Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang penegakan hukum dalam Hukum Administrasi
Negara.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini dengan baik.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
pembaca.

Medan, 5 Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Penegak Hukum dalam HAN


B. Aspek yang menjadi Pendorong dan masalah dalam penegakan HAN
C. Menjalankan Administrasi yang baik

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dan Saran


B. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada saat sekarang maupun pada zaman dulu secara sadar atau tidak sadar
warga Negara pada umumnya selalu berhubungan dengan aktifitas birokrasi
pemerintahan. Tidak henti-hentinya orang harus berurusan dengan birokrasi, sejak
berada dalam kandungan sampai meninggal dunia. pada saat kita dilahirkan juga
berurusan dengan pemerintahan pemerintahan, contohnya pada saat membuat akta
kelahiran.
Beranjak dari situ setelah dewasa orang akan membutuhkan KTP yang di
keluarkan oleh aparatur pemerintahan dan banyak lainnya yang urusannya juga
berurusan dengan pemerintahan. Begitu luas ruang lingkup jasa pelayanan umum
yang diselenggarakan oleh pemerintah sehingga semua orang mau tidak mau
harus menerima bahwa intervensi birokrasi melalui pelayanan umum, itu absah
adanya. Di samping itu juga sering terjadi diskriminasi terhadap pelayanan publik,
padahal aparatur pemerintah mempunyai misi untuk melayani masyarakat dengan
baik.
Sebagian masyarakat yang menginginkan proses yang cepat, tidak lama
(dalam hal ini masalah urusan administrasi) misalnya mengurus Akte Tanah di
kantor Badan Pertahan Nasional, maka masyarakat atau orang tersebut akan
mencari berbagai cara sehingga Akta Tanahnya cepat selesai. Contohnya dengan
memberikan sejumlah uang kepada seorang pegawai di Badan Pertahan agar Akte
Tanahnya cepat selesai. Maka untuk itu perlu adanya penegakan hukum yang
efektif. Agar hal-hal seperti itu dapat diantisipasi dan tidak terjadi lagi.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan penegak hukum dalam HAN?


2. Apa saja Aspek yang menjadi Pendorong dan masalah dalam penegakan HAN?
3. Bagaimana menjalankan administrasi yang baik?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penegak Hukum dalam HAN

Sebelum mengetahui tentang penegakkan hukum kita harus membahas


pengertian tentang pengertian penegakkan hukum itu sendiri. Penegakan hukum
adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau
hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ditinjau darui sudut subyeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh
subyek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu
melibatkan semua subyek hukum dalam setiap hubungan hukum.
Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang
berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti
sempit, dari segi subyeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai
upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan
tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.
Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut obyeknya,
yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna
yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pada
nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi aturan formal maupun
nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tatapi dalam arti sempit,
penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan
tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan “Law enforcement” ke dalam
bahasa indonesia dalam menggunakan perkataan “Penegakan Hukum” dalam arti
luas dapat pula digunakan istilah “Penegakan Peraturan” dalam arti sempit.
Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan
nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa inggris
sendiri dengan dikembangkannya istilah “the rule of law” atau dalam istilah “ the
rule of law and not of a man” versus istilah “ the rule by law” yang berarti “the
rule of man by law” Dalam istilah “ the rule of law” terkandung makna
pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan
mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,
digunakan istilah “ the rule of just law”. Dalam istilah “the rule of law and not of
man”, dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan
suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah
sebaliknya adalah “the rule by law” yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh
orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.Kajian
Tentang Pengaturan dan Penegakan Hukum Dalam Sistem Administrasi ini
merupakan sebuah kajian yang dilatarbelakangi oleh kondisi bahwa dalam sistem
penyelenggaraan negara, konkritisasi aktivitas lembaga Negara dituangkan dalam
instrumen kebijakan publik yang memuat arah penyelenggaraan Negara.

Dalam rangka mengakomodasi tuntutan dinamika masyarakat, kebijakan ini


dapat dituangkan dalam format administratif yang harus senantiasa berdasarkan
pada peraturan perundang-undangan sebagai formalisasi hukum dari kebijakan
publik. Agar dalam pelaksanaannya peraturan perundang-undangan tersebut dapat
mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat, perlu dilakukan pengaturan dan
penegakan hukum agar terjadi ketaatan dalam pengimplementasian peraturan
perundang-undangan sehingga materi yang termuat didalamnya terdukung dengan
sebaik-baiknya dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera, adil, tata dan tertib.
B. Aspek yang menjadi Pendorong dan masalah dalam penegakan HAN

Dalam Rangka Perumusan Kebijakan Publik, Pelaksanaan Pengukuran Good


Governance di Tingkat Pemerintahan Daerah, dan Implikasi Pilkada Langsung
Terhadap Pelayanan Publik dan Netralitas Birokrasi, maka diketahui bahwa dari 3
(tiga) aspek pengaturan dan penegakan hukum, yaitu aspek keberadaan dasar
hukum/peraturan perundang-undangan; pelaksanaan atau implementasi
hukum/peraturan perundang-undangan yang telah ada; dan penegakan
hukum/peraturan perundang-undangan (dalam arti sempit), secara keseluruhan
memberi pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan pengaturan dan
penegakan hukum sistem administrasi di Indonesia.
Dari ketiga aspek tersebut, aspek yang cukup berperan sebagai pendorong
pengaturan dan penegakan hukum dalam sistem administrasi adalah keberadaan
dasar hukum/peraturan perundang-undangan. Sedangkan aspek yang cenderung
menjadi penghambat pengaturan dan penegakan hukum dalam sistem administrasi
adalah pelaksanaan atau implementasi hukum/peraturan perundang-undangan
yang telah ada; dan penegakan hukum/peraturan perundang-undangan.
Ada 2 (dua) hal yang menjadi problematika dalam pengaturan dan penegakan
hukum sistem hukum administrasi negara sebagai berikut.
Problematika pertama terkait masalah sistem hukumnya dan kedua faktor-faktor
di luar sistem hukum. Problematika yang terkait dengan susunan sistem hukum
tersebut antara lain mengenai:
a)      Menyangkut masalah elemen substansi hukum, dimana di dalam praktek
antara das Sollen dan das Sein seringkali tidak sejalan.
b)       Elemen kedua berupa struktur hukum menyangkut kelembagaan.
c)      Elemen ketiga yaitu budaya hukum yang terkait dengan perilaku hukum
masyarakat.
Problematika kedua terkait masalah di luar sistem hukum/peraturan
perundang-undangan, antara lain, pertama modus pelanggarannya semakin
berkembang dan canggih (sophisticated), Kedua, subyek hukumnya
”profesional”, Ketiga obyeknya rumit (complicated).
Upaya dalam menghadapi problematika pengaturan dan penegakan hukum
sistem administrasi negara adalah dengan cara pembenahan sistem
hukum/peraturan perundang-undangan yang diarahkan sekaligus dalam rangka
meminimalisir problematika di luar sistem hukum/peraturan perundang-undangan
itu sendiri, melalui beberapa upaya seperti :
1.      Menata kembali substansi hukum/peraturan perundang-undangan melalui
peninjauan dan penataan kembali peraturan perundang-undangan.
2.      Melakukan pembenahan struktur hukum/perundang-undangan melalui
penguatan kelembagaan dan peningkatan profesionalisme aparatur penegak
hukum.
3.      Meningkatkan budaya hukum melalui pendidikan dan sosialisasi berbagai
peraturan perundang-undangan serta perilaku keteladanan dari aparatur
pemerintah dan penegak hukum dalam mematuhi serta menaati
hukum/perundang-undangan.
Sehubungan dengan rekomendasi tersebut, maka seluruh instansi dan
lembaga pemerintah, perlu untuk selalu berusaha meminimalisir munculnya
problematika pengaturan dan penegakan hukum sistem administrasi negara,
dengan cara melakukan pembenahan, baik secara struktural maupun fungsional
yang diarahkan sejalan dengan perkembangan kebijakan hukum/peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, serta perkembangan
dinamika tuntutan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam
penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan negara.
Instansi pemerintah yang diharapkan dan didorong untuk menjadi
”lokomotif” bagi pembenahan pengaturan dan penegakan hukum sistem
administrasi negara. Instansi tersebut adalah Lembaga Administrasi Negara
sebagai instansi yang mengemban fungsi ”Central Oversight Body” di bidang
pengembangan administrasi negara, badan pembinaan hukum nasional sebagai
instansi yang mengemban fungsi ”Central Oversight Body” di bidang
pengembangan hukum dan peraturan perundang-undangan. 
Sanksi-sanksi hukum adminitrasi yang khas antara lain :
a. Bestuursdwang (paksaan pemerintahan)
Diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari pengusaha guna
mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi
atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga
karena bertentangan dengan undang-undang.
b. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan (izin
pembayaran, subsidi).
Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan tidak selalu perlu
didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini tidak termasuk
apabila keputusan(ketetapan) tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan
menurut sifanya "dapat diakhiri" atau diatrik kembali (izin, subsidi berkala).
C. Menjalankan Administrasi yang baik

Negara Indonesia sebagai Negara nasional, maka administrasi negaranyapun


adalah administrasi Negara nasional mempunyai kewajiban untuk mempertinggi
kepribadian nasoinal Indonesia. Sehingga kebudayaan Indonesia betul-betul
mekar dan berkembang., di mana menunjukkan keagungan bangsa. Kepribadian
Indonesia adalah kepribadian yang religius, dengan demikian kebudayaan
Indonesia adalah kebudayaan yang relegius juga. Oleh karena itu fungsi
administrasi Negara harus menuju kearah itu, seperti yang di cita-citakan bangsa
Indonesia. 

- Pendapat Para Sarjana.


Menurut P. Nicolai dan kawan-kawan sarjana agar hukum administrasi dapat
dijalankan dengan baik, artinya dilaksanakan sesuai dengan koridor hukum yang
berlaku, antara lain yaitu:
1. Pengawasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan ketaatan pada
atau bedasarkan undang-undang yang ditetapkan secara tertulis dan
pengawasan terhadap keputusan yang meletakkan kewajiban kepada
individu.
2. Penerapan kewenangan sanksi pemerintah Pendapat P. Nicolai hampir
sama dengan Teori Berge seperti dikutip Philipus M. Hadjon, yang
menyatakan bahwa intrumen penegakan Hukum Administrasi Negara
meliputi : pengawasan dan penerapan sanksi. Pengawasan merupakan
langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan
sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan.
Di samping pendapat kedua diatas Paulus E. Lotulung, mengemukakan
beberapa macam pengawasan dalam Hukum Administrasi Negara yaitu bahwa
ditinjau dari segi kedudukan dari badan atau organ yang melaksanakan kontrol itu
terhadap badan atau organ yang dikontrol, dapatlah dibedakan antara jenis kontrol
intern dan kontrol ektern. Kontrol intern berarti bahwa pengawasn itu dilakukan
oleh badan yang secara organisatoris atau struktural masih termasuk dalam
lingkungan pemerintahan sendiri. Sedangkan kontrol ektern adalah pengawasan
yang dilakukan oleh oragn atau lembaga yang secara organisatoris atau struktural
berda di luar pemerintahan.
Telah penulis sebutkan tadi di samping pengawasan, agarHukum
Administrasi Negara tidak stagnan atau mengalami kemacetan dalam
pelaksanaannya, maka ada satu lagi yaitu sanksi. Sanksi disini merupakan bagian
penting dalam setiap perundang-undangan. Bahkan J.B.J.M. tan Berge
menyebutkan bahwa sanksi merupakan inti dari kelancaran atau penegakan
Hukum Administrasi. Sanksi akan menjamin penegakan Hukum Administrasi
karena sanksi salah satu intsrumen untuk memaksakan tingkah laku para warga
Negara pada umumnya dan khususnya instansi pemerintah. Oleh sebab itulah
sanksi sering merupakan bagian yang melekat pada nama hukum tetentu.
Sanksi-sanksi yang dimaksudkan di atas antara lain:
1. Bestuursdwang (paksaan pemerintah).
Bestuursdwang dapat diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata (feitelijke
handeling) dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu
kaedah hukum administrasi atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya
ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang.
Penerapan sanksi ini jelas harus atas peraturan perundang-undangan yang tegas
2. Penarikan kembali keputusan atau ketetapan yang menguntungkan (izin,
pembayaran, subsidi).
Penarikan kembali suatu keputusan atau ketetapan yang menguntungkan tidak
terlalu perlu pada suatu peraturan perundang-undangan. Hal itu tidak termasuk
apabila keputusan atau ketetapan tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu
dan menurut sifatnya “dapat di akhiri” atau ditarik kembali (izin, subsidi
berskala). Tanpa suatu dasar hukum yang tegas untuk itu penarikan kembali tidak
dapat diadakan secara berlaku surut. Karena bertentangn dengan azas hukum, tapi
kebanyakan undang-undang modern, kewenangan penarikan kembali sebagai
sanksi diatur dengan tegas.
3. Penggenaan denda administratif.
Penggenaan sanksi administratif, terutama terkenal di dalam hukum pajak yang
menyerupai penggunaan suatu sanksi pidana (juga harus atas landasan peraturan
perundang-undangan yang berlaku)
4. Penggenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom). 
- Menurut Undang-undang .
Menurut undang undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Yang di maksud
dengan aparat pemerintah atau Penyelenggaraan Administrasi Negara yang baik
adalah:
Aparat pemerintah yang adil dalam melaksanakan tugasnya, yaitu aparat yang
tidak melakukan diskriminatif penduduk, antara penduduk kaya dan yang tidak
kaya.
Aparat pemerintah yang adil adalah juga aparat yang memberikan kepada
pendusuk apa yang menjadi haknya. Aparat pemerintah yang bersih, artinya tanpa
cacat hukum, tidak melakukan korupsi, kolusi maupun nepotisme. Aparat
pemerintah yang berwibawa, yaitu aparat yang disegani oleh penduduk, bukan
ditakuti. 
Aparat pemerintah yang bermoral, artinya aparat yang : Mempunyai
keyakinan diri, keyakinan tentang apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang
tidak baik untuk tidak dilakukan. Aparat yang dapat mengawasi diri dalam
melaksanakan tugasnya, tanpa harus diawasi dari luar. Misalnya dari atasannya
atau dari suatu badan pengawas. Mempunyai disiplin diri, artinya menaati dan
mematuhi peraturan tanpa paksaan dari luar. Misalnya seorang bendahara
mengelola uang Negara , sesuai dengan peraturan tanpa paksaan dari Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) Aparat pemerintah yang baik, artinya aparat yang :
Berada dalam kedudukannya sebagai aparat yang ideal dan fungsional. Aparat
yang ideal adalah aparat yang bekerja dengan cita-cita tinggi, bercita-cita untuk
menciptakan pemerintahan yang lebih baik dari pemerintah yang ada sebelumnya.
Dan aparatur yang fungsional adalah aparat yang menjalankan fungsinya
yang ulet, tekun dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Jika ia berkerja
membumi, maka ia adalah aparat yang fungsional. Aparat yang baik merupakan
Bestaandvoorwaarde artinya syarat yang harus ada untuk adanya pemerintahan
yanh baik atau administrasi yang baik. 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran


Daftar Pustaka

1. http://ilmuhukummhswa.blogspot.com/2009/11/penegakan-hukum-dal
am-hukum_17.html
2. http://ianbachruddin.blogspot.com/2011/11/penegakkan-hukum-admini
strasi-negara.html

Anda mungkin juga menyukai