Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

Disusun oleh :
ERLANDY SINGGIH PRADANA

MATA PELAJARAN
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO
MOJOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembaca untuk mempelajari hukum administrasi negara.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah
ini. Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para pembaca untuk memberikan
masukan bermanfaat yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat
menjadi lebih baik.

Mojokerto,19 Mei 2023

2
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
2.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara...............................................................
2.2 Apa itu Negara hukum ( Rechtstaat ) ...................................................................
2.2.1 Pengertian Negara Hukum.....................................................................
2.3 Klasifikasi Negara Hukum....................................................................................
2.3.1 Negara Hukum Klasik............................................................................
2.3.2 Negara Hukum Modern..........................................................................
2.4 Asas Legalitas........................................................................................................
2.5 Kebebasan Bertindak Administrasi Negara...........................................................
2.6 Sumber Hukum......................................................................................................
2.6.1 Sumber Hukum Tertulis..........................................................................
2.6.2 Sumber Hukum tidak Tertulis................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................
3.2 SARAN.................................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum administrasi Negara adalah mata kuliah yang membantu mahasiswa untuk
memahami sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi Negara
dengan warga masyarakat. Kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara
administrasi Negara dengan warga masyarakat ini dimaksudkan sebagai peraturan-
peraturan yang memungkinkan administrasi Negara melakukan tindakan operasionalnya
atau dengan kata lain memberi wewenang administrasi Negara untuk mengatur
masyarakat. Dalam kaitannya dengan hal ini, harus diketahui siapa yang dimaksudkan
dengan “ administrasi Negara” dan mengapa tidak dipergunakan saja istilah
“pemerintahan”.
Dalam istilah Hukum Administrasi Negara, maka komponen yang utama adalah
administrasi Negara. Karena HAN adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan
antara administrasi Negara dengan warga masyarakat, dimana administrasi Negara diberi
wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu
pemerintahan. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 menyebutkan: “ Tata
Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik pusat maupun di daerah.”.
Definisi ini mengungkapkan bahwa sebenarnya yang ingin diatur oleh administrasi
Negara atau pemerintahan itu adalah urusan pemerintahan yang ditunjukan kepada
masyarakat, baik di pusat maupun di daerah. Keseluruhan peraturan perundang-undangan
yang merupakan sarana pemerintah untuk mengatur warga masyarakat iyulah yang disebut
Hukum Administrasi Negara. Peraturan-peraturan yang merupakan hukum administrasi
Negara itulah yang memberi wewenang kepada pejabat administrasi Negara untuk
melakukan tindakan operasionalnya mengatur masyarakat. Dengan kata lain, peraturan-
peraturan HAN itu merupakan dasar landasan bagi tindakan administrasi Negara agar tidak
terjadi kesewenang-wenangan dari administrasi Negara. Maka dari itu perlu untuk kita
mengetahui mengenai landasan hukum dari hukum administrasi Negara itu lebih jauh lagi
agar kita bisa dan mampu menganalisis bagaimana sebaiknya kita berargumen dan
menyatakan pendapat bila diperhadapkan pada persoalan administrasi Negara.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, saya dapat menarik kesimpulan dan merumuskan
beberapa rumusan masalah yang mana menurut saya layak untuk diangkat,
dibicarakan serta dibahas, dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Apa itu Negara hukum dalam konteks HAN?


2. Apa saja yang menjadi landasan hukum administrasi Negara?
3. Mengapa perlu untuk mengetahui apa saja yang menjadi landasan hukum
administrasi Negara?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas, selain
dari itu tentu saja untuk mengetahui apa saja yang dibahas dalam hukum administrasi
Negara sendiri yang mana berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan akan
ilmu HAN.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara

sebagai implementasi dari Hukum administrasi Negara adalah sekumpulan peraturan


yang mengatur hubungan antara administrasi Negara dengan warga masyarakat, dimana
administrasi Negara diberi wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya policy suatu
pemerintah.
Utrech mengatakan bahwa Hukum Administrasi Negara ialah himpunan peraturan-
peraturan tertentu yang menjadi sebab, maka Negara berfungsi. Dengan kata lain, Hukum
Adminitrasi Negara merupakan sekumpulan peraturan yang memberi wewenang kepada
administrasi Negara untuk mengatur masyarakat.
Untuk apa masyarakat diatur? Mengapa untuk mengatur masyarakat itu administrasi
Negara harus diberi wewenang? Apa yang sebenarnya diatur oleh administrasi Negara?
Bila dikatakan behwa hukum administrasi Negara adalah sekumpulan peraturan yang
mengatur hubungan antara administrasi Negara dengan warga masyarakat, hal itu berarti
pula bahwa hukum administrasi Negara mengatur hubungan antara pemerintah dengan
warga masyarakat.
Pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 5 tahun 1986 menyebutkan:
“Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun didaerah.”

2.2 Negara Hukum ( Rechtstaat )


2.2.1 pengertian Negara hukum
Dewasa ini, hamper semua Negara menyebut dirinya Negara hukum
sehingga adalah tidak popular lagi mengaku negaranya sebagai Negara totaliter
atau Negara kekuasaan. Sekalipun bentuk Negara itu adalah monarki
konstitusional, misalnya Britania Raya, Negara Belanda. Lalu apakah ciri suatu
Negara itu sehingga disebut Negara hukum? Apakah karena Negara itu
memiliki hukum? Tentunya suatu selera dan keinginannya dan kemudian
pemerintah itu bertindak sesuai hukum yang telah dibuatnya sendiri dan yang
mengawasi adalah dirinya sendiri pula, apakah Negara itu dapat dikatakan
Negara hukum ? tentu saja bukan itu yang dimaksud dengan Negara hukum.
Ada beberapa ciri Negara yang dapat disebut Negara hukum. Ciri-cirinya
adalah:
3
a. Supremecy of the law,
b. Equality before the law,
c. Constitution based on the human rights.

Menurut penjelasan UUD 1945, Negara republik Indonesia adalah


Negara yang berdasarkan atas hukum ( rechstaat ), tidak berdasarkan
kekuasaan belaka ( machtstaat ). Dengan pernyataan yang ada tertera pada
penjelasan UUD 1945 itu dan melihat ciri pertama dari Negara hukum, yaitu
supremacy of the law, hal ini berarti bahwa setiap tindakan administrasi
Negara haruslah berdasarkan hukum yang berlaku atau yang di sebut asas
legalitas. Namun, adanya asas legalitas saja tidak cukup untuk menyebutkan
suatu Negara adalah Negara hukum ( Sudargo Gautama, 1974 ). Asas legalitas
hanya merupakan satu unsur dari Negara hukum, selain itu masih perlu
diperhatikan unsur-unsur lainnya, seperti kesadaran hukum, perasaan keadilan
dan perikemanusiaan, baik dari rakyat maupun dari pemimpinnya ( Rochmat
Soemitro, peradilan Administrasi dalam Hukum Pajak di Indonesia, hal. 24).
Hal yang terakhir ini merupakan ciri kedua dan ketiga dari negara hukum,
yaitu equality before the law and constitution based on the human rights.

Untuk itu, dalam suatu Negara hukum diperlukan asas perlindungan, artinya
dalam UUD ada ketentuan yang menjamin hak-hak asasi manusia. UUD 1945
memuat beberapa asas yang memberikan perlindungan tersebut, yaitu:

a. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul ( pasal 28 ),


b. Kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan ( pasal
28 ),
c. Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ),
d. Kemerdekaan memeluk agama (pasal 29),
e. Berhak ikut mempertahankan Negara (pasal 30).
Dari uraian diatas itu dapat disimpulkan bahwa suatu Negara
hukum yang mempunyai ciri-ciri seperti yang disebutkan tadi dimuka, maka
lagi Hukum Administrasi Negara, hal itu berarti:
a. Adanya pembatasan kekuasaan Negara (asas legalitas)
b. Adanya pengakuan terhadap hak asasi,
c. Adanya pengawasan terhadap tindakan penguasa.

4
Prins dan Scholten mengatakan bahwa Negara hukum bukan
dilihat dari bentuk, tapi isinya. Hal itu berarti:
a. Bagaimana kekuasaan dijalankan,
b. Siapa yang mengawasinya.
Kedua hal ini yang membedakannya dengan Negara kekuasaan dan
bila ingin mengetahui apakah suatu Negara itu adalah Negara hukum, maka
yang harus diperhatikan adalah hukum administrasinya.

2.3 Klasifikasi Negara Hukum

Negara hukum dapat dibedakan menjadi :

a. Negara hukum klasik,


b. Negara hukum modern.

2.3.1 Negara Hukum Klasik


Negara hukum disebut Negara hukum klasik karena hukum timbul pada saat
sesudah terjadinya reformasi terhadap Negara totaliter pada zaman absolutisme,
dimana semua kekuasaan Negara berada dalam satu tangan. Artinya kekuasaan
eksekutif (melaksanakan UU), kekuasaan legislatif (membuat UU),dan kekuasaan
yudikatif (pengawasan) berada pada satu tangan , yaitu penguasa tunggal. Untuk
menghindari hal itu, setelah terjadi revolusi, Montesquieu sampai kepada doktrinya
yang terkenal, yakni doktrin trias politica yang memisahkan secara mutlak ketiga
kekuasaan yang di sebut tadi. Demi mencegah kekuasaan yang absolut itulah timbul
Negara hukum, dimana dengan asas legalitasnya menyatakan bahwa penguasa hanya
dapat bertindak atas dasar hukum yang berlaku. Oleh karena pada saat itu yang
berkuasa adalah aliran legisme yang menyatakan bahwa yang dinamakan hukum
adalah UU yang tertulis, maka hal itu berarti penguasa hanya dapat bertindak
berdasarkan UU yang mengaturnya terlebih dahulu dan penguasa eksekutif hanya
melaksanakan UU yang telah dibuat legislatif. Bila untuk masalah itu belum ada UU
yang mengaturnya, maka eksekutif tidak dapat bertindak. Negara hukum klasik ini
disebut Negara hukum sempit karena eksekutif benar-benar terbatas tindakannya. Hal
ini sesuai dengan zamannya, karena pada ketika itu tujuan Negara hanyalah menjaga
keamanan dan ketertiban. Jadi, Negara tugasnya hanya memelihara keamanan
rakyatnya sehingga Negara hukum yang demikian disebut pula Negara penjaga malam

5
(nachtwakkerstaat). Akibatnya, Negara tidak aktif mengatur kehidupan rakyatnya.
Dengan demikian, Hukum Administrasi Negara dalam arti hukum yang mengatur
hubungan penguasa dan rakyat juga terbatas sekali.

2.3.2 Negara Hukum Modern


Dalam perkembangan zaman aliran legisme yang menganggap hukum adalah
undang-undang sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Tidak semua masalah di dalam
masyarakat terakomodir di dalam undang-undang. Bila timbul masalah yang belum
ada aturannya tertulis di dalam undang-undang, maka pemerintah, baik eksekutif
maupun yudikatif tidak dapat menyelesaikannya (waterleiding arrest). Sehingga
timbulah pergeseran sekitas tahun 1919 bahwa melanggar hukum bukan hanya
melanggar undang-undang, tapi juga melanggar tata susila, kebiasaan, tata sopan
santun yang berlaku dalam masyarakat (Cohen-Lindenbaum arrest). Demikian juga
bagi Hukum Administrasi Negara, penguasaa tidak mungkin lagi diikat oleh undanfg-
undang atau peraturan tertulis semata.
Negara hukum modern, tujuannya bukan hanya menjaga keamanan, tapi disebut oleh
Lemaire bestuurszorg atau menyelenggarakan kesejahteraan umum oleh pemerintah.
Negara modern pun disebut sebagai Negara kesejahteraan atau welfare state.

2.4 Asas Legalitas


Dalam suatu Negara, terutama yang menyebut dirinya Negara hukum, unsur yang
pertama dan terutama adalah asas legalitas. Asas legalitas berbunyi “suatu perbuatan tidak
dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada”
pasal 1 ayat (1). Lalu apakah artinya asas ini bagi Hukum Administrasi Negara ?
Hukum Administrasi Negara dalam arti hukum yang mengatur hubungan antara
penguasa dan masyarakat berarti pula mengatur bagaimana penguasa bertindak terhadap
masyarakat. Dengan adanya asas legalitas sebagai unsur yang utama dalam suatu Negara
hukum maka hal itu berarti setiap tindakan administrasi Negara atau penguasa harus
berdasarkan hukum yang berlaku.bila seorang penguasa bertindak atas nama pemerintah
untuk mengatur masyarakat, tentunya harus mempunyai dasar hukum agar tindakannya
tidak sewenang-wenang. Selain itu agar wewenangnya juga dibatasi sesuai dengan fungsi
dan tugasnya.
Bagi Hukum Administrasi Negara , penerapan asas legalitas itu berarti setiap tindakan dan
perbuatan penguasa haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. Ketika aliran legisme
berkuasa, dimana hukum diartikan hanya sebagai UU atau peraturan tertulis, maka
6
penguasa atau administrasi Negara dapat bertindak mengatur masyarakat bila ada dasar
hukumnya yang tertulis. Berarti bila sudah ada UU yang mengatur masalah tersebut yang
dapat dipergunakan oleh penguasa sebagai dasar hukum dari tindakannya. Hal ini sah saja
selama administrasi Negara tugasnya tidak banyak sesuai dengan tujuan Negara, hanya
untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

2.5 Kebebasan Bertindak Administrasi Negara


Dengan adanya bestuurszorg, menjadi tugas pemerintah suatu Negara hukum modern
membawa suatu konsekuensi khusus bagi administrasi Negara atau penguasa.
Sebagaimana kita lihat dalam Negara yang tercantum dalam pemukaan UUD 1945 Alinea
keempat, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum serta dengan mewujudkan keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini juga dipertegas dalam GBHN Tahun 1999-
2004 melalui TAP MPR No.IV / MPR / 1999 bahwa “ penyelenggaraan Negara
dilaksanakan melalui pembagunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa, oleh
penyelenggaraan Negara “ dan “ pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan
kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilaksanakan secara berkelanjutan
berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global”
Hal ini membawa akibat pemerintah banyak turut campur dalam kehidupan rakyat
yang mendalam di semua sector. Campur tangan tersebut diatur oleh atau didasarkan pada
UU maupun peraturan pelaksanaan lainnya yang dilaksanalan oleh administrasi Negara.
Untuk menjalankan tugas-tugas servis public secara proaktif, maka bagi administrasi
Negara ada konsekuensi khusus yang disebut “kemerdekaan bertindak”, yaitu
kemerdekaan untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri, terutama dalam penyelesaian
masalah-masalah yang timbul dalam keadaan kegentingan memaksa dan yang peraturan
penyelesaiannya belum ada. Artinya belum dibuat oleh pembentuk UU. Hal ini disebut
Freies Ernessen.
Berbicara tentang kemerdekaan bertindak dari administrasi Negara dalam teori Hukum
Administrasi Negara, dikenal tiga jenis kemerdekaan bertindak, yaitu :
a. Freies Ermessen
Freies ermessen adalah kemerdekaan bertindak administrasi Negara atau
pemerintah (eksekutif) untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam keadaan

7
kegentingan yang memaksa, dimana peraturan penyelesaian untuk masalah itu
belum ada.
b. Delegasi Perundangan-Undangan
Delegasi perundang-undangan (delegasi van wetgeving) berarti administrasi
Negara diberi kekuasaan untuk membuat peraturan organic pada undang-undang.
Maksudnya, karena pembuat UU pusat tidak dapat memperhatikan setiap masalah
secara rinci yang timbul di seluruh wilayah Negara, maka sesuai sifatnya suatu
UU, pembuat UU pusat hanya membuat peraturan secara garis besarnya saja. Jadi,
berdasarkan delegasi perundang-undangan, maka pemerintah atau administrasi
Negara dapat membuat peraturan pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana
mestinya (pasal 5 Ayat 2 UUD 1945).
c. Droit function
Droit function adalah kemerdekaanseorang pejabat administrasi Negara tidak
berdasarkan delegasi yang tegas dalam menyelesaikan suatu persoalan yang
konkret. Kemerdekaan ini perlu agar administrasi Negara dapat menjalankan
pekerjaannya secara lancar, sesuai untuk memenuhi kebutuhan masing-masing
individu dan sekaligus mengoreksi hasil pembuatan UU.

2.6 Sumber Hukum


Setelah diuraikan tentang landasan HTUN yang menyangkut berbagai aspek, seperti
Negara hukum, asas legalitas dan kemerdekaan bertindak dari administrasi Negara, maka
sampailah kini pada apa yang disebut sumber hukum TUN. Maksudnya adalah bagaimana
pun bebasnya tindakan hukum TUN, tetapi haruslah tindakan itu tetap berada di dalam
koridor Negara hukum, artinya tetap harus berdasarkan aturan hukum yang berlaku (asas
legalitas). Ada dua sumber hukum bagi tindakan administrasi Negara yang merupakan juga
sumber hukum TUN, yaitu:
1. Sumber hukum tertulis,
2. Sumber hukum tidak tertulis yang dalam Hukum Administrasi Negara terkenal dengan
sebutan asas umum pemerintahan yang layak (baik) atau General Principles of Good
Government ( dalam bahasa belanda disebut sebagai Algemen Bepalingen van Behoorlijk
bestuur disingkat ABBB ).

2.6.1 Sumber Hukum Tertulis


Sumber hukum tertulis bagi ilmu hukum administrasi Negara adalah tiap
peraturan perundang-undangan dalam arti materiil yang berisi pengaturan tentang
8
wewenang badan/pejabat TUN untuk melakukan tindakan hukum TUN. Hal ini belum
dikodifikasi, tapi tersebar dalam bentuk UU khusus maupun peraturan lain.
Belinfante mengatakan bahwa sumber hukum tertulis HTUN “Tidak ditentukan
oleh tempat tercantumnya, tetapi oleh isi dari peraturan yang bersangkutan.”

Contohnya :

a. Dalam KUH Perdata, yaitu:


- permintaan ganti nama keluarga, UU Perkawinan ( sebagaian masuk
HTN ).
b. Dalam KUH Pidana, yaitu:
-UU lalu lintas jalan
c. Dalam peraturan perundang-undangan lain:
- UU tentang sewa menyewa tanah (hal ini termasuk sebagian hukum
perdata dan sebagai HAN dalam hal pengesahannya),
- UU Perburuhan ,
- UU Perumahan ,
- UU Pendidikan ,
- UU Kependudukan ,
- UU Lingkungan Hidup ,
- UU Perbajakan ,
- UU Kepegawaian.

Semua peraturan perundang-undangan itu harus dapat dikembalikan pada


dasar hukum tertinggi, yaitu UUD 1945. TAP MPR No. III / MPR / 2000 berisi
tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan, sebagai berikut.

1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU
4. Perpu
5. PP
6. Keppres
7. Perda.
Hal tersebut berbeda dengan TAP MPR XX / MPRS / 1966 tentang Kepmen
dan Permen yang tidak termasuk dalam hierarki. Tata urutan perundang-
undangan berdasarkan TAP MPRS No.XX /1966 adalah :

9
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU dan Perpu
4. PP
5. Keppres, Inpres
6. Permen, Instruksi Menteri, kepmen,
7. Perda, Kep. Kepala Daerah.

2.6.1 Sumber Hukum Tertulis


Hukum tertulis yang menjadi acuan bagi administrasi Negara untuk bertindak,
maka administrasi Negara mempunyai kebebasan bertindak dalam rangka
menyelenggarakan kepentingan umum, namum kebebasan tersebut harus tetap berada
dalam koridor hukum. Artinya, administrasi Negara tetap terikat pada asas legalitas.
Hal ini dimaksudkan agar administrasi Negara tidak salah bertindak atau tidak
sewenang-wenang dan di sisi lain masyarakat pun dapat perlindungan hukum.
Undang-undang No. 5 Tahun 1986, pasal 53 Ayat 2 menunjuk secara resmi bahwa
penyalahgunaan wewenang dijadikan dasar pembatalan suatu keputusan tata usaha
Negara. Dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan bahwa badan / pejabat tata usaha
Negara dalam mempersiapkan, mengambil, dan melaksanakan keputusan yang
bersangkutan harus memperhatikan asas-asas hukum yang tidak tertulis.
Tahun 1950, komisi de monchy di Belanda memperkenalkan sebagai Algemene
Beginselen van Behoorlijk Bestuur. Di Indonesia, hal itu diperkenalkan oleh Crince le
Roy dan Prof. kuntjoro Purbopranoto, di mana asas umum pemerintahan yang layak
disebut meliputi 13 asas. Namun, hal itu tidak berarti merupakan asas yang berlaku
sama di semua Negara di dunia, demikian pula tidak berarti bahwa 13 asas itu akan
selamanya tetap tidak berubah. Asas umum pemerintahan yang layak ini akan
berkembang sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman, sesuai dengan tata
nilai yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Di Indonesia yang mempunyai falsafah
Negara Pancasila, tentu saja nilai-nilai itu harus sesuai dengan nilai-nilai luhur
sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
Ketiga belas asas itu meliputi :
1. Asas kepastian hukum
Asas ini mengkehendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh
seseorang berdasarkan keputusan administrasi Negara yang sah ( dalam
arti telah memenuhi syarat formal dan materiil ).
10
2. Asas keseimbangan
Harus terdapat keseimbangan antara hukuman jabatan dan
kelalaian atau kealfaan seorang pegawai.
3. Asas kesamaan
Artinya, administrasi Negara harus mengambil keputusan yang
sama atas kasus yang sama ( kasuistis ). Menurut V. Vollenhoven, sifat
tindakan administrasi Negara ialah :
- Spontan
- Konkret,
- Kasuistis,
- Individudualistis.
4. Asas bertindak cermat
Asas bertindak cermat meliputi :
a. Formal
Artinya, administrasi Negara harus cermat waktu mempersiapkan
pembentukan keputusan, meliputi :
- Semua fakta
- Semua kepentingan,
- Dipelajari dan diteliti kebenaran semua pendapat.
b. Materiil
Jika keputusan dicabut , maka diberi ganti rugi.
5. Asas motivasi
Suatu keputusan harus memuat motivasi/pertimbangan yang
adil dan jelas. Dalam arti, dari pihak yang menerima agar dapat
mengerti dengan jelas, sedangkan dari pihak yang menolak sebagai
alasan untuk naik banding.
6. Asas jangan mencampuradukan kewenangan
Wewenang untuk mengeluarkan suatu keputusan diberikan
dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam hal ini, badan/ pejabat TUN
menggunakan wewenangnya menyimpang dari maksud dan tujuan
tersebut, maka hal ini disebut perbuatan melawan hukum.
7. Asas permainan yang layak
Badan/prjabat TUN harus memberikan kesempatan kepada
warga Negara untuk mencapai kebenaran dan keadilan dengan
mengajukan banding.
11
8. Asas keadilan ( Larangan Melanggar willekeur / bertentangan
dengan nalar yang sehat )
Badan / pejabat TUN dilarang membuat keputusan sewenang-
wenang.
9. Asas kepercayaan ( Menanggapi Pengharapan yang Wajar )
Harapan yang dijanjikan oleh badan / pejabat TUN tidak boleh
diingkari. Harapan / kepercayaan itu timbul karena kebijakan yang
sama selama bertahun-tahun.
10. Asas Meniadakan Akibat Keputusan yang Batal
Keputusan yang dibatalkan oleh instansi banding ( Majelis
Kepegawaian ). Akibatnya, badan / pejabat TUN semula harus
menerima kembali pegawai yang bersangkutan dan membayar semua
kerugian akibat keputusan itu.
11. Asa Perlindungan atas Pandangan Hidup
Sesuai masyarakat yang bersangkutan. Dinegara Indonesia
( bagi PNS ), diatur dalam PP 10/1983 mengenai izin istri, dan PP 45 /
1990 mengenai tidak menikah sesame karyawan.
12. Asas Kebijaksanaan
Badan / pejabat TUN harus dapat bertindak dengan berpijak
pada asas kebijaksaan ( sponta ), tidak perlu menunggu instruksi.
13. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum
Kepentingan umum meliputi kepentingan bangsa, masyarakat
dan Negara.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Utrech mengatakan bahwa Hukum Administrasi Negara ialah himpunan
peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab, maka Negara berfungsi. Dengan
kata lain, Hukum Adminitrasi Negara merupakan sekumpulan peraturan yang
memberi wewenang kepada administrasi Negara untuk mengatur masyarakat.
2. Menurut penjelasan UUD 1945, Negara republik Indonesia adalah Negara yang
berdasarkan atas hukum ( rechstaat ), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
( machtstaat ).
3. Negara hukum diperlukan asas perlindungan, artinya dalam UUD ada ketentuan
yang menjamin hak-hak asasi manusia. UUD 1945 memuat beberapa asas yang
memberikan perlindungan tersebut, yaitu:
a. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul ( pasal 28 ),
b. Kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan ( pasal 28 ),
c. Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ),
d. Kemerdekaan memeluk agama (pasal 29),
e. Berhak ikut mempertahankan Negara (pasal 30).

4. Negara hukum disebut Negara hukum klasik karena hukum timbul pada saat
sesudah terjadinya reformasi terhadap Negara totaliter pada zaman absolutisme,
dimana semua kekuasaan Negara berada dalam satu tangan.

5. Negara hukum modern, tujuannya bukan hanya menjaga keamanan, tapi disebut
oleh Lemaire bestuurszorg atau menyelenggarakan kesejahteraan umum oleh
pemerintah. Negara modern pun disebut sebagai Negara kesejahteraan atau
welfare state.

6. Dengan adanya asas legalitas sebagai unsur yang utama dalam suatu Negara
hukum maka hal itu berarti setiap tindakan administrasi Negara atau penguasa
harus berdasarkan hukum yang berlaku.

13
7. Hukum Administrasi Negara, dikenal tiga jenis kemerdekaan bertindak, yaitu :

a. Freies Ermessen

Freies ermessen adalah kemerdekaan bertindak administrasi Negara atau


pemerintah (eksekutif) untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam keadaan
kegentingan yang memaksa, dimana peraturan penyelesaian untuk masalah itu
belum ada.

c. Delegasi Perundangan-Undangan
Delegasi perundang-undangan (delegasi van wetgeving) berarti administrasi
Negara diberi kekuasaan untuk membuat peraturan organic pada undang-undang.
Maksudnya, karena pembuat UU pusat tidak dapat memperhatikan setiap masalah
secara rinci yang timbul di seluruh wilayah Negara, maka sesuai sifatnya suatu
UU, pembuat UU pusat hanya membuat peraturan secara garis besarnya saja. Jadi,
berdasarkan delegasi perundang-undangan, maka pemerintah atau administrasi
Negara dapat membuat peraturan pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana
mestinya (pasal 5 Ayat 2 UUD 1945).

c. Droit function

Droit function adalah kemerdekaanseorang pejabat administrasi Negara tidak


berdasarkan delegasi yang tegas dalam menyelesaikan suatu persoalan yang
konkret. Kemerdekaan ini perlu agar administrasi Negara dapat menjalankan
pekerjaannya secara lancar, sesuai untuk memenuhi kebutuhan masing-masing
individu dan sekaligus mengoreksi hasil pembuatan UU.

8. Sumber hukum tertulis,

9. Sumber hukum tidak tertulis yang dalam Hukum Administrasi Negara terkenal
dengan sebutan asas umum pemerintahan yang layak (baik) atau General
Principles of Good Government ( dalam bahasa belanda disebut sebagai Algemen
Bepalingen van Behoorlijk bestuur disingkat ABBB ).

3.2 SARAN

Saran saya adalah agar kedepannya sistem administrasi Negara yang ada di
Indonesia lebih baik lagi dan terus ditingkatkan,tidak menyulitkan warga dalam

14
melakukan administrasi serta meningkatkan pelayanan sistem administrasi terpadu
dan mudah dijangkau dan biaya ringan.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjoro,Diana halim. 2004 hukum administrasi Negara. Jakarta : ghalia Indonesia.

https://a http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-adm-
negara.htmlndruhk.blogspot.com/2012/07/hukum-administrasi-negara.html?m=0

http://pusdikmin.com/perpus/file/hukum%20administrasi%20negara.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai