Anda di halaman 1dari 39

Makalah Mata Kuliah Kewarganegaraan

Mengenai
Negara dan Sistem Pemerintahan
Laporan Ini Disusun Sebagai Bukti Hasil Tugas Kelompok

Disusun Oleh
Muhammad Chandra Nugraha 11015004
Qony Sya’bany Zen 10418022
Dede Risman 10418023
Muhammad Rizki Ramdhani 10418029
Risyad Amal Mutamar 10418031

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2019 – 2020


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
TAHUN 2019

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kami nikmat
iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan laporan tentang “Negara dan Sistem Pemerintahan”. Shalawat
serta salam tidak lupa kami haturkan untuk junjungan nabi Agung kami semua, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kami semua.
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu
Dr. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.SI. selaku dosen mata kuliah Kewarganegaraan
Universitas Komputer Indonesia yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami juga berharap dengan sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait merancang makalah
.Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan
saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis kembali. Di akhir kami berharap
makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Bandung, 21 September 2019

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ..................................................................................................................................... iv
Bab I ....................................................................................................................................................... 1
Pendahuluan .......................................................................................................................................... 1
I.I Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
I.II Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
I.III Tujuan Pembahasan ................................................................................................................ 4
Bab II ..................................................................................................................................................... 5
Pembahasan ........................................................................................................................................... 5
II.I Pengertian dan Definisi Negara .............................................................................................. 5
II.II Unsur Negara .......................................................................................................................... 8
II.III Klasifikasi Negara ................................................................................................................. 12
II.IV klasifikasi negara (sisi konsep&teori) ................................................................................... 14
II.V Klasifikasi Negara (asas penyelenggaraan) .......................................................................... 17
II.VI Sistem Pemerintahan ............................................................................................................. 21
3. Lembaga Eksekutif ............................................................................................................... 26
Bab III .................................................................................................................................................. 28
Penerapan Sistem Pemerintahan....................................................................................................... 28
III.I Topik Pembahasan ................................................................................................................ 28
 Ini Kronologi Korupsi Massal DPRD Kota Malang ..................................................................... 29
Penggeledahan KPK. ........................................................................................................................ 31
Gelombang Tersangka ...................................................................................................................... 32
Pemerintahan Lumpuh ...................................................................................................................... 33
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 35

iii
Daftar Gambar

Figure 1. Penyidik KPK saat menggeledah Balai Kota Malang .............................................................. 31


Figure 2. Ketua Fraksi DPRD Kota Malang, Suprapto usai diperiksa penyidik KPK pada Oktober, 2017
silam (Liputan6.com/Zainul Arifin) ....................................................................................................... 32

iv
Bab I

Pendahuluan

I.I Latar Belakang


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI
Tahun 1945) merupakan norma dasar bernegara (staatsfundamentalnorm) yang
menggambarkan citacita negara bangsa yang di dalamnya juga terdapat pernyataan
Kemerdekaan. Pembukaan UUDNRI TAHUN 1945 yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh para founding fathers menjadi sumber dan dasar bagi penyusunan berupa pasal-
pasal dan ayat dalam UUDNRI TAHUN 1945. Dalam kenyataannya masih ada norma-
norma dasar yang harus dituangkan dalam pasal-pasal namun belum dituangkan dalam
pasal-pasal. Hal tersebut adalah wajar mengingat pada saat persidangan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mayoritas anggota menghendaki segera
merdeka. Soekarno sebagai ketua PPKI mengatakan sifat sementara UUDNRI TAHUN
1945, karena disadari kurang lengkap dan kurang sempurnanya (UUD) bersifat
sementara.1 Ketidaksempurnaan UUDNRI TAHUN 1945 juga diungkapkan Sri
Soemantri Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran Bandung.
Menurutnya, ketidaksempurnaan itu patut dipahami karena proses pembuatan
UUDNRI TAHUN 1945 hanya berlangsung 45 hari dan itu pun dilakukan dalam
suasana bulan puasa. Akan tetapi, hal itu tidak harus dipahami bahwa proses pembuatan
dalam waktu yang cukup panjang akan menghasilkan UUD yang sempurna, sebab pada
prinsipnya sebuah UUD harus terus disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Lembaga yang berhak menyesuaikan UUD sebagai hukum tertinggi dengan tuntutan
zaman ialah lembaga tertinggi negara, yakni MPR. Kemudian Sri Soemantri,
menjelaskan dalam tulisannya bahwa salah satu akibat dari UUD yang tidak mengikuti
perkembangan zaman ialah munculnya produk hukum yang tidak responsif. Selama
pemerintahan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto karakter produk hukum yang
dihasilkan justru menindas. Selama lebih dari 30 tahun sebelum adanya reformasi tahun
1998, sejarah mencatat bahwa konfigurasi politik yang dibangun secara tidak
demokrtatis telah menjadikan hukum terpuruk. Fungsi-fungsi kelembagaan Negara
yang diatur berdasarkan hukum yang lahir dalam kondisi yang demikian pun secara

1
tidak langsung harus mengikuti konfigurasi politik tersebut. Demikian pula dengan
fungsi kelembagaan yang dimiliki DPR.2 Jika keadaan ingin berubah, dalam arti
produk hukum benar-benar bisa memberikan keadilan bagi seluruh rakyat, konfigurasi
politik harus diubah dari otoriter ke demokrasi. Ide negara demokrasi bukanlah hal yang
baru bagi Indonesia karena sejak negara ini berdiri, ide utama yang diajukan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pola hubungan pemerintah-rakyat sudah
didasarkan pada konsep demokrasi. Namun demokrasi yang dimaksud ialah sebuah
model demokrasi yang bukan liberal, melainkan terikat dengan nilai bangsa.3 Dengan
demikian, akan dihasilkan produk hukum yang berkarakter responsif.4 Oleh karena itu,
gelombang tuntutan perubahan di tahun 1998 merupakan salah satu bentuk tuntutan
zaman agar Indonesia melakukan berbagai penyesuaian-penyesuaian secara konstitusi.
Untuk menghasilkan produk hukum yang berkarakter responsif dan tidak otoriter, tentu
sesuai atas keinginan rakyat diperlukan adanya peningkatan peranan Lembaga Negara
seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Secara mendasar kekuasaan lazimnya
dipetakan ke dalam beberapa fungsi yang berkaitan satu sama lain. John Locke dalam
bukunya “Two Treatises of Government”, membagi kekuasaan negara dalam tiga
fungsi, tetapi berbeda isinya. Menurut Locke fungsi-fungsi kekuasaan negara terdiri
dari; fungsi legislatif, fungsi eksekutif, dan fungsi federatif. Dengan mengikuti jalan
pikiran John Locke, Montesquieu dalam bukunya “L’Espirit des Lois” yang ditulis
tahun 1784 atau versi bahasa Inggris-nya dikenal “The Spirit of The Laws“,
mengklasifikasikan kekuasaan negara ke dalam tiga cabang, yaitu: 1. Kekuasaan
legislatif sebagai pembuat undang-undang; 2. Kekuasaan eksekutif untuk
melaksanakan undang-undang; dan 3. Kekuasaan untuk menghakimi atau yudikatif.5
Hal ini sejalan dengan penegakan prinsipprinsip kedaulatan rakyat, prinsip checks and
balances. Istilah checks and balances adalah prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antarcabang kekuasaan, biasanya dalam konteks kekuasaan Negara,6 maka
Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR dalam hal fungsi legislasi,
fungsi pengawasan terhadap jalannya pemerintahan dan fungsi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Untuk itu perlu ada mekanisme hubungan yang lebih jelas
antara lembaga Kepresidenan (eksekutif) dan DPR (legislatif) maupun dengan
lembaga-lembaga Negara lainnya. Sejak awal perumusan MPR merupakan lembaga
yang didesain sebagai lembaga tertinggi, jadi MPR tidak kalah pentingnya, selain
hubungan DPR dengan Presiden. Oleh karena itu, kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) juga perlu diberdayakan, dengan diadakannya pengaturan yang lebih

2
jelas dan tegas pengaturan tentang wewenang dan tanggung jawab antara DPR dan
MPR. Karena berdasarkan ketentuan UUDNRI TAHUN 1945, kedaulatan rakyat
merupakan lembaga yang meliputi kekuatan sosial politik, utusan daerah dan golongan
dilembagakan di dalam MPR, untuk melakukan kedaulatan rakyat atas nama rakyat.
Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Frase
“sepenuhnya” harus diartikan tidak terbagi dengan lembaga lain, akan tetapi kita
bertendensi mengambil alih kekuasaan rakyat (akibat dari penjelmaan seluruh rakyat).
MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat berkedudukan lebih tinggi dari lembaga
lainnya dan tidak membagi kedaulatannya dengan lembaga lain sehingga pengaturan
tentang kedudukan dan susunan MPR, ditetapkan oleh MPR sendiri.7 Hal yang tidak
boleh dilupakan, struktur negara Indonesia, selain eksekutif dan legislatif juga memiliki
lembaga yudikatif yaitu Mahkamah Agung (MA). Sebagai lembaga peradilan, peran
MA memerlukan ketegasan dalam UUDNRI TAHUN 1945. Kekuasaan Kehakiman
harus diberikan ketegasan sebagai lembaga peradilan yang memiliki independensi.
Meminjam pemikiran yang diusulkan oleh Sri Soemantri bahwa Mahkamah Agung
semestinya diberi wewenang untuk melakukan hak uji terhadap undang-undang
(judicial review) sebelum lahirnya Mahkamah Konstitusi.8 Dengan demikian,
pembagian kekuasaan yang jelas di antara tiga cabang kekuasaan yang disebutkan
dalam trias politika yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif berdasarkan prinsip
“checks and balances” sudah tertuang sejak perumusan sampai pengesahan. Akan tetapi
diperlukan langkah penyempurnaan, terutama pengaturan atas pembatasan kekuasaan
dan wewenang yang jelas dari Presiden/eksekutif sehingga Presiden/eksekutif tidak
sewenang-wenang. Selanjutnya, perlu ada kejelasan peran dan fungsi DPR dalam hal
fungsi perundang-undangan, fungsi pengawasan kekuasaan pemerintahan dan fungsi
perwakilan rakyat. Sehingga DPR atau legislatif dapat benar-benar melaksanakan
fungsinya sebagai pengemban kedaulatan rakyat. Di samping itu juga perlu kejelasan
fungsi dan peran MPR dalam rangka memberdayakan lembaga negara yang
berdasarkan konstitusi kita dianggap sebagai pegejewantahan kedaulatan rakyat
Indonesia. Masalah peningkatan wewenang lembaga kehakiman (yudikatif) juga
menjadi perhatian dalam sistem pemerintahan yang digunakan dalam rangka
menegakkan “checks and balances” di antara tiga cabang kekuasaan yang sesuai dengan
sistem presidensiil yang dianut oleh Indonesia. Tidaklah berlebihan jika Harun Alrasid
memberikan pemikiran bahwa di Indonesia perlunya dilakukan reformasi konstitusi
dengan menetapkan UUD yang bersifat tetap, sebab selama 53 tahun Indonesia

3
merdeka belum memiliki UUD yang bersifat tetap. UUDNRI TAHUN 1945 yang
dijadikan UUD Indonesia masih bersifat sementara, tidak lengkap, dan tidak sempurna.
Oleh karena itu, UUDNRI TAHUN 1945 perlu diganti atau diperbaiki. Kalau UUDNRI
TAHUN 1945 dipandang sebagai UUD yang bersifat tetap, ketentuan di dalamnya yang
bersifat baik perlu dipertahankan dan yang bersifat tidak baik perlu dihilangkan atau
disempurnakan.

I.II Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tulisan ini akan menjelaskan berbagai teori
dan prakteknya secara UUDNRI TAHUN 1945 atas pelaksanaan sistem pemerintahan
Indonesia. Oleh karena itu dua pertanyaan besar dalam penulisan ini yaitu bagaimana
secara konsepsional sebagai dasar pelaksanaan sistem presidensiil di Indonesia dan
bagaimana secara praktek pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia berdasakan
pendekatan Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.

I.III Tujuan Pembahasan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari makalah ini adalah pertama
untuk mengetahui, menganalisis dan mengkaji secara konsepsional atau teori sebagai
dasar pelaksanaan sistem presidensiil berdasarkan konstitusi di Indonesia. Kedua,
untuk mengetahui, menganalisis dan mengkaji secara praktek pelaksanaan sistem
pemerintahan Indonesia berdasakan pendekatan Konstitusi Undang-Undang Dasar
1945.

4
Bab II

Pembahasan

II.I Pengertian dan Definisi Negara

A. Pengertian Negara secara umum

Negara dalam pengertian sederhana dapat dipandang sebagai suatu organisasi dalam
suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
Dalam pengertian yang lain, negara didefinisikan sebagai alat dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Kita dapat
juga menyebut negara sebagai suatu wilayah yang terdiri dari penduduk yang diperintah
untuk mencapai satu kedaulatan.
B. Pengertian Negara secara Etimologis
Secara etimologis istilah "negara" merupakan terjemahan dari kata-kata asing,
yaitu state (bahasa Inggris), staat (bahasa Jerman dan Belanda), dan etat (bahasa
Prancis). Kata state, staat, dan etat itu diambil oleh orang-orang Eropa dari bahasa Latin
pada abad ke-15, yaitu dari kata statum atau status yang berarti keadaan yang tegak dan
tetap, atau sesuatu yang bersifat tetap dan tegak. Istilah negara ini muncul bersamaan
dengan munculnya istilah Lo Stato yang dipopulerkan Niccolo Machiavelli lewat
bukunya II Principe. Saat itu, Lo Stato didefinisikan sebagai suatu sistem tugas dan
fungsi publik dan alat perlengkapan yang teratur dalam wilayah tertentu.
Di Indonesia sendiri, istilah "Negara" berasal dari bahasa
Sansekerta nagara ataunagari, yang berarti kota. Sekitar abad ke-5, istilah nagara
sudah dikenal dan dipakai di Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh adanya penamaan
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Selain itu, istilah nagara juga dipakai sebagai
penamaan kitab Majapahit Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca. Jadi, istilah
"negara" sudah dipakai terlebih dahulu di Indonesia jauh sebelum bangsa Eropa.

5
C. Pengertian Negara Menurut para Ahli
Pengertian tentang negara juga banyak disumbangkan dari pemikiran para ahli, baik
dari dalam maupun luar negeri. Berikut ini telah kami kumpulkan untuk Anda, pendapat
para ahli tentang negara.
D. Pengertian Negara menurut Ahli Dalam Negeri
Berikut ini beberapa pengertian negara dari para ahli dalam negeri:

 Prof. Nasroen: negara adalah suatu bentuk pergaulan hidup dan oleh sebab itu harus
juga ditinjau secara sosiologis agar dapat dijelaskan dan dipahami.
 Prof. R. Djokoseotono, S.H: Negara adalah suatu organisasi manusia atau
kumpulan manusia-manusia yang berada di bawah pemerintahan yang sama.
 Senarko: Negara adalah suatu organisasi masyarakat yang memiliki daerah tertentu,
tempat kekuasaan negara berlaku sepenuhnya severeign (kedaulatan).
 M. Solly Lubis, S.H: Negara adalah suatu bentuk pergaulan manusia atau suatu
komunitas. Negara itu memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu daerah tertentu, rakyat
tertentu, dan memiliki pemerintah.
 Miriam Budiardjo: negara adalah suatu daerah yang penduduknya diperintah oleh
sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warga negaranya kepatuhan pada
peraturan perundang-undangan melalui kontrol dari kekuasaan yang sah.

E. Pengertian Negara menurut Ahli Luar Negeri

Berikut ini beberapa pengertian negara dari para ahli luar negeri:

 Plato: Negara adalah manusia dalam ukuran besar yang senantiasa maju dan
berevolusi.
 Aristoteles: Negara adalah perkumpulan dari keluarga dan desa untuk meraih
kehidupan yang sebaik-baiknya.
 Hugo de Groot (Grotius): Negara adalah ikatan dari manusia yang insaf akan arti
dan panggilan hukum kodrat.
 Jean Bodin: Negara adalah sejumlah keluarga dengan segala harta bendanya yang
dipimpin oleh akal dari satu kuasa yang berdaulat.
 Hans Kelsen: Negara ialah suatu susunan pergaulan hidup bersama, suatu tata paksa
(Zwangordenung).

6
 J. H. A. Logemann: Negara adalah organisasi kemasyarakatan dengan kekuasaanya
bertujuan untuk mengatur dan menyelenggarakan suatu masyarakat.
 Fr. Oppenheimer: negara adalah sekumpulan masyarakat yang memiliki deferensial
politik, yaitu terdapat hubungan antara pihak yang memerintah dan pihak yang
diperintah.
 Bluntschli: Negara ialah diri rakyat yang disusun dalam suatu organisasi politik di
suatu daerah yang tertentu.
 Valkenier: Negara ialah rakyat yang sebagai kekuasaan yang merdeka, hidup dalam
persatuan hukum yang berlaku lama di suatu daerah yang tertentu.
 Thomas Hobbes: Negara adalah hasil perjanjian antar-individu untuk menciptakan
suatu lembaga dengan wewenang mutlak untuk menata mereka melalui undang-
undang dan untuk memaksa semua agar taat pada undang-undang itu.
 J.J. Rousseau: Negara adalah perkumpulan dari rakyat yang melindungi dan
mempertahankan hak dan harta benda masing-masing, tetapi tetap hidup dengan
bebas dan merdeka.
 Karl Marx: Negara adalah alat kekuasaan bagi penguasa untuk menindas kelas
manusia yang lain.
 Roger F. Soltau: Negara adalah suatu alat atau kewenangan untuk mengatur dan
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama rakyat.
 R. Kranenburg: Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan
sekelompok masyarakat yang disebut bangsa.

F. Definisi Negara

 Menurut John Locke(1632-1704) dan Rousseau(1712-1778)

Negara adalah suatu badan atau organisasi hasil dari pada perjanjian masyarakat.

 Menurut Max Weber


Negara adalahsuatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.Menurut Mac Iver, suatu
negaraharus mempunyai tiga unsur pokok, yaitu wilayah, rakyat dan pemerintahan.
 Menurut Roger F. Soleau
Negara merupakan alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama yang diatasnamakan masyarakat.

7
II.II Unsur Negara
Terdapat dua jenis unsur-unsur negara menurut para ahli, yakni unsur negara mutlak
atau konstitutif serta unsur negara pendukung atau deklaratif.Yang meliputi unsur
negara konstitutif adalah rakyat, wilayah dan pemerintah. Sementara yang termasuk
unsur negara deklaratif adalah pengakuan dari negara lain.

A. Unsur Konstitutif
Unsur konsititif ialah unsur pembentuk yang menjadi unsur mutlak, unsur yang
wajib ada sebagai terbentuknya negara. Sebuah negara akan mengalami kesusahan
untuk melaksanakan penyelenggaraan kehidupannya, apabila masih mempunyai
kesulitan dalam salah satu dari unsur konstitutifnya.

Unsur konstitutif suatu negara antara lain:

1. Rakyat

Unsur terpenting suatu negara adalah rakyat, karena rakyatlah yang pertama kali
memiliki keinginan dan kehendak untuk membentuk negara. Kemudian rakyat ini
pulalah yang merencanakan, merintis, mengendalikan dan menyelenggarakan
pemerintahan negara. Rakyat adalah semua orang yang berada dan berdiam dalam suatu
negara atau menjadi penghuni negara yang tunduk dan patuh pada kekuasaan
negaranya.

2. Wilayah

Wilayah dalam suatu negara ialah unsur yang wajib ada, sebab tidak mungkin sebuah
negara tidak memiliki batas-batas teritorial yang jelas. Secara prinsipil, wilayah dalam
suatu negara biasanya meliputi daratan (wilayah darat), uadara (wilayah uara) serta
perairan (wilayah perairan atau lautan).

Daratan (wilayah darat) dalam sebuah negara dibatasi pada wilayah darat atau laut
(perairan) dari negara lain. Perbatasan wilayah suatu negara biasanya ditetapkan
berlandaskan pada perjanjian. Perjanjian internasional yang telah disepakati oleh dua
negara disebut dengan istilah perjanjian bilateral (bi = dua); perjanjian yang telah
disepakati oleh banyak negara biasanya disebuta dengan istilah perjanjian multilateral
(multi = banyak).

8
Perbatasan antara dua negara bisa meliputi: perbatasan alam,misalnya sungai, danau,
lembah ataupun pengunungan; perbatasan buatan, misalnya pagar kawar, tiang tembok,
serta pagar tembok; perbatasan ilmu yaitu dengan memanfaatkan garis lintang serta
garis bujr yang terdapat di peta bumi.

Perairan atau wilayah laut sebagai komponen atau terlibat wilayah satu negara disebut
dengan perairan teritorial dari negara yang terlibat. Laut teritorial merupakan wilayah
lautan yang memiliki batas 12 mil yang berasal dari titik di ujung paling luar pulau-
pulau di negara Indonesia ketika pasang surut ke sisi laut. Lautan yang terdapat di luar
perairan teritorial biasanya dikenaldengan lautan bebas atau Mare Liberum.

Dikenaldengan lautan bebas, disebabkan oleh wilayah perairan ini tidak termuat dalam
wilayah kekuasaan sebuah negara, yang menyebabkan bebas untuk dimanfaatkan oleh
siapapun. Udara yang terdapat diwilayah daratan serta perairan teritorial sebuah negara
adalah komponen di wilayah udara suatau negara. Berhubungan dengan batas
ketinggian suatu wilayah negara tidak mempunyai batasan yang secara pasti, yang
terpening adalah negara tersebut mempu mempertahankannya.

3. Pemerintah yang Berdaulat

Pemerintahan merupakan alat kelengkapan pemerintah yang melaksanakan fungsi


negara. Pemerintah berdaulat dijadikan sebagai organ dan fungsi yang melaksanakan
tugas-tugas penting dalam negara. Kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah
mempunyai kekuatan yang mengikat ke dalam dan keluar. Kekuasaan ke dalam berarti
kekuasaan pemerintah itu diakui dan berwibawa terhadap rakyatnya. Kedaulatan atau
kekuasaan keluar berarti pemerintah negara tersebut memiliki kekuasaan yang bebas
tidak terikat dan tidak memihak serta tunduk pada kekuasaan lain, serta ketentuan yang
ada dalam negaranya. Dengan demikian, terdapat sikap saling menghormati kekuasaan
negara satu dengan negara lain, tanpa turut campur dalam urusan dalam negeri dan
negara lain.

B. Unsur Deklaratif Negara


Unsur deklaratif ialah unsur yang bentuknya pernyataan serta hanya sebagai pelengkap
dari unsur konstitutif. Walaupun unsur deklaratif tidak termasuk unsur pembentuk

9
(konstitutif), dalam tata peraturan internasional unsur deklaratif ini sangat diperlukan.
Sebuah negara yang baru merdeka perlu mamiliki unsur deklaratif, yang terpenting
adalah adnya pengakuan dari negara lainnya. Unsur-unsur deklaratif mencakup
terdapatnya tujuan negara, konstitusi, adanya pengakuan terhadap negara lain yaitu
secara de jure ataupun secara de facto, serta negara tersebut masuk dalam perhimpunan
dalam bangsa, seperti PBB.

Pengakuan (recognition) pada sebuah negara ialah aktivitas yang bersifat bebas dari
satu ataupun lebih negara agar memberi pengakuan terhadap eksistensi sebuah negara
tertentu yang ditempat tinggali oleh masyarakat manusia yang mana secara politis
sudah terorganisisr, tidak memiliki kaitan terhadap negara yang sudah terlebih dahulu
ada dan bisa melakukan kewajiban-kewajiban sesuai hukum internasional.

Dengan perbuatan ini, negara yang sudah memberi pengakuan terhadap negara lain
tersebut mampu mengakui keberadaan negara tersebut sebagai negara yang termasuk
dalam masyarakat internasional. Pengakuan sebuah negara terhadap negara lain bukan
termasuk unsur yang menjadi penentu terhadap sebuah negara, tetapi termasuk dalam
unsur yang begitu penting dalam melakukan hubungan antarnegara. Tidak terdapat
sebuah negara yang mampu menjalani aktivitasnya tanpa bantuan dari negara lain.

Dengan adanya alat komunikasi yang semakin berkembang mampu memudahkan


dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lainnya. Arti dari pengakuan
terhadap negara lain ialah agar menjalin sebuah negara baru mampu menempati tempat
yang sama sebagai sebuah badan politik yang merdeka serta berdaulat di dalam
keluarga bangsa internasional. Dengan itu, negara mampu melakukan hubungan
terhadap negara lainnya secara aman serta sempurna.

Negara tidak akan merasa khawatir jika jabatannya sebagai kesatuan politik akan
merasa terganggu dengan negara yang sudah ada. Pengakuan sebuah negara terhadap
keberadaan negara lain dilandaskan oleh banyak pertimbangan. Pertimbangan yang
utama ialah negara tersebut sudah memenuhi syarat untuk menjadi sebuah negara.

Persyaratan tersebut ditentukan oleh hukum internasional, terkhusus pada Konvensi


Montevideo 1933. Ciri-ciri pokok sebuah negara sebagai pelaku hukum internasional
ialah mempunyai hal-hal berikut ini:

Penduduk yang menetap.

10
Wilayah tertentu

Sebuah pemerintahan

Keahlian dalam menjalin hubungan terhadap negara-negraa lainnya.

Macam-macam pengakuan terhadap negara lain, ialah antara lain:

Pengakuan secara de jure, ialah pengakuan berlandaskan hukum. Menurut negara yang
telah memberi pengauan, negara yang telah diakui itu secara formal sudah melengkapi
persyaratan yang teah ditetapkan pada hukum internasional agar mampu berpartisipasi
secara aktif dalam melakukan hubungan internasional.

Pengakuan secara de facto, ialah pengakuan mengenai kenyataan tentang terdapatnya


sebuah negara. Sebuah negara dapat diakui sebagai negara sebab telah melengkapi
unsur-unsur sebagai negara.

Pengakuan de facto tidak sekuat seperti pengakuan de jure. Secara umum, sebelum
memperoleh pengakuan secara de jure, negara tersebut memperoleh pengakuan de
facto terlebih dahulu dari negara lain. Perbedaan dari pengakuan de jure dengan
pengakuan de facto, ialah sebagai berikut:

Wakil-wakil negara yang mendapat pengakuan secara de facto tidak memiliki hak t
erhadap kekebalan serta hak istimewa secara diplomatik

Pengakuan secara de facto tidak mampu ditarik ulang.

Negara yang telah mendapat pengakuan secara de jure mampu melakukan klaim
terhadap semua barang ataupun benda yang terdapat di dalam wilayah negara yang
mengakuinya.

11
II.III Klasifikasi Negara
Klasifikasi negara dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator seperti jumlah orang
yang berkuasa, bentuk negara,dan asas pemerintahan.

A. Jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan

Jumlah orang yang berkuasa dapat berjumlah satu orang, sekelompok orang, atau
banyak orang. Orientasi kekuasan juga ada dua yaitu bila pelanggarannya
berorientasi kepada kepentingan pihak yang berkuasa disebut bentuk negatif, dan
apabila berorientasi demi kepentingan umum (rakyat) disebut bentuk psitif.

Berdasakan jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan terdapat enam bentuk
klasifikasi negara:

1. Monarki

Monarki (atau Kerajaan) berasal dari bahasa Yunani monos (μονος) yang
berarti satu, dan archein (αρχειν) yang berarti pemerintah. Monarki
merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa
monarki. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua
di dunia. Pada awal kurun ke-19, terdapat lebih 900 tahta kerajaan di dunia,
tetapi menurun menjadi 240 dalam abad ke-20. Sedangkan pada dekade
kedelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari jumlah
tersebut, hanya empat negara mempunyai penguasa monarki yang
mutlak dan selebihnya memiliki sistem monarki konstitusional.

Perbedaan di antara penguasa monarki dengan presiden sebagai kepala


negara adalah penguasa monarki menjadi kepala negara sepanjang
hayatnya, sedangkan presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka
waktu tertentu. Namun dalam negara-negara federasi seperti Malaysia,
penguasa monarki atau Yang dipertuan Agung hanya berkuasa selama 5
tahun dan akan digantikan dengan penguasa monarki dari negeri lain dalam
persekutuan. Pada zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak
ada lagi dan kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu penguasa
monarki yang dibatasi kekuasaannya oleh konstitusi.

Monarki demokratis berbeda dengan konsep penguasa monarki yang


sebenarnya. Pada kebiasaannya penguasa monarki itu akan mewarisi

12
tahtanya. Tetapi dalam sistem monarki demokratis, tahta penguasa monarki
akan bergilir-gilir di kalangan beberapa sultan. Malaysia misalnya,
mengamalkan kedua sistem yaitu kerajaan konstitusional serta
monarki demokratis.

Bagi kebanyakan negara, penguasa monarki merupakan simbol


kesinambungan serta kedaulatan negara tersebut. Selain itu, penguasa
monarki biasanya ketua agama serta panglima besar angkatan bersenjata
sebuah negara. Contohnya di Malaysia, Yang Dipertuan Agung merupakan
ketua agama Islam, sedangkan di Britania Raya dan negara di bawah
naungannya, Ratu Elizabeth II adalah Gubernur Agung Gereja Inggris.
Meskipun demikian, pada masa sekarang ini biasanya peran sebagai ketua
agama tersebut adalah bersifat simbolis saja.

a. Monarki Konstitusional

Monarki konstitusional adalah sejenis monarki yang didirikan di


bawah sistem konstitusional yang mengakui Raja, Ratu,
atau Kaisar sebagai kepala negara. Monarki konstitusional yang
modern biasanya menggunakan konsep trias politica, atau politik
tiga serangkai. Ini berarti raja adalah hanya ketua simbolis
cabang eksekutif. Jika seorang raja mempunyai kekuasaan
pemerintahan yang penuh, ia disebut monarki mutlak atau monarki
absolut.

Saat ini, monarki konstitusional lazimnya digabung


dengan demokrasi representatif. Oleh karena itu, kerajaan masih di
bawah kekuasaan rakyat tetapi raja mempunyai peranan tradisional
di dalam sebuah negara. Pada hakikatnya sang perdana menteri,
pemimpin yang dipilih oleh rakyat, yang memerintah negara dan
bukan Raja. Namun, terdapat juga raja yang bergabung dengan
kerajaan yang tidak demokratis. Misalnya, sewaktu Perang Dunia II,
Kaisar Jepang bergabung dengan kerajaan tentara yang dipimpin
seorang diktator.

Beberapa sistem monarki konstitusional mengikuti keturunan;


manakala yang lain melalui sistem demokratis seperti di Malaysia di

13
mana Yang di-Pertuan Agong dipilih oleh Majelis Raja-Raja setiap
lima tahun.

b. Monarki Absolut

2. Tirani
Tirani adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh satu orang untuk
kepentingan satu orang atau penguasa saja bentuk negatif.
3. Aristokrasi
Aristokras adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang
untuk kepentingan keseluruhan rakyat (bentuk positif).
4. Oligarki
Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang
namun untuk kepentingan beberapa orang disebut (bentuk negatif).
5. Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh banyak orang
untuk kepentingan keseluruhan rakyat (bentuk positif),
6. Mobokrasi

Mobokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh banyak orang


untuk kepentingan penguasa saja (bentuk negative)

II.IV klasifikasi negara (sisi konsep&teori)


A. Konsep Negara Secara Umum

Negara

Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state (Inggris), staat
(Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Secara terminologi, negara diartikan
sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-
cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif yang pada galibnya dimiliki
oleh suatu negara berdaulat: masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang
berdaulat. Ketiga unsur ini perlu ditunjang dengan unsur lainnya seperti adanya
konstitusi dan pengakuan dunia internasional yang oleh Mahfud M.D. disebut dengan

14
unsur deklaratif. Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu negara adalah
sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh persamaan dan bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu. Tidak bisa dibayangkan jika ada suatu negara tanpa rakyat. Hal
ini mengingat rakyat atau warga negara adalah substratum personel dari negara.

B. Teori Terbentuknya Negara

Bentuk-bentuk negara yang telah disebutkan di atas ada teori tentang


pembentukannya. Di antara teori-teori terbentuknya sebuah negara, yaitu :

C. Teori Kontrak Sosial (Social Contract)


Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa negara
dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial masyarakat.
Teori ini meletakkan negara untuk tidak berpotensi menjadi negara tirani, karena
keberlangsungannya bersandar pada kontrak-kontrak sosial antara warga negara
dengan lembaga negara. Penganut mazhab pemikiran ini antara lain Thomas Hobbes,
John Locke, dan J.J. Roussae.

Menurut Hobbes, kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman, yakni keadaan selama
belum ada negara, atau keadaan alamiah (status naturalis, state of nature), dan keadaan
setelah ada negara. Bagi Hobbes, keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang
aman dan sejahtera, tetapi sebaliknya, keadaan alamiah merupakan suatu keadaan sosial
yang kacau, tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan tanpa ikatan-ikatan sosial antar-
individu di dalamnya. Karenanya, menurut Hobbes, dibutuhkan kontrak atau perjanjian
bersama individu-individu yang tadinya hidup dalam keadaan alamiah berjanji akan
menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau sebuah
badan yang disebut negara.

Berbeda dengan Hobbes yang melihat keadaan alamiah sebagai suatu keadaan yang
kacau, John Locke melihatnya sebagai suatu keadaan yang damai, penuh komitmen
baik, saling menolong antar individuindividu di dalam sebuah kelompok masyarakat.
Sekalipun keadaan alamiah dalam pandangan Locke merupakan suatu yang ideal, ia
berpendapat bahwa keadaan ideal tersebut memiliki potensial terjadinya kekacauan
lantaran tidak adanya organisasi dan pimpinan yang dapat mengatur kehidupan mereka.

15
Di sini, unsur pimpinan atau negara 40 menjadi sangat penting demi menghindari
konflik di antara warga negara bersandar pada alasan inilah negara mutlak didirikan.

D. Teori Ketuhanan (Teokrasi)

Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah dokrin teokritis. Teori ini ditemukan di
Timur maupun di belahan dunia Barat. Teori ketuhanan ini memperoleh bentuknya
yang sempurna dalam tulisan-tulisan para sarjana Eropa pada Abad Pertengahan yang
menggunakan teori ini untuk membenarkan kekuasaan mutlak para raja.

Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal
dari Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan untuk bertakhta sebagai penguasa. Para
raja mengklaim sebagai wakil Tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan
kekuasaannya hanya kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Praktik kekuasaan model
ini ditentang oleh kalangan monarchomach (penentang raja). Menurut mereka, raja
tiran dapat diturunkan dari mahkotanya, bahkan dapat dibunuh. Mereka beranggapan
bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat.

E. Teori Kekuatan

Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya
dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi
pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah negara. Melalui proses
penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas kelompok tertentu
dimulailah proses pembentukan suatu negara. Dengan kata lain, terbentuknya suatu
negara karena pertarungan kekuatan di mana sang pemenang memiliki kekuatan untuk
membentuk sebuah negara.

Teori ini berawal dari kajian antropologis atas pertikaian di kalangan suku-suku
primitif, di mana sang pemenang pertikaian menjadi penentu utama kehidupan suku
yang dikalahkan. Bentuk penaklukan yang paling nyata di masa modern adalah
penaklukan dalam bentuk penjajahan Barat atas bangsa-bangsa Timur. Setelah masa
penjajahan berakhir di awal abad ke-20, dijumpai banyak negara-negara baru yang

16
kemerdekaannya banyak ditentukan oleh penguasa kolonial. Negara Malaysia dan
Brunei Darussalam bisa dikategorikan ke dalam jenis ini.

II.V Klasifikasi Negara (asas penyelenggaraan)


Asas penyelenggaraan pemerintahan negara disebutkan dalam beberapa peraturan
perundang-undangan negara kita, diataranya dalam UU RI No. 28 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN. Dalam Pasal 3 UU tersebut
menyebutkan asas umum penyelenggaraan negara terdiri dari asas kepastian hukum,
asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas.

Kemudian disebut pula sebagai asas-asas umum pemerintahan yang baik berdasarkan
UU No. 9 Tahun 2004 tentang tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang
PTUN. Dimana dalam penjelasannya disebutkan : “yang dimaksud dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik adalah meliputi atas kepastian hukum, tertib
penyelenggaraan negara, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas dan
akuntabilitas, sebagai dimaksud dalam UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebes dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme”.

Disamping itu, dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, asas-asas


umum pemerintahan yang baik tersebut dijadikan asas dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, sebagaimana tercantum dalam Pasal 20 ayat (1) yang berbunyi:

“penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan


Negara yang terdiri atas: asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara,
asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas,
asas akuntabilitas, asas efisiensi dan asas efektivitas”.

Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah yang merupakan pengganti UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa kepala
daerah dan DPRD dibantu oleh Perangkat
Daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah berpedoman pada asas
penyelenggaraan pemerintahan negara terdiri atas :

17
a. Kepastian Hukum
Asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara.

b. Tertib Penyelenggara Negara


Tertib penyelenggara negara merupakan asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggara negara.

c. Kepentingan Umum
Asas tersebut merupakan asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

d. Keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia.

e. Proporsionalitas
Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

f. Profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Efisiensi
Asas yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber daya

18
dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai hasil kerja yang
terbaik.

i. Efektivitas
Asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya
guna.

j. Keadilan
Asas keadilan adalah bahwa setiap tindakan dalam
penyelenggaraan negara harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara.

1. Sifat Organisasi Negara

Sifat organisasi negara berbeda dengan organisasi lainnya, yakni:

a. Sifat Memaksa

Setiap negara dapat memaksakan kehendak dan kekuasaannya baik melalui


jalur hukum maupun jalur kekuasan atau kekerasan.

b. Sifat Monopoli
Setiap negara menguasai hal-hal tertentu demi tujuan negara tanpa ada
saingan.
c. Sifat Totalitas
Semua hal tanpa kecuali mencakup kewenangan negara, misalnya semua
orang harus membayar pajak, semua orang wajib membela negara, semua
orang sama di hapadan hukum, dan sebagainya. Negara merupakan wadah
yang memungkinkan seseorang dapat mengembangkan bakat dan potensi.
Negara dapat memungkinkan rakyatnya maju berkembang serta dalam
menyelenggarakan daya cipta atau kreativitasnya dengan bebas, bahkan
negara melakukan pembinaan.

19
2. Fungsi Negara
a. Fungsi Pertahanan dan Keamanan

Negara wajib melindungi unsur negara(rakyat, wilayah, dan pemerintahan)


dari segala ancaman, hambatan, dan gangguan, serta tantangan lain yang
berasal dari internal atau eksternal. Contoh: TNI menjaga perbatasan negara

b. Fungsi Keadilan

Negara wajib berlaku adil dimuka legis tanpa ada diskriminasi atau
kepentingan tertentu. Contoh: Setiap orang yang melakukan tinfakan
legislat dihukum tanpa melihat kedudukan dan jabatan.

c. Fungsi Pengaturan dan Keadilan

Negara membuat peraturan-perundang-undangan untuk melaksanakan


kebijakan legislativ landasan yang kuat untuk membentuk tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan juga bernegara.

d. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran

Negara legi mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk


meningkatkan kehidupan masyarakat agar lebih legisl dan sejahtera.

3. Elemen Kekuatan Negara

Kekuatan suatu negara tergantung pada beberapa elemen sumber daya manusia, sumber
daya alam, kekuatan militer, dan legislative negara tersebut.

Beberapa kekuatan elemen negara adalah sebagai berikut:

a. Sumber daya manusia


Kekuatan negara tergantung pada jumlah penduduk, tingkat legislativ
warga, nilai budaya masyarakat, dan kondisi kesehatan masyarakat.
Semakin banyak jumlah penduduk, semakin berkualitas SDM, dan semakin
tinggi tingkat kesehatan, maka negara akan semakin maju.

20
b. Teritorial negeri
Kekuatan negara juga tergantung seberapa luas wilayah negara, yang terdiri
atas darat dan laut, letak geografis dan situasi negara tetangga. Semakin luas
dan semakin strategis, maka negara tersebut akan semakin kuat.
c. Sumber Daya Alam
Kekuatan negara tergantung pada kondisi alam atau material buminya,
berupa kandungan mineral, kesuburan, kekayaan laut, dan hutan. Semakin
tinggi tingggi kekayaan alam, maka negara tersebut akan semakin kuat,
negara yang akan semakin kuat, negara yang kaya akan minyak,
legislative21, dan manufaktur akan menjadi negara yang legislative.
d. Kapasitas Pertanian dan Industri
Sektor pertanian memengaruhi kekuatan negara, karena pertanian memasok
kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan lauk pauk. Tingkat
budaya, usaha warga negara dalam bidang pertanian, legislat dan
perdagangan yang maju, menjamin kecukupan pangan atau swasembada
pangan sehingga negara semakin kuat.
e. Kekuatan Militer dan Mobilitas
Kekuata militer dan mobilitasnya sangat menetukan kekuatan negara.
Negara yang mempunyai jumlah anggota militer, dan kualitas personel dan
peralatan yang baik akan meningkatkan kemampuan militer dalam
mempertahankan kedaulatan negara.
f. Elemen Kekuatan yang Tidak Terwujud
Segala legislatif yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian
dan kepemimpinan, efisiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan
internasional, reputasi bangsa (nasionalisme), dan sebagainya.

II.VI Sistem Pemerintahan


Setelah amandemen, terdapat perubahan besar pada struktur pemerintahan. Sistem yang
sekarang diimplementasikan adalah legislatif check and balance, yakni dimana peran
eksekutif, legislative, serta yudikatif dibagi khusus kepada pihak yang beragam.
Presiden hanya berperan sebagai eksekutif, pemulai kebijakan. Yang melegitimasi
kebijakan tersebut adalah MPR, DPR dan DPD. Kebijakan itu pun diaplikasikan pada
legisl yudikatif. Negara ingin memastikan bahwa semua bagian dari legisl pemerintah

21
memiliki peran yang cocok, seimbang, dan tidak ada individu yang memiliki kuasa
berlebihan.

1. Legislatif

Lembaga legislatif merupakan lembaga atau dewan yang mempunyai tugas serta
wewenang membuat atau merumuskan UUD yang ada di sebuah negera. Selain itu,
lembaga legislatif juga diartikan sebagai lembaga legislator, yang mana jika di
negara Indonesia lembaga ini dijalankan oleh DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat, dan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Lembaga legislatif merupakan lembaga atau dewan yang mempunyai tugas serta
wewenang membuat atau merumuskan UUD yang ada di sebuah negera. Selain itu,
lembaga legislatif juga diartikan sebagai lembaga legislator, yang mana jika di
negara Indonesia lembaga ini dijalankan oleh DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat, dan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Di Negara Indonesia, lembaga legislatif adalah DPR, DPD, dan MPR.

1. DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat adalah salah satu lembaga legislatif yang
memiliki keduduan sebagai lembaga negara. Adapun anggota DPR yaitu mereka
yang berasal dari anggota partai politik yang mencalonkan diri sebagai peserta
pemilu yang sudah terpilih saat pemilu.DPR berkedudukan di pusat, dan yang di
tingkat provinsi disebut dengan DPRD Provinsi dan untuk yang berada di tingkat
kota/kabupaten disebut dengan DPRD kabupaten/kota. Anggota DPR dipilih secara
langsung oleh rakyat dengan masa jabatan 5 tahun.

2. DPD atau Dewan Perwakilan Daerah adalah salah satu lembaga legislatif
perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara, anggota DPD
berasal dari perwakilan setiap provinsi yang ada di negara yang sudah terpilih di
pemilu. Adapun jumlah anggotanya tidak sama untuk setiap provinsi, namun sudah
ditetapkan paling banyak 4 orang. Sementara masa jabat DPD adalah sama seperti
DPR yaitu 5 tahun.

3. MPR atau Majelis Permusyawarakatan Rakyat Adalah lembaga legislatif yang


terdiri dari anggota DPR dan DPD yang sudah terpilih dalam pemilu. Adapun masa

22
jabatan anggotanya adalah selama 5 tahun. Tahukah bahwa sebelum amandemen
UUD 1945, MPR adalah lembaga yang memiliki kedudukan tertinggi negara.
Tetapi setelah amandemen, lembaga tertinggi sudah dihapuskan, yang sekarang
hanya ada lembaga negara.

Tugas Lembaga Legislatif

Lembaga legislatif memiliki tugas membuat UUD , dan adapun contoh lembaga
legislatif tersebut meliputi, DPD, DPR, dan MPR.

Tugas DPD atau Dewan Perwakilan Daerah memiliki beberapa tugas, diantaranya:

 Mengajukan rancangan UUD yang memiliki kaitan dengan otonomi daerah serta
bertugas dalam mengawasi pelaksanaanya.
 Memberi pertimbangan kepada kepala negara yaitu Presiden terkait RUU APBN.

 Memeriksa hasil keuangan negara dari pihak BPK.

 Memberi pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam memilih


BPK.

Tugas DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat, memiliki beberapa tugas, diantaranya:

 Bertugas memegang kekuasaan dalam hal pembentukan UUD.

 Bertugas memberi persetujuan kepada kepala negara yaitu Presiden terkait dengan
peraturan pemerintah yang sudah ditetepkan oleh Presiden sebelumnya sebagai
ganti dari UU.

 Sebagai pemberi pertimbangan kepada Presiden tentang pengangkatan duta serta


penempatan duta negara lain, bertugas memberi amnesti serta abolisi, rancangan
UU APBN.

 Memberi hasil pemeriksaan keuangan negara dari pihak BPK.

 Memilih langsung anggota BPK.

 Memberikan ppersetujuan kepada calon Hakim Agung yang sudah diluluskan oleh
Komisi Yuridis.

 Bertugas memberi persetujuan kepada Presiden tentang pengangkatan dan juga


persetujuan tentang pemberhentian anggota yudisial.

23
 Bertugas mengajukan tiga orang hakim konstitusi.

 Bertugas dalaam mengusulkan pemberhentian Presiden serta Wakil Presiden.

Tugas MPR juga mempunyai tugas, seperti DPD dan DPR. Adapun tugas MPR, sesuai
dengan UU pasal 3 ayat 1, yaitu:

 Mengubah serta menetapkan UUD

 Bertugas sebagai pelantik Presiden dan Wakil Presiden.

 Bertugas dalam hal memberhentikan Presiden dan wakilnya pada masa jabatannya
sesuai dengan UUD.

Selain tugas, MPR juga mempunyai Hak, yaitu

 Memberi usul perubahan paasal UUD,

 Dapat menentukan sikap serta pilihan dalam pengambilan keputusan,

 Berhak memilih dan dipilih

 Berhak membela diri

 Hak Imunitas

 Protokoler

 Keuangan dan administrasi

Inilah sekilas tentang lembaga legislatif, mulai dari pengertiannya, tugas dan
contohnya.

2. Yudikaif

Lembaga yudikatif adalah lembaga negara yang tugas utamanya sebagai pengawal,
pengawas, dan pemantau proses berjalannya UUD, dan juga pengawasan hukum di
sebuah negara.

Di Indonesia, fungsi lembaga legislatif ini dijalankan oleh MA (Mahkamah Agung),


MK (Mahkamah Konstitusi), yang mana keduanya memiliki peran sebagai pengawas
dan pemantau berjalannya UUD dan hukum yang ada di Indonesia.

24
Contoh Lembaga Yudikatif

a. Mahkamah Agung (MA)

Adalah salah satu lembaga yudkatif yang memiliki kekuasaan kehakiman,


kekuasaan ini adalah kekusaan yang menyelenggarakan peradilan guna
penegakkan hukum yang adil.

b. Mahkamah Konstitusi (MK)

Adalah lembaga yudikatif yang memiliki wewenang sebagai pengadilan


pada tingkat pertama dan terakhir, yang mana keputusannya bersifat final
untuk menguji UU.

c. Komisi Yudisial (KY)

Adalah lembaga negara yang memiliki tugas dan wewenang untuk


mengusulkan pengangkatan hakim agung dan menjaga juga menegakan
keluhuran kehormatan martabat dan perilaku hakim.

Tugas Lembaga Yudikatif

Lembaga yudikatif, memiliki tugas, sebagai berikut:

a. Tugas Mahkamah Agung

 Mengadili dan menguji peraturan perundang-undangan.

 Bertugas sebagai pemberi pertimbangan kepada Presiden tentang


pemberian grasi dan juga rehabilitas

 Bertugas mengajukan 3 orang anggota hakim konstitusi

b. Tugas Mahkamah Konstitusi

 Mengadili pada tingkat pertama sampai akhir putusan yang bersifat


final untuk menguji UU.

 Bertugas memutuskan persengketaan

 Bertugas memutuskan pembubaran partai politik

25
 Bertugas memutuskan perselisihan dan persengketaan terkait hasli
pemilu

 Memiliki kewajiban memberi keputusan tentang pendapat DPR tentang


dugaan pelanggaran oleh Presiden dan wakilnya sesuai dengan UU

 Bertugas menerima usulan pemberhentian presiden dan wakilnya dari


DPR untuk segera ditindak lanjuti.

c. Tugas Komisi Yudisial

 Bertugas mengusulkan pengangkatan Hakim Agung

 Bertugas menjaga serta menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat


dan juga perlaku Hakim

3. Lembaga Eksekutif

Lembaga eksekutif adalah presiden dan wakil presiden dan beserta dengan menteri-
menterinya yang turut membantunya dalam menjalankan tugasnya di sebuah
negara. Presiden merupakan lembaga negara yang memiliki kekuasaan eksekutif
yaitu kekuasaan yang menjalankan roda pemerintahan. Di negara Indonesia,
presiden memiliki kedudukan sebagai kepala pemerintahan serta sebagai kepala
negara. Presiden dan wakilnya menduduki jabatan maksimal 5 tahun, namun masih
dapat mencalonkan diri kembali untuk satu masa lagi.

Contoh Lembaga Eksekutif

 Presiden dan Wakil Presiden,

 Menteri

Inilah sekilas tentang lembaga eksekutif, tugas dan contohnya, semoga


bermanfaat.

Tugas Lembaga Eksekutif

Presiden, memiliki tugas dan wewenang, yaitu sesuai dengan UUD 1945, diantaranya:

26
 Bertugas membuat perjanjian dengan beberapa negara lain dengan syarat
adanya persetujuan dari DPR

 Bertugas mengangkat duta dan konsul, yang mana duta merupakan wakil
dari sebuah negara yang ditempatkan di negara lain sebagai wakil yang
memiliki tugas di kedutaaan besar. Sementara itu, konsul merupakan sebuah
lembaga yang mewakili sebuah negara di kota tertentu dalam pengawasan
kedutaan.

 Bertugas menerima duta dari negara lain untuk menjadi duta negara lain di
negara sendiri

 Memberi gelar, tanda jasa serta kehormatan kepada warganegaranya atau


warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa.

27
Bab III

Penerapan Sistem Pemerintahan

III.I Topik Pembahasan

Kasus Korupsi DPRD Kota Malang

Kami membuat referensi kasus dari Majalah online sebagai berikut:

 Kasus Korupsi DPRD Kota Malang Bikin Sistem Pemerintahan Macet


 Reporter : Eko Widianto (Kontributor)
 Editor : Amirullah
 Sumber : https://nasional.tempo.co/read/1125432/kasus-
korupsi- dprd-kota-malang-bikin-sistem-pemerintahan-macet
 Majalah : Tempo.co
 Waktu Penerbitan : Selasa, 11 September 2018 08:30 WIB

Kasus dugaan korupsi yang dilakukan 41 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
atau DPRD Kota Malang mencetak rekor. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo
mengatakan 41 anggota dewan yang ditahan menyebabkan sistem pemerintahan
macet. "Baru pertama kali, kasus ini menyebabkan lembaga DPRD macet," kata
Tjahjo di DPRD Kota Malang, Senin, 10 September 2018.

Tjahjo mengapresiasi Gubernur Jawa Timur Sukarwo yang mengambil langkah cepat
berkomunikasi dengan pimpinan partai, Komisi Pemilihan Umum, dan Badan
Pengawas Pemilu, sehingga terlaksana pelantikan pergantian antar waktu 40 anggota
dewan pada Senin, 10 September 2018. Sedangkan satu anggota dewan lain telah
dilantik pertengahan 2018 lalu.

Menurut Tjahjo, pergantian antar waktu anggota dewan penting untuk membangun
tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisiaen. Jangan sampai, ujar Tjahjo,
pengambilan keputusan politik pembangunan di Malang tergangu. Banyak agenda

28
yang terhenti, seperti menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan
2018.

"Saya dan Pak Dirjen Otoda ke Malang untuk memastikan semua berjalan dengan
baik," katanya. Anggota dewan terpilih harus bergerak cepat. Dalam waktu dekat
mereka harus memenuhi alat kelengkapan. Tjahjo berpesan kepada anggota dewan
untuk memahami area rawan korupsi, yang terjadi sejak dalam perencanaan.

"Saling mengawasi dan koreksi," ujarnya. Selama ini ia menilai sistem dan
pengawasan sudah bagus. Namun kembali ke individu masing-masing. Lantaran
korupsi berdampak besar kepada publik, daerah dan keluarga. Anggota DPRD Kota
Malang dari Fraksi Partai Golkar Budianto mengaku kasus hukum yang menjerat
anggota dewan menjadi pelajaran agar terhindar dari tindak pidana korupsi, suap, dan
gratifikasi. Termasuk untuk menolak setiap uang yang tak asal usulnya. “Akan saya
tanyakan setiap uang uang diberikan. Ini sah atau tidak. Kalau resmi saya terima.
Nggak berani sekecil apapun dana itu,” katanya.

 Ini Kronologi Korupsi Massal DPRD Kota Malang

 Reporter : Zainul Arifin


 Sumber : https://www.liputan6.com/news/read/3638042/ini-
kronologi-korupsi-massal-dprd-kota-malang
 Sumber Berita : Liputan6
 Waktu Penerbitan : Selasa, 11 September 2018 08:30 WIB

Korupsi massal mengguncang Kota Malang, Jawa Timur. Modusnya, uang pelicin
untuk pembahasan APBD Perubahan 2015. Pelakunya, hampir seluruh anggota DPRD
Kota Malang periode 2014–2015 dan melibatkan Wali Kota Malang periode 2013–
2018 M Anton. Hal itu dipaparkan dalam surat dakwaan untuk anggota DPRD Kota
Malang yang sedang menjalani persidangan di Pengadilan Tipikor Surabaya. Sejauh
ini, total 41 anggota dewan, Wali Kota Moch Anton dan seorang pejabat Pemkot
Malang sudah meringkuk sebagai tahanan. “Saya tahu kasus ini. Tapi detilnya, saya

29
sampaikan saat sebagai saksi di persidangan,” kata salah seorang anggota DPRD Kota
Malang yang masih tersisa, Subur Triono.

Kasus bermula saat Rapat Paripurna I penyampaian dokumen Kebijakan Umum


Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD-P 2015.
Disampaikan oleh Wali Kota Malang M Anton di Gedung DPRD Kota Malang pada
25 Juni 2015. Rapat Paripurna pembahasan KUA-PPAS yang melibatkan eksekutif dan
legislatif itu berlanjut pada 6 Juli 2015. Agendanya, penyampaian pendapat Badan
Anggaran DPRD Kota Malang dan pendapat fraksi-fraksi.

Sebelum rapat dimulai, Ketua DPRD di ruangannya bersama para pimpinan fraksi
bertemu dengan Wali Kota Malang M Anton, Wakil Wali Kota Malang Sutiaji, dan
Sekretaris Daerah Cipto Wiyono. Saat itulah anggota dewan meminta uang pokok
pikiran (pokir). Uang pokir itu sebagai imbalan agar pembahasan APBD-P Kota
Malang 2015 berjalan lancar. Anton menyanggupinya dan memerintahkan Sekda Cipto
Wiyono untuk mencarikan uang pokir. Tahap berikutnya, Cipto memerintahkan pejabat
Dinas PUPPB untuk mengumpulkan duit pokir itu.

Jarot Edy Sulistiyono, Kepala Dinas PUPPB mengumpulkan uang sebesar Rp 700 juta
dari para rekanan. Pada 14 Juli 2015, uang pokir itu diserahkan ke Arif Wicaksono,
Ketua DPRD Kota Malang di rumah dinasnya. Berikutnya, uang dibagikan kepada
seluruh anggota dewan. Pada 22 Juli 2015, Rapat Paripurna dengan agenda Pendapat
Akhir Fraksi DPRD Kota Malang pun menyetujui rancangan APBD Perubahan 2015
yang diajukan Pemkot Malang. Proyek multiyears senilai Rp 98 miliar yang diajukan
pemkot pun diloloskan dewan.

Selain suap itu, KPK juga menduga seluruh anggota DPRD Kota Malang menerima
gratifikasi lainnya total senilai Rp 5,8 miliar. Serta ‘uang sampah’ sebesar Rp 300 juta
yang dibagikan pada semuanya untuk memuluskan proyek di TPA Supit Urang.

30
Penggeledahan KPK.

Figure 1. Penyidik KPK saat menggeledah Balai Kota Malang

Dua tahun berselang, 9 Agustus 2017 siang. Rombongan penyidik KPK tiba di Balai
Kota Malang. Mereka menggeledah ruang kerja Wali Kota Malang M Anton dan ruang
lainnya. Malamnya, giliran rumah dinas Ketua DPRD Kota Malang Arif Wicaksono
diobok–obok penyidik. Dokumen induk APBD 2019 dan dokumen lainnya disita
penyidik dari kantor wali kota. Sedangkan dari rumah dinas Arif Wicaksono, sejumlah
dokumen termasuk uang puluhan juta rupiah dan mata uang asing disita.

Sehari kemudian, giliran Gedung DPRD yang berdiri tepat di samping kantor wali kota
turut geledah. Penyidik juga turut menggeledah sejumlah perkantoran milik Pemkot
Malang. Secara terus menerus, berbagai perkantoran Pemkot Malang ikut digeledah.
KPK saat itu juga menetapkan Arif Wicaksono sebagai tersangka. Arif anggota dewan
yang pertama berstatus tersangka. Ia kemudian ditahan komisi antirasuah pada 2
November 2017. Berikutnya, Jarot Edy Sulistiyono, Kepala Dinas PUPPB juga ditahan
dengan status tersangka. Keduanya sudah divonis penjara dalam kasus suap
pembahasan APBD-P 2015 itu. Arif Wicaksono divonis 5 tahun penjara, sedangkan
Jarot diputus 2 tahun penjara di Pengadilan Tipikor Surabaya.

31
Gelombang Tersangka

Figure 2 Ketua Fraksi DPRD Kota Malang, Suprapto usai diperiksa penyidik KPK pada Oktober, 2017 silam
(Liputan6.com/Zainul Arifin)

Komisi antirasuah terus melanjutkan penyidikan kasus tersebut. Berkali–kali para


anggota dewan dan Wali Kota Malang M Anton dipanggil untuk pemeriksaan.
Termasuk menggeledah ulang beberapa tempat serta lokasi baru. Aliran duit suap itu
pun menyeret Wali Kota Malang M Anton jadi pesakitan. Ia ditetapkan sebagai
tersangka pada 21 Maret 2018. Anton tak sendirian, 18 anggota DPRD Kota Malang
turut mendampinginnya berompi oranye pada saat itu. Ke-18 anggota dewan itu antara
lain, Abdul Hakim (PDI-P), Tri Yudiani (PDI-P), Suprapto (PDI-P), Sulik Lestyowati
(Demokrat), Imam Fauzi (PKB), Bambang Sumarto (Golkar), Sugiarti (Golkar), Heri
Pudji Utami (PPP).

Abd Rochman (PKB), Syaiful Rusdi (PAN), Mohan Katelu (PAN), Sahrawi (PKB),
Salamet (Gerindra, Wiwik Hendri Astuti, Sukarno (Golkar), Hery Subiantoro
(demokrat), Zainuddin HS (PKB) dan Ya’qud Ananda Gudban (Hanura) Ya’qud
Ananda Gudban saat itu baru mundur dari kursi DPRD Kota Malang. Lantaran maju
sebagai Wali Kota Malang pada Pilkada 2018. M Anton yang juga maju lagi sebagai
calon wali kota. M Anton sendiri sudah divonis 2 tahun penjara. Sedangkan 18 nama
anggota dewan itu kini masih menjalani persidangan di Pengadilan Tipikor Surabaya.

32
Selama persidangan itu pula, nama–nama anggota dewan lainnya turut disebut ikut
menikmati uang pokir saat pembahasan APBD-P 2015.

Pada Senin, 3 September 2018 lalu, giliran 22 anggota dewan dipanggil KPK setelah
sebelumnya berkali–kali diperiksa sebagai saksi. Mereka ditetapkan sebagai tersangka
sekaligus ditahan di Jakarta. Mereka adalah, Syamsul Fajrih (PPP), Sugiarto (PKS),
Hadi Santoso (PDI-P), Indra Tjahyono (Demokrat), Harun Prasojo (PAN), M Fadli
(Nasdem), Bambang Triyoso (PKS), Een Ambarsari (Gerindra), Erni Farida (PDI-P),
Choirul Amri (PKS) Afdhal Fauza (Hanura). Teguh Mulyono (PDI-P), Mulyanto
(PKB), Arief Hermanto (PDI-P), Choeroel Anwar (Golkar), Suparno (Gerindra) Soni
Yudiarto (Demokrat), Ribut Haryanto (Golkar), Teguh Puji (Gerindra), Asia Iriani
(PPP), Diana Yanti (PDI-P) dan Imam Gozali (Hanura).

Pemerintahan Lumpuh

gambar 1. Ruang kosong di Gedung DPRD Kota Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Praktis saat ini hanya tersisa 5 anggota dari total 45 anggota DPRD Kota Malang. Subur
Triono (PAN), Priyatmoko Oetomo (PDI-P), Tutuk Haryani (PDI-P) jadi tiga lama
nama tersisa. Sedangkan dua nama baru adalah Abdulrahman (PKB) dan Nirma Cris
Nindya dari (Hanura).

33
Abdulrahman menggantikan rekannya, Rasmuji yang meninggal pada 2017 silam.
Sedangkan Nirma Cris Nindya dilantik sebagai anggota dewan pada Juli lali,
menggantikan Ya’qud Ananda Gudban yang sudah lebih dulu mundur.Roda
pemerintahan di kota ini pun lumpuh. Agenda pembahasan APBD Perubahan 2018,
Rancangan APBD 2019, pelantikan Wali Kota Malang terpilih periode 2018–2023,
pengesahan sejumlah rancangan peraturan daerah tak bisa dilakukan. Seluruh partai
politik bersama Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Wali Kota Malang terpilih Sutiaji
sudah menggelar pertemuan. Disepakati ada percepatan pergantian antar waktu (PAW)
untuk para anggota dewan yang ditahan karena kasus suap tersebut.

“Kebijakan percepatan PAW itu sudah disampaikan gubernur. Tugas kami di sini
memastikan itu bisa berjalan baik,” kata Wali Kota Malang, Sutiaji. PAW untuk
anggota DPRD Kota Malang itu ditarget selesai sekaligus dilantik pada Senin, 10
September depan. Agar pemerintahan kembali bisa melaju dan tak mengganggu segala
pelayanan publik dan rencana pembangunan.

34
Daftar Pustaka

http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/09/pengertian-negara-unsur-
fungsi-tujuan.html

http://etikaberwarganegara.blogspot.com/2013/12/e-sifat-organisasi-negara.html

http://repository.uin-suska.ac.id/5830/4/BAB%20%20III.pdf

http://etikaberwarganegara.blogspot.com/2013/12/elemen-kekuatan-negara.html

https://salamadian.com/lembaga-legislatif-yudikatif-eksekutif/

https://nasional.tempo.co/read/1125432/kasus-korupsi-dprd-kota-malang-bikin-
sistem-pemerintahan-macet/full&view=ok

http://repository.uin-suska.ac.id/5830/4/BAB%20%20III.pdf

https://www.liputan6.com/news/read/3638042/ini-kronologi-korupsi-massal-dprd-
kota-malang

35

Anda mungkin juga menyukai