Disusun oleh :
NIM : 742012022017
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “azaz –azas hukum administerasi negara” ini dapat diselesaikan.
Tujuan pembuatan makalah ini sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Administrasi Negara di program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas
Gunung Rinjani .
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
meminta kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua rekan kelompok yang telah membantu
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis
ABDUL GAFAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... I
B. Letak Kedudukan Hukum Administrasi Negara Dalam Tata Hukum Indonesia ....................... 8
A. Kesimpulan ..........................................................................................................................22
B. Saran ...................................................................................................................................22
0
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan aktivitas
perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara keduanya.
Di saat sistem administrasi negara yang menjadi pilar pelayanan public menghadapi
masalah yang fundamental maka rekonseptualisasi, reposisi dan revitalisasi kedudukan
hukum administrasi negara menjadi satu keharusan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan dan penerapan good governance.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI) secara luas memiliki arti
Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan sistem
penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, sedangkan dalam arti
sempit, SANRI adalah idiil Pancasila, Konstitusional – UUD 1945, operasional RPMJ
Nasional serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum administrasi,
yaitu pertama,hukum administrasi umum (allgemeem deel) , Yakni berkenaan dengan teori
teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi,tidak terikat
pada bidang-bidang tertentu , kedua hukum administrasi khusus (bijzonder deel) , yakni
hukum-hukum yang terkait dengan bidang-bidang pemerintahan tertentu seperti hukum
lingkungan, hukum tata ruang , hukum kesehatan dan sebagainya. Sekilas Tentang Negara
Hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang
dalam situasi kesejarahan. Oleh karena itu , meskipun konsep Negara hukum dianggap
2
sebagai konsep universal. Secara embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh
plato.
Ada tiga unsur dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu pertama, pemerintah
dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua pemerintah dilaksanakan menurut hukum
yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, bukan yang dibuat secara sewenang-
wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintah berkonstitusi
berarti pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan – tekanan
yang dilaksanakan pemerintah despotik. Dalam kaitannya dengan konstitusi bahwa konstitusi
meupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara dan menentukan apa yang dimaksudkan
dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kami rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Hukum Adminisrtasi Negara
2. Bagaimanakah letak Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia ?
3. Bagaimanakah hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu yang lainnya?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Sistem Hukum
Indonesia dan ingin lebih mengetahui serta mengkaji tentang azas ilmu Hukum indonesia itu
sendiri khususnya dalam sub materi azas hukum administrasi negara.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum administrasi negara merupakan hukum yang mengatur segala tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat maupun tindakan-tindakan yang dilakukan
pejabat atau institusi satu ke institusi lainnya untuk menjalankan kepemerintahan, hukum
administrasi disebut juga hukum bergerak yang artinya segala sesuatu kegiatan yang
dilakukan oleh pejabat pemerintahan secara sempit maupun secara luas tunduk terhadap
hukum administrasi, dan dalam hal ini bebrapa pengertian menurut ephistimologi dan
pengerti yang diberikan oleh para ahli mengenai hukum administrasi negara secara sempit
maupun secara luas.
a) Pengertian Administrasi :
a. Administrasi dalam pengertian sempit yaitu tata usaha ( office work). Contoh surat-
menyurat.
b. Administrasi dalam pengertian luas dapat ditinjau dari tiga sudut yaitu:
4
a. Bestuursrecht ( hukum pemerintahan),
1. Organisasi/institusi;
5
4. Bagaimana berlangsungnya kegiatan/ pelaksanaan tugas dari jabatan-jabatan
tersebut.
Istilah-istilah yang berkaitan dengan HAN, antara lain: Hukum Administrasi Negara,
Hukum Tata usaha Negara, Hukum Tata pemerintahan, Hukum Pemerintahan, Hukum
Administrasi, Adminstratieve recht, dan bestuurrecht.
Akan tetapi Mengenai pengertian Hukum Administrasi Negara hingga saat ini masih
belum ada kesepakatan atau kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh karena itu untuk
mendapatkan pemahaman yang cukup memadai maka dikemukakan batasan-batasan
pengertian Hukum Administrasi Negara.
Dari berbagai batasan pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut, maka dapat
disimpulakan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum tentang
pengadministrasian Negara yaitu mengenai pemerintahan dan segala peraturan-peraturan
di dalamnya serta bagaiman menjalankan fungsi dan tugas pemerintahan tersebut dalam
bidang kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
Dasar Hukum :
a. Pancasila
b. UUD 1945
c. TAP MPR
d. PERPU
6
e. PP
f. KEPPRES
g. PERMEN DAN KEPMEN
h. PERDA DAN KEPKADA
i. YURISPRODENSI
j. HUKUM TIDAK TERTULIS
k. HUKUM INTERNASIONAL
l. KEPTUN
m. DOKTRIN
4. Ruang lingkup Administrasi Negara
Isi dan ruang lingkup HAN secara tegas baru pada tahun 1926 diuraikan secara konkrit
oleh van vollenhoven. Setelah mengadakan peninjauan yang luas tentang peninjauan yang
luas tentang pembidangan hukum terutama di negara-negara prancis, jerman, dan amerika
Van Vollenhoven telah menggambarkan suatu skema mengenai tempat HAN didalam
kerangka hukum seluruhnya.
3. Starfrecht(materieel/hukum pidana)
7
2) Administrative rechtspleging (formil) administratiefrecht (pradilan administrasi
negara)
3) Burgelijke rechtspleging/ hukum acara perdata
4) Strafrechtspleging/ hukum acara pidana
Fokus utama dalam memplajari HAN lebih mengutamakan kelanjutan dari struktur
negara (yang menjadi fokus dalam HTN),yaitu bagaimana berfungsinya lembaga-lembaga
negara dalam menjalankan apa yang menjadi fungsi, kewenagan, dan tugas-tugasnya.
Tema-tema yang mendominasi dalam materi pelajaran HAN adalah hubungan antara
negara (khususnya pemeruntah) dengan warga negara (hubungan hukum pertikal
denganhukum publik).
Ilmu Hukum Administrasi Negara adalah suatu sistem ilmiah dan merupakan salah satu
cabang ilmu Hukum yang lambat laun yang merupakan suatu displin hukum tersendiri.
Dengan memperlakukan hukum Administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmiah, maka kita
menerima dua hal, yaitu:
a. Menerima Hukum Administrasi Negara sebagai objek dari studi dan pendidikan
ilmiah;
b. Menerima Hukum Administrasi Negara sebagai suatu kesatuan dari aturan hukum
tertentu yang memerlukan metode tersendiri.
6. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Pengetahuan lainnya
a. Administrasi negara, sebagai salah satu cabang dari ilmu sosial, kehidupannya
berlangsung dalam suatu lingkungan sosial tertentu, sehingga perwujudan
aktivitasnya senantiasa berhubungan erat dengan berbagai cabang ilmu
sosial,khususnya dengan ilmu sejarah, antropologi budaya, ilmu ekonomi,
administrasiniaga, ilmu jiwa, sosiologi dan ilmu politik.
8
b. Perspektif administrasi negara akan lebih gampang diungkapkan Dengan
mempergunakan analisis sejarah dan antropologi budaya. Penggunaan analisis
antropologi budaya akan melengkapi analisis sejarah.
c. Ilmu ekonomi menyumbangkan analisis biaya dan manfaat, sedang administrasi
niaga menyumbangkan konsep PPBS dan makna Gerakan Manajemen Ilmiah
kepada administrasi negara. Sementara ilmu jiwa membantu untuk memahami
individu dalam situasi administrasi.
d. Sosiologi telah memberikan pambahasan yang mendalam mengenai birokrasi dan
kooptasi, yang merupakan hal-hal yang amat menonjol dalam studi administrasi.
Keberadaan Hukum Administrasi Negara dalam suatu Negara sangatlah penting, baik
bagi administrasi Negara maupun masyarakat luas. Dengan adanya Hukum Administrasi
Negara, pihak administrasi Negara diharapkan dapat mengetahui batas-batas dan hakekat
kekuasaanya, tujuan dan sifat daripada kewajiban-kewajiban, juga bagaiman bentuk-bentuk
sanksinya bilamana mereka melakukan pelanggaran hukum.
Sedangkan dibagian yang lain, yakni bagi masyarakat, Hukum Administrasi Negara
merupakan perangkat norma-norma yang dapat digunakan untuk melindungi kepentingan
serta hak-hak mereka.
Seperti diketahui dalam ilmu hukum terdapat dua pembagian hukum, yaitu Hukum Privat
(Sipil) dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam hukum privat dan publik itu tidak lepas
dari isi dan sifat hubungan yang diatur dan bersumber dari kepentingan-kepentingan yang
hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan tetapi ada pula yang
bersifat umum. Hubungan hukum tersebut memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang
melingkupi hak-hak dan kewajiban dari dan terhadap siapa orang tersebut berhubungan.
Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan
warganya yang didalamnya termasuk Pidana, Hukum Tata Negara dan Hukum Tata
Pemerintahan (HAN). Pada mulanya, Hukum Administrasi Negara menjadi bagian dari
Hukum Tata Negara, tetapi karena perkembangan masyarakat dan studi hukum dimana ada
tuntutan akan munculnya kaidah-kaidah hukum baru dalam studi Hukum Administrasi
9
Negara maka lama kelamaan HAN menjadi lapangan studi sendiri, terpisah bahkan
mencakup masalah-masalah yang jauh lebih luas dari HTN. Kecenderungan seperti ini
tampak pula pada bagian-bagian tertentu dari HAN itu sendiri, seperti kecenderungan Hukum
Pajak yang cenderung untuk menjadi ilmu yang mandiri, terlepas dari HAN.
Dengan demikian, HAN merupakan bagian dari hukum publik karena berisi peraturan
yang berkaitan dengan masalah-masalah umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah
kepentingan nasional, masyarakat dan negara. Kepentingan umum harus lebih didahulukan
daripada kepentingan individu, golongan dan kepentingan daerah dengan pengertian bahwa
kepentingan perseorangan harus dilindungi secara seimbang, sehingga pada akhirnya akan
tercapai tujuan negara dan pemerintahan seperti tertera dengan jelas dalam pembukaan UUD
1945 yang berbunyi:
“…… melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial…”
10
tentang izin bangunan dapat ditegakkan sanksi pidana. W.F. Prins mengemukakan bahwa
“hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri in cauda venenum dengan
sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum secara harfiah berarti ada racun di
ekor/buntut).
Menurut isinya hukum dapat dibagi dalam Hukum Privat dan Hukum Publik. Hukum
Privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu
dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Sedangkan Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan
(warga negara), yang termasuk dalam hukum publik ini salah satunya adalah Hukum
Administrasi Negara.
Hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain
lapangan pekerjaan administrasi negara diatur dalam HTN, Hukum Privat dsbnya. Pengertian
HAN tidak identik dengan pengertian “hukum yang mengatur pekerjaan administrasi negara".
Maka dapat dikatakan bahwa HAN adalah suatu sb sistem dari Administrasi negara.
Hukum Adsministrasi Negara merupakan salah satu alat bagi implementasi tujuan negara
kesejahtraan welfare state, Maka pemahaman Hukum Administrasi Negara menjadi satu hal
yang sangat vital untuk dikembangkan dalam kehidupan bernegara. Dalam konsep welfare
state, administrasi negara diwajibkan untuk berperan secara aktif di seluruh segi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan terkait dari fungsi dari Hukum
Administrasi Negara sendiri, sebagai dasar dan alternative dalam mewujudkan Negara yang
sejahtera. Ada beberapa pakar Ilmu Hukum yang mengungkapkan pendapatnya terkait
dengan fungsi dari Hukum Administrasi Negara, yakni sebagai berikut:
Dalam pengertian umum, menurut Budiono fungsi hukum adalah untuk tercapainya
ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban umum adalah suatu keadaan yang menyangkut
penyelenggaraan kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama. Keadaan tertib yang umum
menyiratkan suatu keteraturan yang diterima secara umum sebagai suatu kepantasan minimal
yang diperlukan, supaya kehidupan bersama tidak berubah menjadi anarki. Menurut Sjachran
Basah ada lima fungsi hukum dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat, yaitu sebagai
berikut :
11
Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang
hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa.
Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan
penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara,
maupun sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam
mendapatkan keadilan.
Karena keseluruhan hukum TUN itu demikian luasnya, sehingga tidak mungkin bagi
pembuat UU untuk mengatur seluruhnya dalam UU formal;
12
Norma-norma hukum TUN itu harus selalu disesuaikan dengan tiap perubahan-
perubahan keadaan yang terjadi sehubungan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi
yang tidak mungkin selalu diikuti oleh pembuat UU dengan mengaturnya dalam suatu UU
formal;
Di samping itu tiap kali diperlukan pengaturan lebih lanjut hal itu selalu berkaitan
dengan penilaian-penilaian dari segi teknis yang sangat mendetail, sehingga tidak sewajarnya
harus diminta pembuat UU yang harus mengaturnya. Akan lebih cepat dilakukan dengan
pengeluaran peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan TUN yang lebih rendah
tingkatannya, seperti Keppres, Peraturan Menteri, dan sebagainya.
Seperti disebutkan di atas bahwa setiap tindakan pemerintah dalam negara hukum harus
didasarkan pada asas legalitas. Hal ini berarti ketika pemerintah akan melakukan tindakan,
terlebih dahulu mencari apakah legalitas tindakan tersebut ditemukan dalam undang-undang.
Jika tidak terdapat dalam UU, pemerintah mencari dalam berbagai peraturan perundang-
undangan terkait. Ketika pemerintah tidak menemukan dasar legalitas dari tindakan yang
akan diambil, sementara pemerintah harus segera mengambil tindakan, maka pemerintah
menggunakan kewenangan bebas yaitu dengan menggunakan freies Ermessen. Meskipun
penggunaan freies Ermessen dibenarkan, akan tetapi harus dalam batas-batas tertentu.
Menurut Sjachran Basah pelaksanaan freies Ermessen harus dapat dipertanggung jawabkan,
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan secara hukum berdasarkan batas-atas dan
batas-bawah. Batas-atas yaitu peraturan yang tingkat derajatnya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang tingkat derajatnya lebih tinggi. Sedangkan batas-bawah
ialah peraturan yang dibuat atau sikap-tindak administrasi negara (baik aktif maupun pasif),
tidak boleh melanggar hak dan kewajiban asasi warga. Di samping itu, pelaksanaan freies
Ermessen juga harus memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Berdasarkan
keterangan singkat ini dapat dikatakan bahwa fungsi normatif HAN adalah mengatur dan
menentukan penyelenggaraan pemerintahan agar sesuai dengan gagasan negara hukum yang
melatarbelakanginya, yakni negara hukum Pancasila.
13
pemberian kewenangan yang luas bagi pemerintah merupakan konsekuensi logis, termasuk
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis
sebagai sarana untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.
Menurut Sjachran Basah, perlindungan terhadap warga diberikan bilamana sikap tindak
administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan perlindungan
terhadap administrasi negara itu sendiri, dilakukan terhadap sikap tindaknya dengan baik dan
benar menurut hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan perkataan lain,
melindungi administrasi negara dari melakukan perbuatan yang salah menurut hokum. Di
dalam negara hukum Pancasila, perlindungan hukum bagi rakyat diarahkan kepada usaha-
usaha untuk mencegah terjadinya sengketa antara pemerintah dan rakyat, menyelesaikan
sengketa antara pemerintah dan rakyat secara musayawarah serta peradilan merupakan sarana
terakhir dalam usaha menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan rakyat.
14
Sumber hukum dari Hukum Administrasi Negara pada umumnya, dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
Sumber hukum material, yaitu sumber hukum yang turut menentukan isi kaidah
hukum. Sumber hukum material ini berasal dari peristiwa-peristiwa dalam pergaulan
masyarakat dan peristiwa-peristiwa itu dapat mempengaruhi bahkan menentukan
sikap manusia.
Sumber hukum formal, yaitu sumber hukum yang sudah diberi bentuk tertentu.
Agar berlaku umum, suatu kaidah harus diberi bentuk sehingga pemerintah dapat
mempertahankannya.
a. Peradilan Ketatanegaraan
b. Peradilan Perdata
c. Peradilan Pidana
d. Peradilan Administrasi
Ditinjau dari sudut pertumbuhan dan perkembangan hukum administarsi negara, dalam
suatu negara modern, maka campur tangan pemerintah dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat menimbulakn kebutuhan akan adanya perangkat-perangkat HAN yang dapat
memberikan perlindungan dan jaminan hal-hal yang baru diberbagai sektor kehidupan
masyarakat.
15
Perwujudan peradilan administrasi negara dalam pengaturannya terdapat di dalam pasal
10 ayat (1) sub d UU Nomor 4 Tahun 1970 . Menurut P.Nicolai dan kawan-kawan sarana
penegakan hukum administrasi berisi:
Setiap tindakan pejabat Administrasi Negara harus ada dasar hukumnya (ada
peraturan dasar yang melandasinya). Apalagi Indonesia adalah Negara Hukum, maka
azas legalitas adalah hal yang paling utama dalam setiap tindakan pemerintah.
16
b. Diskresi Bebas: Kebebasan seorang pejabat Administrasi Negara untuk
mengambil keputusan dengan membentuk keputusan baru karena tidak ditentukan
dalam Peraturan Perundang-Undangan.
Disamping itu, ketika pemerintahan menghadapi suatu kasus pelanggaran kaidah hukum
administrasi negara, misalnya pelanggaran ketentuan perizinan, pemerintah harus
mengunakan asas kecermatan, asas kepastian hukum, atau asas kebijaksanaan dengan
mengkaji secara cermat apakah pelanggaran izin tersebut bersifat subtansial atau tidak.
Sebagai contoh dapat diperhatikan dari fakta pelanggaran berikut ini:
17
Terhadap pelanggaran yang tidak bersifat subtansial ini masih dapat di
legeslasi. Pemerintah harus memerintahkan kepada orang yang bersangkutan
untuk mengurus IMB. Jika orang tersebut, setelah diperintahkan dengan baik,
tidak mengurus izin, maka pemerintah bisa menerapkan bestuursdwang ,yaitu
pembongkaran.
Pada mulanya antara HTN dan HAN merupakan satu cabang ilmu yang bernama Staats
en Administratief recht, kemudian pada tahun 1946 diadakan pemisahan, dan kedua cabang
ilmu tersebut berdiri sendiri.
Hubungan antara HTN dengan HAN diantara para sarjana ternyata terdapat perbedaan
pandangan yaitu ada sarjana yang menganggap bahwa antara HTN dengan HAN mempunyai
perbedaan prinsip, namun ada sarjana lain yang menganggap tidak ada perbedaan prinsip.
Kelompok sarjana yang membedakan secara prinsip diantaranya:
Oppenmeim, Van Vollenhoven, Logemen dan Van Praag.
18
modern antara beberapa alat perlengkapan negara di tingkat tinggi dan tingkat
rendah. Artinya negara dalam keadaan diam.
19
1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara
Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama kali mempekenalkan
ilmu hukum administrasi Negara sebagai ilmu hukum yang tumbuh langsung berdasarkan
keputusan-keputusan alat perlengkapan Negara berdasarkan praktik kenegaraan sehari-hari.
Maksudnya, keputusan raja dalam menyelesaikan sengketa antara pejabat dengan rakyat
merupakan kaidah Hukum Administrasi Negara.
Mr. W.F. Prins menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan aanhangsel
(embel-embel atau tambahan) dari hukum tata negara. Sementara Mr. Dr. Romeyn
menyatakan bahwa Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari pada negara dan
Hukum Administrasi Negara adalah mengenai pelaksanaan tekniknya. Pendapat Romeyn ini
dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah sejenis hukum yang melaksanakan
apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara, dan sejalan dengan teori Dwi Praja dari
Donner, maka Hukum Tata Negara itu menetapkan tugas (taakstelling) sedangkan Hukum
Administrasi Negara itu melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara
(taakverwezenlijking).
Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara adalah keseluruhan
peraturan hukum yang membentuk alat perlengkapan Negara dan menentukan kewenangan
alat-alat perlengkapan Negara tersebut, sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah
keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan Negara, baik tinggi maupun
rendah ketika alat-alat itu akan menggunakan kewenangan ketatanegaraan. Pada pihak yang
satu terdapatlah hukum tata negara sebagai suatu kelompok peraturan hukum yang
mengadakan badan-badan kenegaraan, yang memberi wewenang kepada badan-badan itu,
yang membagi pekerjaan pemerintah serta memberi bagian-bagian itu kepada masing-masing
badan tersebut yang tinggi maupun yang rendah. Hukum Tata Negara menurut Oppenheim
yaitu memperhatikan negara dalam keadaan tidak bergerak (staat in rust).
Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu kelompok ketentuan-
ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah bila badan-badan itu
menggunakan wewenangnya yang telah diberi kepadanya oleh hukum tata negara itu. Hukum
Administrasi negara itu menurut Oppenheim memperhatikan negara dalam keadaan bergerak
(staat in beweging). Tidak ada pemisahan tegas antara hukum tata Negara dan hukum
administrasi. Terhadap hukum tata Negara, hukum administrasi merupakan perpanjangan dari
20
hukum tata Negara. Hukum administrasi melengkapi hukum tata Negara, disamping sebagai
hukum instrumental (instrumenteel recht) juga menetapkan perlindungan hukum terhadap
keputusan –keputusan penguasa.
Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai bahan pembantu
atau “hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena penetapan sanksi pidana merupakan
satu sarana untuk menegakkan hukum tata pemerintahan, dan sebaliknya peraturan-peraturan
hukum di dalam perundang-undangan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan
hukum Pidana. Sedangkan E. Utrecht mengatakan bahwa Hukum Pidana memberi sanksi
istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat, maupun atas pelanggaran kaidah
hukum publik yang telah ada. Pendapat lain dikemukakan oleh Victor Situmorang bahwa
“apabila ada kaidah Hukum Administrasi negara yang diulang kembali menjadi kaidah
hukum pidana, atau dengan perkataan lain apabila ada pelanggaran kaidah hukum
Administrasi negara, maka sanksinya terdapat dalam hukum pidana”.
Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa Hukum
Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang organisasi negara dan
hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini mempunyai dua asas yaitu pertama,
negara dan badan hukum publik lainnya dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum
perdata, seperti peraturan-peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis
derogaat Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus mengesampingkan hukum umum, yaitu
bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi Negara maupun
oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan Hukum Administrasi
negara sebagai hukum khusus, tidak diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai hukum
umum.
Jadi terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata apabila
o saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum perdata menjadi
kaidah hukum Administrasi Negara.
• Badan Administrasi negara melakukan perbuatan-perbuatan yang dikuasasi oleh
hukum perdata.
21
• Suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan hukum administrasi negara maka kasus
itu diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Negara.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya . hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata
negara. kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan
hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh
suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah, untuk hukum administrasi negara
dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata usaha negara juga sering disebut
HTN dalam arti sempit.
B. Saran
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar
terciptalah Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada didalam dapat
terlendungi hukum dari hal-hal yang meresahkan dan tidak mengenakan, sebagai Negara
hukum Indonesia adalah salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman di
negara Indonesia senantiasa terjaga dan terpelihara agar terciptalah kesejahteraan dan
ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah juga turut
turun langsung meninjau apakah seluruh masyarakat sudah mendapatkan hak-nya dilindungi
oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat yang mampu ataukah tidak mampu.
Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat juga dan masyarakatlah yang berhak
dijamin atas hukum.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan
dan kehilafan oleh sebab itu penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24