Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kebutuhan Nutrisi Pada Dewasa dan Lansia”. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
koordinator. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh
dari buku panduan yang berkaitan dengan kebutuhan nutrisi. Untuk itu pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ns. Suryani Hartati.,M. Kep.Sp.Kep.Mat selaku Direktur dari Akademi Perawat
Hermina Manggala Husada.
2. Ibu Ns. Rosa Melati.,Sp.Kep.An selaku Koordinator mata ajar Gizi & Diet.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan
dalam penyempurnaan ini. Terakhir kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan
khususnya bagi penulis juga.

Jakarta, 17 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
BAB II ........................................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI ................................................................................................... 2
2.1 Patofisiologi Cacingan ..................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi CacinganCacingan .......................................................................... 7
2.3 Cara Mencegah dan Penanganan Cacingan ......................................................
2.5 Patofisiologis Anemia ......................................................................................
2.6 Klasifikasi Anemia ...........................................................................................
2.7 Cara Mencegah dan Menanggulangi Anemia ...................................................
BAB III ......................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya
merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk
Nematoda usus. Sebagian besar dari Nematoda ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Diantara Nematoda usus tedapat sejumlah spesies yang
penularannya melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) diantaranya yang tersering adalah
Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Trichuris trichiura
(Gandahusada, 2000).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitungeritrosit
(red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigenoleh darah. Tetapi
harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parametertersebut tidak sejalan dengan
massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut,dan kehamilan.
Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya
sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan
anemia tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009) Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan
anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada
trimester I dan III ataukadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).Dapat
disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb)dibawah rentang
normal.

A. Tujuan

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Patofisiologi Cacingan


Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Dapat berupa gangguan
usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat,
terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan (malabsorbtion).
Keadaan yang serius, bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada
usus (Ileus obstructive). Universitas Sumatera Utara Selain itu menurut Effendy yang dikutip
Surat Keputusan Menteri Kesehatan (2006) gangguan juga dapat disebabkan oleh larva yang
masuk ke paru-paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang
disebut Sindroma Loeffler.
2.2 Klasifikasi Cacingan
Klasifikasi cacing berdasarkan tempat, yaitu :
1. Cacing Cambuk
Cacing bernama latin Trichuris trichiura ini memiliki panjang 5 cm pada betina dan
4 cm pada jantan. Cacing ini hidup di usus besar lalu saat jadi cacing dewasa akan
menempel di dinding usus halus dan menghisap darah. Biasanya akan menimbulkan
sakit perut, nafsu makan berkurang, dan anemia.Setiap hari per cacing ini bertelur
3.000-10.000 telur.
2. Cacing Gelang
Cacing gelang satu ini bisa dikatakan panjang, yang betina sekitar 22-35 cm,
sementara jantan 10-30 cm. Cacing bernama latin Ascaris lumbricoides ini hidupnya
di usus halus kemudian menyerap sari-sari makanan yang ada di dalamnya. Lalu,
cacing ini bisa jalan-jalan ke paru-paru sehingga menyebabkan anak batuk-batuk.
3. Cacing Tambang
Cacing ini terdiri dari dua jenis, yakni Necator americanus dan Ancylostoma
duodenalepanjangnya sekitar 0,8-1 cm. Larva cacing ini mampu masuk ke dalam
tubuh melalui pori-pori kulit lalu masuk ke aliran darah. Kemudian hidup di usus
halus. Cacing yang satu ini mampu menggigit usus sehingga bisa menghisap darah
yang jumlahnya lebih banyak dibanding cacing cambuk.Dalam satu hari bisa bertelur
sekitar 9.000-10.000 butir per ekor.

2
4. Cacing Kremi
Bernama latin Enterobius vermicularis ini ukurannya kecil sekali, yang jantan 2-5
mm pada jantan dan betina sekitar 8-13 mm. Mereka biasanya hidup di usus besar
dan membuat dubur gatal.Dibandingkan cacing jenis lain, cacing kremi sangat mudah
menular. Jika ada satu keluarga terinfeksi, anggota keluarga lain akan tertular.
Misalnya saat anak terkena cacing kremi lalu karena gatal anak tersebut akan garuk-
garuk, telur cacing tersebut akan jatuh ke sprei sehingga akan mudah tertular terlebih
jika sprei jarang dibersihkan.Cacing ini bertelur sekitar 11.000-15.000 butir per ekor
setiap enam jam sekali.
5. Cacing Hati
Cacing hati (Fasciola), menghuni organ hati hewan ternak (terutama sapi dan babi).
6. Cacing Pipih
Cacing pipih darah, penyebab skistosomiasis (Schistosomia).
7. Cacing Pita
Cacing pita (Taenia) , biasanya menyerang pada bagian usus manusia dan hewan.
8. Cacing Filariasis
Cacing penyebab filariasis, seperti Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia
timori, Loa loa, Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, Dracunculus
medinensis, Mansonella perstans, dan Mansonella ozzardi.

2.3 Cara Mencegah dan Penanganan Cacingan


Cara mencegah cacingan adalah dengan cara meminum obat anti cacing selama 1
tahun 2 kali ( 6 bulan sekali ).
Cara penanganan cacingan adalah Tidak ada gejala khusus yang mengindikasikan
masuknya larva cacing ke tubuh si kecil. Namun, gejala ringan dapat dirasakan si kecil
saat larva yang tertelan mulai menetas dan berkembang di dalam usus. Ketika larva
menetas di usus, cacing menginfeksi saluran pencernaan tersebut sehingga membuat si
kecil merasakan sakit perut, diare, mual atau muntah-muntah.
Setelah telur cacing menetas dan berkembang di usus, cacing juga dapat berpindah
ke bagian paru-paru tubuh melalui saluran darah atau limfa. Jika infeksi cacing sampai
pada tahap ini, anak dapat mengalami gejala berupa demam, batuk, atau bersin-bersin.
Pencegahan terhadap penyakit cacingan perlu dilakukan dengan menjaga
kebersihan. Periksakan buah hati dan keluarga ke dokter untuk mengecek apakah
terdapat infeksi cacingan di tubuh. Jika terjadi infeksi, berikan keluarga obat cacing

3
dengan kandungan Pirantel Pamoat yang dapat secara efektif melumpuhkan cacing
dalam tubuh dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat neuromuskuler,
kemudian mengeluarkannya bersama dengan kotoran.

2.4 Patofisiologis Anemia


Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi,
hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta
kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis.
Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap oleh lebih banyak.
Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi
terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma
ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan. 3
Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi
merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh
maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah
merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin
menurun sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (Price, 1995).
2.5 Klasifikasi Anemia
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:
1. Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi
penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin
(Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 –
35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
2. Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom
karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak
MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia
megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-
megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)
3. Anemia mikrositik hipokrom

4
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl,
MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %). Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
1. Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
2. Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
Berkurangnya sintesis heme:
3. Anemia Sideroblastik. Morfologi Sel Darah Merah pada Anemia

2.6 Cara Mencegahan dan Penanggulangan Anemia


Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Upaya yang dilakukan dalam
pencegahandan penanggulangan anemia adalah
a. Suplementasi tabet Fe
b. Fortifikasi makanan dengan besi
c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang
memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
d. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya mencegah dan
menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah
terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan
kada Hemoglobin. e. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Sejak tahun 1997
pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari
berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin.
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi Dapat dilakukan
antara lain dengan cara:
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengkonsumsi pangan hewani dalam
jumlah cukup. Namun karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit
menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia
gizi besi. Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling
melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti
vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat
meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan
sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan
rusak.Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi
seperti : fitat, fosfat, tannin.

5
b. Suplementasi zat besi Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat
memperbaiki status hemoglobin.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kel 3 CPD
    Kel 3 CPD
    Dokumen35 halaman
    Kel 3 CPD
    kartika permata
    Belum ada peringkat
  • Monev Kel.5
    Monev Kel.5
    Dokumen14 halaman
    Monev Kel.5
    kartika permata
    Belum ada peringkat
  • Topo Tawui PDF
    Topo Tawui PDF
    Dokumen241 halaman
    Topo Tawui PDF
    kartika permata
    Belum ada peringkat
  • Abortus Agama
    Abortus Agama
    Dokumen12 halaman
    Abortus Agama
    kartika permata
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen8 halaman
    Gizi
    kartika permata
    Belum ada peringkat