Makalah Kelompok 3 Integrasi Nasional (PKW) .
Makalah Kelompok 3 Integrasi Nasional (PKW) .
INTEGRASI NASIONAL
Nama Kelompok:
1. AWALUDIN (742012022012).
2. HENI ANGGUNA PUTRI (742012022038).
3. MARHANDI (157420168519)
4. MUH. FIRDAUS (742012022031).
5. MUHAMMAD NABIL (742012022037)
FAKULTAS HUKUM
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah ini yang berfungsi untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………2
1.3 Tujuan ………………………………………………………....2
1.4 Manfaat …………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Integrasi Nasional dan …………………………….3
Pluralitas Masyarakat Indonesia
2.1.1 Pentingnya Integrasi …………………………….6
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi …………………………….7
Integrasi Nasional
2.1.3 Pluralitas Masyarakat ……………………………9
2.1.4 Toleransi ……………………………11
2.1.5 Potensi Konflik Dalam Masyarakat ……………………………11
2.2 Strategi integrasi ……………………………..14
2.2.1 Strategi Yang Digunakan Untuk …………………………….16
Menciptakan Integrasi Bangsa Indonesia
2.3 Integrasi Nasional Indonesia ……………………………..17
2.3.1 Mewujudkan Integrasi Nasional ……………………………..19
2.3.2 Ancaman, Tantangan, Dan Gangguan ……………………………..21
2.3.3 Upaya Pembangunan Integrasi Sosial ……………………………..25
2.3.4 Upaya Yang Dapat Dilakukan ……………………………..28
Untuk Memperkukuh Integrasi Bangsa
2.3.5 Membangun Integrasi Dalam Bhineka ……………………………..29
2.3.6 Peran Serta Warga Negara Dalam ……………………………..29
Menjaga Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
iii
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………30
3.2 Saran ………………………………………………………………31
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Agar penulis tidak menyimpang jauh dari materi yang dibahas, maka penulis ingin
menyusun makalah ini secara sistematis. Dalam hal ini penulis ingin membahas mengenai integrasi
nasional. Agar masyarakat khusunya pelajar maupun mahasiswa dapat mengetahui betapa
pentingnya integrasi nasional bagi bangsa indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Intergasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial akan
terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial,
nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah pembauran atau
asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Oleh sebab itu, istilah integrasi
berarti membuat unsur-unsur tertentu manjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh (Hendropuspito
dalam Depdikbud, 1997: 24).
(Menurut Widjaja dalam Depdikbud 1997:24) Integrasi adalah keserasian satuan-satuan
yang terdapat dalam suatu system, dan bukan penyeragaman, namun merupakan hubungan satuan-
satuan yang sedemikian rupa serta tidak merugikan masing-masing satuan. Yang baik saling
mendukung satuan serta masih memiliki identitas masing-masing dan saling menguntungkan.
Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Sementara
pembauran dapat berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur
kebudayaan (cultural traits) mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi
suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui difusi (penyebaran),
dimana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan
konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu. Cara penanggulangan masalah konflik
adalah melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur - unsur kebudayaan baru dan lama. Inilah
yang disebut sebagai Integrasi Sosial (Theodorson & Theodorson, 1979 dalam Danandjaja,
1999).
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada
pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang
kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
3
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga
akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integrasi Nasional memiliki arti yang
politis dan antropologis.
a. Secara Politis
Integrasi Nasional secara politis ini memiliki arti bahwa penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas
nasional.
b. Secara Antropologis
Integrasi Nasional secara antropologis ini berarti bahwa proses penyesuaian diantara
unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu kesatuan fungsi di
dalam kehidupan masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari
kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena
kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan,hal ini juga
akhirnya menimbulkan masalah yang baru.Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang
melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat
mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Intergasi nasional dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial akan
terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial,
nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan berbagai aspek perbedaan
sosial budaya yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.. Dengan demikian Integrasi
nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi
suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak
jumlahnya menjadi suatu bangsa.
4
Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi
yaitu:
1. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budayadan sosial dalam
satu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional,membangun rasa kebangsaan
dengan cara menghapus kesetiaan padaikatan-ikatan yang lebih sempit.
2. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di
atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakankelompok-kelompok sosial
budaya masyarakat tertentu.
3. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintahdengan yang
diperintah. Mendekatkan perbedaan perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok
elit dan massa.
4. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yangdiperlukan
dalam memelihara tertib sosial.
5. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yangditerima demi
mencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5 (lima) tipe integrasi :
1. Integrasi nasional
2. Integrasi wilayah
3. Integrasi nilai
4. Integrasi elit-elit massa
5. Integrasi tingkah laku(tindakan integratif)
Kelima pendekatan yang selanjutnya kami sebut sebagai faktor yang menentukan tingkat integrasi
suatu negara adalah:
1) adanya ancaman dari luar
2) gaya politik kepemimpinan
3) kekuatan lembaga-lembaga politik,
4) ideologi nasional, dan
5) kesempatan pembangunan ekonomi
Hampir senada dengan pendapat di atas, Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu
kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila:
5
1. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat
dijadikan rujukan bersama
2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “croos cuttingaffiliation”
sehingga menghasilkan “croos cutting loyality”
3. Masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun
di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.
6
membuat integrasi nasional susah diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia
menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika.
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat Indonesia
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan negara
yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan karena
integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang
ada di Indonesia.
7
j) Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan adanyadan munculnya semangat
nasionalisme dalam kalangan Bangsa Indonesia
8
2.1.3 Pluralitas Masyarakat Indonesia
Masyarakar indonesia merupakan masyarakat pluralis atau masyarakat majemuk
merupakan suatu hal yang sudah sama-sama di mengerti.
Menurut Clifford Geertz,masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-
sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri,dalam mana masing-masing sub sistem terkait
ke dalam oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial
Dalam dimensi horizontal kemajemukan masyarakat indonesia dapat dilihat dari adanya
berbagai macam suku bangsa seperti suku bangsa jawa, suku bangsa sunda, suku bangsa batak,
suku bangsa minangkabau, suku bangsa dayak, dll. Tentang berapa jumlah suku bangsa yang ada
di indonesia, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara para ahli tentang
indonesia. Hildred geertz misalnya menyebutkan adanya lebih dari 300 suku bangsa di indonesia
dengan bahasa dan identitas kulturalnya masing-masing. Sedangkan skinner menyebutkan lebih
dari 35 suku bangsa di indonesia dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan yang mencolok dari jumlah suku bangsa yang disebutkan oleh masing-masing, dapat
dikatakan bahwa masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk.
9
Suku-suku bangsa ini biasa dinamakan bangsa, seperti bangsa melayu, bangsa jawa, bangsa bugius
dan sebagainya. Masing-masing suku bangsa memiliki wilayah kediaman sendiri, daerah tempat
kediaman nenek moyang suku bangsa yang bersangkutan yang pada umumnya dinyatakan melalui
mitos yang meriwayatkan asal-usul suku bangsa yang bersangkutan. Anggota masing-masing suku
bangsa cenderung memiliki identitas tersendiri sebagai anggota suku bangsa yang bersangkutan,
sehingga dalam keadaan tertentu mereka mewujudkan rasa setiakawan, solidaritas dengan sesama
suku bangsa asal. (bachtiar, 1992: 12).
Berkaitan erat dengan keragaman suku sebagaimana dikemukakan diatas adalah
keragaman adat istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Setiap suku bangsa yang ada di indonesia
masing-masing memiliki adat istiadat, budaya, dan bahasanya yang berbeda satu sama lain, yang
sekarang dikenal sebagai adat istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Kebudayaan suku selain terdiri
atas nilai-nilai dan aturan-aturan tertentu, juga terdiri atas kepercayaan-kepercayaan tertentu,
pengetahuan tertentu, serta sastra dan seni yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara umum
dapat dikatakan bahwa sebanyak suku bangsa yang ada di indonesia, setidak-tidaknya sebanyak
itu pula dapat dijumpai keragaman adat istiadat, budaya serta bahasa daerah indonesia.
Disamping suku-suku bangsa tersebut, yang bisa dikatakan sebagai suku bangsa asli, di
indonesia juga terdapat kelompok-kelompok warga mayarakat yang lain yang sering dikatakan
sebagai warga peranakan. Mereka itu seperti warga cina, arab, dan india. Kelompok warga
masyarakat tersebut juga memiliki kebudayaanya sendiri, yang tidak mesti sama dengan budaya
suku-suku alsi di indonesia, sehingga muncul budaya orang-orang china, budaya orang-orang arab,
budaya orang-orang india. Dan lain-lain. Kadang-kadang mereka juga menampakkan diri dalam
kesatuan tempat tinggal, sehingga dikota-kota besar di indonesia dijumpai adanya sebutan
kampung pecinan, kampung arab, dan lain-lain.
Keberagaman suku bangsa di indonesia sebagaimana diuraikan diatas terutama disebabkan
oleh keadaan geografis indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang
sangat banyak dan letaknya yang saling berjauhan. Dalam kondisi yang demikian nenek moyang
bangsa indonesia yang kira-kira 2000 tahun SM secara bergelombang datang dari daerah yang
sekarang dikenal sebagai daerah tiongkok selatan, mereka harus tinggal menetap di daerah yang
terpisah satu sama lain. Karena ionisasi geografis antara satu pulau dengan pulau yang lain,
mengakibatkan masing-masing penghuni pulau itu dalam waktu yang cukup lama
mengembangkan kebudayaannya sendiri-sendiri terpisah satu sama lain. Disitulah secara
10
perlahan-lahan identitas kesukuan itu terbentuk, atas keyakinan bahwa mereka masing-masing
berasal dari satu nenek moyang, dan memiliki kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan suku
yang lain.
2.1.4 Toleransi
a. Pengertian Toleransi
Kata toleransi dalam bahasa Belanda adalah “tolerantie” dan kata kerjanya
adalah “toleran”. Dalam bahasa Latin, “tolerare” artinya menahan diri, bersikap sabar
membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-or ang yang memiliki
pendapat berbeda.
Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan, adapun toleransi adalah suatu
sikap tenggang rasa kepada sesamanya. Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku yang
mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, memeluk agama dan menganut kepercayaan yang
berbeda-beda akan tetapi mereka tetap satu bangsa memiliki satu tanah air dan memiliki bahasa
persatuan. Semboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Sifat dasar bangsa Indonesia yang amat menonjol adalah sifat-sifat kekeluargaan,
musyawarah, percaya dan taat beriba dah kepada Tuhan, sifat ramah tamah, gotong royong, suka
menolong, dan toleransi adalah sifat yang harus kita miliki
b. Macam-macam Toleransi
Kebahagiaan dalam kehidupan manusia akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan
dan keseimbangan. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia sikap hormat menghormati
antarpemeluk agama perlu dikembangkan sehingga keruku nan antarumat beragama dapat terjalin
dengan baik
Macam-macam toleransi, antara lain sebagai berikut :
1. Toleransi dalam pluralisme beragama
Agama merupakan suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, diperuntukkan bagi
kemaslahatan, kebaikan, dan kesejahteraan umat beragama. Pluralitas adalah kenyataan yang
diciptakan oleh Tuhan. Namun demikian, umat manusia harus menyadari dan menerima
kenyataan ini untuk saling melengkapi dan memperkaya pengalaman kehidupan bagi umat
manusia. Oleh karena itu, hidup rukun adalah tidak bertengkar namun saling mengho rmati.
11
Suasana seperti ini sangat kita butuhkan dalam masyarakat dan menghindari sikap menang
sendiri
2. Toleransi dalam pluralisme budaya
Kebudayaan menunjuk kepada sederetan sistem pengetahuan yang dimiliki bersama, kebiasaan,
nilai-nilai, peraturan, dan simbol yang berkaitan dengan tujuan seluruh anggota masyarakat
yang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Interaksi antara seni dan
agama sudah lama menjadi kenyataan. Agama merupakan sumber etika dan moralitas, seni
adalah salah satu wahana yang paling tepat untuk mempromosikan kehidupan beragama
3. Toleransi dalam pluralisme suku
Pluralisme dapat dikatakan merupakan pengejewantahan moto Bhinneka Tunggal Ika.
Mengembangkan pluralisme terbantahkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku,
banyak pula subsuku pedalaman. Pluralisme akan tumbuh subur dan mewarnai kehidupan
bangsa Indonesia jika kedepannya prinsip-prinsip toleransi, persamaan di muka hukum dan lain-
lain ditetapkan seksama tanpa perduli asal dan warna terutama solidarita s terhadap mereka yang
lemah.
4. Toleransi mayoritas melindungi minoritas
Masyarakat kita sejak dulu biasa hidup dalam alam yang memiliki aneka ragam kepercayaan.
Sejak awal perkembangan peradabannya sudah tumbuh kepercayaan kepada Tuhan, secara
berturut-turut datanglah agama-agama yang sekarang banyak kita kenal. Kedatangan agama
tersebut tidak berarti kepercayaan dan agama yang sudah ada sebelumnya hilang, tapi masih
terus hidup dan berkembang. Semua agama dan kepercayaan mengajark an kebaikan supaya
mereka saling menghormati dan mencintai.
5. Toleransi manusia dalam hidup bermasyarakat
Manusia hanya akan mempunyai arti apabila bersama-sama dengan manusia lainnya di dalam
masyarakat. Tidak dapat dibayangkan jika manusia hidup sendiri tanpa orang lain. Secara
kodrati manusia disamping mempunyai kekuatan juga dilengkapi dengan kelemahan manusia
juga memiliki sifat yang baik dan kurang baik. Demi kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya
manusia perlu mendapat bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Oleh sebab itu, manusia
perlu hidup bermasyarakat.
c. Perilaku Toleran Sebagai Bentuk Nilai (Jati Diri) Kebangsaan
12
Perilaku toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan
kelompok lain. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan
orang lain. Sikap toleransi dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia multikultural. Dengan pengembangan sikap toleransi dan
empati sosial, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan keberagaman sosial budaya akan
dapat dikendalikan, sehingga tidak mengarah pada pertentangan sosial yang dapat mengancam
disintegrasi n asional
Adapun cara untuk menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain yang berbeda
latar belakang budaya dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai dari bangsa
Indonesia
2. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai makhluk pribadi
dan makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
3. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam hal-hal tertentu.
4. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki persamaan kedudukan, harkat, martabat, dan derajat, serta hak dan kewajiban
asasi.
5. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai pemilihan dan
penghuni tanah air Indonesia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda dalam ras, suku bangsa, bahasa,
adat istiadat, profesi, golongan politik dan sebagainya.
13
Sedangkan konflik horizontal adalah konflik antar warga masyarakat atau antar kelompok
yang terdapat dalam masyarakat.
Menurut Hans Kelse, 2007 dalam buku General Theory of law and State,penyebab konflik
kedaerahan adalah :
a. Krisis pemerintahan nasional,baik karena persoalan suksesi maupun jatuh bangunnya
pemerintahan karena lemahnya konstitusi.
b. Kegagalan lmbaga-lembaga negara menengahi konflik,baik yang melibatkan unsur-unsur
masyarakat mauoun lembaga-lembaga negara.
c. Pembatasan partisipasi politik warga negara di daerah-daerah.
d. Ketidakakadilan distribusi sumber daya ekonomi nasional dan sulitnya akses masyarakat
di daerah terhadap sumber daya tersebut.
e. Rezim yang tidak responsif terhadap tuntutan warga negara dan tidak bertanggung jawab
terhadap rakyat.
14
Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang diberikan atas
unsur-unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat.Strategi asimilasi, akulturasi, dan pluralisme
masing-masing menunjukkan penghargaan yang secara gradual berbeda dari yang paling kurang,
yang lebih, dan yang paling besar penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaan dalam
masyarakat, di dalam upaya mewujudkan integrasi nasional tersebut.
1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi
satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing
unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak
lagi identitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah
strategi integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur
menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasinasional
dilakukan tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal dalam
masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks perubahan budaya, asimilasi
memang bisa saja terjadi dengan sendirinya oleh adanya kondisi tertentu dalam
masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan bagian dari strategi pemerintah negara
dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara melakukan rekayasa budaya
agar integrasi nasional dapat diwujudkan. Dilihat dari perspektif demokrasi, apabila upaya
yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan sebagai cara yang kurang demokratis dalam
mewujudkan integrasi nasional.
2. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih
tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan baru
yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi
ini menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwa
negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas budaya
bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya lokal.
15
Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional
dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal,
walaupun penghargaan tersebut dalam kadaryang tidak terlalu besar. Sebagaimana
asimilasi, proses akulturasi juga bisa terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja dikendalikan
oleh negara. Namun bisa juga akulturasi menjadi bagian dari strategi pemerintah negara
dalam mengintegrasikan masyarakatnya. Dihat dari perspektif demokrasi, strategi
integrasi nasional melalui upaya akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang demokratis
dalam mewujudkan integrasi nasional karena masih menunjukan pengharhaan terhadap
unsur kelompok budaya lokal
3. Strategi Pluralis
Paham Pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam
masyarakat. Paham Pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan
memberi kesempatran pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk
hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dnegan strategi pluralis dalam mewujudkan
integrasi nasional negara memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam
negara. Baik suku, agama, buaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh
dan berkembang serta hidup berdampingan secara damai. Jadi Integrasi nasional
diwujudkan dengan tetap ,menghargai terdapatnya perbvedaan-perbedaan dalam
msyarakat. Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme bahwa setiap unsur
perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-masing berhak
mendapatkan kesempatan untuk berkembang.
16
d) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir- butir
Pancasila dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi
17
dalam kasus indonesia dimensi horizontal lebih menonjol dari pada dimensi vertikalnya.
(Sjamsuddin, 1989:11).
Tantangan integrasi nasional tersebut lebih menonjol ke permukaan setelah memasuki
era reformasi tahun 1998. Konflik horizontal maupun vertikal sering terjadi bersamaan dengan
melemahnya otoritas pemerintahan di pusat. Kebebasan yang digulirkan pada era reformasi
sebagai bagian dari proses demokratisasi yang telah banyak disalahgunakan oleh kelompok-
kelompok dalam masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri, tindakan mana kemudian
memunculkan adanya gesekan-gesekan antar kelompok dalam masyarakat dan memicu
terjadinya konflik atau kerusuhan antar kelompok. Bersamaaan dengan itu demontrasi
menentang kebijakan pemerintah juga banyak terjadi, bahkan seringkali demonstrasi itu
diikuti oleh tindakan-tindakan anarkis.
Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat, kebijakan
pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, dukungan masyarakat
terhadap pemerintah yang sah, dan ketaatan warga masyarakat melaksanakan kebijakan
pemerintah adalah pertanda adanya integrasi dalam arti vertikal. Sebaliknya kebijakan demi
kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang tidak atau kurang sesuai dengan keinginan dan
harapan masyarakat serta penolakan sebagian besar warga masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah menggambarkan kurang adanya integrasi vertikal. Memang tidak ada kebijakan
pemerintah yang melayani dan memuaskan seluruh warga masyarakat, tetapi setidak-tidaknya
kebijakan pemerintah hendaknya dapat melayani keinginan dan harapan sebagian besar warga
masyarakat.
Sedangkan jalinan hubungan dan kerjasama di antara kelompok-kelompok yang
berbeda dalam masyarakat, kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai dan saling
menghargai antara kelompok-kelompok masyarakat dengan pembedaaan yang ada satu sama
lain, merupakan pertanda adanya integrasi dalam arti horizontal. Pertentangan atau konflik
antar kelompok dengan berbagai latar belakang perbedaan yang ada, tidak pernah tertutup
sama sekali kemungkinannya untuk terjadi. Namun yang diharapkan bahwa konflik itu dapat
dikelola dan dicarikan solusinya dengan baik, dan terjadi dalam kadar yang tidak terlalu
mengganggu upaya pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat dan pencapaian tujuan
nasional.
18
2.3.1 Mewujudkan integrasi nasional indonesia
Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk
indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih
kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah
hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.
(geertz, dalam : sudarsono, 1982: 5-7).
Di era globalisasi, tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan global dimana
keberadaan negara dan bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntunan dan
kecenderungan global. Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan
sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung mengabaikan batas-batas
negara-bangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan
yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Disitulah nasionalisme dan
keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang semakin berat.
Namun demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai karakter bangsa
tetap diperlukan di era indonesia merdeka sebagai kekuatan untuk menjaga eksistensi,
sekaligus mewujudkan taraf peradaban yang luhur, kekuatan yang tangguh, dan mencapai
negara-bangsa yang besar. Nasionalisme sebagai karakter semakin diperlukan dalam
menjaga harkat dan martabat bangsa di era globalisasi karena gelombang “peradaban
kesejagatan” ditandai oleh semakin kaburnya batas-batas teritorial negara akibat gempuran
informasi dan komunikasi. (budimansyah dan suryadi, 2008:164).
Dengan kondisi masyarakat indonesia yang diwarnai oleh berbagai keanekaragaman,
harus disadari bahwa masyarakat indonesia menyimpan potensi konflik yang sangat besar,
baik konflik yang bersifat vertikal maupun bersifat horizontal. Dalam dimensi vertikal,
sepanjang sejarah sejak proklamasi indonesia hampir tidak pernah lepas dari gejolak
kedaerahan berupa tuntutan untuk memisahkan diri. Sedangkan dalam dimensi horizontal,
sering pula dijumpai adanya gejolak atau pertentangan diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat, baik konflik yang bernuansa ras, kesukuan, keagamaan, atau antar golongan.
Disamping itu juga konflik yang bernuansa kecemburuan sosial.
Dalam skala nasional, kasus aceh, papua, ambon, merupakan konflik yang bersifat
vertikal dengan target untuk memisahkan diri dari negara republik indonesia. Kasus-kasus
tersebut dapat dilihat sebagai konflik antara masyarakat daerah dengan otoritas kekuasaan
19
yang ada di pusat. Disamping masuknya kepentingan-kepentingan tertentu dari masyarakat
yang ada di daerah, munculnya konflik tersebut merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap
kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan di daerah. Kebijakan pemerintah pusat
dianggap memunculkan kesenjangan antar daerah, sehingga ada daerah-daerah tertentu yang
sangat maju pembangunannya, sementara ada daerah-daerah yang masih terbelakang. Dalam
hubungan ini isu dikhotomi jawa dan luar jawa sangat menonjol, dimana jawa dianggap
mempresentasikan pusat kekuasaan yang kondisinya sangat maju, sementara hanya daerah-
daerah di luar jawa yang merasa menyumbangkan pendapatan yang besar pada negara,
kondisinya masih terbelakang. Dengan mengacu pada faktor-faktor terjadinya konflik
kedaerahan sebagaimana disebutkan diatas, konflik kedaerahan di indonesia terkait secara
akumulatif dengan berbagai faktor tersebut.
Sejak awal berdirinya negara indonesia, para pendiri negara menghendaki persatuan
di negara ini diwujudkan dengan menghargai terdapatnya perbedaan di dalamnya. Artinya
bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional indonesia dilakukan dengan tetap memberi
kesempatan kepada unsur-unsur perbedaan yang ada untuk dapat tumbuh dan berkembang
secara bersama-sama. Proses pengesahan pembukaan UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 yang bahannya diambil dari naskah piagam jakarta, dan didalamnya terdapat
rumusan dasar-dasar negara pancasila, menunjukkan pada kjita betapa tokoh-tokoh pendiri
negara (the founding fathers) pada waaktu itu menghargai perbedaan-perbadaan yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat indonesia. Para pendiri negara rela mengesampingkan
persoalan perbedaan-perbedaan yang ada demi membangun sebuah negara yang dapat
melindungi seluruh rakyat indonesia.
Sejalan dengan itu dipakailah semboyan bhineka tunggal ika, yang artinya walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu adanya. Semboyan tersebut sama maknanya dengan istilah
“unity in diversity:”, yang artinya bersatu dalam keanekaragaman, sebuah ungkapan yang
menggambarkan cara menyatukan secara demokratis suatu masyarakat yang didalamnya
diwarnai oleh adanya berbagai perbedaan. Dengan semboyan bhineka tunggal ika tersebut
segala perbedaan dalam masyarakat ditanggapi bukan sebagai keadaan yang menghambat
persatuan dan kesatuan bangsa, melainkan sebagai kekayaan budaya yang dapat dijadikan
sumber pengayaan kebudayaan nasional kita.
20
Untuk terwujudnya masyarakat yang menggambarkan semboyan bhineka tunggal ika,
diperlukan pandangan atau wawasan multikulturalisme. Multikulturalisme adalah
pandangan bahwa setiap kebudayaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama dengan
kebudayaan lain, sehingga setiap kebudayaan berhak mendapatkan tempat sebagaimana
kebudayaan lainnya. (baidhawy. 2005:5). Perwujudan dari multikulturalisme adalah
kesediaan orang-orang dari kebudayaan yang beragam untuk hidup berdampingan secara
damai. Disini diperlukan sikap hidup yang memandang perbedaan di antara anggota
masyarakat sebagai kenyataan wajar dan tidak menjadikan perbedaan tersebut sebagai alasan
untuk berkonflik. Disamping itu perlu memandang kebudayaan orang lain dari perspektif
pemilik kebudayaan yang bersangkutan, dan bukan memandang kebudayaan orang lain dari
perspektif dirinya sendiri. Oleh karena itu multikulturalisme menekankan pentingnya belajar
tentang kebudayaan-kebudayaan lain dan mencoba memahaminya secara penuh dan empatik
sehingga dapat menghargai kebudayaan-kebudayaan lain disamping kebudayaannya sendiri.
21
b) .Ancaman nonmiliter => ancaman yang tidak bersenjata tetapi jika dibiarkan itu
akan membahayakan bangsa.
Bentuk ancaman nonmiliter :
1. penyalahgunaan narkoba
2. korupsi, kolusi, nepotisme (KKN)
3. perusakan lingkungan
4. kemiskinan
5. kebodohan
6. lunturnya kesatuan dan persatuan bangsa
c). Selain itu ancaman juga dibedakan menjadi ancaman yang berasal dari dalam negeri
dan dari luar negeri
• Ancaman dari dalam negeri berupa
1. kerusuhan
2. pemaksaan kehendak
3. pemberontakan bersenjata
4. keinginan untuk mengubah ideologi
22
Dengan demikian, berdasar tantangan tersebut di atas, maka sebagai masyarakat yang
berada dalam NKRI wajiblah menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta
keselamatan bangsa. Sedangkan dalam perumusannya, kebijakan umum pertahanan negara
dilaksanakan oleh Menteri Pertahanan Negara dan proses penetapannya dilaksanakan di tingkat
Dewan Keamanan Nasional selaku Penasehat Presiden RI.
Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang abadi dan menjadi acuan dalam
merumuskan tujuan pertahanan negara, yang ditempuh dengan tiga strata pendekatan yaitu
pertama, strata mutlak, dilakukan dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara
dan keselamatan bangsa Indonesia ; kedua, strata penting, dilakukan dalam menjaga kehidupan
demokrasi politik dan ekonomi, keharmonisan hubungan antar suku, agama, ras dan golongan
(SARA), penghormatan hak asasi manusia dan pembangunan yang berwawasan lingkungan
hidup ; dan ketiga, strata pendukung, dilakukan dalam upaya turut memelihara ketertiban
dunia. Untuk mencapai tujuan pertahanan negara tersebut, salah satunya diperlukan input
sumberdaya TNI yang bagus dan optimal. Masyarakat menuntut TNI untuk menjaga dan
memelihara stabilitas keamanan nasional tetapi jika input SDM secara intelektual, moral dan
mental lemah akan sangat kesulitan untuk mewujudkannya.
Kita kesulitan merekrut para sarjana muda untuk menjadi anggota TNI, yang dibutuhkan
misal 10 orang, terkadang yang mendaftar dua pun sudah syukur. Kemudian kalau para sarjana
sudah menjadi anggota TNI hendaknya berperilaku disiplin dan bekerja dengan baik, khususnya
sebagian dokter muda yang menjadi anggota TNI terkadang tidak disiplin bekerja. Hal inilah
yang menjadi kajian khusus TNI di masa depan, perlunya perekrutan SDM yang unggul untuk
mencapai hasil maksimal. TNI tidak bisa berjalan sendirian dalam mewujudkan visi dan misi
pertahanan negara. Saat ini, sedang dalam pembahasan DPR RI, RUU Keamanan Nasional dan
RUU Komponen Cadangan agar diperlukan partisipasi dan peran serta masyarakat sebagai
komponen cadangan dan turut serta dalam mewujudkan keamanan nasional bersama. Semoga
input SDM yang baik bisa menyelesaikan masalah keamanan nasional dan pertahanan NKRI
lebih baik dan mengawalnya agar tetap utuh dan bersatu.
23
Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling
jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah
perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata,
atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
b) Demografi.
Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang
tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya
tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
c) Kekayaan Alam.
Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang
tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal
ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi
kerusakan akibat dari pengelolaan.
d) Ideologi.
Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara
ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan
agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat
menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya
penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan
komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan.
e) Politik.
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam
bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar masyarakat yang berbeda
faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam
masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang
diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan
yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan
dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah
mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar
24
partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti
dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum.
f) Ekonomi.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk
hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin
lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk
mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
g) Sosial Budaya.
Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila tidak
ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama
dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara
kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
h) Pertahanan Keamanan.
Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan dapat terjadi
dari seluruh permasalahan aspek asta gatra itu sendiri. Dilain pihak turunnya wibawa TNI
dan Polri akibat kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa
sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai alat pertahanan dan
keamanan negara.
25
4. konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan.
26
Penyediaan bahan Makanan harus tersedia dengan cukup untuk mencegah terjadinya
“huruhara kelaparan pangan” atau food riots. Indonesia juga pernah mengalami food riots
yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat krisis moneter
Sejak tahun 1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di
Muangthai dan Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM
Mahathir Mohammad.
3. Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami kemajuan
baik dari segi jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon
Pimpinan serta sumber etnik rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS
baik Pusat maupun daerah sudah meliputi semua etnik group yang ada, sehingga
melambangkan Bhineka Tunggal Ika.
4. Partai Politik.
Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih cepat
dibandingkan dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem
Pemilu di Indonesia sekarang merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem
proposional, sehingga perwakilan daerah dan etnik terwakili. Maka partai politik mampu
menjadi alat integrasi bangsa untuk menekan perlawanan etnik yang minoritas).
5. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama karena sifatnya yang
menciptakan elite nasional yang kohesif. Pendidikan nasional mulai dari SD sampai
Perguruan Tinggi, menjadi alat pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa
pengantar maupun sistem rekrutmen siswa, mahasiswa maupun tenaga pengajar yang
bersifat nasional. Dalam suasana otonomi daerah sekarang ini diusahakan adanya ujian
lokal tetapi yang berstandar nasional, demikian juga walaupun ada ide untuk menambah
muatan kurikulum lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu sosial
dan humaniora yang bersifat integratif dan nasional.
Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga
bahasa nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk
pendidikan tingkat SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem
nasional dan sosialisasi yang sama untuk seluruh warga negara.
27
Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar
yang bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi,
asimilasi dan kulturasi dari berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga
pengajar.
6. Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.
Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di
Indonesia sebagai alat integrasi nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang
terbit di Jakarta tetapi penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-
kabupaten, begitu juga koran lokal yang mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat
komunikasi lainnya adalah telepon, yang mengalami perkembangan pesat sejak
pemerintahan orde baru sampai sekarang.
Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan terjadinya mobilitas
geografis penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas
penduduk dapat transmigrasi, migrasi maupun turisme baik antar daerah, nasional, regional
bahkan global. Meningkatnya kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun
lokal membawa dampak memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.
28
d) Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret. Tegas dan tepat dalam segala aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak,
juga semua wilayah.
e) Pentingnya memiliki kepemimpinan yang arif dan efektif dalam pembinaan integrasi
nasional.
2.3.6 Peran Serta Warga Negara Dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Peran serta rakyat dalam keutuhan NKRI dapat dilakukan diberbagai lingkungan
kehidupan, baik lingkungan keluarga , masyarakat dan juga sekolah dengan cara berbacam-
macam dari yang paling mudah diterapkan hingga yang paling sulit untuk diterapkan.
1. Di lingkungan keluarga
Contoh partisipasi di lingkungan keluarga antara lain sebagai berikut:
29
a). Melaksanakan kegiatan sehari-hari secara tertib dan teratur
b). Senantiasa rajin belajar bagi anggota keluarga yang masih bersekolah
c). Ikut menjaga harta benda keluarga
d). Patuh dan taat terhadap tata krama dan aturan keluarga
2. Di lingkungan masyarakat
Contoh partisipasi di lingkungan masyarakat antara lain sebagai berikut:
a). Melaksanakan kerja bhakti yang diadakan oleh kampung sesuai kemampuan
b). Melaksanakan kegiatan ronda malam bagi warga yang sudah dewasa
c). Membuang sampah pada tempatnya
d). Hidup rukun dengan semangat kekeluargaan dalam lingkungan keluarga
3. Di lingkungan sekolah
Contoh partisipasi di lingkungan sekolah antara lain sebagai berikut:
a). Menaati tata tertib yang berlaku di sekolah
b). Menggalang kerjasama antar teman tanpa memandang latar belakang agama, suku, ras
dan golongan
c). Hidup rukun dengan warga sekolah
d). Tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara,
terutama negara-negara yang usianya masih relatifmuda, termasuk Indonesia. Hal ini
disebabkan karena mendirikan negara berarti menyatukan orang-orang dengan segala
perbedaan yang ada menjadi satu entitas kebangsaan yang baru menyertai berdirinya negara
tersebut. Begitu juga negara Indonesia yang usianya masih relatif muda. Sejak proklamasi
kemerdekaan sampai sekarang negara Indonesia masih menghadapi persoalan bagaimana
menyatukan penduduk Indonesia yang didalamnya terdiri dari berbagai macam suku, memeluk
agama yang berbeda-beda, berbahasa dengan bahasa daerah yang beranekaragam, serta
30
memiliki kebudayaan daerah yang berbeda satu sama lain, untuk menjadi satu entitas baru yang
dinamakan bangsa Indonesia.
Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun kehidupan bernegara ini,
kita masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya konflik atar kelompok dalam masyarakat,
baik konflik yangberlatarbelakang kesukuan, konflik antar pemeluk agama, konflik
karenakesalahpahaman budaya, dan semacamnya. Hal itu menunjukkan bahwa persoalan
integrasi nasional Indonesia sejauh ini masih belum tuntas perlu terus dilakukan pembinaan.
Walaupun harus juga disadari bahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhnya tidak mungkin
diwujudkan, dan konflik di antara sesama warga bangsa tidak dapat dihilangkan sama sekali.
Tulisan ini akan memaparkan kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai
macam perbedaan dan upaya mewujudkan integrasi nasional dengan tetap menghargai
terdapatnya perbedaan- perbedaan tersebut.
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut mempunyai peran terhadap bangsa
Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah
masyarakatnya yang majemuk. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut juga
diharapkan sebagai landasan atau dasar perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia agar dikenal di mata dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme
3.2 Saran
Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah Integrasi Nasional serta berbagai faktor
yang mempengaruhi dan pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia. Dengan
mengetahui pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia., diharapkan kita bisa menjadi
warga negara yang baik dan mampu melaksanakan proses pemersatuan perbedaan perbedaan yang
ada pada negara kita sehingga terciptanya keserasian dan tidak adanya konflik dalam negara ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina,
gramedia, Jakarta.
Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian.
32