Anda di halaman 1dari 24

KONSEP KEWENANGAN PEJABAT PUBLIK DALAM ATRIBUSI,

DELEGASI DAN MANDAT BERDASARKAN HAN

Diajukan sebagai salah satu tugas Hukum Administrasi Negara yang diampu oleh

Bpk. Dadang Ghandhi, S.H.M.H

Disusun Oleh:

A Morgan Syailendra 2074201012

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MUHAMADIYAH TANGERANG
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu
banyak nikmat yang telah di dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, saya juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun
pikiran.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula saya dapat menyelesaikan penulisan
tugas mata kuliah Ilmu Negara dengan topik inti KONSEP KEWENANGAN
PEJABAT PUBLIK DALAM ATRIBUSI, DELEGASI DAN MANDAT
BERDASARKAN HAN. Saya sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada,
bapak Dadang Gandhi, S.H, M.H. dosen pengampu mata kuliah Hukum administrasi
negara.
Saya menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan
baik isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu saya sangat mengharap
kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari. Demikian semoga makalah
ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi saya.
Aamiin.

Tangerang, …. Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS...............................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. KEWENANGAN PEMERINTAH...............................................................................6
B. TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH......................................................................8
C. KEWENANGAN PEMERINTAH BERDASAR ATRIBUSI, DELEGASI DAN
MANDATE................................................................................................................13
D. KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA.................................................................17
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................21
KESIMPULAN......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai administrasi negara, pemerintah diberi wewenang baik berdasarkan


atribusi, delegasi, ataupun mandat untuk melakukan pembangunan dalam rangka
merealisir tujuan-tujuan negara yang telah ditetapkan oleh MPR. Dalam
melaksanakan pembangunan, pemerintah berwenang untuk melakukan pengaturan
dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Agar tindakan pemerintah dalam
menjalankan pembangunan dan melakukan pengaturan serta pelayanan ini berjalan
dengan baik, maka harus didasarkan pada aturan hukum. Di antara hukum yang ada
ialah Hukum Administrasi Negara, yang memiliki fungsi normatif, fungsi
instrumental, dan fungsi jaminan. Seperti telah disebutkan di atas, fungsi normatif
yang menyangkut penormaan kekuasaan memerintah berkaitan dengan fungsi
instrumental yang menetapkan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk
menggunakan kekuasaan memerintah dan norma pemerintahan. dan instrumen
pemerintahan yang digunakan harus menjamin perlindungan hukum bagi rakyat.
Ketika pemerintah akan menjalankan pemerintahan, maka kepada pemerintah
diberikan kekuasaan, yang dengan kekuasaan ini pemerintah melaksanakan
pembangunan, pengaturan dan pelayanan. Agar kekuasaan ini digunakan sesuai
dengan tujuan diberikannya, maka diperlukan norma-norma pengatur dan pengarah.
Dalam penyelenggaraan pembangunan, pengaturan, dan pelayanan, pemerintah
menggunakan berbagai instrumen yuridis. Pembuatan dan pelaksanaan instrumen
yuridis ini harus didasarkan pada legalitas dengan mengikuti dan mematuhi
persyaratan formal dan material. Dengan didasarkan

4
pada asas legalitas dan mengikuti persyaratan, maka perlindungan bagi administrasi
negara dan warga masyarakat akan terjamin. Dengan demikian, pelaksanaan fungsi-
fungsi HAN adalah dengan membuat penormaan kekuasaan, mendasarkan pada asas
legalitas dan persyaratan, sehingga memberikan jaminan perlindungan baik bagi
administrasi negara maupun warga masyarakat. Di mana dalam kehidupan berbangsa
dan Negara .

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian atau definisi kewenangan pemerintah?
2. Apa pengertian atau definisi tindakan pemerintah?
3. Bagimana konsep kewenangan atribusi, delegasi dan mandate?
4. Apa pengertian atau definisi keputusan pemerintah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi kewenangan pemerintah
2. Untuk mengetahui pengertian atau definisi tindakan pemerintah
3. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan pemerintah berdasar atribusi,
delegasi dan mandate
4. Untuk mengetahui apa pengertian atau definisi keputusan pemerintah

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Secara teoritik, mengenai kewenangan dapat dilihat pendapat H.D. Stout


(Ridwan HR 2006 : mengatakan: ”Wewenang merupakan pengertian yang berasal
dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelasakan sebagai keseluruhan
aturan-aturan yang berkenan dengan perolehan dan penggunaan wewenang
pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum public”

Tindakan hukum menurut R.J.H.M. Huisman, tindakan-tindakan yang


berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum yang berdasarkan sifatnya
dapat menimbulkan akibat hukum tertentu, atau. ( tindakan hukum adalah tindakan
yang dimaksudkan untuk menciptakan hak dan kewajiban)

Ketetapan merupakan keputusan pemerintahan untuk hal yang bersifat


konkret dan individual ( tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu telah dijadikan
instrument yuridis pemerintahan yang utama.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. KEWENANGAN PEMERINTAH
1. Asas legalitas dan wewenang pemerintahan

1
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai
dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintah dan kenegaraan di setiap negara
hukum terutama bagi negara-negara hukum dalam sistem kontinental. Dengan kata
lain, asas legalitas dalam gagasan negara hukum liberal memiliki kedudukan
sentral,atau sebagai suatu fundamen dari negara hukum.

2
Asas legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara
hukum (het democratish ideaal en het rechtsstaatsideaal). Gagasan demokrasi
menuntut setiap bentuk undang-undang dan berbagai keputusan mendapatkan
persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak mungkin memerhatikan kepentingan
rakyat.

3
Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan urusan kenegaraan
dan pemerintahan harus didasarkan pada undang-undang dan memberikan jaminan
terhadap hak-hak dasar rakyat. Asas legalitas menjadi dasar legitimasi tindakan
pemerintahan dan jaminan perlindungan dari hak-hak rakyat.

4
Penerapan asas legalitas, menurut indroharto, akan menunjang berlakunya
kepastian hukum dan kesamaan perlakuan. Di samping itu, menurut H.D. Stout, asas
legalitas dimaksudkan untuk memberikan jaminan kedudukan hukum warga negara
terhadap pemerintah. Meskipun asas legalitas mengandung kelemahan, tapi ia tetap

1
Juniarso ridwan , hukum administrasi negara dan kebijakan pelayanan public.bandung 2009.hlm
133.
2
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.94
3
Ibid. 94
4
Ibid. 95

7
menjadi prinsip utama dalam setiap negara hukum. Telah disebutkan bahwa asas
legalitas merupakan dasar dalam setiap penyelengaraan kenegaraan dan
pemerintahan. Dengan kata lain, setiap penyelengaraan kenegaraan dan pemerintahan
harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.
Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang, yakni “Het vermogen
tot het verrichten van bepaalde rechtshandelingen”, yaitu kemampuan untuk
melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.

2. Wewenang pemerintah

5
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara
dan hukum administrasi. Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum
tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk
berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan
kewajiban (rechten en plichten). Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan itu
berasal dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5
Juniarso ridwan , hukum administrasi negara dan kebijakan pelayanan public.bandung 2009.hlm136

8
B. TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH
1. Pengertian tindakan pemerintah

Pemerintah atau administrasi negara merupakan subjek hukum dan


pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Sebagai subjek hukum, pemerintah
melakukan berbagai tindakan baik berupa tindakan nyata (feitelijkhandelingen)
ataupun tindakan hukum (rechtshandeling). Tindakan nyata adalah tindakan yang
tidak ada relevansinya dengan hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan akibat
hukum. Sedangkan tindakan hukum adalah tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat
menimbulkan akibat hukum. Menurut R.J.H.M. Huisman tindakan hukum adalah
tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum tertentu, atau
“Een rechtshandeling is gericht op het scheppen van rechten of plichten”. Istilah
tindakan hukum ini bermula dari ajaran Hukum Perdata yang kemudian digunakan di
dalam Hukum Administrasi Negara.

6
Menurut P. de Haan dan kawan-kawan, “De adminitraitieve beschikking is
de meest voorkomende en ook meest bestudeerde beesturhandeling”, (keputusan
adminitrasi merupakan (bagian) dari tindakan pemerintahan yang paling banyak
muncul dan di pelajari). Akibat hukum yang lahir dari tindakan hukum adalah
dampak yang memiliki relevansi dengan hukum, seperti penciptaan hubungan hukum
baru, perubahan, atau pengakhiran hubungan hukum yang ada. Dengan kata lain,
akibat-akibat hukum (rechtsgevolgen) itu dapat berupa hal-hal sebagai berikut ;

a. Indien er een verandering optreedt in de bestaande rechtern, verplichtingen


of bevoegdheid van sommigen; (jika menimbulkan beberapa perubahan hak,
kewajiban atau kewenangan yang ada).

6
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.141

9
b. Wanner er verandering optreedt in juridische status van een persoon of (van)
object; (bilamana menimbulkan perubahan kedudukan hukum bagi seseorang
atau objek yang ada).
c. Wanner het bestaan van zekere rechten, verplichtingen, bevoegdheden of
status bindend wordt vastegesteld; (bilamana terdapat hak-hak, kewajiban,
kewenangan, ataupun status tertentu yang ditetapkan).7

Bila dikatakan bahwa tindakan hukum pemerintah itu merupakan pernyataan


kehendak sepihak dari organ pemerintahan (eenzijdige wilsverklaring van de
bestuursorgaan) dan membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan hukum
yang ada, maka kehendak organ tersebut tidak boleh mengandung cacat seperti
kekhilafan (dwaling), penipuan (bedrog), paksaan (dwang), dan lain-lain yang
menyebabkan akibat-akibat hukum yang tidak sah. Disamping itu, karena setiap
tindakan hukum itu harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, maka dengan sendirinya tindakan tersebut tidak boleh menyimpang atau
bertentangan dengan peraturan yang bersangkutan, yang dapat menyebabkan akibat-
akibat hukum yang muncul itu batal atau dapat dibatalkan.

8
Istilah “rechtshandeling” atau tindakan hukum ini berasal dari ajaran hukum
perdata, yang kemudian digunakan juga dalam Hukum Administrasi Negara. Begitu
digunakan dalam Hukum Administrasi Negara, sifat tindakan hukum ini mengalami
perbedaan, dalam hal ini tindakan hukum administrasi berbeda sifatnya dengan
tindakan hukum perdata, meskipun namanya sama. Tindakan hukum administrasi
dapat dapat mengikat warga negara tanpa melakukan persetujuan dari warga
bersangkutan, sementara dalam tindakan hukum perdata diperlukan persesuaian
kehendak kedua belah pihak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang dikenai
tindakan hukum itu. Ini dikarenakan hubungan hukum perdata itu bersifat sub-

7
Junarso ridwan dan achmad sodik sudrajat ,hukum administrasi negara dan kebijakn pelayanan
public , bandung 2008
8
Ibid ,hlm.110

10
ordinatif. Disatu pihak pemerintah dilekati dengan kekuasaan publik, di pihak lain
warga tidak dilekati dengan kekuasaan yang sama.

9
Tindakan hukum pemerintah adalah tindakan yang dilakukan oleh organ
pemerintah atau administrasi negara yang memiliki tujuan untuk menimbulkan akibat
hukum di bidang pemerintahan atau administrasi negara. Berdasarkan pengertian itu
tampak ada beberapa unsur-unsur dari tindakan hukum pemerintahan;

1) Unsur-Unsur Tindakan Pemerintahan :


a) Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam
kedudukannya sebagai alat kelengkapan pemerintahan dengan
prakarsa dan tanggung jawab sendiri.
b) Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan.
c) Perbuatan tersebut dapat menimbulkan akibat hukum di bidang
administrasi.
d) Perbuatan tersebut bersangkutan dengan kepentingan negara dan
masyaakat.
e) Perbuatan tersebut harus berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
f) Perbuatan tersebut berorientasi pada tujuan tertentu berdasarkan
hukum.
2) Macam – Macam Hindakan Hukum Pemerintah :

10
Telah jelas bahwa pemerintah atau administrasi negara adalah subjek hukum
yang mewakili dua institusi yaitu jabatan pemerintahan dan badan hukum. Karena
mewakili dua institusi, dikenal ada dua tindakan hukum yaitu tindakan hukum publik
dan tindakan hukum privat.

9
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.142
10
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.188

11
11
Secara teoritis, cara untuk menentukan apakah tindakan itu diatur oleh
hukum privat atau hukum publik dilihat dari kedudukan pemerintah dalam
menjalankan tindakan tersebut. Jika pemerintah bertindak dalam kedudukannya
sebagai pemerintah, hanya hukum publiklah yang berlaku. Jika pemerintah bertindak
tidak dalam kapasitas sebagai pemerintah, hukum privatlah yang berlaku. Sehingga,
ketika pemerintah terlibat dalam pergaulan keperdataan dan bukan dalam
kedudukannya sebagai pihak yang memelihara kepentingan umum, ia tidak berbeda
dengan pihak swasta yang tunduk pada hukum privat. Contoh, ketika pemerintah
melakukan pengadaan barang mobil untuk kepentingan pemerintah, maka pemerintah
melakukan transaksi jual-beli yang didasarkan pada hukum perdata.

3) Karakteristik Tindakan Hukum Pemerintahan


Tindakan hukum pemerintahan itu pada dasarnya bersifat sepihak, pihak yang
diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan kepentingan umum di
mana dalam rangka melaksanakan kewajiban ini kepada pemerintah diberikan
wewenang membuat peraturan perundang-undangan, kemudian dikenal adanya
tindakan hukum dua pihak atau lebih, ini hanya menyangkut mengenai cara-cara
merealisasikan tindakan hukum tersebut. Diatas disebutkan bahwa tindakan hukum
dua pihak diatur dengan peraturan bersama. E. Utrecht menyebutkan beberapa cara
pelaksanaan urusan pemerintahan yaitu :
a. Yang bertindak ialah administrasi negara sendiri
b. Yang bertindak adalah subjek hukum (=badan hukum) yang
tidak termasuk administrasi negara dan mempunyai Hubungan
istimewa atau hubungan biasa dengan pemerintah
c. Yang bertindak adalah subjek hukum lain yang tidak termasuk
administrasi negara dan yang menjalan kan pekerjaan nya
berdasarkan suatu konsesi atau berdasarkan izin yang diberikan

11
Ibid hlm. 145

12
pemerintah
d. Yang bertindak adalah pemerintah beserta subjek hukum lain
yang bukan administrasi negara dan kedua belah pihak itu
tergabung dalam suatu bentuk kerja sama yang diatur oleh
hukum privat
e. Yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah
atau diawasi oleh pemerintah
f. Yang bertindak ialah subjek hukum lain yang bukan
administrasi negara tapi di berikan suatu delegasi memerintah

13
C. KEWENANGAN PEMERINTAH BERDASAR ATRIBUSI, DELEGASI
DAN MANDATE
1. Sumber Kewenangan

Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan


Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara menyebutkan sebagai berikut:

“Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.

2. Macam – macam kewenangan

12
Macam macam kewenangan / kompetensi administrasi negara ( pejabat TUN
):

a. Atribusi
Atribusi merupakan pemberian kewenangan yang baru kepada pejabat TUN
berdasarkan suatu perundang-undangan yang formal
b. Delegasi
Delegasi merupakan pemindahan/pengalihan kewenangan yang ada
(berdasarkan perundang-undangan yang formal )
c. Mandate
Orang yang mendapat mandate bukan karena pengalihan kewenangan namun
karena yang berkompeten berhalangan contohnya : dari mentri ke direktur
jendral.

12
Diana halim koentjoro, Hukum administrasi negara,2004,bogor,hlm.28

14
13
Pengertian atribusi dan delegasi berdasarkan algemene bepalingen van
administratief recht yaitu atribusi wewenang dikemukakan bilamana undang-undang
dalam arti materil menyerahkan wewenang tertentu kepada orang tertentu . dalam hal
delegasi disebutkan bererati pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan yang
telah diberi wewenang, kepada organ lainya yang akan melaksanakan wewenang
yang telah dilimpahkan itu sebagai wewenangnya sendiri di dalam aglemene wet
bestuursrect mandate berarti pemberian wewenang oleh organ pemerintahan kepada
organ lainya untuk mengambil keputusan atas namanya sedangkan delegasi diartikan
sebagai pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan kepada orang lain untuk
mengambil keputusan dengan tanggung jawab sendiri

14
Dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi, terdapat
syarat-syarat sebagai berikut:

a. Delegasi harus definitif, jadi pemberi delegasi (delegans) tidak dapat


lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu
b. Delegasi harus berdasar pada ketentuan peraturan perundangan, jadi
delegasi hanya dimungkinkan jika ada ketentuan untuk itu dalam
peraturan perundangan
c. Delegasi tidak pada bawahan, jadi dalam hubungan hirarki
kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi
d. Pemberi delegasi berhak untuk meminta penjelasan tentang
pelaksanaan wewenang tersebut
e. Pemberi delegasi memberikan petunjuk tentang penggunaan
wewenang tersebut.

Berdasarkan kewenangan tersebut diatas, tampak bahwa wewenang yang


diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang bersasal dari perundang-udangan.

13
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.101
14
Ibid, hlm. 102

15
Dengan kata lain pemerintah mendapat kewenangan langsung dariredaksi pasal
tertentu dalam suatu peraturan perundang-undnagan..

15
Ridwan HR menjelaskan bahwa Philipus M. Hadjon membuat perbedaan
delegasi dan mandat sebagai berikut:
 
  Mandat Delegasi
 
a.    Prosedur Pelimpahan Dalam hubungan rutin Dari suatu organ
atasan-bawahan: hal pemerintahan kepada organ
biasa kecuali dilarang lain: dengan peraturan
secara tegas perundang-undangan.
 
b.    Tanggung jawab dan Tetap pada pemberi Tanggung jawab dan
tanggung gugat mandate tanggung gugat beralih
kepada delegataris.
 
c.    Kemungkinan si Setiap saat dapat Tidak dapat menggunakan
pemberi menggunakan menggunakan sendiri wewenang itu lagi kecuali
wewenang itu lagi wewenang yang setelah ada pencabutan
dilimpahkan itu. dengan berpegang pada asas
“contrarius actus”.
 

16
Menurut Indroharto; pertama, pada wewenang yang bersifat terikat, yakni
terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang
15
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.106
16
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 108

16
bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit
banyak menentukan tentang isi dan keputusan yang harus diambil;

kedua, wewenang fakultatif, terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha negara
yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih
ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan
tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya;

ketiga, wewenang bebas, yakni terjadi ketika peraturan dasarnya memberikan


kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara untuk menentukan sendiri
mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya
memberi ruang lingkup kebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang
bersangkutan.

D. KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA


1. Pengertian Keputusan

17
Pasal 1 ayat 9 UU no 51 tahun 2009 Keputusan Tata Usaha Negara
adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundangundangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata
Keputusan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang
sarjana Jerman, Otto Meyer, dengan istilah verwaltingsakt. Istilah ini
diperkenalkan di negeri Belanda dengan nama 17 beschikking oleh van
Vollenhovendan C.W. van der Pot, yang oleh beberapa penulis, seperti AM.
Donner, H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, dan lain – lain, dianggap sebagi
“ de vader van het moderne beschikkingsbegrip”, (bapak dari konsep yang
modern).
Di Indonesia istilah beschiking diperkenalkan pertama kali oleh WF.
Prins. Istilah beschiking ini ada yang menerjemahkan dengan ketetapan,
seperti E. Utrecht, bagir Manan, Sjachran Basah, dan lain – lain, dan dengan
keputusan seperti WF. Prins, Philipus M. Hadjon, SF. Marbun, dan lain – lain.
Djenal Hoesen dan Muchsan mengatakan bahwa penggunaan istilah
keputusan barang kali akan lebih tepat untuk menghindari kesimpangsiuran
pengertian dengan istilah ketetapn. Menurutnya, di Indonesia istilah ketetapan
sudah memiliki pengertian teknis yurudis, yaitu sebgai ketetapan MPR yang
berlaku ke luar dan ke dalam. Seiring dengan berlakunya UU No. 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan, istilah
becshikking itu deiterjemahkan dengan istilah keputusan.18
Di kalangan para sarjana terdapat perbedaan pendapat dalam
mendefinisikan istilah keputusan. Berikut ini akan disjikan beberapa definisi
tentang bechikking.

17
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 139
18
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 140

18
a. De beschikking is dus de wilsverklaring van een bestuursorgaan voor
een bijzonder geval, gericht op het scheppen van een nieuwe, het
wijzigen of het opheffen van een bestaande rechtsverhouding.
(Keputusan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintahan
untuk {melaksanakan} hal khusus, ditunjukan untuk menciptakan
hubungan hukum baru, mengubah, atau menghapus hubungan hukum
yang ada).
b. Beschikking ; een wilsverklaring naar aanleiding van een ingediend
verzoekschrift, of althans een gebleken wensch of behoefte.19
(keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh
surat permohonan yang diajukan, atau setidak – tidaknya keinginan
atau keperluan yang dinyataka).
c. “... Eenvoudig geworden een definitie van het begrip beschikking te
geven: Eeen eenzijdige publiekrechtelijke rechtshandeling van een
bestuursorgaan gericht op een concreet geval”.
(... secara sederhana, definisi keputusan dapat diberikan: suatu
toindakan hukum publik sepihak dari organ pemerintahan yang
ditunjukan pada peristiwa konkret).20
d. Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi negara yang
belum mempunyai akibat hukum.
e. Beschikking adalah perbuatan hukum publik bersegi satu (yang
dilakukan oleh alat – alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan
istimewa).
f. Beschikking adlah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam
bidang pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintah
berdasarkan wewenang yang luar biasa.21

19
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 141
20
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 142
21
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 143

19
2. Macam – Macam Keputusan Tata Usaha Negara
Keputusan tertulis administrasi negara dapat dibedakan dalam berbagai
golongan berikut.
a. Ketetapan deklalator dan Ketetapan konstitutif
Ketetapan deklalator adalah ketetapan yang menyatakan atau
menetapkan mengikatnya suatu hubungan hukum.22
Ketetapan konstitutif adalah ketetapan yang melahirkan /
menghapus suatu hubungan hukum.23
b. Ketetapan yang menguntungkan dan yang membebankan
Ketetapan yang menguntungkan adalah ketetapan yang
memberikan hak – hak yang sebelumnya tida ada, misalnya subsidi,
pengengkatan pegawai, pemberian SIM.
Ketetapan yang membebankan adalah ketetapan yang
memberikan suatu beban yang sebelumnya tidak ada.
c. Ketetapan Eenmalig dan ketetapan permanen
Ketetapan eenmalig adalah suatu ketetapan yang habis masa
berlakunya setelah sekali dipergunakan.
Ketetapan permanen adalah ketetapan yang berlaku untuk masa
yangt lama.
d. Ketetapan yang terikat dan ketetapan bebas
Ketetapan terikat adalah ketetapan yang sudah ditentukan oleh
peraturan dasar.
Ketetapan bebas adalah ketetapan yang oleh peraturan dasar
diberikan kebebasan kepada pejabat Tata Usaha Negara untuk/ tidak
mengeluarkan suatu ketetapan.24

22
Diana Halim Koentjoro,S.H.,M.Hum., Hukum Administrasi Negara,2004,ciawi,hlm. 65
23
Diana Halim Koentjoro,S.H.,M.Hum., Hukum Administrasi Negara,2004,ciawi,hlm. 65
24
Diana Halim Koentjoro,S.H.,M.Hum., Hukum Administrasi Negara,2004,ciawi,hlm. 66

20
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara


dan hukum administrasi. Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum
tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk
berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan

21
kewajiban (rechten en plichten). Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan itu
berasal dari peraturan perundang-undangan yangberlaku

Menurut R.J.H.M. Huisman tindakan hukum adalah tindakan yang


berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum tertentu, atau “Een
rechtshandeling is gericht op het scheppen van rechten of plichten”. Istilah tindakan
hukum ini bermula dari ajaran Hukum Perdata yang kemudian digunakan di dalam
Hukum Administrasi Negara

Macam macam kewenangan / kompetensi administrasi negara ( pejabat TUN )

Atribusi : Atribusi merupakan pemberian kewenangan yang baru kepada pejabat


TUN berdasarkan suatu perundang-undangan yang formal

Delegasi : Delegasi merupakan pemindahan/pengalihan kewenangan yang ada


(berdasarkan perundang-undangan yang formal )

Mandate : Orang yang mendapat mandate bukan karena pengalihan kewenangan


namun karena yang berkompeten berhalangan contohnya : dari mentri ke direktur
jendral.

Pasal 1 ayat 9 UU no 51 tahun 2009 Keputusan Tata Usaha Negara adalah


suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata

22
DAFTAR PUSTAKA

Dianan Halim Koenjtoro 2004 hukum administrasi negara GHALIA INDONESIA


ciawi

Juniarso ridwan , achmad sodik sudrajat 2009, hukum administrasi negara dan
kebijakan pelayanan public NUANSA bandung

23
Philipus M Hadjon,Sri Soemantri, sjachran basah, bagir manan H.M laica marjuki
J.B.J.M ten berge, P.J.J Van buuren F.A.M 2015 Stroink pengantar hukum
administrasi negara GAJAH MADA UNIVERSITY PERS Yogyakarta

Ridwan HR 2016. hukum administrasi negara . PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.


Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai