Anda di halaman 1dari 135

BAB I

MANUSIA
I. Latar Belakang Masalah
1. Konsep kita tentang manusia akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan-tindakan
kita dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa sering terjadi perbedaan-perbedan sikap,
perilaku dalam kehidupan sehari-hari, itu selalu ada hubungannya dengan pemahaman
tentang siapa dan bagaimana dia. Pemahaman tentang hakekat manusia menjadi
landasan sikap hidup seseorang dalam berperilaku dan bertindak. Misalnya : seorang
penganut paham materialisme yang berpikir bahwa manusia itu adalah berasal dari materi
dan hidup karena materi maka dia akan selalu bersikap mengutamakan materi, kemudian
perilaku dan tindakan-tindakannya cenderung materialistis.
2. Mahasiswa yang diperhadapkan dengan berbagai konsep sekuler tentang siapa dan
bagaimanakah manusia itu, perlu meninjau kembali permahamannya tentang siapakah
dirinya; dan bagaimanakah dia seharusnya menurut iman Kristen.
3. Pembahasan topik manusia ini sangat penting dan urgen dalam kehidupan modern
sehingga, mahasiswa dapat memperbaharui komitmennya untuk hidup lebih kristiani lagi.

II. KAJIAN MATERI


A. Hakekat Manusia
Membicarakan hakekat manusia sama dengan mempertanyakan apa, siapa dan
bagaimana manusia itu. Hal manusia menjadi salah satu pokok penting dalam memahami
arti kehidupannya itu, disamping tentang Allah dan tentang dunia.
Terjadinya perbedaan sikap dan perbuatan dalam kehidupan, berdasar pada
perbedaan pemahaman tentang manusia juga. Sebelum kita membahas hakekat manusia
menurut Iman Kristen, terlebih dahulu pandangan-pandangan non Kristen dibicarakan.
Pandangan-pangdangan ini menjadi bandingan bagi kita untuk memahami iman Kristen
lebih dalam.
1. Manusia menurut filsafat sekuler
Beberapa aliran filsafat sekuler yang diketengahkan ialah : Materialisme, Atheisme, dan
Komunisme.
a) Menurut Materialisme : manusia pada hakekatnya adalah materi ; inti ajaran materialisme
ialah; bahwa segala sesuatu berasal dari materi, oleh materi dan untuk materi. Manusia itu
tidak lebih dari apa yang dimakannya. Kuburan adalah akhir kehidupan manusia. Nilai
manusia diukur dengan nilai materinya. Sadar atau tidak sadar sesungguhnya pandangan
ini justru merendahkan hakekat manusia itu sendiri
b) Aliran Atheisme sebaliknya mengangkat hakekat manusia sama dengan ilahi.
Ludwig Feurbach (1804-1972) mengatakan : “Manusia adalah awal, pertengahan dan
akhir dari pada religi”. Setiap bagian ajaran agama adalah usaha untuk mengobjekkan
sesuatu keinginan manusia, termasuk Allah; bagi Atheisme Allah itu sesungguhnya
keinginan manusia itu sendiri. Inilah yang disebut “Theori Proyeksi”.
Menurut teori ini, Allah dan ilah-ilah dianggap sebagai keinginan-keinginan hati manusia
yang diproyeksikan pada layar alam sementara.
Verkuylmemberikomentartentangteoriini:

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


1
Sebenarnya teori ini mencoba menurunkan Allah dari TahtaNya, lalu mendewakan
manusia dan mengangkat manusia ke atas “tahta” sebagai gantiNya.
Menuut Feurbach “Allah” identik dengan manusia dan kemudian ia membuat manusia itu
menjadi suatu “Allah”
c) Ajaran Komunisme, menitikberatkan hakekat manusia pada kepentingan sosial ekonomi.
Hakekat hidup manusia ialah kerja. Dan seluruh kerja manusia diarahkan pada produksi
yang bersifat ekonomi. Segala sesuatu yang tidak bernilai ekonomi tidak layak hidup.
2. Manusia menurut agama-agama Non Kristen
a) Agama Primitif (Agama Suku)
Menurut agama primitif secara umum, bahwa manusia dan dunia dipandang dalam
suatu kesatuan yang utuh (totalisme). Manusia dan sukunya dianggap sebagai dunia kecil
(mikro kosmos) sedangkan alam semesta dianggap sebagai dunia besar (makro kosmos).
Manusia primitif melihat dunia bukan sebagai objek, melainkan memandang dirinya
sebagai salah satu subjek dari banyak subjek yang membentuk dunia ini, artinya manusia
itu dipandang sebagai bagian dari dunia.
Catatan:ManusiaprimitiftidakbertanggungjawabkepadaAllahmelainkankepadaalam semesta.
b) Agama Hindu
Menurut ajaran agama Hindu, manusia itu sendiri dari tiga unsur yakni: Atman. Jiwa
dan Angga. Jika manusia itu diperumpamakan seperti sebuah mobil, maka Atman adalah
penggeraknya, Jiwa adalah pengendalinya dan Angga adalah kerangkanya. Jiwa dan
Angga itu sifatnya fana, hancur pada saat manusia itu mati . tetapi Atman adalah bagian
inti dari manusia, dan sifatnya kekal.
Catatan:AgamaHindutidakmengenalAlahsebagaipencipta,tidakmengenalp
erbatasan
antaraAllahdanciptaan.
c) Agama Budha
Menurut agama Budha, manusia adalah suatu : “Nama-Rupa”, artinya ia terdiri dari
“nama” (roh) dan “rupa” (tubuh). Di dalam kehidupannya psychophysis “Nama-Rupa” ini
bekerja dengan mempergunakan perasaan, pengertian, kesadaran, assosiasi dan lain-lain
(Skanda).
Tetapi “Nama-Rupa” yang disebut manusia itu tidak mempunyai kepribadian. Ia
adalah a-natta (tanpa jiwa). Manusia itu bukanlah suatu “kenyataan” yang tetap.
d) Agama Islam
Terjadinya manusia menurut ajaran agama Islam dapat diuraikan sebagai berikut:
manusia pertama (Adam) diciptakan langsung dari tanah. Keturunan manusia pertama
diciptakan melalui proses dari saripati air yang hina. Sehingga memperoleh bentuk yang
sempurna .
Menurut Islam ada lima tahap yang dialami oleh manusia dari awal kejadiannya
sampai dengan tempat akhirnya, yakni:
Pertama Alamroh : ialah suatu alam yang tidak diberitahukan letaknya dan susunannya
oleh Allah.
Kedua Alam Arhaam : ialah alam kandungan dalam rahim ibu. ”Dialah yang membentuk
kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakinya .
Ketiga AlamDunia : yaitu alam yang dialami manusia setelah dia dilahirkan oleh ibunya.
Keempat Alam Barzah : yaitu alam diseberang kuburan, setelah manusia
meninggalkan alam fana. Alam ini merupakan awal dari alam akhirat.
Kelima Alam Akhirat: yang disebut juga alam baka. Artinya alam terakhir yang abadi, tiada
berkesudahan.

3. Hakekat Manusia menurut Iman Kristen


a) Darimanakahsumberkehidupanmanusia?
Menurut Iman Kristen, berdasarkan Alkitab secara tegas dikatakan bahwa asal
kehidupan adalah dari Allah. Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya
(kejadian 1 : 1+26-27; Kejadian 2 : 7; Johanes 1 : 3-4)
b) ManusiaadalahciptaanAllah
Dalam kitab Kejadian 1 dan 2 ; secara jelas ditegaskan bahwa manusia itu bukan
berasal dari makhluk hidup yang lebih rendah justru menurut ayat 26-27, dikatakan : “Allah
menciptakan manusia itu menurut gambar dan rupa Allah, pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Segala sesuatu yang diciptakan adalah
sangat baik adanya. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah diberikan kebebasan untuk
memilih, namun sejalan dengan itu Allah juga memberikan tanggung jawab kepada
manusia, untuk menanti aturan yang ditetapkan.
Lalu Tuhan Allah memberi perintah kepada manusia : “Semua pohon dalam taman ini
boleh kau makan buahnya dengan bebas tetapi pohon pengetahuan tentang baik dan
jahat itu, jangan kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakan buahnya pasti
engkau mati” (Kejadian 2:16-17).
Di satu pihak, manusia sebagai ciptaan Allah mempunyai posisi yang mulia ; karena
dia diciptakan pada akhir penciptaan dengan fungsi tertentu : oleh karena itu manusia
disebut Mahkota ciptaan. Allah memberi wewenang kepadanya untuk menguasai,
mengusahai dan memelihara ciptaan lainnya (Kejadian 1: 26 ; 2 : 15).
Tetapi di pihak lain, sebagai ciptaan Allah, manusia itu adalah rendah dihadapan
Allah. Ciptaan tidak mungkin bermegah dihadapan penciptaannya. Makanya sikap
manusia sebagai ciptaan dihadapan Allah ialah : Bersyukur, bertanggung jawab dan
rendah hati.
B. MANUSIA DAN TANGGUNG JAWABNYA
Sesuai dengan status hakiki manusia sebagai ciptaan Allah, dan gambar Allah, maka
ada beberapa tanggung jawabnya :
1. Manusia mengabdi kepada Allah
Setelah segala sesuatu diciptakan, maka Allah memberikan tugas kepada manusia
yaitu : agar manusia bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya (Kejadian
1 : 28). Kemudian Allah menempatkannya di Taman Eden sebagai pengusaha taman itu
dan pemelihara ciptaan lainnya (Kejadian 2 : 15).
Manusia memperoleh tugas dari Allah, berarti manusia harus mengabdi ; statusnya
adalah abdi Allah. Dunia ini menjadi tempat manusia mengabdi terhadap apa yang
ditugaskan Allah. Pelaksanaan tugas ini adalah sebagaian dari tanggung jawab manusia
terhadap Allah.
2. Manusia menguasai dan mengusahai ciptaan lainnya
Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung tentang tugas manusia yang
menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan lainnya. Tetapi perlu dijelaskan lagi
bahwa jikapun manusia memperoleh wewenang untuk menguasai dan mengusahai
ciptaan lainnya, itu tidak berarti manusia diperbolehkan bertindak sewenang-wenang
terdapat ciptaan lainnya. Manusia tidak menjadi imperial terhadap ciptaan lain.
Manusia menguasai dan mengusahai adalah dalam rangka memelihara dan
mengembangkan ciptaan Allah. Seluruh kegiatan dan tindakan penguasaan dan
pengusahaan ciptaan lain adalah merupakan pelaksanaan amanat Tuhan Allah. Manusia
harus selalu mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap ciptaan lain kepada
Allah.

3. Manusia Kristen menjadi garam dan terang didunia


Orang Kristen mendapat dua macam mandat dari Allah, yaitu mandat budaya dan
mandat rohani. Mandat budaya diterima semua manusia secara umum termasuk orang
Kristen, tetapi mandat rohani hanya ditunjukkan kepada orang-orang Kristen.
Mandat budaya diterima manusia pada saat penciptaan, yaitu untuk menguasai,
mengusahai dan memelihara ciptaan lain. Sedangkan mandat rohani diterima oleh murid-
murid Yesus setelah dipanggil dan diutus pergi ke seluruh dunia.
Mandat rohani meliputi tanggung jawab agar menjadi garam dan terang dunia. Yesus
berkata kepada murid-murid atau orang Kristen : “Kamu adalah garam dan terang dunia”
(Mat.5:13-16).
Kemudian sesudah Yesus bangkit dari mati dan sebelum naik ke surga, Dia memberi
perintah Agung kepada murid-murid : “Pergilah, jadikan semua bangsa muridKu,
babtiskanlah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarkan mereka
melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah, aku
menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”.
Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk (Matius 28:19-20,
Markus 16:15). Dalam konteks budaya, orang Kristen mendapat tanggung jawab yang
sama dengan manusia lain. Tetapi dalam konteks kerajaan Allah, orang Kristen
memperoleh tanggung jawab menjadi garam dan terang dunia.
Sebagai garam dan terang dunia orang Kristen berperan memberikan kualitas dan
baik ditengah-tengah dunia. Dan juga berkewajiban menunjukan sesuatu yang lebih baik
kepada dunia, sehingga dunia dapat melihat perbuatan-perbuatan yang baik dan
memuliakan Allah di sorga. Sebagai garam dan terang, orang Kristen tidak akan menjadi
perusak dan penindas kehidupan dunia.
4. Orang Kristen turut menyelamatkan Dunia
Jika seorang Kristen menyadari dirinya sebagai ciptaan Allah dan juga sebagai
makhluk dunia yang membutuhkan ciptaan lainnya, maka tidak boleh tidak akan
senantiasa memberikan perhatiannya pada masalah dunia.
Masalah-masalah dunia yang sering mengganggu kepentingan dan kebutuhan
manusia antara lain : polusi, erosi, hama, wabah penyakit, perang, diskriminasi,
kemiskinan dan lain-lain. Terjadinya masalah-masalah ini tidak lepas dari pada tanggung
jawab manusia, khususnya orang Kristen.
Manusia sering menjadi penyebab dari kesukaran-kesukarannya sendiri. Demi
mempertahankan dan meningkatkan mutu kehidupannya, manusia terutama orang
Kristen, terpanggil dan bertanggung jawab menyelamatkan dunia sekitarnya. Arti
penyelamatan yang dimaksud ialah suatu perbaikan, penyembuhan, pembebasan dan
pemeliharaan dunia sekitar yang dibutuhkan.
Tindakan penyelamatan ini di satu pihak merupakan pemenuhan kebutuhan manusia
sendiri, tetapi dipihak lain adalah merupakan pertanggungjawaban manusia, orang Kristen
terhadap mandat yang sudah diperoleh dari Allah. Oleh karena itu orang Kristen harus
menyadari bahwa sebagai ciptaan Allah dan sebagai mandataris Allah mereka mempunyai
tanggung jawab kepada Allah ; Dan tanggung jawab itu diwujudkan sekaligus dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari.
C. MANUSIA DAN CIPTAAN LAIN
1. Hubungan manusia dengan ciptaan lainnya
Di satu pihak manusia mempunyai kedudukan istimewa diantara ciptaan lainnya.
Manusia disebut gambar dan rupa Allah. Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab
untukk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan lainnya, manusia disebut
mahkota ciptaan. Tetapi di pihak lain manusia juga terikat dengan ciptaan lainnya. Dalam
riwayat penciptaan Allah lebih dahulu menciptakan ciptaan lainnya, baru pada hari terakhir
Allah menciptakan manusia.
Mengapa manusia diciptakan setelah ciptaan lainnya? Hal ini dapat dipahami dari
rencana Allah yang bertanggung jawab ; Allah lebih dahulu menyediakan apa yang
dibutuhkan manusia, baru manusia diciptakan.
Allah telah merencanakan bahwa manusia dapat hidup jika didukung oleh ciptaan
lainnya. Memang hidup itu datangnya dari Allah, tetapi hidup itu berlanjut dengan
dukungan ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Segera setelah manusia pertama diciptakan, Allah
berfirman kepadanya : “Lihatlah aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan
yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji itulah akan
menjadi makananmu (Kejadian 1 : 29)”.
Juga dalam sejarah manusia, dalam hubungan dengan Allah. Manusia sering
menggunakan binatang dan tumbuhan (ciptaan lain) untuk memuja Allah. Hak itu sudah di
mulai pada masa Kain dan Habel mempersembahkan hasil tumbuh-tumbuhanya dan dari
hasil ternak-ternaknya( Kejadian 4:3-4)
Yesus sendiri mengakui bahwa “roti” adalah salah satu sumber kehidupan: ada
tertulis,”manusia hidup bukan dari roti saja” (Matius 4:4 dikutip dari ulangan 8:3).
Dalam doa Bapa Kami, yang di ajarkan Yesus di katakan : “Berikanlah kami pada hari
ini makanan kami secukupnya (Matius,6,11) Istilah makanan secukupnya
disebut”Artos” (Bahasa Yunani) artinya “roti”
Kalau disimak lebih mendalam bahwa roti itu adalah hasil olahan dan ciptaan lainya.
Bahan bakunya adalah terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Dengan demikian
jelaslah bahwa manusia itu tidak dapat di lepaskan dari hubunganya yang prinsipil dengan
ciptaan lainya.
2. Manusia bebas dan terikat dengan ciptaan lainnya
Dalam satu uraian tentang hubungan manusia dengan dunia ciptaan lainnya :R.
Oranye pernah menuliskan sebagai berikut : “Nisbah antara manusia dan dunia dapat di
lihat dari segi .yaitu: kebebasan dan keperluan,” Manusia dengan sikap bebasnya
terhadap ciptaan lain dengan pikiran dan tindakanya. Tetapi di pihak lain manusia terikat
kepada cipataan lain.
Orang Kristen telah memperoleh keselamatan dan kuasa dari Allah . maka di satu
pihak dia bersikap bebas terhadap dunia dan ciptaan lain, tetapi di pihak lain orang Kristen
merasa terikat dengan ciptaan lain, karena ciptaan lain merupakan keperluan dan
kebutuhan hidup dalam dunia(L. Oranye : menyebut dengan istilah keperluan , tetapi
adalah lebih tepat di katakan dengan istilah kebutuhan).
L. Oranye mengatakan lagi bahwa : “manusia tak pernah dapat dilepaskan dari
dunia,” Yesus sendiri berkata tentang murid-muridnya,”Aku tidak meminta supaya Engkau
mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya engkau melindunginya “(mereka) dari yang
jahat”. (Johannes 17:15).
3. Manusia bertanggung jawab melestarikan lingkungan hidup
Istilah keutuhan ciptaan diartikan kelestarian hidup : ciptaan yang utuh maksudnya
adalah sama dengan lingkungan hidup yang lestari Arti lestari lebih menekankan
kesinambungan ciptaan dan lingkungan hidup : melestarikan lingkungan hidup berarti
menjaga dan memelihara kesinambungan ciptaan agar tidak menggangu lingkungan hidup
manusia itu sendiri.
a) PengertianLingkunganHidup
Lingkungan hidup yang dimaksud ialah meliputi alam sekitar ciptaan lain dan
manusia lain, dan secara khusus lapisan kuasa (pemerintah yang berkuasa serta budaya).
Dengan kata lain, bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
dimana manusia itu harus berhubungan dengan itulah yang disebut lingkungan hidup.
Lingkungan hidup yang fisik dan non fisik, kehidupan manusia tidak hanya
berhubungan dengan hal-hal fisik saja, atau materi, tetapi dengan kekuasaan, dengan
budaya dan perilaku juga manusia harus berhubungan.
Lingkunganalamsekitar: yang dimaksud meliputi unsur-unsur hidup, yakni: air, udara,
tanah, api (panas). Unsur-unsur inilah yang paling mendukung kehidupan manusia.
Manusia tidak bisa lepas dari unsur-unsur ini dalam kehidupan sehari-hari.
Jika terjadi masalah pada air, udara, tanah dan api maka sekaligus menjadi masalah
bagi kehidupan manusia. Manusia bernafas dari udara, sebagian besar zat tubuh manusia
didukung oleh air, dan selain manusia hidup diatas tanah sumber makanan yang
dibutuhkan setiap hari adalah tumbuh dari tanah. Manusia juga hidup dengan suhu panas
yang dibutuhkan.
Lingkunganciptaanlain: yang dimaksudkan ciptaan lain ialah binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Ciptaan lain ini pun tidak mungkin lepas dari kehidupan sehari-hari manusia.
(Hal ini sudah diuraikan pada nomor sebelumnya). Manusia terikat dan butuh dengan
binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Lingkunganmanusialain(sesama) : manusia lain bukan saja orang –orang seiman,
tetapi juga orang-orang yang tidak seiman , bukan hannya orang-orang dewasa,
melainkan orang-orang yang masih kanak-kanak pun adalah manusia (sesama).
Semua lapisan dalam masyarakat adalah sesama. Manusia adalah makluk sosial,
maka secara sosiologis manusia harus berhadapan dan berhubungan dengan lapisan
–lapisan tersebut.
Bagaimanapun, kehidupan manusia akan banyak di pengaruhi oleh lapisan sosial
yang bermacam-macam itu. Dan sejalan dengan itu manusia berhadapan dengan
kebudayaan serta perilaku sesama manusia yang lain.
Lingkungan kuasa, bagaimanapun manusia dalm kehidupan sehari-hari selalu
berhadapan dengan struktur, apakah itu struktur dalam keluarga: Ayah, Ibu, Kakak,
Abang, Kakek dan lain sebagainya. Struktur dalam masyarakat misalnya : Kepala Desa,
Lurah, Penegak Hukum, Tokoh Masyarakat, Tokoh agama, dan struktur dalam lapisan
kerja ; misalnya : Direktur, Kepala Kantor, Bos, Pimpinan Proyek dan sebagainya.
Semua struktur dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari kuasa. Kuasa itu
berguna dalam mengatur kehidupan bersama manusia. Pemerintah dan lapisan kuasa
merupakan bagian kebutuhan dan kewajiban manusia dalam kehidupan sehari-hari.
b) SikapKristenTerhadapKelestarianHidup
Ada dua sikap Kristen terhadap kelestarian lingkungan hidup, yaitu:

1. Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, dan melestarikan


lingkungan hidup adalah kewajiban manusia.

2. Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, memberi arti bahwa


manusia adalah bahagian dari lingkungan hidup itu. Menurut pemahaman Kristen
bahwa manusia ini pada azasinya selalu membutuhkan keharmonisan dengan
lingkungannya. Taman Eden sebagai profil lingkungan hidup yang harmonis,
seimbang, selaras, dan serasi, memberi gambaran tentang lingkungan hidup yang
dibutuhkan manusia.
Allah sendiri yang menciptakan lingkungan hidup yang harmonis itu bagi manusia.
“Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu sungguh amat baik” (Kejadian 1 : 31)”.
Melestarikan lingkungan hidup sebagai kewajiban didasarkan pada Firman Allah kepada
manusia, yaitu: agar manusia, ,menguasai dan memelihara taman Eden (Kejadian 2 : 15).
Manusia yang bertanggung jawab kepada Allah ialah manusia yang patuh dan taat kepada
FirmanNya
c) Tindakan-tindakanYangDapatDilakukanDalamRangkaMelestarikanLingkunganHidup
Tindakan-tindakan Kristen yang dapat dilakukan dalam rangka melestarikan
lingkungan hidup, erat hubungannya dengan Tritugas panggilan Kristen, yaitu : melayani,
bersaksi dan bersekutu.
Melayani Lingkungan Hidup ialah menyediakan diri untuk menyediakan diri
untuk membantu, menolong, mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan
hidup. Dalam Markus 10:45 ditegaskan bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk
dilayani melainkan untuk melayani.
Maka orang Kristen juga terpanggil untuk melayani dunia lingkungannya. Orang
Kristen terpanggil memberi perhatian terhadap masalah kerusakan dan pencemaran
lingkungan hidup.
Misalnya : adalah sangat indah bila orang Kristen turut secara spontan dan langsung
dalam program-program penghijauan, perbaikan air minum di desa-desa, turut ambil
bagian dalam gotong royong, jika terjadi bencana alam banjir, dan lain-lain. Tindakan dan
aktifitas orang Kristen yang demikian menjadi pertanda bahwa orang Kristen turut
melayani kepentingan lingkungan hidup.
Bersaksi dalam lingkungan hidup dalam arti yang meluas meliputi tindakan
menyuarakan, membela dan mempertahankan sesuatu di tengah-tengah masyarakat
dengan tujuan menjadi kesinambungan sesuatu dalam lingkungan hidup.
Orang Kristen terpanggil untuk menyuarakan, membela dan mempertahankan segala
sesuatu yang bermakna kelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.Yesus berkata pada
pesan AgungNya : Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman,”(Matius28:20).
Dengan demikian orang Kristen berkedudukan aktif dalam masalah-masalah
lingkungan hidup. Sikap orang Kristen yang tidak mau tahu dan no comment terhadap
masalah lingkungan hidup adalah cenderung pada sikap yang egoistis dan masa bodoh.
Dengan tindakan nyata orang Kristen terpanggil menjadi motivator kelestarian lingkungan
hidup.
Misalnya dengan buah-buah pikiran terhadap pemerintah tentang kelestarian
lingkungan hidup, dan juga turut menyampaikan serta menterjemahkan program-program
kelestarian lingkungan hidup di tengah-tengah masyarakat. Orang Kristen harus bersaksi
bahwa melestarikan lingkungan hidup adalah sebagian dari mematuhi perintah Allah.
BersekutudalamlingkunganHidup
Sudah merupakan kodratnya bahwa manusia adalah makluk sosisl dan makluk
lingkungan, berarti manusia di dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain itu bukan
hanya sesama manusia, tetapi juga ciptaan lain, Ingat, Allah menciptakan makluk lain
bersama manusia.
Orang Kristen pun, sebagai manusia pada hakekatnya selalu membutuhkan
kehidupan bersama dengan lingkunganya. Bersekutu dalam lingkungan hidup berarti
mampu dan bersedia hidup bersama dengan lingkunganya. Dengan kata lain, tidak hidup
secara menyendiri atau bersikap apriori terhadap lingkunganya. Dengan sikap ini orang
Kristen menunjukkan kesadaran bahwa orang Kristen menpunyai hubungan dan
kepentingan yang hakiki dengan lingkungan.
Yesus menegaskan bahwa muridnya tidak dipisahkan dari dunia (Yoh. 17: 15-17).
Murid-murid menjadi garam dan terang dunia (Matius 5: 13-16). Tentu sebagai garam dan
terang tidak mungkin terpisah dari dunia yang digarami dan diterangi. Orang Kirsten
sebagai garam dan terang dalam lingkungan haruslah bersekutu dengan kehidupa
bersama dunia.
Bersekutu dalam lingkungan berarti memlihara hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang dengan lingkungannya, karena itu merupakan tanggung jawab dan kebutuhan
orang Kristen juga. Dari kerangka Tri Tugas panggilan orang Kristen dalam lingkungan
dapat dipahami dan disadari bahwa orang Kristen adalah bagian yang integral dalam
lingkungan hidupnya.
Panggilan tidak sekedar tugas, melainkan juga sebagai keharusan untuk dapat
memperoleh kehidupan yang wajar ; baik dengan unsur alam sekitar, dengan ciptaan lain,
atau dengan sesama manusia lain termasuk dengan unsur kekuasaan dan kebudayaan
yang ada. Kemampuan dan kesediaan untuk melayani, bersaksi dan bersekutu dengan
lingkungan hendaknya dipelihara dan ditingkatkan untuk mewujudkan kehidupan yang
normal dan bahagia.

4. Peka dan Tanggap terhadap tanda-tanda zaman


Satu lagi tanggung jawab yang dapat diperlihatkan orang Kristen terhadap
lingkungan dan keutuhan ciptaan ialah peka dan tanggap terhadap segala tanda-tanda
zaman. “Waspadailah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu”. Kata Yesus
(Matius 24:4).
Yesus memberitahukan tanda-tanda zaman antara lain : kekacauan, perang,
kelaparan, gempa bumi, penipuan, penyiksaan, pembunuhan, pemalsuan, kedurhakaan,
dan kasih menjadi dingin (Matius 24 : 1-14).
Kejadian-kejadian diatas sudah berlangsung pada masa dulu dan juga pada kini. Hal
itu mengingatkan orang-orang percaya akan penderitaan dan cobaan kehidupan. Tanda-
tanda diatas mengajak orang-orang percaya untuk peka dan tanggap.
Bagaimanapun kejadian-kejadian seperti itu menyangkut kehidupan lingkungan dan
keutuhan ciptaan. Sebagai orang Kristen adalah wajar bertanya, mengapa terjadi
kekacauan, perang, kelaparan, gempa, pembunuhan, kepalsuan dan lain-lain? Siapa yang
bertanggung jawab? Dan bagaimana menghadapinya?
Tanpa mengabaikan aspek theologis, adalah wajar bertanya secara logika. Apa
hubungan sebab akibat terjadinya hal-hal tersebut diatas? Bukankah terjadinya tanda-
tanda
seperti itu disebabkan faktor manusia? Bukankah manusia yang menciptakan perang?
Bukankah manusia yang mencemarkan udara, air, tanah, dan api serta kebudayaan
lainnya? Bukankah manusia yang menggundulkan hutan secara semberono dan serakah,
maka terjadi banjir, erosi, kelaparan, gempa bumi, dan lain-lain, sehingga mengganggu
kepentingan manusia?
Kepekaan dan ketanggapan orang Kristen terhadap tanda-tanda zaman, membuat
sikap mawas diri, self koreksi. Dan dengan demikian tergeraklah hati untuk turut
bertanggung jawab serta ikut mencegah dan menanggulangi terjadinya kejadian tersebut
diatas.
Dr. TB. Simatupang dalam suatu ceramahnya tentang : “Tugas kenabian gereja
dalam pembangunan”, menyebutkan bahwa “orang Kristen / gereja mempunyai sikap
kreatif, kritis,, realis dan positif terhadap pembangunan. Kreatif berarti orang Kristen ikut
serta dengan pembangunan lingkungannya di segala bidang. Orang Kristen harus
menyadari dirinya turut menentukan laju dan arah pembangunan lingkungannya.
Sedangkan kritis, berarti orang Kristen harus berani memberikan sumbangan pikiran
untuk memperbaiki kesalahan dan membela serta mempertahankan kebenaran, kemudian
ikut mencari jalan keluar, bagaimana memecahkan permasalahan yang timbul. Sikap
seperti diatas membawa orang Kristen kepada peranan yang aktif dan positif sesuai
dengan tugasnya sebagai garam dan terang dunia (Matius 3 : 13-16).
5. Orang Kristen dengan masalah pencemaran dan bencana alam
Pada bagian terdahulu telah dicoba memahami dan menyadari tanggung jawab
orang Kristen terhadap masalah lingkungan hidup secara umum tetapi pada bagian ini
perlu dibahas secara khusus bagaimana sikap dan tanggung jawab orang Kristen
menghadapi masalah pencemaran dan bencana alam.
Pencemaran dan bencana alam sering menggangu dan menghancurkan kehidupan
manusia. Pencemaran yang dimaksud meliputi udara, air, tanah, dan api. Pencemaran
sering merupakan akibat dari tindakan dari perilaku manusia yang tak bertanggung jawab.
Demikian juga bencana alam, seperti banjir, erosi, hama dan wabah penyakit orang sering
diakibatkan oleh manusia yang kurang pengetahuan, dan perbuatan manusia yang
serakah dan sembrono.
M.T. Zen, seorang sarjana geologi dan geofisika (1981) menegaskan bahwa ada
beberapa tindakan manusia yang mengakibatkan malapetaka terhadap kehidupan
manusia masa berikutnya yaitu: “Kalau diteruskan lagi penyebaran lebih banyak pestisida,
material radiaktif, palastik, air selokan dan kotoran industry keperaian, juga ke udara dan
ke tanah- tanah lapang”.
M.T. Zen melihat tindakan-tindakan ini akan mengakibatkan pencemaran pada unsur
udara, air dan tanah tempat manusia hidup. Akibat pencemaran ialah peracunan dan
pembinasaan terhadap makhluk tertentu. Dan ini akan menggangu keseimbangan ekologi
dan ekosistem.
Dari data yang diajukan oleh M.T. Zen (1981) bahwa dewasa ini digunakan setengah
juta bahan buatan manusia yang tidak dapat diramalkan sifat-sifat sebagian bahan
tersebut. Dan akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran dari bahan-bahan tersebut dapat
mengancam dan menghancurkan tidak kurang dari 280 jenis binatang menyusui, 350 jenis
burung, dan 20.000 jenis tumbuhan.
Di satu pihak manusia membutuhkan peningkatan produktivitas dengan cara-cara
bibit unggul, pemakaian pupuk dan penyemprotan hama dan wabah penyakit dengan
pestisida, serta pencetakan lahan-lahan pertanian : tetapi di pihak lain, dengan tindakan-
tindakan itu manusia telah merangsang timbulnya masalah baru, yaitu hama yang lebih
ganas, penyakit yang sulit disembuhkan, terjadinya banjir, erosi, dan bencana lainnya.
Sehingga makin lama dirasakan prestasi pertumbuhan produktivitas bukan meningkat
melainkan menurun, dan kesejahteraan hidup makin terancam.
Dari kenyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi tidak sama artinya dengan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Hal ini
terjadi adalah akibat tidak adanya keseimbangan antara makhluk hidup.
Faktor utama yang mendapat perhatian ialah : Orang Kristen terpanggil untuk
mencari pemecahan, bagaimana mencegah sikap serakah, egoistis dan emosional pada
manusia. Orang Kristen sendiri bertanggung jawab menghindarkan perbuatan-perbuatan
yang menjurus pada pengrusakan keseimbangan-keseimbangan lingkungan dan keutuhan
ciptaan.
Orang Kristen yang menyadari dirinya bukan hanya penakluk dan penguasa
lingkungan tetapi juga adalah pengusaha dan pemelihara lingkungan hidup (Kejadian 2 :
15
- 16). Orang Kristen adalah abdi-abdi Allah untuk menjaga dan memelihara kelestarian
lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan Allah.
III. Pokok Pikiran Kristiani Tentang Materi Kajian
1. Asal kehidupan manusia adalah dari Allah
2. Pada saat diciptakan Allah, manusia itu sangat baik adanya, tetapi setelah berdosa,
manusia menjadi mahluk binasa, mahluk yang rusak.
3. Sejak semula manusia menerima hak dan tanggung jawab dari Allah penciptanya
a. Hak menikmati ciptaan lainnya dan tanggung jawab untuk menguasai, mengusahai, dan
memelihara ciptaan lainnya.
b. Hak untuk memperoleh kasih karunia Allah dan tanggung jawab untuk mengabdi serta
memuliakan Allah dalam hidup sehari-hari.
VI. Latihan
1. Buatlah perbandingan pandangan agama non Kristen dengan iman Kristen tentang
hakekat manusia.
2. Daftarkan 5 poin tanggung jawab manusia menurut Iman Kristen
3. Buatlah satu cerita contoh tentang perilaku seorang mahasiswa Kristen yang bertanggung
jawab dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II

TUHA

I. Latar belakang masalah

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


10
1. Pernahkah anda merasakan keberadaan Allah dalam hidupmu sehari-hari?

2. Kalau sudah pernah dalam bentuk apa saja anda mengalami keberadaan Allah?

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


11
3. Hampir semua orang yang mengakui bahwa Tuhan atau Allah itu ada,
mempercayai keberadaanNya adalah gaib. Gaib artinya tidak dapat dilihat dan
diraba; tidak dapat dicium dan dikecap dan tidak dapat didengar suaranya seperti
bunyi ; tetapi keberadaanNya dan kuasaNya dapat di alami oleh orang-orang yang
percaya kepadaNya.

4. Sebutan agama-agama dan bangsa-bangsa kepada Tuhan bermacam-macam,


Misalnya; agama Hindu menyebut Brahman, Sang Hyang Widhi atau Dewa; agama
Budha menyebut Sang Adi Budha,agama Islam menyebut Allah, agama Jahudi
menyebut Elohim, Jahwe, Adonai. Bangsa Junani menyebut Theos atau Kurios.
Bangsa Romawi menyebut, Deo, atau Deus, Bangsa Inggris menyebut God atau
Lord. Tetapi apapun sebutanya ; Tuhan atau Allah itu dipercayai kebenarannya
adalah gaib. Pandangan tentang keberadaan dan Fungsi Tuhan atau Allah para
agama- agama terdapat perbedaan dan persamaan.

5. Disadari bahwa karena keberadaan Allah yang gaib itu dapat membuat orang tidak
mau repot-repot; mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang tidak dapat
diamati dengan indra atau akal budi, adalah sesuatu yang tidak ada; maka orang
menjadi jatuh kepada Atheisme; baik atheisme teoritis maupun atheisme praktis,
mereka menganggap bahwa keberadaan Tuhan atau Allah itu tidak ada.

6. Kemudian karena adanya perbedaan dan persamaan konsep tenteng Tuhan atau
Allah pada agama-agama maka orangpun bisa jatuh pada kepercayaan politheisme
dan sinkretisme.

7. Disatu pihak mahasiswa diperhadapkan pada bahaya Atheisme dengan konsep-


konsep Materialisme dan Rationalisme. Dan dipihak lain mahasiswa juga
diperhadapkan pada godaan-godaan politheisme dan synkretisme dengan
pengaruh
-pengaruh agama lain, kebudayaan Rasionalisme maupun dengan Modernisme
kehidupan.

8. Dengan pembahasan topik ini mahasiswa dapat meninjau ulang sikap kepercayaan
dan pemahaman-pemahamannya tentang Tuhan Yang Maha Esa

9. Apakah Mahasiswa konsisten dengan iman Kristiani yang benar; tentunya


berdasarkan kebenaran yang terdapat pada kitab suci, Alkitab.

II. Kajian Materi


A. BENTUK-BENTUK PENYEMBAHAN KEPADA YANG GAIB
Dalam konteks ilmu agama-agama, ada empat bentuk penyembahan kepada yang gaib.

a. Bentuk Theisme: yaitu penyembahan kepada Tuhan sebagai suatu keberadaan


yang berpribadi, dan yang menyatakan diriNya dengan Wahyu kepada orang-orang
tertentu. Bentuk Theisme ini terdapat pada agama Yahudi, Kristen, Islam dan Hindu
Weda. Keberadaan Tuhan itu dipercayai : berfirman, mencipta, memelihara,
membimbing, mengajar, menghukum, menyelamatkan dan memberkati umatNya.

b. Bentuk Monisme: yaitu bentuk penyembahan kepada ilahi, sebagai keberadaan


yang tidak berpribadi: Esensinya terdapat pada alam secara totalitas. Bentuk
monisme ini terdapat pada Hindu Upanisad, ajaran Tao, kebatinan dan mistik.
Kepercayaan ini juga disebut pantheisme atau panentheisme.

c. Bentuk Non Theisme Bagi non Theisme sebenarnya tidak ada Tuhan atau ilahi
yang berpribadi. Tidak ada ilahi yang melekat pada alam. Yang mereka sembah
adalah kekosongan. Apa yang dapat dilihat dan diraba hanyalah sesuatu yang
semu atau maya. Yang kekal dan mutlak adalah kekosongan. Bentuk
penyembahan Non Theisme adalah agama Budha.

d. Bentuk Demonisme: adalah suatu bentuk penyembahan kepada kuasa gaib yang
jahat. Kuasa-kuasa gaib yang jahat itu berada di balik alam ini, yang dipimpin oleh
setan. Kuasa-kuasa gaib ini disembah untuk dapat digunakan oleh manusia.
Bentuk penyembahan ini terdapat pada praktek-praktek klenik, santet dan
okultisme.
B. KEBERADAAN TUHAN ATAU ALLAH MENURUT AGAMA-AGAMA NON KRISTEN.
1. Agama Primitif (agama suku)
Menurut kepercayaan suku-suku primitif, Tuhan atau ilah itu digambarkan dalam
konsep Pantheisme dan Panentheisme.Pantheisme artinya: paham atau kepercayaan
yang menganggap bahwa ”semua yang ada adalah ilahi. Sedangkan Panentheisme
artinya bahwa : semua ada dalam ilahi. Pantheisme dan Panentheisme dapat diberikan
istilah Totalisme, yaitu paham yang menekankan keutuhan, atrinya bahwa semua yang
ada, adalah dalam satu sistem keutuhan.
2. Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Hindu
Sudah kita singgung di depan bahwa agama Hindu Weda termasuk pada bentuk
Penyembahan Theisme. Pribadi yang mutlak itu wujudnya tunggal maha sempurna,
memiliki sifat-sifat sempurna, tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, atau didengar. Tetapi
keberadaan Brahman itu meresap pada seluruh alam ; dan seluruh alam semesta adalah
pancaran dari zat Brahman. Termasuk zat inti manusia yang disebut Atmanadalah berasal
dari Brahman
3. Keberadaan Tuhan atau Allah Menurut Agama Budha.
BagiagamaBudhaadasifat-sifatke-tuhanan,yaitu:
- sifat cinta kasih (Metha) yaitu sifat yang bersih dari pikiran membenci.
- Sifat belas kasihan (Karunia) yaitu sifat suka menolong tanpa mengharapkan balasan.
(bandingkan : kasih agape)
- Sifat merasa bahagia – gembira (Mudita) yaitu sifat bebas dari iri hati melihat orang
berbahagia.
- Sifat tenang, teguh, keadaan batin yang seimbang (Upekkha) yaitu sifat pendirian yang
tidak tergoyahkan
Sifat- sifat ke-Tuhanan inilah yang dimiliki setiap umat Budha. Inti ajaran Budha ialah:
untuk memperoleh kesempurnaan. Setiap umat Budha harus berusaha menghilangkan
keakuan (egoisme).
4. Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Islam
Ada tiga agama monotheisme di dunia yaitu: agama Jahudi, agama Kristen dan
agama Islam. Ketiga agama ini sama-sama mempercayai dan menyembah hanya satu
Tuhan atau Allah. Agama Islam sering menyebut dirinya sebagai agama Tauhid, artinya
Agama yang mempercayai keberadaan Allah yang Esa. Dalam pengakuan iman agama
Islam disebut ”Aku mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah.
C. PANDANGAN ATHEISME TENTANG KETIDAKBENARAN TUHAN ATAU ALLAH
1. Pengertian Atheisme
Atheisme adalah suatu aliran berpikir/sikap yang berusaha menyangkal atau
meniadakan keberadaan Allah. Ada dua wujud Atheisme, yaitu Atheisme Teoritis dan
Atheisme Praktis. Atheisme Teoritis ialah aliran berpikir yang mengutamakan argumentasi-
argumentasi teoritis- rasional, untuk menolak dan meniadakan keberadaan Allah.
Sedangkan Atheisme Praktis ialah sikap hidup sehari-hari yang tidak nmempercayai dan
tidak meyakini adanya kuasa dan keberadaan Allah.
Di negara Indonesia Atheisme teoritis memang tidak di benarkan lagi mewujudkan
diri, karena bertentangan dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 : ”Negaraberdasarkanatas
keTuhanan”. Lembaga swadaya masyarakat, partai-partai dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan tidak boleh mengajarkan atau mengembangkan teori-teori yang
menyangkal keberadaan Tuhan. Selain UUD 1945 sebagai Hukum Dasar tertulis di negara
ini, Pancasila, khususnya sila pertama : keTuhanan Yang Maha Esa juga tidak
memungkinkan atheisme teoritis berkembang di negara ini.. Materialisme, Hedonisme
adalah bagian dari gejala-gejala atheisme praktis.
2. Pandangan Teoritis Atheisme Tentang Keberadaan Tuhan atau Allah

a. Friedrich Nietzche : Menyatakan bahwa ”Allah yang dipercayai oleh agama-agama


itu sudah mati”. Manusialah yang berkuasa. Alasannya : Bahwa kenyataan yang
terjadi manusialah yang mengatur kehidupan ini, manusialah yang mengendalikan
dunia ini.

b. Ludwig Feuerbarh : Mengajarkan bahwa ”Allah atau ilah-ilah yang dipercayai oleh
orang-orang beragama, hanyalah berupa keinginan hati manusia yang dipantulkan
pada layar alam semesta”. Inilah yang disebut ”Teori Proyeksi”. Feuerbach
menegaskan : sebenarnya Allah itu tidak ada; kalaupun Allah itu ada, itu hanyalah
ciptaan keinginan hati manusia itu sendiri. Manusia itulah yang menciptakan Allah

c. Sigmund Freud: Teori Proyeksi dari Feuerbach mempengaruhi Freud S. Freud


sebagai seorang ahli ilmu jiwa analisis, mengatakan bahwa kepercayaan itu
mempunyai dasar dalam keinginan-keinginan kejiwaan, berupa ilusi tanpa dasar
dalam realitas. Freud menggambarkan : kepercayaan terhadap Tuhan adalah
gejala- gejala kejiwaan saja. Manusia butuh seorang Bapa; yang dapat memelihara,
menghibur, dan, melindungi dirinya. Maka ciri-ciri kebapaan itu diproyeksikan pada
lingkungan langit diatas. Maka profil seperti itulah yang dikenakan kepada Tuhan,
atau Allah. Jadi menurut Freud : Tuhan atau Allah itu tidak ada, Allah itu hanyalah
ilusi manusia

d. Karl Marx : Menurut Marx, kepercayaan kepada Tuhan atau Allah , hanyalah
sebagai kompensasi atau kekecewaan, yang dialami manusia dalam alam dan
masyarakat. Penderitaan-penderitaan sosial, ekonomis dan phisik yang dialami
kaum buruh dalam masyarakat kapitalis dikompensasikan dengan mengimpikan
suatu hidup setelah hidup ini, yakni hidup bahagia dan adil. Bagi Marx, ”Tuhan
Yang Maha Kuasa” itu adalah refleksi yang fantastik dari kedudukan tak berkuasa
rakyat terhadap alam dan keadaan sosial ekonomi, yang diciptakan manusia itu
sendiri.
Agama yang mengajarkan Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa
hanyalah candu pembius masyarakat, agar lupa tentang kenyataan-kenyataan
hidup yang susah dan menyakitkan. Dengan kata lain : Keberadaan Tuhan atau
Allah menurut Marx hanyalah semacam bius, candu. Sesungguhnya Tuhan atau
Allah itu tidak ada.
Membaca seluruh teori-teori argumentasi pada atheis diatas, kita dapat
memahami bahwa landasan berfikir mereka adalah Materialistis, Positivisme dan
Rotionalis. Mereka membuat kemampuan berfikir itu menjadi jaminan kebenaran.
Mereka tidak dapat melihat keberadaan Allah melampaui kemampuan berfikirnya.
Para Atheis melihat kebenaran hanya pada hal-hal yang material, hal-hal yang
positif, yang dapat diamati dengan logika dan ratio, padahal keberadaan Allah adalah tidak
terbatas, sedangkan kemampuan berfikir manusia adalah terbatas.
D. KEBERADAAN DAN FUNGSI TUHAN YANG MAHA ESA MENURUT IMAN KRISTEN
1. Keberadaan Tuhan Allah
Iman Kristen adalah termasuk dalam bentuk penyembahan theisme, yang mempercayai
dan menyembah Tuhan Allah sebagai pribadi. Pribadi Tuhan Allah menyatakan diri dalam
kehidupan manusia.
Dalam kitab Yohanes 4 : 24 ditegaskan bahwa: ”Allah itu Roh, dan barang siapa
menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” berarti : pribadi Tuhan
Allah yang disembah menurut iman Kristen adalah pribadi Roh. Kekristenan mengenal
yang namanya Penyembahan, menyembah dalam Roh. Kita baca penjelasan hal ini
Penyembahan merupakan salah satu isu penting di lingkungan gereja dewasa ini.
Wacana “penyembahan” menjadi kajian hangat, diantaranya karena pro dan kontra
makna dan praktek praktis “penyembahan” dalam liturgi gereja-gereja aliran pietisme.
Tidak bisa menutup mata bahwa salah satu pemicu kajian penyembahan menjadi
hangat salah satunya karena dipraktekkan oleh gereja-gereja “pietisme” yang
belakangan disebut juga oleh Peter Wagner sebagai “apostolik baru” mengalami
perkembangan yang pesat.
Kajian pro dan kontra makna dan praktek penyembahan sebenarnya bukan hanya
terjadi pada gereja-gereja mainstream dan injili tetapi juga di dalam gereja-gereja
“kontemporer “ sendiri. Di dalam gereja-gereja kontemporer sebenarnya juga tidak
ada keseragaman dalam memaknai arti penyembahan.
Isu “penyembahan” menjadi begitu penting terutama sekali bila dikaitkan dengan Nats
Injil Yohanes 4:24 “…Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus
menyembah- Nya dalam roh dan kebenaran." Diantara kalangan “Apostolik Baru” ada
yang mengartikan menyembah dalam roh dan kebenaran berarti menyembah dengan
berbahasa roh. Djohan E. Handoyo salah satu pelopor pujian dan penyembahan di
Indonesia menjelaskan :
“Pribadi Allah adalah Roh. Dimensi penyembahan - sebagai komunikasi
antara kita dengan Tuhan membutuhkan bahasa roh sebagai
penghubungnya.”
Bagi kalangan “mainstream dan Injili “ arti penyembahan bukan hanya dalam liturgi
gereja, tetapi pada seluruh aspek. Penyembahan yang benar adalah hidup yang benar
sesuai firman Tuhan. Kalau pun penyembahan diartikan dalam liturgi ibadah maka
penyembahan itu juga bukan praktek penyemaahan dikalangan pietis. Makna seperti
ini diantaranya disampaikan oleh John MacArthur :
“Penyembahan bukanlah masalah berada di tempat yang benar, pada
waktu yang tepat. Penyembahan bukanlah kegiatan lahiriah yang
menuntut terciptanya suasana tertentu. Penyembahan terjadi di dalam
hati, dalam roh.”
“Sifat dasar penyembahan adalah memberikan penyembahan kepada
Allah dari bagian diri kita yang paling dalam, dalam pujian, doa,
nyanyian, memberi bantuan, dan hidup, selalu berdasarkan kebenaran-
Nya yang dinyatakan.”
Asumsi dasar dalam diktat ini adalah bahwa kitab orang Kristen satu. Kitab gereja-
gereja Pentakosta, Kharismatik, Apostolik Baru dan Mainstream serta Injili adalah
satu, tentu yang menjadi pertanyaan klasik adalah mengapa makna dan praktek
“menyembah dalam roh dan kebenaran” dalam Yohanes 4:24 berbeda ?
Diktat ini tidak semata-mata membahas mengenai mengapa mereka berbeda dalam
memahami “menyembah dalam roh dan kebenaran” tetapi lebih tentang apa
sebenarnya makna dan praktek “menyembah dalam roh dan kebenaran”? Tujuannya
secara langsung adalah untuk mencari kebenarannya sesuai pesan Alkitab, dan juga
tentunya memberikan kontribusi untuk “menjadi pertimbangan” terhadap pemahaman
yang berbeda terhadap nats Alkitab tersebut.
Penembahan dalam Konteks Alkitab
Untuk menemukan makna sebenarnya dari Yohanes 4:24 sehingga terbangun suatu
teologi sesuai dengan tema penulisan paper ini, menggali teks Alkitab dalam
konteksnya sesuai kaidah penafsiran yang ada adalah suatu kemutlakan.
Latar belakang peristiwa.Percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria
( Yohanes 4:1-42) merupakan dialog antara orang Yahudi dengan orang Samaria. Suatu
perjumpaan yang tidak lazim bagi orang Yahudi. Orang Yahudi tidak bergaul dengan
orang Samaria. Sebab mereka merupakan “bangsa campuran yang memiliki agama
campuran, yang sekalipun demikian menerima Pentateukh dan mengaku menyembah
Allah Israel.”
“Dalam naskah Kitab Ulangan yang diterima oleh bangsa Samaria pasal 27:4-5, Yosua
diperintahkan mendirikan mezbah di Gunung Gerizim. Nas yang sama, dalam naskah
yang diterima oleh umat Yahudi, berkata bahwa mezbah itu harus didirikan di Gunung
Ebal, bukan gunung Gerizim. Bangsa Samaria menolak kitab-kitab suci yang lain,
selain kelima Kitab Musa, maka mereka tidak menerima II Tawarikh 6:6, yang berkata,”
Tetapi kemudian Aku memilih Yerusalem sebagai tempat kediaman nama-Ku dan
memilih Daud untuk berkuasa atas umat-Ku Israel.” Siapa perempuan itu tidak
disebutkan secara jelas identitasnya. Ketika Yesus berada di sumur Yakub, Dia
meminta air kepada perempuan tersebut. Namun demikian lebih dari sekedar
kebutuhan akan air , sama seperti terhadap Nicodemus, Yesus “menunjukkan bahwa
perempuan itu mempunyai kebutuhan yang lebih mendalam, yaitu kebutuhan yang
dapat dipenuhi oleh Yesus melalui karunia Allah”
Secara moral perempuan Samaria merupakan orang berdosa dengan kehidupan
pernikahannya yang tidak benar, dan melalui masalah itu pula Yesus membawa lebih
jauh dalam hal keagamaan.
Tafsiran Yoh.4 : 20-24
Yoh 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan,
saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan
bukan juga di Yerusalem.
Yoh 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang
kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
Dave Hagelberg menyatakan bahwa “diantara segala perbedaan yang memisahkan
bangsa Yahudi dan bangsa Samaria, tempat orang menyembah, merupakan salah satu
yang paling pokok.” Namun “di dalam tatanan baru yang di mulai dengan kedatangan
Kristus, tempat penyembahan tidak sepenting Tokoh yang disembah.” FF.Bruce juga
menekankan : “The important question is not where people worship God but how they
worship him.”
“Tanggapan Tuhan Yesus terdiri dari Tiga bagian. Pertama (ayat 21) Dia
memberitakan bahwa sebentar lagi kedua tempat ibadah menjadi usang, kedua (ayat
22) Dia menekankan bahwa keselamatan memang muncul dari umat Yahudi, bukan
dari mereka, dan ketiga (ayat 23-24) Dia menjelaskan mengenai sifat keselamatan
itu.”
“Hal yang penting ialah bahwa orang menyembah Bapa, yang sudah diberitakan melalui
kedatangan Sang Anak. Dengan mempergunakan istilah kamu Yesus mungkin
mengantisipasi pertobatan orang-orang Samaria. Ibadah orang Samaria merupakan hal
yang kacau (bdg II Raja 17:33). Keselamatan datang dari bangsa Yahudi di dalam arti
bahwa penyataan khusus tentang cara mendekati Allah dengan benar disampaikan
kepada mereka : dan Yesus sendiri, sang Juruselamat, berasal dari bangsa ini (Roma
9:5). Saatnya… sudah tiba sekarang. Bahkan sebelum sistem keagamaan yang baru
diresmikan dengan sifatnya yang universal, para penyembah sejati memperoleh
kehormatan untuk menyembah Allah sebagai Bapa di dalam Roh dan kebenaran. Roh
tampak menoleh kebelakang, ke Yerusalem, dan penyembahan Yerusalem yang
berdasarkan apa yang tersurat (hukum Taurat).
Sedangkan kebenaran bertentangan dengan penyembahan orang Samaria yang tidak
memadai dan palsu. Cara menyembah yang baru ini merupakan keharusan, sebab Allah
itu Roh adanya”.
Menyembah dalam roh.
Yoh 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-
penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa
menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Yoh 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran."
Bahasa Yunani menyembah “proskuneo – pros-koo-neh-o, memuja, suatu sikap seperti
anjing menjilat tuannya.” Suatu hubungan yang dekat, hormat, lembut, taat dan penuh
kasih sayang yang harmonis.
“Pengertian Allah itu Roh, bukanlah hal asing dalam pengertian Yudaisme, tetapi Yesus
menekankan bahwa penyembahNya-pun harus selaras dengan Yang disembah.
Formalitas ibadah keagamaan tidak akan menyentuh apa-apa jika dilakukan
tanpa “Roh”.”
Bob Sorge mengemukakan : “Yesus sedang menunjukkan bahwa penyembahan tidak
lagi diikat pada waktu atau tempat tertentu ( bukan di Yerusalem, di mana orang-orang
Yahudi menyembah ; bukan juga di gunung Gerizim, di mana orang-orang Samaria
menyembah) ; melainkan ia akan menjadi suatu pekerjaan roh manusia menggapai Roh
Tuhan. Yesus tahu saatnya segera datang yang mana korban-korban hokum Musa di
Yerusalem tidak lagi diperlukan, dan penyembahan akan terjadi di dalam rumah
Perjanjian Baru – manusia sendiri
( Lihat I Kor.3:16). Penyembahan sekarang dapat terjadi setiap saat, di mana saja orang
yang penuh Roh berada.”
Walliam Barclay juga menyatakan :“ Membatasi ibadah kepada Allah hanya di
Yerusalem atau tempat-tempat lain yang tertentu saja adalah sama dengan memberi
batas kepada Dia yang menurut hakekat-Nya sendiri tidak terbatas.”
Menyembah dalam kebenaran.
Menyembah Allah bukan hanya dalam roh tetapi juga dalam kebenaran. “Penekanan
"roh" (Yunani, πνευμα – pneuma), harus bersejajar dengan "kebenaran" (Yunani,
αληθεια - alêtheia) ini harus dilakukan oleh penyembah-penyembah yang "sejati"
(Yunani, αληθινος - alêthinos, Adj).” James Montgomery Boise mengungkapkan : ”For
Jesus said that those who acknowledge God’s true worth must do so “in spirit and in
truth.” In other wods, they must do so “in truth” because truth has to do with what His
nature is, and they must do so “in spirit” because they can only apprehend it spirituality.”
“Dihubungkannya roh dan kebenaran memberi keterangan atas makna “The True
worshipers ; mereka ini adalah kelompok orang yang benar-benar berbakti, dan
berbeda dengan orang-orang lain yang “nampaknya” saja berbakti dengan melakukan
“tingkah laku agamawi” dan “symbol-simbol agamawi.”
Menurut James Montgomery Boice Menyembah dalam kebenaran memiliki tiga
arti : “ First, it means that we must approach God truthfully, that is, honestly or
wholeheartedly ; Second we must worship on the basis of the biblical revelation ;
Finally, to God “in truth” also means that we must approach God Christocentrically.
This is means “in Christ,” for this is God’s way of approach to Him.’
Wacana Konsep Teologis Menyembah
Perlu disadari bahwa ada penekanan yang berbeda ketika kita mencoba
mengetengahkan kata “menyembah” dikalangan pentakosta dan kharismatik dengan
mainstream dan Injili. Agi orang-orang Pentakosta dan kharismatik “penyembahan”
berkonotasi pada bagian dari doa pribadi dan liturgi ibadah. Sedangkan bagi
denominasi lain tidak seperti itu. Sebab itu untuk memudahkan membangun konsep
yang benar perlu mencermati pengertian “menyembah” diantara mereka.
A. Penyembahan sebagai cara hidup.
John MacArthur, Jr meskipun menyinggung penyembahan dalam ibadah gereja, tetapi
konsep penyembahannya berbeda dengan kalangan pietis. Pemaparan John
MacArthur, Jr lebih mewakili gereja diluar aliran pietis. Ia memberikan pengertian
penyembahan sebagai keseluruhan hidup orang percaya : “Pengertian kita tentang
penyembahan diperkaya ketika kita memahami bahwa penyembahan sejati menyentuh
setiap bidang kehidupan. Kita harus menghargai dan memuja Allah dalam segala hal. “
Memuji Allah, berbuat baik, dan memberi bantuan kepada orang lain-semua adalah
tindak penyembahan yang benar dan alkitabiah.” Rick Warren menegaskan :
“ mempersembahkan diri kita kepada Allah itulah yang dimaksud dengan
penyembahan.”
John MacArthur, Jr membagi penyembahan dalam tiga dimensi : “Pertama,dapat
tercermin dalam bagaimana kita bersikap terhadap orang lain ( Roma 14:18).
Penyembahan dapat dinyatakan dengan membagi kasih dengan sesama orang
percaya, mengabarkan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya, dan memenuhi
kebutuhan umat pada tingkat yang sangat jasmani. Kita dapat meringkasnya menjadi
satu kata : penyembahan yang berkenan kepada Allah adalah member, yaitu kasih
yang membagi ; Kedua,melibatkan tingkah laku pribadi (Efesus 5:8-10). Kata berkenan
dalam kalimat ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan adalah dari bahasa Yunani
yang berarti “dapat diterima”. Dalam konteks ini, ia mengacu kepada kebaikan,
keadilan dan kebenaran, yang jelas berarti bahwa berbuat baik adalah tindakan yang
dapat diterima sebagai penyembahan kepada Allah ; Ketiga, dimensi ke atas (Ibrani
13:15-16), penyembahan
itu adalah Ucapan syukur dan puji-pujian.”
Penyembahan dalam pemahaman pietisme.
Meskipun tidak memungkiri bahwa hidup ini merupakan ibadah kepada Allah yang
didalamnya kita menyembah Allah, kalangan pietime memiliki kekhususan sendiri
tentang arti dan praktek menyembah. Mereka lebih menganggap menyembah itu suatu
“momen” berhadapan langsung dengan waktu dan cara tertentu. Penyembahan ini
bisa
bersifat pribadi ketika bersaat teduh atau doa pribadi dan kelompok (bagian dari liturgi
gereja).
Penyembahan bagi kalangan gereja kontemporer lebih merupakan “pemujaan” penuh
ekpresi panca indra kepada Allah secara langsung dengan “bermazmur atau berbahasa
roh”. Ini tentunya berbeda dengan berdoa dan bernyanyi, bahkan boleh dikatakan
perpaduan dari keduanya. Simak apa yang di sampaikan Djohan E.Handoyo :
“ Penyembahan tidak hanya berupa suatu gerakan tubuh atau karya
pikiran manusia untuk berserah kepada sesuatu yang lebih besar.
Penyembahan adalah menikmati hubungan kita dengan-Nya.”
“Penyembahan adalah ungkapan hati dan penyerahan total kepada
Tuhan lebih dari sekedar memuji Tuhan. Kalau pujian adalah suatu
ucapan syukur atas segala perbuatan Tuhan, penyembahan adalah
pengakuan bahwa saya adalah milik-Nya dan Tuhan dalah milik saya.”
Meskipun pemaparan Djohan E. Handoyo ini tidak menjelaskan secara spisifik tentang
penyembahan, namun apa yang dikatakannya cukup memberi gambaran tentang apa
itu penyembahan. Bagi kalangan pietis lebih tepat mengatakan seperti apa yang
diungkapkan Morris Smith :” Penyembahan yang sejati menyimpang dari definisi ; ia
hanya dapat dialami.”
Penyembahan di dalam liturgi ibadah gereja-gereja kontemporer memiliki posisi dan
porsi yang penting, sama seperti doa, pujian dan firman Tuhan. Dengan berbagai
fariasinya penyembahan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keagamaan kalangan
akar Pentakosta dan Kharismatik.
Memahami Secara Utuh
Menyembah Dalam Roh dan Kebenaran
Secara utuh pembicaraan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria adalah tentang
ibadah yang benar kepada Allah. Ibadah itu berhulu kepada kata “menyembah”. Dan
konsep teologis penyembahan dalam arti yang luas sebenarnya berkaitan dengan
keberadaan orang percaya dihadapan Allah.
Hal utama yang perlu dicermati ketika Yesus memperbincangkan wacana menyembah
dalam roh dan kebenaran sebenarnya lebih kepada tatanan makna.
Tuhan Yesus lebih mementingkan esensi dari siapa yang disembah dengan cara
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Bukan metodenya tetapi sikapnya yang menjadi
titik perhatian-Nya.
Untuk memahami secara utuh tentang konsep teologis menyembah dalam roh dan
kebenaran, maka kita harus kembali kepada esensi utamanya dan tidak terjebak
kepada hal-hal praktis yang sebenarnya lebih kepada ekspresi.
Menyembah : relasi dengan Allah sesuai Firman-Nya.
Hal yang prinsip dalam menterjemahkan menyembah Allah dengan roh dan kebenaran
adalah bagaimana kita berelasi dengan Tuhan sesuai dengan Firman-Nya. Mengenal
pribadi Allah dengan benar, sesuai dengan apa yang Dia ajarkan.
Bait Allah adalah tempat dimana Allah bersekutu dengan umat-Nya. Konsep bait
Allah di dalam Alkitab mengalami perubahan yang revolusioner. Di dalam Perjanjian
Lama bait Allah adalah bangunan secara fisik, namun di dalam Perjanjian Baru bait
Allah adalah tubuh dan pribadi orang percaya. 1Kor 6:19 : “Atau tidak tahukah kamu,
bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang
kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”
Secara teologis meskipun mengalami perubahan secara revolosioner namun esensi
bait Allah tetap merupakan tempat persekutuan antara Allah dengan umat-Nya.
Kemah Suci jaman Musa dibangun sebagai kehendak Allah untuk bersekutu dengan
umat-Nya. Keluaran 29:45 :” Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel dan Aku
akan menjadi Allah mereka.” Di dalam persekutuan dengan Allah, umat-Nya harus
mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup. Rom 12:1 : “Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah : itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Di dalam konteks hidup sebagai persembahan inilah kehadiran Allah nyata di diri
umat- Nya dan penyembahan mengalir dari kehidupan umat-Nya. Di dalam makna ini
juga penyembahan melibatkan seluruh aspek kehidupan. Walliam Barclay menyatakan
: “Kalau Allah itu roh, maka persembahan manusia kepada Allah haruslah juga
persembahan roh. Persembahan korban binatang dan barang-barang lain buatan
manusia tidaklah cukup. Persembahan yang berkenan kepada hakekat Allah hanya
persembahan roh, yaitu kasih, kesetiaan, ketaatan dan penyerahan diri.”
Selanjutnya sebagai bait Allah, Roma 12:1 diikuti Rom 12:2 : “Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada
Allah dan yang sempurna. Sebagai bait Allah orang percaya harus hidup sesuai
kehendak Allah : Kebenaran yang Allah berikan melalui fiman-Nya.
Menyembah : Ekspresi pengagungan Tuhan.
Relasi dengan Allah secara umum adalah di dalam seluruh aspek kehidupan kita dan
secara khusus merupakan persekutuan pribadi dan ibadah di gereja. Ibadah gereja
merupakan persekutuan umat dengan Allah. Di dalam ibadahlah umat memuji dan
mendengarkan Firman Allah. R.C.Sproul seorang teolog Injili menjelaskan : “Ketika kita
beribadah, kita membawa seluruh diri kita ke dalam tindakan berbakti kepada Allah
dan berkomunikasi dengan Allah. Ada banyak cara untuk melakukan hal ini. Manusia
bukan mahluk yang sederhana, melainkan bersifat kompleks. Jika kita dengan teliti
menyelidiki apa yang tertulis di dalam Kitab Suci – bahwa kita harus menyembah Allah
dengan seluruh jiwa, dengan seluruh tubuh dan dengan seluruh panca indera kita –
kita akan mempunyai suatu pandangan baru tentang beribadah” “Penglihatan,
pendengaran, perasaan, sentuhan, penciuman –semuanya tercakup dalam
pengalaman manusia.
Kita dipengaruhi oleh panca indera dan juga dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran kita,
tubuh kita, jiwa kita, hati kita-seluruh diri kita harus terlibat di dalam ibadah. Saya yakin
bahwa jika kita membuang salah satu segi kemanusiaan kita, berarti kita membuat
ibadah kita menjadi miskin.”
Bagi Ron Jenson dan Jim Stevens “Menyembah adalah mengadakan kontak dengan
Allah – berdoa kepada Allah, memuji, menyanyi kepada Allah, mengaku di hadapan
Allah dan memberi tanggapan kepada Allah sebagaimana Ia telah ditinggikan dan
dinyatakan dalam Firman-Nya. Tujuannya adalah untuk memberi sesuatu, bukan
untuk menerima sesuatu. Berkat pasti akan datang, karena menerima adalah hasil
dari memberi.”
Bagi kalangan pietis apostolik baru, penyembahan merupakan realitas dari
pengagungan Tuhan dengan melibatkan seluruh panca indra dan emosi. Bahkan ada
yang mengharuskan penyembahan dengan berbahasa roh.
Menyembah : relasi dengan intelektual dan ekspresi.
Meskipun tidak memberikan penyelesaian akhir, namun persoalan pokok tentang
penyembahan sebenarnya bermuara pada dua kutup “intelektual dan ekspresi”. “Suatu
kubu menyatakan bahwa perasaan religious adalah esensi kerohanian sejati. Apa yang
Anda percayai atau lakukan tidaklah begitu penting, asalkan kasih Tuhan kepada jiwa
Anda bisa Anda rasakan.”
Sementara yang lain berpendapat “inti dari kerohanian yang sejati adalah berpikir
benar. Para pendukung pandangan ini berpendapat bahwa perasaan tidaklah terlalu
penting dibandingkan doktrin dan sikap mental. Menurut mereka, keyakinan yang
benar membuat jiwa tetap terikat pada fondasi kebenaran, sementara perasaan
sifatnya
berubah-ubah dan sering menyeret orang yang tidak tahu pada kesia-siaan.”
Kubu pertama adalah gereja-gereja yang lebih menekankan pengalaman dari pada
doktrin. Sedangkan kelompok kedua “lebih bersifat intelektual, kurang menyentuh
aspek emosi dan tidak diwarnai antusiasme yang nyata. ”Penyembahan” yang
dikenal dikelompok ini adalah menyanyikan lagu-lagu rohani yang membosankan dan
dinyanyikan dengan kurang semangat.”
Jonathan Edward tidak menyetujui ekstrim sepihak dari kedua kubu tersebut.
“Menurutnya pandangan bahwa kerohanian sejati yang berpusat pada salah satu dari
perasaan atau keyakinan adalah menyesatkan. Baik pikiran ataupun hati, keduanya
sangat penting dan esensial bagi kerohanian yang sejati, sebab manusia adalah satu
kesatuan. Kerohanian melibatkan setiap dimensi dari keberadaan manusia, baik
perasaan, pikiran, maupun tindakan. Mempertentangkan antara pikiran dan perasaan,
atau antara pikiran dan hati, sama dengan membagi seseorang menjadi seseorang
menjadi bagian yang lepas.”
John MacArthur, Jr memberikan kesimpulan yang baik : “Ketulusan, kegairahan,
dan sikap agresif penting, tetapi semua itu harus didasarkan kepada kebenaran.
Dan kebenaran adalah dasar, tetapi bila tidak menghasilkan hati yang berhasrat,
gembira dan bergairah, penyembahan tersebut tidak lengkap.”
Secara pribadi penulis lebih cenderung kepada pemahaman bahwa orang percaya
mesti pundasi yang kuat tentang doktrin iman Kristen. Namun pada sisi yang lain
tetap bergairah, antusias dan hangat dalam mengekpresikan emosi atau perasaan
dalam pengagungan kepada Tuhan. Intelektual tidak dingin, ekpresi tidak antipati
terhadap intelektualitas-keduanya saling melengkapi. Namun demikian pada akhirnya
memang perlu juga mencamkan apa yang dikatakan oleh Bob Sorge : “Tidak ada satu
definisi pun yang tampaknya dapat mengekpresikan secara tepat tentang
penyembahan secara lengkap – mungkin karena penyembahan adalah pertemuan
Ilahi sehingga kedalamannya tidak sebatas sebagaimana Allah sendiri.”

2. Fungsi Tuhan Allah


Iman Kristen berkata : Tuhan Allah adalah Pencipta segala-galanya. Tuhan
Allah adalah pemeliharakehidupan. Tuhan Allah adalah PelindungKehidupanTuhan Allah
adalah PenghukumKehidupan. Tuhan Allah adalah PembebasKehidupan.
Dia Immaterial
MengenalNya membebaskan kita dari perbudakan materi
Hal yang utama kita belajar tentang Tuhan sebagai roh adalah bahwa Ia bukan materi.
Kita tidak mengatakan kalau Ia tak penting, tetapi, tidak berbadan. Ia tidak mempunyai
badan. Yesus menegaskan lagi fakta itu kepada Para murid yang ketakutan tidak lama
sesudah kebangkitanNya. Ketika Ia masuk ruangan dengan Badan yang dimuliakan
sehingga mereka pikir mereka telah melihat roh. Ia menenangkan mereka dengan
mengatakan, “ Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan
lihatlah, karena hantu tidak ada yang daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


20
pada-Ku” ( Luke 24:39). Roh tidak mempunyai badan.
Ini nampaknya menimbulkan masalah, karena Alkitab kadang-kadang mengacu pada
Tuhan seolah-olah Ia mempunyai suatu badan. Sebagai contoh, disebutkan Tangan
nya dan TelingaNya ( Isaiah 59:1), Matanya ( 2 Riwayat 16:9), dan Mulutnya (
Matthew 4:4). Teolog menyebutnya anthropomorphisms, berarti “ bentuk manusia.” Itu
adalah penyajian simbolis untuk membuat tindakan Tuhan lebih dapat dimengerti
pikiran kita yang terbatas. Tetapi Tuhan tidak punya unsur material dan Ia tidak
tergantung pada hal material. Ia tinggal di dunia roh.
Itu mempunyai beberapa implikasi bersangkutan dengan hidup kita. Jika kita
mengetahui, mencintai, dan melayani Tuhan yang tidak mempunyai unsur material, itu
seharusnya mengurangi minat kita pada berbagai hal material. Bukankah itu akan
membuat kita berbeda dari orang-orang di sekitar kita? Kita tinggal di suatu kultur
yang secara terus menerus mencoba untuk memberi makan keinginan untuk hal yang
dapat dibeli dengan uang dan keamanan yang bisa disediakan dengan uang. Hampir
mustahil untuk terlepas dari pengaruhnya. Kemewahan kemarin menjadi kebutuhan
sekarang.
Dan semakin kita mendapatkan, semakin sedikit kepuasannya. Jika kita pernah
mendapatkan segalanya yang kita ingin, kita akan temukan bahwa tidak satupun
dari hal itu membawa kepuasan riil.
Kita sering dengar cerita seperti itu, namun karena pengenalan kita akan Tuhan
sangat tidak mencukupi maka kita mengalami kesulitan untuk percaya bahwa
berbagai hal materi tidak bisa memuaskan kita. Kita terus berusaha untuk
memperoleh semakin banyak hanya karena itu telah menjadi jalan hidup kita. Kita
secara terus menerus bertanya pada diri kita, “ Bagaimana aku menginvestasikan
uang ini sehingga memberi aku lebih banyak uang?” Ada ratusan ribu jutawan di
negeri kita, banyak dari mereka yang Kristen. Para teman Kristen mereka kadang-
kadang mengundang mereka ke pertemuan-pertemuan untuk ceritakan bagaimana
Tuhan telah memberkati mereka.
Mereka sepertinya menyamakan berkat Tuhan dengan keuntungan bersih. Tetapi
itu tidak konsisten dengan Tuhan yang adalah roh.
Tuhan tidaklah menentang dengan uang. Ia mengijinkan kita untuk mendapatkan
uang yang kita cari. Ia memberi kita kesehatan, kekuatan, otak, dan peluang untuk
memperoleh itu. Tetapi Tuhan yang adalah roh tidak bisa diukur berkatnya dalam
bentuk rekening bank, portfolio investasi, atau saham. Ia mengukurnya dalam bentuk
kedamai dalam diri, kepuasan, arti hidup, tujuan, hubungan penuh kegembiraan dan
penuh kasih dengan orang lain, seperti halnya dengan hubungan dengan Dirinya.
Uang tidak bisa membeli berbagai hal itu.
Ada orang-orang membicarakan tentang berapa banyak Tuhan telah memberkati
mereka tapi sangat sedikit mengetahui apa itu berkat yang benar. Sungguh sial,
mereka mengacaukan banyak dari umat Tuhan yang tidaklah kaya dan metinggalkan
mereka merasa seolah-olah Tuhan tidak mengasihi mereka atau memperhatikan
mereka. Itu akan lebih menolong untuk bersaksi tentang bagaimana material dan uang
hanya memberi kepuasan yang kecil dibandingkan dengan kepuasan dari suatu
hubungan pribadi dengan Tuhan. Banyak orang tak beriman juga menghasilkan uang
banyak, tetapi itu tidak berarti berkat Tuhan ada atas hidup mereka. Jika uang adalah
ukuran berkat, maka kejahatan dan penjual obat harusnya lebih diberkati diatas
semuanya.
Tuhan yang adalah roh tidak mengukur berkat oleh jumlah berbagai hal material
yang kita kuasai.
Dia tidak mengukur keamanan dalam kaitan dengan berapa banyak yang sudah kita
timbun untuk masa depan. Ia dapat menghapuskan cadangan juta dolar siapapun
dengan cepat seperti ratus dolar (atau cadangan sepuluh dolar, jika itu situasi
keuanganmu). Ia ingin kita menemukan keamanan kita didalamNya, bukan didalam
uang atau berbagai hal material. Ia ingin segalanya untukNya. Ia mungkin tidak akan
meminta semuanya, tetapi Ia mempunyai hak untuk melakukannya jika Ia
menginginkannya. Ia minta segalanya pada pemuda kaya, dan orang itu melewatkan
kesempatan untuk menerima hidup abadi sebab ia takut terhadap harga dari
pemuridan (Luke 18:1827). Tuhan ingin kita menyerahkan apapun milik kita,
investasi apapun, apapun yang Ia, dan untuk mempercayakan masa depan kita
padaNya. Kita mampu melakukan itu ketika kita mengenal Tuhan yang adalah roh.
Pertanyaan yang paling utama yang kita harus tanyakan bukanlah, “ Bagaimana aku
menginvestasikan uangku untuk mendapat uang lebih banyak?” atau bahkan,
“ Bagaimana aku menyediakan keamanan keuangan yang lebih besar untuk diri ku dan
keluarga ku?” Suatu pertanyaan yang lebih baik, “ Bagaimana mungkin aku
menggunakan pendapatanku dan modal yang tersedia untuk memuliakan Tuhan,
untuk membantuNya, dan untuk membantu orang lain yang sedang kekurangan?”
Tuhanlah yang memberi kita uang. Bagi beberapa orang Ia memberi lebih dari orang
yang lain.
Tidak ada dalam Alkitab pelarangan investasi atau menabung. Tetapi Firman Tuhan
jelas menekankan bahwa uang tidaklah semata untuk ditimbun atau dibelanjakan untuk
kenyamanan kita sendiri. Itu untuk digunakan untuk kemuliaan Tuhan.
Itulah penekanan Kristus dalam cerita perumpamaan orang kaya yang bodoh (Luke
12:16-21). Orang itu menimbun kekayaan untuk dirinya, tetapi Tuhan tidak pernah
membiarkan dia hidup untuk menikmatinya. Tuhan berkata ia adalah orang bodoh,
dan jiwanya telah diambil dari dia malam itu juga. Setelah menceritakannya Yesus
menambahkan, “ Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi
dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah” (Luke 12:21). Untuk menjadi
kaya dalam Tuhan adalah dengan menginvestasikan apa yang kita kami punya untuk
keselamatan jiwa-jiwa, untuk menguatkan rohani umat Tuhan, dan untuk mengurangi
penderitaan manusia. Itu adalah berkat dan keamanan yang sejati.
Tuhan Yesus meringkas bahasan ini dengan indahnya didalam Khotbah
dibukit: “ Janganlah kamu mengumpulkan harta di Bumi; Di bumi ngengat dan
Karat
Merusakkannya dan pencuri membongkar serta Mencurinya. Tetapi kumpulkanlah
bagimu harta di Sorga; Di sorga ngengat dan Karat Tidak merusakkannya dan pencuri
tidak membongkar serta Mencurinya. Karena di mana hartamu Berada, Di situ juga
hatimu Berada” (Matthew 6:1921). Kita dapat membacanya, mengangguk setuju, tapi
terus menyimpan harta benda di atas bumi. Apakah kamu mengetahui kenapa? Itu
karena belum mengenal Tuhan dengan intim. Kita belum secara penuh mempelajari
bahwa, walau Ia tertarik dengan berbagai hal material dan walau Ia dapat menyediakan
semua yang kita perlukan, Dia sendiri adalah roh, dan yang berada diatas daftar
prioritasnya berhubungan dengan hal rohani. Apakah kamu memberi perhatian dalam
mengembangkan hidup kerohanimu sebanyak kamu meningkatkan keuntungan
bersihmu?
Tidak lama sesudah Khotbah dibukit Tuhan Yesus memberi para muridnya suatu
kesempatan untuk mempraktekannya. Ia mengirim mereka keluar untuk melayani
berdua-dua tanpa uang atau persediaan ekstra (Matthew 10:9-10). Mereka
mempelajari bahwa ketika mereka mengutamakan pelayanan Ia pasti memenuhi
kebutuhan phisik mereka. Kita juga mempunyai peluang untuk mempraktekannya. Ada
banyak yang membutuhkan bantuan di sekitar kita. Bagaimana nantinya kita
menjawab? Mereka yang dengan intim mengenal Tuhan yang adalah roh akan
memberi semakin banyak perhatian mereka kepada dunia rohani dan, sebagai
konsekwensinya, mempertunjukkan suatu pertumbuh kesediaan untuk berbagi unsur
material mereka melalui pelayanan rohani dan orang-orang sedang membutuhkan.
Didalamnya, Tuhan yang adalah roh dimuliakan
Tindakan yang diambil
Karena Tuhan adalah pribadi yang hidup, mulailah untuk berbicara denganNya
disepanjang hari. Bagikan tiap-tiap detil hidup denganNya — sukacita, dukacita,
kemenangan, kekalahan, permasalahan, kesenangan, ketakutan, frustrasi, dll.
Mengingat nature rohani Tuhan, perubahan apa harus kamu buat? Dalam
penggunaan uang?

3. Mengenal Allah di dalam Yesus Kristus


Memahami keberadaan dan fungsi Allah menurut iman Kristen harus mengacu pada
sumber ajaran Kristiani yaitu Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Apabila kita
membaca Kitab Perjanjian Lama maka kita mengetahui keberadaan Allah itu adalah Allah
yang jauh (Deus Transendensius).
Tetapi dalam Kitab Perjanjian Baru, Allah jauh itu sudah menjadi Allah yang dekat,
Allah yang berada di tengah-tengah kita (Deus Immanensius) ”Allah beserta kita.(Matius 1
:
2. Esensi keberadaan Allah adalah Firman yang sudah ada pada mulanya.
KeberadaanNya kemudian menjadi manusia, dan telah berada di tengah-tengah manusia.
Allah telah berfungsi dan berelasi dengan kehidupan manusia yaitu dengan perwujudan
kemuliaan, kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:1-2,14).
Yesus Kristuslah wujud Allah yang telah menjadi manusia. Keberadaan Allah yang
tidak terbatas dapat dilihat dan dimengerti hanya di dalam Yesus Kristus. Yesus sendiri
sudah mengatakan bahwa Dialah yang menyatakan nama Allah kepada semua orang.
(Yohanes 17 : 6).
Yesus disebut Anak Allah
Pengertian anak Allah di dalam Perjanjian Baru juga memiliki arti yang lebih
mendalam dibanding dengan pengertian di Perjanjian Lama. Juga di Perjanjian Baru
menjadi anak Allah adalah hak utama dari umat Allah sebagai kesatuan, bukan
sebagai individu.
Rasul Paulus menggunakan ungkapan anak Allah silih berganti dengan ungkapan benih
Abraham. Di Galatia 4:21 dan berikutnya, disebutkan bahwa kebebasan para anak Allah
adalah kebebasan mereka yang dari Yerusalem yang surgawi. Oleh karena itu maka
menjadi anak Allah berarti termasuk umat Allah yang baru. Pengangkatan menjadi anak
Allah adalah tujuan dari karya penyelamatan Tuhan Allah yang besar itu.
* Yohanes 1:12
LAI TB, Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak
-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
KJV, But as many as received him, to them gave he power to become the sons of God,
even to them that believe on his name:
TR, οσοι δε ελαβον αυτον εδωκεν αυτοις εξουσιαν τεκνα θεου γενεσθαι τοις
πιστευουσιν εις το ονομα αυτου
Translit Interlinear, color=olive]hosoi {semua yang} de {tetapi} elabon {menerima} auton
{Dia} edôken {Ia memberi} autois {kepada mereka} exousian {kuasa} tekna {anak-
anak} theou {Allah} genesthai {untuk menjadi} tois {orang-orang yang} pisteuousin
{percaya} eis {dalam} to onoma {nama} autou {Nya}[/color]
Gagasan yang beru di dalam Perjanjian Baru ialah, bahwa Tuhan Allah menyatakan
atau memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa, yang mengangkat para orang beriman
menjadi anak-anak Allah, itu dilaksanakan di dalam diri Yesus Kristus dan dalam karya
Roh Kudus. Bahwa orang beriman diangkat menjadi anak Allah adalah hasil karya
pendamaian Yesus Kristus, yang menjadikan orang beriman menerima Roh Kudus,
sehingga ia dapat berseru: Abba, ya Bapa.
Anak Allah
Sebagai sarana untuk menjadikan orang beriman menjadi anak Allah, Yesus sendiri
juga disebut Anak Allah. Alkitab terang membedakan antara Yesus Kristus sebagai
Anak Allah dan orang beriman sebagai anak Allah. Yesus Kristus adalah Anak Allah
yang Tunggal, Anak-Nya sendiri, sedang orang beriman diangkat menjadi anak Allah.
Hal ini menunjukkan, bahwa ada perbedaan yang besar di antara hubungan Tuhan
Allah sebagai Bapa dengan Yesus dan hubungan Tuhan Allah sebagai Bapa dengan
orang beriman.
Untuk mendekati persoalan ini, kita harus kembali kepada pernyataan, bahwa Yesus
Kristus adalah Firman yang menjadi manusia. Telah dikemukakan, bahwa jika Yesus
Kristus disebut Firman, hal itu berarti, bahwa Ia adalah alat atau sarana penyataan atau
perkenalan Tuhan Allah yang sempurna, sehingga barangsiapa melihat Dia, ia melihat
Allah.
Dalam Yohanes 17:6, 26 dapat disimpulkan, bahwa seluruh karya Kristus tidak lain
adalah: menyatakan atau memperkenalkan nama Allah. Padahal menurut Yohanes
17:11-12, nama Allah adalah kekuasaan yang melindungi umat Allah, sebab di situ
disebutkan, bahwa Yesus berdoa, agar Bapa memelihara para murid dalam nama-
Nya. Jadi nama Allah Bapa itulah yang memelihara para orang milik Yesus. Oleh
karena itu maka nama Allah, menurut Alkitab, bukan hanya sebutan yang kosong,
seperti nama kita, bukan hal yang mati, melainkan “Tuhan Allah sendiri dalam karya
pemeliharaan- Nya.” Nama Allah adalah hakekat Allah sendiri, yaitu bahwa Ia adalah
sekutu umat-Nya. Dari nama-nama-Nya, yang menyatakan karya-Nya itulah Tuhan
Allah dapat dikenal.
Maka apa yang dilakukan oleh Yesus terhadap para murid-Nya pada hakekatnya
adalah: memperkenalkan Bapa kepada para murid-Nya. Akan tetapi hal
“memperkenalkan Bapa kepada para murid-Nya” ini bukanlah diuraikan secara teori,
bukan berwujud ajaran seperti seorang guru agama menerangkan kepada para
muridnya, melainkan hal itu ditunjukkan di dalam karya-Nya. Itulah sebabnya Kristus
dapat berkata, “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku.
Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” Itulah juga sebabnya,
bahwa menolak Yesus berarti menolak Tuhan Allah Bapa. Demikianlah “menyatakan
nama Bapa” pada hakekatnya adalah “menyatakan Allah Bapa” atau “memperkenalkan
Allah Bapa” itu sendiri. Dalam hal ini tampak di dalam firman dan karya Yesus. Seluruh
hidup Kristus menampakkan bagaimana Tuhan Allah sebagai Bapa umat-Nya.
Sebagai sarana penyataan atau perkenalan Allah Bapa, yang menunjukkan di dalam
seluruh hidupnya bagaimana Allah Bapa itu, Yesus sendiri disebut Anak Allah.
Arti ungkapan Anak Allah bagi Yesus pada dasarnya tidak berbeda dengan arti
ungkapan itu, jika dikenakan kepada orang beriman yang disebut anak Allah.
Arti ungkapan anak Allah adalah bahwa Israel harus mempersembahkan seluruh
hidupnya bagi kemuliaan Tuhan Allahnya, atau harus mencerminkan kehidupan ilahi
di dalam hidupnya, seperti anak harus mencerminkan hidup bapanya. Hal ini hanya
mungkin, jikalau Israel mentaati segala kehendak Tuhan Allah, sekutunya. Padahal
mentaati kehendak Allah itu hanya mungkin, jikalau ada persekutuan yang akrab di
antara Tuhan Allah dengan orang beriman. Hal ini semuanya berlaku juga bagi
Yesus sebagai sarana penyataan Tuhan Allah.
Bagaimana hubungan Yesus Kristus dengan Tuhan Allah?
Dari Yohanes 6:57 yang menyebutkan, bahwa Anak hidup oleh Bapa, dan dari Yohanes
10:30 yang menyebutkan, bahwa keduanya, yaitu Bapa dan Anak, adalah satu, serta
dari Yohanes 16:15 yang menyebutkan, bahwa segala sesuatu yang Bapa punya,
adalah Anak punya, sehingga apa yang menjadi milik Bapa juga menjadi milik Anak,
karena telah diberikan Bapa kepada Anak, dapat kiranya diambil kesimpulan, bahwa
Yesus Kristus mendapat bagian yang tiada taranya dari apa yang dimiliki Allah Bapa.
Ada kesatuan yang erat sekali antara Allah Bapa dan Yesus Kristus.
Akan tetapi harus segera dicatat, bahwa kesatuan Tuhan Allah dengan Yesus itu
bukanlah kesatuan yang terletak pada kesatuan tabiat yang statis, bukan dalam arti
memiliki zat yang sama (bukan secara ontologis atau di bidang keberadaan),
melainkan kesatuan di dalam karya atau perbuatan. Hal ini terang dari penjelasan
Yesus Kristus sendiri. Di Yohanes 10:37-38, Ia berkata, “Jikalau Aku tidak melakukan
pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku
melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-
pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam
Aku dan Aku di dalam Bapa.”
Dari kata-kata ini jelas, bahwa jikalau Yesus melakukan [Yunani, poiô/poieo]
pekerjaan- pekerjaan Bapa, maka pekerjaan-pekerjaan [Yunani, erga/ergon] itu
menjadi bukti, bahwa Bapa di dalam Anak dan Anak di dalam Bapa. Bahwa Yesus
satu dengan Allah Bapa, hal itu tampak dari pekerjaan-pekerjaan-Nya atau karya-
karya-Nya.
Selanjutnya kesatuan Allah Bapa dan Yesus Kristus yang tampak di dalam karya-
karya- Nya itu diungkapkan demikian, bahwa yang dikerjakan oleh Yesus itu adalah
apa yang Ia lihat Bapa mengerjakannya, dan bahwa yang dilakukan oleh Yesus itu
adalah apa yang telah ditugaskan oleh Allah Bapa kepada-Nya, sehingga segala
pekerjaan Yesus tadi dilakukan atas nama Bapa, dan oleh karena itu pekerjaan yang
dilakukan-Nya adalah pekerjaan Allah Bapa sendiri.
Demikianlah kiranya jelas, bahwa kesatuan Allah Bapa dengan Yesus sebagai
Anak Allah adalah kesatuan di dalam karya-karya-Nya, bukan di dalam tabiat-Nya
atau di dalam zat-Nya.
Kecuali mengerjakan pekerjaan Allah Bapa, Yesus sebagai Anak Allah juga
membawakan firman atau sabda Allah Bapa (Yohanes 14:24 di mana Ia berkata,
bahwa firman yang mereka dengar itu bukan dari Kristus sendiri, melainkan dari Bapa
yang mengutus-Nya). Apa yang disabdakan oleh Yesus Kristus adalah apa yang telah
diajarkan Bapa kepada-Nya. Demikianlah firman atau sabda yang telah dibawakan
Yesus tidak boleh dipisahkan dari karya-karya-Nya. Jadi kedua-duanya, baik firman
maupun karya Yesus menyatakan atau memperkenalkan Yang Mengutus dan Yang
Diutus.
Dari apa yang telah dikemukakan di atas itu kiranya jelaslah bahwa sebutan Anak bagi
Yesus berarti, bahwa Ia di dalam hidup-Nya melaksanakan apa yang telah direncanakan
Allah Bapa, atau Ia menjadi penyataan Allah sebagai sekutu umat-Nya. Di dalam hidup-
Nya, di dalam karya-karya-Nya Yesus menunjukkan atau menyatakan bahwa Tuhan
Allah adalah sekutu umat-Nya, penyelamat umat-Nya. Di dalam diri Yesus dapat dilihat
dan diketahui, bagaimana Tuhan Allah menyelamatkan umat-Nya.
* Roma 8:32,
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi
kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada
kita bersama-sama dengan Dia?
Menurut ayat di atas, melaksanakan rencana Tuhan Allah untuk menyelamatkan itu
terlebih-lebih terjadi di dalam kematian Yesus. Jikalau menjadi Anak Allah berarti
melaksanakan rencana Allah, maka dari ayat itu jelas, bahwa hal itu dilaksanakan
hingga kematian-Nya. Sebab di dalam kematian-Nya itu terlaksana rencana Allah
untuk menyelamatkan umat-Nya. “Menjadi Anak Allah” berarti: menjadi pelaksana
perjanjian Allah dengan umat-Nya, yaitu “menderita dan mati bagi umat Allah.” Hal ini
jelas juga dari Galatia 4:4, yang menyebutkan, “setelah genap waktunya, maka Allah
mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum
Taurat.”
Dapat dibandingkan dengan Roma 5:10 yang menyebutkan, bahwa ketika kita masih
seteru kita diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya. Jadi memang
Bapalah yang memberikan “cawan minuman” itu kepada Yesus Kristus sebagai Anak-
Nya. Itulah sebabnya ketika rasul Petrus mengakui, bahwa Yesus adalah Mesias,
Anak Allah yang hidup, segera Yesus menghubungkan pengakuan sebagai Anak
Allah itu
dengan kesengsaraan-Nya. Di Markus 15:39 kepala pasukan Roma mengakui Kristus
sebagai Anak Allah, pada waktu Yesus disalib.
Kasih Anak kepada Bapa diungkapkan di dalam kesetiaan Anak itu untuk
memberikan nyawa-Nya.
Di dalam kesimpulan mengenai sebutan Anak Allah di dalam Perjanjian Lama telah
dikemukakan, bahwa sebutan Anak Allah itu mengandung arti, bahwa Israel sebagai
umat Allah atau sebagai sekutu Allah harus mentaati segala perintah Tuhan Allah,
seperti halnya dengan anak mentaati Bapanya. Sebagai Anak Allah Israel harus
mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Tuhan Allah, Bapanya. Akan tetapi di
dalam sejarah ternyata, bahwa Israel tidak mampu memenuhi tugasnya sebagai
sekutu Allah itu. Israel adalah anak Allah yang gagal dalam tugasnya.
Sekarang Yesus Kristus datang untuk memenuhi apa yang tidak dapat dipenuhi oleh
umat Allah di Perjanjian Lama, yaitu menjadi anak Allah. Yesus adalah Anak Allah
yang sejati, sebab Ia dapat memenuhi fungsi anak Allah, yaitu menunaikan tugas
mempersembahkan seluruh hidup-Nya bagi Tuhan Allah, Bapa-Nya. Penunaian
tugas itu dipenuhi hingga selesai di kayu salib, hingga titik darah yang penghabisan.
Yesus Kristus adalah sekutu Allah yang sejati, sebab fungsi Israel sebagai sekutu
Allah dipenuhi-Nya dengan secara sempurna.
Dari uraian sebelumnya jelas juga, bahwa sebutan Anak Allah bagi Yesus
menunjukkan kepada “karya-Nya untuk menyelamatkan”. Yesus adalah Anak Allah,
sebab di dalam Dia Tuhan Allah telah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya
sebagai penyelamat umat-Nya. Yesus Kristus adalah alat Tuhan Allah untuk
menyatakan atau memperkenalkan karya penyelamatan-Nya. Di dalam diri-Nya
tampak sampai di mana Tuhan Allah menjadi sekutu umat-Nya. Oleh karena umat-
Nya tidak dapat memenuhi tugasnya menjadi sekutu-Nya, maka ia dalam diri Yesus itu
Tuhan Allah sendiri telah membuktikan hakekat-Nya yang sejati, yaitu bahwa Ia
adalah sekutu umat-Nya. Sebab di dalam Yesus Kristus itu Tuhan Allah telah
mendamaikan umat-Nya yang tidak setia kepada panggilannya itu dengan diri-Nya
sendiri. Yesus Kristus adalah puncak turunnya Tuhan Allah untuk menemui manusia
berdosa. Menjadi Anak Allah berarti menjadi jalannya Tuhan Allah bersekutu dengan
umat-Nya secara akrab. Di dalam diri Yesus Kristus, Tuhan Allah telah memenuhi
peranan-Nya sebagai sekutu umat-Nya hingga selesai. Bahkan dapat dikatakan,
bahwa di dalam diri Yesus itu Tuhan Allah sendiri telah mengganti peranan sekutu-
Nya yang tidak setia, yaitu yang dilakukan di dalam menjadi serupa dengan daging
yang dikuasai dosa.
Jika Yesus Kristus sebagai alat penyelamat Tuhan Allah disebut Anak Allah, hal itu
bukan dimaksud dalam arti ontologis, artinya: bukan menunjuk kepada kesamaan
keberadaan, atau bukan menunjuk kepada kesamaan tabiat atau zat. Bahwa Yesus
adalah Anak Allah, hal itu ternyata di dalam firman dan karya-Nya. Dan pengertian itu
mengandung dua segi:
Yesus Kristus adalah Anak Allah yang sejati, sebab hanya di dalam Dialah fungsi Anak
Allah dilaksanakan dengan sempurna, yaitu mempersembahkan seluruh hidup-Nya
bagi Tuhan Allah, dengan ketaatan yang sempurna. Manusia pertama karena dosanya
tidak dapat memenuhi tugas sebagai anak Allah itu, dan Israel sebagai umat Allah dan
sebagai anak Allah juga gagal di dalam penunaian tugasnya itu. Yesus Kristus adalah
sekutu Allah yang sejati, yang mentaati segala kehendak Tuhan Allah hingga mati di
kayu salib. Sebagai Anak Allah, Yesus Kristus mengganti fungsi manusia berdosa di
hadapan Tuhan sebagai Bapanya. Sebagai ganti manusia, Yesus Kristus adalah Anak
Allah, adalah manusia yang sejati.
Yesus Kristus adalah Anak Allah yang sejati, sebab Dialah yang mencerminkan
kehidupan ilahi di dalam seluruh hidup-Nya secara sempurna. Bukankah sekutu Allah
harus mencerminkan kehidupan Allah yang menjadi sekutunya, dan bukankah anak
harus mencerminkan hidup bapanya? Di dalam Yesus Kristus tampak Tuhan Allah
menjadi sekutu umat-Nya. Isi hati Tuhan Allah sebagai penyelamat umat-Nya telah
dinyatakan secara sempurna di dalam firman dan karya-karya Kristus, sebagai seorang
anak yang mencerminkan kehidupan bapanya. Oleh karena itu Yesus Kristus adalah
satu-satunya Anak Allah. Ia adalah Anak Allah yang Tunggal. Di samping-Nya tidak
ada yang pernah menyatakan kehidupan ilahi seperti yang telah dilakukan oleh Yesus
Kristus. Sebagai alat penyataan Allah yang sempurna Yesus Kristus adalah Anak
Allah. Oleh karena di luar Yesus Kristus tidak ada pengenalan akan Tuhan Allah, maka
sebagai penyataan Allah yang sempurna Ia disebut Allah juga. Akan tetapi harus
diingat, bahwa keallahan Kristus itu tampak di dalam firman dan karya-Nya, bukan di
dalam kesamaan keberadaan atau kesamaan tabiat atau zat. Dari firman dan karya-
Nyalah orang dapat mengetahui, bagaimana Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya,
atau bagaimana hakekat Tuhan Allah yang sejati. Itulah sebabnya Yesus dapat berkata
“Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”, bukan dalam tabiat atau zat
Yesus, melainkan di dalam firman dan karya-Nya.
Demikian arti ungkapan Anak Allah dan Allah yang dikenakan kepada Yesus. Untuk
melengkapi pengertian itu, perlu dibicarakan hal Yesus disebut Firman Allah.
Yesus Adalah Sang Firman
Di dalam Perjanjian Lama, firman Allah adalah firman yang bekerja. Firman Allah
adalah alat penyataan atau alat perkenalan Tuhan Allah, atau dapat dikatakan juga,
bahwa firman Allah adalah wajah Allah yang diarahkan kepada dunia ini, atau segi
Allah yang diarahkan kepada dunia ini. Bukankah dari firman dan karya Tuhan Allah
itu kita dapat mengenal-Nya? Demikian juga, bahwa firman Allah tadi dihubungkan
dengan penjadian dan pembaharuan penjadian ini.
Di dalam Injil Yohanes, firman Allah ini dihubungkan dengan Yesus Kristus. Sebab di
situ disebutkan, bahwa firman Allah itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah
dan adalah Allah, tetapi kemudian telah menjadi manusia dan diam di antara kita, yang
kemuliaan-Nya telah dilihat oleh Yohanes.
Dengan ini dinyatakan, bahwa Yesus Kristus, yaitu manusia Yesus Kristus, bukan
berasal dari dunia ini, bukan berasal dari bawah, melainkan dari kekekalan, dari atas.
Bagaimana kita harus mengartikan hal ini?
Pertama-tama harus diingat, bahwa maksud Yohanes dengan seluruh Injilnya (dari
pasal 1 hingga pasal 21) adalah untuk menunjukkan, bahwa seluruh hidup Yesus
Kristus adalah penyataan atau perkenalan Tuhan Allah, dengannya Tuhan Allah
memperkenalkan diri-Nya sebagai pencipta, penyelamat dan pembebas umat-Nya,
atau sebagai sekutu umat-Nya. Seluruh hidup Kristus, sejak awal hingga akhirnya,
dengan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, serta kenaikan-Nya ke surga,
semuanya itu adalah pengungkapan hakekat Tuhan Allah, yaitu bahwa Tuhan Allah
adalah sekutu umatnya. Pokok pikiran Yohanes di dalam Injilnya itu ialah fungsi firman
Allah sebagai alat penyataan Tuhan Allah, yang diungkapkan di dalam firman dan
karya Yesus Kristus, seperti halnya dengan hakekat Tuhan Allah sebagai sekutu umat-
Nya itu juga diungkapkan di dalam firman dan karya Yesus Kristus. Harus diingat,
bahwa Yohaneslah yang mengungkapkan, bahwa barangsiapa melihat Yesus, ia
melihat Allah Bapa.
Pokok pikiran Yohanes tersebut harus dipegang teguh, jika kita ingin mendekati kata-
kata Yohanes yang mengungkapkan bahwa Firman itu pada mulanya bersama-sama
dengan Allah dan Allah adanya. Sebab kata-kata itu bermaksud menunjukkan, bahwa
Firman Allah yang disabdakan oleh Tuhan Allah, tidak boleh dipisahkan dari Tuhan
Allah sendiri. Sejak pada mulanya Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Allah
adanya. Firman itu disebut Allah, sebab hanya dengan Firman itulah Tuhan Allah
menyatakan diri atau memperkenalkan diri, atau lebih tepat lagi: menyatakan atau
memperkenalkan hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya. Orang tidak dapat tahu
sedikitpun tentang hakekat Tuhan Allah yang sejati tanpa Firman itu atau tanpa Sabda
Allah yang disabdakan. Firman itu bukan sesuatu yang berada di samping Tuhan
Allah atau di luar Tuhan Allah. Sebab Firman Allah itu adalah “Tuhan Allah sendiri di
dalam penyataan-Nya”. Firman Allah itu bukan Tuhan Allah di dalam zat-Nya atau
tabiat-Nya, melainkan Tuhan Allah di dalam penyataan-Nya. Tuhan Allah di dalam
firman dan karya
-Nya yang menyelamatkan umat-Nya. Firman Allah adalah karya penyelamatan Allah.
Tiada Firman Allah tanpa Allah, artinya: tiada penyataan, tiada perkenalan tanpa yang
dinyatakan atau diperkenalkan, seperti halnya tiada karya Allah tanpa Yang Bekerja,
yaitu Tuhan Allah sendiri.
Alkitab tidak pernah hanya membicarakan Tuhan Allah pada diri-Nya sendiri, tanpa
karya atau penyataan-Nya. Oleh karena itu tidak mungkin Firman Allah tadi
disebutkan lepas dari Tuhan Allah sendiri.
Jikalau Yohanes menyebut hal pra-eksistensi Firman (artinya, Firman itu telah ada
sebelum dunia dijadikan), Yohanes tidak mengadakan spekulasi atau pandangan
khayalan tentang Firman itu. Dengan kata-katanya di Yohanes 1:1 yang sederhana ini
Yohanes hanya ingin mengajarkan, bahwa Firman Allah tadi bersama-sama dengan
Allah dan Allah adanya. Di dalam bab 1 dari Injilnya itu, Yohanes sama sekali tidak
bermaksud berspekulasi mengenai Firman.
Setelah Yohanes sebentar menyebutkan asal Firman itu, segeralah ia membicarakan
karya Firman, yaitu bahwa segala sesuatu dijadikan olehnya dan diselamatkan-Nya.
Dengan Yohanes 1:1 itu seolah-olah kita diajak sebentar menjenguk ke belakang
penampakan Yesus Kristus, yaitu Firman yang telah menjadi manusia, untuk
menunjukkan, bahwa Yesus Kristus bukanlah berasal dari bawah, melainkan dari
atas, titik. Lebih dari itu Yohanes tidak menghendakinya. Maka kita juga tidak perlu
menyelidiki, bagaimana keadaan di belakang layar Yesus Kristus itu. Menurut
Yohanes, yang penting bukanlah apa yang di belakang layar, melainkan apa yang
dikerjakan Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat Allah. Yohanes ingin
menunjukkan, bahwa jikalau Yesus Kristus disebut Firman yang semula bersama-
sama dengan Allah dan Allah adanya, hal itu dinyatakan di dalam karya
penyelamatan-Nya. Dari karya penyelamatan-Nya yang diuraikan di seluruh Injil
Yohanes, orang boleh mengetahui, bahwa Yesus Kristus adalah Firman yang pada
mulanya bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya. Karya penyelamatan yang
diuraikan di seluruh Injil Yohanes adalah bukti bahwa Yesus Kristus bukan berasal
dari bawah, melainkan dari atas.
Apa yang dikemukakan oleh Yohanes di dalam awal Injilnya ini juga terdapat di dalam
surat Ibrani, yaitu Ibrani 1:1-3. Di situ disebutkan, bahwa penjadian dunia ini terjadi
karena Anak Allah, dan bahwa Anak Allah itu adalah cahaya kemuliaan Allah dan
gambar wujud Allah.
Ungkapan yang mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah cahaya kemuliaan Allah itu
berarti, bahwa Ia memiliki kemuliaan yang sama dengan Allah dan menjadi cermin
yang memantulkan kemuliaan Allah. Adapun ungkapan yang mengatakan, bahwa
Yesus Kristus adalah gambar wujud Allah berarti, bahwa Ia menampakkan hakekat
Allah yang sejati, yaitu bahwa Tuhan Allah adalah sekutu umat-Nya. Jadi Ibrani 1:1-3
ini menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah alat penyataan Tuhan Allah yang
sempurna (Sama dengan arti ungkapan: Firman).
Jadi di dalam surat Ibrani, firman Allah dihubungkan dengan Anak Allah dan dengan
karya-Nya di dalam penjadian dan pembaharuan penjadian. Hal yang demikian sama
dengan apa yang disebutkan di Yohanes 1. Selain daripada itu, perhatian penulis
surat Ibrani juga tidak berhenti pada hal mengadakan pemandangan yang panjang
lebar mengenai kesamaan Yesus Kristus dengan Tuhan Allah. Sebentar ia
menunjukkan kepada hubungan yang kekal di antara Allah Bapa dan Anak, akan
tetapi segera ia
mengarahkan perhatiannya kepada karya penyelamatan Anak itu. Juga dari ayat-ayat
dalam surat Ibrani ini jelas, bahwa Yesus Kristus adalah Allah di dalam penyataan-
Nya. Ia adalah Allah, dilihat dari segi ini, bahwa di dalam Dialah Tuhan Allah
menyatakan diri- Nya, bahwa di dalam Dialah Tuhan Allah sendiri menyatakan
hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya.
Gagasan yang sama dengan ini juga diungkapkan oleh Rasul Paulus di dalam
suratnya yang kepada jemaat Filipi, yaitu di Filipi 2:6-8. Di Filipi 2:6 disebutkan, bahwa
Yesus Kristus semula dalam rupa Allah atau dalam wujud Allah [en morphê theou].
Menurut para ahli, kata morphê di sini menunjuk kepada kata yang dalam Kejadian
1:26 diterjemahkan dengan gambar Allah dan yang dalam Kolose 1:14-15 juga
diterjemahkan demikian. Jikalau demikian, maka di Filipi 2:6 ini Rasul Paulus
menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah gambar Allah, yang semula ada pada
Allah, dan yang kemudian mengosongkan diri-Nya menjadi manusia. Menjadi gambar
Allah berarti: terpanggil untuk menampakkan di dalam hidupnya hidup ilahi. Manusia
pertama dijadikan menurut gambar Allah atau menurut gambar dan rupa Allah. Hal ini
berarti, bahwa manusia dipanggil untuk menampakkan di dalam hidupnya hidup ilahi.
Padahal itu hanya mungkin, jikalau manusia mentaati kehendak Tuhan Allah. Akan
tetapi manusia pertama tidak setia kepada tugasnya. Tidaklah demikian keadaan
Yesus Kristus. Sekalipun Anak Allah adalah gambar Allah, artinya terpanggil untuk
menampakkan hidup ilahi, namun Ia tidak berbuat seperti yang telah diperbuat oleh
manusia pertama. Ia setia kepada tugas-Nya. Kesetiaan-Nya dinyatakan di dalam hal
ini, bahwa Ia mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba dan
merendahkan diri-Nya serta taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Jadi
bahwa Kristus adalah gambar Allah hal ini dinyatakan di dalam karya penyelamatan-
Nya.
Jadi di sini tiada spekulasi mengenai pra-eksistensi Anak Allah. Setelah Rasul
Paulus sebentar menunjukkan kepada asal Anak Allah, segeralah ia menunjukkan
karya-Nya yang membuktikan hakekat-Nya sebagai gambar Allah tadi.
Kristus Sebagai Gambar Allah
Mengenai Kristus sebagai gambar Allah diuraikan juga di Kolose 1:14-15, 2 Korintus
4:4 dan Ibrani 1:3. Juga dari ayat-ayat ini tampak bahwa jikalau Kristus disebut gambar
Allah yang tidak kelihatan, hal itu menunjuk kepada fungsi Kristus sebagai penyataan
Tuhan Allah. Dengan cara yang tampak, yaitu di dalam karya penyelamatan-Nya,
Kristus menyatakan Tuhan Allah.
Sebagai Anak Allah, Yesus adalah gambar Allah yang di dalam hidup-Nya
menampakkan kehidupan ilahi secara sempurna, yang oleh karenanya disebut Allah.
Demikianlah Anak Allah, kecuali disebut Firman, yang bersama-sama dengan Allah
dan Allah adanya, juga disebut gambar Allah yang menampakkan hidup ilahi. Dan
semuanya tampak di dalam karya penyelamatan-Nya.
Kepada dua macam kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya mengenai
Yesus sebagai Anak Allah (yaitu hanya di dalam Dialah fungsi Anak Allah
dilaksanakan dengan sempurna dan bahwa Dialah mencerminkan hidup ilahi di dalam
seluruh hidup- Nya), dapat ditambahkan (berdasarkan uraian tambahan), bahwa
jikalau Yesus Kristus disebut Anak Allah, hal itu bukan berarti bahwa Ia identik dengan
Bapa, sebab Ia adalah Allah di dalam karya-Nya, atau Allah di dalam penyataan-Nya.
Hal ini sama dengan Firman. Sekalipun Firman disebut Allah, hal itu tidak berarti,
bahwa Firman itu identik dengan Allah. Juga sama dengan halnya gambar Allah, yang
mencerminkan hidup ilahi, namun tidak identik dengan Allah.
Sekalipun demikian tidak boleh disimpulkan, bahwa Anak Allah adalah suatu Allah di
samping Bapa, sehingga keduanya berada berdampingan. Yesus Kristus adalah Allah di
dalam penyataan-Nya. Maka Anak Allah bukanlah Bapa dan sebaliknya Bapa bukanlah
Anak. Anak Allah adalah Firman Allah, Sabda Allah, yang tidak dapat dipisahkan
dengan Allah, dan Anak Allah adalah gambar Allah, yang tidak dapat dipisahkan dengan
Allah sendiri.
Allah adalah Bapa di dalam penyataan-Nya atau karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya,
yang telah mengambil inisiatif atau prakarsa untuk menyelamatkan umat-Nya, dan yang
telah memanggil umat-Nya untuk menjadi sekutu-Nya, atau menjadi anak-Nya, yang
harus mentaati kehendak-Nya.
Allah adalah Anak di dalam penyataan-Nya atau di dalam karya-Nya untuk
merealisasikan hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, ketika umat gagal memenuhi
fungsinya sebagai umat Allah. Allah adalah Anak, yang telah merealisasikan tugas-Nya
dengan sempurna, yaitu dengan ketaatan-Nya hingga di kayu salib.
Sang Firman dan Roh Kudus
Mengenai Roh Kudus dapat dikatakan, bahwa penyataan Tuhan Allah sebagai Roh juga
berpusat pada Kristus.
Hal ini jelas dari wawancara yang diadakan oleh Yesus dengan orang perempuan
Samaria di Yohanes 4. Segera orang perempuan Samaria itu menduga, bahwa Yesus
adalah seorang nabi, segeralah ia mempersoalkan hal tempat di mana orang dapat
menyembah Tuhan Allah dengan sebenarnya, yaitu: di bukit dekat Samaria itukah
(seperti yang diajarkan oleh bangsanya) atau di Yerusalem (seperti yang diajarkan oleh
orang Yahudi)? Yesus menjawab, bahwa saatnya akan datang, bahwa orang akan
menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem, sebab Allah itu
Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan
kebenaran.
Ungkapan “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya
dalam roh dan kebenaran” biasanya diterangkan demikian (terlebih-lebih oleh para
orang kebatinan), bahwa cukuplah orang menyembah Allah di dalam batinnya, sebab
Tuhan Allah adalah Roh, zat yang halus. Akan tetapi keterangan yang demikian itu
sebenarnya tidak cocok dengan yang dimaksudkan oleh bagian Alkitab ini.
Jikalau di sini disebutkan, bahwa Tuhan Allah adalah Roh, hal ini bukan berarti,
bahwa Tuhan Allah adalah zat yang halus, yang tidak dapat diamati oleh indera
manusia, seperti yang diajarkan oleh Plato. Kata Roh di sini harus dilihat dari latar
belakang Perjanjian Lama, yaitu bahwa Tuhan Allah adalah “sumber hidup yang
dengan aktif menghidupkan”. Tuhan Allah adalah Roh, berarti bahwa Tuhan Allah
adalah Allah yang hadir berbuat, yang kehadiran-Nya memberikan daya hidup.
Barangsiapa yang hendak menyembah Tuhan Allah yang kehadiran-Nya adalah
kehadiran yang berbuat secara dinamis, ia harus juga menyembah-Nya dengan roh,
artinya: ia harus menyembah Tuhan Allah “di tempat di mana kehadiran-Nya secara
dinamis atau secara aktif dirasakan”. Selanjutnya disebutkan, bahwa barangsiapa
yang menyembah Tuhan Allah yang demikian itu, ia harus menyembah-Nya dengan
kebenaran, artinya: ia harus menyembah Tuhan Allah “di tempat kesetiaan-Nya
kepada perjanjian-Nya dirasakan”. Jadi menurut kata Yesus, menyembah Tuhan
Allah dalam roh dan kebenaran berarti: menyembah Tuhan Allah di tempat Tuhan
Allah hadir dengan nyata dengan karya-Nya untuk menampakkan kekuatan
kesetiaan-Nya, yang dilaksanakan dalam firman dan karya-Nya sebagai sekutu umat-
Nya.
Bahwa perempuan Samaria mengerti maksud Yesus yang demikian itu, jelas dari kata-
katanya, bahwa jikalau Mesias, yang juga disebut Kristus datang, Ia akan
memberitakan segala sesuatu kepada mereka. Kata-kata itu menunjukkan, bahwa
perempuan itu tahu, bahwa Mesias atau Kristus menjadi penjelmaan Allah sebagai
sekutu umat-Nya, yang akan memberitahukan di mana Allah hadir dengan kekuatan
kesetiaan-Nya. Pengakuan yang demikian itulah yang dinanti-nantikan oleh Yesus dari
DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage
30
perempuan Samaria tersebut. Oleh karena itu segeralah Yesus berkata, bahwa Dialah
Mesias yang juga

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


31
disebut Kristus, yang diharapkan para orang Samaria itu.
Jadi menurut Yesus, sekarang di dalam diri-Nya orang dapat menyembah Tuhan Allah
dengan kehadiran-Nya yang mendatangkan hidup. Sebab itu, Yesus Kristus adalah
kehadiran Tuhan Allah sebagai Roh dalam karya-Nya yang menghidupkan.
Dari uraian ini kiranya jelas, bahwa gambaran Alkitab mengenai Tuhan Allah adalah
bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang hidup dan bekerja, dan yang senantiasa
bekerja. “Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” Allah yang
senantiasa bekerja ini telah mencurahkan hidup-Nya kepada dunia yang dijadikan-
Nya. Dengan “menjadikan” itu Tuhan Allah telah menjadi Roh yang menghidupkan.
Dan selanjutnya dengan Roh-Nya itu, Tuhan Allah juga telah memelihara dan
melangsungkan hidup dunia ini.
Demikianlah arti ungkapan Roh di dalam Perjanjian Baru sama dengan ungkapan Roh
di dalam Perjanjian Lama.
Bagaimana hubungan Roh ini dengan Yesus sebagai Anak Allah?
Di dalam Perjanjian Lama, raja disebut anak Allah. Hal itu disebabkan karena di
dalam raja itu telah terangkumkan seluruh umat Israel sebagai anak Allah. Raja di
Israel mewakili seluruh umat Allah sebagai sekutu Allah. Oleh karena itu Roh Allah
atau kekuatan ilahi yang dinamis juga bekerja pada raja itu.
Di dalam Perjanjian Lama, kedudukan Mesias sebagai hamba Tuhan juga mendapat
tugas yang khas dari Tuhan Allah, dan oleh karena itu Roh Allah juga bekerja di dalam
Mesias sebagai Hamba Tuhan. Di situ Roh Allah bekerja sebagai roh hikmat dan
pengertian, sebagai roh nasehat dan keperkasaan, sebagai roh pengenalan dan takut
akan TUHAN. Di dalam Mesias itu terangkum juga seluruh umat-Nya, sebab Ia
mewakili umat-Nya di dalam karya-Nya.
Karya Kristus yang dilakukan atas nama Allah Bapa adalah karya Allah Bapa sendiri
di dalam hendak menyelamatkan umat-Nya. Maka karya Kristus di dalam
penyelamatan- Nya itu dapat juga dipandang sebagai pelaksanaan Roh atau kekuatan
ilahi yang dinamis di dalam menyelamatkan umat-Nya.
Jadi ada hubungan yang erat sekali di antara karya Kristus sebagai Anak Allah dan
karya Roh Kudus sebagai kekuatan ilahi atau daya ilahi. Hubungan itu demikian
eratnya, hingga Roh Kudus juga disebut Roh Kristus. Kristus mendatangi para orang
milik-Nya di dalam Roh dan di dalam Roh itulah Ia bersama-sama dengan mereka. Di
Yohanes 14:18 umpamanya, Yesus berkata, bahwa Ia tidak akan meninggalkan para
murid-Nya sebagai yatim piatu, sebab Ia akan datang kembali kepada mereka. Dan
kedatangan- Nya itu adalah kedatangan di dalam Roh. Di Matius 28:20 Yesus berjanji,
ia menyertai para murid-Nya senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dan hal ini juga
terjadi di dalam Roh.
Demikianlah Alkitab menyamakan Roh dengan Kristus. Di 1 Yohanes 3:24 disebutkan,
kita mengetahui bahwa Allah ada di dalam kita itu dari Roh yang telah dikaruniakan
kepada kita.
* 2 Korintus 3:17
LAI TB, Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada
kemerdekaan. KJV, Now the Lord is that Spirit: and where the Spirit of the Lord is, there
is liberty.
TR, ο δε κυριος το πνευμα εστιν ου δε το πνευμα κυριου εκει ελευθερια
Translit, ho de kurios to pneuma estin ou de to pneuma kuriou ekei
eleutheria
Telah ditunjukkan juga, bahwa di dalam Perjanjian Lama, Firman dan Roh dianggap
sebagai sinonim.
Jika Roh itu seolah-olah diidentikkan dengan Kristus, maka yang dimaksud adalah
“Kristus yang telah dibangkitkan dan dimuliakan”. Dapat dikatakan, bahwa Roh Kudus
adalah kekuatan ilahi, dengan-Nya Yesus yang telah dimuliakan itu hadir dan bekerja di
dalam gereja-Nya. Roh Kudus adalah Yesus sendiri, sepanjang Yesus Kristus yang
telah
dimuliakan itu menyerahkan diri-Nya kepada umat-Nya hingga dapat dialami oleh
umat- Nya.
Dapat dikatakan, bahwa Roh Kudus adalah Yesus Kristus yang telah dimuliakan itu
hadir berbuat.
Seperti halnya dengan hubungan Bapa dan Anak, demikianlah halnya dengan
hubungan antara Kristus dengan Roh Kudus. Allah Anak dapat disamakan dengan
Allah Bapa dilihat dari segi ini, bahwa Allah Anak adalah Allah Bapa yang bekerja
untuk menyelamatkan. Demikian juga Roh Kudus dapat disamakan dengan Kristus,
Anak Allah, dilihat dari segi ini, bahwa Roh itu adalah Kristus yang hadir berbuat untuk
menjadikan orang-orang milik-Nya menikmati hasil karya penyelamatan-Nya.
Sama halnya dengan kesamaan Bapa dan Anak, demikianlah harus dikatakan, bahwa
kesamaan Kristus dengan Roh Kudus itu bukanlah kesamaan di dalam segala hal.
Roh Kudus adalah Kristus sebagai Tuhan yang telah dimuliakan, bukan sebagai
Kristus yang menderita.
Bagaimanakah rumusan hasil penyelidikan terhadap bahan-bahan dari Alkitab ini?
Seperti yang telah dikemukakan, Gereja kuno merumuskan keyakinannya tentang
Allah Tritunggal itu demikian, bahwa Tuhan Allah adalah satu dalam zat-Nya dan tiga
dalam pribadi-Nya (una substantia, tres personae), atau dalam bahasa Yunani: satu
dalam ousia-Nya, dan tiga dalam hypostasis-Nya.
Juga telah dikemukakan, bahwa ungkapan pribadi atau oknum sebenarnya pada zaman
sekarang ini telah tidak dapat diterapkan lagi kepada ajaran tentang Allah Tritunggal,
karena ungkapan ini sekarang telah mempunyai arti yang berlainan sekali dengan yang
semula dimaksudkan oleh Gereja kuno tadi.
Juga telah dikemukakan, bahwa cara mengungkapkan ketritunggalan dengan istilah-
istilah substansi dan persona itu masih terlalu dipengaruhi oleh gagasan Plato
tentang adanya tabiat ilahi yang halus, yang akali dan rohani, yang tidak dapat
diamati oleh indera manusia, dan lain sebagainya. Pokoknya keterangan yang tidak
berdasarkan kepada gagasan Alkitab.
Alkitab tidak pernah mengadakan spekulasi mengenai zat Allah. Para penulis Alkitab
tidak pernah menguraikan hakekat Allah dengan menarik kesimpulan-kesimpulan dari
hukum akal mengenai yang wajib, yang mustahil, dan yang jaiz. Menurut Alkitab,
hakekat Tuhan Allah adalah bahwa Ia menjadi sekutu umat-Nya. Dan hakekat ini
diungkapkan di dalam firman dan karya-Nya. Bahwa Tuhan Allah adalah sekutu umat-
Nya, hal itu dengan jelas diwujudkan di dalam hakekat Yesus, bukan dalam zat-Nya,
melainkan dalam firman dan karya-Nya. Hakekat Tuhan Allah adalah hakekat dalam
karya-Nya. Ia adalah Mahatinggi dalam firman dan karya-Nya. Ia adalah kudus dalam
firman dan karya-Nya. Ia adalah esa dalam firman dan karya-Nya, demikian
seterusnya. Demikian juga halnya dengan penyataan-Nya sebagai Bapa, Anak, dan
Roh Kudus.
Ketiga-tiganya adalah penyataan hakekat Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya yang
dinyatakan di dalam firman dan karya-Nya. Tuhan Allah adalah Bapa di dalam firman
dan karya-Nya, Ia adalah Anak di dalam firman dan karya-Nya, dan ia adalah Roh
Kudus di dalam firman dan karya-Nya. Ketritunggalan Allah adalah ketritunggalan di
dalam firman dan karya-Nya.
Sebenarnya tiada keberatan sedikitpun untuk menyebut Bapa, Anak, dan Roh Kudus
sebagai υποστασις – HUPOSTASIS atau cara berada, asal υποστασις –
HUPOSTASIS itu tidak diterangkan secara statis, melainkan secara aktif, secara
dinamis, sebab hakekat Tuhan Allah adalah suatu hakekat dalam keaktifan atau
dalam karya-Nya.
III. Pokok-Pokok Pikiran Kristiani tentang Materi Kajian
1. Menurut iman Kristen keberadaan Tuhan itu adalah Roh. Dan barang siapa yang
menyembahNya, haruslah menyembahNya dalam roh dan kebenaran.
2. Keberadaan dan fungsi Tuhan Allah menurut iman Kristen hanya dapat dikenal di dalam
profil Yesus Kristus seperti disaksikan Alkitab.
3. Iman Kristen menolak pandangan Atheisme yang menyangkal kebenaran Allah karena
Atheisme membuat kemampuan, berfikir sebagai jaminan kebenaran, pada hal
kemampuan berfikir manusia terbatas.
4. Iman Kristen juga menolak kepercayaan politheisme dan synkritisme, karena keduanya
bertentangan dengan hukum Tuhan yang pertama.
VI. Latihan
1. Tuliskan pengalamanmu secara pribadi tentang keberadaan Tuhan, dalam hidup sehari-
hari.
2. Tuliskan tiga bentuk politheisme yang sering terjadi dalam masyarakat. Jelaskan apa
alasanmu menganggap itu politheisme.
3. Tuliskan satu contoh perilaku orang yang menganut atheisme praktis
4. Cari beberapa ( ayat) Alkitab yang membuktikan bahwa hanya di dalam Yesus Kristus
kita mengenal Allah.

BAB III
MORALITAS
I. Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang moralitas berarti berdiskusi tentang bagaimana menjadi baik
dan bagaimana berbuat baik. (How to be good how to do good).
Hal baik berkaitan dengan moral dan kaidah atau kitab suci yang dipakai. Menilai sesuatu
itu baik jika sesuai dengan norma. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat ada norma
dan kaidah yang diakui secara umum. Jika seseorang ingin menjadi baik dan ingin
berbuat baik dalam masyarakat , maka dia terlebih dahulu mengetahui norma dan kaidah
yang berlaku di masyarakat itu.
Orang Kristen yang hidup dalam masyarakat, tentu berhadapan dengan norma-norma
dan kaidah-kaidah itu ; orang Kristen kadang-kadang bertanya dalam dirinya, bagaimana
harus berbuat? Bagaimana harus berperilaku? Orang Kristen dalam masyarakat
heterogen berhadapan dengan norma-norma adat, kebiasaan dan norma-norma agama
yang berbeda- beda. Tentunya orang Kristen harus dapat memahami norma-norma itu,
apakah bertentangan dengan iman Kristen atau tidak.
Untuk mencegah moralitas Kristen yang tercemar maka pembahasan topik ini sangat
berguna bagi mahasiswa sehingga mahasiswa memiliki moralitas kristiani yang sesuai
dengan iman Kristen. Norma-norma adat dan agama lain dapat diterima sepanjang norma-
norma itu sesuai dengan iman Kristen.
II. Kajian Materi
A. PENGERTIAN MORALITAS SECARA UMUM
Perkataan moralitas berasal dari kata Mos atau Mores (Bahasa Latin) yang sering diartikan:
”Kelakuan lahir seseorang” Pada hal sesungguhnya kata moral dan etika adalah dua kata
yang sama artinya. Tetapi dalam pemakaian sehari-hari kata Etika(Ethos) diartikan lebih
mendalam dari arti kata Moral. Etika tidak hanya menyinggung perbuatan-perbuatan lahir
saja, Etika juga menyinggung soal-soal kaidah dan motif-mitif perbuatan seseorang.
Kata lain yang dekat artinya dengan kata moral dan etika ialah kesusilaan, berasal
dari bahasa Sangsekerta yang artinya norma atau peraturan hidup yang baik. Dari ketiga
istilah diatas diambil kesimpulan bahwa moralitas yang kita bicarakan ialah tentang :
bagaimana menjadi baik.
Dan bagaimana berbuat baik (How to be good how to do good).
Secara umum moralitas itu dikaitkan dengan norma dan kebiasaan hidup yang diakui
secara umum. Adat-istiadat tradisi dan ajaran agama yang dominan dalam masyarakat,
menjadi acuan utama untuk menilai seseorang apakah bermoral atau tidak.
Seseorang yang tidak berperilaku sesuai adat dan kebiasaan hidup kemudian dinilai
kurang bermoral, atau tidak bermoral. Moralitas itu dinampakkan tidak hanya dalam
perkataan, tetapi juga dalam sikap, perbuatan dan tindakan, termasuk juga cara-cara
berpakaian dan berinteraksi.
B. SUMBER DASAR MORALITAS
Secara umum moralitas tidak dapat dipisahkan dari faktor, adaptasi, tradisi, filsafat,
dan ajaran agama yang dianut. Faktor-faktor ini membentuk seseorang menampakkan
moralitasnya dalam masyarakat. Sumber- sumber umum moralitas:
AdatSebagaiSumberMoralitas
Kebiasaan(tradisi/sebagaisumbermoralitas)
FalsafahHidupSebagaiSumberMoralitas

d. Ajaranagamasebagaisumbermoralitas
Selain ajaran adat, kebiasaan hidup, dan falsafah hidup, satu lagi faktor yang
mempengaruhi moralitas adalah ajaran agama. Ajaran agama yang dipahami dengan cara
berfikir tertentu,dan sikap mental yang terbentuk sedemikian rupa akan memunculkan
moralitas umat beragama dengan cara tertentu. Misalnya :
Orang-orang yang mengamalkan ajaran agama secara fanatis dan ekstrim, akan
memunculkan perilaku, moralitas yang fanatik ekstrim dalam masyarakat.
Orang yang mengamalkan ajaran agama secara hakiki moderat, akan memunculkan
perilaku dan moralitas yang teguh tetapi flexible.
Tetapi ada juga orang mengamalkan ajaran agamanya secara fragmatis atau kurang serius
maka akan memunculkan perilaku dan moralitas yang mengambang atau kurang konsisten.
C. KRISIS MORAL
Yang dimaksud dengan krisis moral ialah suatu sikap dan perilaku yang
bertentangan dengan adat, kebiasaan umum, dan agama yang dianut, sikap dan perilaku
itu dinampakkan dalam kehidupan sehari-hari. Krisis moral itu cenderung sebagai
pemberontakan pada norma-norma kehidupan yang dianut. Krisis moral itu bisa terjadi
pada orang per orang dan bisa juga terjadi pada kelompok-kelompok orang dalam
masyarakat.
Bentuk-bentuk krisis moral itu antara lain :
1. Pola Hidup Yang Rusak
Pola hidup yang rusak seperti pergaulan bebas, free seks, fornografi, pornoaksi,
materialisme, korupsi, anarkisme dan sadisme menjadi masalah moralitas yang serius
dalam masyarakat.
Pola hidup pergaulan bebas, free seks, pornografi, pornoaksi, sebernarnya tidak
hanya terjadi pada zaman modern ini, tetapi juga di zaman dahulu telah ditemukan dalam
kehidupan manusia.
Misalnya: - Masyarakat Sodom dan Gomora ( kej. 19 : 1-8 )
- Masyarakat Roma ( roma 1 : 24-32 )
Pola hidup materialis dan korupsi ialah sikap hidup yang mengutamakan materi dan
keinginan duniawi. Orang menjadi materialis dan korupsi adalah berakal pada
mementingkan diri sendiri, tanpa memperhatikan orang lain. Rasul Paulus pernah
mengingatkan jemaat Kristen di Korintus agar tidak menjadi orang yang egostis.
I Korintus 8 : 15 ”Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan orang yang
mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.(juga Keluaran 16 : 18). Sedangkan pola hidup
anarkisme dan sadisme adalah sikap hidup yang berakar pada kebiasaan-kebiasan
kekerasan dan kebencian.
Yesus pernah berkata : barang siapa menggunakan pedang akan binasa oleh
pedang (Matius. 26 : 25). Yesus juga mengajarkan ”aku berkata kepadamu janganlah
kamu melawan orang yang berbuat jahat padamu, melainkan siapapun yang menampar
pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu (Matius 5 : 39).
2. Penyalahgunaan Narkoba
Dalam dosis tertentu narkoba iru dapat digunakan untuk tujuan-tujuan positif.
Misalnya : Obat bius untuk tindakan medis, tetapi yang menjadi masalah ialah jika narkoba
di salahdunakan. Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan : Ketagihan; Ketergantungan;
Melumpuhkan daya kerja; Mengalami rasa senang yang palsu; Menghayal; Fly;
Halusinasi; Gemeteran; dan Kejang jika dihentikan dan nilai-nilai moral agama tidak
diperdulikan.

Paulus memberii nasehat kepada jemaat Kristus di Roma (12:9) ”Hendaklah kasih itu
jangan pura-pura jauhilah yang jahat, lakukanlah yang baik”.
Orang jatuh pada penyalahgunaan Narkoba bisa karena:
- Gaya hidup ringan
- Tidak waspada
- Coba-coba
- Mungkin karena stress dan
- Ingin melupakan masalah dan lain-lain
Yesus telah memberi peringatan kepada murid-muridNya : Lihat aku mengutus kamu
seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular,
dan tulus seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap semua orang (Matius 1 : 16-17).
Ada pepatah yang mengatakan ”mencegahlebihbaikdaripadamengobati”.
3. Fanatisme dan Ekstrimisme
Fanatisme ialah suatu sikap yang merasa diri yang paling benar, dan orang lain yang
berbeda dari dia tidak benar kemudian sikap fanatisme menimbulkan tindakan extrim yaitu
berupa : penolakan, pelanggaran dan penghancuran kelompok lain. Tindakan-tindakan
yang dilakukan sering mengganggu kehidupan masyarakat harmonis. Fanatisme dan
ekstrimisme dapat berwujud kelompok agama, dan dapat juga berwujud kelompok suku.
Mengapaorangmenjadaifanatismedanekstrimis?Salahsatupenyebabutamaialah:
- Pemahaman ajaran agama yang terbatas dan sempit
- Pergaulan masyarakat yang tertutup
Yesus pernah berkata kepada murid yang fanatik: ”Barang siapa tidak melawan
kamu ia ada dipihak kamu” (Luk. 9:50) : Berbeda tidak harus berlawanan. Moralitas yang
baik ialah: ”mampumenghargaiperbedaan”
D. MORALITAS KRISTEN
Secara umum moralitas Kristen didasarkan pada intisari dari seluruh hukum taurat
dan kitab para nabi yaitu : mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama manusia seperti
diri sendiri (Mat. 22: 4-40).
Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan
segenap akal budi, merupakan moral Kristiani yang vertikal, sedangkan mengasihi sesama
seperti diri sendiri adalah moralitas kristiani yang horizontal tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan orang Kristen. Tetapi dalam topik kajian ini moralitas horizontal mendapat
tekanan utama:
a) Tidak ada yang berbuat baik (Roma 3 : 12)
Di satu pihak manusia itu pada waktu diciptakan sangat baik adanya (Kejadian1:
30). Tetapi setelah manusia itu berdosa, ternyata manusia tidak ada lagi yang baik. Rasul
Paulus mengutip mazmur 14 : 1-3 dan mengatakan : ”seperti ada tertulis, tidak ada yang
benar, seorang pun tidak, tidak ada seorang pun berakal budi, Tidak ada seorang pun
yang mencari Allah, semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak
ada yang berbuat baik seorang pun tidak” ( Roma 3 : 10-15 ).
Dalam kitab nabi Mikha dikatakan sebagai berikut : ”hai manusia, telah
diberitahukan kepadamu, apa yang baik dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu,
selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan
Allahmu” (Mikha 6 : 8)
Manusia dapat berbuat baik dan menjadi baik, setelah lebih dahulu mendapat
perbaikan dari Allah. Manusia menjadi baik ketika Allah memperbaiki manusia, dan
manusia itu sendiri mau diperbaiki.

b) Orang yang baik akan berbuat baik


Kita sering menilai seseorang sebagai orang yang baik, setelah melihat perbuatan-
perbuatannya yang baik,tetapi sesungguhnya seseorang dikatakan baik bukan karena dia
berbuat baik, melainkan karena dia adalah orang yang baik maka dia mampu melakukan
perbuatan-perbuatan baik.
Yesus sendiri berkata sebagai berikut : ”karena tidak ada pohon yang baik yang
menghasilkan yang tidak baik, dan tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan
buah yang baik ; sebab setiap pohon dikenal karena buahnya. Karena dari semak duri
orang tidak memetik buah ara dan duri-duri tidak memetik buah anggur.
Seperti yang dikatakan Paulus...”tetapi buah roh ialah kasih, suka cita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan
diri, jikalau kita hidup oleh roh baiklah hidup kita juga dipimpim oleh Roh” ( galatia 5 :
22,23+25)
Moralitas Kristen tidak hanya perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan
lahiriah, melaikan hati yang mendorong perbuatan-perbuatan itu adalah menjadi faktor
utama dalam penilaian, baik atau tidak.
c) Mengikuti Moralitas Yesus
Jika kita menelusuri sikap dan perilaku-perilaku dan tindakan-tindakan yang
dilakukan Yesus selama dia hidup didunia, ada beberapa point yang dapat kita pedomani
sebagai dasar moralitas Kristen. Yesus dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak
memerankan etika, karakter daripada etika kepribadian, etika karakter yang dimaksud
ialah sikap dan perilaku yang mengutamakan watak yang teguh dalam jati diri yang
mantap.
1. Yesusrendahhatidankenaldiri
Sebelum Yesus muncul ditengah-tengah masyarakat, Yohanes pembabtis sudah
mengatakan bahwa :”Yesus adalah lebih berkuasa daripadanya dan melepaskan tali
kasutNya pun dia tak layak” (Matius 3 : 11), tetapi ketika Yesus sendiri muncul dia minta
supaya Yohanes membabtisNya. Yohanes tidak mau, namun Yesus mendesak, dan
berkata kepada Yohanes :”Biarlah hal ini terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita
menggenapkan seluruh kehendak Allah; (Matius 3 : 15).
Yesus mau merendahkan diriNya dihadapan Yohanes, walaupun sebenarnya dia
lebih berkuasa daripada Yohanes. Kemudian sebelum Yesus ditangkap dia mengadakan
perbuatan simbolik, yaitu membasuh kaki murid-muridnya (Yohanes 13 : 4-5)
Selain itu, waktu dia berdoa di taman Getzemane dia minta kepada Bapa di Sorga,
agar cawan (penderitaan) itu diambil daripadaNya, namun dengan rendah hati dan kenal
diri dihadapan Bapa dia berkata : ”Bukan kehendakku, melainkan kehendakMulah yang
terjadi ( Lukas 22 : 42). Karakter kerendahan hati dan loyal pada tugas dan kenal diri,
itulah contoh moral yang diwariskan oleh Yesus kepada para muridNya.

2. Yesusmenghormatiposisioranglain
Disamping kesediaan merendahkan diri dihadapan Yohanes dan dihadapan murid-
muridNya, sikap dan perbuatan Yesus, yang mau dibabtis oleh Yohanes. Juga adalah
suatu penghormatan Yesus terhadap posisi dan tugas orang lain. Yesus menghormati
Yohanes
sebagai pendahuluNya.
Dan Dia berkata kepada Pilatus: ”Kerajaanku bukan dari dunia ini, jika kerajaanku
dari dunia ini, pastilah hamba-hambaKu telah melawan, supaya aku jangan diserahkan
kepada orang Yahudi, (Johannes 28 : 36)
3. Yesusberanimenyatakankebenaran
Walaupun Yesus seorang yang rendah hati, loyal, kenal diri dari menghormati posisi
orang lain tetapi pada waktunya ; Yesus berani menyatakan kebenaran dihadapan siapa
dan kepada siapapun.
Misalnya :
 Yesus berani mencela orang-orang Farisi. Dan Ahli-ahli taurat yang munafik. (lukas 11:
42- 47).
 Yesus berani mengkritik dan menyindir. Orang-orang yang suka dihormati. (Luka 14 : 7-11)
 Yesus berani memprotes orang menampar mukanya, walaupun hanya dengan kata-
kata (Yohanes 18 : 23) yang tegas
 Yesus berani meluruskan perkataan Pilatus tentang kuasa ; kuasa itu datangnya dari
Allah (Yohanes 19 : 10-11)
Contoh-contoh diatas memberikan bukti bahwa Yesus bukan orang yang lemah
atau orang takut kepada kuasa di dunia, tetapi dia berani menyatakan kebenaran itu
kepada siapapun, namun caranya masih dalam etika yang dapat dipertanggungjawabkan.
Etika seperti inilah juga yang diajarkan oleh Paulus kepada teman sekerjanya
Timotius :
”BeritakanlahFirman,siapsedialahbaikatautidakbaikwaktunyanyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran (2 Timotius4:2).
d). Moralitas Kristen juga memperhatikan sopan santun
Dalam berinteraksi dengan pihak lain, orang Kristen juga adalah perlu
memperhatikan sopan santun dan adat-istiadat yang berlaku, agar orang Kristen dapat
berfungsi sebagai garam dan terang. Rasul Paulus pernah memberikan nasihat kepada
Timotius, bagaimana caranya melayani jemaat dengan sopan santun dan adat-istiadat
yang baik.
Paulus berkata : ”Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan
tegurlah dia sebagai Bapa, tegorlah orang-rang muda sebagai saudaramu”. Perempuan-
perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu, dengan
penuh kemurnian hormatilah janda-janda yang benar-benar janda (1 Timotius 5: 1-3).
Dari keseluruhan prinsip moralitas Kristen hal yang terutama ialah apa yang
dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat Korintus :”Segala sesuatu diperolehkan, benar
tetapi bukan segala sesuatu berguna ; segala sesuatu diperolehkan benar, tetapi bukan
segala sesuatu membangun. Apapun yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk
kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:23+31).
Moralitas Kristen harus berorientasi pada hal yang berguna, membangun dan
memuliakan Allah. Moralitas vertikal harus seimbang dengan moralitas horizontal.
Mengasihi Tuha Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap
kekuatan dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah merupakan dua sisi
yang tidak terpisah dalam moralitas kristiani.
III. Latihan
1. Rumuskan secara singkat apa makna moralitas secara umum [5 baris]
2. Daftarkantiga bentuk krisis moral di sekitarmu
3. Sebutkan pendapatmu ”mengapa terjadi krisis moralitas”.
4. Carilah dalam Alkitab : tiga contoh krisis moral.
IV. Kesimpulan Materi Kajian
1. Membicarakan moralitas ialah : Berdiskusi tentang bagaimana baik dan
bagaimana berbuat baik
2. Moralitas Kristen harus didasarkan dan dinilai pada iman Kristen seperti disaksikan
Alkitab.
3. Adat-Istiadat, kebiasaan hidup, tradisi dan falsafah hidup, dapat menjadi sumber moralitas
Kristen, asal sesuai dengan iman Kristen berdasarkan Alkitab
4. Moralitas Kristen berorientasi pada prinsip berguna, membangun, dan memuliakan
Allah, segala sesuatu boleh, asal berguna, membangun dan memuliakan Allah..
V. Tes Formatif
1. Buatlah rumusan singkat, padat dan tepat, Pebedaan pokok moralitas Kristen
dan moralitas non Kristen
2. Buat pendapatmu, bagaimana mencegah terjadinya krisis moral pada dirimu.
BAB IV
MASYARAKAT

I. Latar Belakang Masalah


- Umat Kristen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Makanya jika terjadi
pergumulan dalam masyarakat tidak boleh tidak, umat Kristen harus terlibat didalamnya.
- Tetapi kadang-kadang sebagai umat Kristen kurang menyadari posisi kehadirannya
dalam masyarakat ; di satu pihak ada umat Kristen yang bersikap ekslusif (tertutup) dalam
masyarakat dan dipihak lain ada umat Kristen bersikap terlalu melarut (menyatu) dalam
masyarakat, sehingga timbullah perilaku-perilaku umat Kristen yang fanatik ekstrim di satu
pihak. Tetapi dipihak lain timbul juga perilaku yang kehilangan jati diri kristiani dalam
pergaulan masyarakat.
- Memang Yesus Berkata bahwa Kristen disatu pihak bukan berasal dari dunia, tetapi umat
Kristen harus hidup didunia, harus hidup dalam masyarakat (Yohanes 17 : 14-19). Umat
Kristen harus menjadi garam dan terang dalam masyarakat (Matius 5 : 13-16).
- Topik kajian ini sangat penting untuk mencegah sikap egois dan apriori pada mahasiswa
prinsip kristiani dalam hidup bermasyarakat.
II. Kajian Materi
PENGERTIAN MASYARAKAT SECARA UMUM
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah
”kesatuan orang-orang yang dibangun atas unsur-unsur kesamaan”. Unsur-unsur
kesamaan itu sangat banyak macamnya. Hendropuspito dalam buku ”Sosiologi Agama”
(1983 ) membagi atas lima macam unsur kesamaan yang dapat menciptakan kesatuan
sosiologis (masyarakat).
a).Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun atas dasar kesamaan etnis, meliputi
persamaan darah, bahasa, daerah dan nasib yang sama. Masyarakat suku, masayarakat
bangsa, adalah contoh nyata dari kesatuan ini
b).Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun atas persamaan ideologi, misalnya
masyarakat liberalisme, sosialisme, sosialisme, komunisme, marhaenisme.
c). Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun oleh penerimaan sistem politik yang
sama. Masyarakat negara-negara kesatuan, negara-negara federasi, seperti NKRI, negara
Malaysia, Amerika Serikat dan lain-lain.
d).Kesatuan orang-orang atas dasarpragmatis yaitu atas dasar persamaan, profesi, hobby,
bakat, keilmuan, misalnya ; masyarakat (organisasi) ikatan dokter, persatuan olahraga,
pecinta alam, organisasi sarjana ilmu-ilmu tertentu.
d). Kesatuan orang-orang ( masyarakat ) yang dibangun atas kesamaan iman, keagamaan
misalnya keagamaan Kristen, masyarakat Islam, masyarakat Hindu, dan lain-lain.
Menurut Hendropuspito diantara kesatuan sosiologis ( masyarakat ) diatas, kesatuan
masyarakat karena kesamaan iman dan agamalah yang terkuat dan tertinggi. Terciptalah
masyarakat karena kesamaan iman dan agama, ternyata lebih tangguh dari jenis
masyarakat lain. Kesatuaan orang-orang karena kesamaan iman dan agama, telah
DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage
40
melibatkan seluruh pribadinya. Manusia selalu mencari sesamanya yang seiman.
Manusia dapat mengungkapkan (perasaan yang terdalam dan terkuat pada dirinya ). Dari
beberapa contoh jenis masyarakat di atas hal-hal yang kita garis bawahi adalah :
- Unsur pokok dalam masyarakat adalah adanya orang-orang yang bersatu, orang-orang
yang terikat satu dengan yang lain
- Orang-orang bersatu itu menyadari bahwa diantara mereka terdapat unsur-unsur
kesamaan
- Masyarakat bangsa Indonesia adalah masyarakat yang paling dekat dengan kehidupan
kita
Namun, disamping faktor kesamaan-kesamaan tertentu yang terdapat dalam masyarakat,
tidak dapat dipungkiri juga bahwa selalu terdapat perbedaan. Perbedaan-perbedaan
dalam masyarakat tidak serta merta menjadi pendorong untuk saling mengisi dan saling
melengkapi antar orang-orang dalam kesatuan masyarakat itu.
Perbedaan-perbedaandalammasyarakatyangperlukitahargaimisalnya:
- perbedaan suku, bangsa, ras
- perbedaan agama, keyakinan, aliran
- perbedaan tingkat pendidikan, adat istiadat
- perbedaan status sosial ekonomi
- dan lain-lain.
Semua perbedaan-perbedaan itu dapat menjadi pendorong bagi kita untuk berbuat apa
yang terbaik bagi kehidupan bersama.
2. Pergumulan Masyarakat Secara Umum
Jhon scott dalam artikelnya yang berjudul : kepemimpinan kristiani, pada buku : isu-isu
global (1994) menggariskan bahwa ada beberapa kategori bahaya yang mengancam
dunia dan masyarakat masa kini :
a. kategori global, yaitu bahaya persenjataan nuklir, pelanggaran terhadap hak-hak azasi
manusia, krisis lingkungan dan energi, kepincangan ekonomi utara-selatan
b. kategori sosial : yaitu tragedi pengangguran yang berkepanjangan, konflik dalam
hubungan indusrtial, kekerasan rasial yang tidak terduga.
c. Kategori moral : yang meliputi kekuatan yang berusaha merongrong stabilitas perkawinan
dan kehidupan keluarga, tantangan terhadap tata susila seksual. Pergaulan bebas, aborsi
sesuka hati, narkoba, penyimpangan dan pelecehan seksual.
d. Kategori spiritual : yaitu bahaya meluasnya materialisme sehingga hilangnya kepekaan
realitas yang transendent dan rohani. Kurangnya minat masyarakat pada soal-soal iman
dan agama.
Keadaan masyarakat yang sedang diancam oleh gejala seperti diatas, tidak terlepas
dari kehidupan orang Kristen.walaupun disatu pihak dikatakan, orang Kristen itu berbeda
secara azasi dari orang-orang non Kristen dalam masyarakat tetapi dari pihak lain harus
kita akui bahwa orang Kristen adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan
masyarakat. Malahan dapat dikatakan, orang-orang Kristen sering menjadi subjek dan
objek gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat.
Sebagai bagian yang integral dari masyarakat, orang Kristen wajar turut bergumul
dengan masyarakat lainnya. Menurut iman Kristen bahwa dunia ini adalah satu kesatuan
hidup yang saling berkaitan ; Firman Tuhan berkata ; Dalam joh 3 : 16 ” karenademikian
besarkasihAllahakanduniaini demikianlahseluruhduniaadalahsasarankasihAllah”.
Yesus juga telah berkata :” kasihilah sesamamu seperti dirimu
sendiri ( Matius 22:39). Pergumulan masyarakat dunia secara global seperti
ancaman nuklir, pelanggaran HAM dan lain-lain adalah bagian dari pergumulan orang
Kristen juga. Pergumulan masyarakat
kategori konflik sosial antar anggota dan kelomok masyarakat yang satu dengan yang
lainnya, tindakan-tindakan kekerasan juga menjadi bagian dari keprihatinan orang Kristen.
Apalagi ancaman-ancaman moral dan spiritual dalam masyarakat menjadi topik
pergumulan yang sangat dekat dengan wacana keimanan kristiani. Orang Kristen dengan
didasari oleh iman Alkitabiah tidak pantas membelakangi dunia dan masyarakat yang
sedang bergumul, dan mencoba cuci tangan atau tidak mau tahu terhadap persoalan-
persoalan yang terjadi, memang bisa saja orang Kristen merasa tidak pernah berbuat
sesuatu yang menimbulkan pergumulan dalam masyarakat, tetapi itu bukan alasan bagi
orang untuk berpaling dari masyarakat.
Orang Kristen harus ikut bergumul dalam kehidupan masyarakat, baik dalam sektor
sektoral, regional nasional, maupun global.
3. Prinsip Hidup Bermasyarakat Kristiani
Ada beberapa prinsip hidup bermasyarakat Kristiani yang dapat dikemukakan,
sebagai landasan sikap bertindak umat Kristen dalam masyarakat ; baik dalam konteks
hidup bermasyarakat secara lokal. Prinsip-prinsip hidup itu adalah sebagai berikut:
a. Manusia Tidak Baik Hidup Sendiri
Menurut iman Kristen, berdasarkan Alkitab bahwa pada dasarnya manusia itu
diciptakan Allah adalah sebagai makhluk bermasyarakat, makhluk yang harus
berhubungan dengan ciptaan lainnya. Sesuai dengan rancangan Allah pada mulanya,
manusia itu diciptakan harus berteman. Tuhan Allah berfirman ; Tidak baik kalau manusia
itu seorang diri saja ”Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.
(Kejadian 2 : 18)
Maksud pernyataan ini tidak hanya dikaitkan dengan konsep hidup manusia yang
berkeluarga, yaitu : Hubungan suami-istri, tetapi juga memberi makna manusia itu harus
hidup bermasyarakat, manusia hidup membutuhkan satu dengan yang lain. Manusia
tergantung kepada manusia lain.
Menurut Alkitab, manusia menerima tugas dari Allah untuk menguasai,
menguasahai dan memelihara Taman Eden (Kejadian 2 : 15). Tugas ini tidak mungkin
dilaksanakan dengan baik, jika manusia seorang diri. Allah menyadari bahwa manusia
membutuhkan teman, maka diciptakan perempuan itu. Konsep hubungan suami-istri,
kemudian berkembang menjadi konsep keluarga beranak cucu. Allah berfirman kepada
manusia : ”Beranakcuculahdanbertambahbanyak;penuhilahbumi”(Kejadian 1 : 28) dari
semula Allah sudah memprogramkan kehidupan manusia yang bermasyarakat yaitu
kehidupan kebersamaan (Living together).
Hidup bersama dengan orang lain diarahkan pada pelaksanaan tugas yang
diberikan Allah kepada manusia. Allah yang membentuk lembaga suami-istri. Allah yang
memberkati terciptanya keluarga sebagai masyarakat inti, dan Allah juga yang telah
memanggil dan memilih umatNya, supaya menampakkan kerajaan Allah dalam dunia ini.
b. Mengasihi Sesama Seperti Diri Sendiri
Menurut Alkitab manusia memiliki dua arah hubungan yaitu : Hubungan dengan Allah
secara vertikal dan hubungan dengan secara manusia dan alam secara horizontal. Allah
sendiri telah berkata kepada umarNya : “KasihilahTuhanAllahmu,dengansegenaphatimu
dansegenapjiwamudansegenapkekuatanmu” (Ulangan 6 : 5) dan kasihilah
sesamamu seperti dirimu sendiri (Imamat 19 :18). Dan Yesus sendiri menegaskan bahwa
pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum taurat dari kitab para nabi (Matius 22 :
40).
Mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah prinsip hidup bermasyarakat yang paling
hakiki dalam iman Kristen. Mengasihi sesama seperti diri sendiri bermakna : “Menghargai
hidup manusia lain seperti menghargai hidup diri sendiri”. Jika masing-masing manusia
secara pribadi mampu menghargai orang lain, maka kehidupan bersama yang harmonis,
seimbang, selaras, dan serasi akan terwujud.
Menurut iman Kristen, setiap manusia memiliki Hak azasi dan kewajiban azasi yang
sama dalam kehidupan bermasyarakat, maka sejalan dengan itu setiap manusia harus
menerapkan hak dan kewajiban secara seimbang. Dietriech Bonhoffer pernah
mengatakan “hak atau kebebasan tanpa kewajiban adalah kekacauan, tetapi kewajiban
tanpa kebebasan adalah penindasan” ; artinya jika masing-masing manusia
mengutamakan haknya, tetapi melaksanakan kewajibannya, maka kehidupan masyarakat
akan kacau, dan sebaliknya, jika dalam kehidupan masyarakat dituntut kewajiban, tetapi
tidak ada hak dan kebebasan, maka kehidupan seperti inilah yang disebut ; penjajahan
atau penindasan.
Yesus pernah berkata “Apayangengkaukehendakidiperbuatoranglainkepadamu,
perbuatlahdemikian jugakepadamereka, itulahisiseluruhhukum taurat dan kitab para nabi”.
(Matius 7 12). Mengasihi sesama seperti diri sendiri tidak hanya menyangkut
sesama teman, tetapi juga sesama manusia yang memusihi dan menganiaya kita. Yesus
berkata : “Kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5 :
44).
Dalam konteks bermasyarakat, orang Kristen berkewajiban mengahargai hidup
manusia lain, termasuk orang-orang yang menjadi sendiri, bukan berarti menyetujui
perbuatan-perbuatan dan perilaku yang tidak benar, tetapi maksudnya menjauhkan diri
sikap dan tindakan-tindakan yang merusak kehidupan orang lain. Mengasihi sesama
seperti diri sendiri meliputi : sikap membela kebenaran, menghormati hak-hak azasi
manusia lain, menegor apa yang salah dan menolak tindakan dan perbuatan-perbuatan
kekerasan.
c. Jadilah Garam Dan Terang Dalam Masyarakat
Orang Kristen yang merupakan bagian integral dalam kehidupan masyarakat
mendapat fungsi yang sangat khas. Fungsi itu ialah menjadi ”GaramdanTerang”. Yesus
berkata : ”Kamuadalahgaramdanterangdunia”.(Matius 5 :1-16).
Menjadi garam berarti : ”Orang Kristen berguna untuk menjadi kebutuhan pokok
dalammasyarakat:OrangKristenmenjadidisukaiolehmasyarakat” (Kisah 2 : 4)
menjadi garam juga berarti orang Kristen berguna untuk memberi nilai tambah
meningkatkan kualitas kehidupan dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai garam orang Kristen harus melarutkan diri dalam kehidupan masyarakat.
Orang Kristen harus bergaul dalam masyarakat. Konsekwensi melarutkan dalam
masyarakat seperti garam, bisa saja kehilangan existensi diri, tetapi tidak dengan esensi
diri. Esensi diri kristiani inilah yang berfungsi memberi nilai tambah dalam kehidupan
masyarakat.
Menjadi terang, berarti orang Kristen harus mampu menciptakan suasana kehidupan
yang jelas dan terbuka. Seperti terang dalam kehidupan sehari-hari berguna untuk
membuat suasana sekitar terang benderang, sehingga orang yang berbeda pada sekitar
terang yang bersinar akan dapat melihat kehidupan secara jelas dan nyata. Dalam
suasana terang, orang dapat membedakan hal-hal yang seharusnya berbeda ; orang
dapat membedakan, mana yang baik dan mana yang buruk. Orang Kristen menjadi
motivator sikap hidup terbuka jelas, dan jujur. Orang Kristen berfungsi sebagai terang
dalam masyarakat itu sendiri. Mendorong masyarakat dapat melihat apa yang baik dan
apa yang tidak baik, dan apa yang seolah-olah baik.
d. Orang Kristen Harus Cerdik, Tulus dan Waspada Dalam Masyarakat
Prinsip hidup cerdik tulus dan waspada dikaitkan dengan kehidupan masyarakat
yang berpotensi berbahaya. Orang Kristen ada kalanya berhadapan dengan
kehidupan
masyarakat yang berbahaya. Yesus pernah berkata kepada murid-muridnya ”Lihat aku
mengutus kamu” Seperti domba ketengah serigala : sebab itu, hendaklah kamu cerdik
seperti ular dan tulus seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap sesama orang, karena
ada yang akan menyerahkan (Matius 10 : 16-17).
Disatu sisi orang yang Kristen menajdi kesukaan banyak orang dalam masyarakat,
tetapi disisi lain, orang Kristen dapat saja dibenci oleh orang-orang tertentu dalam
masyarakat. Orang Kristen tidak boleh terlena ddengan sikap hidup yang merasa aman
dan disukai banyak orang, masyarakat bisa saja berubah menjadi sarang serigala.
Oleh karena itu orang Kristen harus cerdik, artinya orang Kristen harus memakai otak
dan berpikir rasional. Dan kalau perlu boleh bergaya Lihay dalam hidup bermasyarakat.
Namun demikian pada saat orang Kristen bergaya hidup lihay seperti ular (bukan licik),
orang Kristen sekaligus harus menjadi orang tulus seperti merpati.
Bagaimana gaya hidup lihay dapat dipadukan dengan gaya hidup tulus. Gaya hidup
lihay tapi tulus, adalah gaya hidup yang cerdas. Orang Kristen tidak harus mengatakan
apa saja yang diketahui dalam masyarakat (itu adalah sikap lihay), tetapi orang Kristen
juga harus mengetahui (mengerti) apa saja yang dikatakan dalam masyarakat (sikap hidup
tulus, jujur). Selajutnya prinsip waspadalah dalam masyarakat, menggambarkan sikap
hidup yang hati-hati,tidak terlalu mudah percaya pada gekala-gejala dalam masyarakat.
Dunia ini pennuh dengan serigala dan sikap kepura-puraan, oleh karena itu,
kecerdasan, ketulusan dan kewaspadaan hidup dalam masyarakat menjadi modal dasar
kita untuk dapat mengasihi sesama kita seperti diri sendiri.
4. Partisipasi Umat Kristen dalam Pergumulan Masyarakat (Tangguh jawab
Kristiani). Sesuai dengan prinsip hidup bermasyarakat Kristen yaitu:
- Orang Kristen adalah integral dari masyarakat sekitarnya
- Orang Kristen menghargai dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.
- Orang Kristen terpanggil menjadi garam dan terang masyarakat sekitar.
- Orang Kristen harus bersikap cerdik, tulus dan waspada terhadap masyarakat sekitarnya
Maka orang Kristen wajar ikut berpartisipasi dalam pergumulan masyarakat :
Pergumulan masyarakat yang dimaksud meliputi bahaya yang mengancam, baik
secara global, regional maupun lokal. Jenis-jenis pergumulan masyarakat seperti,
pergumulan sosial, moral dan spiritual juga bagian dari pergumulan orang Kristen
sama seperti yang dihadapi masyarakat umum. Konflik sosial, dekadensi moral dan
spiritual adalah fokus pergumulan yang sangat relevan untuk diberikan oleh orang
Kristen.
Ada dua sikap yang dipilih umat Kristen terhadap pergumulan masyarakat:
- Pertama, ialah umat Kristen melarikan diri atau menghindari dari pergumulan masyarakat
- Kedua, umat Kristen concern, iku serta dalam setiap pergumulan masyarakat.
Didala melaksanakan partisipasinya di tengah-tengah pergumulan masyarakat
menurut John Scott harus disadari, bahwa:
a. Orang Kristen adalah berbeda secara azasi dari masyarakat non Kristen.
b. Orang Kristen harus masuk (bergaul) dalam masyarakat non Kristen.
c. Orang Kristen harus dapat berpengaruh dalam masyarakat.

d. Orang Kristen mampu mempertahankan jati dirinya dalam masyarakat.


Orang Kristen adalah berbeda secara asasi dari masyarakat non Kristen, bukan
maksudnya membuat posisi orang Kristen menjadi eksklusive dari masyarakat lain.
Berbeda secara asasi artinya bahwa orang Kristen sudah menerima pembaharuan dari
Kristus (Yohanes 17 : 16). Orang Kristen harus masuk (bergaul) dalam masyarakat non
Kristen, artinya orang Kristen tidak boleh menghindarkan diri dari masyarakat. Orang
Kristen harus mampu hidup berdampingan dengan masyarakat. Orang Kristen harus dapat
berpengaruh dalam masyarakat itu bukan berarti, orang Kristen bersikap aroan, atau
memaksakan kehendak dalam masyarakat. Tetapi maksudnya orang Kristen dapat
memberi nilai tambah pada masyarakat sekitarnya, dapat memberi sesuatu yang berguna
untuk membangun dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Orang Kristen juga didalam
melaksanakan partisipasinya ditengah-tengah masyarakat, jangan kehilanganidentitasdan
jatidirinyasehingga betulah dia menjadi garam dan terang masyarakat sekitarnya.
5. Bentuk-Bentuk partisipasi umat Kristen dalam masyarakat
Menurut Alkitab banyak bentuk partisipasi orang percaya didalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat. Beberapa dari bentuk partisipasi itu dapat diketengahkan
sebagai berikut.

a. Mendoakan Bangsa, Masyarakat dan Pemerintah


Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Timotius berkata : Pertama-tamaaku
menasihatkan:naikkanlahpermohonandoadanucapansyukuruntuksemuaorang,untuk raja-
raja, dan untuk semua pembesar agar kita dapat hidup tenang dan tentram dalam
segalakesalehandankehormatan.ItulahyangbaikdanyangberkenankepadaAllah,juru selamat kita, yang menghendaki supaya semua
orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuanakankebenaran”(1 Timotius 2:1-4).
Mendoakan orang lain adalah salah satu bentuk mengasihi dan memperdulikan
orang lain, dengan mendoakan secara tulus dan ikhlas menjadi pertanda, kita
berpartisipasi dalam pergumulan bangsa, dan masyarakat seiman dan seagama sendiri,
melainkan semua orang, termasuk raja-raja dan pembesa-pembesar (pemerintah).
Untuk apa kita mendoakan pemerintah, bangsa, masyarakat sekitar kita? Paulus
menggaris bawahi, supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh: pengetahuan
dan kebenaran. Jika semua orang termasuk unsur-unsur pemerintahan sudah mengetahui
kebenaran ; maka peluang untuk menikmati kehidupan yang tenang dan tentram dalam
segala kesalehan dan kehormatan akan semakin besar. Berdoalah untuk kemakmuran
hidup masyarakat.
J.Verkuyl mengatahan : Doa umat Kristen, jika dilakukan dengan kejujuran hati dan
dengan iman, sangatlah besar artinya, doa terhadap negara adalah pelayaran politis yang
paling dasar yang dilakukan oleh gereja dan tiap-tiap orang Kristen untuk bangsa, negara
dan masyarakat.
b. Menaati Hukum dan Peraturan yang Berlaku
Menanti hukum dan peraturan yang berlaku bagi Kristen adalah penjabaran dari
prinsip hidup kristiani ”Menjadi garam dan terang masyarakat sekitar”. Jika orang Kristen
setiap saat berusaha menaati hukum dan peraturan yang berlaku maka sekaligus orang
Kristen telah turut serta menciptakan ketertiban hidup dan memberi contoh yang bagi
masyarakat lain, jika kita berbicara tentang hukum dan peraturan berlaku dalam
masyarakat itu tidak hanya berkaitan dengan hukum-hukum tertulis dan peraturan-
peraturan formal, tetapi juga norma-norma dan kebiasaan hidup (tradisi) yang diwarisi oleh
masyarakat tertentu.
Paulus telah memberikan sebagai contoh bentuk ketaatan kepada hukum dari
peraturan yang berlaku antara lain:
1) Tidak melawan pemerintah, yang sah,
2) Membayar pajak kepada yang berhak menerima pajak (bukan pungutan liar).
3) Membayar cukai kepada yang berhak menerima cukai (Bukan sogok, suap, pelicin).
4) Memberi rasa takut dan hormat kepada orang berhak menerima rasa takut dan hormat
(Roma.1:1-7).
Yesus sendiri juga mengajarkan :”Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
kaisar, dan kepada Allah, apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Lukas 20:25). Tetapi harus diingat
bahwa ketaatan kepada Hukum dan peraturan yang berlaku di masyarakat, tidak boleh
bertentangan dengan ketaatan kita kepada Allah dan Yesus Kristus. Bahkan harus
dikatakan bahwa ketaatan kepada Allah adalah menjadi pedoman kita menaati hukum dan
peraturan yang berlaku dalam masyarakat, atau dengan kata lain, ketaatan kita kepada
hukum dan peraturan yang berlaku, haruslah merupakan manifentasi ketaatan kita
kepada Allah didalam Yesus Kristus (moral yang tunggal).
c. Mengatakan Ya Kalau Ya, Tidak Kalau Tidak
Jikalau orang Kristen wajib menaati hukum dan menghargai norma-norma tradisi
yang berlaku dalam masyarakat, tetapi Yesus meminta supaya kita jujur dan tegas pada
kebenaran. Yesus meminta supaya kita jujur dan tegas pada kebenaran. Yesus berkata :
”Jikaya,hendaklahkamukatakanya,jikatidak,hendaklahkamuberkatatidak,apayang
lebihdaripadaitu,berasaldarisijahat”(Matius 5 : 37).
Orang Kristen terpanggil untuk melayani bersekutu dan bersaksi dalam masyarakat,
tetapi semua pelayan, persekutuan dan kesaksian itu harus selalu berdasarkan kebenaran
Allah.
Paulus dalam suratnya kepada Timotius, memberikan beberapa sikap dan tindakan
kristiani dalam kebenaran masyarakat antara lain:
1) Jauhilah tahyul dan dongeng nenek-nenek tua
2) Beritakan dan ajarkanlah kebenaram injil
3) Jagalah kemurnian dirimu
4) Nyatakan apa yang salah, tegor dan nasihatilah
5) Dengan segala kesabaran dan pangajaran (II Tim. 4)
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan perilaku-perilaku dan
prinsip-prinsip hidup yang bertentangan dengan kebenaran Allah misalnya :
1) Katakanlah apa yang baik-baik saja tetapi jangan katakan yang sebenarnya.
2) Kebencianlah yang mengatakan kebenaran
3) Suara rakyat (mayoritas) adalah suatu Tuhan (Lat : ’vox populi vox deo’), sedang
suara segelintir (minoritas) adalah suara jahat.
4) Boleh berbohong asal untuk kebaikan
5) Boleh mencuri asal tidak ketahuan
6) Memang iblis mempunyai kekuatan
Tetapi sebagai orang Kristen yang ikut berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat,
kita harus membela, dan mempertahankan kebenaran.
Di satu pihak orang Kristen tidak menjadi orang-orang ekslusif, arogan dan ekstrim,
tapi di pihak lain, orang Kristen tidak akan menjadi orang-orang yang munafik, berpura-
pura dalam masyarakat: Katakanlah ya, kalau ya, tidak, kalau tidak.
III. Pokok-pokok Pikiran Kristiani
1. Umat Kristen adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat sekitarnya. Oleh karena
itu umat Kristen wajar terlibat dalam pergumulan dan dinamika masyarakat.
2. Namun demikian, umat Kristen haruslah menunjukkan jati dirinya sebagai garam dan
terang masyarakat sekitarnya.
3. Umat Kristen sebagai anak-anak Allah dapat memberikan contoh yang baik dalam
masyarakat melalui sikap dan perilaku kristiani yang benar.
4. Di satu pihak umat Kristen tidak boleh melarikan diri atau menghindar dari pergumulan
masyarakat, tetapi dipihak lain umat Kristen tidak harus sama dengan masyarakat
sekitarnya.

IV. Latihan Mahasiswa


1. Ringkaslah materi kajian dengan 10 pokok pikiran
2. Daftarkan masalah-masalah sosial yang aktual disekitarmu (2 Kasus)
3. Buat pendapatmu yang berbeda dengan materi kajian
4. Cari 2 point isi Alkitab yang berkaitan dengan permasalahan sosial (kasus susila atau
kriminal)
5. Rumuskan suatu komitmen pribadi dalam berperilaku dalam masyarakat (prinsip-prinsip
yang akatual)

V. Test Formatif

1. Sebutkan tiga contoh kasus masalah dalam masyarakat


2. Tunjukkan sikap kristiani terhadap pergumulan-pergumulan dalam masyarakat

3. Sebutkan beberapa tindakan nyata kristiani sebagai manifestasi umat Kristen


dalam pergumulan masyarakat

BAB V
IPTEKS
.
I. Latar Belakang Masalah
- Sesungguhnya Tuhan Allah memberi kemampuan kepada manusia untuk menggunakan
dan mengembangkan IPTEKS, tujuanya adalah untuk kesejahteraan manusia dan untuk
kemuliaan Allah.
- Tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa penggunaan dan pengembangan IPTEKS sering
bertolak belakang dari tujuan Mulia itu. Kenyataan, penggunan dan pengembangan
IPTEKS, justru merusak kehidupan manusia itu sendiri dan melecehkan kemuliaan Tuhan.
- Mahasiswa sebagai insan calon ilmuwan, tehnolog dan seniman sangat dimungkinkan
terjebak dalam kemerosotan penggunaan dan pengembangan IPTEKS itu, maka perlu
diantisivasi dari sudut iman Kristen. Bagaimana mencegah, supaya mahasiswa tidak jatuh
pada kemerosotan tersebut.
- Kajian ini sangat penting, agar mahasiswa terhindar dari sikap yang menggunakan
IPTEKS di satu pihak, dan dipihak lain agar mahasiswa tidak apriori tehadap penggunaan
dan pengembangan IPTEKS Modern.
II. Kajian Materi
A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni adalah sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia. IPTEKS tidak dapat di pisahkan dari kehidupan
manusia. Allah pencipta, telah memberikan akal budi kepada manusia, sehingga di
mungkinkan manusia menggunakan dan mengembangkan akal budinya.
Penggunaan dan pengembangan akal budi secara teliti, teratur dan terarah oleh
manusia menghasikan ilmu pengetahuan. Kemudian dengan hasil ilmu pengetahuan itu
manusia menciptakan cara baik berupa alat-alat atau perkakas maupun dengan
teknik/metode maka itulah yang disebut Teknologi.
- Teknologi itu dibutuhkan manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
- Teknologi dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan, untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, perkembangan teknologi
sejalan dengan perkembangan masalah.
- Manusia juga memiliki perasaan. Perasaan itu perlu diungkapkan melalui berbagai cara.
- Perasaan yang diungkapkan itulah yang disebut seni. Manusia membutuhkan cara
mengungkapkan perasaan.
- Perasaan itu diungkapkan melalui suara, disebut seni suara ; yang dingkapkan melalui
alat bunyi disebut seni musik ; sedangkan perasaan yang diungkapkan melalui gerak
disebut
seni tari ; perasaan yang diungkapkan melalui pahatan,ukir disebut seni pahat atau seni
ukir.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
adalah hasil dan proses kehidupan manusia. Manusia itu sendiri yang menghasilkan
IPTEKS.

B. ILMU PENGETAHUAN MENURUT IMAN KRISTEN


1. Pengertian Ilmu Pengetahuan secara umum
Menurut D.C. Mulder, Ilmu Pengetahuan adalah ”suatu macam berpikirnya manusia”
ciri-ciri berfikir yang ilmiah ialah : mendasar, teratur, teliti dan terarah ; dengan kata lain
bahwa seseorang disebut berfikir ilmiah, jika dia menggunakan otaknya secara mendasar,
teratur, teliti dan terarah. Ilmu pengetahuan merupakan proses dan hasil berpikir manusia.
Fungsi otak dalam proses ilmu pengetahuan adalah sebagai pengolah informasi yang
yang berbeda-beda dan juga sebagai pencipta solusi dalam mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi manusia.
Stephen R.Covey mengatakan bahwa ”ada dua belahan otak manusia , yang fungsi
dan cara kerjanya berbeda., lihat di bawah ini:

Carakerjaotakkanan: Carakerjaotakkiri:
1. Logis / Verbal 1.Intiutif dan kreatif
2. Berkaitan dengan kata 2. Berkaitan dengan gambar
3. Berkaitan dengan bagian spesifik .Berkaitan dengan keseluruhan
dan hubungan
antar bagian
4. Analisis (menguraikan) 4. Sintesis (menggabungkan)
5. Berfikir berurutan 5. Berfikir serentak / keseluruhan
6. Terikat dengan waktu 6. Bebas waktu
Menurut Covey bahwa pada setiap manusia terjadi dominasi dalam kerja otaknya.
Jika otak kirinya dominan maka dia cenderung ahli pada eksakta (IPA-MATEMATIKA),
tetapi jika otak kanannya dominan maka dia cenderung ahli filsafat, sosial seni dan
theologia. Agar cara kerja otak lebih cemerlang maka dianjurkan penggunaan keseluruhan
otak secara seimbang.
Kemampuan nalar (otak) manusia dari sudut Ilmu kependidikan sering dikategorikan
sebagai barikut :

1. Kemampuan mengingat

2. Kemampuan mengerti

3. Kemampuan menerapkan

4. Kemampuan menguraikan

5. Kemampuan menggabungkan dan

6. Kemampuan mengevaluasi
Jika seseorang mampu menggunakan potensi otak ini secara keseluruhan maka dia
menjadi seorang ilmuwan yang berwawasan luas.

b. Dasar Ilmu Pengetahuan menurut Alkitab


Dalam alkitab kejadian 1 : 27 a, dikatakan bahwa : manusia diciptakan menurut
gambar Allah ; artinya kualitas manusia pada mulanya adalah sesuai dengan kehendak
dan rancangan Allah, termasuk potensi berfikirnya. Allah sendiri yang memberikan ilmu
yang baik kepada manusia (amsal 4 : 2); dan jika manusia takut kepada Allah (menghargai
kuasa Allah), maka manusia akan memperoleh kesempatan untuk berilmu pengetahuan
yang benar.(Amsal 1 : 7a)
Selanjutnya dalam kitab Kisah Para Rasul 1 : 8, dijelaskan bahwa kuasa roh kudus
yang diterima oleh orang-orang percaya akan membuat mereka mengerti apa yang harus
dilakukan. Dengan kesaksian ayat-ayat diatas dapat disimpulkan bahwa : dasar dan
sumber ilmu pengetahuan yang benar adalah kasih dan kuasa Allah sendiri yang telah
diberikan kepada manusia sebagai ciptaanNya.
c. Guna Ilmu Pengetahuan menurut Alkitab
Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,
karena keuntungannya melebihi keuntungan perak dan hasilnya melebihi emas.(Amsal 3 :
13 : 14). Penulis amsal menyadarkan kita bahwa, memperoleh ilmu pengetahuan adalah
sesuatu yang menguntungan. Ilmu pengetahuan ternyata lebih berhaga dari emas pilihan
(Amsal 8 : 10b)
Ilmu pengetahuan dapat memberikan keuntungan materi bagi orang, dan lebih dari
itu lebih juga memberi kebahagiaan batin orang yang bersangkutan. Kepuasan batin itu
akan dinikmati, apabila ilmu pengetahuan yang diperoleh digunakan untuk kesejahteraan
manusia dan untuk kemuliaan Tuhan. Apostel Paulus mengatakan :”Apapun yang anda
lakukan lakukanlah untuk kemulian Tuhan (I Korintus 10 : 31)
d. Sikap dan Perilaku Kristiani dalam berilmu pengetahuan.

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


50
Dibawah ini ada beberapa ciri sikap dan perilaku kristiani dalam penggunaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
1. Mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaraNya (Matius 6 : 33). Sikap ini
menggambarkan bahwa ilmuwan kristiani harus selalu meletakan usaha penggunaan dan
pengembangan ilmunya pada kebenaran Allah ; artinya, penggunaan dan pengembangan
ilmu tidak boleh bertentangan dengan kebenara Allah.
2. Membuat Kristus menjadi pedoman hidup (Filipi 2 : 5)
”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat
juga dalam Kristus Yesus” artinya : setiap ilmuwan Kristen harus menunjukan sikap rendah
hati, dan bertanggung jawab.
3. Membuat diri menjadi teladan dan berbuat baik misalnya : jujur dan sungguh- sungguh
(Titus 2 : 7)
4. Cerdik seperti ular, tetapi tulus seperti merpati dan waspada terhadap semua orang
( Matius 10 : 16-17 ) artinya : setiap ilmuwan harus menunjukan sikap dan
perilaku cerdas, tulus dan waspada secara integral dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mampu menguasai diri ( II Petrus 1 : 5-6 )
Artinya : setiap ilmuwan Kristen dapat menggunakan dan mengembangkan ilmunya untuk
kebaikan dan kesejahteraan manusia, bukan untuk tujuan-tujuan yang didorong oleh
emosi dan kepentingan sesaat saja.
6. Berfikir murni, pendamai, peramah, tidak memihak dan tidak munafik (Jakobus 3:17)
Maksudnya, bahwa sikap-sikap moral-moral dan elegan harus menjadi ciri-ciri
ilmuwan Kristiani.
e. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Iman Kristen
Ada beberapa pendapat yang mencoba menggambarkan tentang hubungan ilmu
pengetahuan dengan iman antara lain :
1. Aliran positivisme ; berkata bahwa tidak ada hubungan ilmu dengan hal-hal yang gaib.
Iman itu tidak dapat diamati dengan pikiran maka jika hal yang tidak dapat diamati dan
dibuktikan cecara akal budi, maka tidak dapat diterima kebenaranya. Aliran ini tidak
menerima hubungan antara ilmu dengan iman
2. Aliran Rationalisme ; berkata bahwa”akal budi” adalah kunci dari segala rahasia” aliran ini
membuat akal budi sebagai suatu keyakinan. Bagi mereka mengerti dulu baru percaya,
iman adalah hasil pengertian akal budi.
3. Aliran Sintesis ; menggambarkan bahwa ilmu dan iman dapat dihubungkan dan
digabungan untuk meneriman kebenaran.
Kebenaran-kebenaran kodrati dipahami melalui akal budi dan ilmu pengetahuan,
sedangkan kebenaran-kebenaran adikodrati, hanya dapat dipahami melalui iman dan
kepercayaan Allah.
Menurut Thomas Aquinas : bahwa setiap manusia memiliki kedua dunia ini, maka
dalam setiap manusia, iman dan akal budi dipertemukan ( Sintesis untuk menemukan
kebenaran ).
Tetapi paham yang ke – 4 menjadi suatu paham yang lebih dekat dengan paham
Alkitabiah, yaitu yang menyatakan : ”Iman mencari pengetahuan dan pengertian, iman
menjadi landasan berpikiran untuk mencari kebenaran.
Anselmus berkata : percaya dulu baru mengerti artinya iman menjadi Landasan kita
untuk mencari pengertian-pengertian yang lebih benar. Seorang ilmuwan Kristen harus
membangun ilmunya pada landasan berpikir yaitu imannya yang diyakininya, berdasarkan
Alkitab.
Hubungan iman dengan ilmu pengetahuan dapat digambarkan seperti hubungan
fundasi bangunan dengan gedung yang dibangun. Gedung bangunan ilmu pengetahuan
terikat dengan fundasi bangunan yaitu landasan berpikirnya.
Misalnya, jika seorang ilmuwan Kristen membangun suatu teori fisika ; maka
landasan berpikirnya adalah pokok Iman Kristen yang menyakini bahwa : ”Pencipta Alam
Semesta dan segala isinya adalah Allah, asal kehidupan adalah Allah. Allah tidak terikat
pada ruang dan waktu. Sebelumnya segala sesuatu ada, Allah sudah ada. Segala sesuatu
akan berakhir, tetapi Allah tidak.
Dengan landasan berfikir seperti itu, maka ilmuwan Kristen, tidak akan terjebak pada
teori ilmu yang meniadakan kebenaran Allah.
Dipihak lain, jika orang Kristen membuat iman sebagai landasan berfikir; maka
pertanyaan-pernyataan ilmu, akan dapat dijawab dan dipahami sesuai dengan kesaksian
Alkitab; jika ilmuwan Kristen mau membuat diri dengan penyataan Allah dalam Alkitab,
maka Tuhan akan memberikan hikmat, pengetahuan dan kepandaian (Amsal 2 : 6).
Dapat disimpulkan bahwa hubungan Iman dengan ilmu pengetahuan adalah sebagai
hubungan yang mendasar. Iman bukan Ilmu pengetahuan, tetapi iman yang sungguh-
sungguh akan memberikan ilmu pengetahuan dan pengertian yang benar. Ingat rumusan
Albert Einstein, yang mengatakan ”Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh, tetapi
pengetahuan tanpa agama adalah buta”.
C. TEKNOLOGI MENURUT IMAN KRISTEN
Teknologi secara umum berarti suatu kecakapan dan kemampuan manusia untuk
menguasai aspek-aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengalami
hambatan; manusia ingin memecahkan masalah dan mengatasi hambatan itu; dengan
kemampuan otak yang terarah dan dengan pengalaman sosial serta adaptasi lingkungan
manusia berusaha menciptakan cara dan alat untuk mengatasi masalah itu, Maka
terciptalah teknologi. Teknologi dalam kehidupan manusia, menjadi suatu cara untuk
mengatasi masalah, dan sebagai cara untuk mewujudkan kemauannya.
Menurut iman Kristen, berdasarkan Alkibat, Teknologi adalah suatu potensi yang
diberikan Allah kepada manusia. Dalam kitab Kejadian 1 : 26 – 28 dikatakan bahwa
manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah ; tujuannya ialah agar manusia
menguasai ciptaan lain dan seluruh bumi.
Teknologi adalah suatu segi yang sangat berharga dalam kehidupan manusia.
Teknologi menjadi suatu berkat bagi kehidupan manusia. Karena teknologi dapat
digunakan manusia untuk melawan kelaparan,kemiskinan,penderitaan,penyakit, dan
wabah maut.
Namun demikian dari sisi lain teknologi juga dapat menjadi kutuk bagi kehidupan
manusia, karena teknologi digunakan untuk alat permainan jahat, seperti penipuan,
penyelewengan, pemalsuan, dan tindak-tindak kejahatan lainnya.
Maka dari sudut Iman Kristen, dapat disimpulkan bahwa Teknologi berarti sebagai
kebutuhan dan sekaligus sebagai tanggung jawab orang Kristen yang menggunakan dan
mengembangkan Teknologi selalu diperhadapkan kepada hak dan tanggung jawab. Disatu
pihak orang Kristen menggunakan dan mengembangkan Teknologi adalah untuk
mengatasi masalahnya dan untuk menikmati kehidupan yang lebih baik, tetapi dipihak lain,
orang Kristen menggunakan dan mengembangkan Teknologi adalah sebagai tanggung
jawabnya, untuk mengasihi sesamanya dan memuliakan Tuhan Allah (Matius 22 : 35-39 ; I
Korintus 10 : 31).
D. SENI MENURUT IMAN KRISTEN
Menurut Iman Kristen seni juga harus juga diungkapkan untuk memuliakan Tuhan ;
perasaan gembira, bersyukur, memuji dapat diungkapkan melalui suara nyanyian, melalui
syair-syair dan juga melalui alat-alat musik
Mazmur 33 : 1-3. ”bersoraksorailah, hai orang-orang benar, dalam Tuhan! Sebab
memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi,
Bermasyurlah bagiNya, dengan gambus 10 tali, nyanyikanlah bagiNya nyanyian baru,
petiklah kecapi, baik dengan sorak-sorai.
Ada orang berkata :”Seni adalah untuk seni, tetapi Iman Kristen bukan demikian.
Seni bukan untuk seni, melainkan : seni adalah kebahagiaan manusia dan untuk
kemuliaan Tuhan.
Orang Kristen jangan memuja seni tetapi orang Kristen menggunakan dan
mengembangkan seni untuk kebahagiaan manusia dan untuk memuja Allah. Seni musik,
seni suara, seni sastra, dapat menghibur dan membahagiakan manusia dan dapat juga
dipakai untuk mengungkapkan rasa syukur dan agung kepada Tuhan Allah.
5. Mencegah Krisis Penggunaan Dan Pengembangan Ipteks
Kita dapat rumuskan kembali bahwa ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS)
adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia, melalui pikiran, kemauan dan
perasaanya.
Ilmu pengetahuan sebagai hasil pikiran, Teknologi sebagai hasil kemauan dan seni
sebagai hasil perasaan ; IPTEKS tidak terlepas dari kehidupan manusia, termasuk orang
Kristen. Maka dalam penggunaan dan pengembangannya, manusia bisa saja bersifat
positif dan bersifat negatif.
Kenyataan sering terjadi bahwa penggunaan dan pengembangan IPTEKS, manjadi
kontra produktif bagi kehidupan manusia. Kejahatan dan keegoisan manusia sering
menggunakan IPTEKS sebagai alat dan cara kerjanya.
Misalnya:
Praktek-praktek hasil teknologi canggih mengakibatkan malapetaka bagi kehidupan
manusia. Penggunaan bahan-bahan radioaktif, bahan gas dan bahan-bahan pestisida
dapat merusak keseimbangan, keselarasan dan keseraian kehidupan. Penebangan kayu
besar- besaran dan penangkapan ikan di laut secara besar-besaran dengan
menggunakan teknologi, jika didorong dengan sikap dan sifat egoisme dan kerakusan,
maka terjadilah krisis dalam kehidupan manusia modern, dipihak lain pengembangan
IPTEKS sering dianggap sebagai tujuan bukan sebagai alat.
Penggunaan dan pengembangan IPTEKS dijadikan sebagai pemberhalaan. Harkat
dan martabat manusia dianggap lebih rendah dari IPTEKS itu sendiri, pada hal IPTEKS itu
adalah hasil manusia.
Pertanyaan sekarang : mengapa sering terjadi kemerosotan nilai dalam penggunaan
dan pengembangan IPTEKS ? jawabannya ialah bahwa sebenarnya kesalahan bukan
pada hasil-hasil IPTEKS itu, melainkan pada manusia yang menghasilkan dan
menggunakan IPTEKS itu sendiri.
Sebagai orang Kristen kita tidak perlu menganggap hasil-hasil IPTEKS sebagai
pemberontakan manusia kepada Allah, sehingga orang Kristen apriori kepada IPTEKS,
tetapi orang Kristen terpanggil mengarahkan agar hasil-hasil IPTEKS digunakan dan
dikembangkan untuk kesejahteraan manusia dan untuk kemuliaan Tuhan.
Iman Kristen selalu menanggapi bahwa segala kemerosotan dan kejauhan nilai pada
penggunaan dan pengembangan IPTEKS adalah merupakan akibat penyelewengan dan
pemberontakan manusia terhadap jalan Tuhan.
Memang iman Kristen menegaskan bahwa akibat dosa, manusia menjadi kehilangan
nilai luhurnya ; ”manusia tidak ada yang benar, tidak ada lagi yang berakal budi, tidak ada
yang menyembah Allah. Semua orang sudah sesat ; tidak seorangpun yang berbuat
benar, seorang pun tidak” (Roma 3 : 10-12).
Dengan berkata demikian, bukan maksudnya kita menolak segala sesuatu yang
dihasilkan oleh manusia, dan bukan juga meniadakan manfaat IPTEKS yang dihasilkan
oleh manusia, tetapi kita mau menegaskan bahwa segala sesuatu yang dihasilkan
manusia, harus dikuduskan oleh Kristus.
Bagaimana kita harus mencegah kemerosotan penggunaan dan pengembangan
IPTEKS itu?
Jawabnya:
 Orang Kristen harus konsekwen dan konsisten dengan imannya.
 Moralitas Kristen menjadi dasar kita menggunakan dan mengembangkan IPTEKS.
 Menyadari dan menghayati bahwa penggunaan dan pengembangan IPTEKS bukan
tujuan kehidupan melainkan alat untuk kesejahteraan manusia dan untuk memuliakan
Allah.

III . Pokok-pokok Pikiran Kristiani

1. Allah telah memberikan potensi kepada manusia untuk menghasilkan IPTEKS,


maka dengan potensi itulah, manusia mampu mengembangkan IPTEKS.

2. Penggunaan dan pengembangan IPTEKS, disatu pihak adalah sebagai hak


untuk menikmati kehidupan yang lebih baik, tetapi dipihak lain sebagai
tanggungjawab untuk mengasihi sesama dan memuliakan Allah.

3. Agar manusia terhindar dari krisis nilai dalam penggunaan dari


pengembangan IPTEKS maka manusia tidak membuat IPTEKS sebagai
pujaan, tetapi IPTEKS sebagai alat mengasihi sesama dan memuliakan Allah.

4. Moralitas menjadi dasar manusia untuk menggunakan dan


mengembangkan IPTEKS sehingga manusia terhindar dari penyalahgunaan
IPTEKS.
IV. Latihan Mahasiswa

1. Buat ringkasan ”Guna IPTEKS dalam kehidupan”.

2. Daftarkan 10 point dampak negatif penggunaan IPTEKS dalam kehidupan.

3. Cari 5 ayat Alkitab yang berkaitan dengan penggunaan IPTEKS dalam kehidupan.
BAB VI
BUDAYA

I. Latar Belakang Masalah

1. Topik kajian ini perlu dibahas untuk memberikan pemahaman yang luas tentang
pengertian kebudayaan. Ada pemahaman yang hanya mengartikan kebudayaan
sebagai kesenian atau adat-istiadat. Pengertian itu tidak salah : tetapi kebudayaan
lebih dari sekedar kesenian atau adat-istiadat, kebudayaan dapat dipahami dari
berbagai sudut pemahaman.

2. Kemudian pemahaman tentang hubungan kebudayaan dengann iman Kristen pun


perlu didiskusikan secara jujur dan objektif. Hubungan kebudayaan dengan iman
Kristen harus dilihat dari sudut iman Kristen berdasarkan Alkitab. Adakah dasar
Alkitabiah yang dipakai sebagai pedoman untuk meninjau hubungan kebudayaan
dengan iman Kristen.

3. Mahasiswa juga perlu menyadari faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya


krisis nilai dalam kebudayaan sehingga mahasiswa dapat mengambil sikap yang
benar terhadap kebudayaan
II. Kajian Materi
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menunjukkan pengertian kebudayaan. Verkuyl
dalam buku Etika Kristen dan Kebudayaan, menyebutkan sebagai berikut:
- Kultur
Berasal dari bahasa Latin : Cultura, yang artinya membuat, mengolah, mengerjakan,
menanam. Jika kebudayaan dikaitkan dengan istilah kultur, maka kebudayaan
berarti : suatu kegiatan pengerjaan, kegiatan pengelolaan.

Misalnya : seorang petani mengerjakan tanahnya supaya memberi hasil, kegiatan pertanian
adalah kebudayaan.
- Peradaban
Berasal dari bahasa Arab : Adab artinya kesopanan, kehalusan, kebaikan, budi pekerti.
Bertitik tolak dari kata adab, peradaban, maka kebudayaan adalah suatu perilaku hidup
yang sopan, halus, dan baik adalah orang-orang yang berbudaya
- Kebudayaan
Berasal dari bahasa Sansekerta : Budaya kata jamak dari budi yang artinya : roh atau akal.
Jadi kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh roh, akal (budi) manusia.
- Carahidup
Kata cara berasal dari bahasa Sansekerta berarti : Laku, kelakuan. Cara Hidup adalah
segala sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan dan kemauan
manusia.
Dari beberapa istilah diatas dapat ditarik kesimpulan suatu rumusan bahwa
kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan
dan kemauan manusia.
Ilmu pengetahuan sebagai hasil pikiran manusia juga adalah kebudayaan. Teknologi
sebagai hasil kemauan berdasarkan pikiran dan pengalaman adalah kebudayaan.
Kesenian sebagai hasil perasaan yang diungkapkan melalui suara alat-alat musik,
gerakan, lukisan,
pahatan dan bahasa indah (sastra) adalah juga kebudayaan adat-istiadat dan kebiasaan
hidup sebagai cara hidup sehari-hari, juga disebut kebudayaan.
Wujud kebudayaan dapat bersifat materil dan dapat bersifat immaterial. Kebudayaan
berwujud materil misalnya : alat-alat perkakas, mesin-mesin serta teknologi ; termasuk
komputer. Sedangkan kebudayaan berwujud immaterial antara lain : adat-istiadat,
kebiasaan hidup, kesenian, sastra, musik, hasil ilmu pengetahuan filsafat dan lain-lain.
B. KRISIS KEBUDAYAAN
Yesus dimaksud dengan krisis kebudayaan ialah suatu keadaan/perilaku manusia
merosot dalam penerimaan, pemahaman, perbuatan, penggunaan dan penerapan
kebudayaan itu. Baik kemerosotan perilaku dalam menggunakan wujud budaya material
maupun kemerosotan perilaku dalam penerapan wujud kebudayaan immaterial.
Kemerosotan penggunaan wujud kebudayaan material misalnya : pemakaian bahan-
bahan radioaktif, bahan-bahan gas dan bahan-bahan pestisida yang tidak memikirkan
dampak negatifnya bagi kelestarian lingkungan hidup. Dan hanya ingin memenuhi
kebutuhan sementara dan mengatasi masalah secara instan dan pragmatis sehingga
terjadilah pencemaran udara, pencemaran air dan tanah yang mengganggu kehidupan
manusia.
Demikian juga pemakaian alat-alat dan teknologi canggih untuk tujuan-tujuan tertentu
tanpa mempertimbangkan tanggung jawab dan moral. Pengusaha-pengusaha besar
dengan mengandalkan alat-alat dan teknologi canggih dan mewujudkan ambisi dan
egoisnya, sehingga lingkungan hidup menjadi rusak atau musnah, terjadilah banjir dan
erosi yang mengakibatkan malapetaka bagi kehidupan manusia sedangkan kemerosotan
penerapan wujud kebudayaan immaretial misalnya : penyajian dan pementasan produk-
produk kesenian apakah itu seni musik, seni film seni drama, seni tari ataupun seni lukis,
dan lain-lain sering berubah menjadi penyajian perilaku-perilaku kekerasan , selera rendah,
erotis, pornoaksi, dan gaya hidup yang bertentangan dengan norma-norma adat dan
agama.
Demikian juga sebagai dampak penggunaan alat-alat dan media komunikasi
audio visual seperti : alat-alat telekomunikasi canggih, televisi, internet membuat
banyak orang jatuh pada gaya hidup boros, konsumeris, manipulatif, suka meniru-niru,
dan kehilangan jati diri.
Kita bisa merasakan bahwa terjadinya gaya hidup enteng pergaulan bebas,
pornografi, pornoaksi, tindak kekerasan, penyalahgunaan Narkoba dan lain-lain adalah
sebagai akibat dari pengaruh penerimaan dan penerapan wujud budaya yang salah.
Penerimaan dan penerapan budaya yang salah inilah yang disebut krisis kebudayaan.
Sebenarnya bukan alat-alat atau hasil-hasil IPTEKS itu salah, tetapi bagaimana manusia
itu memahami, menerima dan menerapkan kebudayaan itulah yang menjadi persoalan.
Kebudayaan sebagai hasil pikiran perasaan dan kemauan manusia tentunya harus
ditinjau dari hakekat manusia itu sendiri. Menurut iman Kristen terjadinya krisis
kebudayaan adalah berangkat dari merosotnya hakekat manusia itu sendiri.
C. SIKAP UMAT KRISTEN TERHADAP KEBUDAYAAN
Sebelum kita membicarakan sikap umat Kristen terhadap kebudayaan, perlu dulu
dilihat beberapa macam hubungan kebudayaan dengan agama. Verkuyl dalam buku :
Etika Kristen dan Kebudayaan (1982) menyadur pendapat Vander Lecuw, tentang
hubungan kebudayaan dengan agama.
Ada4tingkatanhubungankebudayaandenganagamayaitu:
a. Kebudayaan Dan Agama Sangat Erat Hubungannya.
Gejala ini dapat dilihat pada masyarakat primitif. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan
identik dengan agama. Jika kita amati dalam masyarakat primif, semua kegiatan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan dan kegiatan-kegiatan bersifat
agama.
b. Kebudayaan Tersendiri Disamping Agama.
Hubungan kebudayaan dengan dengan agama belum terputus, namun dalam
kegiatannya masyarakat sudah bisa membedakan mana kegiatan kebudayaan dan nama
kegiatan agama.
Kebudayaan ingin diakui keberadaannya secara bebas, disamping keberadaan agama.
Gejala ini dapat kita lihat pada masa pencerahan di Eropa dan pada aliranhumanisme.
c. Kebudayaan Memutuskan Hubungan Dari Agama
Artinya terjadi pertentangan antara kebudayaan dan agama. Kebudayaan
menganggap agama sebagai suatu keberadaan yang tidak masuk akal. Kebudayaan
melecehkan agama. Gejala ini kita lihat pada aliran-aliran sekularisme atheisme. Tetapi
dari pihak agama ada juga yang mencurigai dan menolak kebudayaan. Kebudayaan
dianggap menjauhkan diri dari kehendak Allah. Gejala ini kita lihat pada aliran-aliran
kharismatik.
d. Kebudayaan Dan Agama Mengalami Hubungan yang Dinamis
Artinya : adanya usaha untuk memulihkan hubungan keduanya. Disatu pihak adanya
kesadaran bahwa kebudayaan tidak dapat berjalan sendiri bertentangan dengan agama
dan dipihak lain agama tidak boleh selamanya mencurigai kebudayaan. Dan memang
agama tidak dapat terpisah dari kebudayaan.
Dari empat tingkatan hubungan ini, tentu agama Kristen atau iman Kristen menyadari
bahwa umat Kristen tidak mungkin memisahkan dirinya dari kebudayaan. Umat Kristen itu
sendiri turut berperan dalam menciptakan kebudayaan. Umat Kristen berdasarkan mandat
budaya yang diberikan Allah pada saat penciptaan seperti tertulis dalam kejadian 1 : 26-28
adalah merupakan landasan theologis untuk berperan dalam kebudayaan. Namun
demikian dalam sejarah gereja ada beberapa sikap yang ditunjukkan gereja atau Umat
Kristen terhadap kebudayaan.
Sikap-sikap itu diuraikan oleh H.Richard Niebur dalam bukunya Christ and Culture,
inti sari dari pendapat itu telah dituliskan Malcolm Brown Lee, dalam buku : Tugas manusia
dalam dunia milik Tuhan.

Ada5sikapumatKristen(gereja)terhadapkebudayaanyaitu:
a. Sikap Radikal (Menetang kebuyaan)
Dalam sejarah gereja, umat Kristen pernah bersikap menolak terhadap segala
sesuatu yang berkaitan dengan budaya. Mereka menganggap bahwa umat Kristen harus
memiliki Kristus ; bukan kebudayaan. Mereka mengambil nats1 yahonnes 2 : 15-16
sebagai dasar sikap menolak tersebut.
”janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang
mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa, tidak ada didalam orang itu, sebab semua yang
ada didalam dunia, yaitu : kekinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup
bukanlah berasal dari Bapa melainkan dari dunia.
Penganut sikap radikal ini menganggap bahwa orang yang setia kepada Yesus harus
menolak dunia dan kebudayaannya. Kelompok-kelompok yang mengikuti sikap ini dapat
dilihat pada gerakan-gerakan kerahiban dibiara-biara dan gerakan pietisme.
b. Sikap Akomodatif (Menyesuaikan diri)
Penganut sikap ini menyesuaikan diri dengan kebudayaan, mereka mencintai
Kristus, tetapi juga mencintai kebudayaan mereka tidak melihat ketegangan antara gereja
dengan kebudayaan, mereka menganggap Kristus sebagai milik kebudayaan atau Kristus
untuk kebudayaan. Disatu pihak mereka melihat kebudayaan dalam terang Kristus, tetapi
dipihak lain mereka melihat Kristus dalam terang kebudayaan. Mereka menyesuaikan
Kristus dengan kebudayaan.
c. Sikap Dominatif (Kristus diatas kebudayaan)
Penganut sikap ini menganggap Kristus berbeda dengan kebudayaan. Kristus
relevan kepada kebudayaan, tetapi Kristus berada diatas kebudayaan. Kebudayaan
berasal dari Allah dan dari manusia, karena itu kebudayaan perlu dilihat dalam terang ilmu
pengetahuan dan pernyataan Allah.
Kebudayaan itu suci tetapi sekaligus diwarnai oleh dosa. Tokoh utama penganut
sikap ini adalah : Thomas Aquino. Ciri khas penganut sikap ini adalah ”mereka
mempertemukan (sintesis). Unsur-unsur kebudayaan dengan unsur-unsur iman Kristen.
Aliran ini memahami kebenaran ada dua jenis yaitu : kebenaran-kebenaran kodratif
dan kebenara-kebenaran adikodratif. Kebenaran-kebenaran kodratif dapat diamati, dalam
kebudayaan sedangkan kebenaran-kebenaran adikodratif dapat dilihat dalam iman.
Kebenaran-kebenaran adikodratif lebih tinggi dari kebenaran-kebenaran kodratif artinya
iman lebih tinggi dari kebudayaan. Kristuslah yang menggenapi cita-cita kebudayaan.
d. Sikap Dualis (Kebudayaan dan Kristus Dalam Paradox)
Orang-orang dualis membagi dunia dalam dua macam kerajaan yaitu : Kerajaan
Rohani oleh Tuhan dan kerajaan gelap oleh iblis. Menurut sikap Dualis ”semua segi
kebudayaan sudah rusak keseluruhan, kebudayaan itu buruk, namun orang-orang dualis
mengerti bahwa mereka adalah anak-anak kebudayaan dan tidak dapat melepaskan diri
dari padanya. Orang-orang dualis berbicara dengan paradox-paradox. Mereka
menganggap dirinya sekaligus sebagai orang benar, dan orang berdosa (Simul Lutus Et
Peccator)
Menurut aliran ini , manusia berada dalam dua kerajaan yaitu kerajaan Allah dan
kerajaan masyarakat. Martin Luther adalah penganut sikap ini.
e. Sikap Transformatif : Kristus memperbaharui kebudayaan
Sikap ini melihat Kristus sebagai penebus yang memperbaharui masyarakat. Kristus
mentransformir masyarakat, menurut penganut sikap ini, Allah memberikan tanah, akal
budi dan kehidupan sosial kepada manusia.
Manusia perlu menanggapi pemberian Allah itu dengan : kegiatan bercocok tanam,
beternak, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga mengatur hidup
bermasyarakat. Berbudaya adalah kewajiban manusia yang baik, walaupun dapat
melakukan kewajiban itu dengan jahat. Penganut sikap ini berdasarkan sikap mereka pada
Yohannes 1 : 14, yang berbunyi
:”Firmanitutelahmenjadimanusiadandiamdiantarakita; artinya bahwa firman itu harus memperbaharui
manusia, firman itu harus memperbaharui kebudayaan.
Orang Kristen harus hidup dalam dunia dan memperbaharui dunia dengan
mentransformasikan nilai-nilai kristiani pada budaya. Demikianlah beberapa macam sikap
umat Kristen (gereja) terhadap kebudayaan dalam sejarah.
Sekarang bagaimana sikap itu ?
Sikap yang kita ambil adalah sebagai berikut :
a. Kita menolak kebudayaan yang bertentangan dengan iman
Firman Tuhan berkata :”Jangan ada padamu, Allah lain dihadapanku . jangan
membuat patung bagimu yang menyerupai apapun. Jangan sujud menyembah
kepadanya, atau beribadah kepadanya (Keluaran 20 : 3-5)
Berdasarkan Firman ini, umat Kristen harus menolak jika ada bentuk-bentuk
kebudayaan, apakah itu kebudayaan, adat-istiadat, kesenian atau tradisi-tradisi yang
memang menduakan Allah atau yang mengagungkan sebagai sumber berkat atau
kebahagiaan , maka kebudayaan seperti itu harus ditolak.
Misalnya : kebudayaan-kebudayaan tradisional yang harus kita tolak antara lain :
- Tradisi menghormati orang mati
- Kepercayaan meminta berkat kepada arwah
- Tradisi memberi makanan kepada arwah
- Kepercayaan pada benda-benda pusaka yang dapat memberi rejeki dan kesaktian
dan lain-lain.
Selain kebudayaan-kebudayaan tradisional, kita sebagai orang modern juga
berhadapan dengan budaya-budaya modern. Budaya modern pun tidak lepas dari
pencemaran dan kemerosotan nilai. Orang Kristen harus waspada terhadap bentuk-bentuk
budaya modern atau gaya hidup yang lagi trend antara lain :”Pergaulan bebas, free seks,
kawin cerai, pornografi, pornoaksi, tindak kekerasan, penyalahgunaan narkoba dan lain-
lain.
Firman Tuhan berkata :”Jangan berjinah, setiap orang yang memandang perempuan
serta menginginkannya, sudah berjinah dengan dia didalam hatinya (Matius 5 : 27-28)
Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Markus 10 : 9).
Kasihilah sesamamu manusia dan musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu (Matius 5 : 43-44).
Buanglah semuanya ini : marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang
keluar dari dalam mulutmu ( Kolose 3 : 8).
Dengan pedoman-pedoman Firman Tuhan, kita dapat membedakan mana
kebudayaan yang sesuai dengan iman Kristen dan mana kebudayaan yang bertentangan
iman Kristen. Kebudayaan yang bertentangan dengan iman Kristen harus kita tolak.
b. Sikap Dialektis Terhadap Kebudayaan
Kita tidak memakai istilah dualis karena paham dualis bukan paham Alkitabiah yang
komprehensip walaupun kita menyadari bahwa didalam dunia ini masih berkuasa iblis,
tetapi kerajaan itu tidak boleh kita anggap sebagai kerajaan yang sebanding dengan
kerajaan Allah. Iman Kristen menyaksikan bahwa kerajaan iblis sudah dikalahkan oleh
Kerajaan Yesus.
”Maut telah ditelan dalam kemenangan”. Hai maut dimanakah kemenanganMu ?, Hai
maut dimanakah sengatmu ?” ( I Korintus 15 : 54-55 ). Namun demikian, iman Kristen
mengajarkan supaya umat Kristen selalu waspada terhadap dunia, Yesus mengutus
murid- murid kedunia seperti domba ditengah-tengah serigala (Matius 10 : 16-17). Sikap
dialektis, maksudnya ialah sikap umat Kristen yang jujur dan apa adanya terhadap dunia
dan kebudayaan. Disatu pihak iman Kristen percaya bahwa setiap orang-orang yang
ditebus Kristus adalah orang kudus orang yang telah menerima kuasa dari Allah, tetapi
dipihak lain, karena umat Kristen masih hidup didunia ini, maka umat Kristen tidak terpisah
dari dunia ini. Umat Kristen juga masih terpengaruh dengan dunia ini.
Kita setuju dengan rumusan Martin Luther yang menyatakan :”orang Kristen disatu
pihak adalah orang-orang berdosa (Simuliustus Et Peccator). Oleh karena itu, orang
Kristen juga harus bersikap dialistis terhadap kebudayaan. Orang Kristen percaya bahwa
Tuhan Allah yang memberi mandat budaya kepada manusia (Kejadian 1 : 26 dan Kejadian
2 : 25).
Mandat untuk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena
itu kebudayaan adalah tugas dan tanggung jawab manusia.
Namun, karena manusia sudah jatuh berdosa, maka pelaksanaan mandat itupun
tercemar dan ternoda. Paulus berkata :”Tidak ada yang benar, seorangpun tidak, semua
sudah berdosa”(Roma 3 : 10-12).
Oleh karena itu, umat Kristen tidak boleh mengabaikan kebudayaan sebagai tugas
dan tanggung jawab yang diberikan Allah kepadanya, namun dipihak lain, kebudayaan itu
hanya sebagai alat yang tidak terlepas dari dosa. Orang Kristen tidak boleh
menggabungkan kebudayaan.
c. Sikap menggarami dan menerangi kebudayaan
Kita setuju bahwa sikap memperbaharui kebudayaan adalah lanjutan dari tugas
panggilan umat Kristen didunia ini. Umat Kristen terpanggil menjadi garam dan terang
dunia (Matius5:13-16). Kebudayaan baik bersifat material maupun yang bersifat
immaterial adalah termasuk bagian dunia yang harus digarami dan diterangi. Menggarami
kebudayaan dengan nilai-nilai kristiani adalah salah satu usaha memperbaharui dan
memperbaiki nilai-nilai kebudayaan itu sendiri.
Transformasi nilai-nilai ke-Kristenan ke dalam bentuk-bentuk budaya merupakan
pelaksanaan tugas panggilan umat Kristen didunia ini. Sedangkan menerangi kebudayaan
dengan nilai-nilai ke-Kristenan, maksudnya, mencegah agar kebudayaan jangan untuk hal-
hal yang tidak benar tetapi diarahkan untuk kegiatan-kegiatan memuliakan Allah dan
kesejahteraan manusia.
Umat Kristen terpanggil untuk menggarami dan menerangi kebudayaan dengan nilai-
nilai ke-Kristenan.

III. Pokok-pokok Pikiran Kristen

1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia, melalui pikiran,


perarasaan dan kemauannya. Hasil manusia itu, adalah merupakan resporns
manusia terhadap potensi yang diberikan Allah kepadanya pada waktu penciptaan.
Allah telah memberikan mandat budaya kepada manusia, yaitu menguasai,
mengusahai dan memelihara ciptaan Allah ; dan kegiatan itulah yang disebut
kebudayaan.

2. Karena manusia sudah berdosa, maka segala sesuatu yang dihasilkannya pun
tidaklah sempurna. Kebudayaan pun tidak terlepas dari akibat dosa. Oleh karena
itu setiap saat, kebudayaan juga harus diperbaharui, harus digarami dan diterangi
dengan nilai-nilai kristiani.

3. Umat Kristen harus mengkritisi kebudayaan dengan konsep dan prinsip-prinsip


kristiani, berdasarkan Alkitab; hingga umat Kristen tidak terjebak pada
pengagung kebudayaan melebihi etika dan iman Kristen.

Umat Kristen juga tidak perlu bersikap apriori atau menolah secara radikal terhadap
bentuk-bentuk kebudayaan itu untuk diisi dengan nilai-nilai kristiani.

IV. Latihan Mahasiswa

1. Buatlah satu rumusan singkat tentang hakekat Kebudayaan !

2. Carilah ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan kemerosotan budaya !

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


60
3. Carilah ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan sikap-sikap positif
terhadap kebudayaan

V. Test Formatif
1. Bagaimana umat Kristen bersikap yang benar terhadap bentuk-bentuk budaya tradisional?
2. Apakah anda setuju dengan kebudayaan barat ? Tuliskan pendapatmu !

BAB VII
HUKU
M

I. Latar Belakang Masalah


1 Secara umum masalah hukum dan pandangan agama sering dipisahkan. Hukum sering
kali dikaitkan dengan negara, kekuasaan, keadilan dan kebenaran. Negaralah yang
menciptakannya, melaksanakan dan mengawasi hukum melalui badan-badan nagara,
seperti : MPR, DPR, DPD, Pemerintah, dan lembaga-lembaga peradilan.
2 Tetapi jika dikaji lebih mendalam bahwa masalah hukum selalu berkaitan dengan
manusia dan kehidupannya. Karena hukum adalah berkaitan dengan manusia dan
kehidupan, maka pandangan agama perlu didengar.
3 Iman Kristen berdasarkan Alkitab perlu dilihat pandangannya, tentang : ”Hubungan
hukum dengan kehidupan manusia, tentang sumber hukum yang sesungguhnya tentang
tanggung jawab umat Kristen dalam penegakan hukum sesuai iman Kristen.
4 Dalam topik kajian ini perlu dilihat korelasi antara konsep dan prinsip umum tentang
hukum dengan pandangan Kristen berdasarkan Alkitab.
5 Kajian ini berguna untuk mahasiswa, agar mereka memiliki pemikiran yang komprehensip
tentang peranan mereka dalam penegakan hukum pada kehidupan sehari-hari baik
sebagai warga negara maupun sebagai umat kristiani.
II. Kajian Materi
A. PENGERTIAN DAN MAKNA HUKUM SECARA UMUM
a. Pengertian Pokok
Dalam penjelasan UUD 1945, tentang sistem pemerintahan negara ditegaskan bahwa
: ”Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), bukan berdasarkan
atas kekuasaan belaka”. Memang salah satu unsur pokok dalam hukum ialah adanya
kekuasaan. Siapa yang memiliki kekuasaan tertinggi, itu tergantung pada sistem
pemerintahan yang dianut.
 Sistem demokrasi langsung, kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat secara langsung.
 Sistem demokrasi perwakilan, kekuasaan tertinggi dipengang oleh rakyat melalui
perwakilan
 Sistem kerajaan : kekuasaan tertinggi dipegang oleh Raja.
 Sistem konstitusional, kekuasaan tertinggi terdapat pada konstitusi (hukum dasar) berarti
kekuasaan dibatasi oleh undang-undang dasar.
 Sistem diktator absolutisme, kekuasaan tertinggi terdapat pada kemauan dan
kepentingan penguasa, dan dipegang oleh kepala Negara. Kekuasaan tidak dibatasi oleh
Undang-undang Dasar.
Dasar konteks negara Republik Indonesia bahwa kekuasaan adalah unsur yang paling
utama dalam sistem hukum, namun kekuasaan sangat penting dalam penegakan hukum.
Jika kita simak dari pembukaan UUD 1945, yang diakui sebagai hukum dasar tertulis di
negara kita, maka unsur pokok dari hukum di Indonesia ialah :
Pertama : Kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, setiap manusia memiliki hari
kebebasan.
Kedua : Kewajiban negara yaitu :
1. Memiliki seganp bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan
kesejahteraan umum.
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
Maka secara mendasar dapat dikatakan bahwa, hukum adalah berkaitan dengan hak
dan kewajiban secara azasi. Manusia yang hidup menurut hukum adalah manusia yang
menyadari apa haknya dan apa kewajibannya dalam kehidupan
b. Makna Hukum Bagi Kehidupan
Sesuai dengan kewajiban negara yang telah digariskan dalam UUD 1945, maka
hukum itupun haruslah memberi makna sebagai berikut:
1) Hukum Itu Melindungi Seluruh Manusia
Pada modul, PAK, pelatihan nasional 2 digariskan “Pada dasarnya hukum adalah
perlindungan kepentingan manusia yang berbentuk kaidah atau norma perlindungan
kepentingan hidup atau kaidah disertai dengan sanksi yang bersifat mengikat dan
memaksa, itulah hakikat dari hukum”. Peraturan hidup ada yang tertulis, dan tidak tertulis,
setiap manusia mempunyai hak untuk dilindungi dan setiap manusia wajib menghargai hak
orang lain, jika tidak maka hukum akan memberi sanksi kepadanya. Sanksi hukum bisa
dari pemerintahan, bisa juga dari masyarakat.
2) Hukum Memajukan Kesejahteraan Umum
Jika setiap orang menyadari haknya dalam kehidupan bersama, dan melakukan kewajiban
dalam interaksi sosial, maka kesejahteraan umum akan terwujud. Kesejahteraan umum
terwujud jika hukum itu terlaksana dengan baik. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
membuat manusia menikmati kesejahteraan yang hakiki, maka hukum itu memberi
kesejahteraan hidup secara umum.
3) Hukum Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Di satu pihak hukum yang berlaku menuntut kepatuhan dan ketaatan dari masyarakat,
tetapi dipihak lain, hukum juga akan memberikan pencerahan bagi kehidupan manusia.
Kepatuhan dan ketaatan yang dituntut hukum haruslah berdasarkan kesadaran diri.

Idealnya hukum itu harus dipahami oleh masyarakat yang telah mengerti apa hak dan apa
kewajibannya dalam kehidupan bersama, tidak membuat kepatuhan pada hukum itu
menjadi beban bagi mereka. Dan orang-orang yang hidup patuh pada hukum tetapi berarti
itu sebagai beban atau paksaan, mereka malah orang-orang yang cerdas.
4) Hukum Juga Menertiban Kehidupan
Dietriech Bonnhoffer, menegatakan bahwa ” kebebasan tanpa kewajiban adalah
kekacauan, artinya jika aspek kebebasan saja yang utamakan, sedangkan kewajiban tidak
diutamakan, maka kehidupan akan menjadi kacau, tidak tertib. Kehidupan bersama
menjadi terib, jika masing-masing anggota masyarakat menyadari apa haknya, dan
melakukan apa kewajibannya. Hukum memang adalah untuk mengikiat manusia agar
hidup tertib, tetapi kehidupan hidup itu bukan karena paksaan, melainkan berdasarkan
pada kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
c. Fungsi Hukum Dalam Kehidupan
Jika kita telah membahas makna hukum dalam kehidupan itu berkaitan dengan arti
hukum secara hakiki. Tetapi membicarakan fungsi hukum dalam kehidupan maka
orientasinya ialah : fungsi hukum secara formal. Yang kita maksud dengan hukum secara
formal ialah UUD, Undang Undang, dan keputusan-keputusan badam negara misalnya :
Keputusan DPR, keputusan pemerintahan dan lain-lain.
Hukum dasar tertulis dan kitab-kitab hukum tertulis lainnya mempunyai fungsi dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Fungsi hukum tertulis itu adalah sebagai berikut :
1) Fungsi Integrasi artinya: Hukum tertulis menjadi faktor integratif, karena hukum (UU)
menjadi pegangan bersama dan diharapkan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan
konflik yang terjadi. Hukum menjadi sarana ”Conflictresolution”.
2) Fungsi kontrol artinya: Hukum (UU) menjadi alat untuk mengontrol perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
3) Fungsi Perekayasaan nilai : Artinya, hukum (UU) menjadi alat untuk merekayasa nilai.
Sebab hukum berisi nilai-nilai masih berbuat idealis. Dengan butir-butir nilai dalam hukum
(UU), cita-cita dalam kehidupan masyarakat dengan diwujudkan. Hukum menjadi acuan
nilai-nilai yang dicita-citakan. (Naskah Akaddemik : Rancangan UU tentang Kehidupan
Umat beragama, Departemen Agama Republik Indonesia,2002)
Ketiga fungsi hukum di atas harus dipahami secara komprehensif artinya fungsi
integrasi, fungsi kontrol, dan fungsi rekayasa itu bertujuan secara terpadu dalam
kehidupan sehari-hari.
B. PANDANGAN KRISTEN MENGENAI HUKUM
a. Manusia Hidup Berdasarkan Hukum
Sepintas menurut Alkitab, hukum itu hanyalah berupa perintah-perintah dan tuntunan
Allah. Kitab perjanjian lama yang didominasi oleh hukum Taurat, banyak berupa perintah-
perintah dan titah-titah Allah.
J. Verkuyl mengatakan hukum Taurat adalah pengumuman tuntutan-tuntutan Allah
kepada manusia. Rasul Paulus sendiri berkata kepada orang Kristen bahwa ” Kamu tidak
berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia,” (Roma 6:14). Semua orang
yang hidupdari pekerjaan hukum Taurat berada dibawah kutuk; sebab ada tertulis
”Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulisdalam kitab
hukumTaurat”(Galatia 3:10). Kesannya bahwa hukum Taurat hanyalah berisi daftar
kewajiban manusia. Tetapi jika menyimak keseluruhan isi Alkitab baik kitabPerjanjian Lama
maupun kitab Perjanjian Baru. Hukum-hukum Tuhan itu tidak semata-mata berupa
tuntunan-tuntunan yang harus dilakukan oleh manusia, melainkan juga berisi janji-janji dan
hak kebebasan manusia dihadapan Allah. Kewajiban-kewajiban dan hak kebebasan adalah
kebutuhan manusia.
Menurut kitab Kejadian1- 3. Pada waktu Allah menciptakan manusia pertama, Adam
dan Hawa; Allah serta merta memberikan hak dan kewajiban kepada manusia. Allah
sudah menetapkan hukum bagi manusia pertama.
Allah sudah menggariskan kepada manusia apa-apa yang dapat dilakukan dan apa
yang dapat dinikmati (sebagai hak kebebasan). Dan Allah juga sudah menggariskan apa-
apa yang tidak dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dimakan oleh manusia
(Kewajiban).
Hak kebebasan Manusia
pertama (1). Mengusahai
ciptaan lain
(2). Beranak cucul-bertambah banyak
(3.). Memakan tumbuh-tumbuhan berbiji dan pohon-pohonan yang berbuah berbiji.

Kewajiban manusia pertama


(1). Menguasai ciptaan lain
(2). Mengusahai Taman Eden
(3). Memelihara Ciptaan Allah
(4). Tidak memakan buah yang dilarang
Berdasarkan fakta diatas maka dapat disimpulkan bahwa sejak manusia diciptakan
Alllah, kepadanya diberikan hukum, hukum menjadi kehidupannya, manusia hidup
berdasarkan hukum. Iman Kristen menghargai hukum sebagai norma hidup.
b. Sumber Hukum
Kita tahu bahwa hukum itu ada yang tertulis dan ada juga yang tidak tertulis : tetapi
baik hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis tentu perlu dipertanyakan
darimanakah sumber hukum itu ? Ada dua pendapat yaitu :
- Bersumber dari masyarakat ;
- Bersumber dari pencipta manusia (Allah)
1. Hukum bersumber dari masyarakat
Mereka mengatakan bahwa ”Hukum adalah hasil kontrak
sosial”; artinya apa yang perlu atau tidak perlu dalam hukum adalah
masalah kesepakatan saja. Kalau masyarakat ada kesepakatan sesuatu yang mau diatur
dalam ketentuan yang akan mengikat bersama, jadilah dia dimasukan dalam aturan yang
mengikat bersama (Rancangan UU tentang kerukunan umat beragama)
Sumber hukum adalah kesepakatan masyarakat, kesepakatan itulah yang dipelihara dan
dilaksanakan dalam kehidupan bersama. Pendapat yang mengatakan bahwa
masyarakatlah yang menjadi sumber hukum, adalah berangkat dari sudut pandang aliran
demokrasi.
Kekuasaan sebagai unsur penting dalam hukum dipahami berasal dari masyarakat.
Mereka menganggap suara rakyat (masyarakat) adalah suara Tuhan (Vox Populi, Vox
Deo)
2. Hukum berasal dari pencipta manusia (Allah)
Pendapat ini berangkat dari sudut pandang Theokrasi, artinya yang berkuasa dalam
masyarakat adalah Allah, Allah yang lebih dahulu mengatur bagaimana manusia itu harus
hidup. Pandangan inilah yang sesuai dangan pandangan Kristen. Iman Kristen, mengakui
bahwa ”Tuhan Allah adalah pusat dan sumber dari semua yang baik”. Tuhan Allah adalah
hakim tertinggi dan terakhir yang memutuskan apa yang benar dan yang salah. Karena itu
tanggung jawab manusia yang pokok ialah melakuakan apa yang dikehendaki Tuhan
Allah. Didalam mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan, semua manusia
harus
mencari kehendak Tuhan Allah (Roma 12 : 2)
Jika kita percaya bahwa Tuhan Allah adalah sumber hukum maka hukum dari Tuhan
itu terwujud dalam tiga bentuk, yaitu :
- Hukum berupa amanat kebudayaan yaitu yang diberikan Allah kepada manusia pada
waktu penciptaan Adam dan Hawa. Tuhan Allah memberi hak-hak azasi manusia dan
kewajiban- kewajiban azasi manusia (Kejadian 1 : 3)
- Hukum Taurat yaitu hukum Allah yang diberikan Allah kepada umat Israel pada masa
Exodus dari Tanah Mesir menuju tanah perjanjian (Keluaran 20)
- Hukum Kasih yaitu hukum yang berikan Allah melalui Yesus Kristus, kepada orang-orang
percaya yang intinya ”Mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama manusia” (Matius 22
: 34-40).
Selain pandangan aliran Demokrasi dan Theokrasi, ada juga yang menganut
Absolutisme atau Diktatorisme. Aliran ini beranggapan bahwa sumber hukum adalah
penguasa. Penguasa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan tak terbatas, menjadi
penentu hukum. Pontius Pilatus seorang penguasa romawi berkata kepada Yesus,
”tidaklah engkau tahu atau berkuasa untuk membebaskan engkau dan berkuasa juga
untuk menyalibkan engkau ? Yesus menjawab ”engkau tidak mempunyai kuasa apapun
terhadap aku, jika kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas”(Johannes 19 : 10-11).
Paulus pada suratnya ke jemaat Roma menegaskan bahwa : sebab tidak ada
pemerintahan yang tidak berasal dari Allah dan pemerintahan-pemerintahan yang tidak
ditetapkan oleh Allah (Roma 13 : 1). Kesimpulan Hukum dan kekuasaan pada hakekatnya
adalah berasal dari Allah.
C. PARTISIPASI ORANG KRISTEN DALAM PENEGAKAN HUKUM
a. Keteladanan Orang Kristen Mematuhi Hukum
Sebelum orang Kristen menganjurkan orang lain agar mematuhi hukum, maka orang
Kristen harus lebih dahulu menaati hukum. Ketika ada kelompok suruhan ahli taurat dan
iman-iman kepada Yahudi bertanya kepada (Yesus) Apakah diperbolehkan membayar
pajak kepada kaisar atau tidak ? Yesus barkata : ”Berikanlahkepadakaisarapayangwajib kamu berikan
kepada kaisar. Dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikankepada Allah”(Lukas 20 : 20-26)
Kepatuhan kepada Kaisar adalah salah satu dari usaha penegakan hukum. Paulus
juga mengajarkan bahwa ”orangKristenwajibmembayarpajakdancukai”(Roma 13 : 7).
Orang Kristen yang melaksanakan kewajiban pajak adalah merupakan salah satu
partisipasi orang Kristen manegakan hukum.
b. Orang Kristen Menjauhi Perbuatan-perbuatan Melanggar Hukum
Selain keteladanan membayar pajak dan cukai sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku, Orang Kristen juga turut mendukung pemerintah dalam menjauhi praktek-
praktek yang melanggar hukum. Berbagai contoh perbuatan melanggar hukum yang harus
dihindari oleh Orang Kristen yaitu :
1. Praktek Korupsi Dan Penindasan Ekonomi
Terjadinya krisis ekonomi di negara Republik Indonesi adalah disebabkan banyak faktor ;
salah satu penyebab utama ialah : praktek korupsi dan ketidakadilan ekonomi.
Pada zaman nabi Habukuk, telah terjadi perbuatan-perbuatan korupsi dan penindasan
ekonomi dalam masayarakat, sehingga terjadilah krisis ekonomi. Firman Tuhan melalui
nabi Hakubuk berkatalah ”Celakalah Orang yang mengaruk bagi dirinya apa yang bukan
miliknya”.celakalahorangyangmengambilabayangtidakhalaluntukkeperluanrumahnya
(Habakuk 2 : 6+9)
Pada suatu waktu orang Kristen mendapat peluang dan akan digoda untuk berbuat
demikian, tetapi dalam rangka partisipasi menegakan Hukum dan keadilan, maka orang
Kristen wajib menghindarkan perbuatan-perbuatan seperti itu.
2. Perilaku Melecehkan Aparat Hukum
Dalam masyarakat sering terjadi perilaku-perilaku yang kurang menghargai dan
menghomati aparat negara , misal ; melanggar peraturan lalu lintas ; tidak mengindahkan
ketertiban umum, turut mengikuti praktek-prktek ilegal, seperti penyelundupan, togel dan
judi.
Masyarakat sebenarnya, sudah tau bahwa perbuatan-perbuatan itu adalah
melanggar hukum, tetapi karena kesempatan-kesempatan untuk berbuat terbuka, maka
banyak orang melakukan juga, termasuk orang Kristen.
Rasul Petrus berkata : ”kepadamu semua lembaga penguasa, baik kepada
raja,sebagaipemegangkekuasaanyangtertinggi,maupunkepadawali-waliyangdiutusnya, untuk
menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuatbaik.(I
Petrus 2 : 13-14)
Paulus juga memberi nasehat dalam surat Roma 13 : 7 ”Berilah rasatakutkepada
orangyangberhakmenerimarasatakutdanberilahrasahormatkepadaorangyangberhak menerimarasahormat”.
Jadi kesimpulannya : Orang Kristen wajib menghargai dan menghormati aparat-
aparat hukum, sebagai wujud partisipasi orang Kristen dalam penegakan hukum.
c. Orang Kristen Memberi Suara Nabiah
Suara nabiah adalah suara berupa sumbangan fikiran sehat, kritikan, tegoran, dan
protes, terhadap praktek-praktek pelanggaran hukum dalam masyarakat. Paulus memberi
nasehat kepada orang Kristen ”Beritakanlahfirman,nyatakanlahapayangsalah,tegordan
nasehatilahdengansegalakesabarandanpengajaran(II Timotius 4 : 2).
Di satu sisi, Orang Kristen harus, mematuhi hukum dan menghargai aparat hukum,
tetapi dipihak lain, orang Kristen juga harus memberitakan, membela dan
mempertahankan kebenaran Firman Allah. Orang Kristen dapat memberi kritik dan protes
terhadap praktek pelanggaran dan pelecehan hukum, baik oleh aparat hukum atau
masyarakat lain, tetapi kritik dan protes itu tidak berubah menjadi melecahkan dan
melawan penegakan hukum.

III. Latihan Mahasiswa


1. Cari beberapa contoh perbuatan dan tindakan Yesus yang ikut menegakan hukum di
masyarakat Yahudi pada waktu dia hidup.
2. Tunjukan beberapa contoh praktek-praktek yang sering dilakukan warga negara yang
sebenarnya adalah pelanggaran atau pelecehan hukum.
3. Bagaimana pandanganmu tentang : a. Lokalisasi judi
b. Lokalisasi WTS
IV. Pokok-pokok Pikiran Kristiani
1. Menurut iman Kristen hukum bermakna bagi kehidupan manusia, untuk menjadi petunjuk
dalam haknya dan melaksanakan kewajibannya. Allah sendiri pada waktu menciptakan
manusia telah memberikan hukum kepada manusia. Hukum menjdi kehidupannya dan
manusia hidup berdasarkan hukum.
2. Iman Kristen menghargai hukum sebagai norma hidup. Umat Kristen harus menghargai
hukum yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan iman Kristen. Hukum yang
berlaku harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh umat Kristen.
3. Umat Kristen terpanggil untuk ikut berpartisipasi dalam penegakan hukum, melalui:
”keteladanan mematuhi hukum, menjauhi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum
dan mau memberikan saran-saran yang bersifat mengingat, mengkritik dan menyatakan
kebenaran kepada pemerintah ataupun pada masyarakat.
V. Test Formatif
Bentuk apa saja yang dapat anda lakukan sebagai partisipasi anda dalam
penegakan hukum (satu contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari)

BAB VIII
POLITI
K

I. Latar Belakang Masalah


1.Ada dua sisi pandangan umum tentang politik
Pandangan pertama umum tentang politik :
- Politik itu permainan kotor, politik mencari kekuasaan
- Politik itu adalah kawasan yang bebas kejujuran ; yang diplesetkan dalam bahasa
Batak Toba : Poel-otikartinya bengkok sedikit adalah sah-sah saja.
- Dalam politik tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada teman yang abadi ; tetapi
kepentinganlah yang abadi.
Pandangan-pandangan diatas membuat orang sebagian bersikap negatif
terhadap politik, sehingga ada orang yang tidak mau terlibat dalam politik atau
sebaliknya, ada orang yang berpetualang dalam politik, mereka memakai jalur politik
untuk mencapai keinginan, tujuan, menghalalkan segala cara.
Tetapi pandangan kedua mengatakan : Politik itu seni Politik itu bentuk
pengabdian pada bangsa dan negara. Politik itu tujuannya untuk kesejahteraan warna
negara. Maka dengan pandangan ini, banyak orang berjuang dalam dunia politik, atau
ada orang Kristen yang mengklaim bahwa mereka aktif dalam politik adalah sebagai
pandangan atau amanah pengabdian.
Maksud dan tujuan pembahasan topik ini adalah agar mahasiswa memperoleh
pemahaman yang mendalam kompregensip tentang berpolitik dan khususnya
bagaimana orang Kristen berpartisipasi dalam politik yang benar.

III. Kajian Materi


A. PENGERTIAN POLITIK SECARA HAKIKI
a. Menurut politik, pengertian politik secara hakiki adalah : ”Segala rencana, usaha dan
tindakan / kegiatan untuk memelihara dan mengelola negara.” Dan tujuannya adalah
untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan warga negara.
Kita mengetahui bahwa yang disebut negara terdiri dari tiga unsur yaitu : Wilayah,
Rakyat, dan Pemerintahan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan wilayahnya,
Rakyat dan pemerintah, adalah bagian dari negara. Berdasarkan pengertian diatas
maka jika kita berpartisipasi dalam politik ; jalan yang dapat dipakai bukan hanya jalur
pemerintahan atau kuasa, tetapi juga kewilayahan atau jalur rakyat.
Melakukan kegiatan dan pemikiran tentang soal-soal wilayah dan soal-soal rakyat,
mis: tentang pengembangan wilayah, kesejahteraan, keadilan, keamanan, pendidikan,
adalah juga termasuk dalam lingkup politik.
b. Mahasiswa telah ikut berpartisipasi dalam politik jika mereka ikut memberikan
pemikiran dan kegiatan mengenai kelestarian lingkungan hidup, mengenai masalah
sosial, masalah ketidak adilan, kemiskinan dan lain-lain. Mahasiswa dan orang Kristen
tidak harus ikut partai politik atau politik praktis bsru disebut berpartisipasi dalam politil.
Karena berpolitik secara hakiki ialah ikut memberikan pemikiran dan tindakan dalam
memelihara dan mengolah negara. Sebagai warga negara yang baik, maka orang
Kristen juga terpanggil ikut memberikan baktinya untuk kesejahteraan bangsa dan
negara.
c. Namun dalam memberikan darma baktinya itu ; orang Kristen sebagai warga negara
yang baik, harus sadar diri, sebagai apa posisi dan perannya dalam negara dan
masyarakat ; orang Kristen tidak etis melakukan darma baktinya jika tidak sesuai
dengan posisi dan perannya dalam negara dan masyarakat.
d. Orang Kristen juga harus menghargai posisi dan peran warga negara yang lain,
atau harus menghargai posisi dan peran aparatur negara ; apakah itu unsur
eksekutif,legislatif, yudikatif.
B. KONSEP ALKITAB TENTANG POLITIK
a. Pemerintahan politik berbeda pelayan Kristiani.
Yakobus dan Yohannes pernah meminta jabatan khusus kepada Yesus yaitu :
kedudukan disebelah kanan dan sebelah kiri Yesus (Markus 10: 37) tetapi Yesus
mengatakan :”kamu tidak tahu apa yang kamu minta ”(ayat 38).
Rupanya kedua muridnya ini mengira Yesus adalah seperti kerajaan dunia
(politis). Kemudian Yesus berkata kepada seluruh murid ”kamu tahu bahwa mereka
yang disebut pemerintah bangsa-bangsa, memerintah rakyatnya dengan tangan
besi dan
pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras, atas mereka. ”Tidak
demikian diantara kamu! Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah
ia menjadi pelayanmu....... karena anak manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang”. (mark 10 : 42-45)
Dengan penjelasan Yesus diatas, ditegaskan bahwa pelayanan kristiani berbeda
dengan pemerintahan politis. Yesus kedunia membawa pola dan suasana baru
tentang jabatan, kuasa, dan pelayanan. Jabatan dan kuasa dalam kepelayanan
kristiani adalah berdasarkan pada pengabdian dan pengorbanan bagi banyak orang.
Sedangkan pada politik kekuatan dan kekuasaan menjadi pola kepemimpinan yang
sah.
b. Orang Kristen tidak anti Pemerintahan Politik
Ada orang Kristen yang apriori terhadap pemerintahan politik, dan mengenggap
pemerintahan politik sebagai penguasa yang berasal dari iblis.
Mereka menggunakan Nats Alkitab : why1: 1-10 sebagai dasar penilaian.
Ciri-ciri pemerintahan yang berasal dari iblis ialah:
1. Penuh kesombongan dan menghujat Allah
2. Melawan orang kudus
Memang dalam sejarah gereja, pernah terjadi perilaku dan tindakan-tindakan
penguasa politik, yang menghujat Allah dan menindas orang-orang Kristen Misalnya
Kaisar Nero dalam kerajaan Romawi pada abad I tetapi peristiwa itu bukan menjadi
alasan kita untuk menolak pemerintahan politik secara mutlak.
Pada masa Yesus, ada kelompok-kelompok masyarakat Yahudi yang mencoba
mempertentangkan Yesus dengan pemerintahan politik,”beberapa orang Farisi dan
Herodian bertanya kepada Yesus :”Apakah diperbolehkan membayar pajak atau tidak
? Kemudian Yesus menjawab dengan tegas :” Berikanlah kepada kaisar apa yang
wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan
kepada Allah.(Mark 12 : 13-17).
Dengan pernyataan Yesus itu, berarti orang Kristen tidak anti kepada pemerintah
politik. Malahan dalam surat Paulus ke jemaat di Roma pasal 13 : 1-7, ditegaskan lagi:”
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada
pemerintah yang berasal dari Allah dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan
oleh Allah”.
Selanjutnya Paulus mengatakan, supaya orang Kristen :
- Membayar pajak kepada yang berhak menerima pajak
- Membayar cukai kepada yang berhak menerima cukai
- Memberi rasa takut kepada yang berhak menerima rasa takut
- Dan memberi hormat kepada yang berhak menerima hormat (Roma 13 : 7).

C. BEBERAPA BENTUK PARTISIPASI POLITIK ORANG KRISTEN


Ada beberapa bentuk pertisipasi politik orang Kristen dalam berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat.
a. Menjadi Garam dan Terang Dunia Politik
Yesus memberi tanggung jawab kepada orang Kristen agar menjadi garam dan
terang dunia.....Mat 5 : 13-16,” Kamu adalah garam dunia dan kamu adalah terang
dunia”. Dunia yang dimaksud adalah juga meliputi dunia politik. Tetapi bagaimana
orang Kristen menjadi garam terang dalam dunia politik ?
Dalam praktek berpolitik tentu tidak lepas dari kekurangan dan penyimpangan,
malahan ada orang-orang politik dengan sadar melakukan trik-trik politik yang
bertentangan dengan kebenaran dan keadilan, oleh karena itu jika orang Kristen
berpartisipasi dalam dunia politik, maka mereka harus berani menjadi garam dan
terang.
Menjadi garam dalam dunia politik berarti memberikan kualitas yang lebih baik
dalam sikap dan perilaku berpolitik. Orang Kristen harus berani memberi contoh dan
kritik yang sehat dalam berpolitik. Selanjutnya menjadi terang dalam politik berarti
orang Kristen terpanggil ”menciptakan” nuansa berpolitik jujur tetapi cerdas.
Orang Kristen tidak perlu menganut prinsip-prinsip berpolitik tidak jujur dan jahat,
seperti
-Peol-otik (bengkok sedikit adalah sah)
- Tidak ada teman dan musuh yang abadi, tetapi kepentinganlah yang utama.
- Singkirkan kepala batu
- Pecah belah dan kuasai (Devide et Impera)
- Uanglah yang mengatur negara
- Mumpung saya lagi berkuasa, dan lain-lain.
b. Bersaksi, Bersekutu dan Melayani dalam Politik
Ketika bentuk partisipasi ini disebut Tri Tugas orang Kristen dalam dunia
- Bersaksidalampolitik(Kisah1:8)
Bersaksi dalam politik artinya memberi sikap, buah pikiran dan tindakan yang
tujuannya menegakkan kebenaran dan keadilan.
Paulus dalam suratnya kepada Timotius berkata :”Beritakanlah firman, siap sedialah,
baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah
dengan segala kesabaran dan pengajaran.”(II Timotius 4 : 2).
Demontrasi, unjuk rasa, jika dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
disampaikan dengan damai dan rendah hati adalah bentuk-bentuk kesaksian politis
yang sah menurut Iman Kristen.
Memberitakan kebenaran, keadilan, mengatakan apa yang salah, menegor dan
memberi nasehat (saran) kepada pihak-pihak penyelenggara negara menjadi sesuatu
yang pertisipatif dari orang Kristen.
- BersekutuDalamPolitik
Sebagai garam dan terang, orang Kristen harus hadir dalam dunia ; seperti garam,
orang Kristen harus melarut dalam dunia politik agar efektif dalam memberi nuansa
terhadap perilaku-perilaku berpolitik. Bersekutu dalam politik tidak harus memasuki
partai politik atau melakukan kegiatan-kegiatan politik praktis, tetapi bersekutu dalam
politik artinya membuat diri inklusif dalam perkembangan politik. Mengikuti
perkembangan dan dinamika politik secara peka dan tanggap.
Bersekutu dalam politik boleh dengan cara mengikuti tren politik yang sedang terjadi,
dan mencoba memahami apa makna dari peristiwa yang terjadi itu. Orang Kristen juga
tidak boleh buta politik, tetapi
DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage
70
- sangatbergunajikaorangKristendapatmengatisipasikecenderungan-kecenderungan politis
Yesus telah menasehati murid-muridNya :” Lihat ! Aku yang mengutus kamu seperti
domba ditengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap semua orang....(Matius 10 : 16-17).
Artinya : Orang Kristen dalam bersekutu harus cerdik, tulus dan waspada, supaya
jangan terjebak dan terperangkap dalam permainan politik.
-Melayanidalampolitik
Melayani dalam politik artinya memberi diri untuk orang lain sehingga orang lain dapat
memahami kecenderungan politik atau tidak terjebak dalam permainan poltik,
membantu dan menolong orang lain supaya jangan menjadi korban politik.
Yesus mengklaim dirinya, sebagai kepenuhan nubuatan nabi Yesaya tentang seorang
tokoh yang diurapi Allah. Yesus berkata :”Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin ; Ia telah
mengutus aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang yang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”. Yesus datang
kedunia juga untuk melayani orang-orang yang tersangkut masalah politik : tetapi cara
Yesus melayani bukan dengan bentuk-bentuk politik praktis, dan bukan dengan cara-
cara kekerasan.
Sewaktu Yesus ditangkap imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi ditaman
Getsemani, salah seorang murid Yesus menghunus pedangnya meletakkanya kepada
hamba iman besar sehingga putus telinganya...
Tetapi Yesus berkata : masukkanlah pedang itu kembali kedalam sarungnya, sebab
:”Barang siapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.”(Matius 26 : 51-52).
Kemudian pada waktu Yesus dihadapan imam besar Kayahfas dan Hanas, seorang
penjaga yang menjaga disitu ”menampar muka Yesus” tetapi Yesus berkata kepada
orang itu: ”Jikalau kataKu itu salah tunjukanlah salahnya, tetapi Jikalau kataKu itu
benar mengapakah engkau menampar Aku? (Yohannes 18 : 22-23).
Dari contoh kejadian diatas dapat kita pahami bahwa Yesus adalah seorang tokoh
pelayan politis, yang anti kekerasan : Yesus berani mengatakan kebenaran ; Yesus
mampu memberikan kritik yang argumentatif kepada lawan-lawan politisnya, tetapi dia
tidak memakai cara-cara kekerasan.
Maka berdasarkan sikap dan perilaku yang ditunjukan Yesus, orang Kristen pun
terpanggil untuk melayani dalam politik secara berani dan elegan. Orang Kristen harus
mampu memberi pelayanan kepada orang-orang miskin, orang-orang tawanan, orang-
orang tertindas, dan orang-orang yang menjadi korban permainan politik, tetapi dalam
peleyanan itu, orang Kristen juga harus menghindari cara-cara dan bentuk-bentuk
kekerasan.
Memang Bersaksi, Bersekutu dan Melayani dalam politik adalah tiga apek pelayanan
Kristiani yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Ketiga aspek pelayanan ini
dapat dilakukan orang Kristen secara integratif dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat pada waktu yang bersamaan.
Orang Kristen melayani dalam politik berarti orang Kristen memberi sesuatu yang
berguna untuk pengembangan dan kewajiban etika berpolitik yang santun dan
bermartabat.
c. Mendoakan Raja (Penguasa) dan Negara
Bentuk partisipasi politik orang Kristen yang lebih rohani ialah: ”Mendoakan Raja dan
Kota”. Nabi Jeremia dalam suratnya kepada orang Israel dipembuangan Babel
menasehati bangsa itu agar mengusahakan kesejahteraan kota dan berdoa untuk kota.
(Jeremia 29 : 7). Demikian juga Paulus mengingatkan Timotius, agar menaikan doa
syafaat untuk semua orang, untuk raja-raja , dan untuk semua pembesar agar kita
dapat hidup tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan (I Timotius 2
: 2).
Mendoakan raja (penguasa) dan negara kita katakan lebih rohani, ialah karena dengan
doa kepada Tuhan kita memperhadapkan lembaga politik (Raja negara) dalam rohani
kita kepada Tuhan. Partisipasi kita dalam politik , tidak hanya pada aspek-aspek
duniawi atau jasmani saja melainkan roh kita juga ikut terlibat dalam dinamika politik.
Mendoakan raja dan negara bukan berarti kita mempolitisasi doa-doa kita dan ini
sering disebut doa politik, tetapi mendoakan raja dan negara berarti batin dan roh kita
juga ikut mengumuli persoalan dan perkembangan politik.
d. Menjadi Pekerja Sosial
Menjadi pekerja sosial juga adalah bentuk partisipasi politik yang dapat dilakukan
orang Kristen. Mengapa? karena tugas-tugas pekerja sosial adalah mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan sosial. Sedangkan tujuan politik secara hakiki adalah
perbaikan dan peningkatan kesejahteraan warga negara.
Pada jaman Rasul-rasul telah dipilih tujuh orang sebagai pekerja sosial yang
khusus melayani orang-orang miskin dan janda-janda (Kisah 6 : 1-7). Orang
Kristen juga dapat berpartisipasi dalam politik, melalui pelayanan pekerja sosial.
e. Pencinta Lingkungan
Salah satu unsur negara ialah Wilayah, maka pengelolahan wilayah lingkungan hidup,
ekosistem adalah bagian dari tugas negara orang-orang yang mengabdikan dirinya
pada usaha melestarikan lingkungan termasuk pada kegiatan politik secara hakiki.
Masalah lingkungan adalah masalah negara. Orang Kristen dapat berpartisipasi dalam
perbaikan dan pengelolahan lingkungan atau wilayah. Soal-soal pencemaran
lingkungan atau pengerusakan wilayah tidak lepas dari tanggung jawab orang Kisten.
Nabi Jeremia berkata :” Usahakanlah kesejahteraan kota (wilayah) dan berdoalah
untuk kota(wilayah itu), sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmua (Jeremia
29 :7)
f. Aktivitas Politik dan Partai -Politik
Ada tiga bentuk aktivitas politik yang dapat diperankan orang Kristen yaitu :
- Pengamat politik
- Anggota partai politik kebangsaan
- Anggota partai politik Kristen
Menjadi pengamat politik ialah berperan untuk pencerahan dan pencerdasan
berpolitik. Berusaha memberikan pemikiran-pemikiran dan analisis politik yang ilmiah,
jujur dan konsisten.
Sedangkan tugas anggota partai politik, terikat dengan Platform, visi dan misi,
partai politik yang diakui. Partai politik apapun yang dimasuki oleh orang Kristen, hal
yang tidak boleh dilupakan ialah:
Politikus Kristen harus menjadi garam dan terang
Politikus Kristen harus cerdik, tulus dan waspada terhadap semua orang (Mat 10 : 16-
17).
Kalau kita berpikir strategi maka orang Kristen lebih baik masuk partai politik
kebangsaan dari pada masuk partai Kristen, alasannya : Orang Kristen lebih efektif jika
melarut pada partai politik kebangsaan dan menggarami pada partai itu, dari pada
harus menonjolkan atribut ke-Kristenan dalam bentuk partai politik Kristen. Tetapi yang
utama adalah : Jadikanlahteladanbagiyanglain.

III. Kesimpulan Materi Kajian

1. Politik adalah segala rencana, usaha dan tindakan kegiatan untuk memelihara
dan mengelola negara yang tujuannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

2. Politik tidak identik dengan pelayanan Kriten, tetapi pelayanan Kristen juga
meliputi aspek politik.

3. Iman Kristen memahami Pemerintahan politik dari dua sisi, yaitu :


a. Pemerintahan yang berasal dari iblis, ciri-cirinya : penuh kesombongan. Menghujat
Allah dan melawan orang-orang kudus (Why 3 : 1-10)
b. Pemerintahan yang berasal dari Allah, ciri-cirinya : memuliakan Allah, tidak menindas,
kudus (Rom 13 : 1-7).

4. Bentuk partisipasi politik orang Kristen yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Menjadi garam dan terang dunia politik
b. Bersaksi, Bersekutu, dan Melayani dalam politik
c. Mendoakan Raja (penguasa) dan Negara
d. Menjadi pekerja Sosial, Pecinta lingkungan
e. Aktivis politik dan ikut partai politik
IV. Latihan Mahasiswa

1. Rumuskan dengan singkat : ”Makna berpolitik” secara umum

2. Poin-poin apa yang anda tidak setujui dari pembahasan materi? Sebutkan !
(kritik anda).

3. Carilah ayat-ayat Alkitab, yang memberikan pedoman prinsip bagaimana


berpolitik yang benar (tiga poin)

4. Setujukah anda Partai Politik Kristen? Apa Alasannya

BAB IX
KERUKUNAN
I. Latar Belakang Masalah
1. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang beragama sering tidak dapat memisahkan
diri dari pergaulan dengan orang-orang beragama lain. Dan malah dalam pergaulan itu
terjadi interaksi yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi.
2. Khusus di negara Republik Indonesia, rakyatnya yang terdiri dari berbagai suku dan
agama, tentu membuat orang perlu mendalami bagaimanakah sikap di dalam bergaul
dengan sesama bangsanya yang beragama lain.
3. Ada dua pemahaman umat beragama tentang sikap, terhadap agama
lain: Yang Pertama : ”Hanya agama saya yang benar ; agama lain tidak”.
Yang Kedua : ”Semua agama adalah benar, karena semua agama menuju Allah, hanya
caranya yang berbeda-beda”.
4. Iman Kristen tidak menganut kedua pemahaman tersebut
: Alasannya:
 Pemahaman pertama, menimbulkan sikap superior dan apriori terhadap umat yang
lain.
 Pemahaman kedua, menimbulkan sikap kompromi dan munafik dalam kehidupan
umat beragama terhadap umat yang lain.
5. Umat Kristen dalam pergaulannya dengan umat beragama sangat mendambakan
hidup yang rukun, pemazmur dalam Mazmur 133 : 1 menyerukan : ”sungguh,
alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan
rukun”.
Tetapi yang menjadi permasalahan ialah : Bagaimana konsep Kristen tentang hidup
yang rukun itu ; kerukunan yang bagaimana yang harus diterapkan oleh umat Kristen
terhadapa umat beragama lain!
6. Kajian ini sangat penting bagi mahasiswa Kristen, agar terhindar dari sikap superior
dan apriori terhadap umat beragama lain, disatu pihak juga agar tidak terjebak pada
sikap kompromis palsu dan munafik dipihak lain.

II. Kajian Materi


A. KONSEP KRISTEN TENTANG KERUKUNAN DI INDONESIA
Di dalam melaksanakan pembangunan nasional salah satu faktor yang harus
mendapatkan prioritas ialah stabilitas nasional. Dan satu unsur di dalam menciptakan
stabilitas nasional ialah kerukunan hidup. Kerukunan hidup masyarakat meliputi
kerukunan hidup umat beragama.
Dalam program pembinaan kerukunan hidup beragama, kita mengenal Trilogi
Kerukunan hidup umat beragama:
 Kerukunan hidup antar umat beragama yang berbeda
 Kerukunan hidup intern umat beragama yang sama
 Kerukunan hidup antara umat beragama dengan pemerintah

a. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Yang Berbeda


Dalam pergaulan hidup antar umat beragama yang berbeda sering terjadi
benturan-benturan yang mengganggu kerukunan. Perbedaan ajaran agama dapat
menjadi sebab musabab pertentangan antar umat beragama.
Memang harus diakui bahwa perbedaan-perbedaan ajaran agama sangat sensitif
dalam kehidupan masyarakat. Kalau kita sebagai umat beragama tidak dapat
mengendalikan diri di dalam pergaulan kita dengan umat beragama yang lain, maka
hubungan kita dengan umat beragama lain itu tidak akan dapat bertahan lama.
Untuk itu sebagai umat beragama yang baik, kita wajib mengetahui, memahami
dan mau menghargai perbedaan antara kita dengan umat beragama yang lain. Sikap
menghargai dan menghormati perbedaan ajaran dan gaya hidup umat beragama yang
lain bukan berarti kita harus menerima dan menyetujuinya.
Sebagai umat beragama tidak boleh mendua kepercayaan. Kita tidak boleh
berpura-pura, tetapi kita harus mampu menyaksikan iman dengan berani dan tegas :
mampu menunjukkan identitas sebagai orang beragama yang taat. Namun dalam
pergaulan hidup yang wajar, kita juga wajib memelihara kerukunan hidup antar umat
beragama yang berbeda.
Salah satu cara memelihara kerukunan hidup antar beragama, ialah
menghindarkan perilaku dan tindakan yang menyinggung dan menyakiti perasaan
umat beragama yang lain. Sebagai orang beragama tidak harus menganggap bahwa
kita saja yang benar sedang umat beragama yang lain tidak benar. Sikap meremehkan
umat beragama yang lain dan selalu membenarkan diri sendiri bukan sikap orang
beragama yang baik.
b. Kerukunan Hidup Intern Umat Beragama Yang Sama
Selain kita harus rukun dengan umat beragama yang lain, maka kita juga harus
rukun dengan sesama umat beragama yang sama. Malahan kita lebih dahulu menjaga
kerukunanan hidup intern sesama kita, baru kita mampu hidup rukun dengan umat
beragama yang lain. Alangkah janggalnya, apabila kita rukun dengan umat beragama
lain, tetapi dengan umat seagama sendiri tidak siap untuk rukun. Kalau ada orang
yang seperti itu maka pantas orang itu dicurigai. Dengan keluarga orang lain rukun,
tetapi dengan keluarga sendiri tidak rukun. Ada apa itu ? Rasul Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Efesus dan dijemaat Korintus, memberikan nasehat agar para
anggota jemaat memelihara Kesatuan Dalam Keberlainan (Efesus 4 : 1-16 dan I
Korintus 12 : 12- 31).
Menurut Rasul Paulus, bahwa jemaat Kristen harus memelihara ”Kesatuan dalam
keberlaianan dalam kesatuan” Artinya, umat Kristen harus menghargai perbedaan
dalam persekutuan. Perbedaan tidak harus menjadi pertentangan atau perpecahan.
Jika umat Kristen mampu menghargai perbedaan dalam persekutuan, maka
kerukunan intern akan dapat dikendalikan.
Dalam Jemaat Kristen harus dipelihara sikap saling melayani dan sikap
mengasihi, dengan demikian kerukunan intern umat Kristen dapat diwujudkan.
Program pemerintah untuk membina kerukunan hidup umat beragama, baik kerukunan
antar umat beragama yang berbeda, maupun kerukunan intern umat beragama yang
sama semata-mata adalah untuk mensukseskan pembangunan.
c. Kerukunan Hidup Umat Beragama Dengan Pemerintah
Menurut pandangan Kristen bahwa pemerintah adalah merupakan suatu lapisan
kuasa, yang kepadanya kita harus berhubungan. Dalam Alkitab dijelaskan, ada dua
jenis pemerintahan, yaitu :
1. Pemerintah yang berasal dari Allah atau sebagai wakil Allah (Roma 13 : 1-7)
2. Pemerintah sebagai tempat kediaman roh-roh jahat / pemerintah Babel atau
pemerintah kekacauan (Wahyu 13 : 1-20)
Tetapi dalam hubungan ini kita memberi perhatian pada jenis pemerintah sebagai
wakil Allah. Memang orang Kristen harus selalu kreatif dan kritis terhadap pemerintah
yang sah. Orang Kristen harus mampu membedakan mana pemerintah yang berfungsi
sebagai alat / wakil Allah dan mana pemerintah yang bukan berasal dari Allah.
”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada
pemerintah yang tidak berasal dari Allah ; dan pemerintah-pemerintah yang ada
ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barang siapa yang melawan perintah, ia melawan
ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman bagi
dirinya” (Roma 13 : 1-2).
Disatu pihak orang Kristen tidak harus mendewakan pemerintah, sehingga apa
saja yang dilakukan pemerintah dianggap benar dan harus diiyakan; tetapi dipihak lain
orang Kristen juga tidak senantiasa apriori dengan kebijaksanaan pemerintah. Hidup
rukun antar umat beragama Kristen dengan pemerintahan, tetapi umat Kristen juga
wajar memberikan sumbangan pemikiran yang positif terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintah itu.
Terjadinya ketidak rukunan antar umat beragama dengan pemerintaha ialah
akibat tidak adanya sikap yang wajar dan positif dari kedua belah pihak. Sering terjadi
umat beragama prasangka terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah, tanpa lebih
dahulu memahami latar belakang terjadinya kebijaksanaan itu akibatnya umat
beragama menganggap pemerintah telah berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan
ajaran agama. Misalnya, tentang lokalisasi WTS, judi, dan lain-lain.
Memang dari segi ajaran agama, kita harus menolak praktek WTS dan judi, tetapi
kita juga harus memahami mengapa pemerintahan menglokalisir WTS tersebut.
Tujuan pemerintah menglokasir WTS ialah agar bahaya itu tidak semakin menyebar
ketengah- tengah masyarakat. Sebagai umat beragama dan sebagai warga negara
yang baik, kita tidak baik mengadakan tindakan teror untuk menunjukkan bahwa kita
tidak setuju dengan kebijakan pemerintah itu, tetapi adalah lebih baik jika kita berani
memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah tentang bagaimana mencegah
dan menanggulangi bahwa WTS maupun judi di tengah-tengah masyarakat.
Kerukunan hidup umat beragama dengan pemerintah akan tercapai dan
terpelihara apabila antara umat beragama dengan pemerintahan terjadi saling
mengerti dan menahan diri.
B. BEBERAPA FAKTOR YANG MENGGANGGU KERUKUNAN
Hendropuspita dalam bukunya : Sosiologi Agama, halaman 155-159,
menguraikan beberapa faktor yang mengganggu kerukunan hidup umat beragama
yaitu:
a. Sikap mental negatif
Sikap mental negatif ini nampak dalam bentuk, kesombongan religius, prasangka
dan intoleransi. Misalnya : umat beragama tertentu mempunyai keyakinan bahwa
agamanya memiliki ajaran yang paling benar. Akibanya mereka sombong dan merasa
lebih tinggi dari pada semua pemeluk agama lain.

b. Faktor Sara (Suku, Agama dan Ras)


Secara Sosiologi dapat dipahami bahwa suku, agama dan ras adalah merupakan
nilai pemersatu yang bersangkutan, tetapi juga menjadi faktor penyebab perpecahan.
c. Faktor perbedaan tingkat kebudayaan
Dapat disadari bahwa perbedaan tingkat kebudayaan yang menyolok akan
menganggu keseimbangan keserasian dan keselarasan pergaulan hidup bangsa dan
kelompok masyakat. Sering terjadi sikap superior pada tingkat kebudayaan yang tinggi
(maju) dan sikap inferior pada kelompok orang tingkat kebudayaan yang rendah. Maka
timbullah gap pemisah ; disatu pihak timbul nafsu menguasai dari kelompok berbudaya
tinggi dan rasa prasangka negatif pada masyarakat berbudaya rendah.
d. Faktor mayoritas dan minoritas golongan beragama
Dalam kehidupan umat beragama sering timbul sikap merasa lebih berkuasa dari
golongan mayoritas terhadap golongan minoritas. Juga mayoritas mengingini hak-hak
istimewa dari hak-hak yang diperoleh golongan minoritas. Faktor-faktor tersebut diatas
perlu dipahami dalam konteks kehidupan beragama bersama dengan sesama umat
beragama lain.
C. ARTI PERANAN AGAMA DI INDONESIA
a). Dalam pembangunan nasional Agama mempunyai arti dan peranan yang penting.
Sebagai faktor motivasi agama memberikan dorongan batin (Motiv) akhlak dan moral
manusia yang mendasari dan melandasi cita-cita dan perbuatan dalam pembangunan
nasional Indonesia.
b). Sebagai faktor kreatif dan innovatif ; artinya agama memberikan dorongan dalam
peningkatan dan pembaruan pembangunan.
c). Sebagai faktor integratif ; artinya agama mengintegrasikan dan menyerasikan segenap
aktivitas manusia dalam pembangunan, Agama mencegah dan menghindari terjadinya
ketimpangan dan ketidak-seimbangan dalam pembangunan.
d). Sebagai Faktor Sublimatif ; artinya agama berperan mensyahdukan dan
mengkuduskan segala perbuatan pembangunan, sehingga setiap perbuatan
pembangunan adalah sebagai ibadah dan pengabdian yang tulus ikhlas dari manusia
Indonesia.
e). Sebagai faktor sumber inspirasi budaya bangsa Indonesia; artinya agama dapat
memberikan dan melahirkan sikap budaya baik sifat maupun non fisik yang sesuai
dengan budaya bangsa Indonesia.
D. FAKTOR BERAGAMA DAN TOLERANSI BERAGAMA
Toleransi beragama bukan berarti toleransi beriman. Artinya setiap agama tidak
harus menyetujui kepercayaan agama lain. Setiap agama harus tegas dan teguh pada
ajaran kepercayaannya. Agama Kristen sendiri mengajarkan agar setiap murid Yesus
tidak takut mengakui Nama Yesus.
Orang Kristen tidak boleh ragu-ragu akan kepastian imannya. Orang Kristen juga
tidak boleh bersikap munafik didalam pergaulannya. Namun orang Kristen harus
memperhatikan bagaimana cara bergaul yang baik dalam pergaulan sehari-hari ;
orang Kristen menjadi pribadi-pribadi yang simpatik dan efektif. Ketegasan dan
keteguhan
imannya tidak menjadi sikap yang fanatis dan ekstrim. Dan dipihak lain keluesan serta
keramahan-tamahan dalam pergaulan, tidak menjadi sikap yang munafik dan plin-plan.

Fanatisme yang ekstrim adalah sama bahayanya dengan sikap munafik yang
tidak ada pendirian.
Maka dalam program toleransi beragama, prinsip yang dianut adalah bahwa
setiap penduduk dijamin kemerdekaannya memeluk agama dan kepercayaan, serta
diberikan kebebasan melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-
masing. (UUD 1945 pasal 29 : 2) Misalnya, seorang yang beragama Kristen bila
berdoa pada suatu upacara nasional, sesuai dengan toleransi beragama, tidak harus
segan atau takut menyebut nama Yesus Kristus dalam doanya.
Apabila orang Kristen mengatur doanya sedemikian rupa, agar orang lain yang
tidak seagama dengan dia tidak tersinggung dengan isi doanya, maka tindakan yang
demikian tidak lagi ditoleransi beragama, melainkan sudah berubah menjadi toleransi
beriman. Masalah doa adalah masalah iman. Namun sebelum orang Kristen
memimpin doa pada suatu upacara nasional, terlebih dahului dia mengajak hadirin
agar berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Inilah yang disebut
toleransi beragama. Masing-masing pemeluk agama dan kepercayaan harus saling
menghargai dan menghormati sikap beragama orang lain.
E. KEBENARAN YANG UNIVERSAL MENURUT KRISTEN
Dalam injil Yohannes 14 : 6 ”Yesus berkata kepada muridNya” Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku. Pernyataan ini sering dipergunakan orang Kristen untuk menjelaskan
bahwa satu-satunya jalan agar bisa sampai kepada Bapa di sorga ; seseorang harus
lebih dahulu melalui Yesus. Pengertian ”Melalui Yesus,” diidentikkan dengan ”Menjadi
Kristen” Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang menamakan dirinya pengikut
Kristus, disebut sebagai ”Tubuh Kristus”.
Pengidentikan Yesus Kristus dengan Gereja berkembang menjadi pokok ajaran
bahwa ”Gereja adalah Jaminan Keselamatan”. Doktrin ini sampai pada abad sebelum
konsili Vatikan II, tahun 1962, masih dominan dalam ajaran Gereja Katolik Roma. Baru
pada Vatikan II, sikap Gereja Katolik sudah lebih terbuka dengan nilai-nilai di luar
Gereja.
Anggapan bahwa Gereja sebagai satu-satunya jalan menuju Bapa di sorga,
mendorong orang-orang bersikap superior terhadap orang-orang yang bukan Kristen.
Sikap superior orang Kristen ini pada gilirannya akan berkembang menjadi
membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain.
Memahami pernyataan Yesus kepada Muridnya ; dalam Yohannes 14 : 6 ”bahwa
Dialah jalan, kebenaran dan hidup. Dialah satu-satunya jalan menuju Bapa di sorga,
selayaknya tidak cenderung mempersempit kebenaran Yesus Kristus. Pengidentikan
Yesus Kristus dalam kebenaran Gereja secara instusional, justru membatasi kehadiran
dan kebenaran Yesus Kristus pada tembok Gereja saja. Dalam rangka mengerti
Kristus yang universal ; tidaklah tepat membatasi kehadiranNya hanya pada agama
dimana Dia dikenal.
R Panikkar, seorang theolog Katolik India pernah mengatakan bahwa ”Kita tidak
dapat membatasi kehadiran Kristus pada suatu tokoh historis. Berbuat demikian berarti
semata-mata menolak ke AllahanNya.
Dalam hal ini R. Panikkar mau mengartikan Kristus yang universal dari segi
Theosentris. Kristus secara nyata telah muncul dalam sejarah dan juga nyata dalam
daging. Namun pada mulanya Dia adalah Firman, dan Dia bersama-sama dengan
Allah, dan Dia adalah Allah (Yohannes 1 : 1+14). Orang Kristen yang dikenal sebagai
pengikut Kristus tidak menjadi objek tersendiri dari Kristus yang universal. Kristus juga
adalah perbuatan Allah, atau Kristus adalah Allah.
Dari Yohannes 1 : 14 dapat dimengerti bahwa Allah telah menyatakan diriNya
diantara manusia telah melihat kemuliaanNya. Selanjutnya dalam Yohannes 1 : 18
dikatakan lagi, Bahwa Anak Tunggal Allah yang ada dipengakuan Bapa, yaitu Yesus
Kristus, dialah yang menyatakanNya. Oleh Niftrik – Boland, dalam bukunya
”Dogmatika Masa Kini” (1967) menjelaskan bahwa pernyataan itu adalah perbuatan
Allah. Allah bukan hanya berada saja ; Ia bukan suatu kebenaran yang bugil, yang
tidak bergerak Ia adalah Allah yang bertindak. FirmanNya serentak merupakan
perbuatanNya.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : ”Kristus adalah puncak
(pusat) pernyataan Allah dan perbuatan Allah, perbuatan Allah adalah kebenaran
Allah. Kebenaran Allah hadir bagi seluruh ciptannNya. Maka kebenaran itu tidak dapat
dibatasi hanya di dalam tokoh Yesus dari Nazareth, ataupun di dalam institusi Gereja
yang formal ; melainkan dia bebas dan tidak terikat.
Pemikiran ini tidak mengecilkan artinya keberadaan Gereja Kristen sebagai
Tubuh Kristus; melainkan dengan pemikiran ini umat Kristen dapat memahami bahwa
kebenaran Allah adalah universal, melampaui batas/ukuran manusia
Dipihak lain juga harus disadari, bahwa kebenaran Yesus Kristus sebagai Firman
Allah, dan sebagai Allah sudah ada sebelum Yesus Nazareth ada. Kebenaran ini
sering disebut ”Pre-Existence”, artinya inti kebenaran Kristus sudah ada sebelum
seorang bayi Yesus Nazareth lahir didunia. Atau lebih jauh lagi, sebelum dunia
diciptakan Dia sudah ada, karena segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Yohannes 1 -3a)
Kristus adalah universal maka kebenaran juga adalah universal.
F. SIKAP KRISTEN TERHADAP AGAMA LAIN
Untuk menghargai dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, maka sikap
yang perlu dikembangkan umat Kristen ialah sebagai berikut :
a. Sikap Kreatif dan Kritis
Sikap orang Kristen yang kreatif dan kritis dalam kehidupan sehari-hari sangat
relevan dengan suasana dan kondisi yang sedang membangun. Sikap kreatif dan kritis
dalam pergaulan adalah menunjukkan kehidupan yang dewasa dan
bertanggungjawab.
Disatu pihak orang Kristen harus mampu menghayati dan mengamalkan imannya
sesuai dengan kasih Kristus ; dan di pihak lain orang Kristen harus harus mampu
orang
-orang bukan Kristen.ngan teman
Dalam pergaulan orang Kristen sehari-hari, baik deteman seiman maupun
dengan orang-orang bukan Kristen Rasul-Paulus, memberikan sikap ; yaitu agar orang
Kristen sudi memberitakan dan mengajarkan Firman Tuhan ; dan lebih dari itu orang
Kristen juga diminta agar mau menegor orang lain ; asal cara menegor itu dengan
penuh hormat dan kasih (I Timotius 4 : 11 ; 5 :1-2).
Sikap kreatif dan kritis, tidak membuat orang Kristen mengasingkan diri dari
pergaulan dengan orang-orang bukan Kristen. Dan juga tidak membuat orang Kristen
hanyut dalam pergaulan yang menghilangkan identitasnya. Kreatif berarti mampu
memberikan darma baktinya untuk kepentingan orang lain sedangkan kritis artinya
orang Kristen mampu bersaksi dan membela kebenaran dan kebaikan di dalam
pergaulannya.
Disatu pihak orang Kristen menjadi orang yang, disukai semua orang (Kisah
Rasul 2 : 47). Tetapi sekaligus juga orang Kristen menjadi kebencian bagi dunia
sekitarnya (Yohannes 15 :8-19).
Mengapa orang Kristen disukai Kristen semua orang? Tentu karena orang
Kristen memberikan sikap yang kreatif dan positif terhadap orang lain. Demikian juga
mengapa orang Kristen dibenci dunia sekitarnya ; ialah karena status mereka bukan
dari dunia, melainkan Tuhan sudah memilihnya agar menjadi saksi yang kritis dan
benar.
b. Sikap Dialogis dan Simpatik
Selain sikap kreatif dan kritis, orang Kristen juga perlu memelihara sikap dialogis
dan simpatik terhadap orang-orang beragama lain. Menyaksikan iman Kristen bagi
orang-orang non Kristen harus mampu mendengar dan memberikan perhatian
terhadap iman orang lain yang beragama lain melalui sikap dan simpatik orang Kristen
dapat mendengar kepada iman agama-agama lain.
Huston Smith, 1958 dalam bukunyya ”The Regions of men : mengatakan bahwa :
didalam mendekati orang-orang non Kristen, Gereja pertama-tama harus mendengar
kepada iman kepercayaannya, tetapi juga harus mendengar kepada iman-iman
kepercayaan agama lain. Kita harus mendengar kepada mereka, karena persekutuan
masa kini tidak akan terjadi jika hanya dengan suatu tradisi, sebab setiap hari dunia
berkembang”. Sehingga kita tidak dapat hanya mempertahankan tradisi kita.
Alasan lain dari Smith, untuk menganjurkan mendengarkan kepada iman
kepercayaan agama lain ialah bahwa : dengan pengertian kita akan tradisi dan iman
agama lain, itu dapat menuntun kepada kasih ; atau sebaliknya, dengan kasih kita
dituntut untuk mengerti mereka”.
Apa yang dikatakan Smith untuk mendengar kepada iman-iman kepercayaan
agama lain, bukanlah suatu sikap pasif melainkan suatu sikap aktif dari umat Kristen.
Sikap aktif ini dapat diwujudkan dalam dialog dan penuh simpatik terhadapa agama
lain. Melalui sikap dialogis dan simpatik ini, orang Kristen telah mengutamakan
komunikasi dua arah : toleransi dan perkembangan pemikiran dalam pergaulannya
dengan orang-orang beragama lain. Pada tanggal 16-25 Maret 1970 di Ajaltoun
Libanon, Dewan Gereja Dunia (BGD) telah mengadakan suatu dialog antara orang-
orang beriman (J. Samrtha : dalam bukunya terbitan WC.C. ”Dialoque between men of
faith, hal. 107- 117)”. Peserta dialog tersebut terdiri dari 3 (tiga) orang Islam 3 (tiga)
orang Hindu, 4 (empat) orang Budha dan 24 (dua puluh empat) orang Kristen. Mereka
berasal dari negara yang berlainan, yang diundang secara pribadi oleh DGD.
Dari hasil dialog itu terdapat beberapa perbedaan pendapat, namun tidak
nampak adanya perselisihan diantara sesama peserta. Dari kesaksian-kesaksian para
peserta dialog itu, diperoleh kesan bahwa dialog merupakan bukti adanya kejadian
persekutuan yang menimbulkan penghargaan. Dialog membawa umat beragama
kepada suatu dimensi baru dalam pengalaman bertheologia.
Pada umumnya peserta dialog Ajaltoun itu mengakui bahwa kegiatan dialog
seperti itu akan membuktikan atau memberikan dampak positif dan kreatif bagi
umat beragama.

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


80
III. Latihan

1. Tuliskan satu contoh kasus ketdak rukunan intern umat Kristen dan cari
penyebabnya (misalnya : di HKBP, GKPI, GMI, GBKP,GKPS, GPdI dan lain-
lain).

2. Tuliskan satu contoh kasus konflik antar agama di Indonesia, dan cari
penyebabnya.
Tuliskan satu contoh konflik antara sekelompok umat beragama dengan pemerintahan
di negara RI dan cari penyebabnya.

IV. Pokok-pokok Pikiran Kristiani

1. Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial yang sangat
dibutuhkan dalam rangka pembangunan bangsa, negara dan masyarakat.

2. Iman Kristen mengakui bahwa kenearan yang universal itu tidak dibatasi oleh
tembok agama, maka umat Kristen terpanggil menghargai dan memelihara
kerukunan hidup umat beragama, dengan sikap kreatif, kritis, dialogis dan
simpatik.

3. Kerukunan hidup umat beragama adalah merupakan kewajiban dan kebutuhan


bagi umat Kristen dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk.
BAB X

PEMBANGUNAN
I. Latar Belakang Masalah

1. Negara Indonesia adalah Negara yang berkembang sehingga banyak sekali


pertumbuhan-pertumbuhan yang terjadi khususnya dalam bidang
pembangunan.

2. Agar terciptanya Negara yang teratur dan sejahtera.untuk mendukung hal itu
gereja juga harus ikut serta berpartisipasi didalam membangun Negara yang
aman dan sejahtera.

3. Apa dan bagaimana partisipasi umat Kristen dalam Pembangunan Nasional


maka pada bab terakhir diktat ini kita akan membahasnya.

II. Kajian Materi

1. Partisipasi Umat Kristen Dalam Pembangunan Nasional

2.1.Pengertian Pembangunan Nasional

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan


masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan
nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
memperhatikan tantangan perkembangan global (Tap. MPR
No.IV/MPR/1999).1[1]Pembangunan Nasional merupakan cerminan kehendak terus-
menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara
adil dan merata, serta mengembangkan
kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis
berdasarkan Pancasila.

2.2.Tujuan Pembangunan Nasional

Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat


Indonesia yang sejahtera, lahiriah maupun batiniah.Untuk mewujudkan hal tersebut,
maka pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia merupakan
pembangunan yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah
dan memberikan hasil dan daya guna yang efektif bagi kehidupan seluruh bangsa
Indonesia maka pembangunan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan yang
terprogram secara bertahap dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.Oleh karena itu pemerintah merancang
suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam suatu Repelita (Rencana
Pembangunan Lima Tahun), dan mulai Repelita VII diuraikan dalam suatu Repeta
(Rencana Pembangunan Tahunan).

2.3.Partisipasi Umat Kristen dalam Pembangunan Nasional

Dalam GBHN telah dirumuskan bahwa agama-agama bertugas dalam memberi


kerangka landasan moral, etik danspritual bagi pembangunan Nasional sebagai
pengamalan pancasila.Demikan juga dalam GBHN 1999, secara tegas dikatakan
bahwa fungsi dan peran dan kedudukan agama adalah sebagai landasan moral,
spritual dan etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala
peraturan perundang-undangan tidak bertentengan dengan moral agama-agama.

Agama Akan dapat mengembangkan peranan yang positif, kreatif, kritis dan
realitas dalam pembangunan atau tidak jika agama mendapat dukungan.Peranan
agama dalam pembangunan hanya dapat berkembang secara positif, kreatis dan
realistis, apabila perenan itu didukung dan didorong serta diarahkan oleh pemikiran
theologi dari agama yang bersangkutan.

Gereja-gereja di indonesia berpartisipasi dan melayani dalam pembangunan


nasional berdasarkan panggilanNya yang bersumber pada injil Yesus Kristus. Gereja-
gereja di Indonesia dengan sikap sebagai hamba dan pelayan menurut teladan Yesus,
mengambil bagian penuh secara positif, kreatif, kristis dan realistis dalam pelaksanaan
pembangunan sebagai pengalaman pancasila. Positif artinya terbuka bagi yang baik,
kreatif artinya dalam kuat dan kuasa roh kudus menggantikan yang lama yang tidak
berguna bagi yang baru, atau menambahkan yang baru kepada yang sudah ada; kritis
artinya melihat segala sesuatu dalam terang firman Tuhan; realistis artinya sadar akan
waktu dan batas-batas kenyataan dan tidak terbawa oleh impian kosong. Tugas
tersebut tidak hanya memberikan ruang bagi gereja-gereja untuk berpartisipasi dan
melayani dalam pembangunan nasional, tetapi juga untuk mengajak dan
mengharapkan partisipasi secara bertanggung jawab dari semua warga Negara dan
semua golongan, dalam pembangunan nasional berdasarkan hak dan kewajiban yang
sama. Factor terpenting dalam kegagalan atau keberhasilan mencapai tinggal landas
pada pelita VI adalah sumber daya manusia.Masalah pengangguran yang diperkirakan
bertambah berat ditahun-tahun yang datang, masalah kemiskinan dan pemerataan
harus ditanggulangi secara bersama-sama sebagai partisipasi gereja dalam
pembangunan sebagai pengalaman pancasila. Hasil musyawarah nasional pertisipasi
gereja dalam pembangunan PGI, tanggal 13-18 Oktober 1993 di Bali merupakan
pelengkap bagi PTPB ini.

Gereja tidak dapat diidentikkan dengan kekuatan sosial politik, tetapi gereja
senantiasa terpanggil untuk mengupayakan agar semua kekuatan social politik
berjuang bagi terwujudnya keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan dalam
kehidupan bangsa.

2.4. Tujuan Berpartisipasi Dan Melayani Dalam Pembangunan Nasional

Kita berpartisipasi dan melayani pembangunan nasional dengan tujuan agar


kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara, Negara pancasila yang sedang
melaksanakan pembangnan nasional sebagaimana pengalaman pancasila dapat
menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yaitu kesejahteraan, keadilan, kebebasan,
persaudaraan, perdamaian, dan kemanusiaan yang dikehendaki oleh Tuhan untuk
dunia ini dengan kedatangan kerajaannya. Dalam menghadapi tantangan berprtisipasi
dan melayani dalam pembangunan nasional secara bersam-sama dengan melihat
seluruh nusntara sebagai satu wilayah bagi kesaksian dan pelayanan bersama, kita
sekaligus membaharui, membangun, dan mempersatukan gereja dan ,mengusahan
kemandirian di bidang teologi daya dan dana. Pembangun nasioanl bertjuan untuk
membangun masyarakat industry modern yang adil, makmur, dan lestari berdasarkan
pancasila.
2.5.Tugas Umat Kristen dalam Pembangunan Nasional

Tugas gereja-gerja dalam berpartisipasi dan melayani dalam pembangunan


nasional dapat dilihat dari beberapa segi yang saling memperkuat dan saling
memperkaya:

a. Dari segi tanggung jawab untuk mengelola, memelihara dan melestarikan ciptaan
Allah (kej 1:26-28; Mazmur 8)

b. Dari segi pemberitaan injil, untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yang
telah datang, telah berada diantara kita dan sedang dinantikan kegenapannya dalam
“langit yang baru dan bumi yang baru, dimana terdapat kebenaran ” (2 Petrus 3:13).
Dalam hubungan ini sidang raya VII DGI pematang siantar (1971) menyatakan “gereja
disuruh kedalam dunia untuk memberitakan injil yesus kristus” dan konsultasi
pekabaran injil tanggal 6-8 Juni 1944 di Sukabumi menyatakan bahwa PI merupakan
bagian dari misi gereja yang bertujuan memanusiakan manusia berlandaskan misi
Allah dalam Yesus Kristus.

c. Dari segi tanggung jawab untuk mengusahakan agar kehidupan masyrakat


didasarkan atas keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang tanpa membedakan
suku, ras, agama, budaya sebagai wujud kasih Allah bagi dunia (Yer. 22:23; Amos
5:15- 24).

Ajakan dan harapan dari negara pancasila agar semua warga Negara dan
semua golongan dan berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam pembangunan
nasional atas dasar hak dan kewajiban yang sama, antara lain diungkapkan dalam hal-
hal lain :

a. Pembukaan UUD 1945, berbicara mengenai mengantarkan raktyat Indonesia, yang


merdeka, bersatu, berdaulat , adil dan makmur.

b. Pasal 1:2 UUD 1945 mengatakan bahwa: kedaulatan adalah ditangan rakyat…”

c. Pasal 27 UUD 1945:

1. “segala warga Negara bersamaaan kedudukannya didalam hokum dan


pemerintahaan dan wajib menjungjung hokum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”

2. Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
d. GBHN 1993 menegaskan bahwa “berhasilnay pembanguna nasional sebagai
pengalaman pancasila tergantung pada peran aktf masyarakat serta pada sikap
mental, tekad dan semangat serta keadilan dan disiplin para penyelenggara Negara
serta seluruh rakyat Indonesia. sehubungan dengan itu, semua kekuatan politik
organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya perlu menyususn
program menurut fungsi dan kemapuan masing-masing dalam rangka melaksanakan
GBHN ini”.

2.6. Tantangan yang dihadapi Umat Kristen dalam Pembangunan Nasional

I. Tantangan internal

a. Penyediaan SDM dikalangan gereja/ pendidikan Kristen

Gereja/ pendidikan Kristen semakin disadarkan bahwa penyiapan SDM adalah sangat
penting.Saat ini kita merasakan bahwa kita masih kekurangan SDM. Misalnya,
gereja/PGI memberikan beasiswa tapi ajab kali beasiswa itu belum dikaitkan dengan
antisipasi kebutuhan sati budang studi dimasa depan dalam rangka kesaksian dan
pelayanan.

b. Pengorganisasian

Pentingnya yayasan pendidikan Kristen memiliki relasi yang secara jelas kepada
gereja, karena gereja akan memberikan visi teologis atau pandangan teologisnya.
Disamping itu, perlu diperbuat profesionalisme mengurus yayasan , kepala sekolah
atau guru-guru.

c. Keragaman/ kemajemukan denominasi aliran gereja di Indonesia

Belum adanya kesatuan visi teologis, misalnya tentang visi tentang sekolah
Kristen.Ada yang mengatakan bahwa visi sekolah Kristen adalah Alat pekabaran
injil.PGI memahami sekolah Kristen atau rumah sakit Kristen/ rumah sakit Kristen
merupakan sarana kesaksian dan pelayanan serta bentuk pelibatan gereja dalam
pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila.

d. sikap minority complex atau merasa diri sebagai minoritas dalam segala hal menjadi
suatu beban psikologis yang dapat menghambat perkembangan.

II. Tantangan Eksternal


a. Kehidupan social keagamaan yang makin semarak/ masa kebangkitan agama.
b. Iklim kehidupan politik

c. Kemajemukan tingkat persepsi tentang kekristenan

d. Ketentuan peraturan dan perundang-undangan, meskipun UUD 1945, pancasila,


GBHN sangat memberikan tempat terhadap kemajemukan itu, namun yang menjadi
kendala atau tantangan adalah aras operasionalnya.

2.7 Jenis-jenis Partisipasi Umat Kristen dalam Pembangunan Nasional

a. Bidang ekonomi

Dibidang perekonomian, gereja-gereja di Indonesia memberikan perhatiannya


pada keuangan gereja dan usaha-usaha pelayanan pengasihan.Mengenai keuangan,
gereja sudah terlatih pada pendudukan Jepang.Jemaat-jemaat diatur sedemikian rupa
sehingga kiranya mampu membiayai jemaat sendiri.Gereja ikut serta dalam
pembangunan desa, perburuhan, pendidikan, koperasi, pertanian, menaggulangi
kemelaratan masyarakat serta keuangan gereja sambil memperhatikan latar belakang
dari golongan agama dan aliran berbeda.

b. Bidang pendidikan

Pelayanan gereja dalam bidang pendidikan diarahkan pada usaha


pembangunan SDM yang mencakup dua hal yakni pendidikan nilai (pembinaan
spiritual, moral, etik) dan pembinaan keterampilan dan professional.Pendidikan nilai
adalah peningkatan kualitas pribadi yang bertujuan membina citra diri, karakter, etos
dan etika.Pendidikan keterampilan dan profesi adalah pembinaan yang bertujuan
memampukan warga gereja dalam masyarakat pada umumnya untuk memiliki
keterampilan-keterampilan dasar, pengetahuan dasar dan profesionalisme dalam
segala bidang.
III. Kesimpulan
Jadi dari pemaparan di atas dapat kami simpulkan bahwasanya gereja harus
ikut berperan di dalam pembangunan Nasional untuk mensejahterakan bangsa dan
Negara Indonesia.Umat Kristen tidak hanya berjuang untuk mendapatkan kekuasaan
politik tetapi juga melaksanakan terjadinya revolusi intelektual agar seluruh
masyarakat Indonesia bisa memiliki kemampuan intelektual dalam semua disiplin ilmu.

IV. Refleksi

Kita percaya bahwa Tuhan telah menempatkan gerejanya di Indonesia dengan


tujuan agar gereja itu menjadi berkat bagi semua orang, dan kita percaya bahwa Roh
Kudus terus bekerja untuk membaharui, membangun dan mempersatukan.Sehingga
gereja diharapkan berpartisipasi dalam pembangunan Nasional demi kesejahteraan
bangsa dan Negara.Selain itu juga kita diharapkan untuk senantiasa bertanggung
jawab untuk mengelola, memelihara dan melestarikan ciptaan Allah (kej 1:26-28;
Mazm.8). Dalam hal partisipasi gereja terhadap pembangunan nasional kita jangan
melihat hanya sebelah mata, dan hanya salah satu bidang pembangunan saja
melainkan kita harus melihat dari berbagai bidang pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L.Ch, ManusiadanSesamanya; Jakarta, 2003


Atkinson, D, KejadianI-II, Jakarta, 1996
Barbour, Ian, EthicsinanAgeofTechnology, San Franscisco : Harper, 1993
Browniee,M, TugasManusiaDalamDuniaMilikTuhan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987
Brownlee, M. TugasManusiaDalamDuniaMilikTuhan, Jakarta, 2004
Covey, S.R, TujuhKebiasaanManusiayangsangatefektif,Jakarta, 1994
D.P.Niles, "Report of the Consultation of Theologians" dalam Asian Theological
ReflectionsonsufferingandHope,Hongkong: Oktober 10-15.
Darmaputera Eka Ph.D & Simatupang TB. DR., PerananAgama-agamadankepercayaan Tuhanyang Maha
Esadalam Negara Pancasilayangmembangun, BPK GM, Jakarta, 1987
Darmaputera, Eka, Pancasila Identitas Modernitas, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1987.Departemen Agama RI, Pedoman Dasar Kerukunan
Hidup Beragama, PKHB, Jakarta 1982
Departemen Agama RI,
PembenaanKehidupanBeragamaDiIndonesia,1992 Dewan Gereja-Gereja di Indonesia,
MelihatTasnda-tandaZaman,Jakarta, 1976 Hadiwiyono, H, ImanKristen,Jakarta, 1982
Herlianto, SiapakahyangbernamaAllahitu?,Jakarta , 2001
Ismael Andar , SelamatBerkembang, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
Joesoef Fou, Agama-agamaBesardiDunia,Jakarta, 1983
Keraf, Sonny, MasihAdakahEtikaDalamPolitik?Kompas, Jakarta, Nopember 2001.
Koentjaraningrat, Kemurnian Ilmu pengetahuan dan tanggung jawab ilmuwan terhadap
masyarakat,HimpunanIndonesiauntukpengembanganilmu-ilmuSosial, Jakarta, 1977.
Kohlberg, Lawrence, Tahap-tahap Perkembangan
Moral, Yogyakarta: Kanisius, 1995, Bab I dan IV.
Kristanto, A.Tri, EtikaBerbangsa,SebuahIroni,Kompas, Jakarta: Nopember 2001.
Mardiatmadja B.S.SJ, IptekdarisudutIman, BPK GM, Jakarta,1994
Mulder, D.C, ImandanIlmuPengeetahuan,Jakarta
1983 Nababan, SAE, ImandanKemiskinan, Jakarta,
1996
Napitupulu Benget, S.Th.,M.Pd.K, Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi Umum, Diktat
Politeknik Negeri Medan, 2013
Neuner, DialogBetweenMenOfLivingFaith,WCC, Ttp Niftrik-
Boland, DogmatikaMasaKini,Jakarta, 1967
Rajiman, MenjadiPelayanKristus, Surakarta: CV Krida Aksara, 1987.
Shelton, Charles M, Moralitas Kaum Muda - Bagaimana Menanamkan Tanggung jawab
Kristiani, Yogyakarta: Kanisius, 1088), Bab I-II
Simatupang T.B.,
KehadiaranKristendalamperangrevolusidanpembangunan,Jakarta, 2004
Supardan, Penyunting , Ilmu,TeknologidanEtika,Jakarta: BPK Gunung Mulia,1991
Verkuyl, J, EtikaKristen-BagianUmum, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1976
Verkuyl, J, EtikaKristenBagianUmum,Jakarta, 1985
, EtikaKristen,Kebudayaan,Jakarta, 1982
, EtikaKristen,Ras,Bangsa,GerejadanNegara, Jakarta, 1979
, FagmentaApologetika,Jakarta, 1966
White, J, Kejujuran,MoraldanHatiNuraniJakarta: BPK Gunung Mulia, 1987

Wilardjo, Like, "Ilmu dan Agama di Perguruan Tinggi : dipadukan atau dibincangkan?" DalamJurnalWaskita,Vol,I,No.1,
April 2004
Ali, Mohammad, PendidikanUntukPembangunanNasional,Jakarta:

GRASINDO Arief, Sritua, TeoriDanKebijaksanaanPembangunan, Jakarta: Cides, 1998

Sairin, Weynata,Identitas dan ciri khas pendidikan Kristen di Indonesia antara


konseptualdanoperasional,Jakarta: BPK-GM, 2006

Sairin, Weynata, ImanKristendanpergumulankekinian, Jakarta: BPK-GM, 1996

Sairin, Weynata, LimaDokumenkeesaangereja, Jayapura: Keputusan Sidang Raya


XII PGI, 1994

Sairin, Weynata, LimaDokumenkeesaangereja, Jayapura: Keputusan Sidang Raya


XII PGI, 1994

Sidjabat, W. B., PartisipasiKristendalamNationBuildingdiIndonesia, Jakarta:


BPK- GM, 1968

Sihombing, Tunggul S., Pelayanan Kontemporer


dalam MasyarakatMajemuk, Clergy, 2002

Yewangoe, A.A., AgamadanKerukunan, Jakarta: BPK-GM, 2009

Sumber lain:

http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pembangunan-nasional-

DIKTAT AGAMA USM- INDONESIA; PDT. ROSINA SITOHANG, M.THPage


90
definisi.html.

Anda mungkin juga menyukai