Mendukung Pembangunan
Infrastruktur Sebagai Bagian
dari Smart City
3
Infrastruktur di Indonesia terkendala keterbatasan pendanaan dari pemerintah,
sehingga diperlukan dana swasta untuk mempercepat penyediaan infrastruktur
CATATAN:
1) Angka tersebut merupakan perkiraan target kebutuhan pendanaan.
2) Porsi APBN berdasarkan pagu anggaran yang diajukan oleh BAPPENAS dan disetujui oleh Kementerian Keuangan
3) Perkiraan hanya berdasarkan investasi dan rehabilitasi proyek-proyek besar, belum termasuk biaya operasional
• Indonesia hanya memiliki surplus • Sedangkan untuk mencapai target • Selain menaikan pagu hutang
dana yang bersumber dari APBN dan standar hidup middle income negara, gap pendanaan yang ada
APBD sebesar Rp 1.978 triliun untuk country pada tahun 2025, harus diisi oleh sumber dana
membiayai pembangunan diperlukan kurang lebih Rp 4.796,2 alternatif, seperti BUMN dan
infrastruktur selama 5 tahun ke triliun investasi infrastruktur. Swasta sebesar Rp 2.817 triliun.
depan.
4
Pemerintah mendorong penyediaan infrastruktur dalam rangka pengembangan
smart city yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
5
Terdapat 5 alternatif sumber pendanaan yang bisa dimanfaatkan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka pengembangan smart city
2 Direct Lending
6
1. Pembayaran Ketersediaan Layanan/Availability Payment dan
Performance Based Annuity Scheme (PBAS)
Anuitas PBAS merupakan skema pembiayaan KPBU di
mana pemenang tender mendapatkan
Arus
sejumlah uang dari pemerintah, baik semi-
pengeluaran
pemerintah tahunan atau melalui jangka periodik yang
sudah disepakati, melalui “pembayaran
berkala” selama masa konsesi, setelah
pemenang tender memberikan aset yang
telah selesai dengan kualitas sesuai
Arus
pengeluaran Biaya Operation and Maintenance dengan kesepakatan.
sektor
swasta PBAS atau AP sangat cocok untuk infrastruktur
sosial seperti rumah sakit, sekolah, dsb yang
merupakan bagian dari kebutuhan infrastruktur
Biaya pembangunan perkotaan.
7
2. DIRECT LENDING
Alternatif pendanaan yang dapat mempercepat proses pinjaman dari bank pembangunan kepada BUMN
Salah satu sumber pendanaan untuk proyek infrastruktur berasal dari penerusan pinjaman bank pembangunan internasional dan
lembaga donor (WB, ADB, JICA, KfW, dsb), yang disebut Subsidiary Loan Agreement (SLA). Akan tetapi, proses SLA dinilai
memakan waktu yang sangat lama sehingga menyebabkan biaya yang tinggi karena tertunda nya pembangunan.
Skema Direct lending memungkinkan BUMN untuk meminjam kepada bank pembangunan international dan lembaga donor
tanpa melewati proses SLA. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 82/2015 tentang Jaminan Pemerintah
Pusat Atas Pembiayaan Infrastruktur Melalui Pinjaman Langsung dari Lembaga Keuangan Internasional kepada Badan Usaha
Milik Negara.
8
Lebih lanjut, Pemerintah telah mengatur pemberian pinjaman untuk mendukung
proyek dengan skema KPBU dan proyek yang mendapatkan pinjaman langsung
Penjaminan Pemerintah untuk Proyek KPBU Penjaminan Pemerintah untuk Direct Lending
Landasan Hukum
Peraturan Presiden No. 78/2010 tentang Penjaminan Peraturan Presiden No. 82/2015 tentang Jaminan
Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Pemerintah Pusat Atas Pembiayaan Infrastruktur
dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Melalui Pinjaman Langsung Dari Lembaga
Usaha Penjaminan Infrastruktur Keuangan Internasional kepada Badan Usaha
Milik Negara
Contoh Implementasi
• Persetujuan penjaminan untuk PLTU Batang • Potensi penjaminan untuk PT PLN yang akan
• Letter of Intent untuk SPAM Lampung telah menerima pinjaman langsung untuk proyek
diterbitkan pembangkit dan transmisi dengan skema IPP
• Potensi penjaminan untuk PLTU Mulut Tambang (Contoh: Transmisi Sumatera 500kV)
Sumsel 9 & 10 • Potensi penjaminan untuk BUMN konstruksi yang
ditugaskan untuk membangun infrastruktur melalui
Peraturan Presiden
Tantangan
• Cakupan jaminan masih terbatas dan mungkin tidak • Keterbatasan BUMN yang dapat menerima
sesuai permintaan investor pinjaman langsung dengan penjaminan mengingat
• Duplikasi proses permintaan pinjaman dan hanya proyek yang ditugaskan melalui Peraturan
dukungan pemerintah (VGF) Presiden yang dapat menerima penjaminan.
9
3. STRATEGIC FUNDING via STRATEGIC COMPANY
• Penyertaan modal kepada anak
perusahaan untuk kegiatan
Strategic Company
Holding operasional
adalah sebuah BUMN • IPO saat memasuki masa
yang didirikan untuk Company operasional
mengembangkan • Melakukan pelelangan KPBU
beberapa proyek
infrastruktur yang saling Proses akan dimulai dari Fase 1 ke Fase 3
terhubung satu dan yang
lainnya secara
Fase I Fase 2 Fase III
terintegrasi.
Entitas Strategic
Company akan
menggabungkan
berbagai sumber
pendanaan seperti APBN,
APBD, KPS, serta Anak Anak Anak
Pinjaman untuk Perusah Perusaha SPV 1 Perusaha SPV 2 SPV 3 SPV 4 SPV 5 SPV 6
mengembangkan aan A an B an C
beberapa proyek sekaligus
secara terintegrasi.
• Didanai melalui Penyertaan • Didanai dari dana yang • Didanai dari dana yang
Contoh: Modal dan availability dihasilkan oleh fase 1 dihasilkan oleh fase 2
1. Sichuan Expressway, payment • Tambahan Penyertaan • Dilelang dengan skema
Tiongkok • Swastanisasi setelah Modal KPBU ditambahan fasilitas
2. SMRT, Singapura demand dipastikan • Dilelang dengan skema MRG* setelah demand
KPBU dan ditambahan diketahui
3. Ankara Esenbaga,
fasilitas MRG*
Turki • Swastanisasi
4. Delhi Metro Railway
Corp, India
*MRG= Minimum Revenue Guarantee (Pemberian jaminan pendapatan minimum kepada pihak swasta)
10
4. PERBANKAN
Diperlukan penguatan kapasitas Bank dalam memperoleh tambahan modal yang bersifat jangka panjang
11
5. PASAR MODAL
Merupakan sumber dana jangka panjang dimana pemanfaatan belum optimal
Pasar modal memberikan berbagai peluang opsi sumber dana yang … Namun, perlu ditingkatkan partisipasi
bisa ditujukan kepada institutional investor dan juga retail investor…. masyarakat melalui edukasi