OLEH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya aturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi pembelajaran
“Pengantar Hukum Indonesia”. Melalui makalah ini saya mencoba
memberikan gambaran mengenai “Hukum Administrasi Negara (HAN)”
ari beberapa sumber yang ada.
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
pada para pembaca semua.
BAB I
PENDAHULUAN
C. METODE PENULISAN
Pada makalah ini saya menggunakan metode eksposisi, yaitu
menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang terdapat dalam
makalah.
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Untuk mngetahui pengertian Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui pembagian dari Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui hakekat dan cakupan Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui perebdaan Hukum Administrasi Negara dan
Hukum Tata Negara.
1. Untuk mengetahui tujuan dari Hukum Administrasi Negara.
2. Untuk mengetahui obyek dari Hukum Administrasi Negara.
3. Untuk mengetahui fungsi dari Hukum Administrasi Negara.
4. Untuk mengetahui sumber-sumber dari Hukum Administrasi
Negara.
5. Untuk mengetahui sanksi dalam Hukum Administrasi Negara.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Undang-Undang
Undang-undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh
alat perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat
masyarakat. Undang-undang dibedakan menjadi dua, yaitu :
Undang-undang dalam arti materiil Adalah setiap peraturan
perundang-undangan yang isinya mengikat langsung kepada
masyarakat umum.
Undang-undang dalam arti formal Adalah setiap peraturan
perundang yang dibentuk oleh alat perlengkap-an negara
yang berwenang melalui tata cara dan prosedur yang ber-
laku. Undang-undang dalam arti formal pada hakikatnya
adalah keputusan alat perlengkapan negara yang karena
cara pem-bentukannya disebut undang-undang.
Asas berlakunya undang-undang:
Undang-undang tidak boleh berlaku surut;
Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan
undang-undang terdahulu sejauh undang-undang itu
mengatur hal yang sama (lex posterior derogat legi priori).
Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi
mem-punyai derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada
dua macam undang-undang yang tidak se-derajat mengatur
obyek yang sama dan saling bertentangan maka hakim
harus menerapkan undang-undang yang lebih tinggi dan me-
nyatakan undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat
(lex superior derogat legi inferiori).
Undang-undang yang khusus menge-sampingkan undang-
undang yang bersifat umum (lex specialis derogat legi
generali)
Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
b. KEBIASAAN
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang dilakukan
berulang-ulang. Ke-biasaan tersebut diterima oleh masya-rakat
sehingga masyarakat ber-anggapan memang harus berlaku
demikian kalau tidak berbuat demikian merasa berlawanan
dengan kebiasa-an dan merasa melakukan pelang-garaan
terhadap hukum. Beberapa syarat tertentu, yaitu :
Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam masyarakat tertentu.
Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang
bersangkutan.
Contoh : kebiasaan perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah
dengan penggarapnya.
c. YURISPRUDENSI
Menurut ketentuan pasal 22 AB jo pasal 14 Undang-undang
Nomor 14 tahun 1970 bahwa seorang hakim tidak boleh menolak
jika diminta memutuskan suatu perkara dengan alasan karena
belum ada aturan hukumnya.
Dari kenyataan yang demikian dapat dimengerti dalam
praktek peradilan bahwa hakim adalah pembentuk undang-
undang.
Ada dua macam yurisprodensi yaitu :
Yurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang terjadi karena
rangkai-an keputusan serupa dan dijadikan dasar atau
patokan untuk memutuskan suatu perkara (standar arresten);
Yurisprudensi tidak tetap ialah ke-putusan hakim terdahulu
yang bukan standar arresten.
d. TRAKTAT
Traktat sebagai hukum formal harus disetujui oleh DPR
kemudian baru diratifikasi oelh Presiden dan setelah itu baru
mengikat terhadap negara peserta dan warga negaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang
mengandung materi sebagai berikut :
Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat mempengaruhi
haluan politik luar negeri misalnya perubahan wilayah.
Perjanjian kerjasama ekonomi,pinjaman.
Soal-soal yang menurut UUD dan sistem perundang-
undangan kita harus diatur dengan bentuk undang-undang
misalnya soal kewarganegaraan,kehakiman.
e. PERJANJIAN
Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana
dua orang atau lebih saling berjanji untuk mela-kukan atau tidak
melakukan perbuatan tertentu.
Perjanjian adalah sah apabila meme-nuhi syarat-syarat
sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :
Orang yang mengadakan perjanjian garus cakap dalam arti
mampu membuat perjanjian (orang dewasa, tidak sakit
ingatan);
Ada kata sepakat atau persesuaian kehendak antara para
pihak yang bersangkutan;
Mengenai obyek tertentu;.
Disamping unsur-unsur yang harus dipenuhi ada juga asas-
asas dalam perjanjian, yaitu :
Asas konsensualisme adalah perjanji-an itu telah terjadi
apabila telah ada konsensus antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian.
Asas kebebasan berkontrak artinya seseorang bebas untuk
mengadakan perjanjian bebas mengenai apa yang
diperjanjikan bebas pula menentukan bentuk perjanjiannya.
Asas pacta sunt servanda maksudnya adalah bila perjanjian
telah disepakati berlaku mengikat para pihak yang
bersangkutan sebagai undang-undang.
f. DOKTRIN
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin
adalah sumber hukum, tempat hakim dapat menemuk-an
hukumnya. Ilmu hukum adalah sum-ber hukum tetapi ilmu
hukum bukan hukum karena tidak mempunyai kekuat-an
mengikat sebagai hukum seperti undang-undang.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 perihal sistem
Pem-erintahan Negara ditegaskan bahwa Indonesia adalah
negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Pancasila sebagai sumber hukum
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum.Maksudnya adalah sebagai pandangan hidup, kesadaran
dan cita-cita hukum serta cita-cita kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial,
perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat,
bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejewantahan dari
budi nurani manusia.
Pancasila mewujudkan dirinya dalam:
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agst 1945
Dekrit 5 Juli 1959
UUD
Supersemar
Sumber hukum dalam arti formal:
Bentuk tempat hukum itu dibuat menjadi positip oleh instansi
pemerintah yang berwenang. Antara lain:
UUD, Ketetapan MPR, Undang-Undang, Perpu, PP, Kepres,
Instruksi Menteri, Surat Menteri.
A. KESIMPULAN
Bahwa sebenarnya Indonesia adalah Negara hukum Negara yang
memprioritaskan berbagai hukum yang berlaku dijaman modern guna
terciptanya suatu hukum yang dapat ditaati, dipatuhi, dan
dilaksanakan secara menyeluruh oleh masyarakat,dan diantara
hukum-hukum yang ada dalam hukum administrasi Negara meliputi:
Hukum Tata Negara, Hukum tata pemerintah, Hukum tata usaha
pemerintah, Hukum tata usaha Negara, Hukum tata usaha
pemerintah Indonesia, dan lain sebagainya. Tujuan dari Negara
hukum adalah agar terciptanya keamanan, yang dapat memberikan
ketentraman bagi setiap warga Negaranya. (Hukum administrasi
Negara merupakan bagian-bagian dari hukum publik, hukum
administrasi Negara dapat dijelaskan sebagai peraturan-peraturan
dari hukum publik), yang berkenaan dengan pemerintahan umum
untuk menemukan definisi yang baik mengenai istilah hukum
administrasi Negara, agar dapat terlaksananya hukum harus
mengatur tindakan pemerintah dan mengatur hubungan antara
pemerintah dengan warga Negara atau hubungan antar organ
pemerintah.
Oleh karena itu, sebenarnya semua Negara modern mengenal
Hukum Administrasi Negara hanya saja Hukum Administrasi
Negara itu berbeda-beda antara satu Negara dengan yang lainnya,
yang disebabkan oleh perbedaan persoalan kemasyarakatan dan
pemerintahan yang dihadapi penguasa, perbedaan sistem politik,
perbedaan bentuk Negara dan bentuk pemerintahan. Pemerintah
dapat diartikan secara luas dan dalam arti sempit, pemerintah
dalam arti luas adalah mencangkup semua alat kelengkapan
Negara yang pada pokoknya terdiri dari cabang kekuasaan
eksekutif, legislative, yudisial atau alat-alat kelengkapan Negara
lain yang bertindak untuk dan atas nama Negara, sedangkan dalam
pengertian pemerintah dalam arti sempit adalah cabang kekuasaan
eksekutif. Berdasarkan keterangan tersebut, tampak bahwa bidang
hukum administrasi Negara itu sangat luas sehingga tidak dapt
ditentukan secara tegas ruang lingkupnya, disamping itu khusus
bagi Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, terdapat pula
hukum administrasi daerah, yaitu peraturan-peraturan yang
berkenaan dengan administrasi daerah atau pemerintah daerah.
B. SARAN
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi
dan ditaati agar tercipta masyarakat tertib Hukum, agar masyarakat
yang ada didalam dapat terlindungi hukum dari hal-hal yang
meresahkan dan tidak merugikan, sebagai Negara hukum Indonesia
adalah salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman
di negara Indonesia senantiasa terjaga dan terpelihara agar tercipta
kesejahteraan dan ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu
sudah seharusnya pemerintah juga turut turun langsung meninjau
apakah seluruh masyarakat sudah mendapatkan hak-nya dilindungi
oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat yang mampu
atau,kah tidak mampu. Karena hukum itu adalah bagian dari
masyarakat juga dan masyarakatlah yang berhak dijamin atas hukum.
DAFTAR PUSTAKA