2.
IPSAP dan Buletin Teknis SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan
diterbitkan oleh KSAP dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa
Keuangan;
Dengan ini KSAP menetapkan Buletin Teknis Nomor 20 tentang Akuntansi Kerugian
Jakarta,
September 2015
Ketua
Sonny Loho
Sekretaris
Jan Hoesada
Anggota
Dwi Martani
Anggota
Anggota
Sumiyati
Anggota
Firmansyah N. Nazaroedin
Anggota
Hamdani
Anggota
ii
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...
1.2. Tujuan...............
1.3. Ruang Lingkup..
1
1
2
KERUGIAN NEGARA/DAERAH
2.1. Kerugian Negara/Daerah Menurut Literatur...
2.1.1. Kerugian Keuangan Negara Berkenaan dengan
Penerimaan
2.1.2. Kerugian Keuangan Negara Berkenaan dengan
Pengeluaran..
2.1.3. Kerugian Keuangan Negara Berkenaan dengan Aset ...
2.1.4. Kerugian Keuangan Negara Berkenaan dengan Kewajiban .
2.2. Pengertian dan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
2.3. Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah terhadap
Bendahara........
2.4. Sanksi Pidana atas Kerugian Negara/Daerah
AKUNTANSI KERUGIAN NEGARA/DAERAH
3.1. Akuntansi atas Kerugian Negara/Daerah yang Disebabkan oleh
Bendahara........
3.1.1. Pengakuan.
3.1.2. Pengukuran
3.1.3. Ilustrasi Jurnal ...
3.2. Akuntansi Atas Kerugian Negara/Daerah Yang Disebabkan Oleh
Pegawai Negeri Bukan Bendahara...
3.2.1. Pengakuan.
3.2.2. Pengukuran
3.2.3. Ilustrasi Jurnal
3.3. Akuntansi Kerugian Negara/Daerah Berdasarkan Putusan
Pengadilan........
3.3.1. Pengakuan.
3.3.2. Pengukuran
3.3.3. Ilustrasi Jurnal
3.4. Pengungkapan Kerugian Negara/Daerah...
3
3
4
4
5
6
8
12
14
14
15
15
16
17
17
18
20
20
21
21
22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
3
4
5
6
1.1.
Latar belakang
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) telah digunakan untuk menyusun laporan keuangan pemerintah baik
pusat maupun daerah. SAP telah meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan
anggaran pemerintahan. Pada tahun 2010 SAP berbasis akrual ditetapkan dengan PP
10
11
12
13
14
15
informasi keuangan pemerintahan yang lebih akurat dan andal membutuhkan pedoman
16
pelaksanaan yang lebih rinci dalam implementasi SAP di lingkungan pemerintahan. Salah
17
satu permasalahan yang memerlukan perhatian adalah adanya kekurangan uang, surat
18
berharga, dan barang, sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai
19
atau
20
Perbendaharaan Negara.
21
Penjelasan dan akuntansi kerugian negara/daerah yang masih sedikit dalam PSAP
22
23
negara/daerah kurang akurat dan tidak seragam dalam penerapannya. Oleh karena itu,
24
25
26
keuangan.
27
kerugian
28
29
Perbendaharaan Negara.
30
31
32
33
1.2.
Tujuan
Tujuan Buletin Teknis ini untuk memberikan pedoman akuntansi atas
kerugian
34
35
Negara yang tidak secara khusus diatur pada standar atau buletin teknis lainnya. Buletin
36
37
mengakuntansikan kerugian negara/daerah jika, dan hanya jika telah memenuhi kriteria
38
yang ditetapkan. Buletin Teknis Akuntansi kerugian Negara/daerah bertujuan agar Laporan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
entitas
Keuangan pada umumnya, pos-pos yang terkait dengan timbulnya kerugian negara/daerah
pada khususnya dapat disajikan secara layak (fairly presented) dalam Laporan Keuangan.
3
4
5
6
1.3.
Ruang Lingkup
Lingkup Buletin Teknis Akuntansi kerugian Negara/daerah mencakup pengakuan,
BAB II
KERUGIAN NEGARA/DAERAH
3
4
5
6
7
2.1.
sumber dari
10
11
Pohon Kerugian Keuangan Negara
(R.E.A.L. Tree)
Penerimaan
(Receipt)
Pengeluaran
(Expenditure)
Wajib Bayar
Tidak Setor
Kegiatan
Fiktif/Pengeluaran
Fiktif
Wajib Pungut
Tidak Setor
Dasar Pengeluaran
Tidak Berlaku
Pemotongan
penerimaan
negara
Pengeluaran
Dipercepat
Aset (Asset)
Kewajiban
(Liabilities)
Pengadaan
Barang
Kewajiban
Nyata
Pelepasan
Kewajiban
bersyarat jadi
Nyata
Pemanfaatan
Kewajiban
tersembunyi
Penempatan
Aset
12
13
Sumber: Menghitung Kerugian Keuangan Negara dalam Tindak Pidana Korupsi, Theodorus
14
15
16
17
18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Terdapat 5 sumber kerugian keuangan negara terkait dengan aset seperti yang
26
Bentuk kerugian keuangan negara dari pengadaan barang dan jasa adalah pembayaran
27
28
b. Pelepasan Aset
29
Bentuk dan kerugian Negara/daerahyang dapat ditimbulkan dari pelepasan aset antara
30
lain nilai aset yang dilepas lebih rendah dari yang seharusnya.
31
32
c. Pemanfaatan Aset
33
Bentuk dan kerugian keuangan negara yang dapat ditimbulkan dari pemanfatan aset
34
antara lain negara tidak memperoleh imbalan yang layak jika dibandingan dengan harga
35
pasar, negara ikut menanggung kerugian dalam kerja sama operasional yang melibatkan
36
aset negara yang dikerjasamakan kepada mitra usaha, dan negara kehilangan aset yang
37
38
d. Penempatan Aset
Bentuk dan
3
4
5
6
sebagai berikut :
1. Perikatan Pejabat Negara / BUMN yang dapat menimbulkan kewajiban nyata. Hal ini
bisa terjadi karena timbulnya sebuah transaksi fiktip atau transaksi titipan yang
10
Kerugian negara yang berkaitan dengan kewajiban dapat terjadi karena hal-hal
11
12
13
belum jatuh tempo kepada pihak yang masih berafiliasi, hal tersebut akan dapat
14
15
16
17
18
19
2.2.
Pengertian dan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah berdasarkan UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004
Pengertian kerugian negara/daerah menurut Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun
20
2004 tentang Perbendaharaan Negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan
21
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
22
23
24
pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka pelaksanaan
25
26
kebendaharaan.
27
28
29
30
31
32
a. Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
33
34
35
b. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
36
37
dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam
d. Setiap
dan diberitahukan
10
negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau
11
12
13
14
f.
Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat
15
menjamin
16
gubernur/bupati/walikota
17
18
kerugian
negara/daerah,
menteri/pimpinan
lembaga/
19
20
pengembalian
Pemeriksa Keuangan.
h. Apabila dalam pemeriksaan
21
22
23
i.
24
25
26
j.
27
28
k. Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
29
l.
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah ditetapkan
30
31
sanksi pidana.
32
n. Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain untuk
membayar ganti rugi, menjadi kadaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya
o. Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang dikenai
tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau
meninggal
pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau
diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau
10
dunia,
penuntutan
dan
penagihan
terhadapnya
beralih
kepada
11
p. Tanggung jawab pengampu yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti
12
kerugian negara/daerah menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak
13
14
negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri
15
atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh
16
17
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 1 tahun 2004, ketentuan lebih lanjut tentang
18
19
20
Ganti Kerugian Negara/Daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 15 tahun 2004
21
22
23
24
25
b. Bendahara dapat mengajukan keberatan atau pembelaan diri kepada BPK dalam waktu
26
27
28
29
30
31
32
33
kerugian negara/daerah
34
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
1
2
3
2.3.
Bendahara berdasarkan Peraturan Kepala BPK Nomor 3 Tahun 2007 adalah sebagai
berikut:
10
11
12
13
14
daerah provinsi/kabupaten/kota.
15
c. Atasan langsung bendahara atau kepala satuan kerja wajib melaporkan setiap kerugian
16
17
18
diketahui.
19
kerugian Negara/daerah
20
21
22
menyelesaikan verifikasi dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak memperoleh penugasan.
23
f.
TPKN
melaporkan
hasil
verifikasi
dalam
Laporan
Hasil
24
25
Verifikasi
kerugian
kerugian Negara/daerah
26
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat
27
28
kerugian
29
30
31
32
i.
Apabila dari hasil pemeriksaan terbukti ada perbuatan melawan hukum baik sengaja
33
34
35
j.
Apabila dari hasil pemeriksaan ternyata tidak terdapat perbuatan melawan hukum baik
pimpinan instansi agar kasus kerugian Negara/daerah dihapuskan dan dikeluarkan dari
membuat dan menandatangani SKTJM paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima
8
9
l.
10
11
12
13
14
15
Negara/daerah,
16
sementara dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak bendahara tidak bersedia
17
menandatangani SKTJM.
18
pimpinan
instansi
mengeluarkan
surat
keputusan pembebanan
19
20
kerugian
21
22
(2); dan
23
24
25
SK PBW adalah surat keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
26
27
28
29
Keuangan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah tanggal penerimaan SK
30
PBW.
31
32
kurun waktu waktu 6 (enam) bulan sejak surat keberatan dari bendahara tersebut
33
r.
Apabila setelah jangka waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
yang diajukan bendahara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, maka keberatan dari
Bendahara diterima.
3) telah melampaui jangka waktu 40 (empat puluh) hari sejak ditandatangani SKTJM
10
11
t.
12
13
wajib mengganti kerugian Negara/daerah dengan cara menyetorkan secara tunai ke kas
14
15
Surat Keputusan Pembebanan telah mempunyai kekuatan hukum yang bersifat final.
16
17
18
hak/ahli waris.
19
20
21
22
x. Putusan hakim yang menjatuhkan hukuman terhadap seorang bendahara yang telah
23
mempunyai kekuatan hukum tetap, dapat dijadikan bukti tentang perbuatan melawan
24
25
Negara/daerah.
26
kerugian
27
28
29
wajib dikembalikan sebesar nilai yang tercantum dalam surat keputusan pembebanan.
30
z. Apabila sudah dilakukan eksekusi atas putusan pengadilan untuk penggantian kerugian
31
32
33
kerugian
kerugian negara/daerah
10
1
2
3
2.4.
pemeriksaan
yang berlaku.
Nomor
memberikan rumusan yang jelas dan tegas mengenai apa yang disebut kerugian keuangan
negara. Dalam penjelasan pasal 32 hanya dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
10
kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya
11
berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk.
12
13
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
14
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
15
perekonomian negara dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana
16
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan denda
17
paling
18
sedikit
Rp.200.000.000,00
(dua
ratus
juta
rupiah)
dan
paling
banyak
19
20
orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
21
22
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
23
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
24
1 (satu) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan atau denda paling sedikit
25
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
26
milyar rupiah).
27
Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3,
28
terdakwa dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, yang
29
menyatakan:
30
31
32
1) perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
33
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
34
termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu
35
36
37
11
1
2
3) penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun;
4) pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah
kepada terpidana.
b. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan
10
c. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
11
uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan
12
pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya
13
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah
14
15
12
BAB III
2
3
4
5
2004 yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus
pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya, secara langsung merugikan
10
keuangan negara wajib mengganti kerugian tersebut dan setiap pimpinan kementerian
11
negara/lembaga/kepala satuan kerja dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi setelah
12
mengetahui bahwa dalam kementerian negara/Iembaga/ satuan kerja terjadi kerugian akibat
13
perbuatan manapun. Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 juga menyatakan bahwa apabila
14
15
16
yang berlaku
17
18
19
20
21
kerugian Negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian
22
seseorang harus diganti oleh pihak yang bersalah. Dengan adanya penyelesaian kerugian
23
tersebut, negara dapat dipulihkan dari kerugian yang telah terjadi. Sehubungan dengan itu,
24
25
wajib segera melakukan tuntutan ganti rugi setelah mengetahui bahwa dalam Kementerian
26
27
Pengenaan ganti
28
29
pegawai
30
31
pejabat lain yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian Negara/daerah dapat dikenai
32
33
negeri
bukan
bendahara
ditetapkan
oleh
Menteri/Pimpinan
34
35
36
37
38
3.1.1. Pengakuan
Pengakuan atas kejadian yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara/daerah
yang disebabkan oleh Bendahara dapat terdiri dari :
13
a. Pengakuan atas kekurangan kas tunai, surat berharga dan barang milik negara.
Diakui pada saat terbukti berdasarkan fakta dengan melakukan reklasifikasi di neraca
kekurangan kas tunai, surat berharga dan barang milik negara tersebut dari jumlah
Diakui di neraca menjadi Piutang Tuntutan Perbendaharaan pada saat terbit SKTJM
c. Pengakuan Beban
Apabila kekurangan kas tersebut terbukti bukan kesalahan bendahara, maka akan diakui
10
11
12
13
3.1.2. Pengukuran
14
15
16
a. Uang tunai kerugian Negara/daerah diukur sebesar kekurangan saldo kas dari saldo kas
17
18
19
b.
kerugian Negara/daerah berbentuk surat berharga diukur dengan nilai buku atau nilai
20
21
22
berharga.
23
c.
kerugian Negara/daerah berbentuk barang milik negara diukur dengan nilai buku atau
24
nilai tercatat kekurangan jumlah fisik barang milik negara di bawah pengawasan
25
Bendahara
26
bendahara.
dibanding
jumlah
semestinya,
yang
harus
dipertanggungjawabkan
27
28
29
30
31
Satker ABC di Kementerian XYZ oleh Atasan Langsung, ditemukan adanya selisih Kas
32
dengan Catatan di Buku Kas Umum (ketekoran kas) sebesar Rp 25 juta, maka jurnal untuk
33
34
Uraian
Aset Lainnya
Kas di Bendahara Pengeluaran
Debet (Rp)
25.000.000
Kredit (Rp)
25.000.000
35
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
14
1
2
3
Uraian
Tuntutan Perbendaharaan
Aset Lainnya
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Debet (Rp)
25.000.000
Kredit (Rp)
25.000.000
Catatan:
Dalam hal SKTJM tidak diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian
Negara/daerah, pimpinan instansi mengeluarkan Surat Keputusan Pembebanan
Penggantian Kerugian Sementara (SKP2KS) dan memberitahukan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Selanjutnya BPK mengeluarkan Surat Keputusan
Pembebanan Penggantian Kerugian (SKP2K). Piutang baru diakui ketika BPK
mengeluarkan SKP2K.
Tetapi apabila berdasarkan keputusan pihak yang berwenang Bendahara dinyatakan
14
tidak bersalah (berdasarkan Pasal 12 ayat 3 Peraturan Kepala BPK Nomor 3 Tahun
15
16
Bendahara,
17
melawan hukum baik sengaja maupun lalai, Badan Pemeriksa Keuangan mengeluarkan
18
surat kepada pimpinan instansi agar kasus Kerugian Negara dihapuskan dan
19
dikeluarkan dari daftar Kerugian Negara), maka jurnalnya adalah sebagai berikut:
20
Uraian
Beban Non Operasional
Aset Lainnya
21
22
23
24
Debet (Rp)
25.000.000
Kredit (Rp)
25.000.000
25
Uraian
Kas di Bendahara Pengeluaran
Tuntutan Perbendaharaan
26
27
28
29
30
31
3.2.
Debet (Rp)
25.000.000
Kredit (Rp)
25.000.000
32
bukan Bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas kerugian yang diderita
33
oleh Negara sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar
34
hukum
35
kewajibannya.
dalam
melakukan
15
1
2
3
3.2.1. Pengakuan
karena kehilangan aset tetap, persediaan, surat berharga dan aset lain selain uang kas di
akuntansi yaitu:
a. Pengakuan atas kekurangan aset tetap, persediaan, surat berharga dan aset lain selain
10
uang kas
11
Diakui pada saat terbukti berdasarkan fakta dengan melakukan reklasifikasi di neraca
12
kekurangan kas tunai, surat berharga dan barang milik negara tersebut dari jumlah
13
14
15
16
Diakui di neraca pada saat terbit SKTJM atau Surat Keputusan Pembebanan dari BPK.
c. Pengakuan Beban
17
18
19
20
21
3.2.2. Pengukuran
22
Pengukuran
nilai
kerugian
negara/daerah
yang
berasal
dari
kerugian
23
24
a. Kerugian negara/daerah berbentuk surat berharga diukur dengan nilai buku atau nilai
25
26
27
28
b.
kerugian Negara/daerah berbentuk barang seperti persediaan dan aset tetap diukur
29
dengan nilai buku atau nilai yang ditetapkan oleh Tim yang dibentuk untuk menangani
30
31
32
33
34
35
16
1
2
3
4
Pemerintah Pusat
Pada tanggal 1 Juni 20X5pegawai bukan bendahara Satker A menghilangkan
kendaraan dinas dengan nilai buku Rp 48 juta:
5
6
7
Debet (Rp)
48.000.000
72.000.000
Aset Lainnya
Akumulasi Penyusutan
Aset Tetap
8
9
b. Tanggal
September
120.000.000
20X5
pegawai
bukan
10
11
12
13
14
bendahara
18
tersebut
bersedia
Debet (Rp)
48.000.000
Kredit (Rp)
48.000.000
15
16
17
Kredit (Rp)
48.000.000
c. Tanggal 1 Oktober 20X5 pegawai bukan bendahara tersebut membayar cicilan pertama
sebesar Rp.4.000.000.
Uraian
Kas
TGR
Debet (Rp)
4.000.000
Kredit (Rp)
4.000.000
19
20
21
22
23
Pemerintah Daerah
24
25
dan dan nilai akumulasi penyusutan sebesar Rp72.000.000,00 sehingga memiliki nilai buku
26
Rp48.000.000,00.
27
28
29
17
1
2
Debet (Rp)
48.000.000
72.000.000
Kredit (Rp)
120.000.000
3
4
oleh Pelaksana Pengelola Barang yaitu PPKD, untuk mengalihkan pencatatan aset
7
8
9
10
Debet (Rp)
48.000.000
Kredit (Rp)
48.000.000
Proses akuntansi di SKPD telah selesai sampai di sini, karena kewenangan penghapusan
dan pengenaan TGR berada pada PPKD
11
12
13
14
15
16
17
Debet (Rp)
48.000.000
Kredit (Rp)
48.000.000
18
a) Bila atas kehilangan tersebut pegawai dinyatakan tidak bersalah, maka untuk
19
20
PPKD menjurnal:
21
Uraian
Defisit NonOperasional-LO
Aset Lainnya-Aset Lain-Lain
Debet (Rp)
48.000.000
Kredit (Rp)
48.000.000
22
23
b) Bila atas kehilangan tersebut pegawai dinyatakan bersalah, dan harus membayar
24
TGR sebesar nilai buku Aset yang diangsur dalam waktu 24 bulan, maka untuk
25
26
27
28
Uraian
Aset Lainnya- Tuntutan Ganti Kerugian
Aset Lainnya-Aset Lain-Lain
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Debet (Rp)
48.000.000
Kredit (Rp)
48.000.000
18
1
2
c) Bila atas kehilangan tersebut pegawai dinyatakan bersalah, dan harus membayar
TGR lebih kecil dari nilai buku Aset yangdiangsur dalam waktu 24 bulan, maka
6
Uraian
Aset Lainnya- Tuntutan Ganti Kerugian
Defisit NonOperasional
Aset Lainnya-Aset Lain-Lain
Debet (Rp)
45.000.000
3.000.000
Kredit (Rp)
48.000.000
7
8
9
3. Bila opsi 2.b) yang terjadi, saat menerima angsuran pertama pada bulan Oktober
20x5 sebesar Rp2.000.000,00, PPKD menjurnal:
10
Uraian
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian
Aset Lainnya- Tuntutan Ganti
Kerugian
Debet (Rp)
2.000.000
Uraian
SAL
Pendapatan TGR-LRA
Debet (Rp)
2.000.000
Kredit (Rp)
2.000.000
11
Kredit (Rp)
2.000.000
12
Uraian
Debet (Rp)
2.000.000
Kas
Bagian Lancar Tuntutan Ganti
Kerugian
13
14
15
16
17
18
Kredit (Rp)
2.000.000
Nomor
19
pemeriksaan
20
21
yang berlaku.
22
23
korupsi dapat dipidana, denda, dapat dikenakan pidana tambahan berupa uang pengganti.
24
25
26
27
28
3.3.1. Pengakuan
19
Suatu
peristiwa
yang
mengakibatkan
terjadinya
kerugian
negara/daerah
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Pendapatan LRA yang berasal dari pelunasan piutang ganti kerugian negara/daerah
16
17
18
3) Pengakuan Pendapatan LO
Pendapatan LO diakui pada saat sudah ada Putusan Pengadilan.
19
20
21
22
3.3.2. Pengukuran
23
24
a. Beban
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
kas pada Bendaharawan salah satu SKPD Kabupaten X untuk pembayaran Tunjangan
35
Profesi Guru sebesar Rp 500 juta. Selanjutnya berdasarkan hasil audit BPK penggelapan
36
37
38
hukuman kurungan 3 tahun penjara,dan ganti kerugian negara/daerah Rp 100 juta milyar
20
subsider 1 tahun penjara. Nilai kerugian Negara/daerah menurut perhitungan Ahli sebesar
Rp 500 juta.
3
4
5
Debet (Rp)
500 juta
Aset Lainnya
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kredit (Rp)
500 juta
6
7
9
10
11
Debet (Rp)
500 juta
500 juta
12
Debet (Rp)
100 juta
Piutang
Pendapatan LO
13
14
Kredit (Rp)
Kredit (Rp)
100 juta
Debet (Rp)
100 juta
Kredit (Rp)15
Debet (Rp)
100 juta
Piutang
19
20
21
22
23
24
3.4.
16
17
100 juta
18
Kredit (Rp)
100 juta
25
26
b. Informasi mengenai akun piutang diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
27
28
29
tagihan TGR;
21
3
4
5
6
7
c. Dalam hal terdapat barang/uang yang disita oleh negara/daerah sebagai jaminan maka
hal ini wajib diungkapkan.
22