Anda di halaman 1dari 17

SISTEM POLITIK INDONESIA

A. URAIAN MATERI

1. Sistem politik Indonesia

Sama halnya dengan sistem kehidupan lain, sistem politik di Indonesia

mempunyai ciri tersendiri sebagai bentuk dari pelaksanaan pemerintahan

pluralisme yang berbeda beda agama, suku, budaya, dan bahasa. Adanya

hubungan, peraturan, kebulatan dan tujuan yang sama di Indonesia, menjadikan

adanya saling ketergantungan dalam kesuksesan sistem politik. Berikut beberapa

definisi untuk menjelaskan tentang sistem politik di Indonesia, yakni:

a. Sistem politik Indonesia merupakan sebuah kesatuan dari hubungan-hubungan

yang dibentuk melalui totalitas dalam menjalankan kehidupan sosilanya dalam

menjalankan nilai-nilai yang telah dimiliki masyarakat Indonesia. Dengan kata

lain, dengan jelas disebutkan bahwa keberagaman yang selama ini dimiliki oleh

Indonesia menjadikan sistem politik memiliki nilai-nilai falsafah negara yang

membentuk sebuah ideologi politik yang sesuai diberlakukan di Indonesia.

b. Sistem politik Indonesia merupkan keseluruhan dari kegiatan dalam

menjalankan roda pemerintahan dalam ketatanegaran di negara Indonesia

yang berhubungan dengan masyarakat luas, juga dalam menentukan arah

tujuan dan cita cita negara Indonesia.

c. Di Indonesia sistem politik yang digunakan merupakan cerminan dari

pengalaman dalam melaksanakan sistem politik Indonesia yang pernah berlaku

di Indonesia pada dimasa lalu dengan perbaikan-perbaikan dari kekurangan

yang pernah ada, agar nuansa perpolitikan yang berlaku di Indonesia saat ini

bisa lebih baik dari sebelumnya.


d. Sistem politik Indonesia memiliki fungsi sebagai mekanisme yang sesuai

dengan dasar negara dan konstitusi diIndonesia yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

e. Sistem politik yang digunakan di Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan

berbagai kumpulan aktifitas ketatanegaraan di negara Indonesia yang

berhubungan dengan hajat banyak orang sebagai sarana dan proses untuk

mewujudkan cita-cita bangsa dengan memprioritaskan kepentingan umum.

Menurut David Easton “sistem politik adalah kehidupan politik yang

merupakan sistem interaksi yang ditentukan oleh fakta yang berhubungan dengan

penyebaran nilai-nilai secara otoritatif dalam masyarakat”


Resume:

Rusadi mengatakan bahwa : “Sifat negara Indonesia mengandung unsur

falsafah, gagasan, cita-cita, nilai-nilai, doktrin, atau wawasan yang melekat pada

Indonesia. Oleh karena itu, sistem politik Indonesia merupakan sistem khas atau

politik yang bersifat keindonesiaan yang diwarnai oleh nilai-nilai luhur Pancasila,

UUD 1945, nilai-nilai proklamasi, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Sistem politik di Indonesia dapat diinterpretasikan, baik

sebagai seluruh proses sejarah dari saat berdirinya negara Indonesia sampai

dewasa ini maupun hanya dalam periode tertentu dari proses perjalanan sejarah.

Dalam kenyataan sejarahnya, dapat dijumpai perbedaan esensial sistem politik di

Indo nesia dari periode yang satu ke periode yang lain, misalnya sistem politik

demokrasi liberal, sistempolitik demokrasi terpimpin, dan sistem politik demokrasi

Pancasila,sedangkan falsafah negara tetap tidak berubah. Apa penyebab adanya

perbedaan, bahkan gejala bertolak belakang antara cita-cita dan


2 implementasinya?”

Untuk menjawab pertanyaan diatas, ada hal hal yang harus diteliti mengenai:
a. Para politisi menganggap bahwa falsafah yang selama ini digunakan tidak

berpengaruh besar dalam sistem politik,

b. Sistem politik yang selama ini berlaku di Indonesia masih banyak memiliki

kekurangan dalam standar dan model yang digunakan.

2. Ciri, unsur-unsur dan sifat sistem

a. Ciri sebuah sistem

Menurut Elias M Awad (1979:5-8), “ ciri sebuah sistem bersifat:

1) terbuka;

2) terdiri atas dua atau lebih subsistem;

3) saling bergantung;

4) kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya;

5) kemampuan untuk mengatur diri sendiri

6) tujuan dan sasaran”.

Menurut Voich Jr. dan William A. Schrode ciri sebuah sistem bersifat :

1) perilaku yang bertujuan;

2) menyeluruh;

3) terbuka;

4) melakukan kegiatan transformasi;

5) saling terkait mekanisme kontrol”.

b. Ciri pokok dari sebuah sistem

Menurut Elias M Awad (1979:5-8), “ciri pokok dari sebuah sistem meliputi:

1) mempunyai tujuan;

2) mempunyai batas (boundaries);

3) memiliki sifat terbuka dalam arti berinteraksi dengan lingkungan; 3

4) terdiri atas berbagai unsur atau komponen (sub system) yang saling
bergantung dan berhubungan;

5) melakukan kegiatan atau proses trasformasi atau proses mengubah

masukan menjadi keluaran (processor or transformator);

6) memiliki mekanisme kontrol dengan memanfaatkan umpan balik”.

Dari pemaparan diatas, sebuah sistem memiliki daya dalam membuat

aturan untuk sistem itu sendiri dalam menyesuaikan diri dengan keadaan

tempat dimana sistem tersebut digunakan, sehingga dapat dikatakan bahwa

lingkungan dimana tempat sistem itu berada harus terbuka dalam menerima

dan input dari luar lingkungannya. Hal ini merupkan sekumpulan unsurunsur yang saling berkaitan
antara interdependensi yang satu dengan yang

ainnya, serta mampu beradaptasi dengan kapasitas yang dimilikinya agar bisa
Resume:

melakukan perubahan dengan kontrol dan kerjasama antar unsur agar tujuan

dari sistem tersebut dapat terlaksana dengan baik.

C. Tujuan dan unsur dari sistem

Untuk mencapai tujuan bersama, sebuah sistem harus mampu

berbagai unsur-unsur yang terdapat dalam sekumpulan sistem

agar hubungan hubungan yang ada akan membuat suatu kebulatan dalam

berjalannya sistem.

d. Sifat dasar dari sebuah sistem

1) Prilaku yang memiliki tujuan bersama

Objek dari berjalannya sebuah sistem terdpat pada prilaku-prilaku

masyarakat yang mempunyai tujuan sama. Sistem diciptakan melalui nilainilai yang berlaku di
masyarakat serta menggabungkannya dengan

kemampuan lain dari masyarakat dengan memprioritaskan tujuan yang lebih


4
penting demi tercapainya tujuan bersama.

2) Pengertian “wholiism”
Teori dalam Konsep wholiism mengatakan bahwa: “faktor-faktor yang

mendeterminasi keseluruhan yang tidak dapat diuraikan adalah ide bahwa

keseluruhan melebihi jumlah dari bagian-bagiannya. Ide tersebut juga

merupakan landasan sinergi, atau tindakan yang terkombinasi”. Sasaran

dari teori ini adalah memaksimalkan pencapaian sasaran yang menjadi

tujuan dari masyarakat

3) Keterbukaan

Dalam berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya, sistem harus

menampakan kinerjanya secara nyata dan terbuka. Lingkungan yang

terbuka dalam menerapkan sistem yang berlaku akan menjadikan nilai-nilai

yang berkembang dimasyarakat yang memiliki kearifan lokal mampu

menerima perubahan dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini menunjukan

bahwa kebutuhan pendekatan yang situasional dan multidimensi terhadap

pemecahan suatu permasalahan yang timbul di masyarakat dalam

pengambilan keputusan dapat diselesaikan bersama-sama.

4) Transformasi persoalan

Nilai menciptakan sebuah sistem melaui pemanfaatan jalan dengan

melakukan tranformasi perubahan dalam pengelolaan kekuatan menjadikan

output dalam mewujudkan cita-cita yang menjadi tujuan bersama.

5) Keterkaitan antar persoalan

Hubungan antara keterkaitan persoalan yang berhubungan dengan

sistem dalam kelembagaan merupakan bagian dari sistem yang tidak

terpisahkan. Hal ini menjadikan sistem dalam sebuah organisasi memiliki

saling kerkaitan antara sistem yang penting. 5

6) Mekanisme pengawasan
Dalam prakteknya, sebuah sistem harus mampu berkembang sesuai

dengan kebutuhan, oleh karena itu, sebuah sistem harus memiliki sifat yang

terbuka, hal ini untuk mempertahankan keseimbangan dalam memprediksi

kemungkinan-kemungkinan perubahan yang terjadi di masyarakat.

3. Ruang Lingkup dalam Ilmu Politik

Definisi ilmu politik sangat bervariasi seiiring dengan berkembangnya

berbagai pengertian politik karena perbedaan lingkungan dimana ilmu politik

tersebut digunakan. Keberadaan ilmu politik di masyarakat diakui keberadaannya

oleh masyarakat semenjak manusia hidup dalam lingkungan sosial. Berikut

pengertian ilmu politik yang disampaikan oleh beberapa ahli:

a. Menurut Surbakti (1999:78) “Ilmu politik merupakan sebuah ilmu pengetahuan


Resume:

yang mengkaji secara mendalam urusan negara dan kenegaraan, yang

berhubungan dengan penguasa, pemerintah, lembaga negara, dan

masyarakat”.

b. Miriam Budiarjo berpendapat bahwa : “ilmu politik merupakan ilmu yang

berhubungan dengan negara, oleh karena itu perlu mengetahui lebih mendalam

mengenai konsep negara. Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang

mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya”.

c. Roger F. Soltau berpendapat dalam bukunya yang berjudul “Introduction to

Politics” mengatakan : “ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan

negara, dan lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu; serta hubungan

antara negara dan warga negaranya serta dengan negara lain”.

d. Menurut J. Bartens menyatakan: “ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari

kehidupan negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan


6 tugas-tugasnya”.

e. Kekuasaan politik diartikan sebagai: “kemampuan seseorang atau suatu


kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai

dengan keinginan dari pelaku”.Universitas muhammadyah tangerang

Sistem Politik Indonesia

f. Menurut pendapat Harold D. Lasswell dan A. Kaplan yang ditulis dalam

bukunya “Power and Society” menyatakan, “ilmu politik mempelajari

pembentukan dan pembagian kekuasaan”.

g. Menurut Deliar Noer menyatakan: “ilmu politik memusatkan perhatian pada

masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat”.

h. Dalam bukunya, Joyce Mitchel yang berjudul: “Political Analysis and Public

Policy” mengatakan bahwa: “ilmu politik adalah ilmu mengenai pengambilan

keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum untuk masyarakat

seluruhnya”.

i. Menurut Harold D Laswell dalam buku yang berjudul “Who Gets what, when,

How”. Menyatakan : “Ilmu politik juga berkaitan dengan pembuatan keputusan.

Keputusan (decision) adalah membuat pilihan di antara beberapa alternatif.

Aspek keputusan banyak menyangkut soal pembagian”

j. Menurut Karl W. Deutsch menyatakan “ilmu politik adalah ilmu yang

mempelajari cara-cara pengambilan keputusan melalui sarana umum”

k. Menurut Hoogerwerf, “kebijakan umum adalah membangun masyarakat secara

terarah melalui pemakaian kekuasaan”.

l. Menurut David Eston, “ilmu politik adalah studi mengenai terbentuknya

kebijaksanaan umum”.

m. Di dalam masyarakat, ilmu politik berkaitan dengan pembagian kekuasaan dari

negara atau pemerintah”

Masalah kekuasaan menjadi fokus perhatian dalam ilmu politik karena: 7

a. Dengan cara bagaimana kekuasaan diperoleh


b. Dengan cara bagaimana kekuasaan dipertahankan

c. Untuk apa kekuasaan tersebut digunakan

d. Cara apa yang digunakan untuk menghambat kekuasaan

Kajian dalam bidang ilmu politik terdiri dari:

a. Teori-teori yang digunakan dalam ilmu politik meliputi latar belakang

berkembangnya gagasan ilmu politik,

b. Lembaga politik, konstitusi, pemerintah, pemerintahan di daerah, peran dari

ekonomi dan sosial di pemerintahan, serta fungsi dari lembaga politik,

c. Keberadaan partai politik sebagai lembaga di masyarakat untuk memberikan

aspirasi dan pendapatnya di muka umum dengan melibatkan partisipasi

masyarakat dalam kegiatan politikUniversitas muhammadyah tengerang


Resume:

Sistem Politik Indonesia

d. Hubungan dalam dunia internasional yang meliputi pengaturan politik lintas

keorganisasian yang melibatkan dua negara atau lebih, administrasi

internasional dan mengatur tentang hukum internasional.

4. Latar Belakang lahirnya sistem politik di Indonesia

Di Indonesia, sistem politik yang pernah berlaku antara lain:

a. Jaman Orde Lama (sistem parlementer)

Di era kepeminpinan Presiden Sukarno pada tahun 1950 sampai dengan tahun

1959, di Indonesia menggunakan UUDS 1950. Masa berlakunya mulai tanggal

17 Agustus 1950 sampai dengan 6 Juli 1959. Sistem politik yang berlaku pada

masa itu, sebagian rakyat di Indonesia melakukan demo besar-besaran untuk

menuntut pembubaran Republik Indonesia Serikat, dan menginginkan bentuk

negara Indonesia kembali menjadi bentuk negara kesatuan. Pada tanggal 17


8 Agustus 1950, barulah pembubaran Indonesia Serikat dilaksanakan, namun

konstitusi yang berlaku ketika itu, masih menggunakan UUDS 1950 dengan
menggunakan sistem parlementer dalam menjalankan peerintahan di

Indonesia. Masa berlaku konstitusi ini berkahir sampai dengan dieluarkannya

dekrit presiden pada tanggal 5 Juli 1959, dan perubahan penggunaan konstitusi

dirubah menggunakan undang-undang dasar sementara. Digunakannya UUDS

(Undang-Undang Dasar Sementara) ini sampai dengan disahkannya susunan

pemerintahan yang baru. Namun pada saat itu konstitusi masih menggunakan

konstitusi lama, sehingga pada masa ini terjadi penyimpangan dalam

ketatanegaraan Republik Indonesia, yakni:

1) Komite nasional sebagai lembaga yang ditugaskan membantu presiden,

diberikan amanat membuat aturan berkenaan dengan kebijakan GBHN,

yang sesungguhnya tidak berkaitan dengan tugasnya. Kewenangan

perumusan GBHN ada pada MPR sebagai lembaga tertinggi ketika itu.

2) Perubahan struktur kabinet presidensil yang didasarkan pada ketentuan

undang-undang RIS menjadi kabinet parlementer. Ketika itu kedudukan

parlemen tidak mempunyai pengaruh dalam jalannya pemerintahan.

Ciri-ciri demokrasi liberal yang dianut dalam sistem pemerintahan

parlementer pada masa ini:

1) Kebijakan yang diambil oleh presiden dan wakilnya mutlak

2) Para mentri ikut bertanggung jawab dengan keputusan yang diambil oleh

pemerintah

3) Pada masa itu, presiden dapat mengeluarkan dekrit untuk membubarkan

DPR,

4) Presiden berwenang mengangkat menteri

Pada masa ini, presiden Sukarno dianggap gagal dalam 9

kepemimpinannya, sehingga pada tanggal 5 Juli 1959, keluarlah dekrit presiden


yang menginstruksikan membubarkan konstituante, serta mengembalikan

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara untuk menjunjung kembali

nilai-nilai demokrasi. Dengan kembalinya UUD 1945 sebagai dasar negara,

maka sistem demokrasi terpimpin mendapatkan apresiasi yang baik untuk

menata kembali kehidupan bernegara yang demokratis.

Kabinet lama diganti menjadi kabinet baru dengan nama kabinet kerja,

dan yang pertama ditunjuk sebagai menteri adalah Ir. H. Juanda. Pada masa

ini kekuasaan presiden bersifat mutlak, sehingga dengan kekuasaannya,

presiden berhak membubarkan partai politik yang dianggap bertentangan

dengan program kerja pemerintah. Kebebasan mengeluarkan pendapat pada

masa demookrasi terpimpin seolah-olah dikebiri, sampai pada akhirnya


Resume:

presiden menyatakan dirinya sebagai presiden seumur hidup. Akibat dari

adanya pernyataan presiden ini memicu pemberontakan partai komunis yang

terjadi di akhir tahun 1965 hal ini terjadi karena perkembangan ideologi

nasakom.

b. Jaman Orde Baru

Pengangkatan Presiden Soeharto pada masa orde baru melalui

supersemar menjadikan tekad melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila dengan

baik. Demokrasi Pancasila dan sistem presidensial ditetapkan sebagai sistem

politik yang berlaku di Indonesia. Kekuasaan presiden yang mencakup segala

bidang mengakibatkan pusat kekuasaan pemerintahan berpusat di sentralistik.

Pengaruh kepemimpinan seorang presiden mengakibatkan demokrasi yang

sesungguhnya tidak terlaksana. Tidak adanya pengaturan masa jabatan di

pemerintahan mengakibatkan proses politik yang tidak sesuai dengan aturan


10 yang berlaku. Masa jabatan pejabat di pemerintah seolah-olah didoktrin seumur

hidup, selama masih menjadi rekan kerja yang baik oleh presiden. Jumlah
partai yang ada dibatasi, dan suara partai yang berbeda dengan presiden

dianggap sebagai oposisi yang membahayakan pemerintah. Kedudukan

anggota DPR hanya sebagai pendukung presiden, dan tidak lagi mempunyai

fungsi sebagai pembuat kebijakan. Masa pemerintahan orde baru berakhir

pada tanggal 21 Mei 1998 dengan mundurnya Suharto sebagai presiden

Republik Indonesia dan digantikan oleh wakilnya yakni B.J. Habibie menjadi

presiden Republik Indonesia.

5. Hubungan lembaga-lembaga politik pada zaman orde baru

Cara mempertahankan kekuasaan pada jaman orde baru dilakukan oleh

rezim Suharto. Pada masa ini, semua lembaga di pemerintahan dan lembaga

politik yang ada di Indonesia berada dibawah pengawasan ketat presiden.

Sehingga lembaga-lembaga ini tidak leluasa dalam menjalankan fungsi dan

wewenangnya. Gambaran pengendalian presiden dalam kelembagaan tersebut

dipaparkan sebagai berikut:

a. Presiden dominan dalam lembaga-lembaga pemerintah

Menurut Afan Gafar 1999:63: “Lembaga kepresidenan yang sebenarnya

sebuah institusi yang kompleks, bukan hanya terdiri atas presiden, melainkan

juga wakil presiden dan sejumlah aparat pemerintah, sebagai pelaksana

kekuasaan eksekutif seperti para menteri anggota kabinet”. Sebagai seorang

presiden yang memiliki legitimasi semenjak masa orde baru, keberhasilannya

dalam membangun perekonomian bangsa Indonesia menjadikan nilai tersendiri

dimata dunia, sehingga layak Presiden Suharto dijiluki bapak pembangunan,

namun di masa-masa terkahir kepemimpinannya, terjadi krisis ekonomi yang

berimbas lengsernya kedudukan Presiden Suharto dari jabatannya. 11

Menurut Ramlan Surbakti, “ada lima faktor yang menyebabkan Suharto


menjadi penguasa yang penuh dengan kekuatan di segala bidang, yaitu:

1) Konstitusi

UUD 1945, menempatkan ekskutif begitu kuat. Sejumlah pasal dari 13

pasal dalam

UUD 1945 berkaitan dengan kekuasaan yang membuat presiden

menjadi powerful dan memegang kunci kekuasaan, baik kekuasaan

eksekutif, legislatif, judisial, kebijakan luar negeri maupun keamanan.

Adapun prinsip check and balance sangat terbatas dalam konstitusi di

Indonesia.

2) Budaya
Resume:

Dalam budaya atau tradisi Jawa, presiden dipandang sebagai

layaknya raja. Dalam berbagai kesempatan perilaku presiden lebih

menggambarkan praktik budaya monarki daripada kepala negara modern.

Misalnya, presiden cenderung memberi petunjuk pada organisasi sosial

politik dan bukan dalam rangka artikulasi kepentingan dan kebijakan.

Presiden sama dengan sabda pendito Ratu. Presiden memberikan

kesempatan organisasi semacam ini memilih pimpinan yang ia inginkan

sendiri.

3) Otoritas pribadi

Seperti Soekarno, Soeharto menduduki jabatan presiden dalam masa

bakti yang cukup lama karena keunikan kualifikasi dan sifat-sifat pribadinya.

Jika Soekarno menjadi penguasa kuat karena ia adalah -fouding fatherproklamator kemerdekaan,
bangsa Indonesia, Soeharto menjadi

12 sangat kuat karena posisinya sebagai pendiri Orde Baru, pemberantas

kekejaman PKI, penyelamat bangsa, dan Bapak Pembangunan. Soeharto


jauh lebih powerful dan memiliki otoritas lebih banyak dalam tubuh ABRI

karena ia adalah seorang jenderal yang pernah memimpin pasukan.

4) Sistem politik Orde Baru yang bercorak Birokratik

Otoritarian menjadikan presiden bisa memegang kekuasaan penuh

dalam bidang ekonomi ataupun politik. Misalnya, presiden mengangkat sisa

MPR yang tidak diisi DPR, bersidang setiap lima tahun sekali untuk memilih

presiden dan menentukan GBHN, dan 100 kursi DPR disisikan bagi perwira

tentara. Presiden juga mengangkat sejumlah pimpinan departemen, badan

dan lembaga seperti BPKP, DPA, dan Mahkamah Agung. Pengaruh

presiden pun menyebar ke seluruh aspek kehidupan politik. Sistem pemilu,

politik partai, sistem representasi kelompok kepentingan dan pemerintah

daerah memberi peluang presiden dan pejabat senior untuk melakukan

intervensi pada semua sektor. Misalnya, praktik penelitian khusus (litsus)

yang dilakukan oleh birokrasi sipil dan militer terhadap pejabat pusat dan

daerah serta calon pemimpin partai menunjukkan adanya campur tangan

langsung presiden terhadap berbagai institusi dan partai politik. Ditambah

lagi institusi Bakorstanasda yang bisa mengendalikan jenis berita dan orangorang yang boleh berbicara
kepada publik.

5) Kinerja pemerintah Orde Baru dalam pembangunan ekonomi memberikan

kesempatan rakyat meningkatkan kesejahteraan. Pemerintah Orde Baru

berhasil menaikkan produksi beras, meningkatkan angka melek huruf,

pelayanan kesehatan, pendidikan, transportasi dan komunikasi serta

membuka kesempatan kerja di lapangan industri. Predikat sebagai Bapak

Pembangunan menunjukkan bahwa presiden memiliki peran yang besar

dalam mencapai prestasi pembangunan tersebut”. 13


b. Tidak independennya lembaga kehakiman
Surbakti berpendapat : “selama Orde Baru, lembaga peradilan di

Indonesia lebih berkaitan dengan persoalan pertumbuhan ekonomi, dilihat dari

hal-hal berikut:

1) Masalah yang sampai ke Mahkamah Agung banyak yang berkaitan dengan

sengketa tanah dan penggunaan tanah untuk tujuan pembangunan.

2) Naiknya pajak memungkinkan untuk menaikkan gaji pejabat peradilan (gaji

hakim pernah dinaikkan seratus persen).

3) Pemerintahan mendirikan delapan PTUN lengkap dengan infrastruktur

bangunan, hakim dan staf serta berbagai fasilitas di seluruh Indonesia”.

Menurut Ramlan Surbakti, (1989:56): “Semua hakim agung, termasuk

para deputi diangkat oleh presiden dari daftar calon yang diusulkan oleh DPR.
Resume:

Namun, Mahkamah Agung tidak memiliki otoritas yang cukup untuk

menentukan apakah kebijakan pemerintah dan tindakannya sesuai dengan

konstitusi atau tidak. Sementara itu, semua hakim di daerah ataupun di

pengadilan tinggi adalah pegawai negeri, yang diangkat, dipromosikan, digaji,

dan diawasi oleh Departemen Kehakiman. Anggaran mereka ditentukan oleh

Sekretariat Negara. Dengan demikian, peradilan di Indonesia, termasuk

Mahkamah Agung disusun sebagai bagian dari pemerintah daripada sebagai

lembaga peradilan. Di kalangan pemerintah berkembang pemahaman bahwa

hukum harus dipakai dalam rangka pembangunan sehingga tidak lagi

memikirkan pentingnya sistem peradilan yang independen yang sebenarnya

dibutuhkan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi”.

6. Hubungan antara negara dengan masyarakat


14 Masa pemerintahan orde baru, kedudukan negara dikenal sangat kuat.

Perubahan-perubahan harus dilakukan oleh negara tanpa melibatkan partisipasi


dari masyarakat. Negara melakukan mobilisasi terhadap masyarakat, namun

mobilisasi ini bukan melibatkan pelaksanaan kebijakan dan perubahan, namun

hanya melibatkan pembiayaan proyek pemerintah yang dirasa kekurangan

anggaran dalam pelaksanaannya. Menurut Schmitter, (1974: 93-94): “Partisipasi

bukan bermakna turut serta merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi

kebijakan pembangunan. Partisipasi berubah makna menjadi turut serta

memberikan sumbangan dari proyek pemerintah yang dibiayanya kurang. Negara

menjadi sangat kuat di mata masyarakat karena negara mengorganisasikan

masyarakat yang memiliki beragam kepentingan secara korporatis. Dengan

diorganisasikan secara korporatis, masyarakat yang plural dapat menyalurkan

kepentingan yang berbeda-beda melalui mekanisme yang tidak perlu

menimbulkan konflik antar kelompok atau antar kelas. Perbedaan kepentingan

kelompok dan kelas dapat diselesaikan melalui wakil-wakil mereka. dalam

Negara dengan mudah

untuk memenuhi berbagai kepentingannya yang otonom, kepentingan eksklusif

negara yang tidak mencerminkan aspirasi dan tuntutan masyarakat. Sebagai

implikasinya, masyarakat mengalami depolitasasi. Masyarakat yang tersingkir,

tereksploitasi, tidak kuasa melawan tekanan-tekanan negara. Masyarakat yang

miskin, seperti kaum buruh, petani, nelayan, pegawai rendahan, dan yang

tersisihkan lainnya tidak cukup memiliki kesadaran politik yang memadai untuk

menghadapi intervensi negara. Negaranisasi terjadi hingga pedesaan yang

terpencil sekalipun”.

7. Praktik Negara dengan menggunakan cara hegemonik dan koersif

Kombinasi dari hegemonik dan koersif menjadikan kekuasaan negara

menjadi sangat kuat pada masa orde baru. Cara hegemoni adalah menghindari 15

kekerasan untuk menundukan orang lain, namun cara yang digunkan adalah
dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan.

8. Pengaruh militer dan partai politik terhadap hak asasi manusia

Peran militer pada masa orde baru sangat besar dalam pemerintahan. Istilah

ini dikenal dengan dwifungsi ABRI. Pada masa ini, ABRI sekarang dikenal dengan

TNI, masuk dalam perpolitikan masyarakat sipil dengan menduduki posisi penting

di lembaga-lembaga pemerintahan. Disisi lain jabatannya di TNI tidak dilepaskan.

Menurut Wiliam R. Lidle, (2001, 73-78): “Rezim Orde Baru dapat dikatakan

sebagai era kemenangan militer karena peranannya menjadi sangat besar. ABRI

(yang kemudian berubah menjadi TNI) mengintervensi politik sipil melalui doktrin

dwifungsi. Dengan doktrin ini, militer memperoleh legitimasi untuk masuk ke ranah

politik sipil, antara lain dengan menempatkan tenaga militer yang aktif ataupun
Resume:

pensiunan di MPR, DPR, DPRD, eksekutif, dan staf pemerintah pusat ataupun

daerah. Sejumlah lembaga negara penting, seperti Depdagri selalu dipegang

ABRI. Pada tahun 1996 seperempat jabatan setingkat kabinet, termasuk Menteri

Agama dan jumlah besar eselon II dipegang oleh perwira yang masih dinas atau

sudah pensiun. ABRI juga melakukan kontrol terhadap Golkar, mengawasi

penduduk melalui komando territorial”.

Hal senada juga disampaikan oleh Robert Hefner, (1995:5): “sejalan dengan

semakin tinggi tingkat kesadaran politik masyarakat, sehubungan dengan

meluasnya masyarakat yang terdidik, semakin menyebar kekuatan kritis di

masyarakat. Namun, semakin kritis masyarakat, ternyata militer cenderung

semakin represif. Semakin represif militer, semakin banyak pelanggaran HAM dan

semakin sering muncul yang disebut dengan the state violence sejak kasus

Tanjung Priok, Lampung, Haur Koneng, dan beberapa kasus lainnya. Kasus
16 pelanggaran HAM yang cukup menggemparkan dan membuat posisi militer

semakin tersudut adalah kasus penyiksaan tokoh buruh wanita, Marsinah, di Jawa
Timur pada tahun 1993. Para majikan Marsinah ditangkap, tetapi perwira di

komando militer setempat”.

9. Aliran kebijakan politik

Istilah kemenangan orang jawa pada masa orde baru diasumsikan bahwa,

orang-orang yang duduk di pemerintahan sebagian besar berasal dari pulau jawa.

Menurut Robert Hefner, (1995:7): “kemenangan Orde Baru sebagai kemenangan

orang Jawa karena banyak elite Orde Baru dibesarkan dalam lingkungan HinduJawa sehingga menjadikan
mereka lebih kuat dari yang lain. Sikap permusuhan

elite penguasa Islam telah mendorong pemerintah untuk melarang kembalinya

masyumi tahun 1966, termasuk memangkas partai Islam dan memfusikannya ke

dalam PPP pada tahun 1973. Elite Orde Baru lebih cenderung berkoalisi dengan

orang-orang Cina Katolik, sosial bekas anggota PSI dan sejumlah perwira militer

anti Islam dan Ali Murtopo pendiri CSIS sebagai otak di belakang semua kebijakan

Orde Baru. Pada SU-MPR 1973, ia menampar umat Islam dengan mengusulkan

aliran kepercayaan berstatus sebagai agama”.

C. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem politik Indonesia dalam menurut

David Easton?

2. Jelaskan pengertian ruang Lingkup Sistem Politik menurut Miriam Budiarjo?

3. Jelaskaan perkembangan sistem politik Indonesia pada masa Orde Baru?

4. Jelaskan huubungan lembaga-lembaga politik pada masa orde baru?

5. Jelaskan, mengapa lembaga kepresidenan pada masa orde baru lebih dominan?

17

Anda mungkin juga menyukai