Diajukan sebagai salah satu tugas Hukum Administrasi Negara yang diampu oleh
Disusun Oleh:
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu
banyak nikmat yang telah di dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, saya juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun
pikiran.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula saya dapat menyelesaikan penulisan
tugas mata kuliah Ilmu Negara dengan topik inti KONSEP KEWENANGAN
PEJABAT PUBLIK DALAM ATRIBUSI, DELEGASI DAN MANDAT
BERDASARKAN HAN. Saya sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada,
bapak Dadang Gandhi, S.H, M.H. dosen pengampu mata kuliah Hukum administrasi
negara.
Saya menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan
baik isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu saya sangat mengharap
kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari. Demikian semoga makalah
ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi saya.
Aamiin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS...............................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. KEWENANGAN PEMERINTAH...............................................................................6
B. TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH......................................................................8
C. KEWENANGAN PEMERINTAH BERDASAR ATRIBUSI, DELEGASI DAN
MANDATE................................................................................................................13
D. KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA.................................................................17
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................21
KESIMPULAN......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
pada asas legalitas dan mengikuti persyaratan, maka perlindungan bagi administrasi
negara dan warga masyarakat akan terjamin. Dengan demikian, pelaksanaan fungsi-
fungsi HAN adalah dengan membuat penormaan kekuasaan, mendasarkan pada asas
legalitas dan persyaratan, sehingga memberikan jaminan perlindungan baik bagi
administrasi negara maupun warga masyarakat. Di mana dalam kehidupan berbangsa
dan Negara .
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian atau definisi kewenangan pemerintah?
2. Apa pengertian atau definisi tindakan pemerintah?
3. Bagimana konsep kewenangan atribusi, delegasi dan mandate?
4. Apa pengertian atau definisi keputusan pemerintah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi kewenangan pemerintah
2. Untuk mengetahui pengertian atau definisi tindakan pemerintah
3. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan pemerintah berdasar atribusi,
delegasi dan mandate
4. Untuk mengetahui apa pengertian atau definisi keputusan pemerintah
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. KEWENANGAN PEMERINTAH
1. Asas legalitas dan wewenang pemerintahan
1
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai
dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintah dan kenegaraan di setiap negara
hukum terutama bagi negara-negara hukum dalam sistem kontinental. Dengan kata
lain, asas legalitas dalam gagasan negara hukum liberal memiliki kedudukan
sentral,atau sebagai suatu fundamen dari negara hukum.
2
Asas legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara
hukum (het democratish ideaal en het rechtsstaatsideaal). Gagasan demokrasi
menuntut setiap bentuk undang-undang dan berbagai keputusan mendapatkan
persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak mungkin memerhatikan kepentingan
rakyat.
3
Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan urusan kenegaraan
dan pemerintahan harus didasarkan pada undang-undang dan memberikan jaminan
terhadap hak-hak dasar rakyat. Asas legalitas menjadi dasar legitimasi tindakan
pemerintahan dan jaminan perlindungan dari hak-hak rakyat.
4
Penerapan asas legalitas, menurut indroharto, akan menunjang berlakunya
kepastian hukum dan kesamaan perlakuan. Di samping itu, menurut H.D. Stout, asas
legalitas dimaksudkan untuk memberikan jaminan kedudukan hukum warga negara
terhadap pemerintah. Meskipun asas legalitas mengandung kelemahan, tapi ia tetap
1
Juniarso ridwan , hukum administrasi negara dan kebijakan pelayanan public.bandung 2009.hlm
133.
2
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.94
3
Ibid. 94
4
Ibid. 95
7
menjadi prinsip utama dalam setiap negara hukum. Telah disebutkan bahwa asas
legalitas merupakan dasar dalam setiap penyelengaraan kenegaraan dan
pemerintahan. Dengan kata lain, setiap penyelengaraan kenegaraan dan pemerintahan
harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.
Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang, yakni “Het vermogen
tot het verrichten van bepaalde rechtshandelingen”, yaitu kemampuan untuk
melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.
2. Wewenang pemerintah
5
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara
dan hukum administrasi. Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum
tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk
berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan
kewajiban (rechten en plichten). Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan itu
berasal dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5
Juniarso ridwan , hukum administrasi negara dan kebijakan pelayanan public.bandung 2009.hlm136
8
B. TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH
1. Pengertian tindakan pemerintah
6
Menurut P. de Haan dan kawan-kawan, “De adminitraitieve beschikking is
de meest voorkomende en ook meest bestudeerde beesturhandeling”, (keputusan
adminitrasi merupakan (bagian) dari tindakan pemerintahan yang paling banyak
muncul dan di pelajari). Akibat hukum yang lahir dari tindakan hukum adalah
dampak yang memiliki relevansi dengan hukum, seperti penciptaan hubungan hukum
baru, perubahan, atau pengakhiran hubungan hukum yang ada. Dengan kata lain,
akibat-akibat hukum (rechtsgevolgen) itu dapat berupa hal-hal sebagai berikut ;
6
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.141
9
b. Wanner er verandering optreedt in juridische status van een persoon of (van)
object; (bilamana menimbulkan perubahan kedudukan hukum bagi seseorang
atau objek yang ada).
c. Wanner het bestaan van zekere rechten, verplichtingen, bevoegdheden of
status bindend wordt vastegesteld; (bilamana terdapat hak-hak, kewajiban,
kewenangan, ataupun status tertentu yang ditetapkan).7
8
Istilah “rechtshandeling” atau tindakan hukum ini berasal dari ajaran hukum
perdata, yang kemudian digunakan juga dalam Hukum Administrasi Negara. Begitu
digunakan dalam Hukum Administrasi Negara, sifat tindakan hukum ini mengalami
perbedaan, dalam hal ini tindakan hukum administrasi berbeda sifatnya dengan
tindakan hukum perdata, meskipun namanya sama. Tindakan hukum administrasi
dapat dapat mengikat warga negara tanpa melakukan persetujuan dari warga
bersangkutan, sementara dalam tindakan hukum perdata diperlukan persesuaian
kehendak kedua belah pihak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang dikenai
tindakan hukum itu. Ini dikarenakan hubungan hukum perdata itu bersifat sub-
7
Junarso ridwan dan achmad sodik sudrajat ,hukum administrasi negara dan kebijakn pelayanan
public , bandung 2008
8
Ibid ,hlm.110
10
ordinatif. Disatu pihak pemerintah dilekati dengan kekuasaan publik, di pihak lain
warga tidak dilekati dengan kekuasaan yang sama.
9
Tindakan hukum pemerintah adalah tindakan yang dilakukan oleh organ
pemerintah atau administrasi negara yang memiliki tujuan untuk menimbulkan akibat
hukum di bidang pemerintahan atau administrasi negara. Berdasarkan pengertian itu
tampak ada beberapa unsur-unsur dari tindakan hukum pemerintahan;
10
Telah jelas bahwa pemerintah atau administrasi negara adalah subjek hukum
yang mewakili dua institusi yaitu jabatan pemerintahan dan badan hukum. Karena
mewakili dua institusi, dikenal ada dua tindakan hukum yaitu tindakan hukum publik
dan tindakan hukum privat.
9
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.142
10
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.188
11
11
Secara teoritis, cara untuk menentukan apakah tindakan itu diatur oleh
hukum privat atau hukum publik dilihat dari kedudukan pemerintah dalam
menjalankan tindakan tersebut. Jika pemerintah bertindak dalam kedudukannya
sebagai pemerintah, hanya hukum publiklah yang berlaku. Jika pemerintah bertindak
tidak dalam kapasitas sebagai pemerintah, hukum privatlah yang berlaku. Sehingga,
ketika pemerintah terlibat dalam pergaulan keperdataan dan bukan dalam
kedudukannya sebagai pihak yang memelihara kepentingan umum, ia tidak berbeda
dengan pihak swasta yang tunduk pada hukum privat. Contoh, ketika pemerintah
melakukan pengadaan barang mobil untuk kepentingan pemerintah, maka pemerintah
melakukan transaksi jual-beli yang didasarkan pada hukum perdata.
11
Ibid hlm. 145
12
pemerintah
d. Yang bertindak adalah pemerintah beserta subjek hukum lain
yang bukan administrasi negara dan kedua belah pihak itu
tergabung dalam suatu bentuk kerja sama yang diatur oleh
hukum privat
e. Yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah
atau diawasi oleh pemerintah
f. Yang bertindak ialah subjek hukum lain yang bukan
administrasi negara tapi di berikan suatu delegasi memerintah
13
C. KEWENANGAN PEMERINTAH BERDASAR ATRIBUSI, DELEGASI
DAN MANDATE
1. Sumber Kewenangan
“Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.
12
Macam macam kewenangan / kompetensi administrasi negara ( pejabat TUN
):
a. Atribusi
Atribusi merupakan pemberian kewenangan yang baru kepada pejabat TUN
berdasarkan suatu perundang-undangan yang formal
b. Delegasi
Delegasi merupakan pemindahan/pengalihan kewenangan yang ada
(berdasarkan perundang-undangan yang formal )
c. Mandate
Orang yang mendapat mandate bukan karena pengalihan kewenangan namun
karena yang berkompeten berhalangan contohnya : dari mentri ke direktur
jendral.
12
Diana halim koentjoro, Hukum administrasi negara,2004,bogor,hlm.28
14
13
Pengertian atribusi dan delegasi berdasarkan algemene bepalingen van
administratief recht yaitu atribusi wewenang dikemukakan bilamana undang-undang
dalam arti materil menyerahkan wewenang tertentu kepada orang tertentu . dalam hal
delegasi disebutkan bererati pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan yang
telah diberi wewenang, kepada organ lainya yang akan melaksanakan wewenang
yang telah dilimpahkan itu sebagai wewenangnya sendiri di dalam aglemene wet
bestuursrect mandate berarti pemberian wewenang oleh organ pemerintahan kepada
organ lainya untuk mengambil keputusan atas namanya sedangkan delegasi diartikan
sebagai pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan kepada orang lain untuk
mengambil keputusan dengan tanggung jawab sendiri
14
Dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi, terdapat
syarat-syarat sebagai berikut:
13
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.101
14
Ibid, hlm. 102
15
Dengan kata lain pemerintah mendapat kewenangan langsung dariredaksi pasal
tertentu dalam suatu peraturan perundang-undnagan..
15
Ridwan HR menjelaskan bahwa Philipus M. Hadjon membuat perbedaan
delegasi dan mandat sebagai berikut:
Mandat Delegasi
a. Prosedur Pelimpahan Dalam hubungan rutin Dari suatu organ
atasan-bawahan: hal pemerintahan kepada organ
biasa kecuali dilarang lain: dengan peraturan
secara tegas perundang-undangan.
b. Tanggung jawab dan Tetap pada pemberi Tanggung jawab dan
tanggung gugat mandate tanggung gugat beralih
kepada delegataris.
c. Kemungkinan si Setiap saat dapat Tidak dapat menggunakan
pemberi menggunakan menggunakan sendiri wewenang itu lagi kecuali
wewenang itu lagi wewenang yang setelah ada pencabutan
dilimpahkan itu. dengan berpegang pada asas
“contrarius actus”.
16
Menurut Indroharto; pertama, pada wewenang yang bersifat terikat, yakni
terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang
15
Ridwan HR, Hukum administrasi negara,2016,jakarta,hlm.106
16
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 108
16
bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit
banyak menentukan tentang isi dan keputusan yang harus diambil;
kedua, wewenang fakultatif, terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha negara
yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih
ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan
tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya;
17
Pasal 1 ayat 9 UU no 51 tahun 2009 Keputusan Tata Usaha Negara
adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundangundangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata
Keputusan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang
sarjana Jerman, Otto Meyer, dengan istilah verwaltingsakt. Istilah ini
diperkenalkan di negeri Belanda dengan nama 17 beschikking oleh van
Vollenhovendan C.W. van der Pot, yang oleh beberapa penulis, seperti AM.
Donner, H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, dan lain – lain, dianggap sebagi
“ de vader van het moderne beschikkingsbegrip”, (bapak dari konsep yang
modern).
Di Indonesia istilah beschiking diperkenalkan pertama kali oleh WF.
Prins. Istilah beschiking ini ada yang menerjemahkan dengan ketetapan,
seperti E. Utrecht, bagir Manan, Sjachran Basah, dan lain – lain, dan dengan
keputusan seperti WF. Prins, Philipus M. Hadjon, SF. Marbun, dan lain – lain.
Djenal Hoesen dan Muchsan mengatakan bahwa penggunaan istilah
keputusan barang kali akan lebih tepat untuk menghindari kesimpangsiuran
pengertian dengan istilah ketetapn. Menurutnya, di Indonesia istilah ketetapan
sudah memiliki pengertian teknis yurudis, yaitu sebgai ketetapan MPR yang
berlaku ke luar dan ke dalam. Seiring dengan berlakunya UU No. 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan, istilah
becshikking itu deiterjemahkan dengan istilah keputusan.18
Di kalangan para sarjana terdapat perbedaan pendapat dalam
mendefinisikan istilah keputusan. Berikut ini akan disjikan beberapa definisi
tentang bechikking.
17
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 139
18
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 140
18
a. De beschikking is dus de wilsverklaring van een bestuursorgaan voor
een bijzonder geval, gericht op het scheppen van een nieuwe, het
wijzigen of het opheffen van een bestaande rechtsverhouding.
(Keputusan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintahan
untuk {melaksanakan} hal khusus, ditunjukan untuk menciptakan
hubungan hukum baru, mengubah, atau menghapus hubungan hukum
yang ada).
b. Beschikking ; een wilsverklaring naar aanleiding van een ingediend
verzoekschrift, of althans een gebleken wensch of behoefte.19
(keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh
surat permohonan yang diajukan, atau setidak – tidaknya keinginan
atau keperluan yang dinyataka).
c. “... Eenvoudig geworden een definitie van het begrip beschikking te
geven: Eeen eenzijdige publiekrechtelijke rechtshandeling van een
bestuursorgaan gericht op een concreet geval”.
(... secara sederhana, definisi keputusan dapat diberikan: suatu
toindakan hukum publik sepihak dari organ pemerintahan yang
ditunjukan pada peristiwa konkret).20
d. Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi negara yang
belum mempunyai akibat hukum.
e. Beschikking adalah perbuatan hukum publik bersegi satu (yang
dilakukan oleh alat – alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan
istimewa).
f. Beschikking adlah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam
bidang pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintah
berdasarkan wewenang yang luar biasa.21
19
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 141
20
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 142
21
Dr. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara ,2016,depok,hlm. 143
19
2. Macam – Macam Keputusan Tata Usaha Negara
Keputusan tertulis administrasi negara dapat dibedakan dalam berbagai
golongan berikut.
a. Ketetapan deklalator dan Ketetapan konstitutif
Ketetapan deklalator adalah ketetapan yang menyatakan atau
menetapkan mengikatnya suatu hubungan hukum.22
Ketetapan konstitutif adalah ketetapan yang melahirkan /
menghapus suatu hubungan hukum.23
b. Ketetapan yang menguntungkan dan yang membebankan
Ketetapan yang menguntungkan adalah ketetapan yang
memberikan hak – hak yang sebelumnya tida ada, misalnya subsidi,
pengengkatan pegawai, pemberian SIM.
Ketetapan yang membebankan adalah ketetapan yang
memberikan suatu beban yang sebelumnya tidak ada.
c. Ketetapan Eenmalig dan ketetapan permanen
Ketetapan eenmalig adalah suatu ketetapan yang habis masa
berlakunya setelah sekali dipergunakan.
Ketetapan permanen adalah ketetapan yang berlaku untuk masa
yangt lama.
d. Ketetapan yang terikat dan ketetapan bebas
Ketetapan terikat adalah ketetapan yang sudah ditentukan oleh
peraturan dasar.
Ketetapan bebas adalah ketetapan yang oleh peraturan dasar
diberikan kebebasan kepada pejabat Tata Usaha Negara untuk/ tidak
mengeluarkan suatu ketetapan.24
22
Diana Halim Koentjoro,S.H.,M.Hum., Hukum Administrasi Negara,2004,ciawi,hlm. 65
23
Diana Halim Koentjoro,S.H.,M.Hum., Hukum Administrasi Negara,2004,ciawi,hlm. 65
24
Diana Halim Koentjoro,S.H.,M.Hum., Hukum Administrasi Negara,2004,ciawi,hlm. 66
20
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
21
kewajiban (rechten en plichten). Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan itu
berasal dari peraturan perundang-undangan yangberlaku
22
DAFTAR PUSTAKA
Juniarso ridwan , achmad sodik sudrajat 2009, hukum administrasi negara dan
kebijakan pelayanan public NUANSA bandung
23
Philipus M Hadjon,Sri Soemantri, sjachran basah, bagir manan H.M laica marjuki
J.B.J.M ten berge, P.J.J Van buuren F.A.M 2015 Stroink pengantar hukum
administrasi negara GAJAH MADA UNIVERSITY PERS Yogyakarta
24