Anda di halaman 1dari 16

PENYUSUNAN

POLA TATA KELOLA


BLU-PPS BUNGUS
PEDOMAN

AKMALA DWI N
DAFTAR
ISI

DAFTAR ISTILAH
01 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penyusunan Pedoman
C. Dasar Hukum Penyusunan Tata Kelola
D. Pengguna Pedoman dan Tata Cara Penggunaannya

02. TEKNIS PENYUSUNAN POLA ATA KELOLA BLU -PPSB


A. Dasar Acuan Penyusunan Pedoman
B. Teknis Penyusunan Pola Tata Kelola

PENUTUP
DAFTAR ISTILAH

BLU : Badan Layanan Umum yaitu instansi di lingkungan Pemerintah Pusat


yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisien dan produktivitas

TEACHING FACTORY : adalah sarana produksi yang dioperasikan


berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk
menghasilkan produk sesuai dengan kondisi nyata Industri dan tidak
berorientasi mencari keuntungan sebagai metode pembelajaran dan
pelatihan

POLA TATA KELOLA : Pola anggaran yang penganggaran belanjanya dapat berubah
atau berkurang dari yang dianggarkan sepanjang pendapatan terkait bertambah,
berkurang, atau setidaknya proporsional

TATA LAKSANA : Sekumpulan aktivitas kerja terstruktur dan saling terkait yang
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan kebutuhan pengguna

STANDARD OPERATING PROCEDURE : Serangkaian instruksi tertulis yang


dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasI pemerintahan,
bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan
01. PENDAHULUAN

Bagian ini
A. LATAR BELAKANG
menjelaskan
tentang latar
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pelauhan Perikanan Samudera Bungus yang
belakang dan
tujuan
selanjutnya disingkat menjadi PPK BLU-PPSB merupakan suatu “enterprising the government”
penyusunan
pedoman.
yaitu paradigma baru dalam pengelolaan keuangan negara sebagai wujud reformasi dalam
Dasar hukum, pengelolaan keuangan negara. Reformasi dalam pengelolaan keuangan negara dimunculkan
serta pengguna
dan tata cara melaluiPaket Undang-Undang Keuangan Negara mmeberikan koridor baru dalam pengelolaan
penggunaannya
keuangan negara yang berbasis kinerja dan penganggaran. Pola Pengelolaan BLU-PPSB tersebut
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangkan memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan daerah pada umumnya.
Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orang-orang yang dipilih secara
khusus untuk melaksanakan tugas Negara sebagai bentuk pelayanan kepada orang banyak.
Tujuan instansi pemerintah dapat dicapai apabila mampu mengolah, menggerakkan dan
menggunakan sumber daya manusia yang dimiliki secara efektif dan efisien. Peran manusia
dalam organisasi sebagai pegawai memegang peranan yang menentukan karena hidup matinya
suatu organisasi pemerintah semata-mata tergantung pada manusia. Pegawai merupakan faktor
penting dalam setiap organisasi pemerintahan. Pegawai merupakan faktor penentu dalam
pencapaian tujuan instansi pemerintah secara efektif dan efisien. Pegawai yang menjadi
penggerak dan penentu jalannya organisasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 129/PMK.05/2020 Tentang Pedoman
Pengelolaan Badan Layanan Umum, Pola tata kelola merupakan peraturan internal Satuan Kerja
Instansi Pemerintah yang menetapkan :
1. Organisasi dan tata laksana, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi, perkembangan misi
dan strategi, pengelompokan fungsi yang logis, efektifitas pembiayaan serta pendayagunaan
sumber daya manusia;
2. Akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada Satuan Kerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik;
3. Transparansi, yaitu mengikuti asas keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan arus
informasi agar informasi secara langsung dapat diterima bagi yang membutuhkan.
(PMK nomor 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam Rangka Pengusulan dan
Penetapan Satker Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU)

Pola Tata Kelola yang dikembang tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip tata kelola yang baik
(good governance) agar dapat mengarahkan pengelolaan BLU-PPSB ke arah yang lebih profesional
serta dapat mencapai arahan sesuai visi dan misi yang telah ditetapkan. Dalam pengembangan
pola tata kelola harus memperhatikan prinsip pengendalian internal yang baik, efisiensi dan
efektifitas dalam pengelolaan, serta transparan dalam pengelolaan operasional maupun
keuangannya. Sehingga Pola Tata Kelola ini menjadi suatu system kerja yang berjalan dalam
pengelolaan BLU-PPSB.

B. TUJUAN PENYUSUNAN PEDOMAN


Pedoman Penyusunan Pola Tata Kelola ini disusun dengan tujuan:
1. Memberikan panduan bagi Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus dalam penyusunan dokumen
Pola Tata Kelola sebagai persyaratan administratif penerapan PPK BLU-PPSB;
2. Memberikan panduan Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus dalam menyusun visi dan misi
penerapan PPK BLU-PPSB;
3. Memberikan panduan bagi Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus dalam menyusun pola kerja
maupun prosedur kerja PPK BLU-PPSB;
4. Memberikan panduan dalam pengelolaan BLU-PPSB yang memenuhi prinsip transparansi dan
akuntabilitas

C. DASAR HUKUM
Pedoman penyusunan Pola Tata Kelola BLU-PPSB ini mengacu pada peraturan perundangan sebagai
berikut:

Undang-undang
• UU No. 15 Tahun 2004: Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
• UU No. 17 Tahun 2003: Keuangan Negara
• UU No. 01 Tahun 2004: Perbendaharaan Negara

Peraturan Pemerintah (PP)


• PP no. 08 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
• PP no. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
• PP no. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
• PP no. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal
• PP no. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

2
• PP no. 74 Tahun 2012: Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Peraturan Menteri Keuangan


• Permenkeu No. 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan,
dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan
Layana Umum
• Permenkeu No. 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat
Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum
• Permenkeu No. 08/PMK.02/2006 : Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada Badan
Layanan Umum
• Permenkeu No. 61 Tahun 2007 tentang Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah
• Permenkeu No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam Rangka
Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layan Umum
• Permenkeu No. 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum
• Permenkeu No. 73/PMK.05/2007 tentang Perubahan atas Permenkeu
No.10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Renumerasi bagi Pejabat Pengelola,
Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum
• Permenkeu no. 171/PMK.05/2007: Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat, Mencabut Permenkeu no. 59/PMK.06/2005
• PerMenkeu No. 76/PMK.05/2008: Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan
Layanan Umum
• PerMenkeu No. 44/PMK.05/2009 : Rencana Bisnis Dan Anggaran Serta Pelaksanaan
Anggaran Badan Layanan Umum
• PerMenkeu No. 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran Serta Pelaksanaan
Anggaran Badan Layanan Umum
• PerMenKeu No. 129/Pmk.05/2020 Tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan
Umum.

Peraturan Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan


• Perdirjen Perbendaharaan No. PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga dan lampirannya
• Perdirjen No. PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme Pengesahan Pendapatan dan Belanja
Satuan Kerja Badan Layanan Umum

3
• Perdirjen Perbendaharaan No. Per-62/PB/2009: Tata Cara Penyajian Informasi
Pendapatan dan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan
• Perdirjen No. PER-57/PB/2008 tentang Format Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Badan
Layanan Umum (DIPA BLU)
• Perdirjen Nomor Per-08/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Dewan
Pengawas Badan Layanan Umum di Lingkungan Pemerintah Pusat
• Perdirjen Perbendaharaan Nomor 67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian
Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

D. PENGGUNAAN PEDOMAN DAN TATA CARA PENGGUNAANNYA


Penyusunan Pedoman ini diharapkan dapat membantu berbagai pihak yang akan menyusun
Pola Tata Kelola BLU-PPSB, terutama:
1. Pelabuhan Perikanan yang akan menerapkan system pengelolaan pelabuhan dengan
BLU;
2. Pengelola BLU-PPSB sebagai panduan pengkinian dan penyusunan dokumen Pola Tata
Kelola;
3. Masyarakat pada umumnya yang ingin mempelajari teknis penyusunan Pola Tata Kelola
suatu badan usaha.

Selanjutnya tata cara penggunaan Pedoman Penyusunan Pola Tata Kelola BLU ini adalah
sebagai berikut:
1. Teknis penyusunan Pola Tata Kelola diuraikan dalam Bagian II
2. Outline Pola Tata Kelola yang disajikan dalam Bagian II huruf B (koma dihilangkan)
merupakan struktur minimal yang harus dimuat dalam Pola Tata Kelola BLU, dengan
uraian sebagai berikut:
• Bab I: Pendahuluan, memuat pengertian pola tata kelola, prinsip-prinsip tata
kelola, tujuan penerapannya, dan klausul perubahan pola tata kelola tersebut.
• Bab II: Organisasi dan Tata Laksana, memuat struktur organisasi BLU dan uraian
tugasnya, prosedur kerja, serta ketersediaan sumber daya manusianya.
• Bab III: Akuntabilias dan Transparansi, memuat ruang lingkup akuntabilitas dan
transparansi dalam pengelolaan BLU-PPSB
• Bab IV: Penutup, memuat kesimpulan secara umum dalam penyusunan dokumen
Pola Tata Kelola BLU-PPSB
3. Bagian 3 memuat tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Pola Tata
Kelola BLU

4
02. TEKNIS PENYUSUNAN POLA TATA
KELOLA BLU -PPSB

Bagian ini A. DASAR ACUAN PENYUSUNAN PEDOMAN


menjelaskan
tentang dasar Pedoman Penyusunan Pola Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah ini mengacu pada Peraturan
penyusunan
pedoman dan Menteri Keuangan Nomor: 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam rangka
teknis
penyusunan Pola Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan
Tata Kelola
pada Badan Keuangan Badan Layanan Umum serta Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
Layanan Umum
atau Badan 129/Pmk.05/2020 Tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum.
Layanan Umum
PPS Bungus Langkah penyusunan Pola Tata Kelola BLU-PPSB, secara teknis dengan melakukan pemetaan atas
tata laksana dalam struktur organisasi BLU-PPS. Hal ini disesuaikan dengan bidang usaha masing-
masing BLU-PPSB. Pemetaan atas tata laksana tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi
kegiatan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Kegiatan Utama (core activity)
Kegiatan yang menjadi fokus BLU-PPSB dalam melakukan generating income dan secara
langsung mempengaruhi proses tersebut merupakan kegiatan utama.
Misalnya: BLU-PPSB fokus pada bidang Jasa Kepelabuhanan, maka yang menjadi kegiatan
utama BLU-PPSB adalah semua tata laksana dalam melakukan aktivitas Pelayanan Jasa
Kepelabuhanan.
2. Kegiatan Pendukung (supporting activity)
Sedangkan kegiatan pendukung merupakan kegiatan yang dilakukan oleh BLU-PPSB yang tidak
secara langsung terkait dengan proses generating income dan hanya bersifat mendukung
terselenggaranya proses tersebut.
Misalnya: BLU-PPSB fokus pada bidang perdagangan umum, maka yang menjadi kegiatan
pendukung BLU-PPSB adalah semua tata laksana tidak terkait langsung dengan aktivitas
perdagangan (yaitu pengelolaan keuangan, ketatausahaan, dan sebagainya).

B. TEKNIS PENYUSUNAN POLA TATA KELOLA BLU-PPSB


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 129/Pmk.05/2020 Tentang
Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum, maka dokumen Pola Tata Kelola BLU-PPSB disusun
dengan outline sebagai berikut:

5
BAB I – PENDAHULUAN
A. Pengertian Pola Tata Kelola
B. Prinsip-Prinsip Tata Kelola
C. Tujuan Penerapan Pola Tata Kelola
D. Klausul Perubahan Pola Tata Kelola

BAB II – ORGANISASI DAN TATA LAKSANA


A. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
B. Prosedur Kerja
C. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

BAB III – AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI


A. Akuntabilitas
B. Transparansi

BAB IV – PENUTUP
A. Simpulan

Teknis penyusunan setiap bab dalam outline tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Penyusunan Bab I Pendahuluan
Bagian Bab I tentang Pendahuluan terdiri dari:
a. Pengertian Pola Tata Kelola;
b. Prinsip-prinsip Pola Tata Kelola;
c. Tujuan Penerapan Pola Tata Kelola;
d. Klausul Perubahan Pola Tata Kelola.
Teknis penulisan per sub-bab adalah sebagai berikut:
a. Pengertian Pola Tata Kelola
Pada Bagian ini dijelaskan bahwa Pola tata kelola merupakan peraturan internal
Satuan Kerja Instansi Pemerintah yang menetapkan :
1) Organisasi dan tata laksana, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi,
perkembangan misi dan strategi, pengelompokan fungsi yang logis, efektifitas
pembiayaan serta pendayagunaan sumber daya manusia;
2) Akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada Satuan Kerja Instansi Pemerintah
yang bersangkutan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik;

6
3) Transparansi, yaitu mengikuti asas keterbukaan yang dibangun atas dasar
kebebasan arus informasi agar informasi secara langsung dapat diterima bagi yang
membutuhkan.

Peraturan internal terkait organisasi dan tata laksana sebagaimana dimaksud termasuk
memuat struktur organisasi, serta pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Pengelola
dan Pegawai.
Ketiga hal tersebut didasarkan pada PMK nomor 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan
Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satker Instansi Pemerintah untuk
Menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU yang telah dirubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 129/Pmk.05/2020 Tentang Pedoman Pengelolaan
Badan Layanan Umum

b. Prinsip Prinsip Pola Tata Kelola


Bagian ini memuat informasi tentang prinsip-prinsip yang digunakan dalam
penerapan Pola Tata Kelola BLU-PPSB antara lain
1) Transparansi: Mengikuti asas keterbukaan yang dibangun atas dasar
kebebasan arus informasi agar informasi mengenai BLU secara langsung
dapat diterima bagi pihak-pihak yang membutuhkan;
2) Kemandirian: Keadaan di mana BLU dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika;
3) Akuntabilitas: Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada BLU dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik;
4) Responsibilitas: Kesesuaian pengelolaan BLU terhadap peraturan
perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip organisasi yang
sehat;
5) Kewajaran: Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder
BLU yang timbul berdasarkan perjanjian maupun peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

c. Tujuan Penerapan Pola Tata Kelola


Pada Bagian ini menerangkan tentang tujuan penerapan tata kelola agar
dapat:
1) Memaksimalkan nilai satker dengan prinsip: keterbukaan, akuntabilitas,
kredibilitas, pertanggungjawaban, keadilan, sehingga satker berdaya saing

7
kuat secara nasional dan internasional;
2) Mendorong pengelolaan satker secara profesional, transparan, dan efisien;
3) Memberdayakan fungsi dan peningkatan kemandirian organ BLU;
4) Mendorong satker sehingga pembuatan keputusan dan kegiatannya
berdasar nilai-nilai moral dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan tanggung jawab sosial terhadap stakeholder;
5) Meningkatkan kontribusi satker dalam upaya membangun bangsa.

d. Kalausul Perubahan Tata Kelola


Klausul ini menjelaskan secara detail terkait :
1) Satker BLU dapat melakukan perubahan/penyesuaian pola tata kelola.
Bilamana terdapat perubahan, baik perubahan terhadap statuta maupun
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pola tata kelola, maka
harus dilakukan penyesuaian fungsi tanggung jawab, dan kewenangan organ
satker.
2) Jika perubahan terkait dengan struktur organisasi, maka perubahan
tersebut harus disampaikan ke Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara, melalui menteri teknis terkait.

2. Penyusunan Bagian Bab II Organisasi Dan Tata Laksana


Bagian dalam penyusunan Bab II tentang Organisasi dan Tata Laksana terdiri
dari:
a. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
b. Prosedur Kerja
c. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Teknis penulisan per sub-bab adalah sebagai berikut:


a. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
1) Struktur Organisasi
Dalam pembahasan struktur organisasi dijelaskan struktur organisasi
sebelum dan setelah BLU-PPSB
Sebelum penerapan BLU: struktur organisasi sebelum menerapkan PK BLU-
PPSB yang disertai dengan uraian tugas, dan wewenang.
Sesudah penerapan BLU: struktur organisasi setelah menerapkan PK BLU-
PPSB yang disertai dengan uraian tugas, wewenang, dan standar
kompetensi/persyaratan pimpinan dan pejabat pengelola, yang terdiri

8
dari:
a) Pemimpin BLU
b) Pejabat Keuangan
c) Pejabat Teknis
d) Dewas: persyaratan pembentukan tugas dan kewajiban keanggotaan
pembentukan/pengangkatan pemberhentian ketentuan lain-lain (PMK
Nomor 109/PMK.05/2007 jo 129/Pmk.05/2020 Tentang Pedoman
Pengelolaan Badan Layanan Umum)
e) Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)

2) Uraian Tugas,
Merupakan penjabaran Uraian tugas dan kewajiban, fungsi, kewenangan
Struktur komando/koordinasi harus jelas (PP Nomor 23 Tahun 2005), Pada
bagian ini penyajian dilakukan secara naratif dan untuk lebih menarik
dapat dilengkapi dengan gambar yang relevan

b. Prosedur Kerja
1) Yaitu Urut-urutan pekerjaan yang dilakukan oleh satker dalam
melaksanakan kegiatannya
2) Dapat berupa flow chart, diikuti narasi penjelasan.
3) Dapat dicontohkan beberapa prosedur kerja utama. Selengkapnya agar
dilampirkan dalam Buku SOP.

c. Ketersediaan dan Pengembangan SDM


Pada bagian ini menjelaskan ketersedian sumberdaya manusia yang dimiliki
BLU-PPSB dengan rincian sebagai berikut
1) Berupa ketersediaan SDM (struktural dan fungsional) saat ini, baik kuantitas
dan kualitasnya, berdasarkan fungsi/jabatannya, jenjang pendidikan,
pangkat, dan/atau lain-lain.
2) Selanjutnya dijelaskan jumlah kebutuhan SDM baik kuantitas dan
kualitasnya dan arah pengembangan SDM untuk 5 tahun ke depan (dapat
dibuat dalam bentuk tabel), termasuk pola rekruitmen SDM.

3. Penyusunan Bab III Akuntabilitas dan Transparansi


Bagian dalam penyusunan Bab III Akuntabilitas dan Transparansi terdiri dari:
a. Akuntabilitas

9
b. Transparansi

a. Akuntabilitas
Dalam bagian ini diuraikan gambaran umum tentang aspek akuntabilitas PPK
BLU-PPSB, berupa kebijakan, mekanisme, media pertanggungjawaban dan
periodisasi pertanggungjawaban program, kegiatan, dan keuangan dalam
rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.

Akuntabilitas tersebut terdiri dari Akuntabilitas Program, Akuntabilitas


Kegiatan, dan Akuntabilitas Keuangan, yang masing masing diterangkan secara
detail dengan ketentuan :
1) Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program dibuat untuk setiap tahapan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program, dan
pertanggungjawaban program-program yang telah diamanatkan oleh
menteri/pimpinan lembaga. Juga dikemukakan kebijakan-kebijakan
pertanggungjawaban, prosedur pertanggungjawaban, media dan periodisasi
pertanggungjawaban program.
2) Akuntabilitas Kegiatan
Akuntabilitas kegiatan dibuat untuk setiap tahapan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan, dan
pertanggungjawaban dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai program
yang telah diamanatkan oleh menteri/pimpinan lembaga. Juga dikemukakan
kebijakan-kebijakan pertanggungjawaban, prosedur pertanggungjawaban,
media dan periodisasi pertanggungjawaban kegiatan.
Akuntabilitas Program dan Kegiatan adalah perwujudan kewajiban satker
dalam mempertanggungjawaban keberhasilan maupun kegagalan
pelaksanaan program dan kegiatan yang diukut dengan seperangkat indikator
kinerja non- keuangan, sebagaimana diatur dalam PP Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
3) Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas keuangan dibuat untuk setiap tahapan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan media dan
periodisasi pertanggungjawaban dalam melaksanakan pengelolaan sumber
daya keuangan.
Pada umumnya akuntabilitas keuangan tertuang dalam laporan keuangan.

10
b. Transparansi
Transparansi mengungkapkan aspek transparansi yang dimiliki dan/atau akan
dikembangkan serta mekanisme pengendalian internal untuk menciptakan
transparansi. Juga diungkapkan ketersediaan informasi kepada publik misalnya
informasi dan media apa saja yang dapat diakses dengan mudah oleh publik.

4. Penyusunan BAB IV PENUTUP


Bagian ini adalah kesimpulkan secara umum isi dari dokumen Pola Tata Kelola
yang disajikan pada Bab sebelumnya serta mengungkapkan hal-hal lain yang
mendapat perhatian dalam pengelolaan BLU-PPSB,
Kesimpulan
Simpulan yang disajikan memuat seluruh rangkaian pada pembahasan bab-bab
sebelumnya serta mengungkapkan hasil yang telah dicapai serta hambatan dalam
melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pada bagian akhir
simpulan, diungkapkan juga upaya pemecahan masalah yang dihadapi dan saran
serta rekomendasi yang dipandang perlu.
Pada bagian ini simpulan disampaikan secara ringkas dan naratif saja, sehingga
tidak perlu disajikan tabel atau gambar yang mendukung. Penyajian dapat
berupa poin-poin penting yang disajikan pada bab-bab sebelumnya.

11
3. PENUTUP

A. Simpulan
Pedoman Penyusunan Pola Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah ini mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan
Bagian ini
sebagai Administratif dalam rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah
bagian akhir
pedoman untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang telah dirubah dengan
penyusunan
Pola Tata Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 129/Pmk.05/2020 Tentang Pedoman
Kelola BLU-
PPSB Pengelolaan Badan Layanan Umum.
Berdasarkan Peraturan Menteri, Pola Tata Kelola BLU-PPSB tersebut ditetapkan outline
dalam sebagai kerangka dalam penyusunan Pedoman Tata Kelola BLU-PPSB. Kerangka
tersebut pada dasarnya adalah struktur minimal dalam penyusunan Pedoman Tata Kelola
BLU-PPSB. Dan masih ada ruang untuk menjelaskan secara naratif agar pola tata kelola
BLU-PPSB tersebut menjadi lebih lengkap.
Penyajian flowchart untuk menggambarkan alur kerja utama maupun pendukung yang
perlu disajikan dalam Pedoman Tata Kelola BLU-PPSB akan mempermudah pemahaman
bagi pengguna Pedoman dalam melaksanakannya secara operasional pada BLU-PPSB.
Selain dalam bentuk flowchart, juga perlu ditambahkan penjelasan naratif atas
flowchart tersebut agar dapat dengan jelas dipahami oleh pengguna Pedoman. Selain
itu untuk penjelasan tertentu dapat ditambahkan diagram atau skema yang dapat lebih
memudahkan pengguna Pedoman untuk memahami isi muatan di dalamnya. Sehingga
diharapkan Pedoman tersebut akan menyajikan gambaran yang lengap atas Pola Tata
Kelola yang dikembangkan oleh BLU-PPSB yang memenuhi kaidah pengendalian internal
serta pengelolaan organisasi yang baik.

B. Hal Lain Yang Perlu Diperhatikan


Dalam proses penyusunan Pola Tata Kelola BLU-PPSB ini terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain:
1. Proses pemetaan tata laksana yang menjadi dasar dalam Pola Tata Kelola BLU-PPSB
harus dilakukan secara lengkap dan terinci serta mengklasifikasi setiap aktivitas
dalam kelompok aktivitas utama (core activity) maupun kelompok aktivitas
pendukung (supporting activity).
2. Struktur organisasi yang dikembangkan oleh BLU-PPSB harus memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang ada serta sesuai dengan hasil pemetaan tata

12
laksana yang sudah dikembangkan tersebut.
3. Prinsip-prinsip dalam Pola Tata Kelola BLU-PPSB tersebut harus diperhatikan dan
menjadi acuan dalam pengembangannya.

13

Anda mungkin juga menyukai