Anda di halaman 1dari 18

6 sasaran keselamatan pasien

rumah sakit
K E LO M P O K 3 :
1. A N I SA R A HMAWATI
2. DI A H AYU
3. I S R I A E N I N UG R A HA
4. K A RT I KA P E R MATA YODA
5. N U R U L A MA L IA
6. R A DE N R I MA JA N UW ELDA
7. S HEA N AG AT HA M
8. S I T I E N DA H M
9. T R I P UJA AG USTINA
1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Bandingkan dengan
Identifikasi klien menggunakan
gelang pasien
minimal 2 dari 3 identitas,
yaitu :
1. Nama pasien (sesuai ktp)
2. Tanggal lahir pasien
3. Nomer rekam medis
Cara Identifikasi Pasien
1. Untuk pasien rawat jalan
pertanyaan terbuka menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien.
contoh : “ bisa bapak/ibu sebutkan nama dan tanggal lahir bapak/ibu?”
cocokan dengan karcis berobat yang dipegang oleh pasien atau pengantar pasien.
2. Untuk pasien rawat inap
berikan pertanyaan terbuka menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien.
contoh : “bias bapak/ibu sebutkan nama dan tanggal lahir bapak/ibu?”
cocokan dengan gelang identitas yang dipakai oleh pasien.
2. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi antar petugas :

Komunikasi verbal

Melaporkan kondisi pasien dengan


SBAR ( Situation – Background –
Assesment – Recommendation)

Tulisan dapat dibaca

Bila perlu dieja


Contoh cara melapor ke dokter dengan
menggunakan komunikasi SBAR
SITUATION ( S ) :
Saya Anisa/ perawat RS hermina, melaporkan pasien nama Ny. Aisyah. Perempuan.
Umur 20 tahun dirawat di ruang dahlia kelas 2a. Tiba tiba mengalami sesak nafas. Juga
mengeluh nyeri dada dan batuk darah. Saturasi 02 menurun 88% diruangan, RR: 24x/menit, N:
90x/menit, TD: 85/50 mmHg.

Background ( B ) :
Ny. Aisyah telah dirawat 3 hari yang lalu mendapat infeksi paru-paru( pneumonia ). Telah
diberikan antibiotic ceftriaxone 1gr/12jam IV, KU sebelumnya normal dan infus RL terpasang 20
tpm.
LANJUTAN..
Assesment ( A ) :
Ny. Aisyah, mendapat infeksi paru-paru, sejak saat dirawat tanda vitalnya stabil
kemudian tiba-tiba menurun, sesak nafas dan batuk darah, dia belum mendapat profilaksis
venous thromboembolism. Saya tidak tahu kenapa ini terjadi dan saya khawatir dengan
kondisinya.

Recommendation ( R ) :
1. Perlukah diberikan oksigen memakai sungkup?, Berapa L/ menit?
2. Perlukah diganti cairan infus?, cairan apa?, dan berapa kecepatannya?
3. Perlukah diberikan heparin?
4. Perlukah diperiksa darah rutin, analisa gas darah, dan foto thorax?
5. Saya harap dokter dapat segera datang
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai ( High Alert )
1. sosialisasikan dan tingkatkan kewaspadaan obat • Benar Pasien
LOOK ALIKE dan SOUND ALIKE ( LASA ) atau nama • Benar Obat
PRINSIP • Benar Dosis
obat rupa mirip (NORUM) disimpan berjauhan. 7 • Benar Kadaluarsa
BENAR
• Benar Waktu
• Benar Cara
• Benar Dokumentasi
2. terapkan double check

3. perhatikan agar obat High Alert berada di tempat


yang aman dan berlabel (tidak boleh disimpan di
ruang perawatan), kecuali di depo farmasi, IGD, kamar
bersalin, kamar bedah, HCU, ICU, CVCU.
Sound/look Alike Drug Names
Hydralazine Hydroxyzine vinblastine vincristine

cerebyx celebrex chlorpropamide chlorpromazine


4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi
A. sebelum dilaksanakan operasi terapkan
pengisian checklist keselamatan operasi untuk
memastikan:
• Tepat pasien
• Tepat prosedur
• Tepat daerah/ lokasi operasi

B. Berita tanda pada sisi operasi ( surgical site


marking ) yang tepat dengan cara yang jelas ,
dimengerti dan libatkan pasien dalam hal ini
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait
Pelayanan Kesehatan
1. Telapak Tangan
 Lama cuci tangan :
2. Punggung Tangan  HAND RUB :20-30 DETIK
 HAND WASH : 40-60 DETIK
3. sela-sela jari

4. Punggung jari-jari (gerakan mengunci)

4. Sekeliling ibu jari (putar-putar)

5. Kuku dan ujung jari (putar-putar)


6 Waktu cuci tangan (six moments)

Setelah melepas
6 Handscoon
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
 Pasien sebaiknya dinilai risiko jatuh :
 Saat pendaftaran
 Saat transfer dari unit satu ke unit lain
 Setelah pasien jatuh
 Reguler interval. Bulanan, dua minggu atau
harian

 Setiap pasien yang akan masuk RS, dinilai risiko jatuhnya dengan
menggunakan form penilaian risiko jatuh
 Tempelkan stiker kuning pada gelang identitas pasien
Lanjutan…
Skala risiko pasien jatuh :

1. Penilaian risiko jatuh pada anak/pediatri dengan skala risiko jatuh Humpty dumpty

( 21 tahun )

2. Penilaian risiko jatuh pasien lanjut usia atau geriatri skala Sydney (> 45 tahun )

3. Penilaian risiko jatuh pada pasien dewasa morse fall scale (> 21 -45 tahun )

4. From pencegahan pasien risiko jatuh


Contoh Komunikasi Antara Anggota TIM
Komunikasi antara tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim anggota
kesehatan yang satu dengan yang lainnya, yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien.
Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan dokter, komunikasi antara perawat
dengan perawat, komunikais antara perawat dengan tenaga ahli respiratorik, komunikasi antara perawat
dengan farmasi dan komunikasi antara perawat dengan ahli gizi, sehingga akan menimbulkan tindakan
kolaborasi antar anggota tim kesehatan.
A. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter

Hubungan antara perawat dengan dokter


B. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan
Dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan
dalam berbagai bentuk.
terutama sesama perawat sangatlah penting.
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana
Contoh : Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru
tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan
saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan
perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau
dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
begaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu
komunikasi antara perawat dengan dokter dapat
Contohnya : pada saat menerima pasien
terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu
baru dari IGD untuk di berikan perawatan lebih lanjut
peran perawat adalah memberikan data pasien
di ruang rawat inap, Maka antara perawat A dan
meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari
perawat B akan menjalin komunikasi.
pasien, dan data penunjang seperti hasil laboraturium
sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti
mengenai penyakit pasien.
D. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
C. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Terapi
Respiratorik Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk dan mendistribusikan obat-obatan. Perawat memiliki
memberikan pengobatan yang dirancang untuk peran yang utama dalam meningkatkan dan
peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. mempertahankan dengan mendorong klien untuk
Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat
dalam bentuk kolaborasi. harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis
Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) yang tepat dan efek samping dari semua obat-obatan
lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam
Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara buku referensi standar seperti buku-teks atau formula
bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada
rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. ahli farmasi.

Contoh : Perawat merawat seseorang yang Contoh : ketika perawat mengamprah obat di apotek
mengalamai PPOK dan merujuk klien tersebut pada maka antara perawat dengan apoteker akan menjalin
ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk komunikasi. Perawat akan meminta obat sesuai
menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar dengan kebutuhan pasien. Sedangkan apoteker akan
bagaimana menghemat energi dalam melakukan memberikan obat beserta penjelasan terkait obat
aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk tersebut. Perawat mendengarkan dengan baik lalu
mempertahankan bersihan jalan nafas. memilah dan mengeceknya.
E. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap
orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.

Contoh : Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat
harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang ± obatan yang digunakan pasien, jika
perawat tidak mengkomunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi
yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah
yang baik antara perawat dengan ahli gizi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kel 3 CPD
    Kel 3 CPD
    Dokumen35 halaman
    Kel 3 CPD
    kartika permata
    Belum ada peringkat
  • Monev Kel.5
    Monev Kel.5
    Dokumen14 halaman
    Monev Kel.5
    kartika permata
    Belum ada peringkat
  • Topo Tawui PDF
    Topo Tawui PDF
    Dokumen241 halaman
    Topo Tawui PDF
    kartika permata
    Belum ada peringkat
  • Abortus Agama
    Abortus Agama
    Dokumen12 halaman
    Abortus Agama
    kartika permata
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen8 halaman
    Gizi
    kartika permata
    Belum ada peringkat