-lain pendapatan
daerah yang sah merupakanseluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana

13
perimbangan, yang meliputi hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan,
penerimaan jasa giro, pendapatan bunga deposito, tuntutan ganti kerugian daerah
dan komisi, potongan dan selisih nilai tukar rupiah.

4 Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung (Belanja)

Pengeluaran pemerintah daerah melalui belanja langsung maupun belanja


tidak langsung merupakan alat intervensi pemerintah terhadap perekonomian yang
dianggap paling efektif selama ini. Investasi dapat menjadi titik tolak bagi
keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan di masa depan karena dapat
menyerap tenaga kerja, sehingga dapat membuka kesempatan kerja baru bagi
masyarakat yang pada gilirannya akan berdampak terhadappeningkatan
pendapatan masyarakat, dan akhirnya akan menurunkan tingkat kemiskinan
(Minggu, dkk., 2018).

Semakin besar belanja daerah diharapkan akan makin meningkatkan


kegiatan perekonomian daerah (terjadi ekspansi perekonomian) dan pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tentunya akan mengurangi
kemiskinan. Di sisi lain, semakin besar pendapatan yang dihasilkan dari pajak-
pajak dan retribusi atau penerimaan-penerimaan yang bersumber dari masyarakat,
maka akan mengakibatkan menurunnya kegiatan perekonomian terjadi kontraksi
perekonomian.

Hakikat Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang disusun oleh


pemerintah daerah adalah harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
wilayahnya, sehingga setiap belanja dalam program dan kegiatan yang
direncanakan dalam APBD harus bertumpu pada hal tersebut.Belanja Daerah
merupakan bagian utama dalam APBD yang berkaitan dengan peran pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam peraturan menteri dalam
negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pengelolaan keuangan daerah pengeluaran
pemerintah daerah (belanja) di kelompokan menjadi dua yaitu belanja langsung
dan belanja tidak langsung. Pengeluaran pemerintah daerah melalui belanja

14
langsung maupun belanja tidak langsung merupakan alat intervensi pemerintah
terhadap perekonomian yang dianggap paling efektif.

4Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan (Pembiayaan)

Menurut Mallu dkk (2017), Penerimaan Pembiayaan Penerimaan


pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain
berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi
perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak
ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Sementara Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas
Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam
periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

DPRD merupakan lembaga legislatif tempat wakil rakyat membuat


undang–undang ditingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota.Kewenangan DPRD
dibatasi hanya menjalankan fungsinya sesuai dengan Undang-Undang, diatur
dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yang menyatakan
bahwa: “DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan”.Dalam
Hukum ketatanegaraan terdapat materi mengenai Ilmu Perundang-Undang. Ilmu
Perundang-Undangan adalah ilmu yang berkembang di negara-negara yang
menganut sistem hukum civil law, dimana di dalamnya juga mempelajari
mengenai pembentukan hukum negara.Ilmu perundang-undangan sebagai mata
kuliah yang bertujuan untuk mengenalkan tentang ruang lingkup, mengapa hukum
memerlukan perundang-undangan, fungsi ilmu perundang-undangan dalam
pembentukan hukum baik norma-norma maupun azas-azas perundang-undangan
mengingat hal itu merupakan salah satu tanggungjawab penegak hukum. Maka
dari itu untuk itulah adanya observasi lapang untuk mengikuti sidang DPRD kali
ini untuk mengetahui proses lebih lanjut proses pembentukan hukum tersebut.
Sidang yang kami ikuti mengenai persetujuan dan penandatanganan hasil dari
mekanisme pembahasan RAPBD Kabupaten Kediri Tahun Anggaran 2020.Disini
kami dapat mengetahui jalannya sidang tersebut dimana APBD merupakan salah
satu kewenangan DPRD dalam menjalankan fungsinya.

4.2 Saran

Badan Anggaran meminta perhatian yang sungguh-sungguh kepada DPRD


dan Bupati Kediri sebagaimana penyelenggara Pemerintahan Daerah terhadap hal-
hal berikut ini sebagai saran dan sekaligus sebagai haraopan dan masukan Badan
Anggaran.

1. Konsistensi antar dokumen perencanaan dan penganggaran sangat penting


untuk mrmastikan pelaksanaan pengendalian terhadap seluruh program dan

16
kegiatan yang telah mendapatkan kesepakatan bersama antara DPRD dan
Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, dalam pembahasan setiap rencana APBD
maupun PAPBDS diharapkan Pemerintah Daerah pada kesempatan pertama
segera menjelaskan kepada DPRD melalui Badan Anggaran apabila:

a. Terjadi perubahan dan pengesahan antara dokumen KUA/PPAS serta


perubahannya dan draf Rancangan APBD beserta perubahannya.

b. Terjadi perubahan perangkaan sebagai hasil dinamaka pembahasan


antara Badan Anggaran dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
c. Terjadi perubahan dari adanya revisi sebagai konsekuensi pembahasan
maupun koreksi-koreksi lainnya dari perubahan aturan yang
mendasarinya.
4. Badan Anggaran berharap bahwa semua SKPD dapat melaksanakan
efesiensi anggaran dan lebih mengutamakan program-program yang lebih
bersentuhan langsung dengan peningkatan taraf hidup masyarakat.
5. Peningkatan pelayanan kebutuhan dasar (utamanya bidang pendidikan dan
kesehatan) hendaknya lebih mendapatkan perhatian khusus pemerintah
daerah baik dalam perluasan akses bagi masyarakat yang kurang mampu
dan membutuhkan serta permasalahan kemudahan dalam setiap bentuk
pelayanan yang diberikan.
6. Pemerintah Daerah hendaknya lebih memperhatikan penganggaran pada
bantuan keuangan, dana hibah dan bansos agar lebih tepat sasaran.
7. Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakn dokumen agar
memperhatikan jadwal sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:

Asmawi. 2014. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam Perundang-


Undangan Pemerintahan dan Lembaga Legislatif Daerah. Jurnal Cita
Hukum. 1(1). 2-5

Asari, Ni Made A. Suardana, Ketut Alit. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli


Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah pada Belanja Daerah. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana.25(2). 877-904

Chandra, Dodi. Hidayat, Syurya. Rosmeli. 2017. Dampak Dana Perimbangan


Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Daerah di
Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma Ekonomika. 12(2). 70

Kumorotomo, Wahyudi. 2010. Akuntabilitas anggaran publik: isu politik,


prioritas belanja dan silpa dalam alokasi apbd di beberapa daerah.
Makalah dipaparkan pada Konferensi Administrasi Negara ke-3,
Bandung. Dalam Jurnal Didik Siswantoro, Universitas Indonesia.

Linayati, Lestari. 2006.Hubungan Fungsidan TataKerja Dewan Perwakilan


Rakyat Daerah Dengan Bupati Menurut Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Riau Kepulauan.

Mallu, Crista. Sondakh, Jullie. Datu, Christian. 2017. Evaluation System


Accounting The Municipal Government Financing at Bitung. Jurnal
EMBA. 5(1). 115-124

Melki.2018. Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah Dalam Penetapan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Soumatera Law Review.
1(1). 134-135

18
Minggu, Teddy Desly. A, Vickie. Rotinsulu, Debby Ch. 2018. Analisis Pengaruh
Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung dan Investasi Swasta
Terhadap Kemiskinan di Kota Bitung. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Sam Ratulangi. Manado

Nasir, Muhammad Safar. 2019. Analisis Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah


Setelah Satu Dekade Otonomi Daerah. Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan. 2(1). 30-45

Santoso, M. Agus. 2011. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Menjalankan


Fungsi Pengawasan. Jurnal Hukum. 18(4).

Buku:

Bratakusumah, Teddy S. Solihin, Dadang. 2004. Otonomi Penyelenggaraan


Pemerintahan Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 224.

Jimly Asshiddiqqie, 2006.Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara II. Jakarta: Citra
Aditya Bakti. 1–127

Maria Farida Indrati Soeprapto. 1998.Ilmu Perundang-Undangan Dasar-dasar


Dan Pembentukannya. Kanisius. Yogyakarta. hal. 3.

Sunarno, Siswanto. 2008. Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia. Sinar Grafika.


Jakarta. hal. 67

Qamar, Nurul. 2015. Pengantar Hukum Tata Negara. Makasar: Arus Timur

19
LAMPIRAN

a. Surat Ijin Observasi dari FH UMM

b. Surat Keterangan Telah Melakukan Observasi dari DPR/DPRD/DPD

c. Draf Raperda yang Dibahas


d. Foto :

20
 Dari Depan Kantor DPR/DPRD/DPD

 Di Ruangan Sidang DPR/DPRD/DPD

 Dengan Anggota DPR/DPRD/DPD

21
e. Naskah Akademik Hasil Asistensi

22
NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH


TENTANG
KABUPATEN FLORES TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN
PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI, INFORMASI, DAN
KOMUNIKASI

NAMA ANGGOTA:

Fidela Naomi Amaris El Ibrasa 201810110311186

Yusril Adi Wicaksono 201810110311191

Mirza Ghulam Albazi 201810110311192

Andhika Rizki Pratama 201810110311193

Irfarads Ghany 201810110311196

23
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dannikmat yang telah diberikan, sehingga kami dapat melakukan
dan menyusun Laporan Penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan
Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Flores Timur Tahun
2019. Dalam penyusunan sampai ketahap laporan akhir
dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan telah dilaksanakan,
dengan rangkaian kegiatan meliputi latar belakang dari pekerjaan,
dasar pertimbangan (dasar hukum), maksud, tujuan, ruang
lingkup dan output dari pekerjaan, gambaran umum, konsep dan
metodologi Pekerjaan Penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Komunikasi dan
Informatika di Kabupaten Lombok Utara.
Laporan ini merupakan suatu rangkaian pekerjaan
Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
tentang Penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika di
Kabupaten Flores Timur. “Tak ada gading yang tak retak”, maka
kami akan sangat berterima kasih kepada semua pihak atas
segala kritikan yang bersifat membangun terhadap hasil
penyusunan laporan ini. Semoga kami dapat memberikan hasil
yang baik dan bermanfaat untuk pelaksanaan pekerjaan
Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
tentang Penyelengaraan Komunikasi dan Informatika di
Kabupaten Flores Timur ini bagi seluruh masyarakat Kabupaten
Flores Timur khususnya dan bagi para pihak yang berkepentingan
pada umumnya.

24
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

a) LatarBelakang
b) IdentifikasiMasalah
c) TujuandanKegunaanPenyusunan
d) Metode Penelitian
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

a) KajianTeoritis
b) KajianTerhadapAsasatau Prinsip Yang Terkait Dengan
Penyusunan E-Goverment
c) Praktik Empiris
d) KajianTerhadapImplikasiPenerapanSistemBaru yang Akan
diaturdalamUndang-
undangatauPerdaTerhadapAspekKehidupanMasyarakatdan
DampaknyaTerhadapAspekBebanKeuangan Negara
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG –
UNDANGAN TERKAIT
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
a) Landasan Filosofis
b) Landasan Sosiologis
c) Landasan Yuridis
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG – UNDANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI,ATAU PERATURAN
DAERAH/KOTA
a) Sasaran Yang Akan Diwujudkan
b) Arah dan Jangkauan
BAB VI PENUTUP
BAB VII DAFTAR PUSTAKA

25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah daerah khususnya yang berada dalam kawasan
kepulauan kurang mendapatkan perlakuan yang adil dan
selaras dengan daerah-daerah lainnya.Persoalan yang dihadapi
adalah jangkauan pelayanan masyarakat yang demikian luas
dan berat tersebar pada sejumlah pulau, namun tidak
mendapatkan perlakuan khusus dari pemerintah
(pusat).terdapat cara atau inovasi baru untuk mendistribusikan
pelayanan masyarakat yang mendasar di wilayah kepulauan
secara maksimal, efektif, dan efisien yaitu pengadopsian E-
Government.
E-Government merupakan substitusi ungkapan electronic
government (e-gov) yang diberikan untuk suatu pemerintahan
yang mengadopsi teknologi yang berbasis internet, intranet
yang dapat melengkapi dan meningkatkan program dan
pelayanannya.Tujuan utamanya adalah untuk memberikan
kepuasan yang terbaik kepada pengguna jasa atau untuk
memberikan kepuasan maksimal. Pengembangan e-gov,
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,
transparansi dan akuntabilitas manajemen dan proses
pemerintahan.
Dari rumusan pengertian tersebut di atas jelas bahwa E-
Government (e-gov) merupakan pemanfaatan dan
pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam
rangka mencapai tujuan antara lain: (1) meningkatkan efesiensi
kepemerintahan; (2) memberikan berbagai jasa pelayanan

26
kepada masyarakat secara lebih baik; (3) memberikan akses
informasi kepada publik secara luas; dan (4) menjadikan
penyelenggaraan pemerintahan lebih bertanggung jawab dan
transparansi kepada masyarakat.
Masih banyaknya permasalahan dan isu-isu strategis
daerah yang meliputi layanan dasar, yaitu rendahnya
pendidikan, belum terpenuhinya kualitas pembangunan
infrastruktur dan permasalahan transportasi darat, laut, dan
udara, perumahan layak huni dan pemukiman berkualitas
yang belum teratasi secara optimal, dsb.Kemudian layanan
non-dasar yang meliputi tenaga kerja, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak,pangan, lingkungan hidup,
komunikasi dan informatika, dsb.dapat diatasi dan
dioptimalkan secara efektif dan efisien sesuai dengan fungsi
dari E-government itu sendiri.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis bagi Bangsa
Indonesia. Sebagai perwujudandari tujuan Proklamasi
Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, UUD 1945
mengamanatkan bahwa kesejahteraan umum merupakan salah
satu sarana pentingdalam mewujudkan tujuan dari Negara
Republik Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam pembukaan
UUD 1945 alinea ke 4, tujuan dibentuknya Pemerintah Negara
Indonesia adalah :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia,Memajukan kesejahteraan
umum,
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

27
Permasalahan pada bagian ini dirumuskan berdasarkan
telaahan sasaran pokok RPJPD Kabupaten Flores Timur
periode 2017-2022, hasil evaluasi RPJMD Tahun 2012-2016
yang disinergikan dengan kebijakan politik Bupati dan Wakil
Bupati terpilih kurun waktu 2017-2022. Berdasarkan hasil
analisis gambaran umum kondisi daerah maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan Pembangunan Daerah
yang terbagi ke dalam layanan urusan wajib dasar dan non
dasar. Berikut akan diperjelaskan mengenai beberapa
permasalahan mengenai layanan ursan wajib dasar yang terjadi
pada Kabupaten Flores Timur:
1. Pendidikan
Pendidikan mempunyai peran penting dalam
peningkatankesejahteraan masyarakat. terjangkau
Bertambahnya Penduduk anak usia sekolah dasar sampai
menengah setiap tahun memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas dan untuk masyarakat. Dari aspek mutu
pendidikan mengindikasikan bahwa mutu pendidikan belum
merata untuk setiap wilayah, sehingga terjadi kecendrungan
penduduk usia sekolah khususnya usia sekolah menengah
bersekolah lintas wilayah. Hal ini menggambarkan
pelayanan pendidikan yang tidak seimbang, dimana jumlah
dan kualitas sarana prasana pendidikan masih kurang
danbelum memenuhi standar serta belum mewadahi
kebutuhan tumbuh kembang anak.
Selain itu fasilitas penunjang pendidikan termasuk
pengembangan laboratorium dan perpustakaan sebagai
sarana minat dan budaya baca belum memadai;. Hal lain
seperti penuntasan wajib belajar 9 tahun dan

28
pengembangan wajib belajar 12 tahun terutama bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) belum berjalan
sesuai harapan. Kemudian kompetensi dan jumlah tenaga
pendidik kurang memadai.Masih didapatkan juga mengenai
rendahnya pemanfaatan IT (Teknologi Informasi) bagi guru
dan siswa.Persaingan kompetensi kemampuan siswa dalam
skala nasional dan internasional dalam bernalar, analisa
kritis, dan kreativitas masih relative rendah. Rendahnya
aksesibilitas Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
masyarakat, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan
Perguruan Tinggi serta sumberdaya pendukung juga masih
terlihat jelas.
2. Infrastruktur
Infrastruktur memegang peranan penting dalam
usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Berbagai
program pembangunan terus dilaksanakan pemerintah
daerah dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas
infrastruktur.Namun demikian, upaya-upaya itu belum
mampu menyelesaikan berbagai permasalahan
pembangunan infrastruktur daerah.
Infrastruktur belum mampu memberi dukungan
maksimal terhadap upaya menciptakan transportasi yang
aman, efisien dan efektif.Permasalahan transportasi darat
adalah tingginya tingkat kerusakan jalan akibat longsor dan
banjir, rendahnya akses jalan menuju kantong-kantong
produksi serta minimnya ketersediaan sarana transportasi
darat untuk daerah pedalaman. Sementara itu
permasalahan transportasi laut adalah belum memadainya
kualitas sarana dan daya tampung ruang kota. Sedangkan
permasalahan transportasi udara adalah panjang landasan

29
yang tidak memungkinkan untuk didarati jenis pesawat
terbang berukuran besar. Berbagai permasalahan
transportasi di atas memberikan dampak terhadap
mahalnya biaya dan tidak efektifnya transportasi.
Daya dukung sumber air baku untuk mendukung
aktivitas sosial ekonomi masyarakat belum optimal. Saluran
irigasi belum mampu memenuhi kebutuhan air bagi
kegiatan budidaya pertanian.Masihtersedia lahan potensial
yang cukup untuk perluasan areal budidaya pertanian
namun belum terlayani jaringan irigasi teknis. Selain itu
ketersediaan air baku juga belum mampu mengatasi
kebutuhan air bersih yang terus meningkat sejalan dengan
terus bertambahnya jumlah penduduk.
3. Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman
Kebutuhan akan perumahan layak huni dan
lingkungan permukiman yang berkualitas juga belum
teratasi secara optimal. Pemenuhan kebutuhan hunian
layak masih dihadapkan pada rendahnya tingkat
keterjangkauan rumah layak bagi masyarakat. Masih
banyak masyarakat berpenghasilan rendah menetap pada
rumah tidak layak huni dan sebagiannya tidak memiliki
rumah (sharing rumah, kontrak/sewa dan lain lain).
Kebutuhan akan rumah bagi masyarakat terus meningkat
yang tidak diiringi dengankemampuan memiliki rumah
sehingga meningkatkan jumlah rumah tangga sharing. Hal
ini memberikan dampak pada penurunan kualitas rumah
dan menciptakan rumah tidak layak huni baru.Minimnya
ketersediaan sarana prasarana dasar memberikan dampak
pada tidak berkurangnya lingkungan kumuh bahkan
memungkinkan terciptanya lingkungan kumuh baru.

30
Kinerja pelayanan air bersih/minum masih perlu
ditingkatkan dalam rangka mencapai target universal
access. Demikian juga pada sektor sanitasi yang meliputi
limbah domestik, sampah dan drainase. Prasarana
pemukiman lain seperti jalan lingkungan, talud pengaman
permukiman dari longsor dan abrasi serta ketersediaan
listrik juga belum menunjukan kinerja optimal sehingga
memberi dampak pada penurunan kualitas lingkungan.
4. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan
Masyarakat;
a. Pengamanan dan penegakan Peraturan Daerah
Kabupaten FloresTimur perlu ditingkatkan
b. Perlu diadakan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan dan
KetahananNasional;
c. Konflik sosial antar kampung, batas wilayah dan hak
ulayat perlu dicegah
Kemudian beberapa permasalahan pada layanan non
dasar akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1. Tenaga Kerja
Tingkat pengangguran terbuka cukup tinggi dengan
perkembanganlapangan kerja yang terbatas, faktor
keterbatasan keterampilan,kecakapan tenaga kerja yang
kurang sesuai dengan sektor ekonomi
yangmembutuhkannya, pengembangan potensi-potensi
lokal sebagai sumberinvestasi yang berkontribusi
terhadap terbukanya lapangan kerja belummaksimal,
dan pencari kerja yang ingin bekerja diluar daerah belum
terorganisir dengan baik.
2. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana;

31
Rendahnya partisipasi pria (suami) dalam program KB
menyebabkan masih banyak kehamilan dengan “4
terlalu” yaitu terlalu muda, terlalutua, terlalu banyak,
dan terlalu dekat.Hal ini dikarenakan minimnya tenaga
penyuluh KB dengan dasar keilmuan di bidang kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana.Terbatasnya
ketersediaan alat kontrasepsi juga merupakan faktor hal
ini. Selain itu pengambilan keputusan untuk ber-KB bagi
Pasangan Usia Subur yang masih sangat bergantung
pada keputusan keluarga, kurangnya dukungan lintas
sektor dalam KB, upaya pengakhiran masa reproduksi
bagi pasangan dengan jumlahanak lebih dari 4 (empat)
atau usia ibu lebih dari 35 tahun denganmetode operasi
wanita dan metode operasi pria, belum
dilaksanakansecara optimal, baik dari aspek biaya,
tenaga penyuluh, dan timkesehatan, semua itu
merupakan pengaruh besar terhadap tidak terkontrolnya
masalah ini.
3. Komunikasi dan Informatika
a. Pembangunan jaringan Internet yang belum
menjangkau seluruhwilayah Kabupaten Flores
Timur;
b. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
oleh birokrasiterutama untuk peningkatan
pelayanan publik belum optimal.
4. Kebudayaan
Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai luhur budaya,
adat dantradisi, kehidupan seni, yang masih melekat dan
tumbuh dalamkehidupan masyarakat dalam menghadapi
arus globalisasi sertakearifan budaya lokal sebagai basis

32
ketahanan budaya untuk menjagakeberlanjutan dinamika
dan perkembangan zaman sekaligus untukmenyaring
masuknya budaya-budaya asing yang kurang sesuaidengan
tatanan, tuntunan dan tontonan budaya local. pengelolaan
budaya sebagai aset yang sangatberharga dalam
membangun jati diri dan mewarnai segenap sector
kehidupan serta menjadi daya tarik yang khas untuk
mengundangkunjungan dan perhatian dari luar daerah dan
dunia internasional tidak optimal. Sama halnya dengan
pengembangan keragaman seni dan budaya
sertapemberdayaan lembaga budaya untuk kepentingan
diplomasi budayasehingga meningkatkan citra diri, harkat
dan martabat bangsa dalampergaulan dunia.Juga belum
adanya perlindungan hukum bagi aset kebudayaan baik
yangfisik maupun non fisik dalam bentuk hak atas
kekayaan intelektual bangsa.
Problematika yang sudah diejelaskan di atas
merupakan dasar-dasar dari penetapan kebijakan daerah
untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dalam bidang Teknologi, Informasi, dan
Komunikasi, maka disusunlah peraturan daerah tentang
Penyelenggaraan Pemerintah berbasis Teknologi, Informasi,
dan Komunikasi. Untuk menjamin bahwa peraturan daerah
tentang Penyelenggaraan Pemerintah Berbasis Informasi,
Teknologi, dan Komunikasi tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya sesuai dengan hierarki peraturan perundang-
undangan.Disamping itu Peraturan daerah sebagai bagian
dari sistem peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum sebagaimana

33
diatur dalam kaidah penyusunan Peraturan Daerah, dan
untuk menjamin bahwa peraturan daerah tentang
penyelenggaraan perpustakaan memenuhi Norma,
Standar.Prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.Maka disusunlah Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur
tentang Penyelenggaraan Pemerintah Berbasis Teknologi,
Informasi, dan Komunikasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dan
mengingat arti pentingnya pemaksimalan program (e-gov)
bagi penduduk Kab, Flores Timur, maka pada tahun
anggaran 2019, Dinas sosial melaksanakan pekerjaan
PenyusunanNaskah Akademik dan Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Flores Timur tentang Penyelenggaraan
Pemerintah Berbasis Teknologi, Informasi, dan Komunikasi.
B. Identifikasi Masalah
1. Apa yang menyebabkan rendahnya pelayanan masyarakat di
Kabupaten Flores Timur?
2. Kajian dan pokok-pokok materi apa sajakah yang ada untuk
menyelesaikan masalah dan yang harus ada tentang
perlunya peraturan daerah tentang Tentang
Penyelenggaraan Pemerintah Berbasis TIK?
3. Apakah peraturan daerah Tentang Penyelenggaraan
Pemerintah Berbasis TIK ini sudah sesuai dengan kondisi
kajian dan kerangka filosofis, sosiologis, dan yuridis serta
teknis?
4. Bagaimana keterkaitan Penyelenggaraan Pemerintah
Berbasis TIK ini dengan peraturan perundang-undangan
lainnya?

34
5. Apa sajakah cara yang tepat untuk memberikan layanan
kepada masyarakat secara efektif dan efisien,
mengoptimalkan layanan publik dan non-publik dalam
peraturan daerah Tentang Penyelenggaraan Pemerintah
Berbasis TIK?
C. Tujuan Guna

Tujuan disusunnya Naskah Akademis Rancangan Peraturan


Daerah Kabupaten Flores Timur Tentang Penyelenggaraan
Pemerintah Berbasis Teknologi, Informasi, dan Komunikasi:

1. Mengetahui penyebab rendahnya pelayanan masyarakat di


Kabupaten Flores Timur
2. Mengkaji dan meneliti pokok-pokok materi apa saja yang
ada dan harus ada dalam penyelenggaraan Perda terkait
Penyelenggaraan Pemerintah Berbasis TIK;
3. Memberikan kajian dan kerangka filosofis, sosiologis, dan
yuridis serta teknis tentang perlunya peraturan daerah
Tentang Penyelenggaraan Pemerintah Berbasis TIK;
4. Melihat keterkaitannya dengan peraturan perundang-
undangan lainnya sehingga jelas kedudukan dan ketentuan
yang diaturnya.
5. Memberikan layanan kepada masyarakat secara efektif dan
efisien, mengoptimalkan layanan publik dan non-publik
D. Metode Peneletian

Metode analisis yang digunakan dalam naskah akademik ini


adalah metode sosiolegal. Artinya, kaidah-kaidah hukum, baik
yang berupa perundangundangan, maupun berbagai tradisi
lokal, dijadikan sebagai bahan rumusan pasal-pasal yang
dituangkan dalam rancangan peraturan perundang-undangan,
dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur

35
tentang Penyelenggaraan Pemerintah Berbasis Teknologi,
Informasi, dan Komunikai.

Metode ini didasari oleh sebuah teori bahwa hukum yang


baik adalah hukum yang tidak hanya berlandaskan pada
kaidah-kaidah teoritis, akan tetapi juga berlandaskan pada
kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat. Secara
sistematis, penyusunan naskah akademis ini meliputi tahapan-
tahapan:

1. Identifikasi permasalahan terkait fenomena aktifitas


penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten Flores Timur
2. Inventarisasi bahan hukum yang terkait
3. Sistematisasi bahan hokum
4. Analisis bahan hukum, dan
5. Perancangan dan penulisan

36
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Teori Penyelenggaraan Pemerintah yang Baik
Lahirnya konsep good governance berawal dari adanya
kepentingan lembaga-lembaga donor seperti PBB, Bank Dunia,
ADB maupun IMF dalam memberikan bantuan pinjaman modal
kepada negara-negara yang sedang berkembang. Dalam
perkembangan selanjutnya good governance ditetapkan sebagai
syarat bagi negara yang membutuhkan pinjaman dana,
sehingga good governance digunakan sebagai standar penentu
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan.
Hal tersebut dapat dimaklumi, karena konsep dan program
lembaga-lembaga donator dunia berorientasi pada pengentasan
kemiskinan, dan kemiskinan menjadi salah satu faktor
penghambat berkembangnya pembangunan dalam suatu
negara.

Konsep good governance mengemuka menjadi paradigma


tidak dapat dilepaskan dari adanya konsep governance, yang
menurut sejarah pertama kali diadopsi oleh para praktisi di
lembaga pembangunan internasional, yang mengandung
konotasi kinerja efektif yang terkait dengan management publik
dan korupsi. Di dalam literatur governance didefinisikan secara
variatif oleh beberapa penulis dan beberapa lembaga nasional
maupun dunia. Konsep governance memang bukan merupakan
suatu konsep baru. Meski konsep ini rumit dan bahkan
kontroversial, terdapat satu pemahaman yang relatif sama
mengenai pengertiannya. Governance secara sederhana dapat
dipahami sebagai “proses pembuatan keputusan dan proses

37
bagaimana keputusan-keputusan diimplementasikan atau
tidak diimplementasikan.” Dengan pengertian ini, governance
berlaku dan berlangsung di semua tingkatan nasional maupun
daerah, dan bahkan di organisasi-organisasi non-pemerintah.
Mencermati governance berarti mencermati aktor-aktor, baik
formal maupun informal, dalam proses pembuatan kebijakan
dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang sudah dibuat, dan
struktur-struktur formal dan informal yang sudah ditetapkan
dan berpengaruh dalam proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan.

Lembaga Administrasi Negara (LAN), mengartikan


governance adalah proses penyelenggaraan kekuasaan negara
dalam melaksanakan penyediaan public good and service. Lebih
lanjut LAN menegaskan dilihat dari functional aspect,
governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah
berfungsi efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang
telah digariskan atau sebaliknya.

Seperti halnya dikemukakan oleh United Nations


Development Programme (UNDP) dalam Sadu Wasistiono yang
mengartikan governance, adalah “the exercise of political,
economic, and administrative authority to manage a nation’s
affairs at all levels”. Dengan demikian kata “governance” berarti
“penggunaan” atau “pelaksanaan”, yakni penggunaan politik,
ekonomi dan administrasi untuk mengelola masalah-masalah
nasional pada semua tingkatan. Penekanannya pada
kewenangan, kekuasaan yang sah atau kekuasaan yang
memiliki legitimasi. Selain itu, menurut World Bank, kata
governance diartikan sebagai “the way state power is used in
managing economic and social resources for development

38
society”. yang oleh Sadu Wasistiono dimaknai digunakan untuk
mengelola sumber daya-sumber daya ekonomi dan sosial guna
pembangunan masyarakat.

2. Teori Pemerintahan dengan E-Govermnment

Pemerintahan yang bersih, transaparan dan mampu


menjawab perubahan secara efektif telah menjadi tujuan yang
diupayakan terus menerus oleh berbagai kalangan. Perubahan
ini merupakan upaya untuk menjawab tuntutan masyarakat
yaitu tuntutan akan palayanan publik yang lebih baik dan
keinginan agar aspirasi masayarakat didengar terutama dalam
perumusan kebijakan publik. (Inpres no 3 Tahun 2003). Model
pemerintahan yang diharapkan ini dikenal sebagai e-
government. Secara teoretis, E-Government dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah didukung oleh konsepsi
Hukum Administrasi Baru yang lebih menekankan aspek
keterbukaan atau transparansi dan efisiensi dalam
pemerintahan. Perlu dicatat bahwa e-government tidak hanya
mencakup pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dalam proses administrasi kepemerintahan tetapi lbih kepada
bagaimana menyediakan pelayanan publik yang efektif dan
efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Sesuatu hal yang perlu disadari bahwa
pengembangan e-government terkait erat dengan
kecenderungan terbentuknya masyarakat informasi didunia.
Kecenderungan global inilah yang disadari pengaruhnya
dimasyarakat. Upaya mengembangkan masyarakat informasi
telah dirumuskan dalam Inpres no 3 tahun 2003 sebagai
sebuah upaya nasional. Dalam lingkup yang lebih sempit upaya
upaya ini telah dilakukan secara terus menerus oleh berbagai

39
kabupaten atau kotamadya bahkan ditingkat propinsi, antara
lain komitment pengembangan cyberprovince oleh Propinsi DIY,
pengembangan e-kebumen dll. Secara bertahap pemerintah
melakukan berbagai upaya untuk menuju terbentuknya
masayarakat informasi. Pengembangan e-government memiliki
kaitan yang erat dengan pengembangan masayarakat informasi
tersebut. Transformasi sebuah pemerintahan kabupaten atau
kotamadya menuju e-government merupakan sebuah proses
yang bertahap. Untuk mencapai setiap tahapan yang
ditentukan maka diperlukan kesiapan yang meliputi kesiapan
dari sisi pemerintah maupun kesiapan dari sisi masyarakat
pengguna, baik indidvidu maupun dari kalangan bisnis.
Kesiapan pemerintah perlu diukur karena pemerintah
merupakan aktor utama dalam pengembangan e-government.
Kesiapan masyarakat pengguna perlu diukur mengingat bahwa
masyarakat merupakan pasar utama dari e-government

3. Teori E-Government dan E-Readieness

Pemerintah Republik Indonesia maupun beberapa organisasi


internasional telah merumuskan pengertian mengenai e-
government. Berdasarkan Inpres no 3 tahun 2003 e-government
dipahami sebagai upaya terstruktur untuk mengembangkan
pelayanan publik berbasis teknologi informasi dan komunikasi
yang efektif dan efisien. E-government dapat pula dipahami
sebagai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dan
aplikasinya oleh pemerintah sehingga terjadi proses manajemen
kepemerintahan yang efisien. Tujuan e-government adalah
menyediakan informasi kepada warga, pelayanan yang lebih
baik dan pemberdayaan masyarakat melalui ketersedian akses
terhadap ICT dan partisipasi dalam pengambilan keputusan

40
kebijakan publik.(e-government readiness report 2005,UN). Hal
penting yang perlu ditegaskan bahwa e-government terkait erat
dengan efisiensi dan efektifitas layanan publik oleh pemerintah.
Perlunya tranformasi pemerintahan menuju e-government
merupakan akibat dari kehadiran teknologi informasi dan
komunikasi. Kehadiran ini menyebabkan munculnya peluang
dan tatanan baru secara global. Tatanan baru ini dikenal
sebagai era informasi dimana keunggulan akan dipengaruhi
oleh penguasaan akan informasi. Hal ini menuntut
transformasi model kepemerintahan menuju e-government yang
diharapkan dapat mengantisipasiperkembangan tersebut.

Transformasi menuju egovernment memerlukan pre-


condition yang mendukung terwujudnya capaian e-government.
Pre-condition diperlukan agar transformasi dapat berjalan
dengan baik atau kondisi yang diharapkan dapat tercapai.
Kondisi yang diharapkan dapat diukur berdasarkan tahap
pengembangan egovernment yang ditetapkan oleh berbagai
lembaga dunia seperti PBB, Worldbank maupun menurut
Inpres no 3 Tahun 2003.
Pre-condition yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari e-
governemnt dapat diartikan sebagai readiness atau kesiapan.
Ereadiness didekati sebagai sebuah kesiapan terkait dengan
penerapan teknologi informasi dan informasi dalam sebuah
masyarakat. E-readiness diperlukan agar transformasi menuju
masyarakat sadar informasi atau dkenal sebagai masyarakat
informasi dapat berjalan dengan baik.
Berbagai definisi mengenai e-readiness merumuskan aspek
aspek yang hampir sama yang mempengaruhi e-readiness
antara lain e-leadership, ICT infrastruktur, Lingkungan bisnis,
SDM dan masyarakat, budaya lokal, security informasi.(bdk. e-

41
government readiness report 2005,UN;Inpres no 3 tahun
2003;Mcconnel International, Accelarating egovernment e-
readiness at work). Walupun tidak semua definisi yang
dikeluarkan menggunakan semua aspek seperti diatas.
Perbedaan yang muncul disebabkan konteks pendekatan
yang digunakan berbeda beda. UN merumuskan ereadiness
terkait dengan bagaimana pemerintah memanfaatkan ICT
untuk menyediakan akses dan inclusion bagi warga
negaranya(UN, Global E-government readiness 2005). Beberapa
organisasi internasional seperti Mcconnel International
merumuskan e-readiness terkait dengan kapasitas untuk
berpartisipasi dan memanfaatkan peluang dari ekonomi digital.
(Mcconel International, Accelarating egovernment e-readiness at
work). Dalam inpres no 3 tahun 2003 dapat ditemukan bahwa
readiness merupakan bagian dari aspek aspek yang perlu
potret pada saat ini untuk mengukur kondisi saat ini yang
telah tercapai terkait dengan pengembangan egovernment.
Hampir semua rumusan pemahaman mengenai e-readiness
terkait dengan kecenderungan dunia menuju era informasi.
4. Teori Tahapan E-Government
Proses transformasi menuju e-government dipahami oleh
berbagi pihak bersifat evolutif. Maka muncul berbagai standar
tahapan e-government yang dikeluarkan oleh world bank, PBB
maupun oleh Pemerintah Indonesia (inpres no 3 tahun 2003).
Mengingat bahwa pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan
aturan hukum yang mengatur mengenai pengembangan e-
government salah satunya adalah tahapan e-government maka
sepantasnya standrad tersebut yang digunakan sebagai acuan
saat ini. Tahapan e-government menurut inpres no 3 tahun
2003 adalah sebagai berikut:

42
• Tingkat 1
- Persiapan yang meliputi: - Pembuatan situs informasi disetiap
lembaga; - Penyiapan SDM; - Penyiapan sarana akses yang
mudah misalnya menyediakan sarana Multipurpose
Community Center, Warnet, SME-Center, dll; - Sosialisasi situs
informasi baik untuk internal maupun untuk publik.
• Tingkat 2
- Pematangan yang meliputi : - Pembuatan situs informasi
publik interaktif; - Pembuatan antar muka keterhubungan
dengan lembaga lain;
• Tingkat 3
- Pemantapan yang meliputi : - Pembuatan situs transaksi
pelayanan publik; - Pembuatan interoperabilitas aplikasi
maupun data dengan lembaga lain.
• Tingkat 4
- Pemanfaatan yang meliputi : - Pembuatan aplikasi untuk
pelayanan yang bersifat G2G, G2B dan G2C yang terintegrasi.
5. Teori Mengenai Model E-Readiness dan Keberhasilan E-
Govrnment
Kerangka berpikir yang digunakan dalam mengembangkan
model ini adalah sebagai berikut:
a. E-readiness merupakan sebuah kondisi terkait dengan
keberhasilan pengembangan e-government.
b. Terdapat stakeholder yang terkait erat dengan penerapan e-
government yaitu pemerintah, masyarakat yang terdiri atas
individu dan organisasi profit dan nonprofit.
c. E-readiness merupakan kesiapan stake holder tersebut.
Pendekatan pengukuran dilakukan dengan mengukur kemauan
dan kemampuan stake holder tersebut dalam konteks
penerapan e-government.

43
d. E-readiness mempengaruhi capaian dalam tahapan e-
government. Keberhasilan pemerintah untuk mencapai tahap e-
government pada tingkat tertentu dipengaruhi oleh e-readiness
pemerintah maupun masyarakat pengguna. E-readiness
pemerintah dan e-readiness masyarakat pengguna akan saling
mempengaruhi.Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut jika
sebuah masyarakat memiliki e-readiness yang cukup baik
sedangkan pemerintah memiliki e-readiness dengan tingkat
dibawahnya maka akan muncul tuntutan atau aspirasi
masyarakat akan pelayanan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi yang lebih baik.Begitu pula sebaliknya jika
pemerintah memilki e-readiness lebih baik maka pemerintah
akan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan e-
readiness masyarakat. Hal perlu diperhatikan mengingat bahwa
karakteristik
6. Teori Manfaat
Terdapat banyak sekali manfaat dalam penyelenggaraan E-
govermnment.Tanpa mengecilkan arti dari beragam contoh
definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, setidak-tidaknya
ada tiga kesamaan karakteristik dari setiap definisi e-
Government, yaitu masing-masing adalah: Merupakan suatu
mekanisme interaksi baru (moderen) antara pemerintah dengan
masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan
(stakeholder); dimana Melibatkan penggunaan
teknologiinformasi (terutama internet); dengan tujuan
Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama berjalan.
Secara jelas dua negara besar yang terdepan dalam
mengimplementasikan konsep e-Government,yaitu Amerika dan
Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair, telah secara jelas dan
terperinci menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan

44
diterapkannya konsep e-Governmnet bagi suatunegara, antara
lain:
1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para
stakeholder-nya (masyarakat,kalangan bisnis, dan industri)
terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di
berbagai bidang kehidupan bernegara. Meningkatkan
transparansi, kontrol, danakuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan
konsep GoodCorporate Governance.
2. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi,
dan interaksi yangdikeluarkan pemerintah maupun
stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari.
3. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan
sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya
dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat
secara cepat dan tepatmenjawab berbagai permasalahan
yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan globaldan
trend yang ada.
5. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai
mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai
kebijakan publik secara merata dan demokratis.
Maka dari itu sangat diharapkanE-Government diharapkan
dapat memberikan manfaat dalam hal:
1. Layanan Masyarakat. Pemberian layanan yang lebih baik
pada masyarakat; informasi dari pemerintah dapat disediakan
24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu tanpa harus menunggu
dibukanya kantor pemerintah. Informasi dari pemerintah dapat
dicari dan diperoleh dari kantor, rumah tanpa secara fisik
harus datang ke kantor pemerintah.

45
2.Hubungan antara pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis.
Terjadi peningkatan hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat dan pelaku bisnis. Adanya keterbukaan
diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih
baik; keterbukaan akan menghilangkan rasa ketidak percayaan
dari semua pihak kepada pemerintah.
3.Pemberdayaan masyarakat melalui informasi. Pemberdayaan
masyarakat dilaksanakan melalui informasi yang mudah
diperoleh. Adanya informasi yang mencukupi, maka
masyarakat akan belajar untuk menentukan pilihannya di
dalam mendapatkan suatu informasi yang diperlukan.
4.Pelaksanaan pemerintahan lebih efisien. Adanya E-
Government diharapkan pelaksanaan pemerintahan akan
berjalan lebih efisien karena koordinasi pemerintahan dapat
dilakukan melalui pemanfaatan teknologi informasi. Koordinasi
dan diskusi antara pemerintah pusat dengan pimpinan daerah
dapat dilakukan tanpa harus berada pada lokasi fisik yang
sama.
Berdasarkan definisi dari World Bank, E-Government adalah
penggunaan Teknologi Informasi oleh Pemerintah yang
memungkinkan untuk mentransformasikan hubungan dengan
masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang berkepentingan
(Windraty, 2005). Secara ringkas tujuan implementasi E-
Government adalah untuk menciptakan customer online.
Penggunaan TI ini dapat mempermudah masyarakat untuk
mengakses informasi untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pada instansi pemerintah. E-Government juga
dapat memperluas partisipasi publik dimana masyarakat
dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan
kebijakan Pemerintah. E-Government merupakan sistem TI yang

46
dikembangkan oleh Pemerintah dalam memberikan pilihan
kepada masyarakat, untuk bisa mendapatkan kemudahan
akses informasi dan layanan pemerintah. Selain itu, E-
Government merupakan bentuk pemanfaatan TI untuk
mendukung aktivitas Pemerintah Daerah yang meliputi
aktivitas internal di lingkungan Pemerintah Daerah serta
aktivitas pelayanan publik.
Istilah “good governance” mulai muncul di Indonesia sejak
tahun 1990-an dan semakin mengemuka pada tahun 1996
seiring dengan interaksi pemerintah dengan negara-negara luar
beserta lembaga-lembaga pemberi bantuan yang semakin
menyoroti kondisi obyektif perkembangan ekonomi dan politik
di Indonesia. Lembaga-lembaga pemberi donor baik yang
bersifat multirateral maupun bilateral mengaitkan
penerapan good governance dengan kebijakan pemberian
bantuan. Good governance dijadikan salah satu aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam pemberian bantuan baik berupa
pinjaman (loan) maupun hibah (grant).
Governance merupakan tata pemerintahan, good
governance adalah tata pemerintahan yang baik. Ada tiga
komponen yang terlibat dalam governance, yaitu pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat. Hubungan ketiganya harus
dalam posisi sejajar dan saling kontrol untuk menghindari
penguasaan atau eksploitasi oleh salah satu komponen
terhadap komponen lainnya. Bila salah satu komponen lebih
tinggi dari komponen yang lain, maka akan terjadi dominasi
kekuasaan atas dua komponen lainnya.
B. Kajian Terhadap Asas atau Prinsip yang Terkait Dengan
Penyusunan E-Government
1. Kajian Asas

47
Asas hukum dalam sebuah peraturan perundang-undangan
mempunyai fungsi yang sangat mendasar. Asas merupakan
landasan yang paling fundamental atas dibentuknya peraturan
hukum yang lebih konkret. Satjipto Rahardjo mengatakan
bahwa hukum itu bukan sekedar kumpulan peraturan-
peraturan, makahal itu disebabkan oleh karena asas itu
mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis.Barangkali
tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa asas merupakan
dasar-dasar umum atau petunjuk bagi hukum yang berlaku,
sehingga pembentukan hukum harus berorientasi pada asas-
asas hukum tersebut. Artinya, asas hukum merupakan dasar-
dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
Asas hukum diidentikkan dengan perilaku dan
kedudukannya diatas norma hukum. Pandangan yang
menyatakan bahwa asas hukum termasuk dalam perilaku,
diterima, dan dianut antara lain oleh Bruggink dalam
Rechtreflecties yang diterjemahkan oleh Arief Sidharta.
Bruggink menyatakan apabila asas hukum dapat dianggap
termasuk ke dalam tipe kaidah yang berkenaan dengan kaidah
perilaku dan memiliki juga fungsi sejenis seperti kaidah
perilaku. Asas hukum adalah kaidah yang berpengaruh
terhadap kaidah perilaku, karena asas hukum memainkan
peranan pada interpretasi terhadap aturan hukum, sehingga
menentukan wilayah penerapan kaidah hukum. Karena itu
asas hukum dapat dinyatakan termasuk meta-kaidah. Dari
pernyataan Bruggink tersebut dapat dipastikan bahwa asas
hukum juga merupakan perpanjangan dari kaidah perilaku
karena asas hukum juga memberikan arahan pada perilaku
yang dikehendaki. Asas hukum yang telah dinyatakan

48
termasuk dalam meta-kaidah tersebut membuktikan bahwa
asas hukum itu sesungguhnya berada di atas norma hukum.
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi dan
kabupaten dilaksanakan oleh kepala daerah (Gubernur, Bupati
dan Walikota) dan DPRD dibantu oleh Perangkat Daerah.
Penyelenggaran pemerintahan daerah tersebut dalam
menyelenggarakan Pemerintahan Daerah berpedoman pada
asas penyelenggaraan pemerintahan negara. Berikut dijelaskan
asas-asas penyelenggaraan pemerintahan negara yang menjadi
rangkaian artikel terkait pemerintahan. Asas penyelenggaraan
pemerintahan negara disebutkan dalam beberapa peraturan
perundang-undangan negara kita, diataranya dalam UU RI No.
28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas dari KKN. Dalam Pasal 3 UU tersebut menyebutkan
asas umum penyelenggaraan negara terdiri dari asas kepastian
hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan
umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
profesionalitas dan asas akuntabilitas.
Penjelasan di atas kiranya telah mencerminkan pentingnya
kajian terhadap asas dalam penelitian ini sebagai dasar dan
petunjuk dalam menyusunan hukum positif. Menurut Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang merupakan pengganti UU No. 32 Tahun 2004
menyebutkan bahwa kepala daerah, dan DPRD dibantu oleh
Perangkat Daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah
berpedoman pada asas penyelenggaraan pemerintahan negara
terdiri atas :
1. Asas Kepastian Hukum

49
Asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
2. Asas Tertib Penyelenggara Negara
Tertib penyelenggara negara merupakan asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggara negara.
3. Aasas Kepentingan Umum
Asas tersebut merupakan asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif.
4. Asas Keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia.
5. Asas Proporsionalitas
Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara
negara.
6. Asas Profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Asas Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara
negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan

50
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8. Asas Efisiensi
Asas yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan
sumber daya dalam penyelenggaraan negara untuk
mencapai hasil kerja yang terbaik.
9. Asas Efektivitas
Asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan
berdaya guna.
10. Asas Keadilan
Asas keadilan adalah bahwa setiap tindakan dalam
penyelenggaraan negara harus mencerminkan keadilan
secara proporsional bagi setiap warga negara.
2. Kajian Prinsip
Paling tidak ada empat prinsip dasar pelaksanaan e-
government secara umum tercakup dalam visi e-
goverment(Indrajit, 2002), yaitu:
1. Memberikan perhatian penuh pada jenis-jenis pelayanan
publik, dengan memberikan prioritas:  (a) Memiliki volume
transaksi yang besar dan melibatkan banyak sekali sumber
daya manusia, (b) Membutuhkan interaksi dua arah antara
pemerintah dengan masyarakat, (c) Memungkinkan
terjadinya kerjasama antara pemerintah dengan swasta
maupun LSM dan Perguruan Tinggi, setelah menentukan
jenis pelayanan, kemudian menentukan ukuran kinerja,
yang menjadi target manfaat sebelum menentukan total
biaya investasi.
2. Membangun lingkungan yang kompetitif, di mana sektor
swasta maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) dapat
berperan dalam hal pelayanan publik. Sangat baik jika

51
swasta dan LSM dapat bersaing dengan pemerintah dan
dapat melayani dengan lebih baik.
3. Memberikan penghargaan pada inovasi dan memberi ruang
kesempatan pada kesalahan.
4. Memusatkan pada pencapaian efisiensi, yang dapat dinilai
dengan besarnya manfaat dan pemasukan anggaran dari
penggunaan e-goverment.

Ada tiga fungsi pemerintahan elektronik (Anonim, 2008):

1. fungsi pekerjaan internal pemerintah,


2. fungsi layanan masyarakat dan
3. fungsi komunikasi antara pemerintah dan rakyat
C. Praktik Empiris
Secara geografis Kabupaten Flores Timur berada pada posisi
8o04’– 8o40’ Lintang Selatan dan 122o38’ – 123o57’ Barat Timur.
Kemudian Secara administratif, Kabupaten Lombok Utara
memiliki batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Flores


2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu;
3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Sikka
4. Sebelah Timur :Timur berbatasan dengan Kab. Lembata

Dalam rangka revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi


daerah Kabupaten Flores Timur mencoba mengarahkan pada
dukungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat dalam hal pelayanan masyarakat, penyelenggaraan
otonomi daerah dan pemerintahan yang baik. Untuk itu
Pemerintah Kabupaten Flores Timur berusaha untuk
memaksimalkan perannya dalam menopang ekonomi di
daerahnya dengan mengembangan sarana dan prasarana yang

52
menunjang pembangunan di kabupaten ini.Jalan merupakan
suatu prasarana yang dipergunakan oleh masyarakat untuk
mencapai tujuan. Suatu jaringan jalan dapat berperan sesuai
dengan fungsinya dengan baik bila masing-masing ruas jalan
yang ada dapat memberikan pelayanan yang baik bagi lalu
lintas harian kendaraan yang melintasinya.

Data Potensi yang ada di bidang Komunikasi dan


Informatika adalah sebagaimana berikut:

1. Jumlah Kantor Pos yang tersebar di Kabupaten Flores


Timur yaitu:
a. Kantor Pos : 4 unit
b. Kantor Pos Pembantu : - unit
c. Kantor Pos Tambahan : - unit
d. Pos Keliling : - unit
2. Fasilitas Telekomunikasi yang tersedia/terpasang di
Kabupaten Flores Timur sebagai berikut :
a. Telepon Seluler (GSM) :
 Indosat : 7 unit
 Telkomsel : 10 unit
 PT Excel Axiata : 11 unit
 PT Gametraco Tunggal : 5 Unit
 PT Persada Sokatama : 13 Unit
 PT Tower Baersama Grop : 10 Unit
 PT Protelindo : 3 Unit
 PT KIN : 2 Unit
 PT Solosindo Tunas Pratama: 9 Unit
 Telkom : 13 unit
3. Persebaran Menara Per Kecamatan
a. Kecamatan Adonara : 24 Menara

53
b. Kecamatan Adonara Barat : 17 Menara
c. Kecamatan Adonara Tengah : 10 Menara
d. Kecamatan Ile Mandiri: 14 Menara
e. Kecamatan Ile Bura : 18 Menara
f. Kecamatan Ile Boreng : 15 Menara

4. Warung Internet: 16 unit


5. Jumlah Radio Amatir dan Frekuwensi Radio serta TV
Kabel di Kabupaten Flores Timur sebagai berikut:
a. RAKOM : 3 unit
b. TV KABEL : 8 unit

Keterkaitannya dalam penyelenggaraan Komunikasi,


Informasi Publik dan Penegembangan e-Government, dalam
rangka memberikan layanan informasi kepada masyarakat
pemerintah daerah melaksanakan kegiatan penyediaan dan
pelayanan komunikasi yanga meliputi penyediaan sarana
komunikasi dengan menggunakan pola koordinasi dan
kerjasa dengan memfasilitasi kegiatan – kegiatan dengan
pihak yang berkepentingan dari tingkat desa, tingkat
kematan dan tingkat kabupaten.

Untuk mewujudkan terselenggaranya tata pemerintahan


daerah yang baik, transparan, efektif dan efisien maka
pemerintah daerah harus membuka ruang untuk konsultasi
public dengan masyarakat dalam bentuk membentuk
kelompok kerja konsultasi public guna menyampaikan
aspirasi, masukan dan kritik terhadap kebijakan yang telah
diambil oleh pemerintah daerah.Dalam rangka pemberian
informasi kepada publik maka keberadaan Pejabat Pengelola
informasi dan Dokumentasi mutal diperlukan.

54
Penyelenggaraan pengembangan penyelenggaraan
pemerintahan yang menggunakan dan berbasis elektronik
guna memberikan pelayanan publik yang efektif dan efisien
harus terus ditingkatkan melelui berbagai cara yang antara
lain dengan menyusun rencana induk pengembangan
egovernment sehingga pelayanan yang handal dan
terpercaya serta terjangkau oleh masyarakat luas melalui
cara pemanfaatan teknologi informasi secara optimal
merupakan syarat mutlak dalam pengembangan
egovernment.

Pelayanan e-government juga diarahkan dalam bentuk


dukungan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah
Daerah, pembentukan media center sehingga mmapu
mendukung peningkatan peran serta dunia usaha dalam
pengembangan industry telekomunikasi dan teknologi
informasi.

D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang


Akan Diatur Dalam Peraturan Daerah Terhadap Aspek
Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya Terhadap Aspek
Beban Keuangan Negara
Mengenai kajian terhadap implikasi penerapan sistem
baru yang akan diatur dalam Peraturan Daerah terhadap
aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya baik positif
maupun negatif terhadap aspek beban keuangan Negara,
dengan diberlakunya Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Pemerintah Berbasis Teknologi,
Komunikasi, dan Informatika ini membawa implikasi
terhadap hal-hal, dampak positif diuraikan sebagai berikut:

55
1. Pemberian peranan yang lebih besar kepada Pemerintah
daerah dalam menata persoalan penyelenggaraan
Komunikasi dan Informatika;
2. Peningkatan ketaatan dan kesadaran hukum masyarakat
Daerah Kabupaten Flores Timur;
3. Menata dan mengorganisasi pemanfaatan dan
penggunaan sarana dan prasarana di wilayah Kabupaten
Flores Timur sehingga menjadi lebih teratur dan terpadu;
4. Peningkatan koordinatif dan integratif kelembagaan
dalam penyusunan dan penetapan kebijakan sektor
Komunikasi dan Informatika;
5. Peningkatan kualitas penegakan hukum atas persoalan
penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika selama ini.
Setiap Peraturan tidak hanya memiliki dampak positif,
tetapi juga memiliki dampak negatif bila tidak ada tindakan
pencegahan. Adapaun dampak negatif yang dapat timbul
adalah untuk tahap awal pelaksanaan Penyelenggaraan
Pemerintah Berbasis Teknologi, Komunikasi, dan
Informatika akan menimbulkan keterlambatan pelaksanaan
oleh karena masih lemahnya sumber daya manusia pada
tingkat aparat daerah dalam hal pengelolaan keuangan
daerah yang akan berpengaruh juga pada lambatnya proses
pembangunan daerah. Potensi terjadinya penyelewengan
terhadap keuangan dan asset daerah terbuka.Hal ini bisa
terjadi ketika pemerintah daerah telah menertibkan aset dan
keuangan daerah yang ternyata diketahui cukup besar,
membuka peluang bagi aparat daerah untuk memanfaatkan
aset dan keuangan daerah untuk kepentingan pribadi dan
kelompok.

56
BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN TERKAIT

Secara hirarki dan kronologis peraturan perundang-undangan


yang menjadi rujukan sebagai acuan dalam pengaturan Raperda
Kabupaten Flores Timur tentang Penyelenggaraan Komunikasi dan
Informatika, yaitu:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945:
“Pemerintah Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan”
Berdasarkan bunyi pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di atas, Pemerintah
Daerah Kabupaten Flores Timur dapat menyusun peraturan
daerah untuk melaksanakan fungsinya sebagai wilayah otonom
di Negara Kesatuan Republik Indonesia Guna mengembangkan;
- Pembangunan jaringan Internet di Kabupaten Flores
- Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh
birokrasi terutama untuk peningkatan pelayanan Publik yg
belum optimal, seperti:

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah:
Undang-Undang ini menjabarkan tentang tugas dan
wewenang serta kewajiban Wakil Kepala Daerah, Tugas dan
wewenang DPRD, Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, Kampanye, Penetapan calon terpilih dan pelantikan,
Ketentuan pidana pemilihan Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
sehingga mampu mewujudkan Pemerintahan yang baik.

57
Hubungan kewenangan yang setara antara eksekutif dan
legislatif dalam penyelengaaraan Pemerintahan Daerah yang
lebih demokratis.Serta melakukan pengaturan terhadap
birokrasi agar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas
bagi masyarakat.

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang


Telekomunikasi:
Undang-Undang ini menjabarkan penyelenggaran
telokomunikasi.Dimana pembinaan telekomunikasi merupakan
kewenangan Pemerintah.Telekomunikasi diselenggarakan
dengan tujuan untuk mendukung persatuan dan kesatuan
bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan
kegiatan pemerintahan, serta meningkatkan hubungan
antarbangsa.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa penyelenggaraan komunikasi dan informatika yang
merupakan bagian dari bidang Komunikasi dan Informatika
merupakan wewenang dari Pemerintah Daerah.Adapun
wewenang Pemerintah Kabupaten Flores Timur adalah
pengaturanpenyelenggaraan kominfo tersebut dapat dibentuk
dalam peraturan daerah.

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Kabupaten Flores Timur di Propinsi Nusa
Tenggara Timur:
Peraturan perundang-undangan ini digunakan sebagai
dasar dalam menyusun ketentuan kewajiban, tugas, tanggung
jawab dan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok
Utara sebagai Daerah Otonom. Dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang

58
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan
daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan,
dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai daerah
otonom, pemerintah daerah kabupaten dan kota, berwenang
untuk membuat peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah, guna menyelenggarakan urusan otonomi daerah dan
tugas pembantuan.
Peraturan daerah (Perda) ditetapkan oleh kepala daerah,
setelah mendapat persetujuan bersama Dewan perwakilan
Rakyat (DPRD).Substansi atau muatan materi Perda adalah
penjabaran dari peraturan perundang-undangan yang
tingkatannya lebih tinggi, dengan memperhatikan ciri khas
masing-masing daerah, dan substansi materi tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan
perundangan yang lebih tinggi.

a. Pasal 245 ayat (2):


“Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dilaksanakan oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan”
Berdasarkan konsiderans dalam undang-undang ini
dinyatakan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai
bagian dari sistem transportasi nasional harus
dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan

59
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu
lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah, dan
disebutkan lebih lanjut bahwa perkembangan lingkungan
strategis nasional dan internasional menuntut
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan
Negara.
Selanjutnya dari penjelasan dalam undang-undang ini
dikatakan bahwa lalu Lintas dan Angkutan Jalan
mempunyai peran strategis dalam mendukung
pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari
upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
harus dikembangkan potensi dan perannya untuk
mewujudkan keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu
lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta
akuntabilitas penyelenggaraan negara.

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan


Publik:
Undang-undang ini mengatur tentang prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-
fungsi pemerintahan itu sendiri. perlayanan publik yang
dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat
memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia,

60
mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial,
mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan
lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam,
memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan
administrasi publik.
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan
penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya
dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik
yang dilakukan penyelenggaraan pelayanan publik merupakan
kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan
tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan publik, sebagai upaya untuk
mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan
penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan
korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan
norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan
pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi
perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari
penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.

6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos:


Undang-Undang ini menjabarkan penyelenggaran pos. Pos
diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan dan
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta meningkatkan hubungan antarbangsa
dan antarnegara, membuka peluang usaha, memperlancar

61
perekonomian, mendukung kegiatan pemerintahan, menjamin
kualitas layanan komunikasi tertulis dan surat elektronik,
layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan,
dan layanan keagenan pos, dan menjamin terselenggaranya
layanan pos yang menjangkau seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan:
Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman teknis
yuridis dalam penyusunan Raperda tentang penyelenggaraan
komunikasi dan informatika. Sehingga Raperda ini nanti
tersusun secara sistematis dari segi asas pembentukan, jenis,
hierarki, materi muatan, perencanaan, penyusunan, teknik
penyusunan, pembahasan hingga akhirnya penetapan
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur tentang
Penyelenggaraan komunikasi dan informatika menjadi Perturan
Daerah Kabupaten Flores Timur tentang Penyelenggaraan
komunikasi dan informatika. Pertimbangan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kabupaten:
Peraturan Pemerintah ini merupakan pedoman atas
pembagian kewenangan Pemerintah Daerah dalam berbagai
sektor pemerintahan termasuk didalamnya adalah sektor
perhubungan, sehingga Pemerintah Daerah dapat mengatur
urusan-urusan pemerintahan sesuai kewenangannya dan tidak

62
keluar dari peraturan/koridor yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

63
BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah sebagai mana telah dirubah
dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
perubahan kedua atas undang-undang nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pemerintah Daerah
mempunyai kewenangan mengatur dan mengurus sendiri
urusan Rumah Tangganya menurut Asas otonomi dan tugas
pembantuan, termasuk merencanakan program pembangunan
Dearah bidang Teknologi Informasidan hanya sebagian kecil
yang telah mencapai tingkat dua (pematangan), sedangkan
tingkat tiga (pemantapan) dan empat (pemanfaatan) belum
tercapai.Tantangan utama terletak pada kemampuan dan
kesiapan manajemen serta para pelaku dan bukannya teknologi
pendukung eGovernment. Apabila hal tersebut tidak diatasi
maka dapat mengakibatkan timbulnya digital divide. Lebih jauh
lagi transparansi kebijakan dan pelaksanaan otonomi daerah
akan semakin sulit dikelola dan akan menutup jalan ke arah
demokratisasi yang sempurna. Dalam penerapan e-Government
di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi
Tengah, kekurangan SDM menjadi salah satu penghambat
khususnya pada seksi eGovernment, yang hanya memiliki 5
orang pegawai yang terdiri dari kepala seksi dan 4 orang
stafnya. Sedangkan yang memiliki latar belakang teknik
komputer hanya 2 orang (tenaga ahli). Hal tersebut akan sangat
menyulitkan seksi e-Government dalam melakukan tugas-
tugasnya yang tertuang dalam Tugas Pokok dan Fungsi seksi e-

64
Government pada Dinas Komunikasi dan Informatika, terlebih
untuk daerah pedalaman seperti Flores yang sangat
membutuhkan komunikasi serta pengetahuan sistem
informatika.
Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan e-Government merupakan
angin segarbagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi
di bidang pemerintahan. Saat ini telah banyak instansi
pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah otonom
yang berinisiatif mengembangkan pelayanan publik melalui
jaringan komunikasi dan informasi dalam bentuk situs web.
Namun, implementasi mayoritas situs web Pemerintah Daerah
Otonom masih berada pada tingkat pertama (persiapan)menjadi
prioritas utama untuk mencapai tujuan tersebut.e-Government
adalah sebuah reformasi atau paradigma baru dari
pelaksanaan pemerintahan yang mengacu kepada Keterbukaan
Informasi Publik yang memberikan tanggung jawab kepada
pemerintah untuk memberikan informasi tentang kegiatan-
kegiatan pemerintahan yang berlangsung.
B. Landasan Sosiologis
Tingkat literasi terhadap TIK (khususnya internet) yang
demikian tinggi, maka diharapkan tidak akan terjadi
kesenjangan yang besar antara ekspektasi masyarakat sebagai
pengguna layanan pemerintahan dengan penyelenggaraan E-
Government dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dengan pengertian lain, melihat tingkat literasi terhadap
teknologi informasi yang tinggi maka akan diikuti pula oleh
efektivitas penyelenggaraan E-Government serta pengaturan
mengenai penyelenggaraan E-Government-nya itu sendiri.

65
Oleh karena itu, pengaturan demikian akan sejalan dengan
asas dalam pembentukan peraturan perundangundangan yang
baik yaitu asas dapat dilaksanakan (yang artinya: setiap
pembentukan peraturan perundang-undangan harus
memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan
tersebut di dalam masyarakat). serta asas kedayagunaan dan
kehasilgunaan (Yang artinya: setiap peraturan perundang-
undangan dibuat karena memang benarbenar dibutuhkan dan
bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara). Hal ini juga sejalan dengan teori
pengaturan yang dikemukakan oleh Bronwen Morgan dan
Karen Yeung yang menyatakan bahwa instrumen regulasi
seyogianya memiliki daya persuasi yang bernalar sehingga
mendorong penerimaan masyarakat atas instrumen itu, tanpa
perlu dipaksakan (B. Morgan & K.Yeung, 2007).
Hubungan antara masyarakat dengan hukum merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.Ini sesuai dengan
ungkapan ubi societas ibi ius (dimana ada masyarakat disitu
ada hukum).Dapat ditegaskan bahwa hukum memiliki fungsi
untuk mengatur kehidupan masyarakat dalam menjalankan
aktivitasnya, sehingga melalui pengaturan itu bisa terwujud
satu masyarakat yang sejahtera, sesuai dengan yang
diamanatkan dari tujuan negara Indonesia yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945.
Secara sosiologi, hukum berfungsi untuk menciptakan,
memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup,
selain juga berfungsi sebagai sarana untuk memperlancar
proses interaksi (law as a facilitation of human interaction). Di
tinjau dari aspek sosial maka penyelenggaraan Komunikasi dan
Informatika mempunyai peran penting untuk mewujudkan

66
sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Dari aspek sosial
budaya, keberadaan sarana dan prasarana komunikasi dan
informasi membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi
wahana perubahan sosial, hal ini karena sarana dan prasarana
komunikasi mempunyai nilai yang potensial sebagai ruang
publik.
Dalam penggunaan sarana dan prasarana komnikasi
sebagai suatu ruang publik sangat mempengaruhi kondisi
lingkungan hidup disekitarnya, oleh karena itu diperlukan
penataan dalam penggunaan sarana dan prasarana komunikasi
dengan memperhatikan aspek wawasan berkelanjutan agar
tidak membawa dampak terhadap lingkungan hidup
disekitarnya.Untuk itulah dalam menyusun rancangan
peraturan daerah tentang penyelenggaraan Komunikasi dan
Informatika di Kabupaten Flores Timur, maka kiranya perlu
memperhatikan aspek sosiologis masyarakat setempat.Hal ini
dimaksudkan karena masyarakat setempatlah yang mungkin
dapat mengalami dampak secara langsung akibat
penyelenggaraan komunikasi di daerahnya.
Beranjak dari pemikiran tersebut keberadaan hukum Sangat
diperlukan dalam kehidupan masyarakat.Namun demikian
tidak dapat dielakkan adanya kenyataan bahwa dalam
masyarakat terdapat varian kepentingan sehingga hal ini bisa
menutup kemungkinan timbulnya gesekan pertentangan
diantara kepentingan-kepentingan itu.Kebebasan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat daerah
diwujudkan dengan adanya kewenangan daerah untuk
membuat regulasi (Peraturan Daerah).Kebebasan pembentukan

67
regulasi tersebut harus dapat mencerminkan keadilan bagi
semua lapisan masyarakat.Oleh karena itu para pembuat
peraturan perundang-undangan hendaknya dapat melahirkan
undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi
semua individu, perundangundangan hendaknya dapat
memberikan kebahagiaan yang terbesar bagi sebagian besar
masyarakat (the greatest happiness for the greatest number).
Untuk itulah dalam penyelenggaraan Komunikasi dan
Informatika kiranya tidak dapat mengenyampingkan faktor
sosiologis kemasyarakatan terutama menyangkut pada
himpunan kaidah dari segala tingkatan berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.Ini
dikarenakan hukum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pokok seluruh masyarakat.Melalui aturan hukum inilah dapat
di jadikan sebagai pedoman bertingkah laku, sebagai sarana
untuk menjaga kebutuhan masyarakat dan sebagai sistem
pengendalian sosial. Dengan demikian hukum dapat dilihat
dari segi lain yaitu sebagai sarana untuk mengatur interaksi
kehidupan sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Selain itu pula dengan adanya Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika dapat mencegah
terjadinya konflik sehingga ketertiban dan keadilan dapat
ditegakan.
Apalagi jika mencermati keadaan Kabupaten Flores Timur
yang sangat majemuk yang terus berkembang menuju kearah
perbaikan pembangunan ekonomi, jika proses ini berjalan terus
menerus maka negara akan sampai pada kondisi dimana
perekonomian dapat tumbuh dengan baik dan masyarakat ikut
berperan besar di dalamnya. Oleh sebab itu agar sistem
teknologi komunikasi dan informasi dapat berjalan dengan baik

68
maka prasyarat yang berupa penyelenggaraan Komunikasi dan
Informatika yang baik harus disusun dengan cermat karena
transportasi dan komunikasi informasi mempunyai peranan
yang penting dalam pertumbuhan ekonomi negara sehingga
menyadari akan hal tersebut maka sudah selayaknya
kehadiran suatu aturan hukum dalam bentuk Peraturan
Daerah yang sesuai yang mampu menjawab permasalahan
yang dihadapi oleh Kabupaten saat ini.
C. Landasan Yuridis
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi, dan Undang-Undang Nomor 38 Tahun
2009 tentang Pos bahwa Pemerintah Daerah mempunyai
kewenangan dalam pengaturan penyelenggaraan komunikasi
dan informatika. Perlu dibentuknya peraturan daerah ini bukan
lagi sekedar human will (kemauan manusia) namun lebih
kepada human want (kebutuhan manusia). Hal ini
dimaksudkan pula untuk mengoptimalkan penggunaan
prasarana komunikasi dan informatika dalam rangka menjalin
komunikasi antar anggota masyarakat.
Sesuai amanat konstitusi, adalah tanggung jawab negara
untuk melindungi bangsanya dan menyelenggaraan sistem
kepemerintahan yang ditujukan untuk memajukan
kesejahteraan umum dengan orientasi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.Setelah reformasi, terdapat pembagian
kekuasaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah.Pembagian
kewenangan tersebut di atur dalam UU. Pada sisi yang lain
setiap UU yang baru mengamanatkan pengembangan sistem
informasi secara sektoral. Oleh karena itu sangat diperlukan
pengaturan e-Gov dalam bentuk UU tersendiri yang dapat
mengatasi konflik kewenangan sektoril tersebut dan juga

69
mengikat publik untuk tidak melakukan pengrusakan terhadap
sistem.
Setelah reformasi banyak hal yang telah berkembang dalam
sistem administrasi publik atau pemerintahan di Indonesia.
Beberapa kali amandemen konstitusi Negara Republik
Indonesia dan dinamika peraturan perundang-undangan
Kelahiran UU yang baru telah membawa angin segar bagi
kepentingan bangsa untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur. Pada intinya dinamika demokrasi bangsa Indonesia
telah mengamanatkan tugas dan kewenangan pemerintah
sebagai penyelenggaraan kesejahteraan bagi Rakyatnya dan
terbukanya ruang untuk partisipasi publik demi
penyelenggaraan sistem pemerintahan yang akuntabel.Sistem
pemerintahan telah didorong oleh segenap komponen bangsa
kepada sistem pemerintahan yang mengarah kepada sistem
pemerintahan yang demokratis dengan keterbukaan informasi
dan komunikasi sebagai sarana untuk mengontrol jalannya
sistem pemerintahan itu sendiri oleh Publik.
Secara hukum amanat reformasi tersebut dapat dikatakan
telah dipayungi dan difasilitasi dengan telah diundangkannya
beberapa UU yang terkait dengan informasi dan komunikasi,
antara lain; UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
("UU-HAM"), UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers ("UU Pers"),
UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
("UU-KIP"), UU No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
("UU Pelayanan Publik"), dan UU No.40 Tahun 1999 tentang
Kearsipan ("UU Arsip"). Semua dinamika hukum telah
mendorong sistem pemerintahan menjadi lebih terbuka, namun
hal tersebut tentunya tidak dapat berjalan sendiri karena
kebutuhan informasi publik dan pelayanan publik harus

70
difasilitasi dengan keberadaan sistem informasi dan sistem
komunikasi elektronik yang memungkinkan adanya efisiensi
dan efektifitas dalam sistem pemerintahan, khususnya dalam
menjamin akses pelayanan publik itu sendiri. Oleh karena itu,
keberadaan UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik ("UUITE") adalah jalan utama menuju
kesejahteraan itu sendiri, tidak hanya untuk tujuan
melancarkan sistem perdagangan dan tumbuhnya industri
melainkan juga untuk efisiensi dan efektifitas sistem
pemerintahan itu sendiri.
Paralel dengan dinamika hukum tersebut juga berjalan
dinamika Teknologi Informasi, Media dan Informatika
("Telematika") yang memungkinkan semua informasi dan
komunikasi menjadi lebih cepat dan mudah untuk diperoleh
secara global dalam waktu dan tempat yang sama (ubiquotus).
Hal tersebut termanifestasi dalam bentuk sistem informasi dan
komunikasi secara elektronik yang berbasiskan sistem
komputer dan jaringan internet (e-system) Sebelum reformasi,
pemerintah kala itu telah menyadari pentingnya hal itu dengan
dibentuknya Tim Koordinasi Telematika Indonesia ("TKTI") pada
tahun 1997.
Kemudian setelah terjadinya reformasi, pemerintah pun
kemudian mengeluarkan kebijakan publik dan instruksi untuk
penerapan Telematika dalam pemerintahan, melalui Inpres No
6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan
Telematika di Indonesia ("Inpres Telematika"), dan Inpres No.3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Electronic Government ("Inpres eGov"):

71
a. Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Telematika
(Telekomunikasi, Media dan Informatika), khususnya
tentang Government on-Line, sebagai berikut:
1) (No. 21) Penerapan jaringan informasi di lingkungan
pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah
menjadi prasyarat yang penting untuk mencapai good
governance dalam rangka meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam berbagai
kegiatan kepemerintahan guna antara lain memperbaiki
pelayanan publik, meningkatkan efisiensi pelaksanaan
otonomi daerah, serta mengurangi berbagai kemungkinan
kebocoran anggaran.
2) (No 22) Agar pemerintah dapat meningkatkan hubungan
kerja antar instansi pemerintah serta dapat menyediakan
pelayanan bagi masyarakat dan dunia usaha secara
efektif dan transparan, diperlukan kerangka arsitektur
dan platform yang kompatibel bagi semua bagi semua
departemen dan lembaga pemerintah, serta penerapan
standardisasi bagi berbagai hal yang terkait dengan
penggunaan teknologi telematika secara luas. Beberapa
yang akan dilaksanakan termasuk pengembangan g-
online backbone bagi kepentingan semua instansi
pemerintah dan penyediaan layanan masyarakat,
emperbarui kerangka peraturan dan prosedur transaksi
di lingkungan emerintah, serta membangun komitmen
dan kesepakatan untuk memperlancar pertukaran dan
penggunaan informasi antar instansi pemerintah.
3) (No. 23). Untuk keperluan itu pemerintah akan
meningkatkan kesadaran dan kesiapan penggunaan
kemajuan teknologi telematika untuk

72
mengimplementasikan government online secara efektif,
serta mengintensifkan pendidikan dan pelatihan eknologi
telematika untuk meningkatkan keahlian pegawai negeri
di semua tingkatan.
b. Instruksi Presiden RI No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government yaitu
PERTAMA: Mengambil langkah-langkah yang diperlukan
sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing guna
terlaksananya pengembangan e-Government secara nasional
dengan berpedoman pada Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, dan KEDUA:
Merumuskan rencana tindak di lingkungan instansi masing-
masing dengan berkoordinasi dengan Menteri Negara
Komunikasi dan Informasi.
c. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan Undang-undang No. 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, khususnya
pada pasal-pasal berikut:
1) Pasal 1 ayat 6 bahwa Penyelenggaraan Sistem Elektronik
adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh
penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau
masyarakat.
2) Pasal 7 Setiap Orang yang menyatakan hak, memperkuat
hak yang telah ada, atau menolak hak Orang lain
berdasarkan adanya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik harus memastikan bahwa Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang ada
padanya berasal dari Sistem Elektronik yang memenuhi
syarat berdasarkan Peraturan Perundangundangan.

73
3) Pasal 25 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs
internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya
dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
d. Surat Keputusan Bupati Flores Timur Nomor
101/KPTS/037/I/2012 tentang “Pembentukan Tim Teknis
Aplikasi e-Government Pemerintah Kabupaten Flores Timur”

Dalam perkembangan terakhir pemerintahan pasca


reformasi telah membentuk Keppres No.20 Tahun 2006 tentang
Dewan TIK Nasional yang diketuai langsung oleh Presiden.
Kepres Detiknas diubah terakhir kali dengan Keppres No 20
Tahun 2011 dan dicabut dengan Keppres No.1 Tahun 2014
tentang Dewan TIK Nasional. Adapun dengan tugas dan
kewenangan DETIKNAS adalah sebagai berikut:

1. merumuskan kebijakan umum dan arahan strategis


pembangunan nasional, melalui pengembangan TIK
termasuk infrastruktur, aplikasi, dan konten;
2. melakukan pengkajian, evaluasi, dan masukan dalam
menetapkan langkah-langkah penyelesaian permasalahan
strategis yang timbul dalam rangka pengembangan TIK
3. melakukan koordinasi nasional dengan instansi Pemerintah
Pusat/Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah, Dunia Usaha, Lembaga Profesional, dan
masyarakat pada umumnya dalam rangka pengembangan
TIK serta memberdayakan masyarakat; dan
4. memberikan persetujuan atas pelaksanaan program
pengembangan TIK yang bersifat lintas kementerian agar
efektif dan efisien.

74
Pengembangan e-government di Indonesia saat ini ternyata
belum mendorong efisiensi keuangan negara. Pengeluaran
negara yang begitu besar dan tidak terpadunya sistem dalam
satu perencanaan serta kurang atau belum optimalnya
koordinasi melahirkan keberadaan sistem informasi yang
cenderung konflik kewenangan dan masih terdikte dengan ego
sektoril. Hal tersebut telah melahirkan inefisensi dan
inefektifitas bagi penyelenggaraan negara dan juga pelayanan
publik serta relatif rendahnya mutu demokrasi itu sendiri. Oleh
karena itu, adalah hal yang urgensi bagi negara Indonesia
untuk segera melakukan pemercepatan dan peningkatan mutu
penyelenggaraan sistem elektronik pemerintahan tersebut,
tidak hanya untuk efisiensi administrasi pemerintahan saja
melainkan juga untuk memberikan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Tuimbuhnya sistem informasi secara
sektoril dengan payung peraturan perundang-undangan pada
sektor yang bersangkutan mengakibatkan perlunya suatu
Undang Undang khusus tentang e-government sebagai solusi
yang komperhensif yang dapat menyelesaikan konflik
kewenangan tersebut dan pengaturannya kepada publik.

75
BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP


MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG PERATURAN DAERAH
PROVINSI, ATAU PERATURAN DAERAH/KOTA

A.Sasaran Yang Akan Diwujudkan

Peraturan daerah ini nanti diharapkan dapat menjadi dasar


hukum dengan memberikan kepastian hukum (legal certainty) dari
kegiatan-kegiatan otonomi daerah yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur dalam rangka
mewujudkan dan menjamin terselenggarannya Komunikasi dan
Informatika melalui sistem efektif dan efisien serta kemudahan
dalam mengakses komunikasi dan informasi guna mendorong
perekonomian Daerah dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sehingga mampu menopang kemandirian dan
kemajuan Daerah

B.Arah dan Jangkauan

Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan


Komunikasi dan Informatika mencoba untuk menjawab
tantangantantangan yang dihadapi dalam otonomi daerah. Untuk
itu ada beberapa langkah yang bisa diambil,antara lain adalah
sebagai berikut. Pertama, mensikronkan target-target
pembangunan nasional dalam sektor telematika dengan beberapa
program egov yang akan dilaksanakan di seluruh lembaga dan
departemen. Langkah ini sekaligus sebagai proses evaluasi
program egov yang pernah dijalankan di semua tingkatan. Kedua,
meningkatkan pemahaman masyarakat, pelaku ekonomi swasta,
termasuk pejabat pemerintahan atas potensi yang dapat
disumbangkan program egov dalam mencapai target

76
pembangunan nasional dan sektor telematika.Ketiga,
menyelesaikan berbagai program utama egov yang belum berhasil
dilaksanakan, dan menyusun prioritas program egov yang dapat
menciptakan lapangan kerja serta membantu penegakan praktek
good governance dalam berbagai pelayanan publik. Keempat,
menambah akses dan jangkauan infrastruktur telematika bagi
semua kalangan untuk mengutamakan pemanfaatan e-goverment
dalam segala aktifitas sosial ekonomi masyarakat. Termasuk
dalam hal ini adalah menetapkan struktur tarif yang transparan
dan terjangkau buat semua kalangan. Jika perlu dapat saja
diberlakukan diferensiasi tarif untuk semua aplikasi e-
government.

Dan untuk strategi pengaturan dalam rangka mencapai


tujuan,dibuat beberapa ketentuan yang relevan adalah sebagai
berikut:

1. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menjamin: (a)


tersedianya perjanjian tingkat layanan; (b) tersedianya
perjanjian keamanan informasi terhadap jasa layanan
Teknologi Informasi yang digunakan; dan (c) keamanan
informasi dan sarana komunikasi internal yang
diselenggarakan (Pasal 12 ayat (1) PP No. 82 Tahun 2012).
2. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menjamin setiap
komponen dan keterpaduan seluruh Sistem Elektronik
beroperasi sebagaimana mestinya (Pasal 12 ayat (2) PPNo.
82 Tahun 2012).
3. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menerapkan
manajemen risiko terhadap kerusakan atau kerugian yang
ditimbulkan (Pasal 13 PP No. 82 Tahun 2012)..

77
4. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memiliki kebijakan
tata kelola, prosedur kerja pengoperasian, dan mekanisme
audit yang dilakukan berkala terhadap Sistem Elektronik
(Pasal 14 ayat (1) PP

A.Ruang Lingkup Materi

1. Ketentuan Umum
Dalam ketentuan umum berisikan pengertian-pengertian
dan istilah yang dijadikan dasar dalam perumusan norma-
norma di dalam pasal-pasal peraturan daerah.
a. Istilah
1. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yangberfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
menyimpan,menampilkan, mengumumkan,
mengirimkan, dan/atau menyebarkan
InformasiElektronik.
2. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya
disingkat dengan TIK adalahmerupakan payung besar
triminologi yang mencakup semua keperluan teknis
untukmemperoses dan menyampaikan sebuah informasi,
TIK memiliki dua aspek, yaituteknologi informasi dan
teknologi komunikasi.
3. E-Goverment adalah pemanfaatan teknologi informasi
pada lembaga pemerintahanm yang memungkinkan
terjadinya transformasi relasi dengan masyarakat, dunia
usahadan antar instansi pemerintah untuk mendorong
pemberdayaan masyarakat, perbaikanlayanan publik,
peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta
efesiensi dalampenyelenggaraan pemerintahan.

78
4. Infrastruktur teknologi informasi, yang selanjutnya
disebut infrastruktur adalah pirantikeras, piranti lunak,
jaringan komunikasi data, dan fasilitas pendukung
lainnya, yangketika digunakan bersama menjadi pondasi
dasar untuk mendukung penyelenggaraansistem
pemerintahan berbasis elektronik
5. Interoperabilitas adalah kemampuan dari dua atau lebih
sistem atau komponendata/informasi untuk bertukar
data atau informasi, dan mempergunakandata/informasi
hasil pertukaran tersebut.
6. Aplikasi adalah piranti lunak komputer yang digunakan
untuk menjalankan fungsi,proses, atau mekanisme kerja
tertentu
7. Pusat Data Elektronik (Data Center) adalah adalah suatu
fasilitas yang digunakanuntuk menempatkan sistem
elektronik dan komponen-komponen terkaitnya
untukkeperluan penempatan, penyimpanan, dan
pengolahan data.
8. Pusat Pemulihan Bencana (Disaster Recovery Center)
suatu fasilitas yang digunakanuntuk memulihkan
kembali data atau informasi serta fungsi-fungsi penting
SistemElektronik yang terganggu atau rusak akibat
terjadinya bencana yang disebabkan olehalam atau
manusia
9. Keamanan Informasi adalah terjaganya kerahasiaan
(confidentiality), keutuhan(integrity), dan ketersediaan
(availability) informasi.
10. Nama Domain adalah nama unik yang digunakan
sebagai alamat situs web atau serverkomputer dalam
suatu jaringan komputer ataupun internet.

79
2. Materi yang akan diatur
Materi yang akan diatur nantinya dalam Rancangan
PeraturanDaerah Kabupaten Flores Timur tentang
PenyelenggaraanKomunikasi dan Informatika diantaranya
adalah
a. Penyelenggaraan Komunikasi
b. Penyelenggaraan Informatika
c. Pengawasan dan Pengendalian
d. Peran serta Masyarakat
a. Penyelenggaraan komunikasi
Dalam arangka melaksanakan kegiatan penyediaan
danpelayanan komunikasi, penyelenggaraan komunikasi
melaluipenyediaan sarana komunikasi dan penyebarluasa
komunikasi danpenyebarluasan informasi serta
menyediakan keterbukaan informasipublik.
Penyebarluasan informasi dalam penyebarluasan
informasidilakukan melaui jalur media masa dan melalui
lembagakomunikasi social.Untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan daerahyang baik, transparan
dan efisien serta akuntabel dan
dapatdipertanggungjawabkan maka Pemerintah Daerah
harus membentuksarana konsulatasi pubil dan Pejabat
Pengelola Informasi danDokumentasi.
b. Penyelenggaraan Informatika.
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
kegiatanpenyelenggaraan Informatika dikembangkan melalui
kegiatanpengemangan e-government dan kgiatan dalam
bidang postelekomunikasi.Pengembangan e-Government
yang akan dilakukan olehpemerintah daerah dalam upaya
pemberian pelayanan publik padadasarnya terdiri dari:

80
a. penyusunan rencana induk pengembangan e-
Government;
b. pengembangan sistem pelayanan yang andal dan
terpercaya,serta terjangkau oleh masyarakat luas;
c. pemanfaatan teknologi informasi secara optimal;
d. pemberian dukungan dalam Proses Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Daerah;
e. pemberian dukungan dalam Pengelolaan data dan
informasi;
f. pembentukan Media Center;
g. penerapan keamanan informasi;
h. peningkatan peran serta dunia usaha dalam
pengembanganindustri teknologi teleKomunikasi dan
teknologi informasi; dan
i. pengembangan kapasitas sumber daya manusia
PemerintahDaerah dan Peningkatan e-Literacy
masyarakat.

Adapun kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten


Flores Timur dalam penyelenggaraan komunikasi dan
informatika yangakan diatur antara lain adalah Pemberian
Izin Penyelenggaraan Layanan Pos dan Telekomunikasi yang
terdiri dari :

a. pemberian izin jasa titipan untuk kantor agen;


b. Pembenrian ijin Penyelenggaraan pelayanan pos di
perdesaan
c. penertiban jasa titipan untuk kantor agen;
d. pemberian izin penyelenggaraan Telekomunikasi
khusus untukkeperluan Pemerintah dan badan

81
hukum yang cakupan areanya diDaerah sepanjang
tidak menggunakan spektrum frekuensi radio;
e. pemberian izin terhadap Instalatur Kabel
Rumah/Gedung (IKR/G);
f. pemberian izin kantor cabang dan loket pelayanan
operator;
g. Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menara
Telekomunikasisebagai sarana dan prasarana
Telekomunikasi;
h. h. Pemberian izin galian untuk keperluan penggelaran
kabelTelekomunikasi;
i. Pemberian izin Hinder Ordonnantie
(OrdonansiGangguan);
j. Pemberian izin instalasi penangkal petir;
k. Pemberian izin instalasi genset;
l. Pemberian izin usaha perdagangan alat perangkat
Telekomunikasi;

Adapun Pemberian Rekomendasi Penyelenggaraan


Layanan Pos dan Telekomunikasi meliputi :

a. rekomendasi terhadap permohonan izin penyelenggaraan


jaringan tetap tertutup lokal wireline (end to end)
cakupan di daerah;
b. rekomendasi wilayah prioritas untuk pembangunan
kewajibanpelayanan universal di bidang Telekomunikasi;
c. rekomendasi untuk pendirian kantor pusat jasa titipan;
d. rekomendasi untuk pendirian kantor cabang jasa titipan;
e. rekomendasi terhadap permohonan izin
penyelenggaraanjaringan tetap lokal wireline (end to end);

82
f. rekomendasi wilayah prioritas untuk pembangunan
kewajibanpelayanan universal di bidang Telekomunikasi;
dan
g. rekomendasi persyaratan administrasi dan kelayakan
data teknis terhadap permohonan izin penyelenggaraan
radio dan televisi.
c. Pengawasan dan Pengendalian

Tanggung jawab penawasan dan pengendalian yang


dapatdilakukan oleh Pemerintah Daerah dapat berupa
pengawasan atau pengendalian terhadap penyelenggaraan
telekomunikasi yang meliputi cakupan area daerah,
pelaksanaan pembangunan warnet pedesaan ataupun warnet
seluler dan yang sejenis termasuk pengendalian terhadap
standarisasi pendirian pos dan alat komunikasi.

d. Peranserta Masyarakat

Peranserta masyarakat yang dapat dilakukan


dalampenyelenggaraan komunikasi dan informatika dapat
berupa dukungan terhadap pemanfaatan dan pengembangan
teknologi daninformatika sehingga diharapkan mampu
memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat.

3. Ketentuan sanksi

Ketentuan sanksi memuat sanksi yang nantinya


akanditerapkan apabila dikemudian hari terdapat pelanggar
terhadap ketentuan yang ada dalam Peraturan Daerah tentang
penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika tersebut. Sanksi
tersebut berupa:

83
a. Orang atau badan usaha yang melakukan
pelanggarandikenakan sanksi administrasi, berupa:
i. teguran tertulis;
ii. penghentian sementara sebagian atau seluruh
kegiatanusaha;
iii. pembekuan izin;
iv. pencabutan izin;
v. penetapan ganti rugi; dan
vi. denda.
b. Setiap petugas yang melakukan pelanggaran, dikenakan
sanksiberupa teguran dan/atau dibebastugaskan dari
jabatannya,sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Ketentuan peralihan
Apabila personil, sarana dan prasarana yang diperlukan
untuk kegiatan pelayanan publik tentang penyelenggaraan
pemerintah berbasis teknologi, informasi, dan
komunikasibelum terpenuhi, maka Pemerintah Daerah dapat
melakukan kerjasama dengan instansi/lembaga lain yang
memiliki personil, sarana dan prasarana yang diperlukan
untuk kegiatan pelayanan publik tentang penyelenggaraan
pemerintah berbasis teknologi,informasi,dan komunikasi.

84
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Adanya rencana untuk menyusun pembentukan Rancangan


Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur tentang
Penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika merupakan
gagasan yang sangat baik dan perlu didukung oleh semua
pihak dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang lebih baik di Kabupaten Flores Timur
2. Dalam hubungannya dengan keinginan yang kuat untuk
mewujudkan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Flores Timur tentang Penyelenggaraan komunikasi
dan informatika, semakin menunjukkan adanya suatu
kesadaran dan komitmen politik yang sangat tinggi untuk
menempatkan dan memfokuskan persoalan komunikasi dan
informatika dalam rangka mempercepat dan mendukung
pembangunan daerah.
3. Secara filosofis, pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Flores Timur tentang Penyelenggaraan komunikasi
dan informatika dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
dengan tujuan demi mewujudkan kepentingan rakyatnya.
4. Secara Yuridis, dengan pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Flores Timur tentang Penyelenggaraan
komunikasi dan informatika ini maka akan semakin
memperjelas pengaturan tentang penyelenggaraan komunikasi
dan informatika di Kabupaten Flores Timur yang disesuaikan
dengan amanat Undang-Undang yang ada di atasnya.
5. Secara Sosiologis, berbagai aspek yang menjadi permasalahan
krusial yang terjadi di Kabupaten Flores Timur

85
akanterselesaikan dengan berfungsinya hukum untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup, selain juga berfungsi sebagai sarana untuk
memperlancar proses interaksi masyarakatnya.

B. Saran

1. Perlunya pemilahan yang selektif terhadap subtansi apa saja


yang sebaiknya di atur dalam Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Flores Timur tentang Penyelenggaraan komunikasi
dan informatika.
2. Mengingat kebutuhan dan strategisnya persoalan
penyelenggaraan komunikasi dan informatika maka percepatan
pembahasan bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten Flores Timur merupakan keniscayaan dan
keharusan untuk segera dilaksanakan.

86
DAFTAR PUSTAKA

http://g-lucky.blogspot.com/2011/04/latar-belakang-e-
government.html

https://idtesis.com/pembahasan-lengkap-teori-e-government-
menurut-para-ahli/

https://www.academia.edu/14190703/E-
Government_Konsep_Pelayanan_Publik_Berbasis_Internet_dan_Tek
nologi_Informasi

https://pemerintah.net/asas-penyelenggaraan-pemerintahan-
negara/

https://idtesis.com/pembahasan-lengkap-teori-e-government-
menurut-para-ahli/

https://www.kompasiana.com/nurulpurnama07/5512a8bf81331
1476cbc601f/e-government-system-dalam-pelayanan-publik

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publ
ications/143383-ID-analisis-penerapan-e-government-pada-
pem.pdf&ved=2ahUKEwiwxsLo1LLmAhXX6nMBHYNJBWIQFjABeg
QIBxAL&usg=AOvVaw1MsL9E3AS7rtnc-
KrGQ7X_&cshid=1576241544293

87

Anda mungkin juga menyukai