Anda di halaman 1dari 80

PELATIHAN PUBLIC-PRIVATE

PARTNERSHIP
BENTUK MODALITAS DAN PEMAKETAN PROYEK
KEMITRAAN PEMERINTAH & BADAN USAHA

Doddy Aditya Iskandar, MeRSA, Ph.D


SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Mengapa kemitraan Pemerintah-Badan Usaha (KPBU) – Public+Private
Partnership (PPP) itu penting?
Konteks Indonesia:
• Keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh pemerintah
• Amanat nasional kepada pemerintah untuk meningkatkan daya saing daerah
di era globalisasi
• Tingkatkan kualitas manusia (Kesehatan)
• Tingkatkan kapasitas manusia Indonesia (Pendidikan)
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Mengapa Kemitraan Pemerintah-Badan Usaha (KPBU) – Public+Private
Partnership (PPP) itu penting?
• Postur Anggaran Pendapatan & Belanja (Negara/Daerah) yang masih didominasi
oleh pengeluaran rutin
• Penelitian menunjukkan bahwa 30-45% APB(D) digunakan untuk gaji pegawai dan
pengeluaran rutin lainnya
• Amanat nasional  Pendidikan (minimal 20% dari APB(D)) dan Kesehatan
(minimal dialokasikan 10% dari APB(D))
• Yang tersisa dari kondisi APB(D) sekarang adalah  total APB(D) – {pengeluaran
rutin + amanat nasional(DIK) + amanat nasional(KES)}
• Yang tersisa  anggaran pembangunan daerah
• Berapa multiplier dari anggaran pembangunan daerah ini?
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Mengapa Kemitraan Pemerintah-Badan Usaha (KPBU) – Public+Private
Partnership (PPP) itu penting?
• Pemerintah mengamanatkan agar belanja infrastruktur ditingkatkan sampai sekitar
5% dari PDB wilayah
• Kajian dari BAPPENAS menunjukkan bahwa jika belanja infrastruktur bisa mencapai
5% dari PDB wilayah, maka pertumbuhan ekonomi wilayah bisa mencapai di kisaran
6%/tahun
• DILEMA: untuk belanja infrastruktur 5% dari PDB, maka pemerintah daerah terpaksa
harus merealokasikan belanja pembangunan yang tadinya sudah dialokasikan untuk
sektor Pendidikan dan Kesehatan
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
PERMEN PPN/KEPALA BAPENAS RI NO 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
KPBU DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR (BAB I Pasal 1 Ayat 1), PERPRES NO 38 TAHUN
2015 TENTANG KPBU KPBU DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR (Bab I pasal 1 ayat 6) dan
PERATURAN KEPALA LKPP NO 19 TAHUN 2015 (Bab I pasal 1 ayat 1)

”Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah
kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak.”
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Karena kegiatan-kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan
infrastruktur, kegiatan pengelolaan infrastruktur, dan pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan
kemanfaatan infrastruktur adalah pekerjaan kompleks yang menjadi tanggungjawab pemerintah dan untuk
pelaksanaannya membutuhkan pihak kedua, yaitu Badan Usaha (Permen PPN No.4 tahun 2015)

Penyediaan infrastruktur harus diusahakan dengan menggunakan dana yang minimum untuk mencapai kualitas yang
maksimum serta memenuhi sasaran dan waktu yang singkat sehingga dibutuhkan Pengadaan Badan Usaha
pelaksanaan KPBU
(Peraturan Kepala LPKP No.19 tahun 2015 Pasal 5)

Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan kebutuhan yang mendesak dan untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah dan badan usaha (
Perpres no.38 tahun 2015)

MENGAPA PEMERINTAH MENDORONG TERBENTUKNYA KEMITRAAN PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA?


SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas pasal 7:

Terdapat 4 sumber pendanaan diluar Anggaran Pendapatan dan Belanja baik daerah dan
negara, yakni badan usaha milik daerah dan negara, sumber lain yang sah, dan badan
usaha melalui mekanisme KPBU.

Jadi, KPBU merupakan salah satu sumber dana dan solusi keterbatasan
dana pemerintah untuk pembangunan
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Proyek Penerangan Jalan Umum Kota Surakarta
• Pemerintah Kota membayar IDR 3,6M/bulan (atau setara dengan IDR 44M/tahun) ke
PLN
• Coverage area dan kualitas layanan ingin ditingkatkan
• Assessment awal mengenai kebutuhan investasi untuk revitalisasi PJU menelan biaya IDR
225M
• Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah Pemkot Surakarta tahun 2017 
• Sisi Pendapatan: IDR 1,7 Trilyun
• Sisi Belanja: IDR 1,8 Trilyun
• Belanja Pegawai (langsung & tidak langsung): IDR 746M
Alternatif hasil kajian pre fs Revitalisasi PJU 2016
MASA KONSESI 5 MASA KONSESI 10
TAHUN TAHUN
ALT. ALT.1 ALT.2 ALT.3 ALT.4 ALT. ALT.1 ALT.2 ALT.3 ALT.4
NILAI INVESTASI (Miliar NILAI INVESTASI (Miliar
Rp) 49.42 185.42 169.34 225.06 Rp) 49.42 185.42 169.34 225.06
TARGET EFISIENSI % 43.52 62.38 74.82 82.69 TARGET EFISIENSI % 43.52 62.38 74.82 82.69
PERIODE KONSESI (TH) 5 5 5 5 PERIODE KONSESI (TH) 10 10 10 10
NPV (Miliar Rp) 6.20 -108.36 -63.40 -107.98 NPV (Miliar Rp) 42.15 -58.84 4.27 -33.62
IRR 0.19 -0.23 -0.09 -1.08 IRR 0.35 #NUM! 0.13 0.08
NET B/C 9.94 -0.82 -1.08 -1.08 NET B/C 2.42 -2.49 41.06 -5.77
Payback Period 3.15 8.58 5.57 6.70 Payback Period 3.15 8.58 5.64 6.80
Kelaikan Laik Tidak Laik Tidak Laik Tidak Laik Kelaikan Laik Tidak Laik Laik Tidak Laik

MASA KONSESI 15 MASA KONSESI 20


TAHUN TAHUN
ALT. ALT.1 ALT.2 ALT.3 ALT.4 ALT. ALT.1 ALT.2 ALT.3 ALT.4
NILAI INVESTASI (Miliar NILAI INVESTASI (Miliar
Rp) 49.42 185.42 169.34 225.06 Rp) 49.42 185.42 169.34 225.06
TARGET EFISIENSI % 43.52 62.38 74.82 82.69 TARGET EFISIENSI % 43.52 62.38 74.82 82.69
PERIODE KONSESI (TH) 15 15 15 15 PERIODE KONSESI (TH) 20 20 20 20
NPV (Miliar Rp) 62.55 -30.74 41.58 7.12 NPV (Miliar Rp) 74.13 -14.79 62.59 30.02
IRR 0.37 0.08 0.17 0.13 IRR 0.38 0.11 0.18 0.14
NET B/C 2.00 -5.03 4.46 28.75 NET B/C 1.86 -10.44 2.96 6.82
Payback Period 3.15 8.58 5.71 6.98 Payback Period 3.15 8.58 5.78 6.98
Kelaikan Laik Tidak Laik Laik Laik Kelaikan Laik Tidak Laik Laik Laik

KETERANGAN:
Alt.1 : Meterisasi
Alt.2 : Meterisasi dan Panel pintar Tipe A
Alt.3 : Materisasi dan LEDisasi
Alt.4 : Meterisasi, LEDisasi, dan Panel Pintar Tipe B
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Detil Perencanaan dan Pentahapan Pelaksanaan
• Efisiensi maks yang bisa dicapai  untuk menyeleksi dipakai angka efisiensi 70%
(baseline)
• Distribusi dan peningkatan pencahayaan merata ke seluruh kota Surakarta sesuai
standar PJU yang ditentukan mencakup 21.222 titik lampu
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Studi kasus SPAM Umbulan
• PJPK : Pemprov Jatim
• Pemda penerima air : Kab. Pasuruan, Kota Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya, Gresik
(asumsi tersedianya air minum bagi ± 1,3 juta jiwa)
• Peran swasta : BOT sistem produksi dan transmisi
• Peran PDAM : sistem distribusi dari off-take sd sambungan rumah
• Peran PDAB : Pengelola sumber air dan pemegang SIPA, aggregator dan off-
taker
• Sistem produksi : kapasitas 4.000 liter/detik
• Sistem transmisi : pembangunan pipa transmisi 93 km
• Sistem off-take : pipa tapping di 16 titik di 5 wilayah kabupaten dan kota
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Studi kasus SPAM Umbulan
• Estimasti CAPEX : ± 2,05 trilyun (berdasarkan penawaran B.U. Pemenang Lelang)
• Rencana masa konstruksi : 2 tahun sejak tgl. Efektif Perjanjian Kerjasama
• Rencana masa konsesi : 25 tahun sejak COD (commercial operation date)
• IRR Proyek : 12%
• Tarif Air Minum Curah
1. Rp. 2.370/m3 (PPP Company – PDAB)
2. Rp. 2.444/m3 (PDAB – PDAM)
• Besaran dukungan : Rp. 818,01 M (berdasarkan penawaran B.U. Pemenang Lelang)
 dalam bentuk Viability Gap Fund
STUDI KASUS TPPAS NAMBO
PROVINSI JAWA BARAT
• Bentuk proyek: Tempat Pembuangan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Regional
Nambo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
• Salah satu dari tiga TPPAS yang ada di wilayah provinsi Jawa Barat
• Cakupan Wilayah Pelayanan: Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok
• Skema kerjasama: BOOT (build, operate, own, transfer)
STUDI KASUS TPPAS NAMBO
PROVINSI JAWA BARAT
• Nilai proyek (estimasi 2015): Rp. 600,204 milyar
• Sejarah pengembangan:
1. Dirintis sejak tahun 2002
2. Mendapatkan persetujuan Menteri Kehutanan untuk pinjam pakai kawasan hutan Perum
Perhutani pada tahun 2013 untuk lahan seluas 40 hektar
3. Tambahan area: 15 hektar milik Pemerintah Kabupaten Bogor (desa Nambo, kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
4. Tugas pengelolaan diletakkan kepada Balai Pengelolaan Sampah Regional (BPSR) Jabar (sebagai
unit pelaksana teknis pada Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jabar – yang ditetapkan
melalui Pergub no. 113 tahun 2009)
STUDI KASUS TPPAS NAMBO
PROVINSI JAWA BARAT
• Dibangun dengan skema Kemitraan Pemerintah dengan Badan Usaha
• Kajian dilakukan oleh Jabodetabek Waste Management Corporation (JWMC) diprakarsai
oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum
• Kontribusi Pemprov Jabar: studi kelayakan, DED, analisis mengenai dampak lingkungan
serta dokumen pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa sekitar lokasi TPPAS
• Badan Usaha Pelaksana: PT Jabar Bersih Lestari
• Per 4 September 2018, pembangunan dimulai dan direncanakan selesai dalam jangka
waktu 18 bulan
• Kapasitas operasi sebanyak 1.800 ton/hari
STUDI KASUS TPPAS NAMBO
PROVINSI JAWA BARAT
• Proporsi APBN: pembangunan sanitary landfill dan IPAL
• Proporsi APBD: secara bertahap sesuai dengan alokasi APBD Pemda Provinsi Jawa barat
(pembangunan jalan akses dan jalan operasi, pembangunan pagar dan pintu gerbang)
• Mekanisme pengolahan sampah:
• Teknologi yang dipakai: mechanical biological treatment
• Sampah diolah untuk menghasilkan bahan bakar alternative pengganti batu bara (Refuse
Derived Fuel/RDF)
• RDF biasa digunakan sebagai alternative pengganti batu bara oleh industry semen (PT
Indocement membangun pabrik ke-14 dengan kapasitas 4,4 juta ton di dekat TPPAS
Nambo sebagai upaya pemanfaatan RDF dari TPPAS + mengeluarkan investasi sebesar
IDR 250 milyar untuk membangun akses penghubung)
• Ekspektasi: TPPAS Nambo menghasilkan 500 ton RDF/hari
SEKILAS PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP
Studi kasus SPAM Semarang Barat
• Estimasti CAPEX : ± 1,2 trilyun (termasuk dukungan dari pemerintah)
• Rencana masa konstruksi : 2 tahun sejak tgl. efektif financial close
• Rencana masa konsesi : 25 tahun sejak COD
• Skema : BOT penyediaan air curah
• Detil proyek : sistem produksi kapasitas 1.000 liter/detik, sistem transmisi
(sepanjang 10,5 km) & reservoir
• Pelanggan (estimasi) : 60.000 sd 70.000 sambungan
MATRIK LINGKUP PROYEK
BENTUK DUKUNGAN PEMERINTAH UNTUK PROYEK KPBU
Kementerian Keuangan:
• Dana Penyiapan Proyek (PT SMI)
PEMERINTAH PUSAT • Viability Gap Fund
• Penjaminan (PT PII)
(Kemenkeu dan
KemenPUPR) Kementerian PUPR:
• Dukungan Teknis (Pipa JDU)
• Perizinan

• Pengadaan lahan
PEMERINTAH KOTA • Kontribusi Jaringan Pipa Sekunder dan
Tersier (Bersama dengan PDAM)
SEMARANG • Pengajuan Perda KPBU
• Perizinan

DPRD KOTA Pengesahan Perda


SEMARANG

Kontribusi Jaringan Pipa Sekunder dan Tersier


PDAM TIRTA MOEDAL (Bersama dengan Pemkot Semarang)
Struktur KPBU Proyek SPAM Semarang Barat

Kementerian PUPR Kementerian Keuangan

Dukungan Project
Pembangunan Development Viability
Fisik Facilities Gap
Funding
(VGF)1

Perjanjian
Pem. Kota Semarang Regres

Penugasan Penyertaan Perjanjian Penjaminan


Dividen
PJPK Modal

PDAM Kota Semarang Payment Badan Usaha

Perjanjian
Payment KPBU

Masyarakat Kota Semarang sebagai Konsumen


ORGANISASI DALAM PELAKSANAAN
KEMITRAAN PEMERINTAH-BADAN USAHA
transportasi
jalan

SDA & irigasi pariwisata

air minum minyak dan gas bumi fasilitas Pendidikan, penelitian &
dan sumber energi pengembangan
sistem pengelolaan air terbarukan
limbah terpusat pemasyarakatan (penitentiary)
kawasan
sistem pengelolaan air perumahan rakyat
limbah setempat ekonomi fasilitas
perkotaan kesehatan
sistem pengelolaan
sampah konservasi energi Fasilitas sarana olahraga, kesenian &
budaya
telekom.info
energi & INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR
ketenagalistrikan EKONOMI SOSIAL
KEMITRAAN PEMERINTAH-BADAN USAHA
1. kalau 1. ketidakpastian 1. Paradigma baru: kalau
menguntungkan skema proyek layak secara komersial
secara komersial, infrastruktur mengapa tidak
mengapa harus 2. iklim investasi tidak diserahkan saja kepada
diserahkan kepada mendukung swasta swasta
swasta? untuk berkembang 2. Subsidi diberikan secara
2. subsidi lebih baik pesat kompetitif
diberikan kepada 3. layanan publik tidak 3. Kebijakan insentif fiscal
BUMN daripada berkelanjutan diberikan sepenuh hati
swasta ketika anggaran (paradigm baru: kalau
3. kebijakan insentif subsidi tidak lagi tidak diberikan,
merugikan disediakan bagi kerugian justru semakin
keuangan negara BUMN besar karena
opportunity costs

PERGESERAN PARADIGMA PENYEDIAAN LAYANAN PUBLIK


MODEL BISNIS PEMERINTAH & B.U.
• PUBLIC PROVISION OF COLLECTIVE GOODS
• SERVICE PROVISION CONTRACTS
• OUTSOURCING/CONTRACTING
• DESIGN & CONTRACT (D&C)
• SALE & LEASEBACK
• OPERATE & MAINTAIN (O&M)
• OPERATE, MAINTAIN & MANAGE (OM & M)
• BUILD TRANSFER OPERATE (BTO)
• BUILD OPERATE TRANSFER (BOT)
MODEL BISNIS PEMERINTAH & B.U.
• BUILD, LEASE, TRANSFER (BLT)
• BUILD, LEASE, TRANSFER, MAINTAIN (BLTM)
• BUILD, OWN, OPERATE, REMOVE (BOOR)
• BUILD, OWN, OPERATE, TRANSFER (BOOT)
• LEASE, RENOVATE, OPERATE, TRANSFER (LROT)
• DESIGN, BUILD, FINANCE, OPERATE (DBFO)
• DESIGN, CONSTRUCT, MANAGE, FINANCE (DCMF)
• DESIGN, BUILD, FINANCE, OPERATE, MANAGE (DBFOM)
• BUILD, OWN, OPERATE (BOO)
MODEL BISNIS PEMERINTAH & B.U.
• FRANCHISE
• CONCESSION
• JOINT VENTURE (JV)
• REGENERATION PARTNERSHIP
• OUTRIGHT PRIVATIZATION
DESIGN BUILD OPERATE MAINTAIN FINANCE DEMAND TRANSFER SOURCE
SPECTRUM OF PPP
RISK OF ASSETS OF COST
MODEL RECOVERY
Privatization/full divestisation private private private private private private After Signing End User; Tariff
determined by
Private
Concession private private private private private private End of Contract End User; Tariff
determined by
Government
Build-Own-Operate (BOO) private private private private private public Never End Users
through
Government
Build-Operate-Transfer (BOT also known as private private private private private public End of Contract Government
BOOT)
Build-Transfer-Operate (BTO also known as private private private private private public End of Construction End Users or
BTL or BLOT and BLT) Government

Design-Build-Finance-Operate (DBFO also private private private private private public Start of Contract Government
known as DCMP or DBFM)
Performance Based Contract or Availability private private private private private public End of Contract Government
Payment
Operations & Maintenance (O&M and also public public private private public public Never Government
known as Franchise or Affermage)
Turned-Key Project private private public public private public End of Construction Government

Traditional Procurement (Construction) public private public public public public End of Construction Government

Traditional Procurement (Design) private public public public public public End of Construction Government
PHILIPPINES THAILAND VIETNAM INDONESIA
Laws and Republic Act no. 6957; (1990) BOT Private Participation in State Decision 71/2010/QD-TTg: Presidential Regulation No. 67 of
Law Undertaking Act B.E. 2535 (1992) Promulgating the regulation on pilot 2005: Cooperation between
Regulations Republic Act no. 7718; (1994) to (PPSU Act)  this Act has not investment in the public-private Government and Business Entity
for PPP amend No. 6957 to increase been only for PPP but to govern all partnership form Presidential Regulation No. 65 of
variations of BOT kinds of participation for the project Decree No. 24/2011/IND-CP: 2006: Land acquisition for public
Republic Act no. 8974; (2000) to size exceeding 1 billion baht Amending a Number of Articles of projects
implement infrastructure projects Announcement of the Office of the the November 27, 2009 Decree No. Presidential Regulation no. 13 of
Republic Act no. 8975; (2000) to National Economic and Social 108/2009/ND-CP on investment in 2010: Amendment to the
expedite national infrastructure Development Board on the topics the form of Build-Operate-Transfer Presidential Regulation no. 67
projects for the submission of the result of Contract, Build-Transfer-Operate Ministry of Finance Regulation No.
Executive Order No. 8; (2010) to project studies and analyses: Contract, Build-Transfer Contract 38 of 2006: Guidance for controlling
address the national infrastructure specify the topics that shall be Decision no. 412/QD-TTg of 2007: and management of risks
needs covered in the feasibility study to be Stipulate large-sized and important Coordinating Ministry of Economic
The Philippines Congress enacted submitted for project approval projects for economic development Affairs Regulation No. 4 of 2006:
the first BOT law in Asia in 1990, 1st and 2nd Ministerial Regulation Evaluation methodology for PPP
and it institutionalized private sector B.E. 2537 (1994) issued pursuant infrastructure projects that require
participation in infrastructure and to the B.E. 2535 (1992) on government support
development projects procedure and detail of bidding
process: detail the procedure to
develop an invitation for private
participation, required topics for the
Private Sector’s proposals,
invitation method, selection
procedure which is required to be
conducted through bidding and the
determination of bid security or
performance security
PHILIPPINES THAILAND VIETNAM INDONESIA
Governmental Public-Private-Partnership (PPP) SEPO (State Enterprise Policy Ministry of Planning and Investment BAPPENAS (National Development
Centre Office) (MPI) Planning Agency)
Organizations National Economic and Ministry of Finance
for promoting Development Authority (NEDA) MPI is not the organization only for BAPPENAS is not the organization
PPP The government is considering to PPP but serve for all investment only for PPP, but serve for all
The executive order no. 8 by set up the central PPP Unit. and established Inter-Sector investment. Recent Presidential
President Aquino in September However, at this stage Ministry of Working Team composed of other Decree set the BKPM (Investment
2010 renamed the existing Build- Finance proposes that the State ministries, such as Finance, Coordinating Agency) and
Operate-Transfer (BOT) Centre as Enterprise Policy Office act as Justice, Industry and Trade, BAPPENAS as a front office and a
the Public-Private-Partnership central PPP secretary office. The Transport, Construction, the State back office respectively).
(PPP) Centre and transferred it scope of work are the same as PPP Bank of Vietnam BAPPENAS also serve a
from the Department of Trade and unit in other countries. This secretariat for P3CU (Public-Private
Industry (DTI) to the National proposal is included in the Draft Partnership Central Unit): as a
Economic Development Authority new Act which has got in principle working team that supports KKPPI
(NEDA) to address the Philippines approval by the former Cabinet (National Committee for
infrastructure needs Acceleration of Infrastructure
Development) to promote PPP.
PHILIPPINES THAILAND VIETNAM INDONESIA
Project There has been a small PDF in the To be included in the Draft new Act There has not been the fund acting PT SMI was set up with the fund of
BOT Centre but not fully utilized as PDF shall be set up under the as PDF so far about US$200 million for the
Development due to the size of the fund. The Ministry of Finance to support the purpose of Advisory Service,
Fund government together with various development of PPP strategic plan Feasibility Study and Socialization
multilateral organizations are and project feasibility study and the to investors
working on establishing the project development process. The
Philippines Infrastructure fund shall be managed by the Fund
Development Fund to provide a committee and fund manager.
long-term fund structure to sustain
and further promote PPP in the
country

Government Case by case approach but no Case by case approach Case by case approach IIGF (Indonesia Infrastructure
guarantee for unsolicited projects Guarantee Fund)
Guarantees
(for long term
funding)
PHILIPPINES THAILAND VIETNAM INDONESIA
Foreign 1987 Constitutions describe the Thai citizens are allowed to own In Vietnam, land is public property. Right to own land is limited to
nationality limitations on land immovable assets while foreigners Thus only Vietnamese citizens are Indonesian Citizens only, except
Ownership for ownership, so that a corporation are able to obtain ownership for entitled to have land use rights (not certain legal entities approved by
land and can only own private land if it is land and buildings under conditions ownership). the Indonesian Government (FDI
buildings 60% Philippino-owned. However, it specify in the Land Law, Private, Foreign investors cannot get land companies are not included).
cannot own public land and can Commonly-owned Housing Act, use rights. Instead, they can use Most of Foreign companies hold the
only hold the same by way of lease Investment Promotion Act and land by lease from the Government HGB (Right to Use building) to
Industrial Estate Authority of construct and own buildings on land
Thailand Act allowed only for (i) Indonesian
citizens and (ii) legal entities
established under the Indonesian
law and domiciled in Indonesia

Land DPWH (Department of Public There are three main laws govern According to Decision 71, Chapter Indonesian government is in the
Works and Housing) has the land acquisition: 6 Article 34: The provincial committee’s process of decreeing Land
Acquisition allocations for public project, • The Constitution of the Kingdom of people will be responsible for site Acquisition Bill that regulates the
(LA) support including the allocation for land Thailand B.E. 2550 (2007) clearance and for completing procedures process more effectively – expected
• Expropriation of Immovable Property for allocation or lease of land to implement
by acquisition. But sometime the total Act B.E. 2530 (1987) the project in accordance with law and the
to pass by the end of 2011.
amount is not enough to cover it all.
government • Procurement of Immovable property for
public transportation affair Act B.E.
conditions for land use.
As part of the investment incentives
2540 (1997): for the use of immovable granted by the Government, the
property without transferring of
ownerships
private investor shall be exempt
• The Government has responsibility to from land use fee for the allocated
acquire the land for the project. The area by the state or shall be
pricing is determined by the committee, exempted from land rent for the
set up for each project, based on the project duration.
prices, such as market price, location,
value.
PHILIPPINES THAILAND VIETNAM INDONESIA
Project Under Republic Act 7718 and its Project identification and approval Detailed procedure is stipulated in PPP project screening and
IRR, the implementing agency/local process will be revised and Decision 71 Chapter 3 – to be identification is first done by the
Process and government units (As/LGUs) can included in the new Act. The main invested in the PPP form, a project Contracting Agency.
Guidelines implement their PPP/BOT projects steps in the latest draft Act are: must satisfy any of the following In the PPP Implementation
through any of the following 1. The government will develop a criteria: Guideline from P3CU/BAPPENAS,
implementation modes: strategic plan to identify projects 1. Being important and large-sized and a Multi-Criteria Analysis (MCA) is
1. Public Bidding (Solicited Mode) that suitable for PPP urgently required for economic being promoted to evaluate the
development under the Prime
The A/LGU chooses to procure procurement in each sector Minister’s Decision No. 412/QD-TTg of
potential projects. MCA will create
their priority infrastructure and 2. Project Agency conduct April 11, 2007 an aggregate score from factors
development projects through Feasibility Study covering VfM 2. Being capable of refunding capital to such as priority of the CA, financial
transparent and competitive calculation, risk allocation, etc. the investor from reasonable revenues feasibility, economic feasibility,
public bidding process. The to submit to the central PPP and collected from users socio-environment impact, and
3. Being capable of tapping technological
A/LGU requests for bid for its the approval committee advantages and management and
requirement for government
priority infrastructure projects, 3. Project Agency set up operation experience and effectively support and so on. P3CU will then
approved by the approving committee to consider bidding utilizing the financial capacity of the compile the projects proposed by
body, from project proponents document and select Private private sector the CA and make the final list of
that are pre-qualified through Sector before submitting to 4. Other criteria as decided by the Prime projects prepared for PPP.
Minister
the bidding process central PPP and the approval
For the project to be included in the
2. Unsolicited Mode committee to approve
project list, the competent state
The A/LGU may accept 4. SEPO is to draft a PPP
agencies shall send project
unsolicited proposal from project guideline. The standard bid
proposal to the MPI for
proponent to undertake projects documents may be presented in
summarization
on a negotiated basis the new Guideline
PHILIPPINES THAILAND VIETNAM INDONESIA
Project Lists PPP Brochure MPI Released Priority Project List PPP Book

Unsolicited Private sector can propose the Private Sector can propose the Private Sector can propose projects Private Sector can propose projects
projects to the government but investment plan or proposal to to the Authorized state body but to the implementing agencies or
Proposal subject to swiss challenge and no participate in the project that is in bidding is required and any special local government but bidding is
public guarantee will be provided. PPP Strategic Plan. The detail of arrangement for the investor is not required and no incentives could be
When the contract (project) is procedure, conditions and criteria provided in Decision 71 provided
awarded to a competitor which for unsolicited project shall be
submits a lower price than the prescribed by the new PPP
original proponent, then the winner Committee
have to reimburse the development
cost of the proposal to the original
proponent
Apa dan Bagaimana KPBU
SOLICITED PROJECT(S) UNSOLICITED PROJECT(S)

inisiatif pemerintah inisiatif badan usaha

penyiapan proyek dilakukan oleh penyiapan proyek dilakukan oleh badan


pemerintah (pra studi kelayakan) usaha pemrakarsa (studi kelayakan)

dapat memperoleh dukungan dapat memperoleh jaminan pemerintah


pemerintah (fiscal dan non fiskal)
Jenis kompensasi:
1. pemberian tambahan nilai sebesar 10%
dapat memperoleh jaminan pemerintah 2. right to match, dan/atau
3. pembelian prakarsa
Publik
Proyek
Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha
Jenis Kontrak Pengadaan Franchise Design-Build- Build-Transfer- Build-Operate- Build-Operate-Own
APBN/APBD (Affermage) Finance-Operate Operate (BTO)** Transfer (BTO)*** (BOO)
(DBFO)*
Konstruksi Pemerintah Pemerintah Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta
Operasi Pemerintah Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta
Kepemilikan Pemerintah Pemerintah Pemerintah Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta
selama konstruksi selama kontrak
lalu pemerintah KPBU lalu Sektor
Publik
Siapa yang Pemerintah Pengguna Pemerintah atau Pemerintah atau Pemerintah atau Off-taker
membayar? Pengguna Pengguna Pengguna Pemerintah atau
Pengguna
Siapa yang dibayar? N/A Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta Investor/Swasta
* Juga dikenal sebagai Design-Construct-Manage-Finance (DMCF) or Design-Build-Finance-Maintain (DBFM)
** Juga dikenal sebagai Build-Transfer-Lease (BTL), Build-Lease-Operate-Transfer (BLOT) or Build-Lease-Transfer (BLT)
*** Juga dikenal sebagai Build-Own-Operate-Transfer (BOOT)

(Sumber: Yescombe, E.R. 2007. Public-Private Partnership: Principles of Policy and Finance)
TYPICAL PPP PROCESS

World Bank Group. Public Private Partnership


Reference Guide 2.0, 2014
sumber:
APBN + APBD a. Belanja K/L
41,3% b. Belanja non K/L (subsidi, PSO)
c. Transfer daerah
d. Pembiayaan (PMN dan viability gap fund)

total kebutuhan Pendekatan pemb. Infrastruktur


pembiayaan
infrastruktur 1. BUMN murni
ekonomi & BUMN 2. Swasta murni
sosial 22,2% 3. KPBU dengan jaminan (tariff atau availability payment)

PINA: pembiayaan investasi non anggaran pemerintah


1. Equity financing (penyertaan modal)
2. Dijamin pemerintah
Keikutsertaan 3. Bankable (menguntungkan secara finansial apabila default)
swasta
36,5%
catatan tambahan 
Porsi pembiayaan infrastruktur di sejumlah negara yang menerapkan KPBU berada di tingkat
22% (Inggris, Thailand, Portugal dan Brazil memiliki porsi paling tinggi sebesar 40%)
Pengadaan Infrastruktur Konvensional
Rp. milyar (belanja modal)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

konstruksi masa pemeliharaan


Pengadaan Infrastruktur Konvensional
Rp. milyar (skema AP: availability payment)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

konstruksi masa pemeliharaan


Apa dan Bagaimana KPBU
• Perpres no. 38 tahun 2015 mengatur mengenai Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang
memuat: (1) availability payment, (2) hybrid financing, dan (3) success fee mechanism
• Pemanfaatan availability payment (AP) dan hybrid financing untuk meningkatkan kualitas proyek
dan mengatasi kendala kapasitas pengadaan barang/jasa pemerintah
• Pemanfaatan availability payment untuk mengatasi keterbatasan fiskal dengan membagi beban
pembiayaan supaya tidak menumpuk di satu tahun tetapi tersebar dalam 10 hingga 30 tahun
Apa dan Bagaimana KPBU
Prasyarat Percepatan Investasi KPBU
• Memastikan komitmen K/L/Pemda
• Penetapan proyek KPBU
• Key performance indicator untuk pimpinan K/L/Pemda

• Memperbaik kesiapan proyek


• Penetapan focal point di K/L/Pemda
• Memanfaatkan biaya penyiapan proyek APBN/D untuk penyiapan transaksi proyek KPBU

• Memungkinkan daerah melaksanakan transaksi dengan skema availability payment

dari perspektif Kemendagri terkait infrastruktur daerah:


availability payment dapat mengatasi kendala pengadaan barang/jasa pemerintah di daerah sehingga alokasi anggaran lebih
termanfaatkan sehingga sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) berkurang
Apa dan Bagaimana KPBU
Mengapa menggunakan availability payment didalam pelaksanaan KPBU
• Mencapai Value for Money (VFM) / Nilai Manfaat Uang yang tinggi untuk layanan publik yang
berkualitas
• Inggris mendefinisikan VFM sebagai “kombinasi optimal dari keseluruhan biaya life-cycle dan
kualitas atau kesesuaian fungsi barang/jasa dalam memenuhi kriteria pengguna”
• Sebagai metode dalam penyediaan layanan publik yang berkualitas yang pada saat bersamaan
dapat menekan beban finansial dari sektor publik
disarikan dari bahan paparan Direktur Pendapatan
Daerah Kemendagri, 27 April 2017

Apa dan Bagaimana KPBU


Konvensional (APBD) AP
Penganggaran dan Kontraktual Dipecah dalam beberapa Kegiatan (Design, Hanya Satu
Konstruksi, Operasi, Pemeliharaan) (KPBDU/Kontrak AP)

Jangka Waktu Konstruksi (1-3 Tahun) 10 – 30 Tahun


Pemeliharaan (Tiap Tahun)

Beban Risiko Publik Swasta


Sumber Pendaanan untuk
Konstruksi Publik Swasta

Pembayaran (Tahunan) Jumlah


Jumlah
($) ($)
Berat di Datar
Awal

Waktu Waktu

Konstruks Operasi
Konstruksi Operasi
i
Apa dan Bagaimana KPBU
ASPEK PENGATURAN
Pasal 6, pasal 7, pasal 8 & pasal 9

Pemerintah Badan Usaha:


Subyek Kerjasama 1. Menteri 1. BUMN/BUMD
2. Kepala Lembaga 2. Badan Usaha asing
3. Kepala Daerah 3. Perseroan Terbatas
4. BUMN/BUMD 4. Koperasi
Pasal 5
Obyek kerjasama
Infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial (19 jenis infrastruktur)

1. Pembiayaan Sebagian KPBU (pasal 19)


Kontribusi Pemerintah 2. Dukungan Pemerintah (pasal 15 & pasal 16)
3. Jaminan Pemerintah (pasal 17 & pasal 18)
Pasal 11

Pengembalian Investasi Badan Usaha 1. Pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif (user charge)
2. Pembayaran ketersediaan layanan (availability payment)
3. Bentuk lain sepanjang tidak bertentangan dengan perundang-undangan
1. Tahapan perencanaan
Tahapan 2. Tahapan penyiapan
3. Tahapan transaksi
PENDEKATAN ALTERNATIF PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR AIR BERSIH & SANITASI
characteristics O&M contract Lease contract BOT concession Full utility Asset Sale
concession
Time Horizon 2 – 5 years 10 years 10 – 20 years 20 – 30 years In perpetuity
Ownership of facility Public Public Public Public Private
Operational Responsibility Private Private Private Private Private
Investment Responsibility Public Public Private Private Private
Nature of Customer Government Retail customer Government Retail customer Retail customer
Revenue Stream Fixed Fee for Subject to market Contracted Subject to market Subject to market
service risk payments due risk risk
after construction

Sumber: Grimsey & Lewis, 2004


MODALITAS & PEMAKETAN PROYEK
• Apa tantangan terbesar dari proyek KPBU (PPP)?
• non-technical concerns (political calculus, choice of projects)
• pembentukan simpul KPBU dan dimana posisi tersebut berada
• long-term commitment dari (political) stakeholders (risk, financing)
• Matching commitment with choice of project(s) to be executed
• Market sounding
• Local enterprises’ institutional capacity
MATRIX CHECK LIST UNTUK STUDI PENDAHULUAN
KEMITRAAN PEMERINTAH & BADAN
USAHA DI INDONESIA
(sumber: direktorat Kerjasama Pemerintah Swasta & Rancang Bangun, BAPPENAS)
STUDI PENDAHULUAN
Studi Pendahuluan pada tahap perencanaan meliputi kajian mengenai:
a. analisis kebutuhan (need analysis);
b. kriteria kepatuhan (compliance criteria);
c. kriteria faktor penentu Nilai Manfaat Uang (Value for Money) partisipasi
badan usaha;
d. analisa potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek; dan
e. rekomendasi dan rencana tindak lanjut
Studi Pendahuluan Check list Keterangan
Analisa Kebutuhan Keterangan Ada Ada Tidak
(Lengkap) (Kurang) Ada
kepastian KPBU memiliki dasar Memuat penjelasan secara
pemikiran teknis dan ekonomi umum mengenai analisa teknis
berdasarkan analisa data sekunder dan analisa ekonomi
yang tersedia
kepastian KPBU mempunyai Memuat analisa peningkatan
permintaan yang berkelanjutan dan kebutuhan versus kondisi
diukur dari ketidakcukupan eksisting dimana kondisi
pelayanan, baik secara kuantitatis eksisting sudah tidak
maupun kualitas, berdasarkan memungkinkan untuk
analisi data sekunder yang tersedia memenuhi kebutuhan yang ada.
Memuat para pemangku
kepastian KPBU mendapatkan kepentingan yang terlibat dalam
dukungan dari pemangku proyek KPBU dan respon para
kepentingan yang berkaitan pemangku kepentingan terhadap
proyek tersebut
Studi Pendahuluan Check list Keterangan
Kriteria Kepatutan Keterangan Ada Ada Tidak
(lengkap) (kurang) Ada
Memuat gambaran proyek sudah seesuai
analisa kesesuaian dengan
a dengan peraturan KPBU dan peraturan sektor
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Memuat penanggung jawab proyek
b analisa penentuan PJPK
berdasarkan peraturan yang berlaku
analisa kesesuaian KPBU dengan Memuat penjelasan mengenai kesesuaian
dokumen RPJMN/D dan/atau proyek dengan dokumen perencanaan
c
Renstra K/L, RKP/RKPD, pembangunan atau rencana bisnis
rencana bisnis BUMN/BUMD BUMN/BUMD
Memuat penjelasan mengenai kesesuaian
analisa kesesuaian lokasi dengan
d proyek dengan RTRW atau master plan
RTRW
perusahaan
Memuat hubungan sektor yang akan dibangun
analisa keterkaitan antar sektor
dengan sektor-sektor terkait, misalnya
e sektor infrastruktur dan antar
keterkaitan pembangunan bandara dengan
wilayah.
pembangunan jalan akses ke bandara
Studi Pendahuluan Check List Keterangan
Kriteria Faktor penentu Nilai Ada Ada Tidak
Manfaat Uang Keterangan (lengkap) (kurang) Ada
(Value for Money)
sektor Swasta memiliki keunggulan Memuat penjelasan keunggulan swasta
a dalam pelaksanaan KPBU termasuk jika terlibat dalam proyek tersebut
dalam pengelolaan risiko
Memuat penjelasan yang menyatakan
terjaminnya efektifitas, akuntabilitas
bahwa pembangunan infrastruktur
b dan pemerataan pelayanan publik
adalah dalam rangka melaksanakan
dalam jangka panjang
fungsi pelayanan publik
Memuat penjelasan mengenai transfer
teknologi termasuk didalamnya adalah
c alih pengetahuan dan teknologi
Tingkat Kandungan Dalam Negeri
(TKDN) dan merekrut tenaga kerja lokal
terjaminnya persaingan sehat, Memuat bahwa proses pengadaan akan
d transparansi dan efisiensi dalam dilakukan secara sehat
proses pengadaan
Studi Pendahuluan Checklist Keterangan
Analisa potensi pendapatan dan Ada Ada Tidak
Keterangan
skema pembiayaan proyek (lengkap) (kurang) Ada
Memuat tentang kebutuhan
permintaan akan infrastruktur tersebut
kemampuan pengguna untuk
a dan kemampuan membayar
membayar
masyarakat atas ketersediaan
infrastruktur tersebut.
kemampuan fiskal pemerintah pusat, Memuat tentang kemampuan fiskal
b pemerintah daerah, BUMN/BUMD dari PJPK dalam melaksanakan
dalam melaksanakan KPBU; proyek tersebut
Memuat penjelasan mengenai potensi-
c potensi pendapatan lainnya potensi pendapatan tambahan yang
didapatkan selain dari user pay/AP
Memuat secara umum bentuk-bentuk
perkiraan bentuk dukungan
d dukungan pemerintah yang
pemerintah
memungkinkan untuk proyek tersebut
Studi Pendahuluan Checklist Keterangan
Rekomendasi dan Keterangan Ada Ada Tidak
Rencana Tindak Lanjut (lengkap) (kurang) Ada
Memuat rencana skema/bentuk
rekomendasi bentuk
a kerjasama antara pemerintah dan badan
KPBU
usaha
rekomendasi kriteria Memuat syarat-syarat badan usaha
b utama dalam pemilihan yang akan mengerjakan proyek KPBU
badan usaha
rencana jadwal kegiatan Memuat timeframe pelaksanaan KPBU
c penyiapan dan transaksi sejak penyiapan sampai financial close
KPBU
STUDI PENDAHULUAN
Analisa kebutuhan
a. Kelayakan kajian teknis dan ekonomis atas dasar data sekunder yg ada;
b. Kelayakan kajian kebutuhan (demand) layanan (kuantitatif dan kualitatif), dari aspek volume maupun
keberlanjutannya, dan
c. Kepastian dukungan dari stakeholder terkait
Kriteria kepatutan
a. Kajian kesesuaian dengan peraturan perundangan;
b. Kajian kesesuaian dengan rencana rencana pembangunan pemerintah (RPJMN/D, RKP /D, Renstra KL ,
Rencana Bisnis BUMN/D);
c. Kajian kesesuaian dengan RTRW, dan
d. Kajian kesesuaian infrastruktur antar wilayah dan sektor
STUDI PENDAHULUAN
Kriteria Faktor penentu Nilai Manfaat Uang (VfM)
a. Kajian kapasitas/keungulan sektor swasta dalam pelaksanaan KPBU, khususnya faktor resiko;
b. Kajian jaminan efektifitas, akuntabilitas dan pemerataan layanan publik dlm jangka panjang;
c. Jaminan proses alih pengetahuan dan teknologi, dan
d. Jaminan proses pengadaan yang sehat, transparan dan efisien
Kriteria potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek
a. Kajian kemampuan penggunan utk membayar (ability to pay);
b. Kajian kemampuan fiskal pemerintah (Pusat, Daerah), BUMN/D;
c. Kajian potensi pendapatan lainnya, dan
d. Kajian perkiraan bentuk dukungan pemerintah
REKOMENDASI DETIL PENTAHAPAN PELAKSANAAN
KEGIATAN KEMITRAAN PEMERINTAH &
BADAN USAHA
(acuan: Permen PPN/Kepala BAPPENAS no. 4 tahun 2015 mengenai Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur)
Apa dan Bagaimana KPBU
SOLICITED PROJECT(S) UNSOLICITED PROJECT(S)

inisiatif pemerintah inisiatif badan usaha

penyiapan proyek dilakukan oleh penyiapan proyek dilakukan oleh badan


pemerintah (pra studi kelayakan) usaha pemrakarsa (studi kelayakan)

dapat memperoleh dukungan dapat memperoleh jaminan pemerintah


pemerintah (fiskal dan non fiskal)
Jenis kompensasi:
1. pemberian tambahan nilai sebesar 10%
dapat memperoleh jaminan pemerintah 2. right to match, dan/atau
3. pembelian prakarsa
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
a. Tahap perencanaan KPBU
b. Tahap penyiapan KPBU
c. Tahap transaksi KPBU
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
a. Tahap perencanaan KPBU
a. Penyusunan rencana anggaran dana KPBU
b. Identifikasi dan penetapan KPBU
c. Penganggaran dana tahap perencanaan KPBU
d. Pengambilan keputusan lanjut/tindak lanjut rencana KPBU
e. Penyusunan daftar rencana KPBU
f. Pengkategorian KPBU
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
a. Tahap perencanaan KPBU
• Sumber anggaran:
• APBN atau APBD
• Pinjaman/hibah, dan/atau
• Sumber lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
• Identifikasi proyek KPBU dilakukan melalui Studi Pendahuluan dan Konsultasi Publik
• Apabila hasil identifikasi menunjukkan adanya gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis
infrastruktur yang melibatkan lebih dari 1 (satu) PJPK, Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala
Daerah yang memiliki kewenangan, menandatangani nota kesepahaman
• Berdasarkan nota kesepahaman diatas, koordinator PJPK mengajukan usulan atas
gabungan 2 (dua) atau lebih jenis infrastruktur kepada Menteri Perencanaan
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
a. Tahap perencanaan KPBU
• Menteri Perencanaan menyusun Daftar Rencana KPBU berdasarkan
• Usulan Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala Daerah/ direksi BUMN/ direksi BUMD yang
diindikasikan membutuhkan dukungan dan/atau jaminan pemerintah, dan
• Hasil identifikasi Menteri Perencanaan berdasarkan prioritas pembangunan nasional
• Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala Daerah/ direksi BUMN/ direksi BUMD
menyampaikan usulan kepada Menteri Perencanaan dengan dilengkapi dokumen
pendukung
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
a. Tahap perencanaan KPBU
• Dokumen pendukung yang harus disiapkan bergantung kepada bentuk dan jenis KPBU
yang diajukan
• Dokumen pendukung untuk usulan KPBU dalam proses penyiapan
1. Dokumen penyiapan KPBU, dan
2. Lembar ringkasan dari dokumen penyiapan KPBU
• Dokumen pendukung untuk usulan KPBU siap ditawarkan
1. Dokumen pra studi kelayakan
2. Lembar ringkasan dari dokumen pra studi kelayakan, dan
3. Surat pernyataan persetujuan prinsip dukungan pemerintah dan/atau jaminan pemerintah apabila
diperlukan
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
a. Tahap perencanaan KPBU
• Menteri Perencanaan menetapkan Daftar Rencana KPBU (KPBU siap ditawarkan dan
KPBU dalam proses penyiapan) berdasarkan usulan (dari Menteri/ Kepala Lembaga/
Kepala Daerah/ direksi BUMN/ direksi BUMD)
• Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala Daerah/ direksi BUMN/ direksi BUMD
menyampaikan informasi mengenai perkembangan KPBU secara berkala sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kepada Menteri Perencanaan
• Menteri Perencanaan melakukan evaluasi terhadap KPBU yang tidak mengalami
perkembangan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak penetapan Daftar Rencana
KPBU
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
b. Tahap penyiapan KPBU
• Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala Daerah/ direksi BUMN/ direksi BUMD bertindak
sebagai PJPK dalam tahap penyiapan KPBU
• PJPK menyusun rencana anggaran untuk pelaksanaan tahap penyiapan
• Penyiapan KP(D)BU terdiri atas:
1. Penyiapan Prastudi Kelayakan termasuk kajian pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana
2. Pengajuan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, dan
3. Pengajuan penetapan lokasi KPBU
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
b. Tahap penyiapan KP(D)BU
• Hasil dari tahap penyiapan KP(D)BU menghasilkan:
1. Prastudi Kelayakan;
2. Rencana Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah;
3. Penetapan tata cara pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana, dan
4. Pengadaan tanah untuk KP(D)BU
• PJPK dapat dibantu Badan Penyiapan untuk melakukan penyiapan KP(D)BU
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
b. Tahap penyiapan KP(D)BU terdiri atas
• Kajian awal Prastudi Kelayakan yang harus dihasilkan dalam Tahap Penyiapan KP(D)BU
adalah sebagai berikut:
1. Kajian hukum dan kelembagaan;
2. Kajian teknis;
3. Kajian ekonomi dan komersial;
4. Kajian lingkungan dan sosial;
5. Kajian bentuk kerjasama dalam penyediaan infrastruktur;
6. Kajian resiko;
7. Kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, dan
8. Kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
b. Tahap penyiapan KP(D)BU terdiri atas
• Kajian akhir Prastudi Kelayakan yang harus dihasilkan dalam Tahap Penyiapan KP(D)BU
yang terdiri dari penyesuaian data dengan kondisi terkini dan pemutakhiran atas
kelayakan dan kesiapan KPBU (atas delapan komponen)
• Kajian akhir harus juga berisikan hal-hal sebagai berikut:
a. terpenuhinya seluruh persyaratan kajian pada Prastudi Kelayakan termasuk hal-hal yang
perlu ditindaklanjuti;
b. persetujuan para pemangku kepentingan mengenai KPBU; dan
c. kepastian perlu atau tidaknya Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah.
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
b. Tahap penyiapan KP(D)BU juga harus mempertimbangkan hal-hal sbb:
• PJPK menyiapkan dokumen kajian lingkungan hidup
• PJPK melakukan identifikasi kebutuhan atas tanah untuk KPBU berdasarkan hasil kajian
akhir Prastudi Kelayakan
• Apabila hasil identifikasi menunjukkan kebutuhan akan pengadaan tanah, PJPK
melakukan perencanaan dan penyusunan dokumen pengadaan tanah untuk memperoleh
penetapan lokasi
• Jika hasil identifikasi kebutuhan akan pengadaan tanah merujuk kepada Barang Milik
Negara atau Barang Milik Daerah, maka PJPK mengajukan usulan pemanfaatan
BMN/BMD untuk pelaksanaan KPBU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
b. Tahap penyiapan KP(D)BU juga harus mempertimbangkan hal-hal sbb:
• PJPK harus melakukan konsultasi publik untuk menjajaki kepatuhan terhadap norma
sosial dan norma lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang lingkungan hidup serta mendapat masukan mengenai kebutuhan masyarakat
terkait dengan KPBU dan memastikan kesiapan KPBU
• PJPK dapat melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (market sounding) pada tahap
penyiapan untuk mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan (badan
usaha/Lembaga/institusi/organisasi internasional)
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
b. Tahap penyiapan KP(D)BU juga harus mempertimbangkan hal-hal sbb:
• PJPK harus melakukan konsultasi publik untuk menjajaki kepatuhan terhadap norma
sosial dan norma lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang lingkungan hidup serta mendapat masukan mengenai kebutuhan masyarakat
terkait dengan KPBU dan memastikan kesiapan KPBU
• PJPK dapat melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (market sounding) pada tahap
penyiapan untuk mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan (badan
usaha/Lembaga/institusi/organisasi internasional)
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
b. Tahap penyiapan KP(D)BU juga harus mempertimbangkan hal-hal sbb:
• Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau Menteri Keuangan dapat
memberikan Dukungan Pemerintah terhadap KPBU
• Dukungan Pemerintah dapat diberikan bersama-sama antara Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah
• Bentuk-bentuk Dukungan Pemerintah:
1. Dukungan kelayakan KPBU
2. Insentif perpajakan, dan/atau
3. Bentuk lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
• Dukungan Pemerintah dicantumkan di dalam dokumen pengadaan Badan Usaha
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
c. Tahap transaksi KP(D)BU terdiri atas:
• Penjajakan minat pasar (market sounding)
• Penetapan lokasi KPBU;
• Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang mencakup persiapan dan pelaksanaan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana;
• Penandatanganan perjanjian KPBU, dan
• Pemenuhan pembiayaan (financial close)
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
c. Tahap transaksi KP(D)BU:
• PJPK melakukan transaksi KPBU setelah terpenuhinya syarat dan ketentuan untuk
memanfaatkan Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik Daerah untuk pelaksanaan
KPBU
• PJPK dapat dibantu oleh Badan Penyiapan untuk melakukan transaksi KPBU
• PJPK melakukan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana setelah memperoleh penetapan
lokasi
• Penandatanganan perjanjian KPBU dilakukan oleh PJPK dengan Badan Usaha Pelaksana
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
c. Tahap transaksi KP(D)BU:
• Badan Usaha Pelaksana wajib memperoleh pembiayaan atas KPBU paling lambat dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah menandatangani perjanjian KPBU
• Jangka waktu diatas dapat diperpanjang apabila kegagalan mendapatkan pembiayaan
tidak disebabkan karena kelalaian Badan Usaha Pelaksana
• Setiap perpanjangan waktu diberikan paling lama 6 (enam) bulan oleh PJPK
• Apabila setelah diberikan perpanjangan waktu oleh PJPK, Badan Usaha Pelaksana tidak
dapat memenuhi kewajiban memperoleh pembiayaan, maka perjanjian KPBU berakhir
dan jaminan pelaksanaan berhak dicairkan oleh PJPK
TAHAPAN DALAM KPBU
Tahapan dalam KPBU meliputi:
c. Tahap transaksi KP(D)BU:
• Pemenuhan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman dinyatakan telah terlaksana,
apabila:
a. Perjanjian pinjaman telah ditandatangani untuk membiayai seluruh KPBU, dan
b. Sebagian pinjaman telah dapat dicairkan untuk memulai pekerjaan konstruksi
• Apabila KPBU terbagi dalam beberapa tahapan, pemenuhan pembiayaan dinyatakan
terlaksana, apabila:
a. Perjanjian pinjaman telah ditandatangani untuk membiayai salah satu tahapan KPBU, dan
b. Sebagian pinjaman untuk membiayai salah satu tahapan KPBU telah dapat dicairkan untuk
memulai pekerjaan konstruksi
Doddy Aditya Iskandar, MeRSA, Ph.D
Departemen Teknik Arsitektur & Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
doddy@ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai