Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ABORSI

Disusun Oleh :

Nama : Muh. Fadel

Nim : 21010017

Mata Kuliah : Etika Dan Hukum Keperawatan

Dosen Pengampuh : Dwi Debi Tampa’i, S Kep ,Ns.M.M

STIKES HUSADA MANDIRI POSO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasi lagi maha penyayang, kami ucapkan puji

dan puji syukur atas kehadiratnya-nya, yang telah melimpahkan rahmatnya, hidayah, dan inayah-

nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makala tentang Aborsi

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dengan mendapatkan dari berbagai pihak

sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dari segi susunan

kalimat maupun bahasa. Oleh karena itu dengan terbuka saya menerima segala saran dan kritik

dari ibu agar saya dapat memperbaiki makalah ilmia ini.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................................

BAB II ABORSI ......................................................................................................

2.1         Definisi Aborsi ................................................................................................
2.2         Aborsi dalam medis .......................................................................
2.3         Aborsi dan UU Kesahatan .........................................................................................
2.4         Aborsi yang tidak aman ..............................................................................
2.5         Aborsi aman ...................................................................................
2.6         Jenis-jenis Aborsi........................................................................................
2.7        Faktor-faktor Penyebab Aborsi .............................................................................................
2.8     Akibat Aborsi..........................................................................................
2.9        Hukum Aborsi dalam UUD ..................................................................................................
2.10     Aborsi dalam Pandangan Islam.............................................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................

3.1         Kesimpulan ......................................................................................................
3.2         Saran ................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki. Terlepas dari
alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak
diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau
hamil di luar nikah.
Hasil riset Allan Guttmacher Institute ( 1989 ) melaporkan bahwa setiap tahun sekitar 55
juta bayi digugurkan. Angka ini memberikan bukti bahwa setiap hari 150.658 bayi dibunuh, atau
setiap menit 105 nyawa bayi direnggut sewaktu masih dalam kandungan.
Janin : ( Manusia dalam Rahim ) Pengguguran kandungan alias aborsi ( abortus, bahasa
Latin ) secara umum dapat dipilah dalam dua kategori, yakni aborsi alami ( abortus natural ) dan
aborsi buatan ( abortus provocatus ), yang termasuk didalamnya abortus provocatus criminalis,
yang merupakan tindak kejahatan dan dilarang di Indonesia ( diatur dalam pasal 15 ayat 2
Undang - undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 ).A.Aborsi tidak hanya dilakukan
oleh para wanita berstatus istri yang bermaksud menghentikan kelangsungan kandungannya,
tetapi juga banyak penyandang hamil pra-nikah melakukannya.
Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan terhadap hakikat kapan
kehidupan anak manusia dimulai.
Aborsi merupakan masalah yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius, etika, moral dan
ilmiah serta secara spesifik sebagai masalah biologi. 
BAB II
ABORSI

2.1         Definisi Aborsi

Secara sederhana kata aborsi adalah mati (gugurnya) hasil konsepsi. P engertian aborsi
adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (sebelum
usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dalam keadaan
darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu.
Abortus atau aborsi adalah pengakhiran kehamilan atau konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan.  Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup
dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Aborsi dalam bahasa Arab disebut “ijhadh”, yang memiliki beberapa sinonim yakni; isqath
(menjatuhkan), ilqa’ (membuang), tharah (melempar) dan imlash (menyingkirkan)) .Aborsi
secara terminology adalah keluarnya hasil konsepsi (janin, mudgah) sebelum bisa hidup sendiri
(viable).

2.2       Aborsi dalam Medis

Dalam pandangan medis, aborsi (abortus atau abortion) yang dibolehkan adalah abortus
berdasarkan indikasi medis (abortus artificialis therapicus). Selebihnya, aborsi yang dilakukan
tanpa indikasi medis dikategorikan sebagai abortus kriminal (abortus provocatus criminalis).
Adapun indikasi medis yang dimaksudkan adalah berdasarkan kesehatan ibu yang dibatasi
pengertiannya pada jiwa ibu.Bila keselamatan jiwa ibu terancam dengan adanya kehamilan itu,
aborsi dapat dilakukan.Pengertian ini kemudian diadopsi dalam KUHP dan menjadi dasar
penghukuman bagi siapa saja yang melakukan aborsi dan diancam hukuman penjara.
Ancaman ini tidak saja tertuju pada si wanita yang bersangkutan, tetapi semua orang yang
terlibat termasuk para bidan/dokter, juru obat, maupun orang yang menganjurkan aborsi.Dari sini
jelas bahwa persepsi hukum dan medis adalah menghargai kehidupan sejak masa konsepsi
sehingga aborsi yang dilakukan sejak dini sekalipun dianggap identik dengan pembunuhan
Praktek fetuscid ini di luar negeri juga dilarang keras.
Praktik aborsi yang terjadi sering kali dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki
kompetensi sehingga menimbulkan bahaya bagi ibu yang mengandungnya dan bagi masyarakat
umumnya.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
         Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-
sebab alami.
         Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk
di dalamnya adalah:
         Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam
kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan.
         Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
         Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous
abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.

2.3         Aborsi dan UU Kesehatan

Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang
dilakukannya aborsi.Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan tersebut di
atas.
Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan medis
tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat. Dalam
penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan media dalam bentuk pengguguran kandungan
dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma
kesusilaan, dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.Lalu apakah tindakan medis tertentu bisa
selalu diartikan sebagai aborsi yang artinya menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut
aborsi digunakan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin.Jelas disini bahwa UU
Kesehatan telah memberikan pengertian yang membingungkan tentang aborsi.

2.4        Aborsi yang tidak aman

Yang dimaksud dengan aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian
kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana
yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan
yang memadai.Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan,
hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan
pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan
pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya .

2.5        Aborsi yang Aman

Melakukan aborsi pasti merupakan keputusan yang sangat berat dirasakan oleh perempuan
yang bersangkutan.Tapi bila itu memang menjadi jalan yang terakhir, yang harus diperhatikan
adalah persiapan secara fisik dan mental dan informasi yang cukup mengenai bagaimana agar
aborsi bisa berlangsung aman. 
Aborsi aman bila:
         Dilakukan oleh pekerja kesehatan (perawat, bidan, dokter) yang benar-benar terlatih dan
berpengalaman melakukan aborsi
         Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak
         Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril atau
tidak tercemar kuman dan bakteri
         Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.

2.6      Jenis-jenis Aborsi


Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1)      Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus
2)      Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
3)      Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum
Aborsi spontan/ alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun.Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan
sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat
tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini
dokter, bidan atau dukun beranak).
Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran kandungan
buatan yang dilakukan atas indikasi medic.
Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi
menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya.
Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa
(www.genetik2000.com).
Pelaksanaan aborsi adalah.:
Kalau kehamilan lebih muda, lebih mudah dilakukan. Makin besar makinlebih sulit dan
resikonya makin banyak bagi si ibu, cara-cara yang dilakukan di kilnik-klinik aborsi itu
bermacam-macam, biasanya tergantung dari besar kecilnya janinnya.
1.      Abortus untuk kehamilan sampai 12 minggu biasanya dilakukan dengan MR/ Menstrual
Regulation yaitu dengan penyedotan (semacam alat penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali
lebih kuat).
2.      Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara Dilatasi & Curetage.
3.      Sampai 24 minggu. Di sini bayi sudah besar sekali, sebab itu biasanya harus dibunuh lebih
dahulu dengan meracuni dia. Misalnya dengan cairan garam yang pekat seperti saline. Dengan
jarum khusus, obat itu langsung disuntikkan ke dalam rahim, ke dalam air ketuban, sehingga
anaknya keracunan, kulitnya terbakar, lalu mati.
4.      Di atas 28 minggu biasanya dilakukan dengan suntikan prostaglandin sehingga terjadi proses
kelahiran buatan dan anak itu dipaksakan untuk keluar dari tempat pemeliharaan dan
perlindungannya.
5.      Juga dipakai cara operasi Sesaria seperti pada kehamilan yang biasa (www.genetik2000.com).

Dengan berbagai alasan seseorang melakukan aborsi tetapi alasan yang paling utama
adalah alasan-alasan non-medis.
Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-
duanya (Definisi WHO).    Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800
wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen
kontribusi Angka Kematian Ibu Global (AGI, 1997; WHO 1998a; AGI, 1999).
2.7      Faktor-faktor Penyebab Aborsi

Aborsi tergolong kasus antik dalam sejarah kemanusiaan. Entah pada tingkat teoritis maupun
praktis, aborsi tetap menjadi sebuah masalah yang dipertanyakan dalam hati nurani manusia.
Akar persoalan aborsi perlu digali secara menyeluruh sebelum muncul penilaian etis atas praktek
aborsi. Mengapa manusia ingin melakukan aborsi? Tinjauan interdisipliner akan menolong kita
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini.

a. Secara sosiologis, umumnya aborsi muncul karena adanya ketidakpastian seseorang untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya setelah bersenggama baik di dalam maupun di luar
perkawinan, buah kandungan tidak diinginkan. Mereka takut mengalami aib sosial dan
penolakan dari keluarga. Status anak yang bakal dilahirkan akan dicap sebagai anak haram
walaupun di dunia barat sudah dikenal peran sosial sebagai single parent.

b. Terkadang muncul alasan ekonomi untuk melakukan aborsi. Keluarga tidak akan sanggup
menghidupi dan membiayai anak yang akan dilahirkan.17 Untuk alasan inilah mereka
melakukan aborsi agar anak tidak dilahirkan.

c. Kemajuan teknologi yang secara langsung berpengaruh bagi perubahan prilaku orang terhadap
aborsi. Pertama, soal bahaya fisik aborsi. Dulu aborsi bisa sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan penderita fisik yang tak berkesudahan, cacat fisik atau bahkan kematian ibu.
Akan tetapi, oleh karena adanya alat-alat kedokteran canggih dewasa ini, maka aborsi bisa
dilakukan tanpa berisiko tinggi atau kematian ibu. Tentu saja bagi sebagian orang, resiko yang
kecil ini menjadikan aborsi bukan lagi hal yang harus ditakuti.

Masalah psikologis akan dialami seseorang setelah melakukan aborsi walaupun gejala ini
belum digali secara mendalam. Biasanya, mereka akan di hinggap post-traumatic abortion
syndrome (PAS) yang mengandung unsur stress paska aborsi. Mekanisme bela diri akan muncul
dari pelaku aborsi. Gejalanya mereka akan merasa bersalah, menyesal, malu, harga diri rendah,
insomnia dan megalami mimpi-mimpi yang mengerikan. Acap kali, muncul rasa benci atau
permusuhan dengan kaum pria, seperti pria atau lelaki yang menghamilinya. Tak heran, tidak
sedikit mereka akan lari ke alkohol atau narkoba.

Banyak faktor yang mendorong para remaja melakukan tindakan aborsi terhadap
kandungannya.Namun, hal yang paling banyak adalah dikarenakan pergaulan bebas yang
dimulai dengan aktivitas “pacaran”. Pada awalnya, perilaku pacaran di kalangan remaja ini
masih dianggap “normal” dan sudah wajar, apalagi jika dipandang dari sisi psikologis bahwa
kebutuhan akan diperhatikan dan memperhatikan lawan jenis ini mulai nampak sejak menginjak
akil baligh. Namun dengan melihat fenomena yang terjadi pada saat ini, banyak norma-norma
yang telah dilanggar dan seakan-akan para pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap
dirinya sebagai pasangan yang abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang berlebihan,
seringnya berduaan, saling berkontak secara fisik (sentuhan, ciuman, maupun berpelukan)
hingga berlanjut kepada tindakan asusila, yakni melakukan hubungan seksual pra nikah. Hal ini
bukanlah sesuatu bentuk kekhawatiran saja, melainkan memang sebuah kenyataan yang terjadi
pada masyarakat kita. Buktinya dapat kita lihat dengan adanya pemaparan hasil survei dari
Jagatnita Consulting tersebut di atas.

Jika lebih jauh lagi kita telusuri, sebenarnya pacaran bukanlah satu-satunya variable atas
mencuatnya kasus Aborsi di kalangan remaja. Tapi kontrol keluarga (orang tua) dan kontrol
sosial masyarakat yang pada era modern ini semakin melemah dan berkurang. Masing-masing
menganggap bahwa itu adalah urusan masing-masing pribadi yang tak boleh dicampurtangani
oleh siapapun. Hal ini cukup memprihatinkan karena memperlihatkan pemikiran warga
masyarakat yang mulai mengerucut pada “individualistis” dan “liberal”. Padahal norma agama
telah jelas memerintahkan untuk mengantisipasi mengenai pergaulan yang bebas di kalangan
manusia, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat“ (Q.S An Nur 30) dan juga dilanjutkan “Dan katakanlah
kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya . . . . “ (Q.S An Nur 31)

2.8     Akibat Aborsi

Tindakan-tindakan Aborsi dapat mengakibatkan hal-hal yang negatif pada tubuh kita, yang
meliputi dimensi jasmani dan psikologis. Akibat-akibatnya yakni:

1. Segi Jasmani
- Tindakan kuret pada Aborsi bisa menimbulkan efek-efek pendarahan atau infeksi,
dan apabila dikerjakan bukan oleh dokter ahlinya maka alat-alat kuret yang dipakai
mungkin tembus sampai ke perut dan dapat mendatangkan kematian.
- Infeksi di rahim dapat menutup saluran tuba dan menyebabkan kemandulan.
- Penyumbatan pembuluh darah yang terbuka oleh gelembung udara, karena banyak
pembuluh darah yang terbuka pada luka selaput lendir rahim dan gelembung udara
bisa masuk ikut beredar bersama aliran darah dan apabila tiba pada pembuluh darah
yang lebih kecil, yaitu pada jantung, paru-paru, otak atau ginjal, maka bisa
mengakibatkan kematian.
- Perobekan dinding rahim oleh alat-alat yang dimasukkan ke dalamnya akan
mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga perut yang makin lama makin
banyak yang menyebabkan kematian.
- Penanganan Aborsi yang tidak steril bisa mengakibatkan keracunan yang membawa
kepada kematian.
- Menstruasi menjadi tidak teratur.
- Tubuh menjadi lemah dan sering keguguran
2. Segi Psikologis
- Pihak wanita: Setelah seorang wanita melakukan tindakan Aborsi ini, maka ia akan
tertindih perasaan bersalah yang dapat membahayakan jiwanya. Kalau tidak
secepatnya ditolong, maka ia akan mengalami depresi berat, frustrasi dan
kekosongan jiwa.
- Pihak pria: Rasa tanggung jawab dari si pria yang menganjurkan Aborsi akan
berkurang, pandangannya tentang nilai hidup sangat rendah; penghargaannya
terhadap anugerah Allah menjadi merosot.
3. Segi Hukum

KUHP di Indonesia yang diberlakukan sejak 1918 tidak membenarkan tindakan Aborsi dengan

dalih apapun. Aborsi dianggap tindak pidana

2.9    Hukum Aborsi dalam UUD

Menurut hukum - hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “ Abortus Provocatus Criminalis ”
Yang menerima hukuman adalah: 
1)      Ibu yang melakukan aborsi
2)      Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi 
3)      Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah:


         Pasal 229
1.      Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak
tiga milyar rupiah.
2.      Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga. 
3.      Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
         Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

         Pasal 342 
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan
bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas
nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.

         Pasal 343 
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

         Pasal 346 
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. 
         Pasal 347 
1.      Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 
2.      Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.

         Pasal 348
1.      Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 
2.      Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.

         Pasal 349 
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Ada 3 aturan aborsi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini yaitu,
1.      Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
yang menjelaskan dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan melanggar hukum.  Sampai saat
ini masih diterapkan.
2.      Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
3.      Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang menuliskan dalam kondisi
tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi). 
Pada kehamilan muda, dimana usia janin masih sangat kecil, aborsi dilakukan dengan
cara menggunakan alat penghisap (suction). Sang anak yang masih sangat lembut langsung
terhisap dan hancur berantakan.Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa gumpalan-
gumpalan darah dari janin yang baru dibunuh tersebut.

2.10        Aborsi dalam Pandangan Islam

Sebelum membahas hukum aborsi, ada dua fakta yang dibedakan oleh para fuqaha dalam
masalah ini.
Pertama : apa yang disebut imlash ( aborsi, pengguguran kandungan ). Kedua, isqâth
( penghentian kehamilan ).
Imlash adalah menggugurkan janin dalam rahim wanita hamil yang dilakukan dengan
sengaja untuk menyerang atau membunuhnya.  Dalam hal ini, tindakan imlash ( aborsi ) tersebut
jelas termasuk kategori dosa besar; merupakan tindak kriminal. Pelakunya dikenai diyat ghurrah
budak pria atau wanita, yang nilainya sama dengan 10 diyat manusia sempurna. Dalam kitab Ash
- Shahîhayn, telah diriwayatkan bahwa Umar telah meminta masukan para sahabat tentang
aktivitas imlâsh yang dilakukan oleh seorang wanita, dengan cara memukuli perutnya, lalu
janinnya pun gugur. Al-Mughirah bin Syu’bah berkata: '' Rasulullah saw. telah memutuskan
dalam kasus seperti itu dengan diyat ghurrah 1 budak pria atau wanita ''. Pernyataan tersebut
dibenarkan oleh Muhammad bin Maslamah, yang pernah menjadi wakil Nabi saw. di Madinah.
Karena itu, pada dasarnya hukum aborsi tersebut haram.
Ini berbeda dengan isqâth al - haml ( penghentian kehamilan ), atau upaya menghentikan
kehamilan yang dilakukan secara sadar, bukan karena keterpaksaan, baik dengan cara
mengkonsumsi obat, melalui gerakan, atau aktivitas medis tertentu. Penghentian kehamilan
dalam pengertian ini tidak identik dengan penyerangan atau pembunuhan, tetapi bisa juga
diartikan dengan mengeluarkan kandungan baik setelah berbentuk janin ataupun belum dengan
paksa.
Dalam hal ini, penghentian kehamilan ( al - ijhâdh ) tersebut kadang dilakukan sebelum
ditiupkannya ruh di dalam janin, atau setelahnya. Tentang status hukum penghentian kehamilan
terhadap janin, setelah ruh ditiupkan kepadanya, maka para ulama sepakat bahwa hukumnya
haram, baik dilakukan oleh si ibu, bapak, atau dokter.Sebab, tindakan tersebut merupakan bentuk
penyerangan terhadap jiwa manusia, yang darahnya wajib dipertahankan.Tindakan ini juga
merupakan dosa besar.
Persoalan aborsi di bawah usia tiga bulan memang masih mengandung perbedaan
pendapat. Salah seorang ulama yang membolehkan aborsi adalah Muhammad Ramli dalam
kitabnya An-Nihayah, dengan alasan karena pada masa itu belum ada makhluk yang bernyawa.
Yang jelas setelah masa itu, atau sejak berusia empat bulan, para ulama sepakat
mengharamkan pengguguran janin karena roh sudah ditiupkan ke dalam janin.akan hidup
sebagai manusia. 
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang hukum aborsi sebagai
respon pertanyaan masyarakat.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005, tentang Aborsi menetapkan
ketentuan hukum Aborsi sebagai berikut;
1.      Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi).
2.      Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat. Darurat adalah
suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia
akan mati atau hampir mati. Sedangkan Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila
tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan besar.
1c. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum janin
berusia 40 hari.
3.      Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
Fatwa tersebut berdasarkan pada dalil-dalil:
1)      Al-Qur’an,
2)      Hadits,
3)      Kaidah Fiqih dan
4)      berbagai pendapat Ulama sebagai berikut:
  Firman Allah SWT:
a.       Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-
perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya). (QS. al-An`am[6]: 151).

b.      ”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa besar.” (QS. al-Isra`[17]: 31).

c.       ”Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk
Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: ”Ya, Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari
kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”. Sesungguhnya Jahanam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alas an) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat
gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan
terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya
dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. al-Furqan[25]: 63-71).

d.      “Hai Manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu
ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat
bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. al-Hajj[22]:
5)

e.       “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging, Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. al-Mu`minun[23]: 12-14)

  Hadits nabi saw:


a.        ”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya dalam selama empat
puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula (40 hari), kemudian menjadi mudhghah
selama itu pula (40 hari); kemudian Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat
kalimat (hal), dan dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rezki dan ajalnya, serta celaka atau
bahagia-(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya.” (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dari
`Abdullah).
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan
anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam.Dengan demikian,
penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai
tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma'shumud dam).Tindakan
penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas, maka
pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan
ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat
dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang
gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan,atau sepersepuluh diyat manusia sempurna
(10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut.

b.      ”Dua orang perempuan suku huzail berkelahi. Lalu satu dari keduanya melemparkan batu
kepada yang lain hingga membunuhnya dan (membunuh pula) kandungannya. Kemudian mereka
melaporkan kepada Rasulullah.Maka, beliau memutuskan bahwa diat untuk (membunuh)
janinnya adalah (memberikan) seorang budak laki-laki atau perempuan.” (Hadits muttafaq `alaih
–riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim- dari Abu Hurairah; lihat `Abdullah bin `Abdur Rahman
al-Bassam, Tawdhih al-Ahkam min Bulugh al-Maram, [Lubnan: Mu`assasah al-Khidamat al-
Thiba`iyyah, 1994], juz V, h.185):

c.       ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.”
(Hadits riwayat Ibnu Majah dari `Ubadah bin al-Shamit, Ahmad dari Ibn `Abbas, dan Malik dari
Yahya).

  Kaidah Fiqih :
a.       ”Menghindarkan kerusakan (hal-hal negatif) diutamakan dari pada mendatangkan
kemaslahatan.”
b.      ”Keadaan darurat membolehkan hal-hal yang dilarang (diharamkan).”
c.       ”Hajat terkadang dapat menduduki keadaan darurat.”

  Pendapat Para Ulama


Selain itu pendapat para ulama juga menjadi pertimbangan dikeluarkannya ketentuan hukum
tentang aborsi yaitu:
1)      Imam al-Ghazali dari kalangan mazhab Syafi`i dalam Ihya` `Ulum al-Din, tahqiq Sayyid `Imrab
(al-Qahirah: Dar al-Hadits, 2004), juz II, hal.67 : jika nutfah (sperma) telah bercampur (ikhtilah)
dengan ovum di dalam rahim dan siap menerima kehidupan (isti`dad li-qabul al-hayah), maka
merusaknya dipandang sebagai tindak pidana (jinayah).

2)      Ulama Al-Azhar dalam Bayan li-an-Nas min al-Azhar asy-Syarif (t.t.: Mathba`ah al-Mushhaf al-
Syarif, t.th.), juz II, h. 256 :
Jika aborsi dilakukan sebelum nafkhi ar-ruh, maka tentang hukumnya terdapat empat pendapat
fuqaha`. Pertama, boleh (mubah) secara mutlak, tanpa harus ada alasan medis (`uzur); ini
menurut ulama Zaidiyah, sekelompok ulama Hanafi –walaupun sebagian mereka membatasi
dengan keharusan adanya alasan medis, sebagian ulama Syafi`i, serta sejumlah ulama Maliki dan
Hanbali.Kedua, mubah karena adala alasan medis (`uzur) dan makruh jika tanpa `uzur; ini
menurut ulama Hanafi dan sekelompok ulama Syafi`i. Ketiga, makruh secara mutlak; dan ini
menurut sebagian ulama Maliki. Keempat, haram; ini menurut pendapat mu`tamad (yang
dipedomani) oleh ulama Maliki dan sejalan dengan mazhab Zahiri yang mengharamkan `azl
(coitus interruptus); hal itu disebabkan telah adanya kehidupan pada janin yang
memungkinkannya tumbuh berkembang.

Jika aborsi dilakukan setelah nafkhi ar-ruh pada janin, maka semua pendapat fuqaha`
menunjukkan bahwa aborsi hukumnya dilarang (haram) jika tidak terdapat `uzur; perbuatan itu
diancam dengan sanksi pidana manakala janin keluar dalam keadaan mati; dan sanksi tersebut
oleh fuqaha` disebut dengan ghurrah.

3)      Syeikh `Athiyyah Shaqr (Ketua Komisi Fatwa Al-Azhar) dalam Ahsan al-Kalam fi al-Taqwa,
(al-Qahirah: Dar al-Ghad al-`Arabi, t.th.), juz IV, h. 483:

Jika kehamilan (kandungan) itu akibat zina, dan ulama mazhab Syafi`i membolehkan untuk
menggugurkannya, maka menurutku, kebolehan itu berlaku pada (kehamilan akibat) perzinaan
yang terpaksa (perkosaan) di mana (si wanita) merasakan penyesalan dan kepedihan
hati.Sedangkan dalam kondisi di mana (si wanita atau masyarakat) telah meremehkan harga diri
dan tidak (lagi) malu melakukan hubungan seksual yang haram (zina), maka saya berpendapat
bahwa aborsi (terhadap kandungan akibat zina) tersebut tidak boleh (haram), karena hal itu dapat
mendorong terjadinya kerusakan (perzinaan).
Selain daripada itu, dalam menyikapi janin hasil perzinahan sekalipun, Nabi Muhammad
SAW tidak pernah menganjurkan kepada perempuan dari suku al-Ghamidiyah yang melakukan
perzinahan untuk mengaborsi kandungannya.Bahkan dalam kasus hamil di luar nikah ini, Nabi
justru menangguhkan pengabulan permintaannya untuk disucikan dengan hukuman rajam
sampai melahirkan yang diteruskan sampai berakhirnya masa menyusui bayi, demi
keberlangsungan hidup janin dan menjunjung tinggi kehidupan.
Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus
seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya,
penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada
Allah),'Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi lakilaki atau perempuan ?'
Maka Allah kemudian memberi keputusan...' (HR. Muslim dari Ibnu Masâ).
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun
setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin
dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti
ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman
Allah SWT: “Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusiasemuanya” (TQS Al Maidah : 32)
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan.Sedangkan
Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya untuk berobat.Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula
obatnya.Maka berobatlah kalian!” (HR. Ahmad)
Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:
“Idza taaradha mafsadatani ruiya azhamuha dhararan birtikabi akhaffihima” (Jika berkumpul dua
madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan madharatnya)” (Abdul
Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawaid Al Fiqhiyah, halaman
35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika
keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya.
Memangmengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang
ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa
‘menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa
ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut’
(Abdurrahman AlBaghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel
sperma dengan alas an karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang tidak
kuat.
Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel
sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah adakehidupan, begitu pula dalam sel
telur, meski kedua sel itu belum bertemu.Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam
kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah sesuatu yang ada pada
organisme hidup. (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,membutuhkan
nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel
telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab
jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi
pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (alhayah) sebenarnya terdapat dalam sel
telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.
Agama Islam memberi aturan bagi umat muslim dalam rangka kehidupan dan peradaban
yang lebih baik. Tak terkecuali dalam hal pengguguran kandungan yang disengaja atau
aborsi.Hukum aborsi menurut Islam jelas keharamannya karena janin bayi yang berada dalam
rahim seorang ibu telah mempunyai nyawa. Penghilangan terhadap nyawa seseorang adalah
pembunuhan
Allah swt berfirman:
Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan cara yang
haq. (QS. al-An‘am [6]: 151)Bahkan, syariat Islam menetapkan penundaan terhadap pelaksanaan
hukuman qishash pada wanitahamil untukmenjaga janinnya.Hal ini berdasarkan pada kisah
terkenal seorang wanita al-Ghamidiyah yang mendatangi Nabi sawuntuk meminta dihukum
qishash. Wanita tersebut tetap dihukum setelah melahirkan karena hukuman ini tidak boleh
dikenakan pada janin yang masih dikandungnya.
Dalam penetapan hukum pelarangan aborsi, terdapat sedikit perbedaan dari keempat mazhab
besar fiqih Islam, yaitu sebagai berikut:
1)      Mazhab Hanafi berpendapat bahwa aborsi bisa dilakukan hanya bila membahayakan dan
mengancam keselamatan si ibu dan hanya dapat dilakukan sebelum masa empat bulan
kehamilan.

2)      Mazhab Maliki melarang aborsi apabila telah terjadi pembuahan.

3)      Mazhab Syafii berpaham apabila setelah terjadinya fertilisasi zygote, tidak boleh diganggu.Jika
diganggu, dianggap sebagai kejahatan.

4)      Mazhab Hambali berpendapat karena adanya pendarahan yang menimbulkan miskram, hal ini
menunjukkan bahwa aborsi adalah dosa.

Dari pandangan mazhab mana pun, jelas menyatakan bahwa aborsi dalam pandangan
agama Islam tidak diperkenankan dan merupakan dosa besar karena dianggap membunuh nyawa
manusia tidak bersalah.Pelakunya bisa diminta pertanggungjawaban atas tindakannya itu.
BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan

Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki. Terlepas dari
alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak
diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau
hamil di luar nikah.

3.2         Saran

Berusahalah agar diri anda tidak samapi melalukan hal yang seperti itu karena sama saja
anda membunuh nyawa seseorang (bayi) dan itu hukumannya sangat berat baik didunia maupun
di akirat nanti. Jagalah diri anda baik-baik dan jagalah keluarga anda.
A. DAFTAR PUSTAKA
http://abortus.blogspot.com/2007/08/post-abortion-syndrome-i.html diakses pada 05 September 2011
http://indo-comunity.blogspot.com/2011/03/10-fakta-menarik-tentang-aborsi.html diakses pada 05
September 2011
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-remaja-yang-mengkwatirkan/
diakses pada 05 September 2011
http://www.aborsi.org/tindakan.htm diakses pada 05 September 2011
http://www.kabarinews.com/article.cfm?articleID=1809 diakses pada 05 September 2011
http://www.korantempo-online.com/article.kasus-aborsi-di-solo diakses pada 05 September 2011
http://indo-comunity.blogspot.com/2011/03/10-fakta-menarik-tentang-aborsi.html diakses pada 05
September 2011

Anda mungkin juga menyukai