Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AZAZ – AZAZ HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

DOSEN PENGAMPU : HERI DUDIATMAN, SH., MH.

Disusun oleh :

Nama : ABDUL GAFAR

NIM : 742012022017

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “azaz –azas hukum administerasi negara” ini dapat diselesaikan.
Tujuan pembuatan makalah ini sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Administrasi Negara di program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas
Gunung Rinjani .
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
meminta kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua rekan kelompok yang telah membantu
dalam pengerjaan makalah ini.

Sakra ,26 November 2023

Penulis

ABDUL GAFAR

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... I

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3

A. Hukum Administrasi Negara Dan Perkembangan Singkatnya ................................................ 3

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara............................................................................3

2. Asas Asas Hukum Administrasi Negara ............................................................................ 5

3. Dasar Dasar Administrasi Negara ......................................................................................6

4. Ruang Lingkup Administrasi Negara ..................................................................................6

5. Letak Hukum Administrasi Negara Dalam Sistimatika Ilmu Hukum ....................................7

6. Hubungan Hukum Administrasi Negara Dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya ......................7

B. Letak Kedudukan Hukum Administrasi Negara Dalam Tata Hukum Indonesia ....................... 8

1. Kedudukan Hukum Administrasi Negara .......................................................................... 8

2. Fungsi Fungsi Hukum Administrasi Negara ......................................................................10

C. Penegakan Hukum Administrasi Negara ...............................................................................13

D. Hubungan Hukum Administrasi Negara Dengan Hukum Lainnya ..........................................17

1. Hukum Administrasi Negara Dengan Han ........................................................................19

2. Hukum Administrasi Negara Dengan Hukum Pidana ........................................................20

3. Hukum Administrasi Negara Dan Hukum Perdata ............................................................20

4. Hukum Administrasi Negara Dengan Ilmu Administrsi Negara .........................................21

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................................22

A. Kesimpulan ..........................................................................................................................22

B. Saran ...................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................23

0
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan aktivitas
perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara keduanya.
Di saat sistem administrasi negara yang menjadi pilar pelayanan public menghadapi
masalah yang fundamental maka rekonseptualisasi, reposisi dan revitalisasi kedudukan
hukum administrasi negara menjadi satu keharusan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan dan penerapan good governance.

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI) secara luas memiliki arti
Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan sistem
penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, sedangkan dalam arti
sempit, SANRI adalah idiil Pancasila, Konstitusional – UUD 1945, operasional RPMJ
Nasional serta kebijakan-kebijakan lainnya.

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi dengan


faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam. Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan pelaksanaan tugas negara
diselenggarakan fungsi-fungsi negara yang masing-masing dilaksanakan oleh Lembaga
Negara yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dengan amandemennya.

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara merupakan bagian integral dari sistem


Penyelenggaraan negara. Operasionalisasi dari semua ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945
merupakan bagian yang sangat dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum administrasi,
yaitu pertama,hukum administrasi umum (allgemeem deel) , Yakni berkenaan dengan teori
teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi,tidak terikat
pada bidang-bidang tertentu , kedua hukum administrasi khusus (bijzonder deel) , yakni
hukum-hukum yang terkait dengan bidang-bidang pemerintahan tertentu seperti hukum
lingkungan, hukum tata ruang , hukum kesehatan dan sebagainya. Sekilas Tentang Negara
Hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang
dalam situasi kesejarahan. Oleh karena itu , meskipun konsep Negara hukum dianggap

2
sebagai konsep universal. Secara embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh
plato.

Ada tiga unsur dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu pertama, pemerintah
dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua pemerintah dilaksanakan menurut hukum
yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, bukan yang dibuat secara sewenang-
wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintah berkonstitusi
berarti pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan – tekanan
yang dilaksanakan pemerintah despotik. Dalam kaitannya dengan konstitusi bahwa konstitusi
meupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara dan menentukan apa yang dimaksudkan
dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat kami rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Hukum Adminisrtasi Negara
2. Bagaimanakah letak Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia ?
3. Bagaimanakah hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu yang lainnya?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Sistem Hukum
Indonesia dan ingin lebih mengetahui serta mengkaji tentang azas ilmu Hukum indonesia itu
sendiri khususnya dalam sub materi azas hukum administrasi negara.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Administrasi Negara Dan Perkembangan Singkatnya


1. Pengertian Hukum Administrasi Negara.

Hukum administrasi negara merupakan hukum yang mengatur segala tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat maupun tindakan-tindakan yang dilakukan
pejabat atau institusi satu ke institusi lainnya untuk menjalankan kepemerintahan, hukum
administrasi disebut juga hukum bergerak yang artinya segala sesuatu kegiatan yang
dilakukan oleh pejabat pemerintahan secara sempit maupun secara luas tunduk terhadap
hukum administrasi, dan dalam hal ini bebrapa pengertian menurut ephistimologi dan
pengerti yang diberikan oleh para ahli mengenai hukum administrasi negara secara sempit
maupun secara luas.

a) Pengertian Administrasi :

Menurut Prajudi Atmosudirdjo, administrasi dapat dipahami dalam dua pengertian :

a. Administrasi dalam pengertian sempit yaitu tata usaha ( office work). Contoh surat-
menyurat.

b. Administrasi dalam pengertian luas dapat ditinjau dari tiga sudut yaitu:

 Administrasi sebagai proses dalam masyarakat


 Administrasi sebagai suatu jenis kegiatan manusia ( arti fungsional).
 Administrasi sebagai kelompok orang yang secara bersama-sama sedang
menggerakkan kegiatan-kegiatan diatas ( arti kepranataan/institusioanal).
b) Pengertian Administrasi Negara

Pengertian Administrasi Negara Menurut para ahli.

1) Van Vollenhoven mengartikan hukum Administrasi Negara akan meliputi seluruh


kegiatan negara dalam arti luas, jadi tidak hanya terbatas pada tugas pemerintah
dalam arti sempit saja, tetapi juga meliputi tugas peradilan,polisi, dan tugas membuat
peraturan.

Menurut Van Vollenhoven Hukum Administrasi Negara dibagi dalam :

4
a. Bestuursrecht ( hukum pemerintahan),

b. Justitierecht (hukum peradilan),

c. Politierecht (hukum kepolisian), dan

d. Regelaarsrecht (hukum perundang-undangan).

Jadi menurut Van Vollenhoven dalam pendapatnya Hukum Administrasi Negara


adalah hukum tentang pendistribusian kekuasaan (fungsi-fungsi negara) kepada
lembaga-lembaga negara, dan hukum yang mengatur cara bekerjanya lembaga-
lembaga tersebut dalam menggunakan fungsi- fungsi yang telah diberikan (dalam
HTN).

2) AM. Donner HAN lebih dispesifikan pada pemerintahan.


3) Prajudi Atmosudirdjo, HAN dapat dipahami dalam 2 katagori yaitu:
a. HAN heteronom, yaitu hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fugsi
administrasi negara,.
b. HAN otonom, yaitu hukum oprasional yang dibuat atau dibentuk oleh
pemerintah/administrasi negara itu sendiri.
4) Logemann mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat dari
norma-norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk
memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang
khusus.”
5) Oppen Hein mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu
gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun
rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenagnya yang telah diberikan
kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”

Dari pengertian-pengertian para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwah


Hukum Adminstrasi Negara adalah:

1. Organisasi/institusi;

2. Bagaimana mengisi jabatan-jabatan dalam organisasi tersebut;

3. Bagaimana pemberian pelayanan dari aparatur pemerintah kepada masyarakat.

5
4. Bagaimana berlangsungnya kegiatan/ pelaksanaan tugas dari jabatan-jabatan
tersebut.

Istilah-istilah yang berkaitan dengan HAN, antara lain: Hukum Administrasi Negara,
Hukum Tata usaha Negara, Hukum Tata pemerintahan, Hukum Pemerintahan, Hukum
Administrasi, Adminstratieve recht, dan bestuurrecht.

Akan tetapi Mengenai pengertian Hukum Administrasi Negara hingga saat ini masih
belum ada kesepakatan atau kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh karena itu untuk
mendapatkan pemahaman yang cukup memadai maka dikemukakan batasan-batasan
pengertian Hukum Administrasi Negara.

Dari berbagai batasan pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut, maka dapat
disimpulakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum tentang
pengadministrasian Negara yaitu mengenai pemerintahan dan segala peraturan-peraturan
di dalamnya serta bagaiman menjalankan fungsi dan tugas pemerintahan tersebut dalam
bidang kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.

2. Asas-asas Hukum Administrasi Negara


a. Asas yuridikitas (rechtmatingheid): yaitu bahwah setiap tindakan pejabat
administrasi negara tidak boleh melanggar hukum (harus sesuai dengan rasa keadilan
dan kepatutan).
b. Asas legalitas (wetmatingheid): yaitu bahwah setiap tindakan pejabat administrasi
negara harus ada dasar hukumnya (ada peraturan dasar yang melandasinya). Apalagi
indonesia adalah negara hukum, maka asas legalitas adalah hal yang paling utama
dalam setiap tindakan pemerintah.
c. Asas diskresi yaitu kebebasan dari seorang pejabat administrasi negara untuk
mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri tetapi tidak bertentangan
dengan legalitas.
3. Dasar hukum Administrasi Negara

Dasar Hukum :

a. Pancasila
b. UUD 1945
c. TAP MPR
d. PERPU

6
e. PP
f. KEPPRES
g. PERMEN DAN KEPMEN
h. PERDA DAN KEPKADA
i. YURISPRODENSI
j. HUKUM TIDAK TERTULIS
k. HUKUM INTERNASIONAL
l. KEPTUN
m. DOKTRIN
4. Ruang lingkup Administrasi Negara

Isi dan ruang lingkup HAN secara tegas baru pada tahun 1926 diuraikan secara konkrit
oleh van vollenhoven. Setelah mengadakan peninjauan yang luas tentang peninjauan yang
luas tentang pembidangan hukum terutama di negara-negara prancis, jerman, dan amerika
Van Vollenhoven telah menggambarkan suatu skema mengenai tempat HAN didalam
kerangka hukum seluruhnya.

Berdasarkan kesimpulan tersebut yang kemudian terkenal dengan sebutan “Residu


Theori “ Van Vollenhoven dalam skemanya itu menyajikan pembidangan seluruh materi
hukum sebagai berikut:

1. Staatsrecht (mwterieel/hukum Tata Negara) meliputi :


 bestuur (pemerintahan)
 rechtspark (peradilan)
 politie (kepolisian)
 regeling (perundang-undangan)

2. Burgelijikerecht (materieel/hukum perdata)

3. Starfrecht(materieel/hukum pidana)

Administrasi Negara /materil dan formil Hukum Administrasi Negara meliputi :

a. Bestuursrecht (hukum pemerintahan) yang meliputi :

1) Staatsrechterlijke rechtspleging (formil/staatsrecht/peradilan tata negara)

7
2) Administrative rechtspleging (formil) administratiefrecht (pradilan administrasi
negara)
3) Burgelijke rechtspleging/ hukum acara perdata
4) Strafrechtspleging/ hukum acara pidana

b. Politierecht (hukum kepolisian)

c. Regelaarsrecht (hukum proses perundang-undangan).

Fokus utama dalam memplajari HAN lebih mengutamakan kelanjutan dari struktur
negara (yang menjadi fokus dalam HTN),yaitu bagaimana berfungsinya lembaga-lembaga
negara dalam menjalankan apa yang menjadi fungsi, kewenagan, dan tugas-tugasnya.

Tema-tema yang mendominasi dalam materi pelajaran HAN adalah hubungan antara
negara (khususnya pemeruntah) dengan warga negara (hubungan hukum pertikal
denganhukum publik).

5. Letak Hukum Administrasi Negara Dalam Sistimatika Ilmu Hukum

Ilmu Hukum Administrasi Negara adalah suatu sistem ilmiah dan merupakan salah satu
cabang ilmu Hukum yang lambat laun yang merupakan suatu displin hukum tersendiri.
Dengan memperlakukan hukum Administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmiah, maka kita
menerima dua hal, yaitu:

a. Menerima Hukum Administrasi Negara sebagai objek dari studi dan pendidikan
ilmiah;
b. Menerima Hukum Administrasi Negara sebagai suatu kesatuan dari aturan hukum
tertentu yang memerlukan metode tersendiri.
6. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Pengetahuan lainnya

Hubungan Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu Lain :

a. Administrasi negara, sebagai salah satu cabang dari ilmu sosial, kehidupannya
berlangsung dalam suatu lingkungan sosial tertentu, sehingga perwujudan
aktivitasnya senantiasa berhubungan erat dengan berbagai cabang ilmu
sosial,khususnya dengan ilmu sejarah, antropologi budaya, ilmu ekonomi,
administrasiniaga, ilmu jiwa, sosiologi dan ilmu politik.

8
b. Perspektif administrasi negara akan lebih gampang diungkapkan Dengan
mempergunakan analisis sejarah dan antropologi budaya. Penggunaan analisis
antropologi budaya akan melengkapi analisis sejarah.
c. Ilmu ekonomi menyumbangkan analisis biaya dan manfaat, sedang administrasi
niaga menyumbangkan konsep PPBS dan makna Gerakan Manajemen Ilmiah
kepada administrasi negara. Sementara ilmu jiwa membantu untuk memahami
individu dalam situasi administrasi.
d. Sosiologi telah memberikan pambahasan yang mendalam mengenai birokrasi dan
kooptasi, yang merupakan hal-hal yang amat menonjol dalam studi administrasi.

B. Letak Kedudukan Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia


1. Kedudukan Hukum Administrasi Negara

Keberadaan Hukum Administrasi Negara dalam suatu Negara sangatlah penting, baik
bagi administrasi Negara maupun masyarakat luas. Dengan adanya Hukum Administrasi
Negara, pihak administrasi Negara diharapkan dapat mengetahui batas-batas dan hakekat
kekuasaanya, tujuan dan sifat daripada kewajiban-kewajiban, juga bagaiman bentuk-bentuk
sanksinya bilamana mereka melakukan pelanggaran hukum.

Sedangkan dibagian yang lain, yakni bagi masyarakat, Hukum Administrasi Negara
merupakan perangkat norma-norma yang dapat digunakan untuk melindungi kepentingan
serta hak-hak mereka.

Seperti diketahui dalam ilmu hukum terdapat dua pembagian hukum, yaitu Hukum Privat
(Sipil) dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam hukum privat dan publik itu tidak lepas
dari isi dan sifat hubungan yang diatur dan bersumber dari kepentingan-kepentingan yang
hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan tetapi ada pula yang
bersifat umum. Hubungan hukum tersebut memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang
melingkupi hak-hak dan kewajiban dari dan terhadap siapa orang tersebut berhubungan.

Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan
warganya yang didalamnya termasuk Pidana, Hukum Tata Negara dan Hukum Tata
Pemerintahan (HAN). Pada mulanya, Hukum Administrasi Negara menjadi bagian dari
Hukum Tata Negara, tetapi karena perkembangan masyarakat dan studi hukum dimana ada
tuntutan akan munculnya kaidah-kaidah hukum baru dalam studi Hukum Administrasi

9
Negara maka lama kelamaan HAN menjadi lapangan studi sendiri, terpisah bahkan
mencakup masalah-masalah yang jauh lebih luas dari HTN. Kecenderungan seperti ini
tampak pula pada bagian-bagian tertentu dari HAN itu sendiri, seperti kecenderungan Hukum
Pajak yang cenderung untuk menjadi ilmu yang mandiri, terlepas dari HAN.

Dengan demikian, HAN merupakan bagian dari hukum publik karena berisi peraturan
yang berkaitan dengan masalah-masalah umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah
kepentingan nasional, masyarakat dan negara. Kepentingan umum harus lebih didahulukan
daripada kepentingan individu, golongan dan kepentingan daerah dengan pengertian bahwa
kepentingan perseorangan harus dilindungi secara seimbang, sehingga pada akhirnya akan
tercapai tujuan negara dan pemerintahan seperti tertera dengan jelas dalam pembukaan UUD
1945 yang berbunyi:

“…… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial…”

Hukum administrasi berisi peraturan-peraturan yang menyangkut “administrasi”.


Administrasi sendiri berarti “bestuur” (pemerintah). Dengan demikian, hukum administrasi
(administratief recht) dapat juga disebut dengan hukum tata pemerintahan (bestuursrecht).
Pemerintah (bestuur) juga dipandang sebagai fungsi pemerintahan (bestuursfunctie) yang
merupakan penguasa yang tidak termasuk pembentukan UU dan peradilan.
Hukum Administrasi Negara merupakan salah satu cabang atau bagian dari hukum yang
khusus. Dalam studi Ilmu Administrasi, mata kuliah Hukum Administrasi Negara merupakan
bahasan khusus tentang salah satu aspek dari administrasi, yakni bahasan mengenai aspek
hukum dari administrasi Negara. Sedangkan dikalangan PBB dan kesarjanaan internasional,
Hukum Administrasi Negara diklasifikasi baik dalam golongan ilmu-ilmu hukum maupun
dalam ilmu-ilmu administrasi.
Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana. Hukum
administrasi dapat dikatakan sebagai “hukum antara” (Poly-Juridisch Zakboekje h. B3/4).
Sebagai contoh Izin Bangunan. Dalam memberikan izin penguasa memperhatikan segi-segi
keamanan dari bangunan yang direncanakan. Dalam hal demikian, pemerintah menentukan
syarat-syarat keamanan. Disamping itu bagi yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan

10
tentang izin bangunan dapat ditegakkan sanksi pidana. W.F. Prins mengemukakan bahwa
“hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri in cauda venenum dengan
sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum secara harfiah berarti ada racun di
ekor/buntut).
Menurut isinya hukum dapat dibagi dalam Hukum Privat dan Hukum Publik. Hukum
Privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu
dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Sedangkan Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan
(warga negara), yang termasuk dalam hukum publik ini salah satunya adalah Hukum
Administrasi Negara.
Hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain
lapangan pekerjaan administrasi negara diatur dalam HTN, Hukum Privat dsbnya. Pengertian
HAN tidak identik dengan pengertian “hukum yang mengatur pekerjaan administrasi negara".
Maka dapat dikatakan bahwa HAN adalah suatu sb sistem dari Administrasi negara.

2. Fungsi-Fungsi Hukum Administrasi Negara

Hukum Adsministrasi Negara merupakan salah satu alat bagi implementasi tujuan negara
kesejahtraan welfare state, Maka pemahaman Hukum Administrasi Negara menjadi satu hal
yang sangat vital untuk dikembangkan dalam kehidupan bernegara. Dalam konsep welfare
state, administrasi negara diwajibkan untuk berperan secara aktif di seluruh segi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan terkait dari fungsi dari Hukum
Administrasi Negara sendiri, sebagai dasar dan alternative dalam mewujudkan Negara yang
sejahtera. Ada beberapa pakar Ilmu Hukum yang mengungkapkan pendapatnya terkait
dengan fungsi dari Hukum Administrasi Negara, yakni sebagai berikut:
Dalam pengertian umum, menurut Budiono fungsi hukum adalah untuk tercapainya
ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban umum adalah suatu keadaan yang menyangkut
penyelenggaraan kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama. Keadaan tertib yang umum
menyiratkan suatu keteraturan yang diterima secara umum sebagai suatu kepantasan minimal
yang diperlukan, supaya kehidupan bersama tidak berubah menjadi anarki. Menurut Sjachran
Basah ada lima fungsi hukum dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat, yaitu sebagai
berikut :

11
 Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang
hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
 Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa.
 Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan
penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
 Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara,
maupun sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
 Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam
mendapatkan keadilan.

Secara spesifik, fungsi HAN dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, yakni


fungsi normatif, fungsi instrumental, dan fungsi jaminan. Ketiga fungsi ini saling
berkaitan satu sama lain. Fungsi normatif yang menyangkut penormaan kekuasaan
memerintah jelas berkaitan erat dengan fungsi instrumental yang menetapkan
instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menggunakan kekuasaan
memerintah dan pada akhirnya norma pemerintahan dan instrumen pemerintahan
yang digunakan harus menjamin perlindungan hukum bagi rakyat.

1) Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara

Penentuan norma HAN dilakukan melalui tahap-tahap. Untuk dapat menemukan


normanya kita harus meneliti dan melacak melalui serangkaian peraturan perundang-
undangan. Artinya, peraturan hukum yang harus diterapkan tidak begitu saja kita temukan
dalam undang-undang, tetapi dalam kombinasi peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan
TUN yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Pada umumnya ketentuan undang-undang
yang berkaitan dengan HAN hanya memuat norma-norma pokok atau umum, sementara
periciannya diserahkan pada peraturan pelaksanaan. Penyerahan ini dikenal dengan istilah
terugtred atau sikap mundur dari pembuat undang-undang. Hal ini terjadi karena tiga sebab,
yaitu :

Karena keseluruhan hukum TUN itu demikian luasnya, sehingga tidak mungkin bagi
pembuat UU untuk mengatur seluruhnya dalam UU formal;

12
Norma-norma hukum TUN itu harus selalu disesuaikan dengan tiap perubahan-
perubahan keadaan yang terjadi sehubungan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi
yang tidak mungkin selalu diikuti oleh pembuat UU dengan mengaturnya dalam suatu UU
formal;

Di samping itu tiap kali diperlukan pengaturan lebih lanjut hal itu selalu berkaitan
dengan penilaian-penilaian dari segi teknis yang sangat mendetail, sehingga tidak sewajarnya
harus diminta pembuat UU yang harus mengaturnya. Akan lebih cepat dilakukan dengan
pengeluaran peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan TUN yang lebih rendah
tingkatannya, seperti Keppres, Peraturan Menteri, dan sebagainya.

Seperti disebutkan di atas bahwa setiap tindakan pemerintah dalam negara hukum harus
didasarkan pada asas legalitas. Hal ini berarti ketika pemerintah akan melakukan tindakan,
terlebih dahulu mencari apakah legalitas tindakan tersebut ditemukan dalam undang-undang.
Jika tidak terdapat dalam UU, pemerintah mencari dalam berbagai peraturan perundang-
undangan terkait. Ketika pemerintah tidak menemukan dasar legalitas dari tindakan yang
akan diambil, sementara pemerintah harus segera mengambil tindakan, maka pemerintah
menggunakan kewenangan bebas yaitu dengan menggunakan freies Ermessen. Meskipun
penggunaan freies Ermessen dibenarkan, akan tetapi harus dalam batas-batas tertentu.
Menurut Sjachran Basah pelaksanaan freies Ermessen harus dapat dipertanggung jawabkan,
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan secara hukum berdasarkan batas-atas dan
batas-bawah. Batas-atas yaitu peraturan yang tingkat derajatnya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang tingkat derajatnya lebih tinggi. Sedangkan batas-bawah
ialah peraturan yang dibuat atau sikap-tindak administrasi negara (baik aktif maupun pasif),
tidak boleh melanggar hak dan kewajiban asasi warga. Di samping itu, pelaksanaan freies
Ermessen juga harus memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Berdasarkan
keterangan singkat ini dapat dikatakan bahwa fungsi normatif HAN adalah mengatur dan
menentukan penyelenggaraan pemerintahan agar sesuai dengan gagasan negara hukum yang
melatarbelakanginya, yakni negara hukum Pancasila.

2) Fungsi Instrumental Hukum Administrasi Negara

Pemerintah dalam melakukan berbagai kegiatannya menggunakan instrumen yuridis


seperti peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya. Sebagaimana telah
disebutkan bahwa dalam negara sekarang ini khususnya yang mengaut type welfare state,

13
pemberian kewenangan yang luas bagi pemerintah merupakan konsekuensi logis, termasuk
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis
sebagai sarana untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.

3) Fungsi Jaminan Hukum Administrasi Negara

Menurut Sjachran Basah, perlindungan terhadap warga diberikan bilamana sikap tindak
administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan perlindungan
terhadap administrasi negara itu sendiri, dilakukan terhadap sikap tindaknya dengan baik dan
benar menurut hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan perkataan lain,
melindungi administrasi negara dari melakukan perbuatan yang salah menurut hokum. Di
dalam negara hukum Pancasila, perlindungan hukum bagi rakyat diarahkan kepada usaha-
usaha untuk mencegah terjadinya sengketa antara pemerintah dan rakyat, menyelesaikan
sengketa antara pemerintah dan rakyat secara musayawarah serta peradilan merupakan sarana
terakhir dalam usaha menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan rakyat.

Berdasarkan pemaparan fungsi-fungsi HAN ini, dapatlah disebutkan bahwa dengan


menerapkan fungsi-fungsi HAN ini akan tercipta pemerintahan yang bersih, sesuai dengan
prinsip-prinsip negara hukum. Pemerintah menjalankan aktifitas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku atau berdasarkan asas legalitas, dan ketika menggunakan freies Ermessen,
pemerintah memperhatikan asas-asas umum yang berlaku sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum. Ketika pemerintah menciptakan dan
menggunakan instrumen yuridis, maka dengan mengikuti ketentuan formal dan material
penggunaan instrumen tersebut tidak akan menyebabkan kerugian terhadap masyarakat.
Dengan demikian, jaminan perlindungan terhadap warga negarapun akan terjamin dengan
baik.

C. Penegakan Hukum Administrasi Negara

Setiap Negara memiliki tujuan bagaimana memberikan kesejahteraan dan


kemakmuran bagi warga negaranya. Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka dalam
menggerakkan roda pemerintahan diperlukan organ atau perangkat yang berkesesuaian fungsi
dan wewenang masing-masing. Pemberian kewenangan terhadap organ Negara tadi
merupakan salah satu dari ruang lingkup HTN. Sedangkan pembatasan kewenangan organ
tersebut termasuk dalam ruang lingkup HAN.

14
Sumber hukum dari Hukum Administrasi Negara pada umumnya, dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:

 Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi kaidah
hukum. Sumber hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa dalam pergaulan
masyarakat dan peristiwa-peristiwa itu dapat mempengaruhi bahkan menentukan
sikap manusia.
 Sumber hukum formal, yaitu sumber hukum yang sudah diberi bentuk tertentu.
Agar berlaku umum, suatu kaidah harus diberi bentuk sehingga pemerintah dapat
mempertahankannya.

Murid Oppenheim yaitu Van Vollenhoven membagi Hukum Administrasi Negara


menjadi 4 bagian yaitu:

1. Hukum Peraturan Perundangan (regelaarsrecht/the law of the legislative process

2. Hukum Tata Pemerintahan (bestuurssrecht/ the law of government)

3. Hukum Kepolisian (politierecht/ the law of the administration of security)

4. Hukum Acara Peradilan (justitierecht/ the law of the administration of justice),


yang terdiri dari:

a. Peradilan Ketatanegaraan
b. Peradilan Perdata
c. Peradilan Pidana
d. Peradilan Administrasi

Ditinjau dari sudut pertumbuhan dan perkembangan hukum administarsi negara, dalam
suatu negara modern, maka campur tangan pemerintah dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat menimbulakn kebutuhan akan adanya perangkat-perangkat HAN yang dapat
memberikan perlindungan dan jaminan hal-hal yang baru diberbagai sektor kehidupan
masyarakat.

15
Perwujudan peradilan administrasi negara dalam pengaturannya terdapat di dalam pasal
10 ayat (1) sub d UU Nomor 4 Tahun 1970 . Menurut P.Nicolai dan kawan-kawan sarana
penegakan hukum administrasi berisi:

 Pengawasasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan


ketaatan pada atau berdasarkan undang-undang yang bditetapkan
secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang meletakkan
kewajiban kepada individu
 Penerapan kewenangan sanksi pemerintahan Dalam menjalankan
tugas, seorang pejabat Administrasi Negara dibatasi oleh Asas-asas
sebagai berikut:

1) Asas Yuridiksitas (Rechtmatingheid), yaitu:

Setiap tindakan pejabat Administrasi Negara tidak boleh melanggar hukum


(harus sesuai dengan rasa keadilan dan kepatutan). Dan asas ini termasuk dalam
hukum tidak tertulis.

2) Asas Legalitas (Wetmatingheid), yaitu:

Setiap tindakan pejabat Administrasi Negara harus ada dasar hukumnya (ada
peraturan dasar yang melandasinya). Apalagi Indonesia adalah Negara Hukum, maka
azas legalitas adalah hal yang paling utama dalam setiap tindakan pemerintah.

3) Asas Diskresi dari Freis Ermessen, yaitu:

Kebebasan dari seorang pejabat Administrasi Negara untuk mengambil


keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri tetapi tidak bertentangan dengan legalitas
(Peraturan Perundang-Undangan).

Asas Diskresi dibagi dalam dua bagian yaitu:

a. Diskresi Terikat: Kebebasan dari seorang pejabat Adminsitrasi Negara


untuk mengambil keputusan, dengan menentukan pilihan yang telah ditentukan
Peraturan Perundang-Undangan.

16
b. Diskresi Bebas: Kebebasan seorang pejabat Administrasi Negara untuk
mengambil keputusan dengan membentuk keputusan baru karena tidak ditentukan
dalam Peraturan Perundang-Undangan.

4) Asas-asas umum dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik /


AUPB[, yang terdiri dari:

o Asas Kepastian Hukum


o Asas Keseimbangan
o Asas Kesamaan
o Asas Bertindak Cepat
o Asas Permainan yang layak
o Asas Keadilan dan Kewajaran
o Asas Perlindungan atas pandangan hidup
o Asas Kebijaksanaan
o Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum

Bedasarkan berbagai yurispundensi di Belanda atau Peraturan Perundang-Undangan di


Indonesia, tampak bahwa pelaksanaan paksaan pemerintah adalah wawanang yang diberikan
undang-undang kepada pemerintah, bukan kewajiban.

Kebebasan pemerintah menggunakan wewenang paksaan dibatasi oleh asas-asas umum


pemerintahan yang layak, seperti asas kecermatan, asas keseimbangan, asas kepestian hukum,
dan sebagainya.

Disamping itu, ketika pemerintahan menghadapi suatu kasus pelanggaran kaidah hukum
administrasi negara, misalnya pelanggaran ketentuan perizinan, pemerintah harus
mengunakan asas kecermatan, asas kepastian hukum, atau asas kebijaksanaan dengan
mengkaji secara cermat apakah pelanggaran izin tersebut bersifat subtansial atau tidak.
Sebagai contoh dapat diperhatikan dari fakta pelanggaran berikut ini:

1. Pelanggaran yang tidak bersifat subtansial : Seseorang mendirikan rumah


tinggal di daerah pemukiman, akan tetapi orang tersebut tidak memiliki izin
bagunan (IMB). Dalam hal ini, pemerintah tidak seepatutnya langsung
menggunakan paksaan pemerintahan, dengan membongkar rumah tersebut.

17
Terhadap pelanggaran yang tidak bersifat subtansial ini masih dapat di
legeslasi. Pemerintah harus memerintahkan kepada orang yang bersangkutan
untuk mengurus IMB. Jika orang tersebut, setelah diperintahkan dengan baik,
tidak mengurus izin, maka pemerintah bisa menerapkan bestuursdwang ,yaitu
pembongkaran.

2. Pelanggaran yang bersifat subtansial : Seorang membangun rumah dikawasan


industri atau seorang pengusaha membangun indusri dikawasan pemukiman
penduduk, yang berarti mendirikam bangunan tidak sesuai dengan tata ruang
atau rencana peruntukan (betemming) yang telah ditetapkan pemerintah dapat
langsung menetapkan bestuurswang.

Dengan demikian, maka untuk mewujudkan penegakan Hukum Administrasi Negara


yang baik, terutama di Indonesia sendiri, ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan
oleh Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan dalam melakukan suatu tindakan hokum,
yaitu melakukan pengawasasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan ketaatan
pada atau berdasarkan undang-undang yang bditetapkan secara tertulis dan pengawasan
terhadap keputusan yang meletakkan kewajiban kepada individu dan penerapan kewenangan
sanksi pemerintahan. Selain itu pemerintah juga harus memperhatkan asas-asas yang berlaku
bagi pejabat pemerintah Administrasi Negara.

D. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum yang lainnya

Pada mulanya antara HTN dan HAN merupakan satu cabang ilmu yang bernama Staats
en Administratief recht, kemudian pada tahun 1946 diadakan pemisahan, dan kedua cabang
ilmu tersebut berdiri sendiri.
Hubungan antara HTN dengan HAN diantara para sarjana ternyata terdapat perbedaan
pandangan yaitu ada sarjana yang menganggap bahwa antara HTN dengan HAN mempunyai
perbedaan prinsip, namun ada sarjana lain yang menganggap tidak ada perbedaan prinsip.
Kelompok sarjana yang membedakan secara prinsip diantaranya:
Oppenmeim, Van Vollenhoven, Logemen dan Van Praag.

 Menurut Oppenheim HTN adalah sekumpulan peraturan hukum yang membentuk


alat-alat perlengkapan negara dan aturan yang memberi wewenang kepada alat-
alat perlengkapan negara dan membagi-bagikan tugas pekerjaan pemmerintahan

18
modern antara beberapa alat perlengkapan negara di tingkat tinggi dan tingkat
rendah. Artinya negara dalam keadaan diam.

 HAN adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengikat alat-alat perlengkapan


negara yang tinggi dan yang rendah dalam rangka alat perlengkapan negara
mengunakan wewenang yang telah ditetapkan oleh HTN. Dengan demikian HAN
merupakan aturan-aturan mengenai negara dalam keadaan bergerak.

 Menurut Logeman HTN adalah mempelajari hubungan kompetensi sedangkan


HAN adalah mempelajari hubungan istimewa.

HTN mempelajari tentang:

1. Jabatan-jabatan yang ada dalam suatu negara.


2. Siapakah yang mengadakan jabatan
3. Dengan cara bagimana jabatan itu ditempati oleh pejabat.
4. Fungsi jabatan-jabatan,
5. Kekuasaan hukum jabatan-jabatan.
6. Hubungan antar masing-masing jabatan.
7. Dalam batas-batas manakah oran negara dapat melaksanakan tugasnya.

Sedangkan HAN merupakan pelajaran tentang hubungan istimewa, yang mempelajari


bentuk, sifat, dan akibat hukum yang ditimbulkan karena perbuatan-perbuatan hukum
istimewa yang dilakukan pejabat dalam melaksanakan tugasnya.
Kelompok yang tidak membedakan secara prinsip antara lain:
Kranenburg, Prins, Vigting, dan Van der Pot.

 Menurut Kranenbur hubungan antara HTN dengan HAN seperti hubungan BW


(KUH perdata) dengan WvK (Hukum dagang) yakni hubungan umum dan khusus.
HTN adalah peraturan-peraturan hukum yang mengandung struktur umum,
misalnya UUD, UU organik mengenai desentralisasi, sedangkan HAN merupakan
peraturan-peraturan khusus, UU kepegawaian, pajak, perburuhan dsb.

19
1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara

Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama kali mempekenalkan
ilmu hukum administrasi Negara sebagai ilmu hukum yang tumbuh langsung berdasarkan
keputusan-keputusan alat perlengkapan Negara berdasarkan praktik kenegaraan sehari-hari.
Maksudnya, keputusan raja dalam menyelesaikan sengketa antara pejabat dengan rakyat
merupakan kaidah Hukum Administrasi Negara.

Mr. W.F. Prins menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan aanhangsel
(embel-embel atau tambahan) dari hukum tata negara. Sementara Mr. Dr. Romeyn
menyatakan bahwa Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari pada negara dan
Hukum Administrasi Negara adalah mengenai pelaksanaan tekniknya. Pendapat Romeyn ini
dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah sejenis hukum yang melaksanakan
apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara, dan sejalan dengan teori Dwi Praja dari
Donner, maka Hukum Tata Negara itu menetapkan tugas (taakstelling) sedangkan Hukum
Administrasi Negara itu melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara
(taakverwezenlijking).

Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara adalah keseluruhan
peraturan hukum yang membentuk alat perlengkapan Negara dan menentukan kewenangan
alat-alat perlengkapan Negara tersebut, sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah
keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan Negara, baik tinggi maupun
rendah ketika alat-alat itu akan menggunakan kewenangan ketatanegaraan. Pada pihak yang
satu terdapatlah hukum tata negara sebagai suatu kelompok peraturan hukum yang
mengadakan badan-badan kenegaraan, yang memberi wewenang kepada badan-badan itu,
yang membagi pekerjaan pemerintah serta memberi bagian-bagian itu kepada masing-masing
badan tersebut yang tinggi maupun yang rendah. Hukum Tata Negara menurut Oppenheim
yaitu memperhatikan negara dalam keadaan tidak bergerak (staat in rust).

Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu kelompok ketentuan-
ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah bila badan-badan itu
menggunakan wewenangnya yang telah diberi kepadanya oleh hukum tata negara itu. Hukum
Administrasi negara itu menurut Oppenheim memperhatikan negara dalam keadaan bergerak
(staat in beweging). Tidak ada pemisahan tegas antara hukum tata Negara dan hukum
administrasi. Terhadap hukum tata Negara, hukum administrasi merupakan perpanjangan dari

20
hukum tata Negara. Hukum administrasi melengkapi hukum tata Negara, disamping sebagai
hukum instrumental (instrumenteel recht) juga menetapkan perlindungan hukum terhadap
keputusan –keputusan penguasa.

2. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana

Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai bahan pembantu
atau “hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena penetapan sanksi pidana merupakan
satu sarana untuk menegakkan hukum tata pemerintahan, dan sebaliknya peraturan-peraturan
hukum di dalam perundang-undangan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan
hukum Pidana. Sedangkan E. Utrecht mengatakan bahwa Hukum Pidana memberi sanksi
istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat, maupun atas pelanggaran kaidah
hukum publik yang telah ada. Pendapat lain dikemukakan oleh Victor Situmorang bahwa
“apabila ada kaidah Hukum Administrasi negara yang diulang kembali menjadi kaidah
hukum pidana, atau dengan perkataan lain apabila ada pelanggaran kaidah hukum
Administrasi negara, maka sanksinya terdapat dalam hukum pidana”.

3. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata

Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa Hukum
Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang organisasi negara dan
hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini mempunyai dua asas yaitu pertama,
negara dan badan hukum publik lainnya dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum
perdata, seperti peraturan-peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis
derogaat Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus mengesampingkan hukum umum, yaitu
bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi Negara maupun
oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan Hukum Administrasi
negara sebagai hukum khusus, tidak diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai hukum
umum.
Jadi terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata apabila

o saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum perdata menjadi
kaidah hukum Administrasi Negara.
• Badan Administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang dikuasasi oleh
hukum perdata.

21
• Suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan hukum administrasi negara maka kasus
itu diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Negara.

4. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara

Sebagaimana istilah administrasi, administrasi negara juga mempunyai berbagai macam


pengertian dan makna. Dimock dan Dimock, menyatakan bahwa sebagai suatu studi,
administrasi negara membahas setiap aspek kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk
melaksanakan hukum dan memberikan pengaruh pada kebijakan publik (public policy);
sebagai suatu proses, administrasi negara adalah seluruh langkah-langkah yang diambil
dalam penyelesaian pekerjaan; dan sebagai suatu bidang kemampuan, administrasi negara
mengorganisasikan dan mengarahkan semua aktivitas yang dikerjakan orang-orang dalam
lembaga-lembagapublik.
Kegiatan administrasi negra tidak dapat dipisahkan dari kegiatan politik pemerintah, dengan
kata lain kegiatan-kegiatan administrasi negara bukanlah hanya melaksanakan keputusan-
keputusan politik pemerintah saja, melainkan juga mempersiapkan segala sesuatu guna
penentuan kebijaksanaan pemerintah, dan juga menentukan keputusan-keputusan politik.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya . hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata
negara. kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan
hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh
suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah, untuk hukum administrasi negara
dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata usaha negara juga sering disebut
HTN dalam arti sempit.

B. Saran

Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar
terciptalah Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada didalam dapat
terlendungi hukum dari hal-hal yang meresahkan dan tidak mengenakan, sebagai Negara
hukum Indonesia adalah salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman di
negara Indonesia senantiasa terjaga dan terpelihara agar terciptalah kesejahteraan dan
ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah juga turut
turun langsung meninjau apakah seluruh masyarakat sudah mendapatkan hak-nya dilindungi
oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat yang mampu ataukah tidak mampu.
Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat juga dan masyarakatlah yang berhak
dijamin atas hukum.

Dalam penyusunan Makalah ini penulis tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan
dan kehilafan oleh sebab itu penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

A. Telaah Kepustakaan Daliyo, J.B., Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: prenhallindo,


2001).
Hadisoeprapto, Hartono, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, Cet. IV, 2000).
Kansil, C.S.T., Christien, S.T. Kansil, Pengantar Hukum Indonesia Jilid II, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003).
Muchsan, SH, 1981, Peradilan Administrasi Negara, Liberty,Yogyakarta; Muchsan,
SH, 1982, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Liberty,Yogyakarta;
Phillipus M. Hadjon dkk, 1993, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta;
Prajudi Atmosudirdjo, Prof. Dr. Mr., 1983, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia,
Jakarta;
SF Marbun dkk, 2001, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press,
Yogyakarta;
Soetami, A. Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2001).
Sudarsono, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991).
Yos Johan Utama , Hukum Administrasi Negara , BMP ADPU 4332 , Edisi 2 , 2016 ,
Universitas Terbuka.
Http://akucintahukum.blogspot.com/2011/08/pengertian-sumber-dan-objek- hukum.html, di
akses pada tanggal 04 April 2013.
http://www.landasanteori.com/2015/09/hukum-administrasi-negara-pengertian.html
http://pangeranarti.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-hukum-administrasi-
negara.html
http://www.sumbbu.com/2016/05/mengenal-hukum-administrasi-negara-pengertian-
kodifikasi-sistematika-dan-sumber-HAN.html

24

Anda mungkin juga menyukai