Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM ISLAM
“KAIDAH – KAIDAH HUKUM ISLAM”

Dosen Pembimbing
ULIL ALBAB, S.H. M.H

Disusun Oleh

SALAHUDIN DIRJON 20-74201-007


DITA MITA RIYANI 20-74201-008
YOHANA DARMAINI 20-74201-009
A. MORGAN SYAILENDRA 20-74201-012
FADEL ILHAM 20-74201-020
ZULPIKAR 20-74201-125

Fakultas Hukum
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Kaidah- Kaidah
Hukum Islam.
Solawat serta salam yang selalu kita sampaikan ke pada Nabi Muhamad SAW,
yang telah membawa kita semua dari alam kegelapan ke pada alam yang penuh
dengan pengetahuan seperti yang telah kita rasakan pada saat ini.
Namun demikian tetap disadari bahwa isi makalah ini tidak terlepas dari
kekurangan bahkan mungkin kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah
ini.
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebagai bahan pembelajaran dimasa yang akan datang. Amin.

Tangerang, Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................. 6
1. Prinsip-Prinsip Hukum Islam...........................................................6
A. Meniadakan Kepicikan Dan Tidak Memberatkan (Adamul Haraj)...............6
B. Menyedikitkan Beban (Taklilu At-Takalif)..........................................7
C.  Ditetapkan Secara Bertahap (Tadriijiyan).........................................7
D. Memperhatikan Kemaslahatan Manusia.............................................8
E. Mewujudkan Keadilan Yang Merata..................................................8
2. Sumber dan Dalil Hukum Islam.........................................................9
a. Al-quran..................................................................................9
b. Hukum- Hukum Yang Dikandung Al-Quran dan Tujuan Diturunkan Al-Quran..9
c. Penjekasan Al- quran Terhadap Hukum- Hukum...................................9
BAB III
PENUTUP......................................................................................10
KESIMPULAN..................................................................................10
SARAN..........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Sebelum kita berbicara tentang  Kaidah – kaidah Hukum Islam yang menjadi
pusat kajian kita harus memahami terlebih dahulu makna Islam (sebagai agama)
yang menjadi induk hukum Islam itu sendiri. Kata Islam terdapat dalam Al-qur’an,
kata benda yang berasal dari kata kerja Salima, arti yang dikandung kata Islam
adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri) dan kepatuhan.

Sedangkan arti Islam adalah Agama yang telah diutuskan oleh Allah SWT
kepada nabi Muhammad SAW untuk membahagiakan dan menguntungkan manusia.
Orang yang secara bebas memilih Islam untuk patuh atas kehendak Allah SWT
disebut Muslim, arti seorang muslim adalah orang yang menggunakan akal dan
kebebasannya menerima dan mematuhi kehendak atau petunjuk Tuhan. Seorang
muslim yang sudah baligh maka disebut mukallaf, yaitu orang yang sudah dibebani
kewajiban dalam artian menjalankan perintah Allah dan meninggalkan
larangannya.

Ketentuan-ketentuan Allah SWT atas manusia terdapat dalam Syariah,


sedangkan arti dari syariah sendiri dari segi harfiah adalah jalan kesumber (mata)
air yaitu jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim. Sedangkan dari segi ilmu
hukum adalah norma dasar yang ditetapkan Allah, yang wajib diikuti oleh seorang
muslim.
Norma hukum dalam Islam terdiri dari dua kategori; Pertama, norma-norma
hukum yang ditetapkan oleh Allah dan atau Rasulnya secara langsung dan tegas.
Norma-norma hukum jenis ini bersifat konstant dan tetap. Artinya, untuk
melaksanakan ketentuan hukum tersebut tidak membutuhkan penalaran atau
tafsiran (ijtihad) dan tetap berlaku secara universal pada setiap zaman dan
tempat. Norma-norma hukum semacam ini jumlahnya tidak banyak, dan dalam
diskursus norma hukum (Islam), inilah yang disebut dengan syariat dalam arti yang
sesungguhnya.

4
Kedua, Norma-norma hukum yang ditetapkan Allah atau rasul-Nya berupa
pokok-pokok atau dasarnya saja. Dari norma-norma hukum yang pokok ini
kemudian lahir norma hukum lain melaui ijtihad para mujtahid dengan format yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Norma-norma yang terakhir
inilah yang kemudian dinamai dengan fikih atau hukum Islam. Tentu saja norma-
norma ini tidak bersifat tetap, tetapi bisa saja berubah (diubah) sesuai tuntutan
ruang dan waktu. Dalam menetapkan format hukum baru untuk menjawab
persoalan-persoalan yang berkembang, para mujtahid dan badan legislasi Islam
harus senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip hukum yang berlaku.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Prinsip-Prinsip Hukum Islam

A. Meniadakan Kepicikan Dan Tidak Memberatkan (Adamul Haraj)

Tabi’at manusia tidak menyukai beban yang membatasi kemerdekaannya


dan manusia senantiasa memperhatikan beban hukum dengan sangat hati-hati.
Manusia tidak bergerak mengikuti perintah terkecuali kalau perintah-perintah itu
dapat menawan hatinya, mempunyai daya dinamika, kecuali perintah yang
dikerjakan dengan keterpaksaan. Syari’at Islam dapat nenarik manusia dengan
amat cepat dan mereka dapat menrimanya dengan penuh ketetapan hati. Hal ini
adalah karena Islam menghadapkan pembicaraannya kepada akal, dan mendesak
manusia bergerak dan berusaha, serta memenuhi kehendak firtah yang sejahtra.
Hukum Islam menuju kepada toleransi, persamaan, kemerdekaan, menyuruh yang
ma’ruf mencegah yang munkar.

Tentang dasar-dasar hukum yang berpangkal kepada tujuan dan prinsif


kemaslahatan, demikian pula tentang perubahan-perubahannya berhubung dengan
perubahan waktu dan keadaan serta hubungan perubahan itu dengan ketentuan
nash hukum. Bagian terbesar daripada ketentua-ketentuan hukum yang mungkin
mendapat perubahan-perubahan itu, hanyalah aturan-aturan hukum yang
berhubungan dengan soal perincian saja. Disamping itu, ada bagian hukum yang
sifatnya umum yang juga mengenai muamalat yang tetap tidak berubah karena
soal waktu, tempat atapun keadaan.

Hukum Islam senantiasa memberikan kemudahan dan menjauhi kesulitan,


semua hukumnya dapat dilaksanakan oleh umat manusia. karena itu dalam hukum
Islam dikenal isatilah rukhsoh.

6
B. Menyedikitkan Beban (Taklilu At-Takalif)

            Nabi melarang para sahabat memperbanyak pertanyaan tentang hukum


yang belum ada yang nantinya akan memberatkan mereka sendiri, Nabi SAW justru
menganjurkan agar mereka memetik dari kaidah-kaidah umum. Kita ingat bahwa
ayat-ayat alqura’an tentang hukum hanya sedikit. Yang sedikit tersebut justru
memberikan lapangan yang luas bagi manusia untuk berijtihaj. Dengan demikian
hukum isalm tidaklah kaku, keras, dan berat bagi umat manusia.

Dugan-dugan atau sangkan-sangkaan tidak boleh dijadikan dasar penetapan hukum.


Allah berfirman dalam surat 5 ayat 101:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu)


hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu
menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan
kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun”.

C.  Ditetapkan Secara Bertahap (Tadriijiyan)

Tiap-tiap masyarakat tentu mempunyai adat kebiasaan atau tradisi atau


adat, baik tradisi tersebut meurupakan teradisi yang baik maupun terdisi yang
membahayakan mereka sediri. Tradisi tersebut ada yang berurat dan berakar
secara mendalam dalam darah daging mereka dan ada yang sifatnya hanya
dangkal.

Dengan mengingat faktor tradusi dan ketidak senangan manusia untuk


menghadapi perpindahan sekaligus dari suatu keadaan ke keadaan  lain yang asing
sama sekali bagi mereka, alqur’an diturunkan berangsur-angsur, surat demi surat
ayat demi ayat sesuai dengan peristiwa, kondisi, dan situasi yang terjadi. Dengan
cara demikian, hukum yang diturunkannya lebih disenangi oleh jiwa dan lebih
mendorong kearah mentaatinya, serta bersiap-siap meninggalakan ketentuan lama
dan menerima ketentuan baru.

7
D. Memperhatikan Kemaslahatan Manusia

            Hubungan sesama manusia merupakan manifestasi dari hubungan dengan


pencipta jika baik hubungan dengan manusia lain, maka baik pula hubungan
dengan penciptanya. Karna itu hukum islam menekankan kemanusiaan.

Dalam penetapan hukum senantiasa didasarkan pada tiga sendi pokok, yaitu:

1. Hukum-hukum ditetapakan sudah masyarakat membutuhakan hukum-hukum

itu.

2. Hukum-hukum ditetapakan oleh sesuatu kekuasaan yang berhak


menetapakan

hukum dan menundukan masyarakat ke bawah ketetapannya.

Hukum-hukum ditetapakan menurut kadar kebutuhan masyarakat.

Adapun tujuan syarat dalam menetapakan hukum diantaranya:

a. Memelihara kemasalahatan agama.


b.  Memelihara jiwa.
c.  memelihara akal.
d. Memelihara keturunan.
e. memelihara harta benda dan kehormatan.

E. Mewujudkan Keadilan Yang Merata.

Menurut syriat islam, semua orang sama. Tidak ada kelebihan seorang manusia dari
yang lain dihadapan hukum. Penguasa tidak terlindung oleh kekuasaannya ketika ia
berbuat kedoliman. Begitu pula orang kaya dan orang berpangkat. Dengan itu
kaidah-kaidah umum yang harus di perhatikan dalam menerapakan hukum adalah:

 Mewujudkan keadilan.
 Mendatangkan kesejahtraan dan kemakmuran masyarakat.
 Menetapkan hukum yang berpadanan dengan keadaan darurat.
 Pembalasan harus sesuai dengan dosa yang dilakukan.
 Tiap-tiap manusia memikul dosanya sendiri.

8
2. Sumber dan Dalil Hukum Islam

a. Alquran

Secara etimologis, Alquran adalah mashdar dari kata qa-ra-
a yang artinya bacaan. Sedangkan secara terminologis Alquran adalah
kalam Allah yang mukjiz, diturunkan kepada Nabi dan Rasul penghabisan dengan pe
rantaraan Malaikat terpercaya, Jibril, tertulis dalam mushaf yang dinukilkan
kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, yang dimulai dari
surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-nas.

b. Hukum- Hukum Yang Dikandung Al-Quran dan Tujuan Diturunkan Al-Quran

Para Ulama Ushul Fiqih mengidukasi hukum- hukum yang dikandung Al-quran
terdiri atas : I’tiqadiyah, Khuluqiyah dan Ahkam ‘Amaliyah. Tujuan diturunkannya
Al-quran sebagai mukjizat yang membuktikan kebenaran Rasulallah dan sebagai
petunjuk, sumber syariat dan hukum – hukum yang wajib diikuti dan dijadikan
pedoman.

c. Penjekasan Al- quran Terhadap Hukum- Hukum

Ijmali (Global), yaitu Penjelasan yang masih memerlukan penjelasan lebih


lanjut dalam pelaksanaannya. Contohnya : Masalah salat, zakat dan kaifiyah.

Tafshili (Rinci), yaitu keterangannya jelas dan sempurna seperti masalah


kaidah, hukum waris dan sebagainnya.

9
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pada dasarnya Kaidah- kaidah Hukum Islam berfungsi sebagai parameter


pembentukan fiqh dalam islam kontemporer, supaya mempunyai kekuatan hukum
dan tidak bertentangan dengan Nash ataupun kemaslahatan sehingga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

Secara praktis dapat dikatakan bahwa hukum Islam yang sebenarnya tidak
lain adalah fiqh, yaitu daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekarang ini. Dimana dalam hal penyesuaian
dengan perkembangan zaman hukum Islam mempunyai karakteristik yang khusus.
Kekhususan dari karakteristik hukum Islam tersebut adalah takamul (sempurna),
wasathiyah (harmonis), dan harakah (dinamis). Karena kefanatikan terhadap
mazhab-mazhab terdahulu mengakibatkan terjadinya taqlid karena taqlid ini salah
satu penyebab terhambatnya proses pembaruan hukum Islam agar sesuai dengan
situasi dan kondisi sekarang.

SARAN

Sebagai masyarakat yang beragama, disamping pemahaman adat yang


dimiliki, maka pemahaman terhadap agama itulah yang dijadikan rujukan sebagai
referensi dalam menata hidup menuju keseimbangan hidup dunia akhirat, sehingga
penerapan hukum Islam tidak dijadikan sebagai simbolitas saja, walaupun dengan
perlahan-lahan diupayakan untuk diamalkan secara sempurna dan sekaligus untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seutuhnya. Perlu adanya kesadaran
bersama seluruh lapisan masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat, tokoh
masyarakat, serta pemerintah setempat agar mampu membedakan kondisi zaman
dahulu dengan sekarang yang sudah diwarnai dengan adanya baik formal maupun
non formal agar hukum Islam bisa dijadikan sebagai sumber dan dasar pijakan dari
setiap masalah demi keselamatan umat islam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rahman, Asjmuni, Kaidah-kaidah Fiqh, Bulan Bintang Jakarta.

Warson, Ahmad, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka Progressif, 1997.

Hanafi Ahmad,M.A.,pengantar sejarah hukum islam,cet.VI,(Jakarta :Bulan


Bintang).
Hanafi Ahmad , Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1967.
Al Asqalani, Ibnu Hajar, Fath al Bary Syarh Shahih al Bukhari, Dar al Fikr, Beirut.
Ali Ahmad al -Nadawi, al-Qawaid al Fiqhiyyah, Dar al Qalam, Damascus. Ash-
Shiddiqy, Hasbi, Filsafat Hukum Islam, Pustaka Rizki Putra.

11

Anda mungkin juga menyukai