Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PERATURAN KEBIJAKSANAAN”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Hukum Administrasi Negara

Disusun Oleh :
Kelompok VI
Lusi Rahma Yuni (1420028)
Luthfi Kurniawan (1420038)

Dosen :
Fajrul Wadi S.A, M.Hum

FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahnya penulis mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “ Peraturan
Kebijaksanaan ” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Hukum Administrasi Negara.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fajrul Wadi S.A, M. Hum selaku
dosen pengampu mata kuliah Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan bantuan
arahan kepada pemakalah dalam proses belajar mengajar hingga tersusunnya makalah ini
untuk menambah wawasan pengetahuan tentang terutama untuk para pemakalah dan pembaca
khususnya. Terima kasih juga kepada rekan Saya yang telah memberikan motivasi dan
kerjasamanya berupa diskusi kelompok dalam penyelesaian makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman
serta dapat menjadi inspirasi khususnya untuk para pembaca. Kami menyadari bahwa selama
penulisan dalam makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dalam hasil maupun
sistematika penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kami untuk tugas selanjutnya
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Bukittinggi, 25 Oktober 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Freies Ermessen .................................................................................................3
B. Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan ............5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................9
B. Saran .................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Administrasi Negara dapat diartikan sebagai perangkat hukum yang
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan administrasi negara. Administrasi
negara disini mencakup keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh administrasi negara
di dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, baik tugas yang berkaitan dengan layanan
masyarakat (public service), pelaksanaan pembangunan, kegiatan perekonomian,
peningkatan kesejahteraan dan lain sebagainya.
Peraturan kebijaksanaan (beleid regels) adalah merupakan produk hukum yang
lahir dari kewenangan mengatur kepentingan umum secara mandiri atas dasar prinsip
freies ermessen yang dalam praktek banyak ditemukan dituangkan dalam bentuk
Keputusan Presiden atau Keputusan Menteri.
Disadari atau tidak, fakta emperik menunjukkan bahwa banyaknya diskresi yang
dikeluarkan oleh pejabat pemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan berpotensi menimbulkan permasalahan hukum dan administratif,
sehingga perlu diawasi oleh masyarakat beserta organisasi-organisasi NGO yang
concern terhadap good governance. Oleh karena itu, penggunaan diskresi secara tepat
sesuai dengan ketentuan yang ada, yakni dengan senantiasa bersandar kepada asas-
asas umum pemerintahan yang baik tentunya akan membawa manfaat bagi
masyarakat. Dalam perspektif ini perlu ditekankan bahwa seorang pejabat administrasi
pemerintahan dituntut harus dapat mempertanggungjawabkan tindakan diskresi yang
dibuatnya kepada masyarakat tanpa perlu menunggu adanya gugatan secara legalistik.
Mengingat hal tersebut merupakan suatu kewajiban yang sifatnya melekat pada
kewenangan yang menjadi dasar akan adanya tindakan diskresi yang merupakan
bagian dari Freies Ermessen artinya kebbasan mempertimbangkan, bbas menilai,
bebas menduga dan bebas mengambil keputusan.
Keberadaan peraturan kebijaksanaan tidak dapat dilepaskan dengan kewenangan
bebas dari pemerintah yang sering disebut Freies Ermessen. Oleh karena itu, sebelum
menjelaskan perturan kebijaksanaan, terlebih dahulu kita akan bahas mengenai Freies
Ermessen.

1
B. Rumusan Masalah
1. Freies Ermessen.
2. Pengertian, ciri-ciri, fungsi dan penormaan peraturan kebijaksanaan.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami tentang freies ermessen.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan fungsi peraturan kebijaksanaan.
3. Untuk mengetahui bagaimana penormaan peraturan kebijaksanaan.
4. Untuk memenuhi tugas dan makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Freies Ermessen
Secara bahasa Freies Ermessen berasal dari kata frei yang artinya bebas, lepas,
tidak terikat dan merdeka. Artinya orang yang bebas, tidak terikat, dan merdeka.
Sementara tu, Ermessen berarti mempertimbangkan, menilai, menduga dan
memperkirakan. Freis Ermessen berarti orang yang memiliki kebebasan untuk menilai,
menduga dan mempertimbangkan sesuatu. Istilah ini kemudian secara khas digunakan
dalam bidang pemerintahan sehingga freies ermessen (diskresionare) diartikan sebagai
salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan
administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada
undang-undang. 1
Meskipun pemberian freies ermessen kepada pemerintah atau administrasi
negara merupakan konsekuensi logis dari konsepsi welfare state, tetapi dalam
kerangka negara hukum, freies ermessen ini tidak dapat digunakan tanpa batas. Atas
dasar itu, Sjahran Basah mengemukakan unsur-unsur freies ermessen dalam suatu
negara hukum yaitu :
1) Ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas servis publik.
2) Merupakan sikap tindak yang aktif dari administrasi negara.
3) Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum.
4) Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri.
5) Sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
penting yang timbul secara tiba-tiba.
6) Sikap tindak itu dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa maupun secara hukum. 2

1
Diambil dari buku Ridwan HR yg dikutip dari : Marcus Lukman, Eksistensi Peraturan
Kebijaksanaan dalam Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah serta
dampaknya trhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, Disertasi, Bandung : Universitas
Padjajaran, 1996, hlm. 205.
2
Diambil dari buku Ridwan HR yg dikutip dari buku Sjachran Basah, Bunga Rampai Hukum Tata
Negara dan Hukum Administrasi Negara, Jurusan HTN, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, Hlm. 68.
3
Freies Ermessen ini muncul sebagai alternatif untuk mengisi kekurangan dan
kelemahan di dalam penerapan asas legalitas. Bagi negara yang bersifat welfare state,
asas legalitas saja tidak cukup untuk dapat berperan secara aksimal dalam melayani
kepentingan masyarakat, yang berkembang pesat sejalan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi. Menurut Laica Marzuki, freies ermessen merupakan kebebasan yang
diberikan kepada tata usaha negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan,
sejalan dengan meningkatnya tuntutan pelayanan publik yang harus diberikan tata
usaha negara terhadap kehidupan sosial ekonomi para warga yang kian komplek. 3
Di dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, freies ermessen dilakukan oleh
administrasi negara dalam hal-hal :
1) Belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penylesaian in
konkrito trhadap suatu masalah tertentu, padahal masalah tersebut menuntut
penyelesaian yang segera. Misalnya dalam menghadapi suatu bencana alam
ataupun wabah penyakit menular, aparat pemerintah harus segera mengambil
tindakan yang menguntungkan bagi negara atau bagi rakyat, tindakan yang
semata-mata timbul atas prakarsa sendiri.
2) Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar berbuat aparat pemerintah
memberikan kebabsan spnuhnya. Misalnya dalam pemberian izin berdasarkan
pasal 1 HO, setiap pemberi izin bebas untuk menafsirkan pngertian
“menimbulkan keadaan bahaya” sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
masing-masing.
3) Adanya delegasi perundang-undangan, maksudnya aparat pmerintah diberi
kekuasaan untuk mengatur sendiri, yang sebenarnya kekuasaan itu merupakan
kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatnnya. Misalnya dalam menggali
sumber-sumber keuangan daerah. Pemerintah daerah bebas untuk mengelolanya
asalkan sumber-sumber itu merupakan sumber yang sah.

3
Dikutip Ridwan HR, diambil dari buku : Laica Marzuki, Peraturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)
Hakikat serta Fungsinya Selaku Sarana Hukum Pemerintahan, Makalah pada Penataran Nasional
Hukum Acara dan Hukum Administrasi Negara, Ujung Pandang : Fakultas Hukum Universitas
Hasanudin, 1996, Hlm. 7.
4
Freies Ermessen ini bertolak dari kewajiban pemerintah dalam welfare state,
dimana tugas pemerintah yang utama adalah memberikan pelayanan umum atau
mengusahakan kesejahteraan bagi warga negara, di samping memberikan
perlindungan bagi warga negara. Apabila dibandingkan dengan negara kita, freies
ermessen muncul bersamaan dengan pemberian tugas kepada pemerintah untuk
merealisasi tujuan negara seperti yang tercantum dalam alinia keempat UUD 1945.
Karena tugas utama pemerintah dalam konsep welfare state itu memberikan pelayanan
bagi warga negara, muncul prinsip “pemerintah tidak boleh menolak untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan alasan tidak ada peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya atau belum/tidak ada peraturan perundang-
undangan yang dijadikan dasar kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum.”
Meskipun pemerintah diberikan kewenangan bebas, dalam suatu negara hukum
penggunaan freies ermessen ini harus dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh
hukum yang berlaku. Penggunan freies ermessen tidak boleh bertentangan dengan
hukum yang berlaku baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.
Dalam ilmu hukum administrasi, freies ermessen ini diberikan hanya kepada
pemerintah atau administrasi negara baik, untuk mlakukan tindakan-tindakan biasa
maupun tindakan hukum, dan ketika freies ermessen ini diwujudkan dalam instrumen
yuridis tertulis, jadilah ia sebagai peraturan kebijaksanaan.

B. Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan


1. Pengertian Peraturan Kebijaksanaan
Di dalam penyelenggaraan tugas-tugas administrasi negara, pemerintah banyak
mengeluarkan kebijaksanaan yang dituangkan dalam berbagai bentuk seperti
beleidslijnen (garis-garis kebijaksanaan), het beleid (kebijaksanaan), voorschriften
(peraturan-peraturan), richtlijnen (pedoman-pedoman), regelingen (petunjuk-
petunjuk), circulaires (surat edaran), resoluties (resolusi-resolusi), aanschrijvingen
(instruksi-instruksi), beleidsnota’s (nota kebijaksanaan), reglemen (ministriele)
(peraturan-peraturanmenteri), beschikkingen (keputusan-keputusan), enbekenmakingen
(pengumuman-pengumuman).
Secara praktis kewenangan diskresioner administrasi negara yang kemudian
melahirkan peraturan kebijaksanaan mengandung dua aspek pokok. Pertama,
kebebasan menafsirkan mengenai ruang lingkup wewenang yang dirumuskan dalam
peraturan dasar wewenangnya. Aspek ini lazim dikenal dengan kebebasan menilai yg

5
bersifat objektif. Kedua, kebebasan untuk menentukan sendiri dengan cara bagaimana
dan kapan wewenang yang dimiliki administrasi negara itu dilaksanakan. Aspek ini
dikenal dengan kebebasan menilai yang bersifat subjektif. Kewenangan bebsa untuk
menafsirkan secara mandiri dari pemerintah inilah yang melahirkan peraturan
kebijaksanaan. P.J.P Tak menjelaskan peraturan kebijaksanaan adalah : “ peraturan
umum yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan berkenaan dengan pelaksanaan
wewenang pemerintahan terhadap warga negara atau terhadap instansi pemerintahan
lainnya dan pembuatan peraturan tersebut tidak memiliki dasar yang tegas dalam
UUD dan undang-undang formal baik langsung maupun tidak langsung. Artinya,
peraturan kebijaksanaan tidak didasarkan pada kewenangan pembuatan undang-
undang dan oleh karena itu tidak termasuk peraturan perundang-undangan yang
mengikat umum tetapi dilekatkan pada wewenang pemerintahan suatu organ
administrasi negara dan terkait dengan pelaksanaan kewenangannya.”

2. Ciri-ciri Peraturan Kebijaksanaan


J.H Van Kreveld menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijaksanaan adalah :
a) Peraturan itu langsung ataupun tidak langsung tidak didasarkan pada ketentuan
undang-undang formal atau UUD yang memberikan kewenangan yang
mengatur. Dengan kata lain, peraturan itu tidak ditemukan dasarnya dalam
undang-undang.
b) Peraturan itu tidak tertulis dan muncul melalui serangkaian keputusan instansi
pemerintahan dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan yang bebas
terhadap warga negara, atau ditetapkan secara tertulis oleh instansi pemerintahan
tersebut.
c) Peraturan itu memberikan petunjuk secara umum. Dengan kata lain, tanpa
pernyataan dari individu warga negara mengenai cara instansi pemerintahan
melaksanakan kewenangan pemerintahannya yang bebas terhadap setiap
individu warga negara yang berada dalam situasi yang dirumuskan dalam
peraturan itu.

Sedangkan, Bagir Manan menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijaksanaan sebagai


berikut :
a) Bukan merupakan peraturan perundang-undangan.
b) Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan
tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijaksanaan.

6
c) Tidak dapat diuji secara wetmatigheid karena memang tidak ada dasar
peraturan perundang-undangan untuk membuat keputusan peraturan
kebijaksanaan tersebut.
d) Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan freis ermessen dan katiadaan
wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang-
undangan.
e) Pengujian terhadap peraturan kebijaksanaan lebih disrahkan pada
doelmatigheid sehingga batu ujinya adalah asas-asas umum pemerintahan yang
layak.
f) Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni
keputusan, instruksi, surat edaran, pengumuan dan lain-lain.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, tampak ada beberapa persamaan antara peraturan


perundang-undangan dengan peraturan kebijaksanaan. A. Hamid Attamimi
menyebutkan unsur-unsur persamaannya adalah sebagai berikut :
a. Aturan yang berlaku umum, peraturan perundang-undangan dan peraturan
kebijaksanaan mempunyai subjek norma dan pengaturan perilaku atau objek
norma yang sama, yaitu bersifat umum dan abstrak.
b. Peraturan yang berlaku keluar, ditujukan kepada masyarakat umum.
c. Kewenangan pengaturan yang bersifat umum/publik, peraturan perundang-
undangan dan peraturan kebijaksanaan ditetapkan oleh lembaga/pejabat yang
mempunyai kewenangan umum/publik untuk itu.

Disamping persamaan, ada pula beberapa perbedaan antara peraturan


perundang-undangan dengan peraturan kebijaksanaan :
a. Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan fungsi negara.
b. Fungsi pembentukan peraturan kebijaksanaan ada pada pemerintah dalam arti
sempit (eksekutif).
c. Peraturan kebijaksanaan mengandung materi muatan yang berhubungan
dengan kewenangan membentuk keputusan-keputusan, kewenangan bertindak
dalam bidang hukum privat dan kewenangan membuat rencana-rencana.
Sedangkan materi muatan peraturan perundang-undangan mengatur tata
kehidupan masyarakat.
d. Sanksi dalam peraturan perundang-undangan hanya dapat mencantumkan
sanksi pidana bagi pelanggaran ketentuan-ketentuan yang hal itu secara tegas

7
diatribusikan oleh undang-undang dan pada peraturan kebijaksanaan hanya
dapat mencantumkan sanksi administratif bagi pelanggaran ketentuan-
ketentuannya.

3. Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan


Keberadaan peraturan kebijaksanaan menempati posisi penting terutama dalam
negara hukum modern, karna peraturan perundang-undangan sebagai hukum tertulis
masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Menurut Marcus Lukman, peraturan
kebijaksanaan dapat difungsikan secara tepat guna dan berdaya guna, yang berarti :
a. Sebagai sarana pengaturan yang melengkapi, menyempurnakan dan mengisi
kekurangan-kekurangan yang ada pada peraturan perundang-undangan.
b. Sebagai sarana pengaturan bagi keadaan vakum peraturan perundang-
undangan.
c. Sebagai sarana pengaturan bagi kepentingan-kepentingan yang belum
terakomodasi dalam peraturan perundang-undangan.
d. Sebagai sarana pengaturan untuk mengatasi kondisi peraturan perundang-
undangan yang sudah ketinggalan zaman.
e. Tepat dan berdaya guna bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat
berubah atau memerlukan pembaruan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi.
Sementara itu, dalam penerapan atau penggunaan peraturan kebijaksanaan harus
memerhatikan hal-hal diantaranya :
a. Harus sesuai dan serasi dengan tujuan undang-undang yang memberikan ruang
kebebasan bertindak.
b. Serasi dengan asas-asas hukum umum yang berlaku, seperti asas perlakuan
yang sama menurut hukum, asas kepatutan, asas keseimbangan, asas
pemenuhan kebutuhan dan harapan serta asas kelayakan mempertimbangkan
segala sesuatu yang relevan dengan kepentingan pumblik dan warga
masyarakat.
c. Serasi dan tepat guna dengan tujuan yang hendak dicapai.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Freies Ermessen berarti orang yang memiliki kebebasan untuk menilai,
menduga, dan mempertimbangkan sesuatu. Freies Ermessen merupakan kebebasan
bertindak atas inisiatif dan kebijakan sendiri dari administrasi negara.
Unsur-unsur Freies Ermessen dalam suatu negara hukum yaitu ; ditujukan untuk
menjalankan tugas-tugas servis publik, merupakan sikap yang aktif dari administrasi
negara sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum, sikap tindak itu diambil atas
inisiatif sendiri dan sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan penting yang timbul secara tiba-tiba serta sikap itu dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Freies Ermessen ini muncul sebagai alternatif untuk mengisi kekurangan dan
kelemahan di dalam penerapan asas legalitas dalam negara yang bersifat welfare state.

B. Kritik dan Saran


Penggunaan konsep freies ermessen ini harus tepat sasaran dan terkontrol
dengan baik. Kebebasan bukan berarti bertindak semaunya , tetapi bebas dalam artian
terbuka lebar peluang untuk berbeda asal mempunyai tujuan yang jelas disertai
perhitungan yang matang.
Demikianlah makalah yang dapat kami uraikan. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharap
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan untuk
memperbaiki makalah ini dengan baik. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
menambah referensi pengetahuan kita. Amin yarabbil ‘alamin.

9
DAFTAR PUSTAKA

HR Ridwan. 2011. Hukum Administrasi Negara. Jakarta Utara : PT Raja Grafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai