Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


(Pertanggungjawaban Hukum dalam HAN)

Dosen Hukum Administrasi Negara :


Yusika Riendy SH.,MH

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Jami Ahmad Maqi
2. Sutan Buana Ariabagaskoro
3. Yudi Norhakim Harahap
4. Yuriko Isra' Oktavian Rahmaputra
5. Zikri Ramadan

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu komponen
penting dalam pembelajaran kami di mata kuliah Hukum Administrasi Negara (HAN) selama
semester ini. Kami, Kelompok 1, merasa sangat beruntung dan bersyukur atas kesempatan ini.

Dalam konteks ini, kami ingin mengungkapkan penghargaan yang mendalam kepada
Bapak Yusika Riendy SH., MH, Dosen Pembimbing kami yang telah memberikan kami
bimbingan, dukungan, dan motivasi selama proses pengerjaan makalah ini. Bapak Yusika
Riendy adalah seseorang yang berdedikasi tinggi dalam bidang hukum administrasi negara, dan
kami telah mendapat manfaat besar dari wawasan dan pengetahuannya. Kami ingin
menyampaikan terima kasih yang tulus atas kesempatan untuk belajar di bawah bimbingan
Bapak.

Makalah ini membahas isu penting dalam Hukum Administrasi Negara, yaitu
"Pertanggungjawaban Hukum dalam HAN." Kami akan menguraikan konsep dasar dan
pentingnya pertanggungjawaban hukum dalam konteks administrasi negara. Materi ini mencakup
peran pertanggungjawaban hukum dalam menjaga keseimbangan dan akuntabilitas dalam
pemerintahan, serta dampaknya pada tata kelola pemerintahan yang baik.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
pertanggungjawaban hukum dalam administrasi negara dan mengilhami diskusi yang lebih luas
mengenai topik ini. Makalah ini juga merupakan salah satu bentuk apresiasi kami kepada Bapak
Yusika Riendy SH., MH, atas ilmu dan bimbingan yang Bapak telah berikan kepada kami.

Tanggerang Selatan, 4 November 2023

Anggota Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDUHULUAN...........................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................5

C. TUJUAN...............................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

A. Pertanggungjawaban Pemerintah Dalam HAN....................................................................6

B. Definisi Undang-Undang Pertanggungjawaban Administrasi Publik..................................8

D. Pertanggungjawaban Pemerintah Hukum Administrasi bagi pejabat yang


menyalahgunakan kewenangannya dengan melakukan tindak korupsi.....................................12

BAB III..........................................................................................................................................15

PENUTUP.....................................................................................................................................15

A. KESIMPULAN...................................................................................................................15

B. SARAN...............................................................................................................................15
BAB I

PENDUHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai salah satu tugas yaitu melindungi dan
menciptakan kesejahteraan yang bersifat umum bagi seluruh masyarakat Indonesia. Berdasarkan
tugas tersebut negara mempunyai kewajiban dalam hal memberikan sarana bagi pemenuhan hak
seluruh masyarakat indonesia yang selaras pada tujuan negara yakni mendorong kesejahteraan
umum. Pelaksanaan kewajiban tersebut akan menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pihak
penyelenggara pemerintah dalam beroperasi aktif bagi seluruh sektor kehidupan sosial ekonomi
bangsa Indonesia. Sehingga pemerintah perlu memberikan tanggung jawab tersebut untuk lebih
fokus dalam menjalankan kewajiban dan misi yang telah ditetapkan negara kepada seluruh
masyarakat Indonesia.

Permasalahan yang selalu muncul dalam ruang lingkup hukum yaitu dimana fungsi dari
hukum itu sendiri dalam memberikan jaminan mengenai perlindungan dan hukum yang bersifat
pasti bagi seluruh masyarakat. Dalam mencapai fungsi tersebut hukum harus berperang dengan
beberapa tantangan dan kendala yang menjadi hambatan dalam menjalankan fungsi yang telah
ditetapkan berdasarkan kewenangan dari hukum. Salah satu contoh yaitu hukum banyak
dijadikan makanan dari instrumen rekayasa masyarakat yang diinginkan oleh satu pihak atau
pihak penguasa dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga menggunakan hukum tidak sesuai
aturan. Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat, banyak instrumen penting dari hukum yang
dijadikan untuk mengatur masyarakat dalam mengendalikan penuh yang dipegang oleh para
penguasa Pernyataan-pernyataan tersebut berdasarkan peristiwa yang berturut-turut berlangsung
sehingga membutuhkan instrumen hukum yang murni dan pasti dalam memberikan jaminan
perlindungan hukum mengenai tindakan yang dilakukan penguasa dalam memberi kepuasan
tersendiri dengan mengendalikan masyarakat.
Perkembangan dari pemahaman mengenai fungsi hukum dapat ditampilkan dengan
adanya konsep negara hukum yaitu tanggungjawab pemerintah yang memiliki maksud yaitu
kewajiban bagi seluruh petinggi negara yang memiliki kuasa penuh untuk mempertimbangkan
seluruh tindakan dan pengaruh yang diberikan karena semua akan dijadikan sebagai tanggung
jawab dalam hal hukum untuk meminimalisir tingkat kerugian yang didapat masyarakat
Indonesia. Konsep dari tanggung jawab yang dimaksud yaitu memiliki pengertian hukum yang
saling berhubungan antara hak dan kewajibannya. Tanggung Jawab dalam konsep hukum
mengenai permasalahan pemerintah dalam melaksanakan kewajibannya dalam hukum
administrasi negara dikenal dengan sebutan diskresi. Bentuk tanggung jawab yang dilakukan
pemerintah dalam hukum administrasi negara yaitu pelaksanaan pemerintahan dalam mengatasi
berbagai tindakan hukum yang tidak sesuai dengan ketetapan yang berlaku dan tidak sesuai
dengan tugas dan fungsi pokok yang ditugaskan.

B. RUMUSAN MASALAH

1) Apa yang dimaksud dengan Pertanggungjawaban Pemerintah dalam Hukum Administrasi


Negara?
2) Apa saja definisi undang undang Pertanggungjawaban Hukum Administrasi Negara?
3) Bagaimana aspek pertanggungjawaban pemerintah dalam menjalankan administrasi
pemerintahan negara?
4) Bagaimana implementasi pertanggungjawaban pemerintah yang menyalahgunakan
kewenangannya dalam melaksanakan administrasi pemerintahan yang berhubungan
dengan pidana tindakan korupsi?

C. TUJUAN

1) Untuk mengetahui bagaimana cara kerja pemerintah dalam mempertanggungjawabkan


mengenai administrasi negara
2) Untuk menyadarkan masyarakat bahwa terdapat jaminan perlindungan bagi warga
apabila terjadi kesewenang-wenangan dari pemerintah atas kebijakan atau tindakan
pemerintah yang melanggar hukum.
3) Untuk pengendali tindakan para pejabat pemerintah atas pertanggungjawaban
tindakannya apabila menyalahgunakan wewenang dalam melaksanakan administrasi
negara.
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam suatu negara terdapat jajaran pemerintahan yang bertugas menjalankan segala
urusan administrasi negara yaitu mengatur tindakan - tindakan setiap warga negaranya dengan
pemerintah. Hukum Administrasi Negara sendiri berasal dari Belanda yang disebut Administratif
recht atau Bestuursrecht. Tidak mudah untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan Hukum
Administrasi Negara, akan tetapi Hukum Administrasi Negara dapat diartikan sebagai hukum
atau aturan yang mengkaji apa yang harus dilakukan dan bagaimana dilakukannya tugastugas
yang dimiliki oleh alat atau instrumen negara. Hukum Administrasi Negara juga mengatur
hubungan antara warga negara dengan pemerintah. Pada dasarnya, hukum administrasi negara
mengatur batasan-batasan wewenang tiap-tiap badan negara agar tetap menjalankan tugas yang
seharusnya dijalankan. Oleh karena itu, pemerintah dan badan badannya memiliki tanggung
jawab dalam melaksanakan hukum administrasi negara yang diatur didalam Undang Undang.

A. Pertanggungjawaban Pemerintah Dalam HAN

Tanggung jawab pemerintah dalam hukum administrasi negara dilaksanakan pemerintah


untuk menerapkan seluruh tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam tindakan hukum yang
bersifat nyata di negara dan seluruh masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
beberapa hli salah satunya yaitu Donner yang menjelaskan mengenai tugas dari administrasi
negara dalam hal tugas politik walaupun hal itu bukan menjadi tugas pokok dari administrasi
negara hal ini berhubungan dengan tindakan hukum pemerintah. Administrasi negara juga
mempunyai beberapa tugas yang bersifat khusus yaitu membentuk undang-undang dan beberapa
peraturan dengan ketetapan yang berlaku sehingga tugas sebenarnya dari administrasi negara
yaitu tugas legislatif. Tugas yang diberikan kepada administrasi negara berdasarkan lembaga
“delegasi” atau pelimpahan tugas kepada administrasi negara berdasarkan hal tersebut maka
pengertian dari pemberian tugas administrasi negara disebut delegasi perundang-undangan.
Kewenangan tersebut bersifat dari suatu gagasan hukum pemerintah yang menghasilkan
peraturan yang tingkatnya berada di bawah UU yaitu peraturan pemerintah. Dasar dari
pembentukan kewenangan administrasi negara dalam membuat peraturan yang berlaku bagi
seluruh masyarakat Indonesia yaitu pada Pasal 22 Ayat (1) UUD 1945 yang menjelaskan
mengenai hal penting yang bersifat memaksa presiden untuk memberikan kepastian dalam
menetapkan peraturan pemerintah yang dijadikan sebagai alternatif kedua setelah undang-
undang atau dijadikan sebagai pengganti undang-undang. Peperpu yang diciptakan Presiden
sesuai dengan Pasal 22 Ayat (1) sehingga dalam pembentukan UU harus menyertakan
persetujuan dari pihak DPR selama proses persidangan selanjutnya. Apabila terjadi kendala dari
bagian persetujuan DPR atau penolakan DPR dalam pembentukan UU, maka Perpu tidak bisa
dibentuk dan harus diberhentikan. Pentingnya pembentukan UU berdasarkan asas hak negara
hukum yang menetapkan seluruh kegiatan pemerintah dilakukan berdasarkan UU dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan bersifat sah.

Mengenai tanggung jawab publik kepada pemerintah, ketentuan hukum publik akan
berlaku. Dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan, tanggung jawab melekat pada
kedudukan, dan hukum melekat pada kekuasaan. Dari perspektif hukum publik, kekuasaan
semacam ini menghasilkan pertanggungjawaban yang sejalan dengan prinsip umum namun tanpa
pertanggungjawaban, tidak ada kekuasaan. Suyoto percaya bahwa proses pemisahan beberapa
bagian kekuasaan terdapat prinsip yang mendasar dari masing masing kekuasaan yang menjadi
fokus. dalam sistem pembagian kekuasaan, prinsip yang berlaku adalah bahwa setiap kekuasaan
harus diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut kekuasaan yang sudah diberikan dari pemerintahan
pusat harus dilaksanakan sebaik mungkin sesuai dengan kewenangan yang berlaku. Bintoro
Tjokroamidjojo menjelaskan melalui sudut pandangnya bahwa dalam suatu negara dengan
sistem satu partai, maka pelaksanaan dari sistem pemerintahan berhak untuk
dipertanggungjawabkan kepada bagian legislatif beserta seluruh masyarakat Indonesia yang
ditampilkan pada kekuasaan yang bersifat tunggal. Pernyataan tersebut sesuai dengan aspek
internal dan aspek eksternal menurut Suwoto yang diterapkan dalam bentuk sebuah laporan dari
penyelenggaraan kedua aspek tersebut. berdasarkan aspek eksternal, pertanggungjawaban
menjadi objek ketiga selama proses pelaksanaan akan menyebabkan suatu derita atau sebuah
kerugian. Penyelesaian kerugian tersebut merupakan pertanggungjawaban yang akan
diselesaikan pihak ketiga di peradilan. Selama proses peradilan berlangsung, hakim mempunyai
sebuah kewenang dalam memberikan keadilan dan memeriksa dalam penerimaan kewenangan
kepada pihak ketiga apakah berdampak kerugian atau tidak bagi beberapa pihak lain yang
terkena dampak. Jika dalam proses peradilan ditemukan bukti atau dinyatakan menimbulkan
kerugian maka seluruh kerugian yang rakyat derita akan menjadi tanggungjawab pejabat
pemerintahan. Sjachran Basah mempunyai pemikiran yaitu :

1) Pelaksanaan yang tidak benar pada sikap Tindakan administrasi yang melanggar
ketentuan hukum padahal hukum adalah hal yang benar
2) Sikap Tindakan administrasi berdasarkan pelaksanaan yang tidak benar secara materiil.

Hal ini mengacu pada asas legalitas, yang menyatakan bahwa perbuatan hukum oleh suatu
pemerintah atau badan pengatur wajib berdasarkan undang-undang atau kewenangan yang
diberikan oleh undang-undang untuk menghindari kerugian yang diakibatkan oleh tindakan
pemerintah. Menurut Sjachran Basah, pemerintah bertanggung jawab dan tidak bisa meminta
keringanan. namun, tidak semua kerugian yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan pemerintah di
sektor public. Kemudian apabila kerugian warga negara tidak dapat diganti rugi maka
pemerintah membuat atau mengesahkan UUD untuk warga dengan mengatur kemungkinan ganti
rugi atau tidak.

B. Definisi Undang-Undang Pertanggungjawaban Administrasi Publik

Administrasi Publik adalah ilmu tentang bagaimana mengatur kebijakan negara yang
dilaksanakan oleh pemerintah negara bagian untuk mencapai tujuan negara secara efisien, efektif
dan efisien. Daerah administrasi khusus dari negara bagian terletak di lembaga non-kementerian,
yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Menurut Peraturan Presiden Nomor 57
Tahun 2013, lembaga ini bertanggung jawab melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
penyelenggaraan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lingkup
tugas ketatanegaraan meliputi penegakan hukum di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Selain ketiga elemen kunci tersebut, tujuan dari mandat pemerintah negara bagian adalah untuk
membahas kebijakan nasional, kebijakan daerah, pelayanan publik, dan tujuan negara. Tanggung
jawab pemerintah terhadap warga negara pihak ketiga ditanggung bersama oleh hukum di
sebagian besar negara. Pelaksanaan semua kekuasaan, termasuk akuntabilitas atau tanggung
jawab, tetapi tidak semua pejabat publik yang menjalankan kekuasaan pemerintah secara
otomatis bertanggung jawab, sehingga cara memperoleh dan menjalankan kekuasaan juga harus
dijelaskan. Beban tanggung jawab ini harus diklasifikasikan untuk menentukan kapan tanggung
jawab berada pada individu dan ketika dibebankan pada posisi atau organisasi pegawai negeri.
Kranenburg dan Vegting mengklasifikasikan otoritas untuk melakukankejahatan sebagai
otoritas. Keputusan tentang siapa yang akan bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari
penggunaan yurisdiksi atau dikeluarkannya suatu keputusan harus dilakukan melalui pengadilan
baik pengadilan semi-administrasi dan pengadilan administrasi murni. Jadi bagaimana bisa
seorang manajer manusia melakukan kesalahan subjektif dengan mengeluarkan KTUN,
merugikan pihak lain, dan bertanggung jawab secara pribadi? Ini adalah keputusan hakim selama
persidangan. Hukum Tata Usaha Negara adalah seperangkat ketentuan yang mengikat baik
peralatan negara tingkat tinggi maupun tingkat rendah setelah peralatan digunakan oleh badan
administrasi.

Menurut Satjipto Rahardjo, hukum publik adalah “hukum yang mengatur segala sesuatu
yang berhubungan dengan kepentingan umum. Hubungan antara warga negara dengan negara
dan semua peserta dalam negara» adalah untuk menyatukan suguhan. Contoh hukum publik
adalah administrasi negara dan tindakan hukum public, yaitu Apa yang dilakukan oleh
pemerintah termasuk dalam wilayah hukum administrasi negara. Jika Anda setuju bahwa tujuan
negara adalah untuk menciptakan kemakmuran dan keadilan sosial untuk semua, maka tujuannya
adalah pemerintahan negara yaitu dalam administrasi sebagai sarana yang bergerak dalam,
pembangunan agar bisa membuat banyak perubahan. Pembangunan itu sendiri pada hakikatnya
merupakan suatu proses perubahan menuju keadaan yang lebih baik. Akibat bagi ketatanegaraan
adalah, di satu pihak penyelenggara negara harus mengamankan pembangunan, sedangkan di
pihak lain penyelenggara negara harus menghadapi peristiwa-peristiwa dan konflik-konflik yang
timbul dari proses pembangunan Pembangunan itu sendiri. Administrasi negara sangat
diperlukan dalam kekuatan dan kemampuan yang dimiliki untuk memberikan suatu putusan
terkait pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditetapkan dengan sifat yang
bijaksana dan bertanggungjawab dalam pengambilan putusan. Berdasarkan hal tersebut
memberikan dorongan penuh bagi pihak admisitrasi negara da;am membentuk determinsasi
kebajikan yang bersifat publik dengan kegunaan yang lebih banyak. Dalam kehidupan
masyarakat dan pelaksanaan National Liner dimasa depan, administrasi negara mempunyai tugas
dan peranan yang semakin penting dalam mempengaruhi seluruh aspek kehidupan yang akan
tersusun dengan baik dengan suatu pola kehidupan. Alur kehidupan yang bersifat dinamis
membuat nilai lama akan dilupakan dala kehidupan dimasa depan, hanya saja terdapat
pertimbangan dalam nilai baru yang belum dipastikan dapat memberikan hasil yang maksimal
seperti nilai lama. Berdasarkan pernyataan tersebut maka akan dijelaskan mengenai kewajiban
seorang administrator negara yaitu yang pertama menjaga nilai nilai dasar yang membentuk
konsensus tingkat nasional. Kedua yaitu meluruskan dan menegakkan seluruh ketetapan atau
aturan yang berlaku sesuai dengan aturan hukum kepada seluruh masyarakat Indonesia. Ketiga
yaitu mempunyai kewajiban dalam hal administrasi negara terkait membentuk kestabilan sistem
kehidupan sehingga tidak terjadi tumpang tindih yang akan menjadi perundingan mengenai
kerugian yang didapatkan masyarakat. Menurut Charles A Beard administrasi sudah menjadi
subjek paling pening dalam dunia kehidupan dan tidak ada aspek lain yang lebih penting selain
administrasi. Hal ini karena jika ditinjau pada masa depan dimana masyarakat sipil sudah tidak
beketergantungan pada sistem adminsitrasi yang sesuai dengan kapasitasnya melainkan bisa
bergantung pada hal lain seperti ilmu pengetahuan, filsafat, dan teknologi yang selalu
berkembang dan gempar dipasarkan oleh beberapa badan bidang manajemen negara yang
memilki tujuan dalam mempermudah sistem kehidupan dan meningkatkan kualitas hidup seluruh
masyarakat dalam suatu negara.

C. Aspek Teoritis Pertanggungjawaban Hukum Pemerintah

Konsep “onrechtmatige daad” yang terdapat dalam hukum perdata secara yuridis formal
diatur dalam Pasal 1365, 1366, dan 1367 KUH Perdata. Bisa dikatakan bahwa konsep ini
merupakan konsep yang paling sulit ketika diterapkan di pemerintahan karena dinyatakan bahwa
hukum tidak tertulis dimasukkan sebagai salah satu kriteria perbuatan melanggar hukum. Namun
konsep tersebut akhirnya berubah dan dinyatakan bahwa siapapun yang melawan hukum serta
merugikan orang lain (dalam bidang perdata, baik yang dilanggar hukum tertulis maupun tidak
tertulis) harus dihukum sesuai dengan pelanggarannya dan tidak pandang bulu siapapun
pelanggarnya.

Di Indonesia sendiri, kasus onrechtmatigeoverheidsdaad ini dalam yurisprudensi


berkembang baik berdasarkan hukum tertulis maupun tidak tertulis dan berlaku kepada siapa saja
tidak peduli seseorang, badan hukum, maupun pemerintah, di bidang publik maupun privat.
Namun permasalahannya, apabila yang tergugat adalah negara atau pemerintah,
pertanggungjawabannya akan menjadi hal yang sulit karena yuriprudensi gugatan terhadap
negara atau pemerintah itu berbeda-beda karena banyak dipengaruhi berbagai faktor seperti di
bawah ini :

1) Pergeseran Konsep dari Kedaulatan Negara menjadi Kedaulatan Hukum.

Konsep ini mematok pemikiran bahwa apapun yang dilakukan oleh negara atau
pemerintah tidak berada pada jangkauan hukum karena kedaulatan negara berada di atas hukum.
Disebutkan oleh Austin, hukum adalah perintah dari subyek atau obyek yang memegang
kekuasaan tertinggi sehingga hukum tidak dapat menghakimi perbuatan mereka. Definisi
tersebut sangat berpengaruh kepada pandangan ahli hukum lainnya ditambah lagi dengan adanya
prinsip “The King can do no wrong”. Hal ini menyebabkan dan memperkuat anggapan apabila
negara atau pemerintah memiliki kedaulatan hukum dan apabila mereka menjadi subyek/obyek
yang tergugat, maka permasalahannya tidak dapat dipersoalkan secara hukum.

2) Ajaran tentang Pemisahan (Lembaga) Kekuasaan Negara.

Ajaran ini mengatur tiap negara haruslah berdaulat dengan masing-masing peranan dan
kekuasaannya sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam konstitusi. Antar lembaga negara tidak
diperbolehkan mempengaruhi satu sama lain sehingga apabila ada pelanggaran terjadi di
dalamnya, keseluruhannya harus melalui proses peradilan dan sentimen antar lembaga negara
harus dihilangkan demi tegaknya keadilan.

3) Perluasan Makna Hukum dari Sekedar Hukum Tertulis (undangundang),

kemudian Menjadi Hukum Tidak Tertulis Undang-undang yang dibuat oleh lembaga
legislatif negara kedudukannya adalah paten dan wajib dipatuhi oleh soapapun. Diakui secara
umum bahwa di luar undang-undang memiliki kandungan etik. Memasukkan hukum tidak
tertulis dalam undang-undang dianggap sebagai tindakan yang berlebihan apalagi jika kaitannya
dengan pemerintah sehingga pada penerapannya menimbulkan kontroversi. Hal ini dikatakan
oleh Sudargo Gautama sebagai hal yang tidak pantas karena apa yang tidak pantas menurut
pandangan masyarakat belum tentuk tidak pantas dari pandangan pemerintah
D. Pertanggungjawaban Pemerintah Hukum Administrasi bagi pejabat yang

menyalahgunakan kewenangannya dengan melakukan tindak korupsi

Dalam sub bab judul ini penyalahgunaaan wewenang yang dimaksud adalah wewenang
yang pemberiannya dilakukan secara atributif, delegatif atau mandat kepada badan atau pejabat
pemerintah untuk menjalankan pemerintahan demi mewujudkan kesejahteraan umum. Dalam
wewenang, asas legalitas merupakan aspek yang sangat penting karena pemerintah setiap
bertindak harus mendapatkan legitimasi dari rakyatnya yang secara sah tertuang dalam undang-
undang. Pemerintah yang memegang mandat pemerintah ini harus dipastikan menjalankan
wewenangnya dengan satu instrumen yang mengikat agar tidak terjadi penyalahgunaan
kekuasaan. Asas legalitas ini melingkupi tiga aspek, yaitu: wewenang, prosedur, dan substansi.

Contoh penyalahgunaan kekuasaan yang sering dilakukan oleh pejabat pemerintah adalah
korupsi, dalam UU Tipikor Pasal 14 disebutkan bahwa “Setiap orang yang melanggar ketentuan
Undang-undang yang secara tegas menyebutkan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-
undang sebagai tindak pidana korupsi yang berlaku diatur dalam UU Tipikor. Karena itu, tindak
pidana korupsi dalam hukum pidana khusus tepat karena korupsi dianggap sebagai kejahatan luar
biasa (extraordinary crime). Karena bersifat luar biasa, maka diperlukan pula upaya yang luar
biasa untuk mengatasinya.”

Dengan jelas bisa kita lihat bahwa apabila seorang pejabat tertangkap dan terbukti
melakukan korupsi maka tindakannya bisa diproses secara hukum karena telah terbukti
melanggar undang-undang. Hans Kelsen menyatakan bahwa konsep yang ada hubungannya
dengan kewajibab hukum termasuk dalam konsep tanggung jawab hukum, diatur bahwa
seseorang harus bertanggung jawab secara hukum karena tindakannya bertentangan dengan
hukum. Teori hukum yang umum memasukkan pemerintah ke dalam subyek yang dimaksud jadi
apabila terjadi tindakan yang bertentangan hukum dilakukan harus dipertanggungjawabkan
meskipun tindakan itu tanpa kesalahan sekalipun.

Wetercuen juga sejalan dengan pendapat tersebut, ia menyatakan bahwa pejabat


pemerintah yang terbukti menyalahi peraturan perundangundangan wajib dikenai tanggung
jawab internal yakni hukum kepegawaiana. Sebagaimana disebutkan Stroink, karena seorang
pejabat itu selain mewakili jabatan yang dipegang olehnya juga merupakan subyek yang tunduk
pada hukum kepegawaian jadi apabila melanggar hukum dikenakan hukum yang berlaku di
dalamnya yang bentuk hukumannya bisa berupa denda sebagai ganti kerugian negara maupun
hukuman disipliner. Macam-macam pertanggungjawaban pegawai negeri diuraikan sebagai
berikut:
 Pertanggungjawaban Kepidanaan

Jenis pertanggungjawaban ini dibebankan apabila pegawai yang bersangkutan melakukan


tindakan serius pelanggaran hukum yang sangat membahayakan sehingga
pertanggungjawabannya hanya berada pada pilihan sanksi pidana sesuai dengan hukum
yangberkaitan dengan tugas pegawai negeri. Hukum kepegawaian yang berlaku pada aspek
pertanggungjawaban ini ada pada Titel XXVIII buku II, Pasal 413 sampai 437 KUH Pidana
(kejahatan jabatan), Titel VIII buku III Pasal 552 sampai 559 KUH Pidana (tentang pelanggaran
jabatan) serta UU No. 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan tindak Pidana Korupsi

 Pertanggungjawaban Finansial/Keuangan dan Kehartaan

Pertanggungjawaban ini diminta oleh pihak ketiga kepada tergugat. Teori yang mendukung
pertanggungjawaban ini adalah teori Personalles. Teori ini menyatakan bahwa apabila pegawai
negeri dikenai pertanggungjawaban keuangan mala yang menggantinya adalah pegawai
(ambtennar) secara pribadi terhadap pihak ketiga yang dirugikan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada saat menjalankan tugas kepemerintahan, alat atau instrumen negara memiliki
pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan. Salah satunya dalam hal Hukum Administrasi
Negara. Pemerintah memiliki tanggung jawab perihal Hukum Administrasi Negara guna
menerapkan seluruh tugas serta fungsi yang telah ditentukan dalam aturan yang sifatnya nyata di
negara dan di seluruh kalangan masyarakat, tanpa terkecuali. Serta pemerintah memiliki
kewajiban untuk menyediakan prasarana dalam mendukung aktivitas tersebut sehingga dapat
terlaksana sesuai dengan hal - hal yang dimaksudkan. Pemerintah juga memiliki
pertanggungjawaban atas keberlangsungan atau terlaksananya hal - hal yang bersangkutan
dengan hukum administrasi negara, pertanggungjawaban yang dimaksud ialah berupa sebagai
pengawas, penyedia, pelaksana dan hal - hal lainnya yang bersifat operasional. Pemerintah dalam
memenuhi peran pertanggungjawaban atas Hukum Administrasi Negara melakukan upaya upaya
tertentu seperti dengan membuat atau merumuskan berbagai macam regulasi yang mengatur
serta membatasi perilaku para ASN dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya
penyalahgunaan wewenang, hal ini dibuktikan dengan terdapatnya UU mengenai Korupsi, UU
mengenai ASN, KUHPer dan lain sebagainya.

B. SARAN

Saran dari kelompok kami dalam mempertanggungjawabkan Hukum Administrasi


Negara yang dapat dilakukan pemerintah ialah selalu untuk merevisi atau melihat apakah
regulasi regulasi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur hal - hal yang dilakukan masih
relevan atau tidaknya dengan kehidupan. membatasi keterlibatan pihak lainnya dalam memenuhi
hal ini karena ditakutkan dapat berindikasi membuat perpecahan pemikiran yang dapat berakibat
lebih buruk kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai