HUKUM PIDANA II
“ABORSI DALAM KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah pembelajaran Hukum Pidana II
Program Pendidikan Kelas Karyawan (P2K)
Kelas A.1.1
Tidak ada hentinya kami panjatkan puja-puji dan syukur ke hadirat Allah
SWT yang telah memberikan pertolongan, kemudahan dari setiap kesulitan yang
datang dan kekuatan, kesabaran dalam menghadapinya. Atas rahmat dan karuniamu
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, dan tidak pula lupa selawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang membawa rahmat bagi seluruh umat.
Di mana karya tulis ilmiah ini kami susun dengan maksud untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Hukum Pidana II, Program Pendidikan Kelas Karyawan (P2K)
Semester 3 Universitas Muhammadiyah Tangerang, Dengan judul karya tulis ilmiah “Aborsi
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”
Kami menyadari bahwa proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari
bantuan dan semangat dari berbagai pihak dan untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Abdul Kadir, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Hukum Pidana II,
Program Pendidikan Kelas Karyawan (P2K) Semester 3 Universitas Muhammadiyah
Tangerang
2. Teman- teman kampus, khususnya Kelas Karyawan (P2K) Semester 3 Universitas
Muhammadiyah Tangerang
Demikian ucapan terima kasih dari kami, kami berharap semoga Allah
SWT yang membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada kelompok kami. Kami
juga berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi orang lain dan dapat menjadi
pendidikan bagi pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sedangkan itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, ataupun fatwa
MUI, penerapan aborsi di Indonesia telah di angka 2,5 juta perkara tiap tahunnya
serta sebagian besar dicoba oleh para anak muda .
d. Abortus Kompletus
Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua atau fetus),
sehingga rongga rahim kosong sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu. Biasanya terjadi
pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan uteri
menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak
dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan
dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Missed Abortion
Mised abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih
tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Missed abortion digolongkan kepada
abortus imminens.
f. Abortus Habitualis
Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali
berturut-turut atau lebih. Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga jika kadangkala seorang
wanita mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan oleh gangguan dari luar yang
amat ringan sekali, misalnya terpeleset, bermain skipping (meloncat dengan tali), naik kuda,
naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir tiap kali terjadi pada tiap-tiap kehamilan,
maka keadaan ini disebut “aborsi habitualis” yang biasanya terjadi pada kandungan minggu
kelima sampai kelima belas.
g. Abortus infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi organ genital.
h. Abortus septik
Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium karena tindakan abortus yang
disengaja (dilakukan dukun atau bukan ahli) lalu menimbulkan infeksi.
2. Aborsi provokatus
Aborsi provokatus adalah jenis abortus yang sengaja dibuat atau dilakukan oleh
perbuatan manusia dengan maksud dan pertimbangan tertentu, yakni dengan cara
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu baik dengan memakai
obat-obatan atau alat karena kandungan tidak dikehendaki untuk dilahirkan. Abortus
provakatus dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Aborsi Medis/ Terapeutik (abortus provocatus therapeticus)
Aborsi medis adalah pengguguran janin dalam kandungan sebelum waktunya secara
sengaja karena adanya alasan medis tertentu. Indikasi medis yang dimaksud misalnya, pada
kehamilan di luar kandungan, ibu hamil sakit jantung yang parah, penyakit TBC yang parah,
tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim. Aborsi provokatus dapat juga
dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si ibu. Bila kehamilan diteruskan akan
membahayakan nyawa ibu serta janin, sekali lagi keputusan menggugurkan akan sangat
dipikirkan secara matang. Indikasi untuk melakukan aborsi provokatus therapeuticum sedikit-
dikitnya harus ditentukan oleh dua orang dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan
seorang lagi dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung.
Alasan Medis
Kadang kondisi rahim perempuan hamil yang tidak kondusif untuk perkembangan
janin. Dalam kasus ini aborsi bisa dilakukan.
Dalam beberapa kasus medis, ada perempuan yang mengalami kerusakan atau
kelainan pada organ reproduksi sehingga berbahaya bagi janin. Jika dokter
mendiagnosis ada kerusakan maka aborsi bisa dilakukan.
Kelainan genetik yang akan menyebabkan kelainan pada anak setelah lahir juga
merupakan alasan mengapa banyak perempuan memilih aborsi. Kelainan genetik ini
dapat diketahui dengan bantuan tes darah. Jika hasilnya tidak memuaskan maka
aborsi dapat dilakukan.
Kadang-kadang, pertumbuhan janin bisa membahayakan kesehatan ibu yang
membawanya ke ambang kematian. Dalam kasus ini, perempuan dapat melakukan
aborsi untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Jika seorang perempuan menderita penyakit seperti penyakit jantung, AIDS atau penyakit
menular seksual, dia dapat melakukan aborsi.
Alasan Pribadi
Sebuah kehamilan yang terjadi akibat perkosaan dapat digugurkan karena si
perempuan ingin menghilangkan trauma. Anak yang dikandungnya dapat menjadi
pengingat pengalaman mengerikan di masa lalu.
Kadang seorang perempuan merasa tidak yakin secara finansial untuk merawat
dirinya dan bayi yang dikandungnya. Belum lagi si suami tidak mau bertanggung
jawab dengan meninggalkan si istri atau menganggur. Karena alasan ekonomi sangat
mungkin si perempuan melakukan aborsi.
Banyak perempuan menikah memilih aborsi karena si suami tidak mau
membesarkan anak bersama sebagai orang tua. Si perempuan kemudian tidak
merasa aman secara finansial dan takut si suami akan meninggalkannya.
Adanya desakan dari orang tua dan kecaman sosial terhadap perempuan yang hamil
di luar nikah adalah alasan lain mengapa banyak perempuan memilih aborsi. Banyak
sekali orang tua yang memaksa anak perempuan yang belum menikah untuk
melakukan aborsi hanya untuk menyelamatkan muka di depan masyarakat dan
kerabat lainnya.
Banyak juga kasus perempuan yang melakukan aborsi akibat kontrasepsi yang gagal.
Bagi sebagian wanita menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak
dikehendaki, dan sebagian wanita merasa bahagia menjalani kehamilan. Terlepas
dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan.
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil – baik yang telah menikah maupun yang
belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama
adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka
yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang
yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan.
Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat
merasakan gerakan dan geliat anak dalam kandungannya.
Risiko kesehatan
Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan.
Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormon estrogen pada wanita).
Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
Kanker hati (Liver Cancer).
Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Risiko psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat
hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom
Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported
After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
Pandangan Medis
Dalam buku "Facts of Life" yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd, bahwa risiko
kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan
aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah kematian mendadak karena pendarahan hebat,
kematian mendadak karena pembiusan yang gagal, kematian secara lambat akibat infeksi
serius di sekitar kandungan, rahim yang sobek (uterine perforation), kerusakan leher rahim
(cervical lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya, kanker payudara
(karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita), kanker indung telur (ovarian
cancer), kanker leher rahim (cervical cancer), kanker hati (liver cancer), kelainan pada
placenta (placenta previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan
pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya, menjadi mandul/ tidak mampu memiliki
keturunan lagi (ectopic pregnancy), infeksi rongga panggul (pelvic inflammatory disease)
dan infeksi pada lapisan rahim (endometriosis). Proses aborsi bukan saja suatu proses yang
memiliki risiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi
juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala
ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai "Post-Abortion Syndrome" (Sindrom Paska-Aborsi)
atau PAS.
Pandangan Moral
Pandangan Hukum
Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua golongan
yakni :
1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan
oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya:
menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.
2. Abortus buatan illegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/ menyembuhkan
si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang.
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Media Group,
Hatta, M, (2014). Hukum Kesehatan dan Sengketa Medik. Liberty
P.A.F, Lamintang, (2010), Kitab Pelajaran Hukum Pidana: leeboek Van Het Nederkanches
straftrecht, Bandung: Pionir Jaya.
Riskiyani,R.2012.Etika Dan Hukum Aborsi,
riskariskiyani http://iqonkriskiyani.blogspot.co.id/, diakses pada 17 November 2015.
Sulastri, SN. 2011. Abortus ditinjau dari Segi Etika, Agama dan Hukum,
http://www.nengbidan.com/2011/11/abortus-ditinjau-dari-segi-etika-agama.html,
diakses pada 17 November 2015.
2015. Kasus Aborsi dan Penyelesaian, https://khanzima.wordpress. com/tag/contoh-kasus/,
diakses pada 9 januari 2015
Rochi, R. 2010. Etika Keperawatan Aborsi, http://ryanrochi.blogspot. co.id/2010/08/etika-
keperawatan-aborsi.html, diakses pada 17 November 2015.
Sulastri, SN. 2011. Abortus ditinjau dari Segi Etika, Agama dan Hukum,
http://www.nengbidan.com/2011/11/abortus-ditinjau-dari-segi-etika-agama.html,
diakses pada 17 November 2015.