Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu,janin dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desisua secara mendalam.Pada kehamilan diatas kehamilan 14
minggu,setelah ketuban pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion
kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo,S, 2002).Angka kelahiran abortus diperkirakan
frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%.Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika
diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini,terlambatnya manarche
selama beberapa hari,sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya.Di
Indonesia,diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun ,dengan demikian setiap tahun terdapat
500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan
memeberikan asuhan keperawatan yang tepat .Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus
dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi komplikasi serius
yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.
Kesimpulan
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan atau di sengaja sebelum
usia kehamilan 22 minggu atau sebelum janin diberi kesempatan untuk hidup .
Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dan tidak dibenarkan dalam kondisi apapun
kecuali untuk keselamatan si ibu. Hal ini sudah di atur dalam hukum Negara.
Aborsi memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi seorang yang melakukannya, baik dari segi
kesehatan maupun sosial. Selain itu aborsi yang tidak memenuhi syarat dan tidak dilakukan oleh
ahlinya dapat mengakibatkan komplikasi. Komplikasi yang sangat berbahaya bahkan dapat
menyebabkan kematian.