KELOMPOK 12
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam penulis
haturkan kepada Rasulullah saw. yang telah membimbing umat manusia keluar dari
jalan kesesatan menuju jalan keselamatan, di dunia dan di akhirat. Dalam
kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. penyelesain makalah ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Ucapan terima kasih ini, khususnya disampaikan
kepada dosen-dosen yang telah membimbing kami terkait materi teknologi
kedokteran dalam pandangan berbagi agama dan juga teman-teman kelompok 12
yang sudah berpartisipasi untuk membuat makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahahui pengertian dan tujuan dari bank
sperma. Serta mengetahui hal hal apa saja yang perlu diperhatikan sebelum
menentukan bank sperma dalam berbagai sudut pandang agama serta fakta fakta
yang terkandung didalamnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik inseminasi buatan dari bank sperma menurut Hukum Islam adalah
boleh jika dilakukan dengan sperma dan ovum suami istri, baik dengan cara
mengambil sperma suami yang disuntikkan ke dalam vagina istri, maupun dengan
cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilezed ovum)
ditanam didalam rahim istri, ini dibolehkan asal keadaan suami istri tersebut benar-
benar memerlukannya tapi teknik inseminasi buatan yang melibatkan pihak ketiga
hukumnya haram karena alasan syariat tentang haramnya keterlibatan (benih atau
3
rahim) pihak ketiga tersebut merujuk kepada maksud larangan berbuat zina dan
teknik inseminasi buatan lebih disebabkan karena faktor sulitnya terjadi pembuahan
alamiah karena sperma suami yang lemah atau tidak terjadinya pertemuan secara
alamiah antara sperma dan sel telur atau inseminasi buatan yang dilakukan untuk
menolong pasangan yang mandul.
َط َم َن َْ َمهَ ََرَكمَ َح َْ َِّدرَْ ََن َِّدرَ َ ْن يَب َْ َم َه ََرَكمَ َح َ َ ََ يَرَب ا َْن َمرَك َْدَقَل ْ َن َا َََٰ َل َْيَه ََْرَكمَ َح ِّد
َ تََْرَك َم ْه َن َ ي
َف َاََ َقرَكَ ه َ ا َ َل
Artinya: ”Dan sungguh Kami telah muliakan keturunan Adam, dan Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan dan Kami beri mereka rizki dari yang baik-
baik, dan Kami lebihkan dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan
dengan kelebihan yang sempurna
Hukum Bank Sperma dan Pendapat Para Ulama Bank sperma merupakan
tempat penyimpanan sperma yang diambil dari pendonor, yang perlu dinyatakan
untuk menentukan hukum tentang bank sperma adalah, tahap pertama cara
pengambilan atau mengeluarkan sperma dari si pendonor, yaitu dengan cara
masturbasi (onani). Persoalan dalam hukum Islam adalah bagaimana hukum onani
tersebut dalam kaitan dengan pelaksanaan pengumpulan sperma di bank sperma
dan inseminasi. Secara umum, Islam memandang melakukan onani merupakan
tergolong perbuatan yang tidak etis. Mengenai masalah hukum onani fuqaha
berbeda pendapat. Ada yang mengharamkan secara mutlak dan ada yang
mengharamkan pada suatu hal-hal tertentu, ada yang mewajibkan juga pada hal-hal
tertentu, dan ada pula yang menghukumi makruh. Sayyid Sabiq mengatakan bahwa
Malikiyah, Syafi`iyah, dan Zaidiyah menghukumi haram. Alasan yang
dikemukakan adalah bahwa Allah SWT memerintahkan menjaga kemaluan dalam
segala keadaan kecuali kepada isteri dan budak yang dimilikinya. Sebagaimana
dalam surat 23 (al-Mu'minun) ayat 5-7 :
4
{ َِّدوَك َْاَ مَ َح يَكَْ َدَوَ َك َد َك َََٰ َْ َمِّ َر ِّ َيَََ ََل يَ َه َن7}
5
g. Menurut Al-Imam Taqiyudin Abi Bakar Ibnu Muhammad Al-Husainy,
mengemukakan bahwa onani itu adalah boleh karena yang dilakukan suami atau
istri itu memang tempat kesenangannya. “Seorang laki-laki dibolehkan mencari
kenikmatan melalui tangan istri atau hamba sahayanya karena di sanalah salah satu
tempat kesenangannya.
Kita harus waspada dan berhati-hati, bila tidak penemuan ini justru akan
menghancurkan nilai dan makna hakekat manusia, pernikahan dan keluarga yang
telah diciptakan oleh Allah.
Yang pertama kali menyatakan mengenai bank sperma adalah gereja Katholik
Roma. Paus Pius XII pada tahun 1949 mengeluarkan pernyataan bahwa segala
penghamilan manusia tidak boleh menggunakan cara di luar cara yang
wajar/persetubuhan. Bank sperma dilarang berdasarkan kesusilaan dan dapat
menghancurkan nilai hakikat manusia. Gereja-gereja Protestan umumnya menolak
dilegalkannya bank sperma. Dasar dari pandangan ini adalah kata ibrani yang
digunakan untuk menyatakan tentang persetubuhan dalam alkitab adalah berarti
“mengenal”. Maksudnya adalah saling mengenal di dalam kasih dan saling
6
menyerahkan jiwa raganya di dalam kasih. Jadi anak lahir oleh persekutuan yang
amat dalam tersebut. Bank sperma yang dicairkan jika dilihat dari segi sosial posisi
anak menjadi kurang jelas dalam tatanan masyarakat, maka hal ini dianggap tidak
sesuai dengan alkitab. Namun ada catatan penting tentang hal ini. Bank Sperma bisa
dilakukan jika memang terpaksa harus dilakukan. Jika memang seorang pria atau
seorang wanita tidak dapat menghasilkan keturunan dengan persetubuhan, maka
barulah hal ini dilakukan.
Metode menggunakan sel telur dan sperma dari pendonor (bank sperma) tidak
diperbolehkan/ dilarang. Dengan kata lain, ayah dan ibu genetik dari anak bisa saja
orang lain dari luar perkawinan. Hal ini bertentangan dengan Hukum Gereja yang
menyatakan bahwa perkawinan itu eksklusif. Bahkan hal ini dapat menimbulkan
masalah psikologis bagi anak. Terutama jika ia tahu bahwa orangtua biologisnya
tidak jelas.
Hal yang sangat fatal adalah jika kelak anak-anak yang lahir itu sudah dewasa
bisa saja mereka saling menikahi saudara sendiri. Sebab mereka tidak tahu bahwa
sperma atau sel telur yang membuahkan hidup mereka berasal dari pendonor yang
sama. Sedangkan di dalam Hukum Gereja dinyatakan secara tegas bahwa
perkawinan sedarah tidak pernah diperbolehkan. Hal ini adalah sesuai hukum Ilahi
dan tidak ada dispensasi atasnya. Artinya, seseorang yang memakai metode sperma
dan telur dari pendonor telah dengan sengaja menjerumuskan anak-anak tersebut
untuk melanggar hukum gereja itu sendiri.
7
maka intervensi itu dapat diterima secara moral. Akan tetapi, jika intervensi medis
menggantikan tindakan kasih suami isteri untuk membuahkan kehidupan, maka
intervensi macam itu adalah amoral.
Seperti yang disabdakan Paus Paus Pius XII pada tahun 1949 dari gereja Katolik
Roma adalah tokoh agama pertama yang menanggapi secara serius masalah
reproduksi buatan yang dilakukan pada manusia. Beliau berkata, “the natural law
and the divine law are such that the procreation of new life may only be the fruit of
marriage”, yang artinya hukum alamiah dari prokreasi manusia (penghamilan)
hanya boleh dilakukan melalui perkawinan/ persetubuhan yang wajar.”
Sesungguhnya dalam agama Budha, hidup berumah tangga ataupun tidak adalah
sama saja. Masalah terpenting adalah kualitas kehidupannya. Apabila seseorang
berniat berumah tangga, maka hendaknya ia konsekuen dan setia dengan
8
pilihannya, melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
Orang yang demikian ini sesungguhnya adalah seperti pertapa tetapi hidup dalam
rumah tangga. Sikap ini pula yang dipuji oleh Sang Budha. Dengan demikian,
inseminasi tidak diperbolehkan.
Hal ini dimungkinkan untuk mengambil sperma yang layak dari seorang pria
sekarat atau dari tubuh yang baru saja mati, sperma ini dapat dibekukan untuk
kemudian digunakan oleh istrinya atau pasangan unyuk menghasilkan keturunan
genetik. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan Fatwa Haram kepada
praktek donor sperma. Dengan demikian pelaksanaan donor sperma yang bukan
berasal dari suami yang sah merupakan perbuatan dilarang sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa memasukan sperma ke dalam rahim wanita lain hukumnya sama
dengan zina, sedangkan hukum zina adalah haram, meskipun bukan merupakan
zina yang hakiki, maka demikian pula hukum bank sperma.
Dengan demikian, hukum pendirian bank sperma bisa mubah jika bertujuan
untuk memfasilitasi suami istri yang ingin menyimpan sperma suaminya di bank
tersebut, sehingga jika suatu saat nanti terjadi hal yang dapat menghalangi
kesuburan, istri masih bisa hamil dengan cara inseminasi yang halal. Adapun jika
tujuan pendirian bank sperma adalah untuk mendonorkan sperma kepada wanita
yang bukan istrinya, pendirian bank sperma adalah haram, karena hal yang
mendukung terhadap terjadinya haram, hukumnya haram.
9
teks-teks lain mengumumkan (bahwa ia adalah) pemilik tanah.” Setelah
mendukung arti penting biologis “benih” terkait dengan “ladang,” Manu bersandar
pada model kepemilikan untuk menentukan kepemilikan dan hak-hak hukum.
“Mereka yang tidak memiliki ladang, tetapi memiliki benih jagung, menaburnya
di tanah orang lain, tentu saja tidak mendapatkan hasil dari tanaman itu yang bisa
jadi tumbuh di sana” (vs. 49). “Jadi laki-laki yang tidak memiliki kepemilikan
perkawinan pada perempuan, tetapi menabur benih mereka pada tanah orang lain,
menguntungkan pemilik perempuan; tetapi pemberi benih tidak mendapatkan
keuntungan” (vs. 51). Dalam pengertian arti penting komparatif benih dan rahim,
“wadah adalah lebih penting daripada benih” (vs. 52). Di balik analogi-analogi
kasar dengan lahan dan ternak, pemikiran mendasar tampaknya bahwa karena wakil
bertindak atas nama suami perempuan, dan karena istri melahirkan anak itu, semua
hak berada pada pihak suami yang telah mengontrak pelaku untuk mendapatkan
keturuhannya. Sementara ini adalah prosedur hukum standar, terdapat ruang untuk
perkecualian dengan perkecualian ayah alami dan suami perempuan bisa memiliki
hak-hak paternal satu sama lain. Manu: “Jika dengan kontrak khusus (sebuah
ladang) diserahkan (kepada orang lain) untuk penaburan, kemudian pemilik benih
dan pemilik lahan keduanya dipertimbangkan dalam dunia ini sebagai para pelaku
pembagian (tanaman)” (vs. 54). Tentu saja, penerimaan donasi sperma secara bebas
“pada saat-saat yang kurang beruntung” (apad) tidak banyak mendapatkan
dukungan kaum konservatif seperti Apastamba, mengemukakan bahwa hanya
donor yang diuntungkan dari gagasan ini, karena anak laki-laki yang dihasilkan
adalah anak laki-lakinya, dan hanya anak laki-laki yang dilahirkan dari daging
pinggang seseorang adalah sesuai untuk menawarkan persembahan kepada tuhan
bagi jiwa yang telah meninggal dunia. Jelaslah kiranya bahwa salah satu alasan
praktek donasi sperma di Barat modern memasuki masalah moral dan legal,
bertolak belakang dengan praktek India kuna, adalah definisi perkawinan. Di Barat,
hubungan seksual cenderung mendominasi hubungan, karena menjadi semua dan
akhir semua perkawinan.
10
Dalam tradisi Hindu, hubungan seksual adalah fase penting hubungan ini tetapi ini
bukanlah satusatunya hubungan. Perkawinan (vivaha) dan keluarga (kutumba)
secara intrinsik terkait, tujuan 16 DHARMASMRTI Vol. XV Nomor 28 Oktober
2016 : 1 - 138 hakiki mereka adalah mendapatkan seorang anak laki-laki dengan
anak mana moksa dicapai. Ini adalah tujuan yang menjadikan vivaha wajib dan
membenarkan semua sarana darurat untuk mencapai tujuan, termasuk sarana yang
biasanya akan dianggap tidak bermoral. Moralitas situasi-situasi ini terletak pada
maksud dan hasil dari tindakan (keturunan), dan bukan tindakan (persenggamaan)
itu sendiri.
11
seorang dokter India, Desai, berkomentar: “Sebuah mitos seperti ini bisa diajukan
untuk menunjukkan keterterimaan etis dari bayi-bayi tabung untuk umat Hindu.
Demikian juga, sebuah kasus bisa diajukan untuk donasi ovum dan penanaman
ovum yang telah dibuahi. Saya sendiri mendorong dalam situasi klinis upaya
pasangan untuk mengandung seorang anak dengan meminta istri tidur dengan
teman suami. Kemandulan adalah sumber stres besar, khususnya untuk perempuan,
yang menanggung bagian terberat dari stigma sosial dan perselisihan psikologis
Jadi bank sperma ini menurut pandangan hindu tidak sesuai dengan tata
kehidupan agama hindu,karena tidak melalui samskara dan menyulitkan dalam
hokum kemasyarakatan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Agama Islam
Agama islam mengharamkan praktik jual beli sperma melalui bank sperma,
karena menggunakan sperma bukan melalui melakukan hubungan seks dalam suatu
ikatan perkawinan disebut zina dalam agama islam.
Bank Sperma bisa dilakukan jika memang terpaksa harus dilakukan artinya Jika
memang seorang pria atau seorang wanita tidak dapat menghasilkan keturunan
dengan persetubuhan, maka barulah hal ini dilakukan.
3. Agama Katholik
Metode menggunakan sel telur dan sperma dari pendonor (bank sperma) tidak
diperbolehkan/ dilarang. Hal ini bertentangan dengan Hukum Gereja yang
menyatakan bahwa perkawinan itu eksklusif.
Paus Paus Pius XII pada tahun 1949 dari gereja Katolik Roma adalah tokoh
agama pertama yang menanggapi secara serius masalah reproduksi buatan yang
dilakukan pada manusia. Beliau berkata, “the natural law and the divine law are
13
such that the procreation of new life may only be the fruit of marriage”, yang artinya
hukum alamiah dari prokreasi manusia (penghamilan) hanya boleh dilakuakan
melalui perkawinan/ persetubuhan yang wajar, setiap agama tidak mengizinkan
donor sperma karena melamggar hukum gereja itu sendiri.
4. Agama Budha
Perkawinan dalam pandangan Budha adalah suatu pilihan dan bukan kewajiban.
Artinya, seseorang dalam menjalani kehidupan ini boleh memilih hidup berumah
tangga ataupun hidup sendiri.
5. Agama Hindu
Agama hindu tidak melarang dan tidak akan menolak sperma yang di donasikan
dari suami dan bisa menerima donasi pihak ketiga yang dilakukan dengan
spesifikasi yang diterima secara social
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Mibtadin. 2016 “Mencari Formula Baru Antara Agama dan Sains: Refleksi Etis
atas Bank Sperma”, Vol. 1, Nomor 2, Juli diakses dari
https://www.brilio.net/wow/cara-membuat-daftar-pustaka-yang-baik-dan-
benar-191219p.html
Suta, Ida Bagus. 2016, “Bioetika dalam Hindustudi kasus fenomena bayi tabung di
Bali”, diakses dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:__rhIoLdrCwJ:htt
ps://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/download/56/33/+&c
d=4&hl=id&ct=clnk&gl=id pada 30 Oktober 2020
15