MANUSIA
I. Latar Belakang Masalah
1. Konsep kita tentang manusia akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan-tindakan
kita dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa sering terjadi perbedaan-perbedan sikap,
perilaku dalam kehidupan sehari-hari, itu selalu ada hubungannya dengan pemahaman
tentang siapa dan bagaimana dia. Pemahaman tentang hakekat manusia menjadi
landasan sikap hidup seseorang dalam berperilaku dan bertindak. Misalnya : seorang
penganut paham materialisme yang berpikir bahwa manusia itu adalah berasal dari materi
dan hidup karena materi maka dia akan selalu bersikap mengutamakan materi, kemudian
perilaku dan tindakan-tindakannya cenderung materialistis.
2. Mahasiswa yang diperhadapkan dengan berbagai konsep sekuler tentang siapa dan
bagaimanakah manusia itu, perlu meninjau kembali permahamannya tentang siapakah
dirinya; dan bagaimanakah dia seharusnya menurut iman Kristen.
3. Pembahasan topik manusia ini sangat penting dan urgen dalam kehidupan modern
sehingga, mahasiswa dapat memperbaharui komitmennya untuk hidup lebih kristiani lagi.
BAB II
TUHA
2. Kalau sudah pernah dalam bentuk apa saja anda mengalami keberadaan Allah?
5. Disadari bahwa karena keberadaan Allah yang gaib itu dapat membuat orang tidak
mau repot-repot; mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang tidak dapat
diamati dengan indra atau akal budi, adalah sesuatu yang tidak ada; maka orang
menjadi jatuh kepada Atheisme; baik atheisme teoritis maupun atheisme praktis,
mereka menganggap bahwa keberadaan Tuhan atau Allah itu tidak ada.
6. Kemudian karena adanya perbedaan dan persamaan konsep tenteng Tuhan atau
Allah pada agama-agama maka orangpun bisa jatuh pada kepercayaan politheisme
dan sinkretisme.
8. Dengan pembahasan topik ini mahasiswa dapat meninjau ulang sikap kepercayaan
dan pemahaman-pemahamannya tentang Tuhan Yang Maha Esa
c. Bentuk Non Theisme Bagi non Theisme sebenarnya tidak ada Tuhan atau ilahi
yang berpribadi. Tidak ada ilahi yang melekat pada alam. Yang mereka sembah
adalah kekosongan. Apa yang dapat dilihat dan diraba hanyalah sesuatu yang
semu atau maya. Yang kekal dan mutlak adalah kekosongan. Bentuk
penyembahan Non Theisme adalah agama Budha.
d. Bentuk Demonisme: adalah suatu bentuk penyembahan kepada kuasa gaib yang
jahat. Kuasa-kuasa gaib yang jahat itu berada di balik alam ini, yang dipimpin oleh
setan. Kuasa-kuasa gaib ini disembah untuk dapat digunakan oleh manusia.
Bentuk penyembahan ini terdapat pada praktek-praktek klenik, santet dan
okultisme.
B. KEBERADAAN TUHAN ATAU ALLAH MENURUT AGAMA-AGAMA NON KRISTEN.
1. Agama Primitif (agama suku)
Menurut kepercayaan suku-suku primitif, Tuhan atau ilah itu digambarkan dalam
konsep Pantheisme dan Panentheisme.Pantheisme artinya: paham atau kepercayaan
yang menganggap bahwa ”semua yang ada adalah ilahi. Sedangkan Panentheisme
artinya bahwa : semua ada dalam ilahi. Pantheisme dan Panentheisme dapat diberikan
istilah Totalisme, yaitu paham yang menekankan keutuhan, atrinya bahwa semua yang
ada, adalah dalam satu sistem keutuhan.
2. Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Hindu
Sudah kita singgung di depan bahwa agama Hindu Weda termasuk pada bentuk
Penyembahan Theisme. Pribadi yang mutlak itu wujudnya tunggal maha sempurna,
memiliki sifat-sifat sempurna, tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, atau didengar. Tetapi
keberadaan Brahman itu meresap pada seluruh alam ; dan seluruh alam semesta adalah
pancaran dari zat Brahman. Termasuk zat inti manusia yang disebut Atmanadalah berasal
dari Brahman
3. Keberadaan Tuhan atau Allah Menurut Agama Budha.
BagiagamaBudhaadasifat-sifatke-tuhanan,yaitu:
- sifat cinta kasih (Metha) yaitu sifat yang bersih dari pikiran membenci.
- Sifat belas kasihan (Karunia) yaitu sifat suka menolong tanpa mengharapkan balasan.
(bandingkan : kasih agape)
- Sifat merasa bahagia – gembira (Mudita) yaitu sifat bebas dari iri hati melihat orang
berbahagia.
- Sifat tenang, teguh, keadaan batin yang seimbang (Upekkha) yaitu sifat pendirian yang
tidak tergoyahkan
Sifat- sifat ke-Tuhanan inilah yang dimiliki setiap umat Budha. Inti ajaran Budha ialah:
untuk memperoleh kesempurnaan. Setiap umat Budha harus berusaha menghilangkan
keakuan (egoisme).
4. Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Islam
Ada tiga agama monotheisme di dunia yaitu: agama Jahudi, agama Kristen dan
agama Islam. Ketiga agama ini sama-sama mempercayai dan menyembah hanya satu
Tuhan atau Allah. Agama Islam sering menyebut dirinya sebagai agama Tauhid, artinya
Agama yang mempercayai keberadaan Allah yang Esa. Dalam pengakuan iman agama
Islam disebut ”Aku mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah.
C. PANDANGAN ATHEISME TENTANG KETIDAKBENARAN TUHAN ATAU ALLAH
1. Pengertian Atheisme
Atheisme adalah suatu aliran berpikir/sikap yang berusaha menyangkal atau
meniadakan keberadaan Allah. Ada dua wujud Atheisme, yaitu Atheisme Teoritis dan
Atheisme Praktis. Atheisme Teoritis ialah aliran berpikir yang mengutamakan argumentasi-
argumentasi teoritis- rasional, untuk menolak dan meniadakan keberadaan Allah.
Sedangkan Atheisme Praktis ialah sikap hidup sehari-hari yang tidak nmempercayai dan
tidak meyakini adanya kuasa dan keberadaan Allah.
Di negara Indonesia Atheisme teoritis memang tidak di benarkan lagi mewujudkan
diri, karena bertentangan dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 : ”Negaraberdasarkanatas
keTuhanan”. Lembaga swadaya masyarakat, partai-partai dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan tidak boleh mengajarkan atau mengembangkan teori-teori yang
menyangkal keberadaan Tuhan. Selain UUD 1945 sebagai Hukum Dasar tertulis di negara
ini, Pancasila, khususnya sila pertama : keTuhanan Yang Maha Esa juga tidak
memungkinkan atheisme teoritis berkembang di negara ini.. Materialisme, Hedonisme
adalah bagian dari gejala-gejala atheisme praktis.
2. Pandangan Teoritis Atheisme Tentang Keberadaan Tuhan atau Allah
b. Ludwig Feuerbarh : Mengajarkan bahwa ”Allah atau ilah-ilah yang dipercayai oleh
orang-orang beragama, hanyalah berupa keinginan hati manusia yang dipantulkan
pada layar alam semesta”. Inilah yang disebut ”Teori Proyeksi”. Feuerbach
menegaskan : sebenarnya Allah itu tidak ada; kalaupun Allah itu ada, itu hanyalah
ciptaan keinginan hati manusia itu sendiri. Manusia itulah yang menciptakan Allah
d. Karl Marx : Menurut Marx, kepercayaan kepada Tuhan atau Allah , hanyalah
sebagai kompensasi atau kekecewaan, yang dialami manusia dalam alam dan
masyarakat. Penderitaan-penderitaan sosial, ekonomis dan phisik yang dialami
kaum buruh dalam masyarakat kapitalis dikompensasikan dengan mengimpikan
suatu hidup setelah hidup ini, yakni hidup bahagia dan adil. Bagi Marx, ”Tuhan
Yang Maha Kuasa” itu adalah refleksi yang fantastik dari kedudukan tak berkuasa
rakyat terhadap alam dan keadaan sosial ekonomi, yang diciptakan manusia itu
sendiri.
Agama yang mengajarkan Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa
hanyalah candu pembius masyarakat, agar lupa tentang kenyataan-kenyataan
hidup yang susah dan menyakitkan. Dengan kata lain : Keberadaan Tuhan atau
Allah menurut Marx hanyalah semacam bius, candu. Sesungguhnya Tuhan atau
Allah itu tidak ada.
Membaca seluruh teori-teori argumentasi pada atheis diatas, kita dapat
memahami bahwa landasan berfikir mereka adalah Materialistis, Positivisme dan
Rotionalis. Mereka membuat kemampuan berfikir itu menjadi jaminan kebenaran.
Mereka tidak dapat melihat keberadaan Allah melampaui kemampuan berfikirnya.
Para Atheis melihat kebenaran hanya pada hal-hal yang material, hal-hal yang
positif, yang dapat diamati dengan logika dan ratio, padahal keberadaan Allah adalah tidak
terbatas, sedangkan kemampuan berfikir manusia adalah terbatas.
D. KEBERADAAN DAN FUNGSI TUHAN YANG MAHA ESA MENURUT IMAN KRISTEN
1. Keberadaan Tuhan Allah
Iman Kristen adalah termasuk dalam bentuk penyembahan theisme, yang mempercayai
dan menyembah Tuhan Allah sebagai pribadi. Pribadi Tuhan Allah menyatakan diri dalam
kehidupan manusia.
Dalam kitab Yohanes 4 : 24 ditegaskan bahwa: ”Allah itu Roh, dan barang siapa
menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” berarti : pribadi Tuhan
Allah yang disembah menurut iman Kristen adalah pribadi Roh. Kekristenan mengenal
yang namanya Penyembahan, menyembah dalam Roh. Kita baca penjelasan hal ini
Penyembahan merupakan salah satu isu penting di lingkungan gereja dewasa ini.
Wacana “penyembahan” menjadi kajian hangat, diantaranya karena pro dan kontra
makna dan praktek praktis “penyembahan” dalam liturgi gereja-gereja aliran pietisme.
Tidak bisa menutup mata bahwa salah satu pemicu kajian penyembahan menjadi
hangat salah satunya karena dipraktekkan oleh gereja-gereja “pietisme” yang
belakangan disebut juga oleh Peter Wagner sebagai “apostolik baru” mengalami
perkembangan yang pesat.
Kajian pro dan kontra makna dan praktek penyembahan sebenarnya bukan hanya
terjadi pada gereja-gereja mainstream dan injili tetapi juga di dalam gereja-gereja
“kontemporer “ sendiri. Di dalam gereja-gereja kontemporer sebenarnya juga tidak
ada keseragaman dalam memaknai arti penyembahan.
Isu “penyembahan” menjadi begitu penting terutama sekali bila dikaitkan dengan Nats
Injil Yohanes 4:24 “…Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus
menyembah- Nya dalam roh dan kebenaran." Diantara kalangan “Apostolik Baru” ada
yang mengartikan menyembah dalam roh dan kebenaran berarti menyembah dengan
berbahasa roh. Djohan E. Handoyo salah satu pelopor pujian dan penyembahan di
Indonesia menjelaskan :
“Pribadi Allah adalah Roh. Dimensi penyembahan - sebagai komunikasi
antara kita dengan Tuhan membutuhkan bahasa roh sebagai
penghubungnya.”
Bagi kalangan “mainstream dan Injili “ arti penyembahan bukan hanya dalam liturgi
gereja, tetapi pada seluruh aspek. Penyembahan yang benar adalah hidup yang benar
sesuai firman Tuhan. Kalau pun penyembahan diartikan dalam liturgi ibadah maka
penyembahan itu juga bukan praktek penyemaahan dikalangan pietis. Makna seperti
ini diantaranya disampaikan oleh John MacArthur :
“Penyembahan bukanlah masalah berada di tempat yang benar, pada
waktu yang tepat. Penyembahan bukanlah kegiatan lahiriah yang
menuntut terciptanya suasana tertentu. Penyembahan terjadi di dalam
hati, dalam roh.”
“Sifat dasar penyembahan adalah memberikan penyembahan kepada
Allah dari bagian diri kita yang paling dalam, dalam pujian, doa,
nyanyian, memberi bantuan, dan hidup, selalu berdasarkan kebenaran-
Nya yang dinyatakan.”
Asumsi dasar dalam diktat ini adalah bahwa kitab orang Kristen satu. Kitab gereja-
gereja Pentakosta, Kharismatik, Apostolik Baru dan Mainstream serta Injili adalah
satu, tentu yang menjadi pertanyaan klasik adalah mengapa makna dan praktek
“menyembah dalam roh dan kebenaran” dalam Yohanes 4:24 berbeda ?
Diktat ini tidak semata-mata membahas mengenai mengapa mereka berbeda dalam
memahami “menyembah dalam roh dan kebenaran” tetapi lebih tentang apa
sebenarnya makna dan praktek “menyembah dalam roh dan kebenaran”? Tujuannya
secara langsung adalah untuk mencari kebenarannya sesuai pesan Alkitab, dan juga
tentunya memberikan kontribusi untuk “menjadi pertimbangan” terhadap pemahaman
yang berbeda terhadap nats Alkitab tersebut.
Penembahan dalam Konteks Alkitab
Untuk menemukan makna sebenarnya dari Yohanes 4:24 sehingga terbangun suatu
teologi sesuai dengan tema penulisan paper ini, menggali teks Alkitab dalam
konteksnya sesuai kaidah penafsiran yang ada adalah suatu kemutlakan.
Latar belakang peristiwa.Percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria
( Yohanes 4:1-42) merupakan dialog antara orang Yahudi dengan orang Samaria. Suatu
perjumpaan yang tidak lazim bagi orang Yahudi. Orang Yahudi tidak bergaul dengan
orang Samaria. Sebab mereka merupakan “bangsa campuran yang memiliki agama
campuran, yang sekalipun demikian menerima Pentateukh dan mengaku menyembah
Allah Israel.”
“Dalam naskah Kitab Ulangan yang diterima oleh bangsa Samaria pasal 27:4-5, Yosua
diperintahkan mendirikan mezbah di Gunung Gerizim. Nas yang sama, dalam naskah
yang diterima oleh umat Yahudi, berkata bahwa mezbah itu harus didirikan di Gunung
Ebal, bukan gunung Gerizim. Bangsa Samaria menolak kitab-kitab suci yang lain,
selain kelima Kitab Musa, maka mereka tidak menerima II Tawarikh 6:6, yang berkata,”
Tetapi kemudian Aku memilih Yerusalem sebagai tempat kediaman nama-Ku dan
memilih Daud untuk berkuasa atas umat-Ku Israel.” Siapa perempuan itu tidak
disebutkan secara jelas identitasnya. Ketika Yesus berada di sumur Yakub, Dia
meminta air kepada perempuan tersebut. Namun demikian lebih dari sekedar
kebutuhan akan air , sama seperti terhadap Nicodemus, Yesus “menunjukkan bahwa
perempuan itu mempunyai kebutuhan yang lebih mendalam, yaitu kebutuhan yang
dapat dipenuhi oleh Yesus melalui karunia Allah”
Secara moral perempuan Samaria merupakan orang berdosa dengan kehidupan
pernikahannya yang tidak benar, dan melalui masalah itu pula Yesus membawa lebih
jauh dalam hal keagamaan.
Tafsiran Yoh.4 : 20-24
Yoh 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan,
saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan
bukan juga di Yerusalem.
Yoh 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang
kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
Dave Hagelberg menyatakan bahwa “diantara segala perbedaan yang memisahkan
bangsa Yahudi dan bangsa Samaria, tempat orang menyembah, merupakan salah satu
yang paling pokok.” Namun “di dalam tatanan baru yang di mulai dengan kedatangan
Kristus, tempat penyembahan tidak sepenting Tokoh yang disembah.” FF.Bruce juga
menekankan : “The important question is not where people worship God but how they
worship him.”
“Tanggapan Tuhan Yesus terdiri dari Tiga bagian. Pertama (ayat 21) Dia
memberitakan bahwa sebentar lagi kedua tempat ibadah menjadi usang, kedua (ayat
22) Dia menekankan bahwa keselamatan memang muncul dari umat Yahudi, bukan
dari mereka, dan ketiga (ayat 23-24) Dia menjelaskan mengenai sifat keselamatan
itu.”
“Hal yang penting ialah bahwa orang menyembah Bapa, yang sudah diberitakan melalui
kedatangan Sang Anak. Dengan mempergunakan istilah kamu Yesus mungkin
mengantisipasi pertobatan orang-orang Samaria. Ibadah orang Samaria merupakan hal
yang kacau (bdg II Raja 17:33). Keselamatan datang dari bangsa Yahudi di dalam arti
bahwa penyataan khusus tentang cara mendekati Allah dengan benar disampaikan
kepada mereka : dan Yesus sendiri, sang Juruselamat, berasal dari bangsa ini (Roma
9:5). Saatnya… sudah tiba sekarang. Bahkan sebelum sistem keagamaan yang baru
diresmikan dengan sifatnya yang universal, para penyembah sejati memperoleh
kehormatan untuk menyembah Allah sebagai Bapa di dalam Roh dan kebenaran. Roh
tampak menoleh kebelakang, ke Yerusalem, dan penyembahan Yerusalem yang
berdasarkan apa yang tersurat (hukum Taurat).
Sedangkan kebenaran bertentangan dengan penyembahan orang Samaria yang tidak
memadai dan palsu. Cara menyembah yang baru ini merupakan keharusan, sebab Allah
itu Roh adanya”.
Menyembah dalam roh.
Yoh 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-
penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa
menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Yoh 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran."
Bahasa Yunani menyembah “proskuneo – pros-koo-neh-o, memuja, suatu sikap seperti
anjing menjilat tuannya.” Suatu hubungan yang dekat, hormat, lembut, taat dan penuh
kasih sayang yang harmonis.
“Pengertian Allah itu Roh, bukanlah hal asing dalam pengertian Yudaisme, tetapi Yesus
menekankan bahwa penyembahNya-pun harus selaras dengan Yang disembah.
Formalitas ibadah keagamaan tidak akan menyentuh apa-apa jika dilakukan
tanpa “Roh”.”
Bob Sorge mengemukakan : “Yesus sedang menunjukkan bahwa penyembahan tidak
lagi diikat pada waktu atau tempat tertentu ( bukan di Yerusalem, di mana orang-orang
Yahudi menyembah ; bukan juga di gunung Gerizim, di mana orang-orang Samaria
menyembah) ; melainkan ia akan menjadi suatu pekerjaan roh manusia menggapai Roh
Tuhan. Yesus tahu saatnya segera datang yang mana korban-korban hokum Musa di
Yerusalem tidak lagi diperlukan, dan penyembahan akan terjadi di dalam rumah
Perjanjian Baru – manusia sendiri
( Lihat I Kor.3:16). Penyembahan sekarang dapat terjadi setiap saat, di mana saja orang
yang penuh Roh berada.”
Walliam Barclay juga menyatakan :“ Membatasi ibadah kepada Allah hanya di
Yerusalem atau tempat-tempat lain yang tertentu saja adalah sama dengan memberi
batas kepada Dia yang menurut hakekat-Nya sendiri tidak terbatas.”
Menyembah dalam kebenaran.
Menyembah Allah bukan hanya dalam roh tetapi juga dalam kebenaran. “Penekanan
"roh" (Yunani, πνευμα – pneuma), harus bersejajar dengan "kebenaran" (Yunani,
αληθεια - alêtheia) ini harus dilakukan oleh penyembah-penyembah yang "sejati"
(Yunani, αληθινος - alêthinos, Adj).” James Montgomery Boise mengungkapkan : ”For
Jesus said that those who acknowledge God’s true worth must do so “in spirit and in
truth.” In other wods, they must do so “in truth” because truth has to do with what His
nature is, and they must do so “in spirit” because they can only apprehend it spirituality.”
“Dihubungkannya roh dan kebenaran memberi keterangan atas makna “The True
worshipers ; mereka ini adalah kelompok orang yang benar-benar berbakti, dan
berbeda dengan orang-orang lain yang “nampaknya” saja berbakti dengan melakukan
“tingkah laku agamawi” dan “symbol-simbol agamawi.”
Menurut James Montgomery Boice Menyembah dalam kebenaran memiliki tiga
arti : “ First, it means that we must approach God truthfully, that is, honestly or
wholeheartedly ; Second we must worship on the basis of the biblical revelation ;
Finally, to God “in truth” also means that we must approach God Christocentrically.
This is means “in Christ,” for this is God’s way of approach to Him.’
Wacana Konsep Teologis Menyembah
Perlu disadari bahwa ada penekanan yang berbeda ketika kita mencoba
mengetengahkan kata “menyembah” dikalangan pentakosta dan kharismatik dengan
mainstream dan Injili. Agi orang-orang Pentakosta dan kharismatik “penyembahan”
berkonotasi pada bagian dari doa pribadi dan liturgi ibadah. Sedangkan bagi
denominasi lain tidak seperti itu. Sebab itu untuk memudahkan membangun konsep
yang benar perlu mencermati pengertian “menyembah” diantara mereka.
A. Penyembahan sebagai cara hidup.
John MacArthur, Jr meskipun menyinggung penyembahan dalam ibadah gereja, tetapi
konsep penyembahannya berbeda dengan kalangan pietis. Pemaparan John
MacArthur, Jr lebih mewakili gereja diluar aliran pietis. Ia memberikan pengertian
penyembahan sebagai keseluruhan hidup orang percaya : “Pengertian kita tentang
penyembahan diperkaya ketika kita memahami bahwa penyembahan sejati menyentuh
setiap bidang kehidupan. Kita harus menghargai dan memuja Allah dalam segala hal. “
Memuji Allah, berbuat baik, dan memberi bantuan kepada orang lain-semua adalah
tindak penyembahan yang benar dan alkitabiah.” Rick Warren menegaskan :
“ mempersembahkan diri kita kepada Allah itulah yang dimaksud dengan
penyembahan.”
John MacArthur, Jr membagi penyembahan dalam tiga dimensi : “Pertama,dapat
tercermin dalam bagaimana kita bersikap terhadap orang lain ( Roma 14:18).
Penyembahan dapat dinyatakan dengan membagi kasih dengan sesama orang
percaya, mengabarkan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya, dan memenuhi
kebutuhan umat pada tingkat yang sangat jasmani. Kita dapat meringkasnya menjadi
satu kata : penyembahan yang berkenan kepada Allah adalah member, yaitu kasih
yang membagi ; Kedua,melibatkan tingkah laku pribadi (Efesus 5:8-10). Kata berkenan
dalam kalimat ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan adalah dari bahasa Yunani
yang berarti “dapat diterima”. Dalam konteks ini, ia mengacu kepada kebaikan,
keadilan dan kebenaran, yang jelas berarti bahwa berbuat baik adalah tindakan yang
dapat diterima sebagai penyembahan kepada Allah ; Ketiga, dimensi ke atas (Ibrani
13:15-16), penyembahan
itu adalah Ucapan syukur dan puji-pujian.”
Penyembahan dalam pemahaman pietisme.
Meskipun tidak memungkiri bahwa hidup ini merupakan ibadah kepada Allah yang
didalamnya kita menyembah Allah, kalangan pietime memiliki kekhususan sendiri
tentang arti dan praktek menyembah. Mereka lebih menganggap menyembah itu suatu
“momen” berhadapan langsung dengan waktu dan cara tertentu. Penyembahan ini
bisa
bersifat pribadi ketika bersaat teduh atau doa pribadi dan kelompok (bagian dari liturgi
gereja).
Penyembahan bagi kalangan gereja kontemporer lebih merupakan “pemujaan” penuh
ekpresi panca indra kepada Allah secara langsung dengan “bermazmur atau berbahasa
roh”. Ini tentunya berbeda dengan berdoa dan bernyanyi, bahkan boleh dikatakan
perpaduan dari keduanya. Simak apa yang di sampaikan Djohan E.Handoyo :
“ Penyembahan tidak hanya berupa suatu gerakan tubuh atau karya
pikiran manusia untuk berserah kepada sesuatu yang lebih besar.
Penyembahan adalah menikmati hubungan kita dengan-Nya.”
“Penyembahan adalah ungkapan hati dan penyerahan total kepada
Tuhan lebih dari sekedar memuji Tuhan. Kalau pujian adalah suatu
ucapan syukur atas segala perbuatan Tuhan, penyembahan adalah
pengakuan bahwa saya adalah milik-Nya dan Tuhan dalah milik saya.”
Meskipun pemaparan Djohan E. Handoyo ini tidak menjelaskan secara spisifik tentang
penyembahan, namun apa yang dikatakannya cukup memberi gambaran tentang apa
itu penyembahan. Bagi kalangan pietis lebih tepat mengatakan seperti apa yang
diungkapkan Morris Smith :” Penyembahan yang sejati menyimpang dari definisi ; ia
hanya dapat dialami.”
Penyembahan di dalam liturgi ibadah gereja-gereja kontemporer memiliki posisi dan
porsi yang penting, sama seperti doa, pujian dan firman Tuhan. Dengan berbagai
fariasinya penyembahan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keagamaan kalangan
akar Pentakosta dan Kharismatik.
Memahami Secara Utuh
Menyembah Dalam Roh dan Kebenaran
Secara utuh pembicaraan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria adalah tentang
ibadah yang benar kepada Allah. Ibadah itu berhulu kepada kata “menyembah”. Dan
konsep teologis penyembahan dalam arti yang luas sebenarnya berkaitan dengan
keberadaan orang percaya dihadapan Allah.
Hal utama yang perlu dicermati ketika Yesus memperbincangkan wacana menyembah
dalam roh dan kebenaran sebenarnya lebih kepada tatanan makna.
Tuhan Yesus lebih mementingkan esensi dari siapa yang disembah dengan cara
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Bukan metodenya tetapi sikapnya yang menjadi
titik perhatian-Nya.
Untuk memahami secara utuh tentang konsep teologis menyembah dalam roh dan
kebenaran, maka kita harus kembali kepada esensi utamanya dan tidak terjebak
kepada hal-hal praktis yang sebenarnya lebih kepada ekspresi.
Menyembah : relasi dengan Allah sesuai Firman-Nya.
Hal yang prinsip dalam menterjemahkan menyembah Allah dengan roh dan kebenaran
adalah bagaimana kita berelasi dengan Tuhan sesuai dengan Firman-Nya. Mengenal
pribadi Allah dengan benar, sesuai dengan apa yang Dia ajarkan.
Bait Allah adalah tempat dimana Allah bersekutu dengan umat-Nya. Konsep bait
Allah di dalam Alkitab mengalami perubahan yang revolusioner. Di dalam Perjanjian
Lama bait Allah adalah bangunan secara fisik, namun di dalam Perjanjian Baru bait
Allah adalah tubuh dan pribadi orang percaya. 1Kor 6:19 : “Atau tidak tahukah kamu,
bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang
kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”
Secara teologis meskipun mengalami perubahan secara revolosioner namun esensi
bait Allah tetap merupakan tempat persekutuan antara Allah dengan umat-Nya.
Kemah Suci jaman Musa dibangun sebagai kehendak Allah untuk bersekutu dengan
umat-Nya. Keluaran 29:45 :” Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel dan Aku
akan menjadi Allah mereka.” Di dalam persekutuan dengan Allah, umat-Nya harus
mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup. Rom 12:1 : “Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah : itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Di dalam konteks hidup sebagai persembahan inilah kehadiran Allah nyata di diri
umat- Nya dan penyembahan mengalir dari kehidupan umat-Nya. Di dalam makna ini
juga penyembahan melibatkan seluruh aspek kehidupan. Walliam Barclay menyatakan
: “Kalau Allah itu roh, maka persembahan manusia kepada Allah haruslah juga
persembahan roh. Persembahan korban binatang dan barang-barang lain buatan
manusia tidaklah cukup. Persembahan yang berkenan kepada hakekat Allah hanya
persembahan roh, yaitu kasih, kesetiaan, ketaatan dan penyerahan diri.”
Selanjutnya sebagai bait Allah, Roma 12:1 diikuti Rom 12:2 : “Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada
Allah dan yang sempurna. Sebagai bait Allah orang percaya harus hidup sesuai
kehendak Allah : Kebenaran yang Allah berikan melalui fiman-Nya.
Menyembah : Ekspresi pengagungan Tuhan.
Relasi dengan Allah secara umum adalah di dalam seluruh aspek kehidupan kita dan
secara khusus merupakan persekutuan pribadi dan ibadah di gereja. Ibadah gereja
merupakan persekutuan umat dengan Allah. Di dalam ibadahlah umat memuji dan
mendengarkan Firman Allah. R.C.Sproul seorang teolog Injili menjelaskan : “Ketika kita
beribadah, kita membawa seluruh diri kita ke dalam tindakan berbakti kepada Allah
dan berkomunikasi dengan Allah. Ada banyak cara untuk melakukan hal ini. Manusia
bukan mahluk yang sederhana, melainkan bersifat kompleks. Jika kita dengan teliti
menyelidiki apa yang tertulis di dalam Kitab Suci – bahwa kita harus menyembah Allah
dengan seluruh jiwa, dengan seluruh tubuh dan dengan seluruh panca indera kita –
kita akan mempunyai suatu pandangan baru tentang beribadah” “Penglihatan,
pendengaran, perasaan, sentuhan, penciuman –semuanya tercakup dalam
pengalaman manusia.
Kita dipengaruhi oleh panca indera dan juga dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran kita,
tubuh kita, jiwa kita, hati kita-seluruh diri kita harus terlibat di dalam ibadah. Saya yakin
bahwa jika kita membuang salah satu segi kemanusiaan kita, berarti kita membuat
ibadah kita menjadi miskin.”
Bagi Ron Jenson dan Jim Stevens “Menyembah adalah mengadakan kontak dengan
Allah – berdoa kepada Allah, memuji, menyanyi kepada Allah, mengaku di hadapan
Allah dan memberi tanggapan kepada Allah sebagaimana Ia telah ditinggikan dan
dinyatakan dalam Firman-Nya. Tujuannya adalah untuk memberi sesuatu, bukan
untuk menerima sesuatu. Berkat pasti akan datang, karena menerima adalah hasil
dari memberi.”
Bagi kalangan pietis apostolik baru, penyembahan merupakan realitas dari
pengagungan Tuhan dengan melibatkan seluruh panca indra dan emosi. Bahkan ada
yang mengharuskan penyembahan dengan berbahasa roh.
Menyembah : relasi dengan intelektual dan ekspresi.
Meskipun tidak memberikan penyelesaian akhir, namun persoalan pokok tentang
penyembahan sebenarnya bermuara pada dua kutup “intelektual dan ekspresi”. “Suatu
kubu menyatakan bahwa perasaan religious adalah esensi kerohanian sejati. Apa yang
Anda percayai atau lakukan tidaklah begitu penting, asalkan kasih Tuhan kepada jiwa
Anda bisa Anda rasakan.”
Sementara yang lain berpendapat “inti dari kerohanian yang sejati adalah berpikir
benar. Para pendukung pandangan ini berpendapat bahwa perasaan tidaklah terlalu
penting dibandingkan doktrin dan sikap mental. Menurut mereka, keyakinan yang
benar membuat jiwa tetap terikat pada fondasi kebenaran, sementara perasaan
sifatnya
berubah-ubah dan sering menyeret orang yang tidak tahu pada kesia-siaan.”
Kubu pertama adalah gereja-gereja yang lebih menekankan pengalaman dari pada
doktrin. Sedangkan kelompok kedua “lebih bersifat intelektual, kurang menyentuh
aspek emosi dan tidak diwarnai antusiasme yang nyata. ”Penyembahan” yang
dikenal dikelompok ini adalah menyanyikan lagu-lagu rohani yang membosankan dan
dinyanyikan dengan kurang semangat.”
Jonathan Edward tidak menyetujui ekstrim sepihak dari kedua kubu tersebut.
“Menurutnya pandangan bahwa kerohanian sejati yang berpusat pada salah satu dari
perasaan atau keyakinan adalah menyesatkan. Baik pikiran ataupun hati, keduanya
sangat penting dan esensial bagi kerohanian yang sejati, sebab manusia adalah satu
kesatuan. Kerohanian melibatkan setiap dimensi dari keberadaan manusia, baik
perasaan, pikiran, maupun tindakan. Mempertentangkan antara pikiran dan perasaan,
atau antara pikiran dan hati, sama dengan membagi seseorang menjadi seseorang
menjadi bagian yang lepas.”
John MacArthur, Jr memberikan kesimpulan yang baik : “Ketulusan, kegairahan,
dan sikap agresif penting, tetapi semua itu harus didasarkan kepada kebenaran.
Dan kebenaran adalah dasar, tetapi bila tidak menghasilkan hati yang berhasrat,
gembira dan bergairah, penyembahan tersebut tidak lengkap.”
Secara pribadi penulis lebih cenderung kepada pemahaman bahwa orang percaya
mesti pundasi yang kuat tentang doktrin iman Kristen. Namun pada sisi yang lain
tetap bergairah, antusias dan hangat dalam mengekpresikan emosi atau perasaan
dalam pengagungan kepada Tuhan. Intelektual tidak dingin, ekpresi tidak antipati
terhadap intelektualitas-keduanya saling melengkapi. Namun demikian pada akhirnya
memang perlu juga mencamkan apa yang dikatakan oleh Bob Sorge : “Tidak ada satu
definisi pun yang tampaknya dapat mengekpresikan secara tepat tentang
penyembahan secara lengkap – mungkin karena penyembahan adalah pertemuan
Ilahi sehingga kedalamannya tidak sebatas sebagaimana Allah sendiri.”
BAB III
MORALITAS
I. Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang moralitas berarti berdiskusi tentang bagaimana menjadi baik
dan bagaimana berbuat baik. (How to be good how to do good).
Hal baik berkaitan dengan moral dan kaidah atau kitab suci yang dipakai. Menilai sesuatu
itu baik jika sesuai dengan norma. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat ada norma
dan kaidah yang diakui secara umum. Jika seseorang ingin menjadi baik dan ingin
berbuat baik dalam masyarakat , maka dia terlebih dahulu mengetahui norma dan kaidah
yang berlaku di masyarakat itu.
Orang Kristen yang hidup dalam masyarakat, tentu berhadapan dengan norma-norma
dan kaidah-kaidah itu ; orang Kristen kadang-kadang bertanya dalam dirinya, bagaimana
harus berbuat? Bagaimana harus berperilaku? Orang Kristen dalam masyarakat
heterogen berhadapan dengan norma-norma adat, kebiasaan dan norma-norma agama
yang berbeda- beda. Tentunya orang Kristen harus dapat memahami norma-norma itu,
apakah bertentangan dengan iman Kristen atau tidak.
Untuk mencegah moralitas Kristen yang tercemar maka pembahasan topik ini sangat
berguna bagi mahasiswa sehingga mahasiswa memiliki moralitas kristiani yang sesuai
dengan iman Kristen. Norma-norma adat dan agama lain dapat diterima sepanjang norma-
norma itu sesuai dengan iman Kristen.
II. Kajian Materi
A. PENGERTIAN MORALITAS SECARA UMUM
Perkataan moralitas berasal dari kata Mos atau Mores (Bahasa Latin) yang sering diartikan:
”Kelakuan lahir seseorang” Pada hal sesungguhnya kata moral dan etika adalah dua kata
yang sama artinya. Tetapi dalam pemakaian sehari-hari kata Etika(Ethos) diartikan lebih
mendalam dari arti kata Moral. Etika tidak hanya menyinggung perbuatan-perbuatan lahir
saja, Etika juga menyinggung soal-soal kaidah dan motif-mitif perbuatan seseorang.
Kata lain yang dekat artinya dengan kata moral dan etika ialah kesusilaan, berasal
dari bahasa Sangsekerta yang artinya norma atau peraturan hidup yang baik. Dari ketiga
istilah diatas diambil kesimpulan bahwa moralitas yang kita bicarakan ialah tentang :
bagaimana menjadi baik.
Dan bagaimana berbuat baik (How to be good how to do good).
Secara umum moralitas itu dikaitkan dengan norma dan kebiasaan hidup yang diakui
secara umum. Adat-istiadat tradisi dan ajaran agama yang dominan dalam masyarakat,
menjadi acuan utama untuk menilai seseorang apakah bermoral atau tidak.
Seseorang yang tidak berperilaku sesuai adat dan kebiasaan hidup kemudian dinilai
kurang bermoral, atau tidak bermoral. Moralitas itu dinampakkan tidak hanya dalam
perkataan, tetapi juga dalam sikap, perbuatan dan tindakan, termasuk juga cara-cara
berpakaian dan berinteraksi.
B. SUMBER DASAR MORALITAS
Secara umum moralitas tidak dapat dipisahkan dari faktor, adaptasi, tradisi, filsafat,
dan ajaran agama yang dianut. Faktor-faktor ini membentuk seseorang menampakkan
moralitasnya dalam masyarakat. Sumber- sumber umum moralitas:
AdatSebagaiSumberMoralitas
Kebiasaan(tradisi/sebagaisumbermoralitas)
FalsafahHidupSebagaiSumberMoralitas
d. Ajaranagamasebagaisumbermoralitas
Selain ajaran adat, kebiasaan hidup, dan falsafah hidup, satu lagi faktor yang
mempengaruhi moralitas adalah ajaran agama. Ajaran agama yang dipahami dengan cara
berfikir tertentu,dan sikap mental yang terbentuk sedemikian rupa akan memunculkan
moralitas umat beragama dengan cara tertentu. Misalnya :
Orang-orang yang mengamalkan ajaran agama secara fanatis dan ekstrim, akan
memunculkan perilaku, moralitas yang fanatik ekstrim dalam masyarakat.
Orang yang mengamalkan ajaran agama secara hakiki moderat, akan memunculkan
perilaku dan moralitas yang teguh tetapi flexible.
Tetapi ada juga orang mengamalkan ajaran agamanya secara fragmatis atau kurang serius
maka akan memunculkan perilaku dan moralitas yang mengambang atau kurang konsisten.
C. KRISIS MORAL
Yang dimaksud dengan krisis moral ialah suatu sikap dan perilaku yang
bertentangan dengan adat, kebiasaan umum, dan agama yang dianut, sikap dan perilaku
itu dinampakkan dalam kehidupan sehari-hari. Krisis moral itu cenderung sebagai
pemberontakan pada norma-norma kehidupan yang dianut. Krisis moral itu bisa terjadi
pada orang per orang dan bisa juga terjadi pada kelompok-kelompok orang dalam
masyarakat.
Bentuk-bentuk krisis moral itu antara lain :
1. Pola Hidup Yang Rusak
Pola hidup yang rusak seperti pergaulan bebas, free seks, fornografi, pornoaksi,
materialisme, korupsi, anarkisme dan sadisme menjadi masalah moralitas yang serius
dalam masyarakat.
Pola hidup pergaulan bebas, free seks, pornografi, pornoaksi, sebernarnya tidak
hanya terjadi pada zaman modern ini, tetapi juga di zaman dahulu telah ditemukan dalam
kehidupan manusia.
Misalnya: - Masyarakat Sodom dan Gomora ( kej. 19 : 1-8 )
- Masyarakat Roma ( roma 1 : 24-32 )
Pola hidup materialis dan korupsi ialah sikap hidup yang mengutamakan materi dan
keinginan duniawi. Orang menjadi materialis dan korupsi adalah berakal pada
mementingkan diri sendiri, tanpa memperhatikan orang lain. Rasul Paulus pernah
mengingatkan jemaat Kristen di Korintus agar tidak menjadi orang yang egostis.
I Korintus 8 : 15 ”Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan orang yang
mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.(juga Keluaran 16 : 18). Sedangkan pola hidup
anarkisme dan sadisme adalah sikap hidup yang berakar pada kebiasaan-kebiasan
kekerasan dan kebencian.
Yesus pernah berkata : barang siapa menggunakan pedang akan binasa oleh
pedang (Matius. 26 : 25). Yesus juga mengajarkan ”aku berkata kepadamu janganlah
kamu melawan orang yang berbuat jahat padamu, melainkan siapapun yang menampar
pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu (Matius 5 : 39).
2. Penyalahgunaan Narkoba
Dalam dosis tertentu narkoba iru dapat digunakan untuk tujuan-tujuan positif.
Misalnya : Obat bius untuk tindakan medis, tetapi yang menjadi masalah ialah jika narkoba
di salahdunakan. Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan : Ketagihan; Ketergantungan;
Melumpuhkan daya kerja; Mengalami rasa senang yang palsu; Menghayal; Fly;
Halusinasi; Gemeteran; dan Kejang jika dihentikan dan nilai-nilai moral agama tidak
diperdulikan.
Paulus memberii nasehat kepada jemaat Kristus di Roma (12:9) ”Hendaklah kasih itu
jangan pura-pura jauhilah yang jahat, lakukanlah yang baik”.
Orang jatuh pada penyalahgunaan Narkoba bisa karena:
- Gaya hidup ringan
- Tidak waspada
- Coba-coba
- Mungkin karena stress dan
- Ingin melupakan masalah dan lain-lain
Yesus telah memberi peringatan kepada murid-muridNya : Lihat aku mengutus kamu
seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular,
dan tulus seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap semua orang (Matius 1 : 16-17).
Ada pepatah yang mengatakan ”mencegahlebihbaikdaripadamengobati”.
3. Fanatisme dan Ekstrimisme
Fanatisme ialah suatu sikap yang merasa diri yang paling benar, dan orang lain yang
berbeda dari dia tidak benar kemudian sikap fanatisme menimbulkan tindakan extrim yaitu
berupa : penolakan, pelanggaran dan penghancuran kelompok lain. Tindakan-tindakan
yang dilakukan sering mengganggu kehidupan masyarakat harmonis. Fanatisme dan
ekstrimisme dapat berwujud kelompok agama, dan dapat juga berwujud kelompok suku.
Mengapaorangmenjadaifanatismedanekstrimis?Salahsatupenyebabutamaialah:
- Pemahaman ajaran agama yang terbatas dan sempit
- Pergaulan masyarakat yang tertutup
Yesus pernah berkata kepada murid yang fanatik: ”Barang siapa tidak melawan
kamu ia ada dipihak kamu” (Luk. 9:50) : Berbeda tidak harus berlawanan. Moralitas yang
baik ialah: ”mampumenghargaiperbedaan”
D. MORALITAS KRISTEN
Secara umum moralitas Kristen didasarkan pada intisari dari seluruh hukum taurat
dan kitab para nabi yaitu : mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama manusia seperti
diri sendiri (Mat. 22: 4-40).
Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan
segenap akal budi, merupakan moral Kristiani yang vertikal, sedangkan mengasihi sesama
seperti diri sendiri adalah moralitas kristiani yang horizontal tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan orang Kristen. Tetapi dalam topik kajian ini moralitas horizontal mendapat
tekanan utama:
a) Tidak ada yang berbuat baik (Roma 3 : 12)
Di satu pihak manusia itu pada waktu diciptakan sangat baik adanya (Kejadian1:
30). Tetapi setelah manusia itu berdosa, ternyata manusia tidak ada lagi yang baik. Rasul
Paulus mengutip mazmur 14 : 1-3 dan mengatakan : ”seperti ada tertulis, tidak ada yang
benar, seorang pun tidak, tidak ada seorang pun berakal budi, Tidak ada seorang pun
yang mencari Allah, semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak
ada yang berbuat baik seorang pun tidak” ( Roma 3 : 10-15 ).
Dalam kitab nabi Mikha dikatakan sebagai berikut : ”hai manusia, telah
diberitahukan kepadamu, apa yang baik dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu,
selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan
Allahmu” (Mikha 6 : 8)
Manusia dapat berbuat baik dan menjadi baik, setelah lebih dahulu mendapat
perbaikan dari Allah. Manusia menjadi baik ketika Allah memperbaiki manusia, dan
manusia itu sendiri mau diperbaiki.
2. Yesusmenghormatiposisioranglain
Disamping kesediaan merendahkan diri dihadapan Yohanes dan dihadapan murid-
muridNya, sikap dan perbuatan Yesus, yang mau dibabtis oleh Yohanes. Juga adalah
suatu penghormatan Yesus terhadap posisi dan tugas orang lain. Yesus menghormati
Yohanes
sebagai pendahuluNya.
Dan Dia berkata kepada Pilatus: ”Kerajaanku bukan dari dunia ini, jika kerajaanku
dari dunia ini, pastilah hamba-hambaKu telah melawan, supaya aku jangan diserahkan
kepada orang Yahudi, (Johannes 28 : 36)
3. Yesusberanimenyatakankebenaran
Walaupun Yesus seorang yang rendah hati, loyal, kenal diri dari menghormati posisi
orang lain tetapi pada waktunya ; Yesus berani menyatakan kebenaran dihadapan siapa
dan kepada siapapun.
Misalnya :
Yesus berani mencela orang-orang Farisi. Dan Ahli-ahli taurat yang munafik. (lukas 11:
42- 47).
Yesus berani mengkritik dan menyindir. Orang-orang yang suka dihormati. (Luka 14 : 7-11)
Yesus berani memprotes orang menampar mukanya, walaupun hanya dengan kata-
kata (Yohanes 18 : 23) yang tegas
Yesus berani meluruskan perkataan Pilatus tentang kuasa ; kuasa itu datangnya dari
Allah (Yohanes 19 : 10-11)
Contoh-contoh diatas memberikan bukti bahwa Yesus bukan orang yang lemah
atau orang takut kepada kuasa di dunia, tetapi dia berani menyatakan kebenaran itu
kepada siapapun, namun caranya masih dalam etika yang dapat dipertanggungjawabkan.
Etika seperti inilah juga yang diajarkan oleh Paulus kepada teman sekerjanya
Timotius :
”BeritakanlahFirman,siapsedialahbaikatautidakbaikwaktunyanyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran (2 Timotius4:2).
d). Moralitas Kristen juga memperhatikan sopan santun
Dalam berinteraksi dengan pihak lain, orang Kristen juga adalah perlu
memperhatikan sopan santun dan adat-istiadat yang berlaku, agar orang Kristen dapat
berfungsi sebagai garam dan terang. Rasul Paulus pernah memberikan nasihat kepada
Timotius, bagaimana caranya melayani jemaat dengan sopan santun dan adat-istiadat
yang baik.
Paulus berkata : ”Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan
tegurlah dia sebagai Bapa, tegorlah orang-rang muda sebagai saudaramu”. Perempuan-
perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu, dengan
penuh kemurnian hormatilah janda-janda yang benar-benar janda (1 Timotius 5: 1-3).
Dari keseluruhan prinsip moralitas Kristen hal yang terutama ialah apa yang
dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat Korintus :”Segala sesuatu diperolehkan, benar
tetapi bukan segala sesuatu berguna ; segala sesuatu diperolehkan benar, tetapi bukan
segala sesuatu membangun. Apapun yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk
kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:23+31).
Moralitas Kristen harus berorientasi pada hal yang berguna, membangun dan
memuliakan Allah. Moralitas vertikal harus seimbang dengan moralitas horizontal.
Mengasihi Tuha Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap
kekuatan dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah merupakan dua sisi
yang tidak terpisah dalam moralitas kristiani.
III. Latihan
1. Rumuskan secara singkat apa makna moralitas secara umum [5 baris]
2. Daftarkantiga bentuk krisis moral di sekitarmu
3. Sebutkan pendapatmu ”mengapa terjadi krisis moralitas”.
4. Carilah dalam Alkitab : tiga contoh krisis moral.
IV. Kesimpulan Materi Kajian
1. Membicarakan moralitas ialah : Berdiskusi tentang bagaimana baik dan
bagaimana berbuat baik
2. Moralitas Kristen harus didasarkan dan dinilai pada iman Kristen seperti disaksikan
Alkitab.
3. Adat-Istiadat, kebiasaan hidup, tradisi dan falsafah hidup, dapat menjadi sumber moralitas
Kristen, asal sesuai dengan iman Kristen berdasarkan Alkitab
4. Moralitas Kristen berorientasi pada prinsip berguna, membangun, dan memuliakan
Allah, segala sesuatu boleh, asal berguna, membangun dan memuliakan Allah..
V. Tes Formatif
1. Buatlah rumusan singkat, padat dan tepat, Pebedaan pokok moralitas Kristen
dan moralitas non Kristen
2. Buat pendapatmu, bagaimana mencegah terjadinya krisis moral pada dirimu.
BAB IV
MASYARAKAT
V. Test Formatif
BAB V
IPTEKS
.
I. Latar Belakang Masalah
- Sesungguhnya Tuhan Allah memberi kemampuan kepada manusia untuk menggunakan
dan mengembangkan IPTEKS, tujuanya adalah untuk kesejahteraan manusia dan untuk
kemuliaan Allah.
- Tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa penggunaan dan pengembangan IPTEKS sering
bertolak belakang dari tujuan Mulia itu. Kenyataan, penggunan dan pengembangan
IPTEKS, justru merusak kehidupan manusia itu sendiri dan melecehkan kemuliaan Tuhan.
- Mahasiswa sebagai insan calon ilmuwan, tehnolog dan seniman sangat dimungkinkan
terjebak dalam kemerosotan penggunaan dan pengembangan IPTEKS itu, maka perlu
diantisivasi dari sudut iman Kristen. Bagaimana mencegah, supaya mahasiswa tidak jatuh
pada kemerosotan tersebut.
- Kajian ini sangat penting, agar mahasiswa terhindar dari sikap yang menggunakan
IPTEKS di satu pihak, dan dipihak lain agar mahasiswa tidak apriori tehadap penggunaan
dan pengembangan IPTEKS Modern.
II. Kajian Materi
A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni adalah sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia. IPTEKS tidak dapat di pisahkan dari kehidupan
manusia. Allah pencipta, telah memberikan akal budi kepada manusia, sehingga di
mungkinkan manusia menggunakan dan mengembangkan akal budinya.
Penggunaan dan pengembangan akal budi secara teliti, teratur dan terarah oleh
manusia menghasikan ilmu pengetahuan. Kemudian dengan hasil ilmu pengetahuan itu
manusia menciptakan cara baik berupa alat-alat atau perkakas maupun dengan
teknik/metode maka itulah yang disebut Teknologi.
- Teknologi itu dibutuhkan manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
- Teknologi dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan, untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, perkembangan teknologi
sejalan dengan perkembangan masalah.
- Manusia juga memiliki perasaan. Perasaan itu perlu diungkapkan melalui berbagai cara.
- Perasaan yang diungkapkan itulah yang disebut seni. Manusia membutuhkan cara
mengungkapkan perasaan.
- Perasaan itu diungkapkan melalui suara, disebut seni suara ; yang dingkapkan melalui
alat bunyi disebut seni musik ; sedangkan perasaan yang diungkapkan melalui gerak
disebut
seni tari ; perasaan yang diungkapkan melalui pahatan,ukir disebut seni pahat atau seni
ukir.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
adalah hasil dan proses kehidupan manusia. Manusia itu sendiri yang menghasilkan
IPTEKS.
Carakerjaotakkanan: Carakerjaotakkiri:
1. Logis / Verbal 1.Intiutif dan kreatif
2. Berkaitan dengan kata 2. Berkaitan dengan gambar
3. Berkaitan dengan bagian spesifik .Berkaitan dengan keseluruhan
dan hubungan
antar bagian
4. Analisis (menguraikan) 4. Sintesis (menggabungkan)
5. Berfikir berurutan 5. Berfikir serentak / keseluruhan
6. Terikat dengan waktu 6. Bebas waktu
Menurut Covey bahwa pada setiap manusia terjadi dominasi dalam kerja otaknya.
Jika otak kirinya dominan maka dia cenderung ahli pada eksakta (IPA-MATEMATIKA),
tetapi jika otak kanannya dominan maka dia cenderung ahli filsafat, sosial seni dan
theologia. Agar cara kerja otak lebih cemerlang maka dianjurkan penggunaan keseluruhan
otak secara seimbang.
Kemampuan nalar (otak) manusia dari sudut Ilmu kependidikan sering dikategorikan
sebagai barikut :
1. Kemampuan mengingat
2. Kemampuan mengerti
3. Kemampuan menerapkan
4. Kemampuan menguraikan
6. Kemampuan mengevaluasi
Jika seseorang mampu menggunakan potensi otak ini secara keseluruhan maka dia
menjadi seorang ilmuwan yang berwawasan luas.
3. Cari 5 ayat Alkitab yang berkaitan dengan penggunaan IPTEKS dalam kehidupan.
BAB VI
BUDAYA
1. Topik kajian ini perlu dibahas untuk memberikan pemahaman yang luas tentang
pengertian kebudayaan. Ada pemahaman yang hanya mengartikan kebudayaan
sebagai kesenian atau adat-istiadat. Pengertian itu tidak salah : tetapi kebudayaan
lebih dari sekedar kesenian atau adat-istiadat, kebudayaan dapat dipahami dari
berbagai sudut pemahaman.
Misalnya : seorang petani mengerjakan tanahnya supaya memberi hasil, kegiatan pertanian
adalah kebudayaan.
- Peradaban
Berasal dari bahasa Arab : Adab artinya kesopanan, kehalusan, kebaikan, budi pekerti.
Bertitik tolak dari kata adab, peradaban, maka kebudayaan adalah suatu perilaku hidup
yang sopan, halus, dan baik adalah orang-orang yang berbudaya
- Kebudayaan
Berasal dari bahasa Sansekerta : Budaya kata jamak dari budi yang artinya : roh atau akal.
Jadi kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh roh, akal (budi) manusia.
- Carahidup
Kata cara berasal dari bahasa Sansekerta berarti : Laku, kelakuan. Cara Hidup adalah
segala sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan dan kemauan
manusia.
Dari beberapa istilah diatas dapat ditarik kesimpulan suatu rumusan bahwa
kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan
dan kemauan manusia.
Ilmu pengetahuan sebagai hasil pikiran manusia juga adalah kebudayaan. Teknologi
sebagai hasil kemauan berdasarkan pikiran dan pengalaman adalah kebudayaan.
Kesenian sebagai hasil perasaan yang diungkapkan melalui suara alat-alat musik,
gerakan, lukisan,
pahatan dan bahasa indah (sastra) adalah juga kebudayaan adat-istiadat dan kebiasaan
hidup sebagai cara hidup sehari-hari, juga disebut kebudayaan.
Wujud kebudayaan dapat bersifat materil dan dapat bersifat immaterial. Kebudayaan
berwujud materil misalnya : alat-alat perkakas, mesin-mesin serta teknologi ; termasuk
komputer. Sedangkan kebudayaan berwujud immaterial antara lain : adat-istiadat,
kebiasaan hidup, kesenian, sastra, musik, hasil ilmu pengetahuan filsafat dan lain-lain.
B. KRISIS KEBUDAYAAN
Yesus dimaksud dengan krisis kebudayaan ialah suatu keadaan/perilaku manusia
merosot dalam penerimaan, pemahaman, perbuatan, penggunaan dan penerapan
kebudayaan itu. Baik kemerosotan perilaku dalam menggunakan wujud budaya material
maupun kemerosotan perilaku dalam penerapan wujud kebudayaan immaterial.
Kemerosotan penggunaan wujud kebudayaan material misalnya : pemakaian bahan-
bahan radioaktif, bahan-bahan gas dan bahan-bahan pestisida yang tidak memikirkan
dampak negatifnya bagi kelestarian lingkungan hidup. Dan hanya ingin memenuhi
kebutuhan sementara dan mengatasi masalah secara instan dan pragmatis sehingga
terjadilah pencemaran udara, pencemaran air dan tanah yang mengganggu kehidupan
manusia.
Demikian juga pemakaian alat-alat dan teknologi canggih untuk tujuan-tujuan tertentu
tanpa mempertimbangkan tanggung jawab dan moral. Pengusaha-pengusaha besar
dengan mengandalkan alat-alat dan teknologi canggih dan mewujudkan ambisi dan
egoisnya, sehingga lingkungan hidup menjadi rusak atau musnah, terjadilah banjir dan
erosi yang mengakibatkan malapetaka bagi kehidupan manusia sedangkan kemerosotan
penerapan wujud kebudayaan immaretial misalnya : penyajian dan pementasan produk-
produk kesenian apakah itu seni musik, seni film seni drama, seni tari ataupun seni lukis,
dan lain-lain sering berubah menjadi penyajian perilaku-perilaku kekerasan , selera rendah,
erotis, pornoaksi, dan gaya hidup yang bertentangan dengan norma-norma adat dan
agama.
Demikian juga sebagai dampak penggunaan alat-alat dan media komunikasi
audio visual seperti : alat-alat telekomunikasi canggih, televisi, internet membuat
banyak orang jatuh pada gaya hidup boros, konsumeris, manipulatif, suka meniru-niru,
dan kehilangan jati diri.
Kita bisa merasakan bahwa terjadinya gaya hidup enteng pergaulan bebas,
pornografi, pornoaksi, tindak kekerasan, penyalahgunaan Narkoba dan lain-lain adalah
sebagai akibat dari pengaruh penerimaan dan penerapan wujud budaya yang salah.
Penerimaan dan penerapan budaya yang salah inilah yang disebut krisis kebudayaan.
Sebenarnya bukan alat-alat atau hasil-hasil IPTEKS itu salah, tetapi bagaimana manusia
itu memahami, menerima dan menerapkan kebudayaan itulah yang menjadi persoalan.
Kebudayaan sebagai hasil pikiran perasaan dan kemauan manusia tentunya harus
ditinjau dari hakekat manusia itu sendiri. Menurut iman Kristen terjadinya krisis
kebudayaan adalah berangkat dari merosotnya hakekat manusia itu sendiri.
C. SIKAP UMAT KRISTEN TERHADAP KEBUDAYAAN
Sebelum kita membicarakan sikap umat Kristen terhadap kebudayaan, perlu dulu
dilihat beberapa macam hubungan kebudayaan dengan agama. Verkuyl dalam buku :
Etika Kristen dan Kebudayaan (1982) menyadur pendapat Vander Lecuw, tentang
hubungan kebudayaan dengan agama.
Ada4tingkatanhubungankebudayaandenganagamayaitu:
a. Kebudayaan Dan Agama Sangat Erat Hubungannya.
Gejala ini dapat dilihat pada masyarakat primitif. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan
identik dengan agama. Jika kita amati dalam masyarakat primif, semua kegiatan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan dan kegiatan-kegiatan bersifat
agama.
b. Kebudayaan Tersendiri Disamping Agama.
Hubungan kebudayaan dengan dengan agama belum terputus, namun dalam
kegiatannya masyarakat sudah bisa membedakan mana kegiatan kebudayaan dan nama
kegiatan agama.
Kebudayaan ingin diakui keberadaannya secara bebas, disamping keberadaan agama.
Gejala ini dapat kita lihat pada masa pencerahan di Eropa dan pada aliranhumanisme.
c. Kebudayaan Memutuskan Hubungan Dari Agama
Artinya terjadi pertentangan antara kebudayaan dan agama. Kebudayaan
menganggap agama sebagai suatu keberadaan yang tidak masuk akal. Kebudayaan
melecehkan agama. Gejala ini kita lihat pada aliran-aliran sekularisme atheisme. Tetapi
dari pihak agama ada juga yang mencurigai dan menolak kebudayaan. Kebudayaan
dianggap menjauhkan diri dari kehendak Allah. Gejala ini kita lihat pada aliran-aliran
kharismatik.
d. Kebudayaan Dan Agama Mengalami Hubungan yang Dinamis
Artinya : adanya usaha untuk memulihkan hubungan keduanya. Disatu pihak adanya
kesadaran bahwa kebudayaan tidak dapat berjalan sendiri bertentangan dengan agama
dan dipihak lain agama tidak boleh selamanya mencurigai kebudayaan. Dan memang
agama tidak dapat terpisah dari kebudayaan.
Dari empat tingkatan hubungan ini, tentu agama Kristen atau iman Kristen menyadari
bahwa umat Kristen tidak mungkin memisahkan dirinya dari kebudayaan. Umat Kristen itu
sendiri turut berperan dalam menciptakan kebudayaan. Umat Kristen berdasarkan mandat
budaya yang diberikan Allah pada saat penciptaan seperti tertulis dalam kejadian 1 : 26-28
adalah merupakan landasan theologis untuk berperan dalam kebudayaan. Namun
demikian dalam sejarah gereja ada beberapa sikap yang ditunjukkan gereja atau Umat
Kristen terhadap kebudayaan.
Sikap-sikap itu diuraikan oleh H.Richard Niebur dalam bukunya Christ and Culture,
inti sari dari pendapat itu telah dituliskan Malcolm Brown Lee, dalam buku : Tugas manusia
dalam dunia milik Tuhan.
Ada5sikapumatKristen(gereja)terhadapkebudayaanyaitu:
a. Sikap Radikal (Menetang kebuyaan)
Dalam sejarah gereja, umat Kristen pernah bersikap menolak terhadap segala
sesuatu yang berkaitan dengan budaya. Mereka menganggap bahwa umat Kristen harus
memiliki Kristus ; bukan kebudayaan. Mereka mengambil nats1 yahonnes 2 : 15-16
sebagai dasar sikap menolak tersebut.
”janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang
mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa, tidak ada didalam orang itu, sebab semua yang
ada didalam dunia, yaitu : kekinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup
bukanlah berasal dari Bapa melainkan dari dunia.
Penganut sikap radikal ini menganggap bahwa orang yang setia kepada Yesus harus
menolak dunia dan kebudayaannya. Kelompok-kelompok yang mengikuti sikap ini dapat
dilihat pada gerakan-gerakan kerahiban dibiara-biara dan gerakan pietisme.
b. Sikap Akomodatif (Menyesuaikan diri)
Penganut sikap ini menyesuaikan diri dengan kebudayaan, mereka mencintai
Kristus, tetapi juga mencintai kebudayaan mereka tidak melihat ketegangan antara gereja
dengan kebudayaan, mereka menganggap Kristus sebagai milik kebudayaan atau Kristus
untuk kebudayaan. Disatu pihak mereka melihat kebudayaan dalam terang Kristus, tetapi
dipihak lain mereka melihat Kristus dalam terang kebudayaan. Mereka menyesuaikan
Kristus dengan kebudayaan.
c. Sikap Dominatif (Kristus diatas kebudayaan)
Penganut sikap ini menganggap Kristus berbeda dengan kebudayaan. Kristus
relevan kepada kebudayaan, tetapi Kristus berada diatas kebudayaan. Kebudayaan
berasal dari Allah dan dari manusia, karena itu kebudayaan perlu dilihat dalam terang ilmu
pengetahuan dan pernyataan Allah.
Kebudayaan itu suci tetapi sekaligus diwarnai oleh dosa. Tokoh utama penganut
sikap ini adalah : Thomas Aquino. Ciri khas penganut sikap ini adalah ”mereka
mempertemukan (sintesis). Unsur-unsur kebudayaan dengan unsur-unsur iman Kristen.
Aliran ini memahami kebenaran ada dua jenis yaitu : kebenaran-kebenaran kodratif
dan kebenara-kebenaran adikodratif. Kebenaran-kebenaran kodratif dapat diamati, dalam
kebudayaan sedangkan kebenaran-kebenaran adikodratif dapat dilihat dalam iman.
Kebenaran-kebenaran adikodratif lebih tinggi dari kebenaran-kebenaran kodratif artinya
iman lebih tinggi dari kebudayaan. Kristuslah yang menggenapi cita-cita kebudayaan.
d. Sikap Dualis (Kebudayaan dan Kristus Dalam Paradox)
Orang-orang dualis membagi dunia dalam dua macam kerajaan yaitu : Kerajaan
Rohani oleh Tuhan dan kerajaan gelap oleh iblis. Menurut sikap Dualis ”semua segi
kebudayaan sudah rusak keseluruhan, kebudayaan itu buruk, namun orang-orang dualis
mengerti bahwa mereka adalah anak-anak kebudayaan dan tidak dapat melepaskan diri
dari padanya. Orang-orang dualis berbicara dengan paradox-paradox. Mereka
menganggap dirinya sekaligus sebagai orang benar, dan orang berdosa (Simul Lutus Et
Peccator)
Menurut aliran ini , manusia berada dalam dua kerajaan yaitu kerajaan Allah dan
kerajaan masyarakat. Martin Luther adalah penganut sikap ini.
e. Sikap Transformatif : Kristus memperbaharui kebudayaan
Sikap ini melihat Kristus sebagai penebus yang memperbaharui masyarakat. Kristus
mentransformir masyarakat, menurut penganut sikap ini, Allah memberikan tanah, akal
budi dan kehidupan sosial kepada manusia.
Manusia perlu menanggapi pemberian Allah itu dengan : kegiatan bercocok tanam,
beternak, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga mengatur hidup
bermasyarakat. Berbudaya adalah kewajiban manusia yang baik, walaupun dapat
melakukan kewajiban itu dengan jahat. Penganut sikap ini berdasarkan sikap mereka pada
Yohannes 1 : 14, yang berbunyi
:”Firmanitutelahmenjadimanusiadandiamdiantarakita; artinya bahwa firman itu harus memperbaharui
manusia, firman itu harus memperbaharui kebudayaan.
Orang Kristen harus hidup dalam dunia dan memperbaharui dunia dengan
mentransformasikan nilai-nilai kristiani pada budaya. Demikianlah beberapa macam sikap
umat Kristen (gereja) terhadap kebudayaan dalam sejarah.
Sekarang bagaimana sikap itu ?
Sikap yang kita ambil adalah sebagai berikut :
a. Kita menolak kebudayaan yang bertentangan dengan iman
Firman Tuhan berkata :”Jangan ada padamu, Allah lain dihadapanku . jangan
membuat patung bagimu yang menyerupai apapun. Jangan sujud menyembah
kepadanya, atau beribadah kepadanya (Keluaran 20 : 3-5)
Berdasarkan Firman ini, umat Kristen harus menolak jika ada bentuk-bentuk
kebudayaan, apakah itu kebudayaan, adat-istiadat, kesenian atau tradisi-tradisi yang
memang menduakan Allah atau yang mengagungkan sebagai sumber berkat atau
kebahagiaan , maka kebudayaan seperti itu harus ditolak.
Misalnya : kebudayaan-kebudayaan tradisional yang harus kita tolak antara lain :
- Tradisi menghormati orang mati
- Kepercayaan meminta berkat kepada arwah
- Tradisi memberi makanan kepada arwah
- Kepercayaan pada benda-benda pusaka yang dapat memberi rejeki dan kesaktian
dan lain-lain.
Selain kebudayaan-kebudayaan tradisional, kita sebagai orang modern juga
berhadapan dengan budaya-budaya modern. Budaya modern pun tidak lepas dari
pencemaran dan kemerosotan nilai. Orang Kristen harus waspada terhadap bentuk-bentuk
budaya modern atau gaya hidup yang lagi trend antara lain :”Pergaulan bebas, free seks,
kawin cerai, pornografi, pornoaksi, tindak kekerasan, penyalahgunaan narkoba dan lain-
lain.
Firman Tuhan berkata :”Jangan berjinah, setiap orang yang memandang perempuan
serta menginginkannya, sudah berjinah dengan dia didalam hatinya (Matius 5 : 27-28)
Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Markus 10 : 9).
Kasihilah sesamamu manusia dan musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu (Matius 5 : 43-44).
Buanglah semuanya ini : marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang
keluar dari dalam mulutmu ( Kolose 3 : 8).
Dengan pedoman-pedoman Firman Tuhan, kita dapat membedakan mana
kebudayaan yang sesuai dengan iman Kristen dan mana kebudayaan yang bertentangan
iman Kristen. Kebudayaan yang bertentangan dengan iman Kristen harus kita tolak.
b. Sikap Dialektis Terhadap Kebudayaan
Kita tidak memakai istilah dualis karena paham dualis bukan paham Alkitabiah yang
komprehensip walaupun kita menyadari bahwa didalam dunia ini masih berkuasa iblis,
tetapi kerajaan itu tidak boleh kita anggap sebagai kerajaan yang sebanding dengan
kerajaan Allah. Iman Kristen menyaksikan bahwa kerajaan iblis sudah dikalahkan oleh
Kerajaan Yesus.
”Maut telah ditelan dalam kemenangan”. Hai maut dimanakah kemenanganMu ?, Hai
maut dimanakah sengatmu ?” ( I Korintus 15 : 54-55 ). Namun demikian, iman Kristen
mengajarkan supaya umat Kristen selalu waspada terhadap dunia, Yesus mengutus
murid- murid kedunia seperti domba ditengah-tengah serigala (Matius 10 : 16-17). Sikap
dialektis, maksudnya ialah sikap umat Kristen yang jujur dan apa adanya terhadap dunia
dan kebudayaan. Disatu pihak iman Kristen percaya bahwa setiap orang-orang yang
ditebus Kristus adalah orang kudus orang yang telah menerima kuasa dari Allah, tetapi
dipihak lain, karena umat Kristen masih hidup didunia ini, maka umat Kristen tidak terpisah
dari dunia ini. Umat Kristen juga masih terpengaruh dengan dunia ini.
Kita setuju dengan rumusan Martin Luther yang menyatakan :”orang Kristen disatu
pihak adalah orang-orang berdosa (Simuliustus Et Peccator). Oleh karena itu, orang
Kristen juga harus bersikap dialistis terhadap kebudayaan. Orang Kristen percaya bahwa
Tuhan Allah yang memberi mandat budaya kepada manusia (Kejadian 1 : 26 dan Kejadian
2 : 25).
Mandat untuk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena
itu kebudayaan adalah tugas dan tanggung jawab manusia.
Namun, karena manusia sudah jatuh berdosa, maka pelaksanaan mandat itupun
tercemar dan ternoda. Paulus berkata :”Tidak ada yang benar, seorangpun tidak, semua
sudah berdosa”(Roma 3 : 10-12).
Oleh karena itu, umat Kristen tidak boleh mengabaikan kebudayaan sebagai tugas
dan tanggung jawab yang diberikan Allah kepadanya, namun dipihak lain, kebudayaan itu
hanya sebagai alat yang tidak terlepas dari dosa. Orang Kristen tidak boleh
menggabungkan kebudayaan.
c. Sikap menggarami dan menerangi kebudayaan
Kita setuju bahwa sikap memperbaharui kebudayaan adalah lanjutan dari tugas
panggilan umat Kristen didunia ini. Umat Kristen terpanggil menjadi garam dan terang
dunia (Matius5:13-16). Kebudayaan baik bersifat material maupun yang bersifat
immaterial adalah termasuk bagian dunia yang harus digarami dan diterangi. Menggarami
kebudayaan dengan nilai-nilai kristiani adalah salah satu usaha memperbaharui dan
memperbaiki nilai-nilai kebudayaan itu sendiri.
Transformasi nilai-nilai ke-Kristenan ke dalam bentuk-bentuk budaya merupakan
pelaksanaan tugas panggilan umat Kristen didunia ini. Sedangkan menerangi kebudayaan
dengan nilai-nilai ke-Kristenan, maksudnya, mencegah agar kebudayaan jangan untuk hal-
hal yang tidak benar tetapi diarahkan untuk kegiatan-kegiatan memuliakan Allah dan
kesejahteraan manusia.
Umat Kristen terpanggil untuk menggarami dan menerangi kebudayaan dengan nilai-
nilai ke-Kristenan.
2. Karena manusia sudah berdosa, maka segala sesuatu yang dihasilkannya pun
tidaklah sempurna. Kebudayaan pun tidak terlepas dari akibat dosa. Oleh karena
itu setiap saat, kebudayaan juga harus diperbaharui, harus digarami dan diterangi
dengan nilai-nilai kristiani.
Umat Kristen juga tidak perlu bersikap apriori atau menolah secara radikal terhadap
bentuk-bentuk kebudayaan itu untuk diisi dengan nilai-nilai kristiani.
V. Test Formatif
1. Bagaimana umat Kristen bersikap yang benar terhadap bentuk-bentuk budaya tradisional?
2. Apakah anda setuju dengan kebudayaan barat ? Tuliskan pendapatmu !
BAB VII
HUKU
M
Idealnya hukum itu harus dipahami oleh masyarakat yang telah mengerti apa hak dan apa
kewajibannya dalam kehidupan bersama, tidak membuat kepatuhan pada hukum itu
menjadi beban bagi mereka. Dan orang-orang yang hidup patuh pada hukum tetapi berarti
itu sebagai beban atau paksaan, mereka malah orang-orang yang cerdas.
4) Hukum Juga Menertiban Kehidupan
Dietriech Bonnhoffer, menegatakan bahwa ” kebebasan tanpa kewajiban adalah
kekacauan, artinya jika aspek kebebasan saja yang utamakan, sedangkan kewajiban tidak
diutamakan, maka kehidupan akan menjadi kacau, tidak tertib. Kehidupan bersama
menjadi terib, jika masing-masing anggota masyarakat menyadari apa haknya, dan
melakukan apa kewajibannya. Hukum memang adalah untuk mengikiat manusia agar
hidup tertib, tetapi kehidupan hidup itu bukan karena paksaan, melainkan berdasarkan
pada kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
c. Fungsi Hukum Dalam Kehidupan
Jika kita telah membahas makna hukum dalam kehidupan itu berkaitan dengan arti
hukum secara hakiki. Tetapi membicarakan fungsi hukum dalam kehidupan maka
orientasinya ialah : fungsi hukum secara formal. Yang kita maksud dengan hukum secara
formal ialah UUD, Undang Undang, dan keputusan-keputusan badam negara misalnya :
Keputusan DPR, keputusan pemerintahan dan lain-lain.
Hukum dasar tertulis dan kitab-kitab hukum tertulis lainnya mempunyai fungsi dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Fungsi hukum tertulis itu adalah sebagai berikut :
1) Fungsi Integrasi artinya: Hukum tertulis menjadi faktor integratif, karena hukum (UU)
menjadi pegangan bersama dan diharapkan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan
konflik yang terjadi. Hukum menjadi sarana ”Conflictresolution”.
2) Fungsi kontrol artinya: Hukum (UU) menjadi alat untuk mengontrol perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
3) Fungsi Perekayasaan nilai : Artinya, hukum (UU) menjadi alat untuk merekayasa nilai.
Sebab hukum berisi nilai-nilai masih berbuat idealis. Dengan butir-butir nilai dalam hukum
(UU), cita-cita dalam kehidupan masyarakat dengan diwujudkan. Hukum menjadi acuan
nilai-nilai yang dicita-citakan. (Naskah Akaddemik : Rancangan UU tentang Kehidupan
Umat beragama, Departemen Agama Republik Indonesia,2002)
Ketiga fungsi hukum di atas harus dipahami secara komprehensif artinya fungsi
integrasi, fungsi kontrol, dan fungsi rekayasa itu bertujuan secara terpadu dalam
kehidupan sehari-hari.
B. PANDANGAN KRISTEN MENGENAI HUKUM
a. Manusia Hidup Berdasarkan Hukum
Sepintas menurut Alkitab, hukum itu hanyalah berupa perintah-perintah dan tuntunan
Allah. Kitab perjanjian lama yang didominasi oleh hukum Taurat, banyak berupa perintah-
perintah dan titah-titah Allah.
J. Verkuyl mengatakan hukum Taurat adalah pengumuman tuntutan-tuntutan Allah
kepada manusia. Rasul Paulus sendiri berkata kepada orang Kristen bahwa ” Kamu tidak
berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia,” (Roma 6:14). Semua orang
yang hidupdari pekerjaan hukum Taurat berada dibawah kutuk; sebab ada tertulis
”Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulisdalam kitab
hukumTaurat”(Galatia 3:10). Kesannya bahwa hukum Taurat hanyalah berisi daftar
kewajiban manusia. Tetapi jika menyimak keseluruhan isi Alkitab baik kitabPerjanjian Lama
maupun kitab Perjanjian Baru. Hukum-hukum Tuhan itu tidak semata-mata berupa
tuntunan-tuntunan yang harus dilakukan oleh manusia, melainkan juga berisi janji-janji dan
hak kebebasan manusia dihadapan Allah. Kewajiban-kewajiban dan hak kebebasan adalah
kebutuhan manusia.
Menurut kitab Kejadian1- 3. Pada waktu Allah menciptakan manusia pertama, Adam
dan Hawa; Allah serta merta memberikan hak dan kewajiban kepada manusia. Allah
sudah menetapkan hukum bagi manusia pertama.
Allah sudah menggariskan kepada manusia apa-apa yang dapat dilakukan dan apa
yang dapat dinikmati (sebagai hak kebebasan). Dan Allah juga sudah menggariskan apa-
apa yang tidak dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dimakan oleh manusia
(Kewajiban).
Hak kebebasan Manusia
pertama (1). Mengusahai
ciptaan lain
(2). Beranak cucul-bertambah banyak
(3.). Memakan tumbuh-tumbuhan berbiji dan pohon-pohonan yang berbuah berbiji.
BAB VIII
POLITI
K
1. Politik adalah segala rencana, usaha dan tindakan kegiatan untuk memelihara
dan mengelola negara yang tujuannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
2. Politik tidak identik dengan pelayanan Kriten, tetapi pelayanan Kristen juga
meliputi aspek politik.
4. Bentuk partisipasi politik orang Kristen yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Menjadi garam dan terang dunia politik
b. Bersaksi, Bersekutu, dan Melayani dalam politik
c. Mendoakan Raja (penguasa) dan Negara
d. Menjadi pekerja Sosial, Pecinta lingkungan
e. Aktivis politik dan ikut partai politik
IV. Latihan Mahasiswa
2. Poin-poin apa yang anda tidak setujui dari pembahasan materi? Sebutkan !
(kritik anda).
BAB IX
KERUKUNAN
I. Latar Belakang Masalah
1. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang beragama sering tidak dapat memisahkan
diri dari pergaulan dengan orang-orang beragama lain. Dan malah dalam pergaulan itu
terjadi interaksi yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi.
2. Khusus di negara Republik Indonesia, rakyatnya yang terdiri dari berbagai suku dan
agama, tentu membuat orang perlu mendalami bagaimanakah sikap di dalam bergaul
dengan sesama bangsanya yang beragama lain.
3. Ada dua pemahaman umat beragama tentang sikap, terhadap agama
lain: Yang Pertama : ”Hanya agama saya yang benar ; agama lain tidak”.
Yang Kedua : ”Semua agama adalah benar, karena semua agama menuju Allah, hanya
caranya yang berbeda-beda”.
4. Iman Kristen tidak menganut kedua pemahaman tersebut
: Alasannya:
Pemahaman pertama, menimbulkan sikap superior dan apriori terhadap umat yang
lain.
Pemahaman kedua, menimbulkan sikap kompromi dan munafik dalam kehidupan
umat beragama terhadap umat yang lain.
5. Umat Kristen dalam pergaulannya dengan umat beragama sangat mendambakan
hidup yang rukun, pemazmur dalam Mazmur 133 : 1 menyerukan : ”sungguh,
alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan
rukun”.
Tetapi yang menjadi permasalahan ialah : Bagaimana konsep Kristen tentang hidup
yang rukun itu ; kerukunan yang bagaimana yang harus diterapkan oleh umat Kristen
terhadapa umat beragama lain!
6. Kajian ini sangat penting bagi mahasiswa Kristen, agar terhindar dari sikap superior
dan apriori terhadap umat beragama lain, disatu pihak juga agar tidak terjebak pada
sikap kompromis palsu dan munafik dipihak lain.
Fanatisme yang ekstrim adalah sama bahayanya dengan sikap munafik yang
tidak ada pendirian.
Maka dalam program toleransi beragama, prinsip yang dianut adalah bahwa
setiap penduduk dijamin kemerdekaannya memeluk agama dan kepercayaan, serta
diberikan kebebasan melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-
masing. (UUD 1945 pasal 29 : 2) Misalnya, seorang yang beragama Kristen bila
berdoa pada suatu upacara nasional, sesuai dengan toleransi beragama, tidak harus
segan atau takut menyebut nama Yesus Kristus dalam doanya.
Apabila orang Kristen mengatur doanya sedemikian rupa, agar orang lain yang
tidak seagama dengan dia tidak tersinggung dengan isi doanya, maka tindakan yang
demikian tidak lagi ditoleransi beragama, melainkan sudah berubah menjadi toleransi
beriman. Masalah doa adalah masalah iman. Namun sebelum orang Kristen
memimpin doa pada suatu upacara nasional, terlebih dahului dia mengajak hadirin
agar berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Inilah yang disebut
toleransi beragama. Masing-masing pemeluk agama dan kepercayaan harus saling
menghargai dan menghormati sikap beragama orang lain.
E. KEBENARAN YANG UNIVERSAL MENURUT KRISTEN
Dalam injil Yohannes 14 : 6 ”Yesus berkata kepada muridNya” Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku. Pernyataan ini sering dipergunakan orang Kristen untuk menjelaskan
bahwa satu-satunya jalan agar bisa sampai kepada Bapa di sorga ; seseorang harus
lebih dahulu melalui Yesus. Pengertian ”Melalui Yesus,” diidentikkan dengan ”Menjadi
Kristen” Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang menamakan dirinya pengikut
Kristus, disebut sebagai ”Tubuh Kristus”.
Pengidentikan Yesus Kristus dengan Gereja berkembang menjadi pokok ajaran
bahwa ”Gereja adalah Jaminan Keselamatan”. Doktrin ini sampai pada abad sebelum
konsili Vatikan II, tahun 1962, masih dominan dalam ajaran Gereja Katolik Roma. Baru
pada Vatikan II, sikap Gereja Katolik sudah lebih terbuka dengan nilai-nilai di luar
Gereja.
Anggapan bahwa Gereja sebagai satu-satunya jalan menuju Bapa di sorga,
mendorong orang-orang bersikap superior terhadap orang-orang yang bukan Kristen.
Sikap superior orang Kristen ini pada gilirannya akan berkembang menjadi
membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain.
Memahami pernyataan Yesus kepada Muridnya ; dalam Yohannes 14 : 6 ”bahwa
Dialah jalan, kebenaran dan hidup. Dialah satu-satunya jalan menuju Bapa di sorga,
selayaknya tidak cenderung mempersempit kebenaran Yesus Kristus. Pengidentikan
Yesus Kristus dalam kebenaran Gereja secara instusional, justru membatasi kehadiran
dan kebenaran Yesus Kristus pada tembok Gereja saja. Dalam rangka mengerti
Kristus yang universal ; tidaklah tepat membatasi kehadiranNya hanya pada agama
dimana Dia dikenal.
R Panikkar, seorang theolog Katolik India pernah mengatakan bahwa ”Kita tidak
dapat membatasi kehadiran Kristus pada suatu tokoh historis. Berbuat demikian berarti
semata-mata menolak ke AllahanNya.
Dalam hal ini R. Panikkar mau mengartikan Kristus yang universal dari segi
Theosentris. Kristus secara nyata telah muncul dalam sejarah dan juga nyata dalam
daging. Namun pada mulanya Dia adalah Firman, dan Dia bersama-sama dengan
Allah, dan Dia adalah Allah (Yohannes 1 : 1+14). Orang Kristen yang dikenal sebagai
pengikut Kristus tidak menjadi objek tersendiri dari Kristus yang universal. Kristus juga
adalah perbuatan Allah, atau Kristus adalah Allah.
Dari Yohannes 1 : 14 dapat dimengerti bahwa Allah telah menyatakan diriNya
diantara manusia telah melihat kemuliaanNya. Selanjutnya dalam Yohannes 1 : 18
dikatakan lagi, Bahwa Anak Tunggal Allah yang ada dipengakuan Bapa, yaitu Yesus
Kristus, dialah yang menyatakanNya. Oleh Niftrik – Boland, dalam bukunya
”Dogmatika Masa Kini” (1967) menjelaskan bahwa pernyataan itu adalah perbuatan
Allah. Allah bukan hanya berada saja ; Ia bukan suatu kebenaran yang bugil, yang
tidak bergerak Ia adalah Allah yang bertindak. FirmanNya serentak merupakan
perbuatanNya.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : ”Kristus adalah puncak
(pusat) pernyataan Allah dan perbuatan Allah, perbuatan Allah adalah kebenaran
Allah. Kebenaran Allah hadir bagi seluruh ciptannNya. Maka kebenaran itu tidak dapat
dibatasi hanya di dalam tokoh Yesus dari Nazareth, ataupun di dalam institusi Gereja
yang formal ; melainkan dia bebas dan tidak terikat.
Pemikiran ini tidak mengecilkan artinya keberadaan Gereja Kristen sebagai
Tubuh Kristus; melainkan dengan pemikiran ini umat Kristen dapat memahami bahwa
kebenaran Allah adalah universal, melampaui batas/ukuran manusia
Dipihak lain juga harus disadari, bahwa kebenaran Yesus Kristus sebagai Firman
Allah, dan sebagai Allah sudah ada sebelum Yesus Nazareth ada. Kebenaran ini
sering disebut ”Pre-Existence”, artinya inti kebenaran Kristus sudah ada sebelum
seorang bayi Yesus Nazareth lahir didunia. Atau lebih jauh lagi, sebelum dunia
diciptakan Dia sudah ada, karena segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Yohannes 1 -3a)
Kristus adalah universal maka kebenaran juga adalah universal.
F. SIKAP KRISTEN TERHADAP AGAMA LAIN
Untuk menghargai dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, maka sikap
yang perlu dikembangkan umat Kristen ialah sebagai berikut :
a. Sikap Kreatif dan Kritis
Sikap orang Kristen yang kreatif dan kritis dalam kehidupan sehari-hari sangat
relevan dengan suasana dan kondisi yang sedang membangun. Sikap kreatif dan kritis
dalam pergaulan adalah menunjukkan kehidupan yang dewasa dan
bertanggungjawab.
Disatu pihak orang Kristen harus mampu menghayati dan mengamalkan imannya
sesuai dengan kasih Kristus ; dan di pihak lain orang Kristen harus harus mampu
orang
-orang bukan Kristen.ngan teman
Dalam pergaulan orang Kristen sehari-hari, baik deteman seiman maupun
dengan orang-orang bukan Kristen Rasul-Paulus, memberikan sikap ; yaitu agar orang
Kristen sudi memberitakan dan mengajarkan Firman Tuhan ; dan lebih dari itu orang
Kristen juga diminta agar mau menegor orang lain ; asal cara menegor itu dengan
penuh hormat dan kasih (I Timotius 4 : 11 ; 5 :1-2).
Sikap kreatif dan kritis, tidak membuat orang Kristen mengasingkan diri dari
pergaulan dengan orang-orang bukan Kristen. Dan juga tidak membuat orang Kristen
hanyut dalam pergaulan yang menghilangkan identitasnya. Kreatif berarti mampu
memberikan darma baktinya untuk kepentingan orang lain sedangkan kritis artinya
orang Kristen mampu bersaksi dan membela kebenaran dan kebaikan di dalam
pergaulannya.
Disatu pihak orang Kristen menjadi orang yang, disukai semua orang (Kisah
Rasul 2 : 47). Tetapi sekaligus juga orang Kristen menjadi kebencian bagi dunia
sekitarnya (Yohannes 15 :8-19).
Mengapa orang Kristen disukai Kristen semua orang? Tentu karena orang
Kristen memberikan sikap yang kreatif dan positif terhadap orang lain. Demikian juga
mengapa orang Kristen dibenci dunia sekitarnya ; ialah karena status mereka bukan
dari dunia, melainkan Tuhan sudah memilihnya agar menjadi saksi yang kritis dan
benar.
b. Sikap Dialogis dan Simpatik
Selain sikap kreatif dan kritis, orang Kristen juga perlu memelihara sikap dialogis
dan simpatik terhadap orang-orang beragama lain. Menyaksikan iman Kristen bagi
orang-orang non Kristen harus mampu mendengar dan memberikan perhatian
terhadap iman orang lain yang beragama lain melalui sikap dan simpatik orang Kristen
dapat mendengar kepada iman agama-agama lain.
Huston Smith, 1958 dalam bukunyya ”The Regions of men : mengatakan bahwa :
didalam mendekati orang-orang non Kristen, Gereja pertama-tama harus mendengar
kepada iman kepercayaannya, tetapi juga harus mendengar kepada iman-iman
kepercayaan agama lain. Kita harus mendengar kepada mereka, karena persekutuan
masa kini tidak akan terjadi jika hanya dengan suatu tradisi, sebab setiap hari dunia
berkembang”. Sehingga kita tidak dapat hanya mempertahankan tradisi kita.
Alasan lain dari Smith, untuk menganjurkan mendengarkan kepada iman
kepercayaan agama lain ialah bahwa : dengan pengertian kita akan tradisi dan iman
agama lain, itu dapat menuntun kepada kasih ; atau sebaliknya, dengan kasih kita
dituntut untuk mengerti mereka”.
Apa yang dikatakan Smith untuk mendengar kepada iman-iman kepercayaan
agama lain, bukanlah suatu sikap pasif melainkan suatu sikap aktif dari umat Kristen.
Sikap aktif ini dapat diwujudkan dalam dialog dan penuh simpatik terhadapa agama
lain. Melalui sikap dialogis dan simpatik ini, orang Kristen telah mengutamakan
komunikasi dua arah : toleransi dan perkembangan pemikiran dalam pergaulannya
dengan orang-orang beragama lain. Pada tanggal 16-25 Maret 1970 di Ajaltoun
Libanon, Dewan Gereja Dunia (BGD) telah mengadakan suatu dialog antara orang-
orang beriman (J. Samrtha : dalam bukunya terbitan WC.C. ”Dialoque between men of
faith, hal. 107- 117)”. Peserta dialog tersebut terdiri dari 3 (tiga) orang Islam 3 (tiga)
orang Hindu, 4 (empat) orang Budha dan 24 (dua puluh empat) orang Kristen. Mereka
berasal dari negara yang berlainan, yang diundang secara pribadi oleh DGD.
Dari hasil dialog itu terdapat beberapa perbedaan pendapat, namun tidak
nampak adanya perselisihan diantara sesama peserta. Dari kesaksian-kesaksian para
peserta dialog itu, diperoleh kesan bahwa dialog merupakan bukti adanya kejadian
persekutuan yang menimbulkan penghargaan. Dialog membawa umat beragama
kepada suatu dimensi baru dalam pengalaman bertheologia.
Pada umumnya peserta dialog Ajaltoun itu mengakui bahwa kegiatan dialog
seperti itu akan membuktikan atau memberikan dampak positif dan kreatif bagi
umat beragama.
1. Tuliskan satu contoh kasus ketdak rukunan intern umat Kristen dan cari
penyebabnya (misalnya : di HKBP, GKPI, GMI, GBKP,GKPS, GPdI dan lain-
lain).
2. Tuliskan satu contoh kasus konflik antar agama di Indonesia, dan cari
penyebabnya.
Tuliskan satu contoh konflik antara sekelompok umat beragama dengan pemerintahan
di negara RI dan cari penyebabnya.
1. Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial yang sangat
dibutuhkan dalam rangka pembangunan bangsa, negara dan masyarakat.
2. Iman Kristen mengakui bahwa kenearan yang universal itu tidak dibatasi oleh
tembok agama, maka umat Kristen terpanggil menghargai dan memelihara
kerukunan hidup umat beragama, dengan sikap kreatif, kritis, dialogis dan
simpatik.
PEMBANGUNAN
I. Latar Belakang Masalah
2. Agar terciptanya Negara yang teratur dan sejahtera.untuk mendukung hal itu
gereja juga harus ikut serta berpartisipasi didalam membangun Negara yang
aman dan sejahtera.
Agama Akan dapat mengembangkan peranan yang positif, kreatif, kritis dan
realitas dalam pembangunan atau tidak jika agama mendapat dukungan.Peranan
agama dalam pembangunan hanya dapat berkembang secara positif, kreatis dan
realistis, apabila perenan itu didukung dan didorong serta diarahkan oleh pemikiran
theologi dari agama yang bersangkutan.
Gereja tidak dapat diidentikkan dengan kekuatan sosial politik, tetapi gereja
senantiasa terpanggil untuk mengupayakan agar semua kekuatan social politik
berjuang bagi terwujudnya keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan dalam
kehidupan bangsa.
a. Dari segi tanggung jawab untuk mengelola, memelihara dan melestarikan ciptaan
Allah (kej 1:26-28; Mazmur 8)
b. Dari segi pemberitaan injil, untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yang
telah datang, telah berada diantara kita dan sedang dinantikan kegenapannya dalam
“langit yang baru dan bumi yang baru, dimana terdapat kebenaran ” (2 Petrus 3:13).
Dalam hubungan ini sidang raya VII DGI pematang siantar (1971) menyatakan “gereja
disuruh kedalam dunia untuk memberitakan injil yesus kristus” dan konsultasi
pekabaran injil tanggal 6-8 Juni 1944 di Sukabumi menyatakan bahwa PI merupakan
bagian dari misi gereja yang bertujuan memanusiakan manusia berlandaskan misi
Allah dalam Yesus Kristus.
Ajakan dan harapan dari negara pancasila agar semua warga Negara dan
semua golongan dan berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam pembangunan
nasional atas dasar hak dan kewajiban yang sama, antara lain diungkapkan dalam hal-
hal lain :
b. Pasal 1:2 UUD 1945 mengatakan bahwa: kedaulatan adalah ditangan rakyat…”
2. Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
d. GBHN 1993 menegaskan bahwa “berhasilnay pembanguna nasional sebagai
pengalaman pancasila tergantung pada peran aktf masyarakat serta pada sikap
mental, tekad dan semangat serta keadilan dan disiplin para penyelenggara Negara
serta seluruh rakyat Indonesia. sehubungan dengan itu, semua kekuatan politik
organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya perlu menyususn
program menurut fungsi dan kemapuan masing-masing dalam rangka melaksanakan
GBHN ini”.
I. Tantangan internal
Gereja/ pendidikan Kristen semakin disadarkan bahwa penyiapan SDM adalah sangat
penting.Saat ini kita merasakan bahwa kita masih kekurangan SDM. Misalnya,
gereja/PGI memberikan beasiswa tapi ajab kali beasiswa itu belum dikaitkan dengan
antisipasi kebutuhan sati budang studi dimasa depan dalam rangka kesaksian dan
pelayanan.
b. Pengorganisasian
Pentingnya yayasan pendidikan Kristen memiliki relasi yang secara jelas kepada
gereja, karena gereja akan memberikan visi teologis atau pandangan teologisnya.
Disamping itu, perlu diperbuat profesionalisme mengurus yayasan , kepala sekolah
atau guru-guru.
Belum adanya kesatuan visi teologis, misalnya tentang visi tentang sekolah
Kristen.Ada yang mengatakan bahwa visi sekolah Kristen adalah Alat pekabaran
injil.PGI memahami sekolah Kristen atau rumah sakit Kristen/ rumah sakit Kristen
merupakan sarana kesaksian dan pelayanan serta bentuk pelibatan gereja dalam
pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila.
d. sikap minority complex atau merasa diri sebagai minoritas dalam segala hal menjadi
suatu beban psikologis yang dapat menghambat perkembangan.
a. Bidang ekonomi
b. Bidang pendidikan
IV. Refleksi
Wilardjo, Like, "Ilmu dan Agama di Perguruan Tinggi : dipadukan atau dibincangkan?" DalamJurnalWaskita,Vol,I,No.1,
April 2004
Ali, Mohammad, PendidikanUntukPembangunanNasional,Jakarta:
Sumber lain:
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pembangunan-nasional-