Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


(hasil pengumpulan dan penyusunan dari berbagai sumber informasi)

Dosen Pengampu : Heri Dudiatman, SH.,MH

OLEH

NAMA : LINDA NOVIANI


NIM : 742012020141
Kelas : IIIA Fakultas Hukum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya aturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai salah satu bahan  penunjang  materi pembelajaran
“Pengantar Hukum Indonesia”. Melalui makalah ini saya mencoba
memberikan gambaran mengenai  “Hukum Administrasi Negara (HAN)”
ari beberapa sumber yang ada.
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
pada para pembaca semua.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kehidupan dalam masyarakat tentunya tidak terlepas dari kontak
sosial, di mana masyarakat yang satu saling berhubungan dengan
yang lainnya. Sehingga akibat dari adanya kontak sosial tersebut
muncul juga apa yang sering disebut dengan gejala-gejala sosial.
Gejala-gejala tersebeut terjadi seiring dengan perkembangan yang
ada di lingkungan. Sehingga masyarakat kota dapat merasakan
langsung akibat  dari gejala-gejala sosial yang ada tapi, bukan berarti
di daerah pedesaan tidak ada gejala-gejala sosial yang muncul tentu
ada, hanya saja tidak sebanyak yang di alami oleh masyarakat
perkotaan.
Maka dari itu, setiap negara memiliki hukum yang diberlakukan di
negaranya masing-masing. Untuk mengatur negaranya agar
mencapai tujuan dari masing-masing negara tersebut. Setiap negara
pasti memiliki hukum yang dipatuhi, yang mereka patuhi.
Di dunia Indonesia terdapat beberapa pembagian hukum. Oleh karna
itu, dalam makalah ini kami akan membahas dan menjelaskan tentang
Hukum Administrasi Negara. Disaming itu, makalah ini kami tujuankan
untuk melengkapi mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia (PHI).
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul yang akan dibahas, maka timbul
permasalahan diantaranya:
1. Apa pengertian Hukum Administrasi Negara?
2. Apa sajakah pembagian dari Hukum Administrasi Negara?
3. Apa sajakah hakekat dan cakupan Hukum Administrasi Negara?
4. Apa perebdaan Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata
Negara?
5. Apa tujuan dari Hukum Administrasi Negara?
6. Apa sajakah obyek dari Hukum Administrasi Negara?
7. Apakah fungsi dari Hukum Administrasi Negara?
8. Apa sajakah sumber-sumber dari Hukum Administrasi Negara?
9. Apa sanksi dalam Hukum Administrasi Negara?

C. METODE PENULISAN
Pada makalah ini saya menggunakan metode eksposisi, yaitu
menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang terdapat dalam
makalah.
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Untuk mngetahui pengertian Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui pembagian dari Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui hakekat dan cakupan Hukum Administrasi Negara.
Untuk mengetahui perebdaan Hukum Administrasi Negara dan
Hukum Tata Negara.
1. Untuk mengetahui tujuan dari Hukum Administrasi Negara.
2. Untuk mengetahui obyek dari Hukum Administrasi Negara.
3. Untuk mengetahui fungsi dari Hukum Administrasi Negara.
4. Untuk mengetahui sumber-sumber dari Hukum Administrasi
Negara.
5. Untuk mengetahui sanksi dalam Hukum Administrasi Negara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGRTIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Keputusan / kesepakatan pengasuh mata kuliah Hukum
Administrasi Negara di Cibulan tanggal 26 – 28 Maret 1973
sebelumnya istilahnya Hukum Tata Pemerintahan dengan alasan :
HAN dapat menjangkau Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Tata
Usaha Negara
Pengertian HAN lebih luas istilah administrasi berasal dari bahasa
latin administrare lebih mencerminkan fungsi daripada negara modern
sesuadah PD II daripada istilah Tata Pemerintahan Administrasi
dalam bahasa Inggris administer adalah kombinasi kata-kata bahasa
Latin ad dan ministrare yang berarti to serve / melayani. Jadi to
administer adalah to manage / to direct  mengelola atau memerintah.
Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang
memungkinkan administrasi Negara menjalankan fungsinya, yang
sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi ,
dan melindungi administrasi Negara itu sendiri.
Berikut berbagai pendapat terkait dengan pengertian Hukum
Administrasi:
1. Utrecht mengetengahkan “HAN (hukum pemerintahan) adalah
men-guji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan
memungkinkan para pejabat (Ambsdrager) administrasi negara
melakukan tugas mereka yang khusus”. Selanjutnya E, Utrecht
men-jelaskan bahwa “HAN adalah yang mengatur sebagian
lapagan pekerja-an administrasi negara.
2. Cornelis Van Vollenhouven : HAN ialah kesemua kaidah-kaidah
hukum yang bukan hukum tata negara mate-riil, bukan hukum
perdata materiil dan bukan hukum pidana materiil (Teori residu).
3. J.M Baron de Gerando : hukum administrasi adalah peraturan-pera-
turan yang mengatur hubungan timbal balik antara pemerintah dan
rakyat (Le droit administratif a pour object le regles qui regissent les
rapports recip-roques de I’administration avec les administres).
4. Prof. Mr.J. Oppenheim : Hukum ad-ministrasi negara adalah
keseluruhan aturan-aturan hukum yang harus menjalankan
kekuasaannya. Jadi pa-da asasnya mengatur negara dalam
keadaan bergerak (staat in beweging).
5. Dr.Mr.H.J Romijn : Hukum admini-strasi negara adalah keseluruhan
aturan-aturan hukum yang mengatur negara dalam keadaan
bergerak.
6. Prajudi Atmosudirdjo : HAN adalah hukum mengenai seluk beluk
adminis-trasi negara (HAN heteronom) dan hukum yang dicipta
atau merupakan hasil buatan administrasi negara (HAN otonom).
Dapatlah disebutkan bahwa hukum administrasi adalah hukum
yang berkenaan dengan pemerintahan dalam arti sempit. Secara garis
besar mengatur hal-hal antara lain :
1. perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik,
2. kewenangan pemerintah (dalam melakukan perbuatan dibidang
public tersebut), didalamnya diatur mengenai dari mana, dengan
cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan
kewenangannya;penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam
bentuk instrument hukum sehingga diatur pula tentang pembuatan
dan penggunaan instrument hukum,
3. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atas penggunaan
kewenangan pemerintah itu.
4. Penegakan hukun dan penerapan sanki-sanki dalam bidang
pemerintahan.

B. PEMBAGIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Prajudi Atmosudirdjo membagi HAN dalam dua bagian, yaitu :
1. HAN heteronom
HAN yang bersumber pada UUD,TAP MPR, dan UU adalah
hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi
administrasi Negara.
2. HAN otonom
HAN otonom adalah hukum operasional yang diciptakan
pemerintah dan administrasi Negara. Dan juga ada yang
menyebutkan bahwa HAN, ada HAN umum dan ada HAN khusus.
HAN umum berkenaan dengan peraturan-peraturan umum
mengenai tindakan hukum dan hubungan hukum administrasi atau
peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua
bidang hukum administrasi, dalam arti tidak terikat pada bidang-
bidang tertentu. Sementara itu, HAN khusus adalah peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan bidang-bidang tertentu seperti
peraturan tata ruang, peraturan tentang kepegawaian, peraturan
tentang pertanahan, peraturan tentang kesehatan, peraturan
tentang perpajakan, peraturan bidang pendidikan, peraturan
pertambangan, dan sebagainya.
Adanya perbedaan bidang hukum Administrasi khusus
merupakan suatu hal yang logis dan wajar mengingat masing-
masing Negara dihadapkan pada perbedaan sosio kultural, politik,
sistem pemerintahan, kebijakan pemerintah, dan sebagainya,
Artinya, munculnya pembedaan antara hukum administrasi umum
dan hukum administrasi khusus merupakan suatu yang tidak dapat
dihindari dan suatu yang alamiah. Munculnya hukum administrasi
ini semakin penting artinya seiring dengan lahirnya berbagai bidang
tugas-tugas pemerintahan yang baru dan sejalan dengan
perkembangan dan penemuan-penemuan baru berbagai bidang
kehidupan ditengah masyarakat, yang harus diatur melalui hukum
administrasi. Dalam konteks ini tampak bahwa hukum administrasi
itu tumbuh dan berkembang secara Dinamis.

C. HAKEKAT DAN CAKUPAN HAN


Hakekat HAN mengatur hubungan hukum antara Pemerintah
dengan war-ganya serta memberikan perlindungan hukum kepada
masyarakat atau warga negaranya dari tindakan sewenang-
wewenang aparatur Pemerintah.
Cakupan HAN (Prajudi Atmo-sudirdjo) : adalah HAN mengatur we-
wenang, tugas, fungsi, dan tingkah laku para Pejabat Administrasi
Negara.
1. Menurut Van Wijk-Konjnenbelt dan P. de Haan Cs. HAN meliputi :
Mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan mengendali-
kan masyarakat;
2. Mengatur cara – cara partisipasi warga negara dalam proses pen-
gaturan dan pengendalian tersebut;
3. Perlindungan hukum (rechtsbe-sherming);
4. Menetapkan norma-norma fundamental bagi penguasa untuk
pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk
bestuur).

D. PERBEDAAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DENGAN HUKUM


TATA NEGARA.
Pengertian Hukum Tata Negara menurut para ahli:
1. Prof. Mr.J. Oppenheim :
Hukum Tata Negara ialah keseluruh-an aturan-aturan hukum yang
meng-adakan alat-alat perlengkapan dan mengatur kekuasaannya.
2. Fritz Flener :
Hukum Tata Negara mengatur negara dalam keadaan pasif,
sedangkan HAN mengatur negara dalam keada-an aktif.
3. Dr.Mr.H.J.Romijn:
Hukum Tata Negara ialah keseluruh-an aturan – aturan hukum
yang meng-atur negara dalam keadaan sedang-kan Hukum
Administrasi negara ialah aturan-aturan hukum yang mengatur
negara dalam keadaan dinamis.
4. Van Vollenhouven :
Hukum Tata Negara adalah sekumpulan peraturan – peraturan
hukum yang menentukan badan-badan kenegaraan serta mem-beri
wewenang itu kepada badan – badan tersebut dari yang tertinggi
sampai yang terendah kedudukannya.
5. Djokosutono :
Hukun Tata Negara sebagai hukum mengenai organisasi
jabatan-jabatan di dalam rangka pan-dangan mereka terhadap
“Negara sebagai organisasi”.

E. TUJUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA:


1. Memberikan batasan dan ke-wenangan terhadap Pejabat
Administrasi Negara;
2. Memberikan perlindungan terhadap rakyat atau badan hukum
perdata dari tindakan sewenang-wenang Pejabat Administrasi
Negara.

F. OBJEK STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


1. Objek Material
Yang dimaksud adalah manusia yaitu aparat pemerintah atau
aparat administrasi Negara sebagai pihak yang memerintah dan
warga masyarakat atau badan hokum privat sebagai pihak yang
diperintah. Antara kedua belah pihak ada hubungan hukum publik.
2. Objek Formal
Adalah perilaku atau kegiatan atau keputusan hokum badan
pemerintah, baik yang bersifat peraturan maupun yang bersifat
ketetapan.
G. FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
1. Menjamin Kepastian Hukum
2. Menjamin kepastian hokum yang menyangkut masalah bentuk dari
hukum.
3. Menjamin Keadilan Hukum
4. Keadilan hukum yang dimaksud adalah keadilan yang telah
ditentukan oleh undang-undang dan peraturan tertulis.
5. Hukum Administrasi Berfungsi Sebagai Pedoman dan Ukuran.

H. SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISRASI NEGARA


Pengertian Sumber hukum adalah segala sesuatu yang
menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga
apabila aturan-aturan tersebut dilanggar akan menimbulkan sanksi
yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Sumber hukum sendiri menurut Prof. Dr. Sudikno, SH sering
dipergunakan dalam beberapa arti seperti berikut ini:
Sebagai asas hukum, yaitu sesuatu yang merupakan permulaan
hukum, misalnya kehendak Tuhan, akal manusia, jiwa bangsa.
Menunjukan sumber hukum ter-dahulu yang memberikan bahan-
bahan kepada hukum yang sekarang berlaku. Sebagai sumber
berlakunya yang memberikan kekuatan penguasa, masyarakat.
Sebagai sumber dari mana hukum dapat diketahui misalnya dokumen
dokumen, undang-undang, batu bertulis.
Sebagai sumber terbentuknya hukum atau sumber yang
menimbulkan hukum.
Sumber hukum pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
Sumber hukum materiil dan Sumber hukum formal.
1. Termasuk dalam sumber hukum   formal adalah :
a. Undang-undang
b. Kebiasaan
c. Yurisprodensi
d. Traktat (perjanjian antar negara)
e. Perjanjian
f. Doktrin.

a. Undang-Undang
Undang-undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh
alat perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat
masyarakat. Undang-undang dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Undang-undang dalam arti materiil Adalah setiap peraturan
perundang-undangan yang isinya mengikat langsung kepada
masyarakat umum.
 Undang-undang dalam arti formal Adalah setiap peraturan
perundang yang dibentuk oleh alat perlengkap-an negara
yang berwenang melalui tata cara dan prosedur yang ber-
laku. Undang-undang dalam arti formal pada hakikatnya
adalah keputusan alat perlengkapan negara yang karena
cara pem-bentukannya disebut undang-undang.
 Asas berlakunya undang-undang:
 Undang-undang tidak boleh berlaku surut;
 Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan
undang-undang terdahulu sejauh undang-undang itu
mengatur hal yang sama (lex posterior derogat legi priori).
 Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi
mem-punyai derajat yang lebih tinggi, sehingga apabila ada
dua macam undang-undang yang tidak se-derajat mengatur
obyek yang sama dan saling bertentangan maka hakim
harus menerapkan undang-undang yang lebih tinggi dan me-
nyatakan undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat
(lex superior derogat legi inferiori).
 Undang-undang yang khusus menge-sampingkan undang-
undang yang bersifat umum (lex specialis derogat legi
generali)
 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
b. KEBIASAAN
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang dilakukan
berulang-ulang. Ke-biasaan tersebut diterima oleh masya-rakat
sehingga masyarakat ber-anggapan memang harus berlaku
demikian kalau tidak berbuat demikian merasa berlawanan
dengan kebiasa-an dan merasa melakukan pelang-garaan
terhadap hukum. Beberapa syarat tertentu, yaitu :
 Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam masyarakat tertentu.
 Adanya keyakinan hukum dari masyarakat  yang
bersangkutan.
Contoh : kebiasaan perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah
dengan penggarapnya.
c. YURISPRUDENSI
Menurut ketentuan pasal 22 AB jo pasal 14 Undang-undang
Nomor 14 tahun 1970 bahwa seorang hakim tidak boleh menolak
jika diminta memutuskan suatu perkara dengan alasan karena
belum ada aturan hukumnya.
Dari kenyataan yang demikian dapat dimengerti dalam
praktek peradilan bahwa hakim adalah pembentuk undang-
undang.
Ada dua macam yurisprodensi yaitu :
 Yurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang terjadi karena
rangkai-an keputusan serupa dan dijadikan dasar atau
patokan untuk memutuskan suatu perkara (standar arresten);
 Yurisprudensi tidak tetap ialah ke-putusan hakim terdahulu 
yang bukan standar arresten.
d. TRAKTAT
Traktat sebagai hukum formal harus disetujui oleh DPR
kemudian baru diratifikasi oelh Presiden dan setelah itu baru
mengikat terhadap negara peserta dan warga negaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang
mengandung materi sebagai berikut :
 Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat mempengaruhi
haluan politik luar negeri misalnya perubahan wilayah.
 Perjanjian kerjasama ekonomi,pinjaman.
Soal-soal yang menurut UUD dan sistem perundang-
undangan kita harus diatur dengan bentuk undang-undang
misalnya soal kewarganegaraan,kehakiman.
e. PERJANJIAN
Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana
dua orang atau lebih saling berjanji untuk mela-kukan atau tidak
melakukan perbuatan tertentu.
Perjanjian adalah sah apabila meme-nuhi syarat-syarat
sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :
 Orang yang mengadakan perjanjian garus cakap dalam arti
mampu membuat perjanjian (orang dewasa, tidak sakit
ingatan);
 Ada kata sepakat atau persesuaian kehendak antara para
pihak yang bersangkutan;
 Mengenai obyek tertentu;.
Disamping unsur-unsur yang harus dipenuhi ada juga asas-
asas dalam perjanjian, yaitu :
 Asas konsensualisme adalah perjanji-an itu telah terjadi
apabila telah ada konsensus antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian.
 Asas kebebasan berkontrak artinya seseorang bebas untuk
mengadakan perjanjian bebas mengenai apa yang
diperjanjikan bebas pula menentukan bentuk perjanjiannya.
 Asas pacta sunt servanda maksudnya adalah bila perjanjian
telah disepakati berlaku mengikat para pihak yang
bersangkutan sebagai undang-undang.
f. DOKTRIN
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin
adalah sumber hukum, tempat hakim dapat menemuk-an
hukumnya. Ilmu hukum adalah sum-ber hukum tetapi ilmu
hukum bukan hukum karena tidak mempunyai kekuat-an
mengikat sebagai hukum seperti undang-undang.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 perihal sistem
Pem-erintahan Negara ditegaskan bahwa Indonesia adalah
negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Pancasila sebagai sumber hukum
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum.Maksudnya adalah sebagai pandangan hidup, kesadaran
dan cita-cita hukum serta cita-cita kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial,
perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat,
bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejewantahan dari
budi nurani manusia.
Pancasila mewujudkan dirinya dalam:
 Proklamasi Kemerdekaan 17 Agst 1945
 Dekrit 5 Juli 1959
 UUD
 Supersemar
Sumber hukum dalam arti formal:
Bentuk tempat hukum itu dibuat menjadi positip oleh instansi
pemerintah yang berwenang. Antara lain:
UUD, Ketetapan MPR, Undang-Undang, Perpu, PP, Kepres,
Instruksi Menteri, Surat Menteri.

I. SANKSI DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


1. PAKSAAN PEMERINTAH (BESTUUSDWANG)
Paksaan tidak selalu dalam bentuk fisik melainkan pemaksaan
terlatak pada kenyataan bahwa warga yang dipandang lalai oleh
kekuasaan pemerintah yang sah menurut hukum dipaksa
memenuhi undang-undang.
Paksaan pemerintah berbeda dengan pengenaan pidana.
Bestuusdwang lebih menekankan pada pelaksaan undang-undang
bukan pada pelanggarnya. Dengan pertimbangan sebagai berikut:
Kepentingan umum yang dirugikan dengan keadaan illegal
misalnya pencmaran lingkungan.
Kepentingan pencegahan pengauh preseden.
Kepentingan pihak ketiga
2. PENARIKAN KEMBALI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN
Terhadap dua hal suatu keputusan yang menguntungkan dapat
ditarik kembali dengan pertimbangan:
Yang berkepentingan tidak memenuhi pembatasan-
pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dikaitkan dengan subsidi atau pembayaran.
Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk
mendapatkan izin, subsidi atau pembayaran telah memberikan data
yang tidak benar atau tidak lengkap jika data tersebut diberikan
secara benar atau lengkap berindikasi keputusan akan berlainan.
3. PENGENAAN DENDA ADMINISTRATIF
Undang-undang memberikan wewenang membebankan biaya-
biaya yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan
bestuursdwang pada pelanggar. Undang-undang member
kemungkinan menagih biaya dengan surat paksa (dwangbewel).
4. PENGENAAN UUD PAKSA OLEH BADAN TATA USAHA NEGARA
Pembuat undang-undang member alternative kepada badan
yang berwenang melakukan bestuurdwang untuk mengenakan
uang paksa kepada yang berkepentingan sebagai pengganti
bestuursdwang. Uang akan hilang untuk setiap kali pelanggaran
diulangi atau untuk tiap hari masih berlanjut.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahwa sebenarnya Indonesia adalah Negara hukum Negara yang
memprioritaskan berbagai hukum yang berlaku dijaman modern guna
terciptanya suatu hukum yang dapat ditaati, dipatuhi, dan
dilaksanakan secara menyeluruh oleh masyarakat,dan diantara
hukum-hukum yang ada dalam hukum administrasi Negara meliputi:
 Hukum Tata Negara, Hukum tata pemerintah, Hukum tata usaha
pemerintah, Hukum tata usaha Negara, Hukum tata usaha
pemerintah Indonesia, dan lain sebagainya. Tujuan dari Negara
hukum adalah agar terciptanya keamanan, yang dapat memberikan
ketentraman bagi setiap warga Negaranya. (Hukum administrasi
Negara merupakan bagian-bagian dari hukum publik, hukum
administrasi Negara dapat dijelaskan sebagai peraturan-peraturan
dari hukum publik), yang berkenaan dengan pemerintahan umum
untuk menemukan definisi yang baik mengenai istilah hukum
administrasi Negara, agar dapat terlaksananya hukum harus
mengatur tindakan pemerintah dan mengatur hubungan antara
pemerintah dengan warga Negara atau hubungan antar organ
pemerintah.
Oleh karena itu, sebenarnya semua Negara modern mengenal
Hukum Administrasi Negara hanya saja Hukum Administrasi
Negara itu berbeda-beda antara satu Negara dengan yang lainnya,
yang disebabkan oleh perbedaan persoalan kemasyarakatan dan
pemerintahan yang dihadapi penguasa, perbedaan sistem politik,
perbedaan bentuk Negara dan bentuk pemerintahan. Pemerintah
dapat diartikan secara luas dan dalam arti sempit, pemerintah
dalam arti luas adalah mencangkup semua alat kelengkapan
Negara yang pada pokoknya terdiri dari cabang kekuasaan
eksekutif, legislative, yudisial atau alat-alat kelengkapan Negara
lain yang bertindak untuk dan atas nama Negara, sedangkan dalam
pengertian pemerintah dalam arti sempit adalah cabang kekuasaan
eksekutif. Berdasarkan keterangan tersebut, tampak bahwa bidang
hukum administrasi Negara itu sangat luas sehingga tidak dapt
ditentukan secara tegas ruang lingkupnya, disamping itu khusus
bagi Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, terdapat pula
hukum administrasi daerah, yaitu peraturan-peraturan yang
berkenaan dengan administrasi daerah atau pemerintah daerah.
B. SARAN
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi
dan ditaati agar tercipta masyarakat tertib Hukum, agar masyarakat
yang ada didalam dapat terlindungi hukum dari hal-hal yang
meresahkan dan tidak merugikan, sebagai Negara hukum Indonesia
adalah salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman
di negara Indonesia senantiasa terjaga dan terpelihara agar tercipta
kesejahteraan dan ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu
sudah seharusnya pemerintah juga turut turun langsung meninjau
apakah seluruh masyarakat sudah mendapatkan hak-nya dilindungi
oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat yang mampu
atau,kah tidak mampu. Karena hukum itu adalah bagian dari
masyarakat juga dan masyarakatlah yang berhak dijamin atas hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Philipus M. Hadjon, dkk,  2002, Pengantar Hukum Administrasi


Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Bachsan Mustafa, 2001, Sistem Hukum Administrasi Negara, Citra
Aditya Bakti, Bandung
Inu Kencana Syafii, dkk, 1999, Ilmu Administrasi Publik, Rineka Cipta,
Jakarta
Philipus M. Hadjon, dkk,  2002, Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Ridwan HR, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta
SF. Marbun, dkk, 2002, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum
Admnistrasi Negara, UII Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai