Disusun Oleh :
Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan masih
jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang bersifat membangun.Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada pembaca
guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang materi yang kami sampaikan dalam
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum yang semua penyelenggarankekuasaannya
berdasarkan hukum yang berlaku. Dalam negara hukum, alat-alat negara melakukan
fungsinya dengan baik. Negara berhak melakukansebuah tindakan. Tindakan pemerintah
ada dua macam yaitu tindakan biasadan tindakan hukum. Tindakan hukum pemerintah
adalah tindakan tindakanyang dilakukan oleh organ pemerintahan atau administrasi
Negara yangdimakasudkan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum dalam bidang
pemerintah atau administrasi negara. Tindakan hukum pemerintah itu ada duamacam
yaitu publik dan privat. Perbuatan hukum publik dibagi lagi menjadidua yaitu hukum
public bersegi dua dan hukum publik bersegi dua. Tindakan publik bersegi dua dibagi
lagi menjadi perjanjian dan tindakan bersama.1
Setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah haruslah berdasar padahukum.
Meskipun demikian tidak semua tindakan pemerintah teratur dalamhukum yang sudah
ada. Pemerintah dengan mengatasi persoalan yang belumada perundangan-undangannya
dapat melakukan diskresi. Diskresi merupakankeputusan atau tindakan yang dilakukan
oleh pejabat pemerintah untukmengatasi persoalan konkrit yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan tidak megatur,
tidak jelas, atau tidak lengkap. Diskresi menjadi jalan keluar bagi persoalan- persoalan
yang mendesak yang harus segera diselesaikan. Diskresi dapatdilakukan dengan bebasan
oleh pejabat pemerintahan dalam mengatasi persoalan-persoalan mendesak. Kebebasan
1
Jum Anggriani,Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) hlm. 106
ini memiliki batas-batas yang jelasyang telah ditulis di Undang-undang Administrasi
Pemerintah. Dengan adanyakebebasan untuk melakukan suatu kebijakan diharapkan
pejabat pemerintah bisa melakukan yang terbaik dalam suatu hal yang sedang dihadapi
tanpamerugikan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tindakan hukum pemerintah ?
2. Apa saja unsur – unsur tindakan hukum pemerintah ?
3. Apa saja macam – macam tindakan hukum pemerintah ?
4. Bagaimana karakteristik tindakan hukum pemerintah ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) hlm.109
3
Jum Anggriani,Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) hlm. 106
4
Ibid , hlm. 108
dengan yanglain,anatar individu dengan badan negara bilamana badan hukum turut
sertadalam pergaulan hukum seolah-olah sebagai individu.5
Dalam negara hukum, setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkanatas
hukum, karena dalam negara negara terdapat prinsip asas legalitas. Asasini menentukan
bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang diberikan olehsuatu peraturan perundang-
undangan yang berlaku, maka segala macam aparat pemerintah tidak akan memiliki
wewenang yang dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga
masyarakatnya.Meskipun demikian, tidak selalu setiap tindakan pemerintahan tersedia
peraturan peraundang-undangan yang mengaturnya. Dapat terjadi, dalam kondisitertentu
terutama ketika pemerintah harus bertindak cepat untukmenyelesaikan persoalan konkret
dalam masyarakat, peraturan perundang-undangannya belum tersedia. Dalam kondisi
seperti ini, kepada pemerintahdiberikan kebebasan bertindak melakukan Diskresi.
B. Unsur-unsur Tindakan Hukum Pemerintah
5
Ibid , hlm. 106-107
6
Ridwan HR,Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) hlm. 112
Dari kedua golongan perbuatan tersebut yang penting bagi hukum administrasi
negara adalah golongan perbuatan hukum (hechts handelingen), sebab perbuatan tersebut
langsung menimbulkan akibat hukum tertentu bagi hukum administrasi Negara, oleh
karena perbuatan hukum ini membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan
hukum yang ada, maka perbuatan tersebut tidak boleh mengandung cacat, seperti
kehilafan (dwaling), penipuan (bedrog), paksaan (dwang).
Secara keseluruhan, fungsi pemerintahan terdiri atas berbagai macam tindakan
pemerintah, seperti keputusan-keputusan, ketetapan-ketetapan yang bersifat umum,
tindakan hukum dan tindakan nyata. Netherlands Bestuursrecht (1987), menguraikan
empat macam bentuk penguasa yaitu:
1. Pemelihara ketertiban, pemeliharaan ketertiban pada tingkat pertama adalah
pengawasan supaya dapat terlaksana secara teratur.
2. Pengelolaan keuangan, melalui pajak, punggutan-pungutan lain, pendapatan
sendiri.
3. Tuan tanah. Sejak dulu, pihak penguasa merupakan tuan tanah.
4. Pengusaha,beberapa kegiatan dalam pemerintah hanya dapat dilaksanakan oleh
pihak penguasa mengingat sifatnya atau karena diharuskan sesuai dengan undang-
undang.
D. Cara Pelaksanaan Tindakan Pemerintahan
Dalam suatu negara hukum setiap tindakan hukum pemerintahan selalu harus
didasarkan pada asas legalitas atau harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Artinya tindakan hukum pemerintahan itu pada dasarnya adalah tindakan yang
dilakukan dalam rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau dalam rangka mengatur dan melayani kepentingan
umum yang dikristalisasikan dalam ketentuan undang-undang yang bersangkutan.
Ketentuan undang-undang ini melahirkan kewenangan tertentu bagi pemerintah untuk
melakukan tindakan hukum tertentu. Karena kewenangan ini hanya diberikan kepada organ
pemerintahan tertentu, tidak kepada pihak lain, maka tindakan hukum pemerintahan itu
pada dasarnya bersifat sepihak, bukan hasil persetujuan dengan pihak yang dikenai
tindakan hukum tersebut. Dalam hukum administrasi negara, hubungan hukum
(rechtsbetrekking) antara pemerintah, dalam kapasitasnya sebagai wakil dari jabatan
pemerintahan bukan dalam kapasitasnya selaku wakil dari bawan pemerintahan, dengan
seseorang atau badan hukum perdata tidak berada dalam kedudukan yang sejajar.
Pemerintah memiliki kedudukan khusus (de overheid als bijzonder persoon), sebagai satu-
satunya pihak yang diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan
7
Ridwan HR,Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) hlm. 121-122
kepentingan umum dimana dalam rangka melaksanakan kewajiban ini kepada pemerintah
diberikan wewenang membuat peraturan perundang-undangan, menggunakan paksaan
pemerintahan, atau menerapkan sanksi-sanksi hukum.
Kedudukan pemerintah yang tidak dimiliki oleh seseorang atau badan hukum
perdata ini menyebabkan hubungan hukum antara pemerintah dengan seorang atau badan
hukum perdata bersifat ordinatif. Berbeda halnya dengan hubungan hukum berdasarkan
hukum perdata, yang bertumpu pada asas otonomi dan kebebasan berkontrak. Hubungan
hukum berdasarkan hukum perdata bersifat sejajar. Pemerintah, dalam kapasitasnya
sebagai wakil dari badan hukum pemerintahan, bukan sebagai wakil dari jabatan
pemerintahan, dapat mengadakan hubungan hukum berdasarkan hukum perdata dengan
kedudukan yang sejajar atau tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum perdata.
Meskipun hubungan hukumnya bersifat ordinatif, pemerintah tidak dapat melakukan
tindakan hukum secara bebas dan semena-mena terhadap warga negara. Sebagaimana telah
disebutkan, tindakan hukum pemerintah tetap terikat pada asas yang mendasari tindakan
tersebut yaitu asas legalitas. Kalaupun kemudian dikenal adanya tindakan hukum dua
pihak atau lebih, maka ini hanya menyangkut mengenai cara-cara merealisasikan tindakan
hukum tersebut. Di atas disebutkan bahwa tindakan hukum dua pihak diatur dengan
peraturan bersama. Kemunculan peraturan bersama pada hakekatnya hanyalah menyangkut
cara untuk melaksanakan tugas dan urusan pemerintahan, yaitu ketika tugas dan urusan
pemerintahan tertentu kebetulan ada kesamaan dengan organ pemerintahan lainnya atau
karena ada tujuan agar pelaksanaan tugas dan urusan tersebut dapat terselenggara secara
efektif dan efisien dengan cara dilaksanakan secara bersama-sama.
PENUTUP
Kesimpulan