Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinas Perizinan sebagai salah satu SKPD penyelenggara pelayanan
publik pada Pemerintah kabupaten Sragen dibidang perizinan, sehingga
dalam rangka

mewujudkan penyelenggaraan pelayanan

yang sesuai

dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan guna


mewujudkan kepastian, kesamaan, keseimbangan hak dan kewajiban
berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan perizinan.
Reformasi Administrasi Negara terjadi karena perubahan dan modernisasi
Administrasi Negara (administrative change) tidak berjalan sebagaimana
mestinya sesuai dengan tuntutan keadaan, karenanya diperlukan usaha
yang sadar dan terencana untuk mengubah struktur dan prosedur birokrasi
(aspek reorganisasi kelembagaan, sikap dan perilaku birokrat/aspek
prilaku atau kinerja), meningkatkan efektivitas organisasi (aspek program),
sehingga dapat diciptakan Administrasi Negara yang sehat dan terciptanya
tujuan pembangunan nasional. Perkembangan Administrasi Negara
merupakan hal mendasar, karena harus sesuai dengan arah perkembangan
lingkungan global yang semakin kompetitif dalam seluruh aspek, termasuk
dalam tata kelola kepemerintahan. Peran administrasi public harus sesuai
dengan tuntunan zaman, tuntutan masyarakat, tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi apabila organisasai ingin terus eksis dan survive. Hal
tersebut didukung dengan pendapat Lee dan Smonte (dalam Effendi, 2000)
Penerapan ide-ide baru atau kombinasi ide guna meningkatkan sistem
administrasi agar mampu melaksanakan tujuan pembangunan nasional. 1
Salah satu bagian dari reformasi administrasi Negara yaitu
reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi menjadi sesuatu yang sangat
fundamental yang harus dilakukan oleh Negara-negara yang sedang
melakukan reformasi Administrasi Negara. Sependapat dengan Prasojo
1 Wiranto, tatag. Tanpa tahun. Akuntabilitas dan Transparansi Dalam
Pelayanan Publik www.bappenas.go.id; diakses tanggal 18 Dsember
2015).

dan Kurniawan (2008) reformasi birokrasi (administrasi Negara) dan good


governance merupakan dua konsep utama bagi perbaikan kondisi
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Memahasi tenatang cara reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan 5 cara
yaitu, penataan kelembagaan, penataan ketatalaksanaan, penataan sumber
daya manusia, akuntabilitas dan pelayanan serta kualitas pelayanan.
Indonesia termasuk kedalam Negara yang sedang menerapkan
reformasi borokrasi dalam berbagai instansinya. Otonomi daerah menjadi
jalan bagi pemerintah daerah lebih cepat untuk melakukan reformasi
administrasi yang ada di pemerintahaannya. Salah satu reformasi
administrasi yang dapat dilihat yaitu di pemerintah kabupaten Sragen.
Reformasi administrasi di Pemerintahan Kabupaten Sragen cukup
membawah hal positif dalam kemajuan daerahnya yang menyumbang
Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (APBK) menjadi lebih
meningkat dari tahun ketahun. Dengan anggaran yang meningkat tersebut
nantinya pemerintah akan lebih banyak mengakomodasi apa yang
diinginkan warganya.Hal tersebut menjadikan Kabupaten Sragen menjadi
Kabupaten unggulan yang dijadikan percontoh bagi kabupaten yang lain.
Hal tersebut di perkuat dengan penelitian Prasojo dan Kurniawan (2008)
yang menyebutkan di Kab. Sragen terdapat banyak program inovasi yang
layak dicontoh oleh Daerah lain di Indonesia. Sejumlah program tersebut
dibagi dalam tiga kelompok besar program yaitu program reformasi
birokrasi, pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat dan PNS2.
Pemaparan diatas mendorong penulis untuk melakuakan observasi di
Pemerintahan Kabupaten Sragen tentang reformasi administrasi yang
dilakukannya. Melihat reformasi tersebut akan ditinjau dengan prespektif
reformasi birokrasi dengan lima bagiannya yang sudah dijelaskan diatas.
Makalah ini berjudul Analisis perizinan sebagai instrumen untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik di kabupaten sragen.

2 Buku Profil BPTPM Kabupaten Sragen Jawa Tengah Tahun 2011 HAL
18.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di peroleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana birokrasi perizinan di kabupaten Sragen ?
2. Bagaimana cara untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di Kabupaten
Sragen?
3. Sudah sejauh mana usaha pemerintah kabupaten Sragen dalam
menciptakan pemerintahan yang baik?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas dapat diperoleh tujuan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui birokrasi perizinan di kabupaten Sragen.
2. Untuk mengetahui cara untuk mewujudkan pemerintahan yang baik di
Kabupaten Sragen.
3. Untuk mengetahui sejauh mana usaha pemerintah kabupaten Sragen dalam
menciptakan pemerintahan yang baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Instrumen Pemerintahan


Instrumen Pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang
digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Dalam

menjalankan

suatu

pemerintahan,

pemerintah

atau

administrasi negara melakukan berbagai tindakan hukum dengan


menggunakan instrumen pemerintahan.
Instrumen Pemerintahan ini dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Instrumen Fisik
Instrumen Fisik yang terhimpun dalam publiek domain, terdiri
atas; alat tulis menulis, sarana transportasi dan komunikasi,
gedung-gedung perkantoran dan lain-lain.
2. Instrumen Yuridis
Instrumen Yuridis ini berfungsi untuk mengatur dan menjalankan
urusan pemerintahan dan kemasyarakatan, yang terdiri atas;
peraturan perundang-undangan, keputusan-keputusan, peraturan
kebijaksanaan, perizinan, instrumen hukum keperdataan dan lainlain.
Untuk menemukan norma dalam hukum administrasi negara harus
dicari dalam semua peraturan perundang-undangan terkait dari
tingkat yang paling tinggi dan bersifat umum-abstrak sampai yang
paling rendah yang bersifat individual-konkret.
Menurut Indroharto (1993: 139-140) dalam suasana hukum tata
usaha negara kita menghadapi bertingkat-tingkat norma-norma

hukum yang kita perhatikan. Artinya, peraturan hukum yang harus


diterapkan tidak begitu saja kita temukan dalam undang-undang,
tetapi

dalam

kombinasi

peraturan-peraturan

dan

keputusan-

keputusan tata usaha negara yang satu dengan yang lain saling
berkaitan.
Lebih lanjut Indroharto menyebutkan sebagai berikut:
1. Keseluruhan

norma

hukum

administrasi

negara

dalam

masyarakat memiliki struktur bertingkat dari yang sangat umum


yang terkandung dalam perundang-undangan sampai pada norma
yang paling individual dan konkrit yang dikandung dalam
penetapan tertulis (beschikking).
Pembentukan norma-norma hukum dalam hukum administrasi negara
tidak hanya dilakukan oleh pembuat UU(kekuasaan legislatif) dan
badan-badan peradilan, tetapi juga oleh aparat pemerintah, dalam
hal ini Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara.

Guna mengetahui kualifikasi sifat keumuman


(algemeenheid) dan kekonkretan (concreetheid)
norma hukum administrasi, perlu diperhatikan
mengenai obyek yang dikenai norma hukum
(adressaat) dan bentuk normanya. Artinya kepada
siapa norma hukum itu ditujukan apakah untuk
umum atau untuk orang tertentu.

Philipus M. Hadjon (1994:125) membuat kualifikasi


dengan skema berikut ini:

Untuk siapa
Apa dan bagaimana
Umum
Individual
Abstrak
Konkret

Berdasarkan skema ini, selanjutnya menghasilkan empat macam sifat


norma hukum, yaitu:
1. Norma Hukum Abstrak, misalnya undang-undang;
2. Norma Individual Konkret, misalnya keputusan tata usaha negara;
3. Norma Umum Konkret, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang
dipasang di tempat tertentu (rambu itu berlaku bagi semua
pemakai jalan, namun hanya berlaku untuk tempat itu;
4. Norma Individual Abstrak, misalnya IMB. 3
B. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm
yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah
mengatur hal-hal yang bersifat umum.
Secara teoritis, istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving,
atau gesetzgebung) mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Peraturan perundang-undangan yang merupakan proses
pembentukan/proses membentuk peraturan-peraturan negara,
baik di tingkat pusat maupun daerah.
3 Buku Beberapa Asas dan Pengertian Pokok tentang Administrasi dan
Hukum Administrasi oleh Amrah Muslimin (PT. ALUMNI : Bandung )
Halaman 65.

2.

Peraturan perundang-undangan yang merupakan segala


peraturan

negara,

yang

merupakan

hasil

pembentukan

peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat


daerah.
Istilah perundang-undangan secara harfiah dapat diartikan peraturan
yang berkaitan dengan undang-undang, baik peraturan itu berupa
undang-undang sendiri maupun peraturan lebih rendah yang
merupakan atribusi ataupun delegasi undang-undang.
Atas dasar atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan,
maka yang tergolong peraturan perundang-undangan di negara kita
ialah undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah seperti : Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden (Kepres)
yang berisi peraturan, Keputusan Menteri (Kepmen) yang berisi
peraturan, dan Keputusan-keputusan lain yang berisi peraturan
(Hamid Attamimi, 1992: 3).
Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peraturan perundang-undangan bersifat umum dan komprehensif
2. Peraturan perundang-undangan bersifat universal, ia diciptakan
untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang akan datang yang
belum jelas bentuk konkritnya
3. Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya
sendiri.
Menurut beberapa undang-undang, peraturan perundang-undangan
diartikan sebagai:

1. Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No 5 Tahun 1986 mengartikan


peraturan perundang-undangan sebagai semua peraturan yang
bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan
Perwakilan Rakyat bersama pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah, serta semua keputusan badan atau
pejabat tata usaha negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah, yang juga mengikat umum.
2. Pasal 1 angka 2 UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan

Perundang-undangan,

mengartikan

peraturan

perundang-undangan sebagai peraturan tertulis yang dibentuk


oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat
secara umum.
Berdasarkan kualifikasi norma hukum diatas, peraturan perundangundangan bersifat umum-abstrak, yang dicirikan oleh:
1. Tidak hanya berlaku pada saat tertentu;
2. Tidak hanya berlaku pada tempat tertentu;
3. Tidak hanya berlaku pada orang tertentu;
4. Tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu, tetapi untuk
berbagai fakta hukum yang dapat berulang-ulang.
Dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state), tugas pemerintah
tidak hanya terbatas untuk melaksanakan undang-undang yang telah
dibuat oleh lembaga legislatif.
Dalam perspektif welfare state, pemerintah dibebani kewajiban
untuk menyelenggarakan kepentingan umum atau mengupayakan

kesejahteraan sosial, yang dalam menyelenggarakan kewajiban itu


pemerintah diberi kewenangan untuk campur tangan dalam
kehidupan masyarakat, dalam batas-batas yang diperkenankan oleh
hukum.
Bersamaan dengan kewenangan untuk campur tangan tersebut,
pemerintah

juga

diberi

kewenangan

untuk

membuat

dan

menggunakan peraturan perundang-undangan.


Kewenangan membuat peraturan perundang-undangan seharusnya
menjadi ranah wilayah lembaga legislatif kalau kita berpedoman
pada ajaran Trias Politika.
Menurut Bagir Manan (1995: 335) ada beberapa alasan yang menjadi
dasar diberikannya kewenangan membuat peraturan perundangundangan kepada eksekutif (pemerintah), yaitu:
a. Paham pembagian kekuasaan lebih menekankan pada perbedaan
fungsi daripada pemisahan organ yang terdapat dalam ajaran
pemisahan kekuasaan. Dengan demikian, fungsi pembentukan
peraturan perundang-undangan tidak harus terpisah dari fungsi
penyelenggaraan pemerintahan.
b. Paham yang memberikan kekuasaan pada negara atau pemerintah
untuk mencampuri kehidupan masyarakat, baik sebagai negara
kekuasaan atau negara kesejahteraan. Paham ini memerlukan
instrumen hukum yang akan memberikan dasar bagi negara atau
pemerintah untuk bertindak.

c. Untuk menunjang perubahan masyarakat yang berjalan makin


cepat dan kompleks diperlukan percepatan pembentukan hukum.
Hal ini mendorong administrasi negara untuk berperan lebih besar
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
d. Berkembangnya berbagai jenis peraturan perundang-undangan
baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah. 4
C. Peraturan Kebijaksanaan
Keberadaan peraturan kebijaksanaan tidak dapat dilepaskan dengan
kewenangan bebas (vrijebevoegdheid) dari pemerintah yang sering
disebut dengan istilah freies ermessen.
Freies Ermessen berasal dari kata Frei yang artinya bebas, lepas,
tidak terikat dan merdeka, Ermessen berarti mempertimbangkan,
menilai, menduga dan memperkirakan. Sehingga Freies Ermessen
berarti orang yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga, dan
mempertimbangkasn sesuatu.
Dalam kaitannya dengan pemerintahan Freies Ermessen diartikan
sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi
pejabat atau badan-badan administrasi negara untuk melakukan
tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang
(Marcus Lukman, 1996: 205)
Meskipun

pemberian

Freies

Ermessen

kepada

pemerintah

merupakan konsekuensi logis dari konsep welfare state, tetapi dalam


kerangka negara hukum, Freies Ermessen tidak dapat digunakan
4 Id. at 70.

10

tanpa batas. Atas dasar itu, Sjachran Basah (1992: 151)


mengemukakan unsur-unsur Freies Ermessen dalam suatu negara
hukum, yaitu;
a. Ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas servis publik;
b. Merupakan sikap tindak yang aktif dari administrasi negara;
c. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum
d. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri
e. Sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalanpersoalan penting yang timbul secara tiba-tiba
f. Sikap tindak itu dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral
kepada Tuhan YME maupun secara hukum .
Disamping itu penggunaan Freies Ermessen tidak boleh bertentangan
dengan sistem hukum yang berlaku (kaidah hukum positif) dan
hanya ditujukan demi kepentingan umum.
Freies Ermessen ini kemudian menjadi asal muasal lahirnya
peraturan kebijaksanaan, yang mengandung dua aspek, yaitu:
1.

Kebebasan menilai yang bersifat obyektif, yaitu kebebasan


menafsirkan

mengenai

ruang

lingkup

wewenang

yang

dirumuskan dalam peraturan dasar wewenangnya;


2. Kebebasan menilai yang bersifat subyektif, yaitu kebebasan untuk
menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan kapan wewenang
yang dimiliki administrasi negara itu dilaksanakan.
Menurut Philipus M. Hadjon (1994:152), peraturan kebijaksanaan
pada hakekatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara

11

yang bertujuan naar buiten gebracht schricftelijk beleid, yaitu


menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis.
Sebagaimana pembuatan dan penerapan peraturan perundangundangan, yaitu harus memerhatikan beberapa persyaratan.
Menurut Indroharto, perbuatan peraturan kebijaksanaan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan dasar yang
mengandung wewenang diskresionari yang dijabarkan itu
2. Tidak boleh nyata-nyata bertentangan dengan nalar yang sehat
3. Harus dipersiapkan dengan cermat
4. Isi dari kebijaksanaan harus memberikan kejelasan yang cukup
mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari warga yang
terkena peraturan itu
5.

Tujuan-tujuan

dan

dasar-dasar

pertimbangan

mengenai

kebijaksanaan yang akan ditempuh harus jelas


6. Harus memenuhi syarat kepastian hukum material
Menurut Van Kreveld, J.H (1983: 9-10) ciri-ciri dari peraturan
kebijaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Peraturan itu tidak ditemukan dasarnya dalam undang-undang
2. Peraturan itu bisa berbentuk tertulis, bisa juga berbentuk tidak
tertulis
3. Peraturan itu memberikan petunjuk secara umum
Secara umum fungsi dari peraturan kebijaksanaan adalah sebagai
bagian dari operasional penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan

12

sehingga tidak dapat mengubah ataupun menyimpangi peraturan


perundang-undangan, sering disebut dengan istilah perundangundangan semu. Fungsi tersebut kalau dirinci adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai sarana pengaturan yang melengkapi, menyempurnakan,
dan mengisi kekurangan-kekurangan yang ada pada peraturan
perundang-undangan;
2. Sebagai sarana pengaturan bagi keadaan vakum peraturan
perundang-undangan
3. Sebagai sarana pengaturan bagi kepentingan-kepentingan yang
belum terakomodasi secara patut, layak, benar, dan adil dalam
peraturan perundang-undangan
4. Sebagai sarana pengaturan untuk mengatasi kondisi peraturan
perundang-undangan yang sudah ketinggalan jaman.
5. Bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi administrasi di
bidang pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat
berubah atau memerlukan pembaruan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi

D. Perizinan
Tidaklah mudah memberikan definisi apa yang dimaksud dengan
izin, hal ini disebabkan karena antara para pakar tidak terdapat

13

persesuaian paham, masing-masing melihat dari sisi yang berlainan


terhadap obyek yang didefinisikan.
Sukar memberikan definisi bukan berarti tidak terdapat definisi,
bahkan ditemukan sejumlah definisi yang beragam, diantaranya:
a. Menurut Sjachran Basah (1995:3), izin adalah perbuatan hukum
administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan
dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Menurut Bagir Manan (1995:8), izin merupakan suatu persetujuan
dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu
yang secara umum dilarang.
Disamping itu ada beberapa istilah yang hampir sama dengan izin,
yaitu sebagai berikut:
1. Dispensasi, yaitu tindakan pemerintah yang menyebabkan suatu
peraturan undangan-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu
hal yang istimewa.
2. Konsesi, yaitu suatu izin yang berhubungan dengan pekerjaan
yang besar, dimana kepentingan umum terlibat erat sekali
sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah,
tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada
konsesionaris (pemegang ijin)

14

3. Lisensi, yaitu suatu izin yang memberikan hak untuk


menyelenggarakan suatu perusahaan. 5
Kesimpulan :

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disebutkan bahwa izin adalah


perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundangundangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur
dan persyaratan tertentu. Dari pengertian tersebut, ada beberapa
unsur dalam perizinan, yaitu sebagai berikut :
1. Berupa instrumen yuridis dalam bentuk KTUN.
2. Dibuat berdasarkan wewenang yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan atau berdasarkan diskresionare power;
3. Dikeluarkan oleh organ pemerintah;
4. Ditujukan pada peristiwa konkret;
5. Telah memenuhi prosedur dan persyaratan tertentu.

Dari unsur-unsur tersebut terlihat bahwa izin merupakan instrumen


yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para
warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai
suatu tujuan konkret. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku
ujung tombak dari instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa,
dan perancang masyarakat sehingga terwujud masyarakat adil dan
makmur.

Tujuan tersebut, dapat dirinci sebagai berikut:


1. Untuk mengendalikan aktifitas-aktifitas tertentu;

5 Buku Manajemen Kepegawaian Negara oleh Suradji. (Lembaga


Administrasi Negara: Jakarta ) Halaman 35.

15

2. Untuk mencegah bahaya bagi lingkungan;


3. Untuk melindungi obyek-obyek tertentu;
4. Untuk membagi benda-benda yang sedikit; dan
5. Untuk memberikan pengarahan dengan menyeleksi orang-orang
dan aktifitas-aktifitasnya.

E. Reformasi Birokrasi
Reformasi merupakan proses upaya yang sistematis, terpadu dan
komprehensi yang ditujukan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang
baik. Good Governance (tata kepemerintahan yg baik) : system yang
memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pmerintahan
Negara yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang kontruktif di
antara pemerintah, sktor swasta dan masyarakat. Birokrasi, adalah :
Organisasi yg memiliki jenjang, setiap jenjang diduduki oleh pejabat yang
ditunjuk/diangkat, disertai aturan tentang kewenangan dan tanggung
jawabnya, dan setiap kebijakan yang dibuat harus diketahui oleh pemberi
mandat. Pemberi mandat sektor swasta adalah pemegang saham, sektor
publik adalah rakyat.
Pejabat public yang mempunyai kekuasaan sering tidak pro kepada
rakyat dan bertindak sesuai kemaunnya sendiri. Toaha (2003), menjelaskan
bahwa struktur, norma, nilai dan regulasi yang ada masih berorientasi pada
pemenuhan kepentingan penguasa daripada pemenuahan hal sipil warga
Negara. Prasojo dan Kurniawan (2008), mengartikan reformasi birokrasi
harus meliputi perubahan system politik dan hukum secara menyeluruh,
perubahan sikap mental dan budaya birokrat, serta mindset dan komitmen
pemerintahserta partai politik.
Penjelasan diatas dapat member sebuat kesimpulan bahwa
reformasi Birokrasi, adalah : upaya pemerintah meningkatkan kinerja
melalui berbagai cara dengan tujuan efektifitas, efisien dan akuntabilitas.
Reformasi Birokrasi Berarti : perubahan cara berpikir (pola pikir, pola
sikap,

pola

tindak),

perubahan

16

penguasa

menjadi

pelayanan,

mendahulukan peranan dari wewenang, tidak berpikir hasil produksi tetapi


hasil akhir, perubahan manajemen kinerja, Pantau percontohan reformasi
biroks, mewujudkan pemerintahan yg bersih, transparan dan profesional,
bebas KKN, melalui :
1. Penataan Kelembagaan
Penataan kelembagaan dapat dilihat dari indicator sebagai berikut:
stuktur organisasi ramping dan flat(tidak banyak jenjang hierarchies
dan struktur organisasi lebih dominan pemegang jabatan professional
aatau fungsional daripada jabatan struktural). Penataan kelembagaan
dapat diterapkan melalui:
a) Aliansi : Mensinergikan seluruh actor pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat dalam tim solid; Menyempurnakan sistem kelembagaan
yang efektif, ramping, fleksibel, berdsr prinsip good governance;
Menyempurnakan struktur jabatan negara dan jabatan negeri;
Reposisi jabatan struktural dan fungsional
b) Restrukturisasi : Merubah struktur yang dipandang tidak sesuai
dengan tuntutan zaman & tidak efektif dalam memajukan organisasi
c) Reorientasi : Mendefinisikan kembali visi, misi, peran, strategi,
implementasi dan evaluasi kelembagaan pemerintah; Menerapkan
strategi organisasi, struktur organisasi efektif, efisien, rasional dan
proporsional; Menerapkan prinsip organisasi a.l: pembagian tugas
d) Refungsionalisasi : Tindakan/upaya memfungsikan kembali sesuatu
yang sebelumnya tidak/belum berfungsi mengarah pada penajaman
profesionalisme organisasi dalam mengemban visi
e) Revitalisasi : Upaya memberi tambahan energi kepada organisasi
agar

dapat

mengoptimalkan

kinerja

organisasi.

Revitalisasi

berkaitan perumusan kembali tugas, kewenangan, anggaran,


penambahan/penggantian

instrumen

pendukung

dalam

melaksanakan tugas.
2. Penataan Ketatalaksanaan
Menurut Majid, Marjilis (2010) Dalam sistem ketetalaksanaan
mencakup proses pedoman umum standar operasi, mekanisme, tata
kerja, hubungan kerja dan prosedur pada tingkat perencanaan dan
pembuatan keputusan, pengorganisasian, pengelolaan, administrasi

17

umum, keuangan, perlengkapan, pemantauan dan evaluasi kinerja


organisasi serta melaksanakan koordinasi dan pengelolaan kearsipan,
kurporalisasi, efesiensi dan tentang pengaturan budaya kerja, namun
demikian saat ini kondisi pelaksanaan ketatalaksanaan masih belum
mencerminkan penyelenggaraan penataan organisasi yang efesien,
efektif pada organisasi pemerintahan daerah saat ini apalagi dalam
pelaksanaan otonomi daerah dan perwujudan pemerintahan yang baik
dipandang perlu untuk melakukan penyederhanaan sistem, prosedur,
metoda dan tata kerja penyelenggara negara agar menjadi makin tertib
dan efektif.
Yang perlu diperhatikan dalam penataan ketatalaksanaan yaitu:
mekanisme/sistem kerja internal, Prosedur kerja, hubungan kerja
eksternal,

perencanaan,

pelaksanaan,pemantauan,

evaluasi

dan

pengendalian, pengelolaan sarana dan prasarana kerja, otomatisasi


administrasi perkantoran, pemantauan teknologi informasi (E-gov),
pengelolaan kearsipan yang handal.
Tujuan dari pada pendayagunaan

Ketatalaksanaan

yaitu:

mewujudkan tata laksana yg ringkas/simpel, efektif, efisien dan


transparan, memberi pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.
Kebijakan dalam Ketatelaksanaan: diarahkan pd perubahan sistem
manajemen dgn konsep manajemen modern agar cepat, akurat, pendek
jaraknya. Pemanfaatan teknologi modern di lingkungan instansi
pemerintah.
Kegiatan Pokok Ketatalaksanaan meliputi: menyempurnakan
sistem dan prosedur kerja efektif,ramping, fleksibel berdasar prinsip
kepemerintahan yg baik, menyempurnakan SAN u/ menjaga keutuhan
NKRI dan mempercepat proses desentralisasi, menyempurnakan
tatalaksana dan hub kerja antar lembaga di pusat dan antar pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota, menciptakan sistem administrasi
pendukung dan kearsipan yg efektif dan efisien.
Strategi Pendayagunaan Ketatalaksanaan; pemangkasan dan
eliminasi mekanisme sistem kerja, prosedur dan mekanisme yg
memberi

peluang

terjadinya

praktek

KKN,

deregulasi

dan

debirokratisasi sistem administrasi pemerintahan, perumusan Standar,

18

operating Procedures (SOP) adms pemerintahan, penyusunan hub kerja


eksternal/tata hub kewenabgan antar lembaga, antar pemerintah pusat
dan daerah serta antar daerah , optimalisasi pemanfaatan teknologi infs
(E-Gov) dlm rangka modernisasi adms dan manajemen pemerintahan,
penataan pengelolaan arsip secara bik dan benar, otomatisasi adms
perkantoran, proses pengadaan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi dan pengendalian, pengelolaan sarana dan prasarana kerja
sesuai ketentuan yg berlaku, implementasi akuntabilitas, tranparansi
dll serta merubah paradigma manajemen UP3 (Unit Pelaksana
Pelayanan Pemerintah dr manajemen birokratik ke manajemen
wirausaha.
Kriteria

Pemilihan

Prioritas

Program

Pendayagunaan

Ketatalaksanaan : prosedur panjang, berbelit dan bertele-tele,


rawan/memberi

peluang

KKN

dan

percaloan,

mengganggu/menghambat kelancaran produksi dan arus barang/jasa


pemerintah , mengganggu kelancaran penerimaan dan pengeluaran
anggaran

Negara,

menghambat

kelancaran

proses

kerja

aparatur/mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, memboroskan sumber


daya dan waktu.
Inti dari penjelasan

diats

yaitu

penataan

ketatalaksanaan

merupakan Mekanisme, system dan prosedur sederhana atau ringkas,


simple, mudah dan akurat melalui optimalisasi penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi serta memiliki kantor, sarana dan prasarana
kerja memadai. Keberhasilan Sistem Tatalaksana Memerlukan
Koordinasi yang meliputi: waktu, ruang, interinstitusional, fungsional,
structural, perencanaan, masukan umpan balik.
3. Penataan Sumber Daya Manusia Aparatur
Agar bersih sesuai kebutuhan organisasi dari segi kuantitas dan
kualitas (professional, kompeten, beretika, berkinerja tinggi dan
sejahtera). Penataan SDA dilaksanakan dgn memperhatikan :
penerapan sistem merit dlm manajemen kepegawaian, sistek diklat yg
efektif, standar dan peningkatan kinerja, pola karier jelas dan
terencana,

standar

kompetensi

19

jabatan,

klasifikasi

jabatan,

tugas,fungsi dan beban tugas proporsional, rekrutmen sesuai prosedur,


penempatan pegawai sesuai keahlian, renumerasi memada, perbaikan
sistem informasi manajemen kepegawaian.
Inti penataan sumberdaya Aparatur yaitu peneraoan sistem merit
dalam manajemen kepagawaian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi sistem, pendidikan dan latihan yg efektif, standarisasi dan
peningkatan kinerja, pola karier yg jelas dan terencana.

4. Akuntabilitas
Kinerja berkualitas, efektif, efisien dan kondusif. Akuntabilitas
adalah kewajiban individu atau penguasa yg dipercayakan u/
mengelola sumber daya publik dan ybs dgnnya u/ dpt menjawab hal yg
menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerian dan program
(deklarasi Tokyo). Pengertian Lebih Luas, akuntabilitas pelayanan
publik adalah pertanggungjawaban pegawai pemerintah kepada publik
yg menjadi konsumen pelayanannya.
Akuntabilitas dapat diartikan

sebagai

bentuk

kewajiban

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan


misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditempatkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban
yang dilaksanakan secara priodik (stanbury, 2003 dalam Mardiasmo
2006).
Wiranto (tanpa tahun) menambahkan bahwa akuntabilitas itu
sendiri dibagi menjadi tiga yaitu akuntabilitas politik, akuntabilitas
financial da akuntabilitas administratif. Dalam hal ini terkait tentang
reformasi borokrasi di BPTPM sragen merupakan akuntabilitas
administasi. Yang mana akutalibitas administratif harus diterapkan
secar efektif.
Ciri akuntabilitas yang efektif antara lain yaitu akuntabilitas harus
utuh dan menyeluruh, mencakup aspek menyeluruh mengenai aspek
integritas keuangan, ekonomis dan efisiensi, efektivitas dan prosedur,
akuntabilitas merupakan bagian dari sistem manajemen untuk menilai
kinerja individu maupun unit organisasi, akuntabilitas harus dibangun
20

berdasarkan sistem informasi yang handal untuk menjamin keabsahan,


akurasi, obyektivitas dan ketepatan waktu penyampaian informasi,
adanya penilaian yang obyektif dan independen terhadap akuntabilitas
instansi, adanya tindak lanjut terhadap laporan penilaian atas
akuntabilitas.
5. Pelayanan dan Kualitas Pelayanan
Kegaiatan pelayanan merupakan perwijudan dan penjabaran dari
tugas dan fungsi pegawai pemerintah dalam rangak penyelenggaraan
tugas-tugas umum pemerintahn dan pembangunan. Dalam kasus diatas
yang dimaksukan adalah pelayanan umum yang merupakan suatu hak
masyarakat di Sragen. Menurut Mansur (2008) pelayanan umum
timbul

karena

ada

kewajiban

sebagai

salah

satu

proses

penyelenggaraan kegiatan organisasi. Sejalan dengan pendapat


Mansur, Moenir, (2002) menjelaskan pelayanan umum merupakan
kegiatan yang dilakukan seorang atan kelompok dengan faktor melalui
system, prosedur dan metode tertentu untuk memenuhi hak orang lain.
Pelayanan umum yang baik haruslah pelayanan yang prima.
Pelayanan prima adalah pelayanan (cepat, tepat, adil, konsisten,
transparan dan lain - lain) memuaskan pelanggan dan mewujudkan
good governance (kepemerintahan yang baik). Pelayanan prima sendiri
dapat dilihat dari cepat, tepat, adil, konsisten, transparan dan lain
lain. Kualitas pelayanan yang baik harus berdasarkan AUPB diamana
AUPB merupakan terjemahan dari good governance (kepemerintahan
yang baik) yang sudah dilegalkan.
Pelayanan berdasarkan AUPB yaitu Asas kepastian hukum, asas
keseimbangan, asas kesamaan, asas bertindak cermat, Asas motivasi
untuk setiap keputusan, asas jangan mencampuradukan kewenangan,
asas permainan yang layak, asas keadilan, asas menanggapi
pengharapan yang wajar, asas meniadakan akibat2 suatu keputusan
yang

batal,

asas

perlindungan,

penyelenggaraan kepentingan umum.

21

asas

kebijaksanaan,

asas

Pelayanan prima tidak ada artinya jika pelayanan tersebut tidak


diukur kualitas pelayanannya. Untuk mengukur kualitas pleyanan,
maka perlu tahu difinisi tentang kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan
memiliki beberapa definisi dan menurut Schiffman-Kanuk dalam
(Mansur) pengertian kualitas pelayanan dapat dipahami melalui
prilaku konsumen dalm mencari, membeli, menggunakan dan
mengevaluasi suatu produk pelayanan yang diharapakan memuaskan
kebutuhannya.
Dapat dikatakan bahwa suatu pelayan public yang efektif
harus lah pelayanan yang prima yang juga dapat diukur kulaitasnya
melalui konsumen dari pelayanan persebut dalam hal ini yaitu
masyarakat dan swasta. 6

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Temuan
Temuan lapangan merupakan hasil dari riset yang dilakukan dengan
pengambilan data melalui website pemerintah kabupaten Sragen dan
melihat langsung buku profil BPTPM di Kab. Sragen Jawa Tengah. Data
yang diambil merupakan data valid dan resmi dari BPTPM Kab. Sragen.
1. Profil BPTPM

6 Dimock, Marshall Edward dan Dimock, Gladys Ogden, 1966,


Administrasi Negara , Jakarta : PT yasaguna.

22

Sesuai

Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2004

tentang

Pemerintahan Daerah ditegaskan, bahwa tujuan pemberian otonomi


adalah

berupaya

memberikan

peningkatan

pelayanan

dan

kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengembangan


kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan. Jadi kualitas layanan
aparatur

pemerintah

kepada

masyarakat

merupakan

indikator

keberhasilan otonomi daerah.


Berdasarkan latar belakang tersebut, Pemerintah Kabupaten Sragen
membentuk Unit Pelayanan Terpadu (UPT) dengan Keputusan Bupati
Nomor 17 Tahun 2002 tanggal 24 Mei 2002 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Terpadu Kabupaten Sragen.
Operasional secara resmi dilaksanakan 1 Oktober 2002. Kebijakan ini
didukung sepenuhnya oleh legislatif melalui surat Ketua DPRD Sragen
Nomor 170/288/15/2002 tangggal 27 September 2002 perihal
Persetujuan Operasional UPT Kabupaten Sragen. 7
Keberadaan UPT, yang kemudian berubah tiga kali menjadi Kantor
Pelayanan Terpadu (KPT), Badan Pelayanan Terpadu (BPT) serta
Badan Perjinan Terpadu Dan Penanaman Modal (BPTPM) adalah
untuk memberikan kemudahan pelayanan dibidang perijinan dengan
prinsip dapat dipercaya, mudah, murah, cepat dan transparan melalui
satu pintu (one stop service). Artinya, segala urusan yang berkaitan
dengan ijinijin yang semula tersebar dibeberapa unit kerja dapat
diselesaikan di UPT yang memberikan informasi kepada masyarakat
secara jelas tentang target waktu yang pasti, prosedur yang jelas dan
biaya yang transparan.
2. Reformasi Birokrasi
a. Penataan kelembagaan
Struktur orgs ramping & flat (tdk byk jenjang hierarkis &
struktur orgs lebih dominan pemegang jabatan
profesional/fungsional drpd jabatan struktural)
Berkaitan dengan indicator diatas

adapun

organisasi BPTPM sebagai berikut:


7 Buku Profil BPTPM Kabupaten Sragen Jawa Tengah Tahun 2011

23

susunan

a.
b.

Kepala
Sekretariat
1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
2) Sub Bagian Keuangan
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang Pelayanan Umum dan Pengaduan
1) Sub Bidang Pelayanan KTP, KK, dan Akte Capil
2) Sub Bidang Informasi, Dokumentasi dan Penanganan
Pengaduan
d. Bidang Perijinan Jasa Usaha
1) Sub Bidang Perijinan Indakop dan Reklame
2) SubBidangPerijinan
Pertanian,
Perhubungan,
Pariwisata,SIUJK dan K3
e. Bidang Perijinan Tertentu
1) Sub Bidang Perijinan Prinsip, Lokasi, IMB dan HO
2) Sub Bidang Perijinan Pendidikan dan Kesehatan

Gambar 3.2
Struktur Organisasi BPTPM
Sumber : BPTPM Kabupaten Sragen Tahun 2015

b. Penataan Ketatalaksanaan

24

Mekanisme, sistem dan prosedur sederhana/ringkas, simpel,


mudah dan akurat melalui optimalisasi penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi serta memiliki kantor, sarana dan
prasarana kerja memadai.
Berdasarkan Keputusan Bupati Sragen Nomor 18 Tahun
2002 tentang Pedoman Pelayanan Umum di Kantor Pelayanan
Terpadu Kabupaten Sragen dan Keputusan Bupati Nomor 22a
Tahun 2002 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Dibidang
Perizinan kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten
Sragen, bahwa dalam rangka untuk memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat khususnya dibidang perizinan dan mewujudkan
One Stop Service (OSS).
Dalam Pelayanan

Perijinan

mekanisme/bagan

alir

pelayanan perizinan dibuat sesederhana mungkin, sehingga


masyarakat dengan cepat bisa memahami dalam mengurus
perijinan yang dibutuhkan. Proses perizinan di BPTPM Kabupaten
Sragen dirancang untuk dapat menghindari berbagai kemungkinan
penyimpangan

PEMOHON

PEMERIKSAAN BERKAS

PENYERAHAN

PROSES

PEMERIKSAAN LAPANGAN

25

PEMBAYARAN

Gambar 3.2
Mekanisme Pelayanan Perijinan
Sumber : BPTPM Kabupaten Sragen Tahun 2011

Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten


Sragen telah menerapkan dan mengembangkan teknologi informasi
yang menjadi trend setter bagi Kabupaten dan Kota lainnya di
wilayah

Indonesia

dengan

pengelolaan

Sistem

Informasi

Manajemen Perijinan serta membangun jaringan komunikasi dan


informasi lintas sektoral sehingga penyelesaian perijinan dapat
berjalan lancar, efektif dan efisien.
Dalam pengembangan teknologi informasi Badan Perijinan
Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Sragen telah membuat
dan mengembangkan sistem informasi yang memudahkan para
customer, pengusaha maupun masyarakat yang ingin mengakses
BPTPM. Diantaranyatrackingdokumen via internet, touch screen
information, CCTV online, video conference, hotspot area,call
centre, geografic information system dan lain lain.
c. Penataan Sumberdaya Manusia
Agar bersih sesuai kebutuhan orgs dari segi kuantitas dan
kualitas (profesional, kompeten, beretika, berkinerja tinggi dan
sejahtera).
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang prima kepada
masyarakat, dan untuk mewujudkan One Stop service (OSS),
maka sumber daya manusia yang ditugaskan sebagai tenaga
pelaksana di Badan Perijinan Terpadu harus betul-betul handal.
Oleh karena itu, dilakukan on the job training dan pelatihanpelatihan yang ber kesinambungan. Disamping sarana dan
prasarana kantor yang memadai, hal ini dimaksudkan sebagai
Empowering / Pemberdayaan Aparatur. Beberapa kegiatan On the

26

Job Training dan pelatihan-pelatihan tersebut antara lain:


1. On The Job Training / Magang
Agar dapat memberi pelayanan kepada masyarakat dengan
baik, maka beberapa pegawai pada awal terbentuknya UPT
ditugaskan untuk magang di KPT Kabupaten Gianyar, Propinsi
Bali selama 1 minggu pada tahun 2002. Dengan program ini
diharapkan pegawai-pagawai tersebut sudah mempunyai
pengalaman dan bekal yang memadai.
2. Diklat Komputer.
Sejak tanggal 6 Januari 2003 telah dilaksanakan diklat
komputer dengan mengundang instruktur untuk melatih tenaga
pelaksana di KPT saat itu. Waktunya setiap hari Senin hingga
Kamis setelah jam 13.00, karena diasumsikan setelah jam
tersebut pelayanan sudah relatif berkurang. Materi yang
diajarkan meliputi:
a) Program Microsoft Word
b) Program Microsoft Excel
c) Program Microsoft Access.
Dalam waktu 3 bulan telah berhasil dilatih 20 orang
operator yang terampil komputer, dan beberapa orang terus
dikembangkan untuk dapat menjalankan program-program
aplikasi terbaru yang mempunyai nilai lebih, misalnya:
Powerpoint, Corel, Photoshop, arsip dalam bentuk CD, moving
movie, pelayanan dengan internet.
3. Training for Sucsess.
Hal ini diharapkan Untuk bisa tampil prima dalam melayani
customer/pelanggan,
pelaksana

dengan

pengembangan

dilakukan
mengundang

Sumber

Daya

training

terhadap

instruktur
Manusia

dari

SDM
bagian

perusahaan

swasta.Materi pelatihan meliputi :


a) Bagaimana caranya agar tampil rapi, sopan dan santun
dalam menghadapi dalam melayani customer.

27

b) Bagaimana caranya harus selalu ceria,

yakin dan

meyakinkan dalam menyambut dan melayani customer.


c) Bagaimana harus mampu memperhatikan sikap tubuh dan
bertindak setenang mungkin saat melayani customer, serta
teknik-teknik menghadapi customer.
Dengan prinsip hari ini lebih baik dari kemarin, SDM
terus dikembangkan. Tahun 2004 diadakan pelatihan ESQ dan
sistem manajemen mutu dari konsultan yang ditunjuk oleh
Sucofindo, hal ini sebagai syarat mendapat ISO 9001
2000.Tahun

2005

dilakukan

pelatihan

oleh

psycholog

profesional(Direktor pengembangan SDM perusahaan swasta)


untuk pengembangan kepribadian.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat maka diperlukan personil yang memadai. Saat ini
jumlah pegawai BPTPM Sragen ada39 orang, untuk melayani
72 jenis layanan. Mereka direkrut dari berbagai Satuan Kerja
berdasarkan kompetensi pada bidangnya masing-masing,
melalui penilaian terhadap kinerja dan PDLTnya, sehingga
telah berpengalaman dan ahli dibidang pelayanan yang akan
ditangani.
d. Akuntabilitas
Kinerja berkualitas,

efektif,

efisien

dan

kondusif.

Akuntabilitas tidak lain yaitu tentang suatu pertanggungjawaban


yang ada dalam suatu organisasi. Maksud dari bertangung jawab
disini yaitu apabila suatu organisasi dibentuk dengan tujuan
pelayanan perijinan dan penanaman modal dalam hal ini yaitu
BPTPM, organisasi tersebut harus benar-benar melayani secara
totalitas dan sesuai denga aturan yang berlaku. Ada bentuk
akuntabilitasyang diterapkan di BPTPM antara alain:
1. Paradigma Pelayanan
Dalam era reformasi dan keterbukaan serta menghadapi pasar
bebas, telah terjadi kompetisi sangat ketat dalam bidang usaha
dan

investasi.

Untuk
28

itu

birokrasi

dituntut

mampu

melaksanakan deregulasi dan debirokratisasi dalam melayani


masyarakat. Para birokrat yang masih mengedepankan pikiran
dan perilaku Kenapa harus capek-capek, begini aja toh
dapat gaji juga, atau kalau bisa dipersulit kenapa harus
dipermudah,harus diakhiri dan dibuang jauh-jauh, mengingat
para birokrat digaji untuk melayani dan bukan untuk dilayani.
Untuk itu BPTPM Kabupaten Sragen telah berupaya mengubah
paradigma

lama

dilayani

ke

paradigma

baru

yaitumelayani dengan tulus dan ikhlas dan kini berubah


menjadi satu hati dalam melayani .
Dalam paradigma baru tersebut mengandung makna:
a) Menempatkan customer menjadi orang terpenting yang
harus dilayani, sebab karena merekalah kami bekerja dan
mendapat gaji.
b) Kami tidak merasa berjasa dengan melayaninya, justru kami
berterima

kasih

telah

mendapat

kesempatan

untuk

melayaninya.
Paradigma ini akan menjadi tata nilai baru dan budaya kerja
baru.
2. Pemantauan Kepuasan Pelanggan
Untuk mengetahui keberhasilan

dalam

melayani

masyarakat, dilakukan evaluasi melalui survey kepuasan


pelanggan setiap 6 bulan sekali. Survey pertama dilakukan
pada bulan April 2003, menggunakan Indeks Kepuasan
Pelanggan sesuai SK MENPAN No. KEP. 25/M.PAN/2/2004.
Respondennya adalah pelanggan yang sedang mencari ijin
maupun dokumen lain yang dilayani di BPTPM sebanyak 150
responden. Hasil survey terakhir secara garis besar dapat dilihat
pada tabel berikut :

No.

Keterangan

Jumlah

29

Nilai

Kategori

Prosedur

nilai

Konversi

3,35

83,75

Sangat baik

Kemudahan
Pelayanan

Kelengkapan Informasi

3,45

86,25

Sangat baik

Pelayanan Dan Penjelsan

3,37

84,25

Sangat baik

Kedisiplinan Petugas

3,25

81,25

Sangat baik

Pertanggung
Petugas

3,33

83,25

Sangat baik

Kemampuan Petugas

3,42

85,50

Sangat baik

Kecepatan
Pelayanan

Waktu

3,30

82,50

Sangat baik

Kedisiplinan
Antrian

Dalam

3,41

85,25

Sangat baik

Kesopanan
Keramahan

3,32

83,00

Sangat baik

10

Kewajaran Biaya

3,48

87,00

Baik

11

Kesesuaian Biaya

3,39

84,75

Baik

12

Ketepatan
Pelayanan

3,39

84,75

Sangat baik

13

Kenyamanan
Lingkungan BPTPM

3,49

87,25

Sangat baik

14

Keamanan
BPTPM

3,55

88,75

Sangat baik

Jawaban

Dan

Waktu

Pelayanan

Tabel 3.1
Hasil Suurvei Kepuasan Pelangggan
Sumber : BPTPM Kabupaten Sragen Tahun 2011

Keterangan :
1) Jumlah responden 150 orang
2) Survey dilaksanakan 6 bulan sekali
3) IKM 84,3 (sangat memuaskan)
3. Penanganan Pengaduan
Untuk memberikan

peluang

bagi

masyarakat

menyampaikan keluhan agar mendapat perbaikan pelayanan,


BPTPM Sragen menerima pengaduan dari masyarakat.
Berbagai pengaduan dan keluhan masyarakat ditangani secara
efektif oleh petugas khusus di Kabid Pelayanan Umum dan
Pengaduan.

30

Dalam penanganan pengaduan/keluhan diharapkan dapat


memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang
kurang puas menjadi pelanggan abadi. Untuk itu ada 4 aspek
yang diperhatikan yaitu :
a) Empati pelanggan yang kurang berkenan;
b) Kecepatan dalam penanganan pengaduan/ keluhan;
c) Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan pengaduan/
keluhan;
d) Akses terhadap komunikasi dan informasi.
e. Pelayanan dan Kualitas Pelayanan
Dimaksudkan pelayanan prima
konsisten,

transparan

dll),

(cepat,

memuaskan

tepat,

adil,

pelanggan

dan

mewujudkan good governance (kepemerintahan yg baik).


Dalam hal ini pelayanan yang adadi BPTPM ada duayaitu
pelayanan perijinan dan penanaman modal.
1. Pelayanan Investasi
Kemudahan pelayanan investasi yaitu Kami memberikan
insentif untuk berinvestasi antara lain :
a) Pelayanan perijinan yang prima.
b) Pelayanan SIUP dan TDP gratis.
c) Kondisi sosial ekonomi masyarakat kondusif.
d) Biaya hidup yang terjangkau.
e) Harga tanah yang menarik.
f) Jalan dan jembatan yang memadai.
g) Dukungan lembaga keuangan yang baik.
h) Masyarakat ramah terhadap investor.
2.
Pelayanan Perijinan
Jenis layanan yang ditugaskan kepada BPTPM terdiri dari
Pelayanan Perizinan dan Pelayanan Non Perizinan. Jenis-jenis
pelayanan selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:8
a) Pelayanan perizinan
1.

Pendaftaran Penanaman Modal

8 Website resmi Kabupaten Sragen (www.sragen kab.go.id) diakses


pada tanggal 24 desember 2015 puku 09:00 wib

31

2 hari kerja

2.

Izin Prinsip Penanaman Modal

3 hari kerja

3.

Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal

3 hari kerja

4.

Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal

5 hari kerja

5.

Ijin Usaha Penanaman Modal

7 hari kerja

6.

Izin Usaha Perluasan Modal

3 hari kerja

7.

Izin Usaha Perubahan Penanaman Modal

5 hari kerja

8.

Izin Usaha Penggabungan Penanaman Modal

5 hari kerja

(Merger)
9.

Izin Prinsip

10 hari
kerja

10.

Izin Lokasi

11.

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

12.

Izin Gangguan & Izin Tempat Usaha (HO/

10 hari kerja
6 hari kerja

ITU)
13.

Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

3 hari kerja

14.

Izin Usaha Industri (IUI)

5 hari kerja

15.

Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

3 hari kerja

16.

Tanda Daftar Industri (TDI)

3 hari kerja

17.

Tanda Daftar Gudang (TDG)

5 hari kerja

18.

Izin Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum

6 hari kerja

19.

Izin Usaha Rumah Makan

5 hari kerja

20.

Izin Usaha Salon Kecantikan

4 hari kerja

21.

Izin Usaha Hotel

22.

Biro/ Agen Perjalanan Wisata

8 hari kerja

23.

Izin Pondok Wisata

8 hari kerja

24.

Izin Penutupan Jalan

2 hari kerja

25.

Pajak Reklame

1 hari kerja

26.

Izin Usaha Huller

6 hari kerja

32

10 hari kerja

27.

Rekomendasi Pendirian Lembaga Pendidikan

5 hari kerja

28.

Perizinan Penggunaan Ketel Uap, Minyak

6 hari kerja

Untuk Setiap Ketel


29.

Perizinan Penggunaan Bejana Uap/Pemanas

6 hari kerja

Air atau Ekonomiser yang Berdiri


Sendiri/Penguapan
30.

Perzinan Penggunaan Bejana Tekan

6 hari kerja

31.

Perzinan Botol Baja

6 hari kerja

32.

Perijinan Penggunaan Pesawat Angkat dan

6 hari kerja.

Angkut
33.

Perizinan Penggunaan Pesawat Tenaga dan

6 hari kerja

Produksi
34.

Perizinan Penggunaan Instalasi Kebakaran

6 hari kerja

35.

Perizinan Penggunaan Instalasi Listrik

6 hari kerja

36.

Perizinan Penggunaan Instalasi Penyalur Petir

6 hari kerja

37.

Izin Trayek Tetap

6 hari kerja

38.

Izin Usaha Angkutan

6 hari kerja

39.

Izin Kursus

5 hari kerja

40.

Izin Usaha Peternakan

12 hari kerja

41.

Izin Pemotongan Hewan

12 hari kerja

42.

Izin Pendirian Keramba Apung

12 hari kerja

43.

Izin Usaha Jasa Kontruksi

12 hari kerja

44.

Ijin Praktek Dokter Spesialis

5 hari kerja

45.

Izin Praktek Dokter Umum

5 hari kerja

46.

Izin Praktek Dokter Gigi

5 hari kerja

47.

Izin Praktek Bidan

5 hari kerja

48.

Izin Praktek Perawat

5 hari kerja

49.

Izin Praktek Perawat Gigi

5 hari kerja

50.

Izin Praktek Asisten Apoteker

5 hari kerja

33

51.

Izin Praktek Fisioterapi

5 hari kerja

52.

Izin Praktek Refraksionis Optisien

5 hari kerja

53.

Izin Praktek Apoteker

5 hari kerja

54.

Izin Praktek Bersama Dokter Spesialis

12 hari kerja

55.

Izin Praktek Bersama Dokter Umum

12 hari kerja

56.

Izin Praktek Bersama Dokter Gigi

12 hari kerja

57.

Izin Operasional Rumah Sakit (RS)

12 hari kerja

58.

Izin Pendirian Rumah Bersalin

12 hari kerja

59.

Izin Pendirian Klinik Pengobatan

12 hari kerja

60.

Izin Pendirian Laboratorium Kesehatan

12 hari kerja

61.

Izin Pendirian Apotek

12 hari kerja

62.

Izin Pendirian Optik

12 hari kerja

63.

Izin Pendirian Toko Obat

12 hari kerja

64.

Izin Produksi Makanan dan Minuman

12 hari kerja

65.

Izin Pengobatan Tradisional

12 hari kerja

66.

Izin Pendirian Klinik Kecantikan

12 hari kerja

67.

Izin Depot Air Minum Isi Ulang

12 hari kerja

68.

Izin Laik Hygiene Restoran / Rumah Makan

12 hari kerja

69.

Izin Laik Hygiene Jasa Bogab/ Katering

12 hari kerja

70.

Izin Operasional Unit Tranfusi Darah

12 hari kerja

Tabel 3.2
Jenis Peerijinan dan Wakt Penyelesaiannya
Sumber : BPTPM Kabupaten Sragen Tahun 2011

B. Pembahasan
Pembahasan tentang temuan yang ada di BPTPM akan dianalisis
dengan teori reformasi birokrasi. Dalam hal ini dapat ditinjau dari 5 bagian
yaitu

penataan

kelembagaan,

penataan

ketatalaksanaan,

penataan

sumberdaya manusia, akuntalibitas serta pelayanan dan kualitas pelayanan.


34

1) Penataan Kelembagaan
Penataan kelembagaan di BPTPM sudah cukup baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari dari struktur organisasi yang ramping. Sebuah badan
dengan pengurusan semua jenis perijinan dan penanaman modal hanya
membutuhkan 17 orang dengan jabatan Strukturan. Dimana BPTPM
dipimpin oleh seorang kepala yang membawahi 4 bidang, setiap
bidangnya membawahi dua sub bidang. Garis koordinasi berikutnya
yaitu skertariat yang membawahi 3 sub bagaian.
Dari Saat jumlah pegawai BPTPM Sragen ada 39 orang. 17 orang
pemegang jabatan structural dan sisanya yaitu 21 pemegang jabatan
fungsional. Hal ini sesuai dengan prinsip penataan kelembagaan bahwa
pemegang jabatan fungsional harus lebih banayak dari jabatan strukturul,
karena dengan lebih banyak jabatan fungsional diharapkan organisasi
akan lebih mudah dalam melakukan koordinasi dan efisien serta efektif.
BPTPM yang jumlah pegawai yang cukup minimal mampu
mengurusi 72 jenis perijinan yang ada di Kab. Sragen. Hal ini cukup
efisien, karena kerampingan struktur organisasi ternyata tetap mampu
untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat.

2) Penataan Ketatalaksanaan
Penataan ketatalaksanaan menjelaskan tentang tata cara suatu
pelaksanaan pelayanan. Dalam hal ini yaitu pelayanan perijinan yang
dilakukan oleh BPTPM. Pelayanan perijinan yang dilakuka oleh
BPTPM sangat sederhana mekanismenya. Pelayanan ini ini juga
sangat mudah karena cukup datang ke satu tempat dan 1 pintu sudah
dapat diselesaikan semua, tanpa harus pergi ketempat lainnya.
Mekanisme pelayanan tersebut yaitu suatu pemohon ijin menyerahkan
syarat-syarat ijin kepada petugas BPTPM, kemudian melakukan
pembayaran ditempat itu juga, kemudian dilakuan proses, setelah
proses selesai barulah dilakukan tinjauan lapangan dan tinjauan berkas.
Penataan ketatalaksanaan juga memfokuskan bahsannya pada halhal yang mendukung tata laksana tersebut. Salah satunya yang
mempunyai pengaruh penting yaitu dukungan teknologi dan
komunikasi. Pada BPTPM banayak teknologi yang digunakan untuk
membantu

pelayanan

perijinan

35

kepada

masyarakat.

Diantaranyatrackingdokumen via internet, touch screen information,


CCTV online, video conference, hotspot area,call centre, geografic
information system dan lain lain. Dari penjelasan tersebut dapat
dikatakan bahwa BPTPM Sragen sudah cukup bagus dalam melakukan
tatalaksana pelayanan perijinan dan penanaman modal.
3) Penataan Sumberdaya Manusia
Penataan sumberdaya manusia merupakan langkah yang cukup
strategis dalam meningkatan kinerja para pegawai dalam melayani
pelanggan. Terkait penataan Sumberdaya Manusia yang dilakukan oleh
BPTPM sragen sudah cukup bagus dan tepat. Dapat dilihat untuk
membentuk proses mental dan kejiwaan yang bagus dalam melayani
masyarakat BPTPM Sragen mempunyai program Training

for

Sucsess. Hal ini diharapkan Untuk bisa tampil prima dalam melayani
customer/pelanggan, dilakukan training terhadap SDM pelaksana
dengan mengundang instruktur dari bagian pengembangan Sumber
Daya Manusia perusahaan swasta.
Tidak hanya itu saja dilklat-diklat dan magang juga dilakukan oleh
BPTPM. Agar dapat memberi pelayanan kepada masyarakat dengan
baik, maka beberapa pegawai pada awal terbentuknya UPT ditugaskan
untuk magang di KPT Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali selama 1
minggu pada tahun 2002. Dengan program ini diharapkan pegawaipagawai tersebut sudah mempunyai pengalaman dan bekal yang
memadai. Diklat Komputer dilakukan sejak tanggal 6 Januari 2003
telah dilaksanakan diklat komputer dengan mengundang instruktur
untuk melatih tenaga pelaksana di KPT saat itu. Waktunya setiap hari
Senin hingga Kamis setelah jam 13.00, karena diasumsikan setelah
jam tersebut pelayanan sudah relatif berkurang. Materi yang diajarkan
meliputi: program Microsoft Word, program Microsoft Excel, program
Microsoft Access.
4) Akuntabilitas
Akuntabilitas selalu menjadi bahasan yang tidak terlepaskan jika
berbicara

tentang

reformasi

36

birokrasi.

Akuntabilitas

lebih

memfokuskan bahsannya kepada pertanggung jawaban BPTPM dalam


pelayanan kepada public. Dengan pertanggung jwaban yang kuat akan
memberi kontribusi kepada pelayanan yang efisien dan efisien serta
kondusif karena kepercyaan terlah tercipta anatara masyarakat dan
BPTPM.
Pelayanan di BPTPM Kab. Sragen cukup bertanggung jawab, hal
ini dapat dilihat dari paradigma lama Kenapa harus capek-capek,
begini aja toh dapat gaji juga, atau kalau bisa dipersulit kenapa
harus dipermudah,harus diakhiri dan dibuang jauh-jauh, mengingat
para birokrat digaji untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Untuk
itu BPTPM Kabupaten Sragen telah berupaya mengubah paradigma
lama dilayani ke paradigma baru yaitumelayani dengan tulus
dan ikhlas dan kini berubah menjadi satu hati dalam melayani .
Dalam paradigma baru tersebut mengandung makna: menempatkan
customer menjadi orang terpenting yang harus dilayani, sebab karena
merekalah kami bekerja dan mendapat gaji, kami tidak merasa berjasa
dengan melayaninya, justru kami berterima kasih telah mendapat
kesempatan untuk melayaninya. Paradigma ini akan menjadi tata nilai
baru dan budaya kerja baru. Tidak hanya paradigma yang dirubah
pertanggung jawaban BPTPM dapat juga dilihat dengan adanya
layanan pengaduan yang cukup terbuka dalam menanpung segala
keluhan dan kritik serta saran dari masyarakat.
Komitmen BPTPM Sragen dalam memenuhi aspek akuntabilitas
dalam

pelayanannya

dibuktikan

dengan

dimasukkannya

KEPMENPAN No.KEP/26/M.PAN/2004 Tentang Petunjuk Teknis


Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan

Pelayanan

Publik. Sebagai acuan untuk pelayanan perijinan dan penanaman


modal yang dilakukan oleh BPTPM Kab. Sragen. Ditambah dengan
survey kepuasan pelanggan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan atau pandangan masyarakat
tentang pelayanan yang telah dilakukan BPTPM. Kegiatan ini cukup
membuktikan bahwa komitmen besar dari BPTPM bertanggung jawab
untuk benar-benar menjadi pelayanan masyarakat.

37

5) Pelayanan dan Kualitas pelayanan


Pelayanan dan kulaitas pelayanan yang ideal ditunjukan dengan
pelayanan prima (cepat, tepat, adil, konsisten, transparan dan lain lain), memuaskan pelanggan danmewujudkan good governance (tata
pemerintahan yang baik). Pelayanan prima sendiri dapat dilihat dari
cepat, tepat, adil, konsisten, transparan dan lain lain. Kualitas
pelayanan yang baik harus berdasarkan AUPB diamana AUPB
merupakan terjemahan dari good governance (kepemerintahan yang
baik) yang sudah dilegalkan.
Pelayanan yanga ada di BPTPM sebagai badan terpadu pasti
mempunyai banyak tugas yang kompleks. Pelayanan yang kompleks
ini diselesaikan denga pelayanan terpadu 1 pintu. Dimana pelayanan
perijinan dan penanaman modal (invertasi) diselesaiakan dalam satu
tempat dan 1 pintu tersebut di Kantor BPTPM.
Pelayanan Investasi member kemudahan yaitu memberikan insentif
untuk berinvestasi antara lain :
i) Pelayanan perijinan yang prima.
j) Pelayanan SIUP dan TDP gratis.
k) Kondisi sosial ekonomi masyarakat kondusif.
l) Biaya hidup yang terjangkau.
m) Harga tanah yang menarik.
n) Jalan dan jembatan yang memadai.
o) Dukungan lembaga keuangan yang baik.
p) Masyarakat ramah terhadap investor. 9
Kemudahan dan insentif-insentif seperti diatas akan menarik para
investor untuk menanam modalnya. Tidak hanya cepat, tpat dan
murah, tetapi kemudah serta keringanan untuk melakukan pengurusan
sangat diperhatiakan di BPTPM. Pelayanan untuk mewujudkan One
Stop service (OSS) juga diterapkan oleh BPTPM. Kepastian dalam
waktu pemberian pelayanan juga diterapkan di

BPTPM Sragen,

contohnya dalam pelayanan perijinan seperti ijin praktek bersama


9 Moenir, H.A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara.

38

dokter gigi memerlukan 12 hari kerja untuk pengurusan ijinya.


Penjelasan diatas cukup menggambarkan bahwa BPTPM sudah
menggunkan pelayanan prima dengan tetap mengacu ke Good
Governance dalam prakteknya, ditambas dengan cirri khas pegawai
BPTPM dalam berbusana setiap hari mempunyai busana tersendiri
(warna).

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Reformasi administrasi Negara merupakan sesuatu yang wajib
dijalankan di seluruh Negara. Iklim globalisasi yang menimbulkan
karakter social yang mempunyai mobilitas tinggi membuat suatu
pemerintahan dapat pekah dengan apa yang dibutuhkan rakyat kepada
Negara. Dengan reformasi administrasi Negara diharapkan tantangan
tersebut akan mampu dijawab. Reformasi aparatur Negara, reformasi
birokrasi merupakan bagaian dalam reformasi administrasi Negara .
Reformasi birokrasi meruapakan salah satu bagian yang paling
penting yang harus disorot. Birokrasi sebagai wadah atau temapat untuk
melakukan kegiatan administrasi dalam suatu Negara dengan tujuan
melayani masyarakat meruapakan tempat sentral yang harus bertanggung
jawab dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dimonopoli oleh
Negara.

Dalam reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan penataan

kelembagaan, penataan ketatalaksanaan, penataan sumber daya manusia,


akuntabilitas serta pelayanan dan kualitas pelayanan. Dari setiap cara
tersebut memunyai indicator masing-masing untuk mengukur apakah
suatu instansi pemerintahan sudah melaksanakan reformasi birikrasi
dengan baik.
BPTPM Kab. Sragen Jawa Tengah merupakan salah satu instansi
pemerintah yang telah melakukan reformasi birokrasi. Dari hasil riset
ditemukan bahwa BPTPM yang merukan Badan pelayanan terpadu dalam
39

bidang perijinan

dan penanaman modal telah melakukan reformasi

birokrasi dengan cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan hasil analisis
temuan yang ada di BPTPM Sragen kemudian dianalisis dengan 5 cara
dalam reformasi birokrasi yang didalam setiap cara tersebut mempunyai
indicator untuk mengukur temuan yang ada di BPTPM Kab. Sragen.

B. Saran
Ada beberapa hal yang menjadi catatan kami setelah mengetahui
hasil temuan dan dilakukan analisis :
1.
Pemanfaatkan E-government dalam BPTPM
harus ditingkatkan, tidak hanya formulir dan informasi lolos tidaknya
iji tetapi cara pengurusan atau transfer data online dan pembayaran
2.

online perlu dilakukan untuk lebih mempermudah masyarakat.


Hendaknya pelayanan terpadu yang ada di
BPTPM Sragen menjadi acuan oleh Pemkab. Sragen dalam
memberikan pelayanan terpadu di bidang lain.

40

DAFTAR PUSTAKA

Buku Profil BPTPM Kabupaten Sragen Jawa Tengah Tahun 2011.


Dimock, Marshall Edward dan Dimock, Gladys Ogden, 1966, Administrasi
Negara, Yasaguna, Jakarta.
Effendi, Sofian. 2000. Reformasi Administrasi Negara. (online).
(sofian.staff.ugm.ac.id; diakses tanggal 18 desember 2015)
Mansur, T. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik
Pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe. (online).
(eprints.ums.ac.id: diakses tanggal 18 desember 2015).
Suradji, 2003, Manajemen Kepegawaian Negara, Lembaga Administrasi Negara,
Jakarta
Wiranto, tatag. Tanpa tahun. Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Pelayanan
Publik www.bappenas.go.id; diakses tanggal 18 desember 2015)

Website resmi Kabupaten Sragen (www.sragen kab.go.id)

41

Anda mungkin juga menyukai