Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

SISTEM ADMINISTRASI
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Mata Kuliah:
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disusun Oleh:

Nama : DEMMALUANG

PROGRAM SARJANA (S1) ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pengasih Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami, sehingga selesainya makalah yang
berjudul "Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia". Atas
dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Liberthin
Palullungan, SH.,MH.,selaku Dosen Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara,
yang memberikan Pelajaran, Bimbingan, Materi perkuliahan dalam Ilmu Hukum
ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Mamasa, 19 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................ i


Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1


Latar Belakang................................................................................................................................ 1
1.1 Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia ................................................... 1
1.2 Ruang Lingkup Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) .................. 1
1.3 Maksud dan Tujuan Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANKRI ) ............... 3

BAB II : KAJIAN TEORITIK.............................................................................................................. 4


II. 1 Sankri Dalam Arti Luas.......................................................................................................... 4
II. 2 Unsur-unsur Sankri................................................................................................................. 4

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN.................................................................. 8


A. Permasalahan............................................................................................................................. 8
B. Pembahasan............................................................................................................................... 8
1. Fungsi dan peran Hukum Administrasi Negara dalam Pemberantasan Korupsi................. 8
2. Strategi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara............... 12
3. Pemberantasan Korupsi melalui peran Hukum Adm. Negara dan Goodgovernance.......... 17

BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................... 30


Kesimpulan .................................................................................................................................... 30

Daftar Pustaka

ii
BABI : PENDAHULUAN

Latar Belakang

1.1 Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI)

Upaya pembangunan administrasi negara yang pada hakekatnya merupakan


penyempurnaan sistem dan proses dalam penyelenggaraan kebijakan negara,
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas administrasi negara, untuk mendukung
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan negara. Melalui pengkajian dan
penelitian dilaksanakan pula pengembangan keilmuan administrasi negara
disesuaikan dengan perkembangan lingkungan stratejik dan nilai-nilai yang
terkandung dalam peraturan perundangan yangberlaku. Dinamika perubahan
kebijakan negara yang termuat dalam berbagai bentuk dantingkatan peraturan
perundangan, akan berimplikasi pada sistem administrasi negara diIndonesia.
Perubahan tersebut perlu terus dipantau dan didokumentasikan secara sistematis
dan terintegrasi dalam sebuah dokumen kebijakan sebagaia cuan bagi
Penyelenggara Negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah, yang tugasnya
berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan Sistem Administrasi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI). Atas dasar tuntutan kebutuhan
tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) menyusun makalah ini untuk
melaksanakan salah satu fungsinya membina dan mengembangkan SANKRI.

1.2 Ruang Lingkup Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


(SANKRI)

Dalam rangka penyelenggaraan dan pengembangan administrasi negara


sebagai sistem yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan negara, secara
substantif tidak dapat mengesampingkan hal-hal yang bersifat konseptual tentang
makna dan hakekat administrasi negara sebagai disiplin dan sistem yang
dipraktekkan dimancanegara dengan berbagai sudut pandang yang melahirkan
paradigma tentang administrasi negaraitu sendiri. Oleh sebab itu pada makalah ini
disamping sarat akan deskripsi realita, juga terdapat sentuhan-sentuhan konseptual
yang dipandang signifikan untuk memberikan justifikasi terhadap eksistensisistem
administrasi negara yang hidup dalam praktek penyelenggaraan negara.

1
Secara konseptual, SANKRI yang diungkap dalam makalah ini identik dengan
Sistem Penyelenggaraan Kebijakan Negara, karena berkenaan dengan
kewenangan lembaga-lembaga negara dalam rangka mencapai tujuan
bernegara. Mengingat dalam realita lembaga eksekutif (Pemerintah) lebih banyak
berperan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, maka secara silih berganti
SANKRI disebut jugasebagai Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,
yang dalam praktek tidak dapat mengesampingkan tata hubungannya dengan
kewenangan Lembaga Negara sebagai mana dimaksud UUD 1945.
Dalam rangka penerapan konsep sistem administrasi negara dalam praktek
penyelenggaraan pemerintahan negara, pada makalah ini dirumuskan pengertian
SANKRI dan unsur-unsur pokoknya termasuk interaksinya dengan faktor-faktor
lingkungan strategis. Deskripsi ini dimaksudkan untuk memperjelas posisi dan
peran SANKRI sebagai dasar pijakan dalam menguraikan berbagai landasan
penyelenggaraan SANKRI, yang meliputi landasan idiil Pancasila, landasan
konstitusional UUD 1945, dan sebagai landasan operasional pengembangannya
adalah Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang ditetapkan
dalam UU No.25 Tahun 2004 beserta peraturan pelaksanaannya. Cakupan
deskripsisubstantif mengenai SANKRI dalam makalah ini beranjak dari konsep
administrasi negara sebagai administrasi mengenai negara, yang mempunyai dua
unsur pokok, yaitu organisasi dan manajemen. Atas dasaritu, deskripsi
substantifmakalah ini meliputi: pertama organisasi penyelenggara negarayang
meliputi tatanan organisasi lembaga Negara dan organisasi pemerintahan, baik
ditingkat pusat maupun daerah; dan kedua manajemen pemerintahan (dalam
konteks penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara berdasarkan UUD
1945). Unsur pokok terakhir ini dirinci dalam deskripsi dimensi-dimensi
Manajemen Kebijakan Publik, Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Manajemen
Keuangan Negara, Manajemen Pelayanan,dan Akuntabilitas. Pada bagian terakhir
dikemukakan upaya untuk memproyeksikan arahpengembangan SANKRI dalam
kerangka pembangunan penyelenggaraan negara, yang meliputi deskripsi
Kebijakan Penyelenggaraan Negara, Rencana Program Penyelenggaraan Negara
berdasarkan SPPN dan Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah
(RPJM) Nasional Tahun 2010-2014 sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 5 Tahun 2010 serta dimensi-dimensi pengembangan SANKRI tetap
2
Berdasarkan dan mengacu pada unsur-unsur pokok sebagaimana diuraikan diatas.

I.3 Maksud dan Tujuan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(SANKRI)
Buku ini merupakan review terhadap Buku III Landasan dan Pedoman Pokok
Penyelenggaraan dan Pengembangan Sistem Administrasi Negara, untuk
disesuaikan dengan perubahan kebijakan negara yang tercantum dalam berbagai
peraturan perundangan yang berlaku, dan hasil studi empirik berkenaan dengan
penyelenggaraan dan pengembangan SANKRI. Dengan demikian, setiap
dinamika kebijakan dan pelaksanaannya dilapangan mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan pembangunan sistem administrasi negara dapat terdokumentasi
secara memadai.

3
BABII : KAJIAN TEORITIK

II. 1 Sankri Dalam Arti Luas

SANKRI Jilid I, administrasi negara diartikan secara meluas yang mencakup


aktifitas seluruh Lembaga Negara, baik lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif,
moneter, auditif dan sebagainya .Pandangan ini dapat dipahami, berdasarkan dua
alasan:

 Dikotomi antara politik dan administrasi negara ternyata tidak terbukti benar.
Keterlibatan birokrasi sebagai penyelenggara pemerintahan ternyata tidak hanya
dalam pelaksanaan kebijakan negara/publik, tetapi juga dalam proses pembuatan
kebijakan tersebut.

 Pelaksanaan kebijakan negara/publik dengan sendirinya mencakup pelaksanaan


kebijakan negara/publik yang paling mendasar sebagaimana dirumuskan dalam
konstitusi. Pelaksanaan kebijakan dasar tersebut, melibatkan seluruh Lembaga
Negara dalam pembuatan berbagai peraturan perundang-undangan sebagai format
hukum dari kebijakan negara/publik, dan melibatkan lembaga yudikatif, eksekutif serta
Lembaga Negara lainnya berkaitan dengan evaluasi implementasi peraturan tersebut.

II. 2 Unsur-Unsur Sankri

SANKRI sebagai sistem penyelenggaraan negara dan/atau sistem


penyelenggaraan pemerintahan negara, sebagaimana halnya suatu sistem terdiri dari
subsistem-subsistem atauunsur-unsurnya. Seperti sistem lainnya, administrasi negara
sebagai sistem, pada pokoknya terdiri dari unsur nilai, struktur dan proses. Perbedaan
SANKRI sebagai sistem penyelenggaraan negara dan SANKRI sebagai sistem
penyelenggaraan pemerintahan negaraialah dalam hal unsur struktur dan prosesnya,
sedangkan unsur nilainya sama.
1. Unsur Nilai
Unsur nilai, dapat pula disebut sistem nilai, meliputi landasan atau dasar negara
yaitu Pancasila, cita-cita negara (nasional) dan tujuan negara (nasional),
kesemuanya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yang tetap tidak
berubah walaupun UUD 1945 telah diadakan perubahan.Berbagai unsur nilai
dimaksud diantaranya adalah:

 Pancasila, sebagai landasan atau dasar negara mengandung 5 (lima) prinsip :


Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan
perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (alinea ke 4
PembukaanUUD1945).Pancasila juga merupakan falsafah hidup atau
pandangan hidup yang mempersatukan bangsa, dan memberi petunjuk dalam
upaya mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin dalam masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam;

4
 Cita-citanegara(nasional), yaitu Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur (alineake3). Cita-cita negara/nasional ini disebut
juga sebagai visi ideal Indonesia;
 Tujuan negara (nasional), yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (alinea ke 4).
Jika cita-cita nasional merupakan visi ideal, makatujuan negara/nasional dapat
juga di sebut sebagai misi ideal.
2. Unsur Struktur
Unsur struktur merupakan satuan kelembagaan yang diperlukan dalam
kehidupan Negara Republik Indonesia yang demokratis dan konstitusional berupa
tatanan kelembagaan penyelenggaraan negara dan pemerintahan negara dalam
rangka mengemban misi dan mewujudkan visi bangsa, yang merefleksikan peran
dan posisi aturan hukum, kewajiban,kewenangan dan tanggungjawab masing-
masing. Sesuai dengan pengertian sistem penyelenggaraan negara dan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara sebagaimana telah disebutkan terdahulu,
maka unsur atau subsistem tersebut adalah sebagai berikut:

 Struktur penyelenggaraan negara, meliputi seluruh Aparatur Negara, baik


Aparatur Kenegaraan, Aparatur Pemerintahan maupun Aparatur
Perekonomian Negara, beserta seluruh organisasi politik, kemasyarakatan,
dunia usaha,yang berkembang sesuai dengan kehidupan dan kemajuan
bangsa.
 Struktur penyelenggaraan pemerintahan negara, mencakup Presiden
beserta keseluruhan aparatur pemerintahan dan aparatur perekonomian negara
baik di tingkat Pusat maupun Daerah.
Dalam penyelenggaraan negara terdapat hubungan antara Aparatur Kenegaraan
diluar lembaga eksekutif, yang turut menjamin terlaksananya penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan prinsip-prinsip goodgovernance. Mengacu
pada UUD 1945, Aparatur Kenegaraan dimaksud adalah :

 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang wewenang utamanya


 Adalah melaksanakan fungsi konstitutif;
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
dalam pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan;
 Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam pelaksanaan
fungsi yudisialnya;
 Badan Pemerikasa Keuangan (BEPEKA) dalam pelaksanaan fungsi auditifnya;
 Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral selaku pemegang otoritas dibidang
moneter.

3. Unsur Proses
Unsur proses sebagai unsur pokok SANKRI dapat dirinci berdasarkan UUD
1945 dan peraturan perundang-undangan lain sebagai pelaksanaan UUD tersebut.
Penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan negara dalam
pengertian proses secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut:

5
a. Proses Penyelenggaraan Negara
Penyelenggaraan negara sebagai proses yang digambarkan dengan peran
pelaku (lembaga)nya dapat diberikan contoh sebagai berikut:

 MPR sebagai Lembaga Negara yang terdiri dari atas Anggota DPR dan
DPD, berwenang mengubah dan menetapkan UUD; melantik Presiden
dan/atau Wakil Presiden; dan memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut mekanisme tertentu berdasarkan
UUD;
 Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan untuk memilih
Presiden danWakil Presiden, serta wakil-wakil rakyat di lembaga-lembaga
perwakilan, yaitu DPR, DPD, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
 DPR bersama Presiden menyusun Undang-Undang dalam rangka
penyelenggaraan negara yang menjabarkan nilai-nilai dalam UUD 1945.
Dalam bidang legislasi tertentu, perlu melibatkan dan memperhatikan
pertimbangan DPD sebagai bahan pertimbangan penyusunan Undang-
Undang. Khusus untuk penyusunan Undang-Undang tentang APBN, ini
siatifnya diajukan oleh Presiden, yang dalam pembahasannya melibatkan
DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
 MK menyelenggarakan kegiatannya dalam rangka mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
Undang-Undang yang dibentuk oleh DPR bersama dengan Presiden
terhadap UUD;
 MA menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang
yang dibentuk oleh Pemerintah terhadap Undang-Undang;
 BEPEKA memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga negara;
 Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatannya untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kebijakan moneter
secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan
kebijakan umum Pemerintah dibidang perekonomian yang tercantum
dalam berbagai produk peraturan perundang-undangan;

b. Proses Penyelenggaraan Pemerintahan Negara


Penyelenggaraan pemerintahan negara sebagai proses yang digambarkan
dengan peran pelaku (lembaga)nya dapat diberikan contoh sebagai berikut:

 Presiden secara formal ataupun tidak formal, memberikan arahan terutama


kepada para Menteri sebagai pembantu-pembantunya;

 Sebagai acuan penyelenggaraan pembangunan nasional disusun SPPN


yang ditetapkan dalam UU No.25 Tahun 2004;

 Penyelenggaraan pemerintahan negara berlangsung dengan arahan


Presiden, SPPN serta berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dilaksanakan oleh para Menteri, yang operasionalisasinya
dilaksanakan oleh Aparatur Pemerintahan dan Aparatur Perekonomian
Negara, baik ditingkat Pusat maupun Daerah,beserta masyarakat;

6
 Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan negara diadakan
hubungan kerjadan koordinasi antara dan antar Aparatur Pemerintah Pusat
dan Aparatur Pemerintah Daerah; Penyelenggaraan pemerintahan daerah
merupakan bagian yang integral dari penyelenggaraan pemerintahan
negara.

 Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan mempunyai


hubungankerja dengan Lembaga Negara lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundangan yangberlaku;

 Dalam bidang legislasi, Presiden dapat mengajukan Rancangan Undang-


Undang (RUU) dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan terlibat
dalam pembahasannya dengan DPR;

 DPR, DPD, BEPEKA, Bank Indonesia, MA dan MK melakukan


pengawasan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7
BABIII : PERMASALAHAN dan PEMBAHASAN

A. PERMASALAHAN

1. Fungsi Dan peranan hukum Administrasi Negara dalam pemberantasan


korupsi
2. Strategi pemberantasan korupsi dalam perspektif hukum administrasi Negara
3. Pemberantasan korupsi melalui peran hukum administrasi Negara dan good
governance.

B. PEMBAHASAN

1. Fungsi dan Peranan Hukum Administrasi Negara dalam Pemberantasan


Korupsi

Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas


hukum (rechtstaat),tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Ini
berarti bahwa Republik Indonesiaadalah negara hukum yang demokratis
berdasarkan pancasila dan UUD 1945, menjunjungtinggi hak asasi manusia ,
dan menjamin semua warga bersamaan kedudukannya didalamhukum dan
pemerintah wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
adakecualinya.
Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan atau apa yang boleh
dilakukan serta yang dilarang. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja
orang yang nyata-nyataberbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan
hukum yang mungkin akan terjadi, dankepala alat perlengkapan negara untuk
bertindak menurut hukum. Sistem bekerjanya hukumyang demikianitu
merupakansalahsatubentukpenegakanhukum.
Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan
masyarakat,selain itu dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi sosial
masyarakat yang memiliki dampak sosial negatif, terutama menyangkut
masalah peningkatan tindak pidana yang meresahkan masyarakat. Salah satu
tindak pidana yang dikatakan cukup fenomenal adalah masalah korupsi. Tindak
pidana ini tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat.

8
Diberbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang
lebih dibandingkandengantindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat
dimaklumi mengingat dampak negatif yangditimbulkan oleh tindak pidana ini.
Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan.
Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan
stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial
ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan
moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya.
Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan
makmur.
Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh berbagai pihak dari pada
memberantasnya, pada hal tindak pidana korupsi adalah salah satu jenis
kejahatan yang dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi
merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas
dan keamanan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan
pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai
demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi
sebuah budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju
masyarakat adil dan makmur.
Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh berbagai pihak
dari pada memberantasnya, padahal tindak pidana korupsi adalah salah satu
jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai kepentingan yang menyangkut
hak asasi, ideologi negara, perekonomian, keuangan negara, moral bangsa, dan
sebagainya, yang merupakan perilaku jahat yang cenderung sulit untuk
ditanggulangi. Sulitnya penanggulangan tindak pidana korupsi atau minimnya
pidana yang ditanggung oleh terdakwa yang tidak sebanding dengan apa
yangdilakukanya. Hal ini sangat merugikan negara dan menghambat
pembangunan bangsa. Jikahal ini terjadi secara terus-menerus dalam waktu
yang lama, dapat meniadakan rasa keadilandan rasa kepercayaan atas hukum
dan peraturan perundang-undangan oleh warga negara.Perasaan tersebut
memang telah terlihat semakin lama semakin menipis dan dapat dibuktikandari
banyaknya masyarakat yang ingin melakukan aksi main hakim sendiri kepada
9
pelaku tindak pidana didalam kehidupan masyarakat dengan mengatas
namakan keadilan yang tidak dapat dicapai dari hukum, peraturan perundang-
undangandan juga para penegak hukum diIndonesia.
Kasus-kasus tindak pidana korupsi sulit diungkapkan karena para
pelakunya menggunakan peralatan canggih serta biasanya dilakukan oleh lebih
dari satu orang dalamkeadaan yang terselubung dan terorganisasi. Oleh karena
itu, kejahatan ini sering disebutwhile collarcrimeatau kejahatankerah putih.
Menyadari kompleknya permasalahan korupsi ditengah-tengah krisis
multidimensional serta ancaman nyata yang pasti akan terjadi, yaitu dampak
dari kejahatan ini. Maka tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai
permasalahan nasional yang harus dihadapi secara sungguh-sungguh melalui
keseimbangan langkah-langkah yang tegas dan jelas denganmelibatkan semua
potensi yang ada dalam masyarakat khususnya pemerintah dan aparatpenegak
hukum.
Korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun
. tindak pidanakorupsi sudah meluas kedalam masyarakat, baik dari jumlah
kasus yang terjadi dan jumlahkerugian negara, maupun dari segi kualitas tindak
pidana yang dilakukan semakin sitematis serta lingkupnya yang memasuki
seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Kegagalan elit politik Indonesia melakukan upaya serius memberantas
korupsi jelasakan membahayakan demokrasi. Rakyat akan menyalahkan
demokrasi atas kesulitan yangdihadapinya.Padahal,kesulitanitu disebabkan
olehkorupsi.
Korupsi di Negara Indonesia sudah dalam tingkat kejahatan korupsi
politik. KondisiIndonesia yang terserang kanker politik dan ekonomi sudah
dalam stadium kritis. Kankerganas korupsi terus menggerogoti saraf vital
dalam tubuh negara Indonesia, sehingga terjadi krisis institusional. Korupsi
politik dilakukan oleh orang atau institusi yang memiliki kekuasaan politik,
atau oleh konglomerat yang melakukan hubungan transaksional kolutif dengan
pemegang kekuasaan. Dengan demikian, praktik kejahatan luar biasa berupa
kejahatankekuasaaniniberlangsungsecarasistematis.

10
Diberlakukannya Undang-Undang Korupsi dimaksudkan untuk
menanggulangi dan memberantas korupsi. Politik kriminal merupakan strategi
penanggulangan korupsi yang melekat pada Undang-Undang Korupsi.
Mengapa dimensi politik krimnal tidak berfungsi, halini terkait dengan sistem
penegakan hukum di negara Indonesia yang tidak egaliter. Sistempenegakan
hukum yang berlaku dapat menempatkan koruptor tingkat tinggi diatas hukum.
Sistem penegakan hukum yang tidak kondusif bagi iklim demokrasi ini
diperparah dengan adanya lembaga pengampunan bagi konglomerat korupsi
hanya dengan pertimbangan selera,bukan dengan pertimbangan hukum.
Telaah terhadap sebab-sebab yang mendorong seseorang untuk
melakukan korupsi akan memberi dasar buat menemukan alternatif-alternatif
pemecahan masalah korupsi. Sesuai dengan argumentasi-argumentasi yang
telah diuraikan, upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau
dari struktur atau sistem sosial,dari segi yuridis, maupun segi etika atau akhlak
manusia. Satu hal yang telah jelas ialah bahwa korupsi adalah tingkahlaku
pejabat yang menyimpanng dari norma-norma yang sudah diterima oleh
masyarakat dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi. Sementara itu
korupsi juga menjadi fenomena yang tak terelakkan dalam setiap sistem
pemerintahan. Tidak ada satupun sistemsosial yang benar-benar steril dari
korupsi karena akan selalu ada individu-individu yangsenang memilih jalan
pintas untuk kepentingan diri sendiri meskipunmereka mengetahuidengan
kesadaran penuh bahwa tindakannya tak dapat dibenarkan secara moral. Oleh
sebabitu yang diperlukan adalah kewaspadaan yang terus menerus akan bahaya
korupsi serta sikap-sikap tanpa kompromi terhadap bibit-bibit korupsi. Ini
penting karena setiap bentuk korupsiakan memiliki potensi untuk
mengakibatkan efek metastis sehingga menjalar secara cepat menjadi skandal
yang sangat merugikan negara.
Oleh karena itu, sikap konsisten merupakan model paling utama untuk
melawan korupsi.Setiap unsur masyarakat dan pengelola negara harus
senantiasa memiliki kepedulian yangbesar terhadap isu-isu korupsi dan
melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan setiap kali muncul gejala
korupsi, dimanapun ia berada. Gejala korupsi tidak boleh didiamkan saja
11
Kalau tidak, ia akan merembet secara ganas dan untuk menanggulanginya perlu
energi lebih besar.

2. Strategi Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Hukum Administrasi


Negara
Strategi pemberantasan korupsi dalam perspektif hukum administrasi
negara meliputi beberapa bidang perubahan,yakni sebagai berikut:

1. Kepemimpinan atau Pemerintahan yang Baik Bagi legislatif yang terpilih


adalah pilar utama sistem integritas nasional yang berlandaskan tanggung
gugat demokrasi. Tugasnya dalam bahasa sederhana, mewujudkan
kedaulatan rakyat melalui wakil-wakil yang dipilih untuk kepentingan
publik, memastikan bahwa tindakan eksekutif dapat
dipertanggungjawabkan. Sama halnya pemerintah mendapat keabsahan
setelah mendapatkan mandat dari rakyat. Legislatif sebagai badan
pengawas, pengatur, dan wakil. Legislatif atau parlemen modern adalah
pusat perjuangan untuk mewujudkan dan memelihara tata kelola
pemerintahan yang baik untuk memberantas korupsi. Begitu pula dengan
eksekutif sebagai pelaksana yang juga merupakan wakil rakyat harus
menjalankan pemerintahan yang sebaik-baiknya.

2. Program Publik
Perubahan akan program-program publik akan memperkecil insentif
untuk memberisuap dan memperkecil jumlah transaksi dan memperbesar
peluang bagi warga masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik.
Reformasi ini misalnya, menghapus program-program korupsi yang tidak
mempunyai alasan kuat dari sisi kepentingan masyarakat untuk diteruskan.
Banyak program diadakan semata-mata karena membawa keuntungan
pribadi bagi parapejabat yang mengendalikannya, atau menyederhanakan
program dan prosedur agar lebihefisien, meniadakan “penjaga gawang”
yang melakukan pungutan liar, menyederhanakan prosedur untuk
mendapat surat izin dari pemerintah. Ini dapat memperkecil peluang bagi
pegawai negeri untuk dengan sengaja memperlambat kerja dan
12
memperkecil wewenang mengambil keputusan sendiri, yang merupakan
tanah subur bagi perilaku korupsi. Apabila wewenang memang harus
dipertahankan, maka pejabat bersangkutan harus dibekali pedomanyang
jelas mengenai tata cara menjalankan tugas. Swastanisasi perusahaan
negara juga dapat mengurangi peluang melakukan korupsi dalam
lingkungan birokrasi pemerintah (tetapiproses menjual itu sendiri harus
terbuka, untuk mencegah jangan sampai dijangkiti korupsi,dan monopoli
disektor swasta yang mungkin timbul harus dikendalikan dengan benar
untuk mencegah penyalahgunaan monopoli itu). “Kekuasaan monopoli”
para birokrat dapat diperkecil dengan cara menciptakan sumber-sumber
persediaan yang saling bersaing, memperbolehkan warga masyarakat
mengambil surat izin mengemudi di kantor polisi lalulintas mana saja, atau
memperbolehkan pengusaha memperoleh surat izin dari pejabat manasaja
atau kantor mana saja yang diberi wewenang untuk memberi izin.
Sebaliknya, dapat pula bahwa polisi diberi wewenang yang tidak tumpang
tindih sehingga tidak ada salah seorang anggotanya pun yang dapat
memberi jaminan pada pelanggar hukum bahwa dia tidak akanditahan.
3. Perbaikan Organisasi Pemerintah
Di samping mengadakan perubahan pada program-program spesifik,
perhatian diperlukanuntuk mencegah korupsi melalui perubahan pada
susunan organisasi pemerintah. Untuk ini perlu perubahan pada cara
pemerintah menjalankan tugasnya sehari-hari. Cara mengadakan
perubahan ini, yakni dengan memberikan gaji yang cukup untuk hidup
padapegawainegeri dan politisi sehingga karir dalam pemerintahan
menjadi pilihan yang cukup baik bagiorang-orang yang memenuhi syarat.
Dengan cara menghilangkan kesan pemerintah angker dan pemerintah
itu lahan pribadi, menyebarkan informasi kepada warga masyarakat
mengenai hak mereka untuk mendapat layanan dari pemerintah,
menerbitkan buku peganganbagi pegawai negeri yang dapat dengan mudah
diperoleh dan dipelajari oleh warga masyarakat dan kontraktor yang
berhubungan dengan lembaga pemerintah bersangkutan, dan
menghapuskan kontak empat mata dengan cara memasukkan unsur acak
13
(misalnya, rotasi anggota staf dari waktu ke waktu) sehingga warga
masyarakat yang berkepentingan dengan mereka tidak dapat lagi
mengetahui lebih dahulu dengan pejabat mana dia harus berurusan.
4. Penegakan Hukum
Upaya memberantas korupsi melalui kodifikasi hukum, pertama-tama
terlihat dari keluarnya Peraturan Penguasa Militer No.Prt/PM/03/1957, No.
Prt/PM/06/1957, dan No.Prt/PM/O11/1957. Peraturan-peraturan ini
berusaha memberi batasan korupsi dalam istilah hukum sekaligus
memperbaiki kualitas hukum sebagai pengatur interaksi antar manusia.
Korupsi diberi batasan sebagai “Perbuatan-perbuatan yang merugikan
keuangan dan perekonomian negara”. Disini dibedakan antara “perbuatan
korupsi pidana” dan “perbuatan korupsi lainnya”. Kecuali itu, terdapat pula
peraturan No. Prt/PEPERPU/013/1958 yang mengangkat masalah adanya
kesulitan untuk membuktikan terlebih dahulu bahwa terdakwa telah
melakukan suatu kejahatan dan pelanggaran. Pada tahun 1960 dikeluarkan
peraturan baru mengenai korupsi, yaitu Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 24 (PRP) Tahun 1960 tentang Pengusutan,
Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. Korupsi dirumuskan
sebagai delik pidana bukan hanya dengan pernyataan-pernyataan yang
abstrak moralistik. Muncul pengertian-pengertian baru mengenai
penyuapan aktif, pembuktian tindakan korupsi, disamping ketentuan-
ketentuan mengenai hukum acaranya memperkuat kedudukannya peraturan
ini kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961.
Keputusan Nomor 228 Tahun 1968, Presiden mengambil inisiatif untuk
membentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPA) yang diberi tugas untuk
membantu pemerintah dalam memberantas perbuatan korupsi secepat-
cepatnya dan setertib-tertibnya. Tim ini pun tidak memuaskan dalam
mencegah banyaknya korupsi. Bahkan pernah terjadi tim ini keliru
menafsirkan mis-management sebagai korupsi. Lalu pada tahun 1970,
Presiden mengeluarkan dua buah keputusan presiden yang tertuang dalam
Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1970 untuk membentuk Komisi 4.

14
Anggota-anggota Komisi 4 adalah Wilopo Kasimo, Prof.Ir.Johannes,
dan Anwar Tjokro aminoto. Suara-suara masyarakat yang menuntut
penindakan tegas terhadap para koruptor bisa diredakan, meskipun hukum
positif yang mengaturnya tetap belum terwujud. Kemudian dikeluarkan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang merupakan usaha merumuskan delik korupsi yang
cukup lengkap dimiliki oleh para penegak hukum diIndonesia. Di dalam
undang-undang ini, perumusan delik korupsi dibuat lebih jelas dan dapat
mencakup sebagian besar bentuk-bentuk korupsi yang ada, prosedur
pemeriksaan disederhanakan, dan proses pembuktian menjadi lebih mudah.
Kemudian Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 diubah dengan Undang
Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001, terlebih dengan adanya sistem pembuktian terbalik, yang akan
memudahkan proses pembuktian perkara korupsi di pengadilan.Selain itu
dikeluarkan juga Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme. Dengan dikeluarkannya undang-undang ini,diharapkan
penyelenggara negara mampu menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya
secara sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab.
Menegakkan hukum memang penting, tetapi strategi yang hanya
berfokus pada penegakan hukum hampir pasti akan gagal dengan
kemungkinan besar tidak akan dapat menciptakan lingkungan etika yang
menolak perilaku korupsi, oleh karena itusangat diperlukan peran serta
masyarakat dalam pemberantasan korupsidi sektor publik.
5. Kesadaran Masyarakat
Hal yang tak kalah pentingnya ialah keberanian dan tekad seluruh
aparatur negara dan masyarakat untuk melawan korupsi. Segala macam
sistem dan konsepsi tidak akan terlaksana apabila para pelaksananya
sendiri kurang berani untuk mengungkap korupsi yang jelas-jelas terdapat
di depan hidungnya. Masih banyak jaksa yang takut untuk melakukan
tuntutan karena korupsi melibatkan orang-orang penting dan mempunyai
kekuasaan.

15
Keberanian harus ditumbuhkan bersama-sama meningkatnya kesadaran
masyarakat akan hukum. Didalam budaya dan perilaku, secara psikologis
kita mengenal budaya malu (shame culture) dan budaya salah (guilt).
Budaya malu adalah pola perilaku yang menunjukkan “kehilangan muka”
atau perasaan jengah apabila seseorang melakukan kesalahan dihadapan
orang lain. Sementara itu, budaya salah dapat dilihat dari apa yang
dirasakan dalam batin seseorang.Dengan demikian, budaya maluhanya
menimbulkan rasa bersalah jika seseorang melakukan kejahatan dan
diketahui oleh pihak lain, entah itu teman, atasan atau pengawas keuangan
tetapi budaya salah tampak dari rasa salah jika melakukan penyimpangan
moral meskipun tidak ketahuan orang lain.
6. PembentukanLembagaPencegahKorupsi
Negara yang sungguh-sungguh berupaya memberantas korupsi perlu
mendirikan lembaga baru atau memperkuat lembaga yang ada dan dapat
menjalankan fungsi-fungsi spesifik dalam tugas-tugas upaya anti korupsi.
Meski banyak model lembaga tersedia, tetapi apa pun model yang
digunakan, lembaga itu harus dilengkapi dengan sumber daya manusia
yang cukup dan dana yang cukup pula. Kalau tidak, daftar panjang
lembaga anti korupsi yang tidak efektif akan bertambah panjang. Lembaga
yang dapat dicontoh antara lain Komisi Independen Anti Korupsi seperti
yang ada di Hongkong, yang memiliki wewenang luas untuk menyelidik
dan menyeret tertuduh ke pengadilan dan untuk mendidik masyarakat.
Komisi semacam itu harus benar-benar independen dari penguasa negara
tetapitunduk pada hukum, karena kalautidak akan cenderung menjadi
lembaga penindas pula. Pilihan lain adalah memperkuat kantor Auditor
Negara dan kantor Ombudsman,sebuah lembaga yang dapat membantu
memperbaiki kinerja pejabat pemerintah dan bersamaan dengan itu dapat
memberikan saran bagi warga masyarakat. Pejabat kantor itu harus
diangkat dengan cara yang memastikan bahwa kantor itu independen dan
profesional dan laporan dari kantor ini harus disebarluaskan dalam
masyarakat,dan pemerintah harus melaksanakan rekomendasinya. Kantor
Ombudsman sudah didirikan di berbagai negara dan membuka kesempatan

16
untuk membangun tanggung gugat administrasi pemerintahan,sementara
sistem peradilan menyesuaikan diri pada perannya yang baru atau
memperkecil inefisiensi dan korupsi yang menghambat melakukan
tugasnya. Mendirikan Kantor Kontraktor Jenderal akan membuka peluang
bagi pengawasan independen atas kegiatan kontrak mengontrak yang
dilakukan pemerintah dan kinerjanya di bidang ini.Selain hal-hal tersebut,
pers juga berperan dalam upaya melakukan pemberantasan korupsi.
Kegiatan-kegiatanpers mesti digalakkan tanpa sikap yang berlebihan dari
pihak pemerintah. Pers yang diperlukan adalah pers yang mampu mewakili
aspirasi masyarakat, menemukan berbagai bentuk penyimpangan
administratif, mampu menjadi sarana komunikasi timbal balik antara
rakyat dan pemerintah. Pers hendaknya bukan hanya menjadi corong bagi
pernyataan-pernyataan pejabat tetapi juga dapat menjadi alat kontrol bagi
adanya penyelewengan-penyelewengan program pembangunan karena
pengawasan pembangunan tidak mungkin sepenuhnya diserahkan kepada
satuan-satuan pengawas struktural maupun fungsional.
3. Pemberantasan Korupsi melalui Peran Hukum Administrasi Negara dan
Goodgovernance
Dalam melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintah yang baik,
sebenarnya sudah ada sejak zaman Plato, jika dilihat dari aspek historis maka
didalamnya terdapat dua pendekatan ( secara personal dan secara sistem
).Pendekatan secara personal telah dimulai pada masa Plato.
Menurutnya,penyelenggaraan kekuasaan yang ideal dilakukan secara paternalistik,
Pada bagian lain, Plato mengusulkan agar negara menjadi baik, harus
dipimpinoleh seorang filosof yang arif bijaksana, menghargai kesusilaan, dan
berpengetahuan tinggi.Dan pendekatan yang ke dua yakni pendekatan secara
sistem, disini Plato sendiri merubahgagasannya yang semula mengidealkan
pemerintah itu dijalankan oleh raja-filosof menjadipemerintahan yang
dikendalikan oleh hukum. Karena menurut Plato, penyelenggaraan negarayang
baik ialah yang didasarkan pada pengaturan hukum yang
baik.Namun dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah
berbagai bidang kehidupan dan pemerintahan kearah yang di cita-
17
citakan. Akibat kemajuan tersebut, globalisasi telah melanda diberbagai penjuru
dunia, yang membawa implikasi pada pemilihan dan praktek penyelenggaraan
pemerintahan, yang pada akhirnya menimbulkanpergeseran pada sejumlah
paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pertama, terjadinya
perubahan para digma dari govern mentkego vernance, dan goodgovernance.
Kedua, terjadinya pergeseran paradigma tentang peran pemerintah dari rowingthe
boat ke steering the boat. Dan pergeseran peran administrasi negara dari service
providermenjadi service enabler. Ketiga, perubahan paradigma birokrasi dari
weberian paradigm ofbureaucracy, yang sangat hirarkhis dan rules driven, menjadi
flatorganization dan missiondriven.

Dalam era globalisasi juga telah memudarkan batas-batas yang jelas antara
hukumpublik danhukum privat. Sementara itu terjadi perubahan teori Hukum
Administrasi Negara dari redlight theory menjadi green light theory dan kearah
reinvented theory. Dengan demikian perludilakukan perubahan-perubahan dan
penyesuaian-penyesuaian kebijakan di berbagai bidangPemerintahan, dalam
mengantisipasi pergeseran-pergeseran para digma tersebut di atas, untuk
menghadapi era globalisasi yang melanda berbagai penjuru dunia. Sehingga dalam
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah yang baik dapat tercapai dengan lancar.
Dengan latarbelakang pemikiran-pemikiran itulah, maka kiranya perlu dibentuk
suatu pusat kajian yang dapat memberikan kontribusinya bagi berlangsungnya
pergeseran-pergeseran para digma tersebut, ke arah yang mendukung bagi
berlangsungnya pembangunan nasional kita. Untukitulah, maka dibentuk Pusat
Kajian Hukum dan Kepemerintahan yang Baik.Prinsip Good Governance atau
asas umum pemerintahan yang baik merupakan ideologi lamayang baru mendapat
tempat ketika kondisi negara sudah dalam keadaan kacau baik di bidangpolitik,
ekonomi, sosial hukum, dan administrasi, termasuk didalamnya
mekanisme/prosesdan lembaga-lembagayangmenanganinya.
Konsep Good Governance ini sudah lama berkembang, bermula dari adanya
rasa ketakutan(fear) sebagian masyarakat terhadap freies ermessen yang
memberikan wewenang kepada pejabat negara/ administrasi untuk bertindak

18
sendiri di luar peraturan perundang-undangan. Kewenangan yang diberikan ini
dikuatirkan akan menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat sehingga
mucullah apa yang dinamakan prinsip umum pemerintahan yang baikatau
thegeneralprincipleofgood administration.
Prinsip ini sekarang sudah diterima sebagai suatu keharusan. Asas-asas
pemerintahan yang baik ini dikembangkan oleh teori ilmu hukum dan yuris
prudensi baik dilingkungan adminstrasi negara maupun oleh putusan-putusan
pengadilan sehingga mendapat tempat yanglayak dalam peraturan perundang-
undangan di beberapa negara termasuk Indonesia. Banyak negara telah
menerapkan prinsip ini sekitar 50-100 tahun yang lalu, sedangkan Indonesia baru
mengemuka di era reformasi ini.Banyak unsur dari prinsip good governance yang
telah diterima oleh masyarakat, hal terpenting dari unsur tersebut adalah
kecermatan (carefulness), kepastian (security), kewajaran (reasonableness),
persamaan (equality),dan keseimbangan (balances).
Jika dihubungkan dengan negara secara keseluruhan maka prinsip
goodgovernance merupakan prinsip yang mengetengahkan keseimbangan
hubungan antara masyarakat (society) dengan negara (state) serta negara dengan
pribadi-pribadi (personals). Ini artinya,setiap kebijakan public (public policy) mau
tidak mau harus melibatkan berbagai pihak dansektor baik pemerintah, masyarakat
maupun sektor swasta dengan aturan main yang jelas.Dengan demikian,
penerapan good governance di Indonesia diharapkan terciptanya format politik
demokratis, dan melahirkan model alternative pembangunan yang mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat di segala bidang
kehidupan. Bila dilihat dari kondisi Indonesia yang amburadul saat ini, maka
prinsip good governance inijelas-jelas bukanlah obat mujarab untuk melindungi
dan membersihkan negara ini dari isukorupsi, kolusi dan nepotime. Karena
korupsi sudah ada ditengah-tengah kita sejak awal manusia mulai membentuk
organisasi dan korupsi meruapakan bagian dari kegiatan kolektif kita.Namun
demikian, tidak berarti kita boleh bersikap acuh tak acuh,karena korupsi merusak
kehidupan ekonomi dan landasan moral tata kehidupan.
Pada umumnya kita cenderung menganggap korupsi tidak ada, atau
cenderung tidak mengindahkannya. Memang benar, sulit untuk melihat apakah
19
korupsi ada atau tidak, karena korupsi berlangsung dalam selubung kerahasiaan.
Selain itu menurut Aristoteles, kesulitan inijugakarena”hal yang biasa terjadi
sehari-hari mendapat perhatian paling kecil dari masyarakat”. Namun, kita harus
membangkitkan dorongan yang lebih kuat dalam diri kitamasing-masing untuk
membasmi korupsi. Zaman informasi telah membuka peluang bagimasyarakat dan
organisasi non-pemerintah mendapatkan alat-alat untuk menyusun kekuatandan
informasi untuk membasmi korupsi ditingkat lokal.
Gerakan menuju desentralisasi, akuntabilitas, dan bentuk-bentuk pemerintah
berdasarkan demokrasi di tingkat lokal semakin bergairah.Dalam hubungan ini
kerugian besar yang ditimbulkan korupsi semakin banyak dibicarakan dalam
masyarakat. Masyarakat luas juga mengharapkan melalui goodgovernance dapat
mengkikis habis semua perbuatan yang merugikan kepentingan umum yang
terjadi dalam pemerintahan. Korupsi adalah simbol dari pemerintahan yang tidak
benar, yang dicerminkan oleh patronese, prosedur berbelit-belit, unit pemungut
pajak yang tidak efektif, pengurusan lisensi, korupsi besar-besaran dalam
pengadaan barang dan jasa, dan layanan masyarakat yang sangat buruk.
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa sejarah lahirnya good governance ini
berawal dari rasa ketakutan sebagian masyarakat terhadap kebebasan bertindak
dari pajabat negara dalam menjalankan tugasnya. Pada mulanya asas ini mendapat
tantangan khususnya dari pejabat-pejabat dan pegawai pemerintah karena ada
kekawatiran bahwa hakim atau peradilan administrasi kelak akan mempergunakan
istilah ini untuk memberikan penilaian terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang diambil pemerintah. Namun keberatan tersebut saat initelah lenyap karena
tidak ada relevansinya lagi. Freies Ermessen tetap dapat dilaksanakan pemerintah
dalam melakukan fungsinya, bahkan untuk masa sekarang asas-asas umum
pemerintahan yang baik itu telah diterima dan dimuat dalam berbagai peraturan
undang-undangan.
Beberapa unsur pemeritahan yang baik, yang telah memperoleh tempat yang
layak dalamperaturan perundang-undangan dibeberapa negaraantaralain:
1. Asas bertindak cermat;
2. Asas motivasi;
3. Asas kepastian hukum;
20
4. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan;
5. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal;
6. Asas menanggapi penghargaan yang wajar;
7. Asas kebijaksanaan;
8. Asas tidak mencampur adukkan kewenangan;
9. Asas keadilan dan kewajaran;
10. Asas penyelenggaraan kepentingan umum;
11. Asas keseimbangan;
12. Asas permainan yang layak;
13. Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara) hidup pribadi.
Perumusan dan penetapan asas-asas tersebut diatas berpangkal pada teori-
teori hukum umumnya dan yuris prudensi serta norma-norma yang hidup dalam
masyarakat. Apabila asas-asas ini digunakan oleh hukum Indonesia, maka asas ini
tidak boleh terlepas dari norma-norma hukum yang hidup dalam masyarakat
Indonesia.
Menurut Abdul Gani Abdullah, good governance itu berhubungan erat dengan
manajemen pengelolaan kebijakan pembangunan (khususnya bidang hukum).
Apabila seorang pejabat publik akan mengambil keputusan dalam melaksanakan
pemangunan, terlebih dahulu diaharus menerapkan prinsip-prinsip penyelenggaran
pemerintahan yang baik sehingga hasilakhirnya secara menyeluruh adalah suatu
perintah yang baik. Keputusan yang diambil olehseroang pejabat publik baik itu
berbentuk kebijakan (bescchiking) maupun aturan umum (regeling) harus benar-
benar berdasarkan kewenangan yang diberikan undang-undang maupun yang
dilimpahkan oleh pejabat. Ciri goodgovernance disini adalah keputusan tersebut
diambil secara demokratis, transparan, akuntabilitas, dan benar.
Konsep goodgovernace sangat diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan
karena merupakan prasyarat untuk mendapatkan keseimbangan yang efektif antara
lingkungan dan pembangunan. Tanpa ini pembangunan berkelanjutan akan salah
arah.
Goodgovernancea dalah pelaksanaan otoritas politik, ekonomi dan
adminstratif dalam pengelolaan sebuah negara, termasuk di dalamnya mekanisme
21
yang kompleks serta proses yang terkait, lembaga-lembaga yang dapat
menyuarakan kepentingan perseorangan dan kelompok serta dapat menyelesaikan
semua persoalan yang muncul diantara mereka. Persyaratan minimal untuk
mencapai goodgovernance adalah adanya transparansi, pemberdayaan hukum,
efektifitas dan efisiensi, serta keadilan.
Dalam hubungan dengan dunia hukum ada beberapa unsur dari good
governance yang perlu menjadi perhatian antara lain:
1. Pertama, adanya aturan aturan hukum bagi seluruh tindakan ataupun
kebijakan yang diambil dalam proses penyelenggaran pemerintah.
2. Kedua, adanya suatu perancangan peraturan perundang-undangan
melalui beberapa ukuranstandar misalnya standar empirik ,standar
filosofistik standar futuralistik, dan standar HAM,serta standar keadilan.
Standar empirik artinya pembuat peraturan perundang undangan harus jelas
tujuannya, jelas kepentingan yang dilindungi,undang-undang itu terbentuk karena
dibutuhkan oleh masyarakat sehingga diterima oleh masyarakat sebagaia turan
yang mengatur kehidupan mereka dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat yang ada. Misalnya di era reformasi ini di mana keterbukaan menjadi
pilihan utama, kemudian ada undang-undang yang di sebut justru menghambat
keterbukaan maka undang-undang tersebut jelas akan ditolak masyarakat. Sebagai
contoh undang-undang penyiaran dianggap justru menghambat kebebasan
mengeluarkan pendapat dan menghambat keleluasan lembaga penyiaran dalam
melakukan tugas nya atau karena ada intervensi pemerintah.
Standar filosofistik bahwa pembuatan undang-undang harus bersifat universal
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan
masyarakat. Di sana tidak boleh ada pertentangan atau saling menyalahi. Standar
ini juga mengatur kehidupan manusia berdasarkan kehidupan agama dan
pemahaman nilai-nilai universal kemanusiaan sehingga masalah persamaan,
martabat manusia, hak asasi dan kewajiban asasi seseorang manusia harus
terpenuhi.
Standar futuralistik artinya undang-undang tersebut dapat memprediksi apa
yang akan terjadi dimasa akan datang sehingga diketahui perlu atau tidakny
aperubahan undang-undang.
22
Undang-undang tersebut bersifat supel yang dapat diterapkan dalam beberapa
tahun kedepan. Di Indonesia sering terjadi peraturan perundang-undangan silih
berganti, baru berlakusebentar sudah diganti dengan yang lain misalnya Undang-
undang Tindak Pidana Korupsi,Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Undang-undang di bidang Pasar Modal juga demikian, karena peraturan dibidang
hukum bisnis terus berubah sejalan dengan perkembangan masyarakat
bisnis,tetapi yang jelas diperlukan standar yang pasti.
Standar HAM artinya undang-undang yang dibuat tidak boleh mengorbankan
HAM, tidakboleh bertentangan dengan hak-hak pribadi seseorang dan
bertentangan dengan kepentingan umum.
Standar keadilan berarti undang-undang yang dibuat harus transparan,
akuntabilitas, persamaan, dan dapat memberikan keadilan kepada masyarakat. Hal
yang penting dalam prinsip goodgovernance adalah pemberdayaan hukum seperti
adanya peraturan dan kebijakan dan system peradilan pidana yang independent,
dan professional.
Bentuk asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia, secara resmi belum
dirumuskandengan rinci dalam bentuk tertulis. Istilah Asas Umum Pemerintahan
Yang Baik (AUPB) itumasih sangat jarang sekali ditemukan.Istilah tersebut
mungkin baru pertama ditemukan dalam Inpres No.15 Tahun1983 dengan
menggunakan istilah“Sendi-sendi Kewajaran Penyelenggaraan Pemerintahan“
untuk mencapai apartur negara yang bersih dan berdayaguna.
Namun demikian, terlepas dari istilah, asas-asas itu sesungguhnya secara
materiel telah terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan yuris
prudensi. Karena itu AUPBtersebut,tidak saja mempunyai kekuatanmengikat
secara moral dan doktrinal tetapi lebihdari asas umum pemerintahan yang baik
juga mempunyai kekuatan mengikat secara hukum,dan merupakan salah satu
sumber Hukum Administrasi Negara (HAN) formal. Undang-
undangsebagaisalahsatusumberHANformalmaksudnyabukanhanyaundang-
udangdalam arti formal, tetapi mencakup semua undang-undang dalam arti
material yaitu produkhukum yang mengikatseluruhpenduduksecaralangsung.
Upaya mewujudkan good governance di Indonesia merupakan suatu prioritas
dalam rangkamenciptakan suatu tatanan masyarakat, bangsa, dan negara yang
23
lebih sejahtera, jauh darikorupi, kolusi, dan nepotisme, karena dalam
kenyataannya masyarakat masih jauh dari hidup layak, korupsi masih merajalela.
Namun demikian perjuangan dalam menciptakan pemerintahan yang bersih tidak
boleh berhenti, harus tetap dilanjutkan dan diupayakan semaksimal mungkin
hingga suatu saat akan dirasakan begitu bermartabatnya bangsa yang memiliki
komitmen,tanggungjawab,dan harga diri.
Konsep good governance bukan saja clean governance tetapi semua faktor-
faktor pendukung harus memiliki codeofconductnya sendiri, ada ketaatan kepada
hukum, sistem dan sebagainya. Namun demikian tetap saja fungsi negara untuk
melindungi kelompok-kelompok yang tidak mempunyai kekuasaan haruslah
memegang peranan pentingdidalam mewujudkan good governance, karena sampai
saat ini kita memiliki civil society yang korup.Negara yang berhasil menarapkan
good governance di Asia antara lain Korea Selatan danThailand. Kedua Negara
tersebut memiliki komitmen politik dari pemimpin mereka meskitidak semua. Di
Indonesia komitmen politik itu belumlah begitu jelas. Komitmen politik itubias
dimulai dari Presiden,Wakil Presiden,Kapolri,Kepala BUMNdansebagainya.
Di dalam bukunya Robert Klitgoard disebutkan jika sistem pemberantasan
korupsi belum terbangun, begitu juga sistem politik dan sistem hukum belum
terbentuk dan tidak mendukung, maka pemberantasan korupsi harus dimulai dari
tingkat atas atau pemimpinnya.Hal tersebut berhasil diterapkan di Singapura,
Hongkong dan Thailand. Hal ini belum kitatemukan di Indonesia kecuali hanya
diucapkan pada saat kampanye pemilu. Sebagian besar pemilihan kepala daerah
dipilih melalui proses politik yang kotor, bagaimanmungkin mendapat gubernur
dan bupatiyang bersih.
Salah satu program good governance adalah pemberantasan korupsi, kolusi
dan nepotisme.Korupsi menurut Klitgoard ditimbulkan karena ada monopoli,
kekuasaan, dan diskresi yangbegitu besar. Selama masih ada sentralisasi
kekuasaan dan aturan-aturan yang tidak jelas dantidak ada pertanggungjawab
publik maka akan menimbulkan peluang korupsi. Di Indonesiadapat kita lihat
peluang korupsi begitu besar, birokrasi begitu panjang,gaji pegawai negeriyang
kecil, tidak adanya sistem public complain dan hampir semua partai politik

24
mencariuang untuk membesarkan partainya.
Korupsi itu bukan merupakan kejahatan kalkulasi, dan bukan kejahatan orang
bodoh, karena korupsi merupakan kejahatan rasional, orang akan melakukan
korupsi jika keuntungan banyak dan resikonya kecil. Di Indonesia peluang ini
terbuka lebar, tidak ada hukuman yangjelas, tidak ada ancaman untuk dikucilkan,
dicemoohkan. Acaman hukuman menjadi tidakjelas karena pengadilan sudah
dikuasai oleh para mafia, hukum selalu dan diperjual belikanputusan pengadilan
selaludimenangkan oleh penawar yanglebih tinggi.
Sejak era reformasi bergulir dipertengahan tahun 1998, masalah korupsi
menjadi salah satu kajian menarik untuk dibicarakan dan diangkat
kepermukaan.Usaha-usaha pemberatnsa korupsi di Indonesia secara yuridis sudah
dimulai sejak tahun 1957 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemberantasan
Korupsi; Peraturan Penguasa Militer Angkatan darat dan Laut Nomor
Prt/PM/06/1957 dan Peraturan Penguasa Perang Pusat (Peperpu) No.13yang
kemudian menjadi UU No. 24 /Prp/1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan
PemeriksaanTindak PidanaKorupsi.
Kemudian dilanjutkan dengan usaha-usaha pemberatasan korupsi oleh
pemerintah sejak awal1970-an yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden
No, 228/1967 Tim PemberantasanKorupsi (TPK) hingga lahirnya UU No. 3/1971
tentang Tindak Pidana Korupsi. Begitu juga dengan pembinaan upaya pembinaan
dar ipejabat-pejabat telah ditingkatkan melalui pengawasan yang ketat, baik yang
dilakukan oleh intern departemen dan lembaga maupunsecara ekstern oleh
Menteri Aparatur Negara. Namun seiring dengan pesatnya pembangunan,terasa
pula semakin meingkatnya kebocoran dalam pembangunan, terbukti dengan
kasus-kasuskorupsiyangmenyangkut kerugian negara milyaran hingga triliyunan
rupiah.
Korupsimerupakansalahsatubentukperbuatanmelanggarhukumyangsangatme
mbahayakan keadaan keuangan negara, dan akan berakibat terhambatnya
pembangunan,karena banyak dana yang keluar tidak sesuai dengan pembangunan
itu sendiri, sehinggatujuan yang diharapkan tidak tercapai. Oleh karena itu perlu
ditingkatkan kebijakan serta langkah-langkah penegakan hukum berupa
penindakan terhadap perkara korupsi, penyalahgunaan wewenang dan lain
25
sebagainya.
Seiring dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN),serta peran masyarakat untuk mencegah dan memberantasnya,
maka pemerintah Indonesiatelah mengeluarkan berbagaiperaturan perundang-
undangan,antaralain:
1. UUNo.3/1971tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2. UUNo.11/1980tentang Pemberantasan Tindak Pidana Suap;
3. UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme;
4. UUNo.31/1999tentang Pemberantasn Tindak Pidana Korupsi;
5. UU No. 20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
6. UUNo.30/2002tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
7. PPNo.30/1980tentang Disiplin Pegawai Negeri sipil;
8. PPNo.71/2000tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegah dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

9. Instruksi Presiden No. 5 /2004 tentang Percepatan


Pemberantasan Korupsi.Perilaku Fraud

Contoh praktek mal-administrasi yang termasuk dalam kategori titik kritis


dalam SANKRI seperti yang dikemukakan Menpan dalam Irian, et al (2009) yaitu:
inefisiensi, inefektifitas,tidak profesional, tidak netral, tidak disiplin, tidak patuh
pada aturan, retrutmen CalonPegawai Negeri Sipil (CPNS) tidak transparan, belum
ada perubahan mindset,Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang marak di
berbagai jenjang pekerjaan, sebagai abdimasyarakat belum terbangun,
pemerintahan belum akuntabel, belum transparan, tidakpartisipatif dan kredibel,
lemahnya political willdari pemerintah, belum ada kesamaanpersepsi dan
pemahaman visi, misi dan tujuan serta ketidakjelasan rencana tindak
dalamlembaga negara, kurangnya pemanfaatan teknologi informasi (TI) dalam
pemberantasan KKN, masih banyak ditemukan peraturan perundang-undangan
yang rancu antara sektoral dan pemerintah daerah, pelayanan publik belum

26
berkualitas dan pelayanan publik primabelum terbangun secara luas. Rewansyah
(2010) menggaris bawahi fenomena yang terjadidewasa ini, bahwa di Indonesia
sudah sangat carut marut dan perlu, sangat mendesak untuksegera dibenahi.
Dikemukakannya bahwa: “orang-orang dalam administrasi pemerintah seharusnya
bekerja untuk melayani masyarakat, tapi yang terjadi sekarang adalah 70%
pekerjaan yang mereka lakukan adalah untuk melayani orang-orang yang berkuasa
yang mengangkat mereka dan sisanya 30% dilakukan semata-mata untuk mencari
keuntunganberupa uang”. Tribunnews.com, 22 Februari 2011, memuat berita
tentang Kejaksaan AgungRepublik Indonesia telah memberhentikan 32 Jaksa yang
melanggar kode etik selama tahun2010. Total keseluruhan pegawai dan Jaksa yang
ditindak selama tahun 2010 mencapai 288orang. Ketidakpatutan yang dilakukan
oleh pegawai dan jaksa bermasalah tersebut yaitumelakukan tindakan korupsi,
kasus suap, memeras, dan penggelapan uang yang disita olehnegara. Selanjutnya,
dalam Kompas(19 Februari 2011), diberitakan bahwa Kementrian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menerjunkan 40 tim investigasiuntuk
menyelidiki perekrutan calon pegawai negeri sipil di 46 kabupaten/kota.
Sepanjangtahun 2010 masih banyak laporan mengenai dugaan kecurangan
perekrutan CPNS. Beberapa penyimpangan yang dilaporkan antara lain peserta
yang lulus seleksi kendati tidak mengikutiujian serta rekayasa nilai ujian. Dugaan
penyimpangan ini terjadi di 18 provinsi, antara lain Sumatera Utara ( 6
kabupaten/kota ), Jambi ( 8 kabupaten / kota ), Sumatera Barat (2), Riau (1),
Bangka Belitung (1), Lampung (1), Kalimantan Tengah (1),
Banten(1),JawaBarat(1),danNusa Tenggara Barat (4 kabupaten/kota). Laporan
dugaan penyimpangan yang serupa datang dari Sulawesi Utara (3kabupaten/kota),
SulawesiSelatan(2), Maluku(2), MalukuUtara(1), Jawa Timur (3), Sulawesi Barat
(5), Kalimantan Barat (1), dan Jawa Tengah (3kabupaten/kota), sungguh suatu
perbuatan yang sangat tidak patut dan seharusnya tidakterjadi. Melihat kondisi
sistem administrasi negeri ini,Kasim (2009), menyatakan telah terjadi tiga
permasalahan laten (tersembunyi) yang menyebabkan buruknya kualitas sistem
manajemen kepemerintahan, yakni pengawasan yang masih difokuskan pada
proses penyelenggaraan kegiatan birokrasi pemerintah dan penekanan masih pada
ketaatan terhadappetunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis)

27
daripada pencapaian tujuan (tupoksi) yang berorientasi pada mission driven,
kapabilitas administrasi negara masih rendahdan fungsi pengawasan belum
terintegrasi dengan baik ke dalam siklus administrasi negara,paradigma
pengawasan yang lebih menekankan pada upaya menegakkan kebenaran formal,
yaitu kesesuaian dokumen dan laporan keuangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, kurang menekankan pada upaya mencari kebenaran
materiil, serta praktek pengawasan yang lebih menekankan pada upaya kuratif
daripada preventif dalam prakteknya perilaku fraud muncul sejalan dengan sistem
yang dianut dalam sistem kelembagaan administrasi negara baik di pusat maupun
di daerah sebagai dampak dari penerapan kebijakan politik dagang sapi, yang
diistilahkan dengan selimut koalisi, sinergi aktor politik dan aktor pejabat karier,
bagi-bagi kekuasaan dalam lembaga negara dan pemerintahan, serta konflik
kepentingan politis yang di sulut dan disengaja antar lembaga-lembaga negara
yang memiliki otoritas dalam pengambilan keputusan politik (legislatif dengan
lembaga negara pelaksana (eksekutif). Beberapa fakta dapat disebutkan antara lain,
proses seleksi pejabat publik (Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, dan lain-lain)
terlihat meragukan publik, terbukti sesudah lolos seleksi berperilaku dan bertindak
tidak patut, buruk dan tidak kompeten. Begitujuga di daerah, fungsi Baperjakat dan
inspektorat di daerah di dalam melaksanakan tugaspokokdan fungsinya tidakdapat
optimal dikarenakan masih kentalnya unsur subjektivitas dari pimpinan politis di
daerah. Hubungan kelembagaan dalam praktek administrasi negaramasih
cenderung mengikuti aturan permainan menang-kalah, bukan permainan menang-
menang atau konsensus yang berpihak untuk mensejerahterakan rakyat (welfare
state)Seringkali kebijakan yang diterbitkan hanya dilandasi oleh idealisme sempit
golongan, egoismesektoral, atau bahkan ambisi-ambisi dan kepentingan-
kepentingan pribadi, kelompok maupungolongan tertentu. Perilaku fraud sangat
menggelitik dan nampak sudah menjadi penyakitadministrasi dalam berbagai
urusan. Contoh kecil dalam hal pelayanan Ijin Membuat Bangunan (IMB). Biaya
telah ditetapkan melalui suatu peraturan daerah, dalam kenyataan seringkali biaya
pelayanan IMB yang telah ditetapkan tersebut menggelembung. Contoh lain,untuk
menikah secara resmi dan diakui negara menjadi ajang kutipan. Radar
Bogor(23/05/12) memberitakan terdapat berbagai

28
biaya yang dikenakan Kantor Urusan Agama (KUA) terhadap pasangan pengantin,
mulai dari Rp. 200 ribuan hingga jutaan rupiah,tergantung kondisi sosial ekonomi
calon pengantin. Padahal, biaya pencatatan nikah sudahdiaturdalamPeraturan
Pemerintah(PP)Nomor51Tahun 2000,yaknisebesarRp.30ribu.
Biaya tersebut sudah termasuk pelayanan KUA serta pencetakan buku nikah.
Penulis melihatkejadiankejadian yang dikategorikan fraud pada pengurusan
perizinan IMB dan biaya pernikahan, pada awalnya terjadi akibat tindakan
transaksi dua pihak, yaitu respons dari pihak yang menduduki jabatan dan jasa
dari pihak yang bertindak sebagai pribadi yangberkepentingan dengan suatu
urusan publik. Biasanya dalam transaksi tersebut salah satupihak memberikan
sesuatu yang lebih dari nilai nominal resmi untuk mempengaruhi suatukeputusan.
Penyakit ini memang epidemis dan sudah menjadi gejala global. Para pakar
IlmuSosial, menyebutnya budaya suap (bribery culture). Suap dan juga pemerasan
(extortionpayment) merupakan kenyataan dalam kehidupan sistem distribusi
global, baik distribusibarang maupun distribusi keuangan (Pikiran Rakyat, 18
Februari 2003). Kata-kata populersecara khusus digunakan masyarakat di mana
praktek ini berlangsung, misalnya di AfrikaBarat, digunakan kata dash, di Timur
Tengah, baksheesh. Di Amerika Latin, orangmenyebutnya mordida, di Perancis
dengan kata pot de vin yang artinyamangkuk anggur,untuk membuat mabuk
mereka yang menerima uang suap, orang Italia menyebutnyabustarella.
Sedangkan di negara bagian Chicago, Amerika Serikat, orang menyebutnya a
littlegrease. Sudarmo, dkk (2008) menyatakan, berbagai kasus dugaan korupsi
pada instansipemerintah, yang melibatkan sejumlah pejabat pada tingkatan di
pusat dan daerah merupakancontoh fraud yang terjadi pada sektor publik,
sementara pembobolan L/C Bank BNI, kasusBank Global, Bank Century, impor
gula ilegal, dan dana non-budgeter BULOG merupakansebagian contoh kasus
fraud di sektor korporasi yang mencuat di Indonesia. Sedangkan yangberskala
global adalah kasus Enron, world.com dan Tyco, dan manipulasi pembukuan Walt
Disney.

29
BAB IV : PENUTUP

KESIMPULAN
Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,
selain itu dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi sosial masyarakat yang memiliki
dampak sosial negatif, terutama menyangkut masalah peningkatan tindak pidana yang
meresahkan masyarakat. Salah satu tindak pidana yang dikatakan cukup fenomenal
adalah masalah korupsi. Tindak pidana ini tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi
juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat.
Diberbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan ini. Dampak yang ditimbulkan dapat
menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak
pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan
pembangunan sosialekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi
dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya. Korupsi
merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur.
Pada umumnya kita cenderung menganggap korupsi tidak ada, atau cenderung tidak
mengindahkannya. Memang benar, sulit untuk melihat apakah korupsi ada atau tidak,
karenakorupsi berlangsung dalam selubung kerahasiaan. Selain itu menurut Aristoteles,
kesulitan ini juga karena ”hal yang biasa terjadi sehari-hari mendapat perhatian paling
kecil dari masyarakat ”. Namun, kita harus membangkitkan dorongan yang lebih kuat
dalam diri kitamasing-masing untuk membasmi korupsi. Zaman informasi telah
membuka peluang bagimasyarakat dan organisasi non-pemerintah mendapatkan alat-alat
untuk menyusun kekuatandan informasi untuk membasmi korupsi ditingkat lokal.

30
DaftarPustaka

Abdullah, Abdul Gani. Legal Drafting & Good Governance. Jurnal Keadilan.
Vol2. No. 5Tahun 2002.
Syamsudin, Amir. “Asas Umum Pemerintahan yang Baik”. Jurnal Keadilan. Vol.
2 No. 5Tahun 2005:Jakarta
Hamzah, Andi. Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya. 1991. Jakarta:
GramediaHafild , Emmy. Transparancy International Annual Report (Transparancy
International),Jakarta 2004
Ceote, Husin. “Pengelolaan Sumber Daya Alam & Lingkungan Serta Good
Governance diEra Otonomi Daerah dalam Pembangunan Berkelanjutan”, Jurnal
Keadilan, Vol2. No. 5Tahun 2002.
Muchsan, Pengantar Hukum Adminstrasi Nagara Indonesia, Liberty, Yogjakarta,
1982, hal. 2http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106077&val=2289
Narbun SF & Nuh. Mahfud, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara,
Leberty,Yogyakarta, 1987, hal.58-59.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu,
Surabaya,1987,hal.77.
PoerwadamintaWJS,KamusUmumBahasaIndonesia,,Jakarta: BalaiPustaka
Robert Kligaard, Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan Daerah,
YayasanOborIndonesia,
Jakarta,2005,
Teten Masduki,” Implewmentasi Prinsip Goog Governance di Indonesi” Jurnal
Keadilan,Vol2.No. 5 Tahun
2002.

Anda mungkin juga menyukai