Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ABORSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

AMRINA ROSADA

HANRIKA FEBRI REDOVA

HOLILLAH

KHAIRUNNISA’

NURURRIZQI

OLAN YUHANA SARI

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aborsi Dalam Perspektif
Hukum Islam” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak H.
M. Ariandi Suarin, LC, MA pada mata kuliah Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Aborsi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak H. M. Ariandi Suarin, LC, MA selaku
dosen mata kuliah Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Lombok Timur, 29 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi aborsi
B. Aborsi dalam pandangan hukum Islam
C. Aborsi dalam hukum Indonesia
D. Aborsi yang dihalalkan dalam Islam
E. Alasan dilakukannya aborsi
F. Dampak melakukan aborsi

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak
pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu
hamil dan melahirkan adalah pendarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya
aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk
komplikasi pendarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan
komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai
pendarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan
masalah kontroversial di masyarakat. Sementara, di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan
dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi,
di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat.
Menurut Dr. Sudraji Sumapraja dari Departemen Obstetrics dan Gynecology
Fakultas Kedokteran UI, bahwa aborsi berlangsung terus, baik dengan cara klasik
maupun modern. Secara klasik ada ibu-ibu yang secara sengaja memakan buah nenas
muda dengan harapan kandungannya gugur. Atau dengan memakan ramuan-ramuan
tertentu, memakan bubuk gelas, memasukkan daun dan jenis tumbuh-tumbuhan tertentu
ke dalam rahim, dan sebagainya. Adakalanya dokter memberikan obat tertentu yang
dapat meracuni rahim atau memberikan suntikan-suntikan dengan alasan menstruasi
(haid) terlambat, melakukan pembedahan dan sebagainya, tanpa mengatakan hal itu
sebagai aborsi, karena aborsi dilarang. Banyak ibu-ibu yang memilih jalan aborsi tidak
dapat diketahui secara pasti, sebab umumnya dirahasiakan, baik oleh ibu-ibu yang
bersangkutan, maupun oleh orang lain, dokter atau bukan dokter yang melaksanakannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan aborsi?
2. Bagaimanakah hukum aborsi dalam Islam dan menurut mazhab-mazhab?
3. Hukum aborsi dalam hukum Indonesia
4. Apa saja yang termasuk aborsi yang dihalalkan dalam Islam?
5. Apa saja alasan-alasan dilakukannya aborsi?
6. Apa saja dampak dari melakukan aborsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu aborsi
2. Menambah wawasan tentang aborsi
3. Mengetahui hukum aborsi dalam islam
4. Mengetahui aborsi yang dibolehkan dalam islam maupun hokum Indonesia
5. Mengetahui dampak dari aborsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Aborsi
Aborsi dalam bahasa arab disebut “ijhadh” yang memiliki beberapa sinonim
yakni: isqath (menjatuhkan), ilqa’ (membuang, Tharah (melempar), dan imlash
(menyingkirkan). Aborsi menurut etimologi berasal dari bahasa Inggris abortion:
miscarriage, yang berarti pengguguran kandungan. Abortus artinya keguguran. Aborsi
menurut terminologi adalah abortion (n): expultion of foetus from tlie womb during the
first 28 weeks ofpregnance (pengeluaran janin dari rahim selama 28 minggu pertama
kehamilan)
Aborsi atau abortus adalah pengakhiran kehamilan baik belum cukup waktu,
yaitu di bawah usia 20 sampai 28 minggu, mau pun belum cukup berat, yaitu di bawah
400 gr sampai 1000 gr. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau berat nya mencapai
1000 gr atau usia kehamilan 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk
abortus berat anak antara 500 gr sampai 999 gr, disebut partus immaturus.
Hubungannya dengan abortus, tentang usia belum mencapai 28 minggu,
mempunyai makna hukum, karena akhir dari 28 minggu merupakan akhir kelangsungan
hidup fetus (janin) dalam hukum Inggris. Ada kemungkinan berubah karena
perkembangan teknologi kedokteran masih tetap merupakan kelangsungan hidup secara
hukum.
Ilmu kedokteran pada pokoknya membedakan abortus ke dalam dua macam, yaitu:
1. Spontaneus Abortus (Aborsi spontan), yaitu abortus yang tidak disengaja. Abosrtus
spontan bisa terjadi karena salah satu pasangan berpenyakit kelamin, kecelakaan, dan
sebagainya.
2. Provocatus Abortus (Aborsi yang disengaja). Aborsi semacam ini terbagi dua, yaitu :
a. Abortus artificialis therapicus, yakni aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar
indikasi medis. Misalnya jika kehamilan diteruskan bisa membahayakan jiwa si
calon ibu, karena misalnya penyakit-penyakit yang berat, antara lain TBC yang
berat dan penyakit ginjal yang berat.
b. Abortus provocatus criminalis, ialah aborsi yang dilakukan tanpa dasar indikasi
media. Misalnya aborsi yang dilakukan untuk meniadakan hasil hubungan seks di
luar perkawinan atau untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

Dari definisi diatas, bisa disimpulkan bahwa tidak semua aborsi merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan moral dan kemanusiaan dengan kata lain tidak
semua aborsi merupakan kejahatan. Aborsi yang terjadi secara spontan akibat
kelianan fisik pada perempuan (ibu dari janin) atau akibat penyakit biomedis internal
disebut “keguguran”, yang dalam hal ini tidak terjadi kontroversi dalam masyarakat
atau dikalangan fuqaha, sebab dianggap terjadi tanpa kesengajaan yang terjadi diluar
kehendak manusia. Aborsi yang merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup
seorang manusia jelas merupakan suatu dosa besar.

Merujuk pada surah Al-Maidah ayat 32 yang artinya “Oleh karena itu Kami
tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang,
bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan
di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara
kehidupan semua manusia”.

B. Aborsi Dalam Pandangan Hukum Islam


Aborsi menurut agama-agama sebelum Islam adalah termasuk yang diharamkan.
Dalam agama Yahudi aborsi dianggap haram, tidak diperbolehkan dan pelakunya
mendapat hukuman. Akan tetapi hukumannya tidaklan ditentukan.
Adapun pendapat mazhab-mazhab tentang aborsi, diantaranya:
1. Mazhab hanafi, mazhab ini merupakan paham yang paling fleksibel. Dalam
pandangan Mazhab Hanafi, aborsi hanya dibolehkan sebelum empat bulan usia
kandungan. Akan tetapi, bukan berarti pengguguran tersebut tidak mengakibatkan
dosa, tetapi dosanya tidak sebesar dosa membunuh manusia. Alasan dilakukannya
aborsi yang dapat diterima, antara lain, apabila sang ibu merasa tak kuat mengandung
terlebih melahirkan, baik karena alasan sakit atau lainnya.
2. Dalam pandangan Mazhab Maliki, aborsi sangat jelas dilarang. Bahkan, mazhab ini
melarang dilakukannya aborsi meski umur janin masih kurang dari 40 hari setelah
bertemunya sperma dan ovum.
3. Menurut mazhab syafi’I, apabila setelah terjadinya fertilisasi, zygote tidak boleh
diganggu dan intervensi terhadapnya adalah suatu kejahatan.
4. Mazhab hambali menetapkan bahwa aborsi adalah suatu dosa, dengan adanya
pendarahan yang menyebabkan miskram (keguguran) sebagai petunjuk bahwa aborsi
itu haram.
Dengan melihat perbandingan diatas, secara garis besar bahwa perbuatan aborsi
tanpa alasan yang jelas dalam pandangan hukum islam tidak diperbolehkan dan
merupakan suatu dosa besar karena dianggap telah membunuh nyawa manusia yang
tidak bersalah dan terhadap pelakunya dapat dimintai pertanggung jawaban atas
perbuatannya tersebut.
Meski berbeda-beda, seluruh mazhab sepakat bahwa haram menggugurkan
kandungan setelah empat bulan kehamilan. Jika dilakukan maka yang bersangkutan
dinilai berdosa dan wajib membayar diyah (denda) sebesar seperdua puluh dari diyah
pembunuhan.
Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40
malam adalah hadist nabi SAW berikut:
“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia
membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang
belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah), ya Tuhanku, apakah dia
(akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?’ Maka Allah kemudian
memberi keputusan…” (HR Muslim dari Ibnu Mas’ud).
Walau demikian, ulama juga menyepakati dibolehkannya aborsi jika dokter yang
terpercaya menyatakan bahwa janin yang dikandung dapat membahayakan nyawa
sang ibu, meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang, menggugurkan
kandungan adalah suatu mafsadat (kerusakan). Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu
jika tetap mempertahankan kandungannya jugasuatu mafsadat (kerusakan). Namun
tak syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madhratnya
daripada menghilangkan nyawa sang ibunya/membiarkan kehidupan ibunya terancam
dengan keberadaan janin tersebut (Dr. Abdurrahman Al Baghdi 1998).
Demikian pula pandangan syariat Islam yang secara umum mengharamkan
praktek aborsi. Hal itu tidak diperbolehkan karena beberapa sebab :
1. Syariat Islam datang dalam rangka menjaga adhdharurriyyaat-khams, 5 hal
yang urgent, yakni :
a. Hifdzud Dien (Menjaga Agama)
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
b. Hifdzun Nafs (Menjaga Diri)
Allah ta’ala berfirman :
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka
balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar
baginya.” (QS. An Nisa: 93)
c. Hifdzun Nasl (Menjaga Keturunan) 
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui [An-Nur/24:32 ].
d. Hifdzun Mal (Menjaga Harta)
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan” [An-Nisâ‘/4 : 5]
e. Hifdzun Aql (Menjaga Akal). Allah azza wa Jalla berfirman :
Dialah yang menjadikan kalian memiliki pendengaran, penglihatan, dan
hati, supaya kalian bersyukur [an-Nahl/16:78
2. Aborsi sangat bertentangan sekali dengan tujuan utana pernikahan. Dimana
tujuan penting pernikahan adalam memperbanyak keturunan.
3. Tindakan aborsi merupakan suatu sikap buruk sangka kepada Allah.
C. Aborsi Dalam Hukum Indonesia
Secara umum kegiatan aborsi yang dilakukan di Indonesia merupakan tindakan
illegal.  Namun mengenai aturan aborsi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2009 Tentang Kesehatan (selanjutnya disebut UU Kesehatan). Dimana dalam
Undang-Undang tersebut dijelaskan mengenai hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan
dalam melakukan aborsi. Dalam implementasi UU tersebut dibantu dengan dengan aturan
pelaksana lainnya.
Aturan terkait yakni Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi. Dalam tata cara pelaksanaan aborsi yang ditetapkan oleh negara
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pelatihan Dan
Penyelenggaraan Pelayanan Aborsi Atas Indikasi Kedaruratan Medis Dan Kehamilan
Akibat Perkosaan.
Pada pasal 75 ayat (1) UU Kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang dilarang
untuk melakukan aborsi. Setelah itu dalam pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan bahwa adanya
larangan terhadap tindakan aborsi dapat dikecualikan dengan berdasarkan pada:
1. Terdapatnya indikasi darurat medis yang telah dideteksi pada usia dini sebuah
kehamilan
2. Mengancam nyawa dari ibu dan juga janin
3. Terdapat penyakit genetik/cacat bawaan maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga dapat menyulitkan kehidupan bayi ketika hidup di luar kandungan
4. Adanya kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.

Selain yang telah disebutkan dalam UU Kesehatan pasal 75 ayat (2) diatas, tindakan
aborsi sangat keras dilarang untuk dilakukan di Indonesia. Pengecualian yang
diperbolehkan pada tindakan aborsi itu hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu dan
mempunyai kewenangan. Lengkapnya diatur dalam pasal 76 UU Kesehatan yaitu:
1. Pada sebelum kehamilan umur 6 (enam) minggu dihitung dari haid pertama terakhir,
kecuali yang sedang dalam kedaruratan medis
2. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat kedaruratan medis
3. Mendapatkan persetujuan dari ibu hamil yang bersangkutan
4. Mendapatkan izin dari pihak suami, dalam hal ini kecuali korban perkosaan
5. Dilakukan di tempat layanan kesehatan yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh menteri. 
Pada pasal 194 UU Kesehatan diatur dengan jelas bahwa ‘setiap orang yang dengan
sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 75 ayat (2) dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan dengan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000, 00 (satu milyar rupiah).

Aturan tindakan aborsi dalam KUHP


1. Pasal 347 KUHP :
“(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
2. Pasal 348 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya
seorang perempuan dengan izin perempuan dengan izin perempuan dengan izin
perempuan itu dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.
3. Pasal 349 KUHP 
Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam kejahatan
yang tersebut dalam pasal 346, atau bersalah atau membantu dalam salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka hukuman yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiganya dan dapat ia
dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu.
Aturan dalam pasal UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

1. Pasal 28A: setiap orang berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya.


2. Pasal 28B ayat (2): setiap anak berhak atas kelangungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

D. Aborsi Yang Dihalalkan Dalam Islam


Majelis Ulama Indonesia (MUI) memperbolehkan praktek aborsi atau
menggugurkan bayi dalam kandungan dengan sejumlah syarat tertentu. Korban
perkosaan dan kandungan yang membahayakan ibu hamil serta kondisi bayi yang sudah
diketahui akan cacat yang tidak bisa disembuhkan merupakan hal yang memberikan
hukum aborsi boleh dilakukan. Dengan catatan aborsi ini boleh dilakukan sebelum usia
kandungan 40 hari.
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa pengguguran kandungan atau aborsi
boleh dilakukan (mubah) dalam islam karena alasan kesehatan/keselamatan jiwa, seperti:
1. Usia ibu hamil. Bila ibu yang sedang mengandung berusia dibawah 20 tahun atau
diatas 35 tahun, maka resiko tingkat kematiannya lebih tinggi. Untuk mencegah
kematian sang ibu pada saat persalinan karena adanya suatu masalah, maka tindakan
aborsi boleh dilakukan.
2. Jarak kehamilan
3. Telah memiliki 4 orang anak lebih. Ibu yang memiliki 4 orang anak atau lebih
biasanya beresiko untuk melahirkan kembali. Bila saat melahirkan ada tanda-tanda
yang membahayakan jiwa sang ibu, maka diperbolehkan melakukan tindakan aborsi.

E. Alasan dilakukannya aborsi


Secara umum:
1. Kehamilan Remaja.
2. Menyelamatkan Sang Ibu
3. Tekanan keuangan
4. Pemerkosaan
Secara medis :
1. Terdapat kemungkinan janin lahir dengan cacat yang diturunkan secara genetic.
Penyakit kelainan genetic biasanya disebut “down syndrome” yang diturunkan
melaui gen orang tuanya. Pada umum nya ini terjadi Karena kedua orang tuanya
bersaudara, artinya mereka memiliki hubungan family dekat, sehingga kemungkinan
besar memiliki gen bawaan yang sama yang ketika dikawinkan akan melahirkan
kelainan genetic.
2. Dikatui atau dicuragai adanya cacat bawaan lahir. Retardasi mental (keterbelakangan
mental) yang dibawa sejak lahir banyak ditimbulkan oleh kebiasaan si ibu yang
mengkonsumsi alcohol. Maka jelas kebiasaan si ibulah yang harus diubah dan
dibenarkan, bukan janin yang harus di gugurkan
3. Suatu diagnosis kandungan kemih terhadap janin menunjukka adanya kelainan parah
yang tidak sesuai dengan kehidupan seperti kehilangan penglihatan atau kerusakan
otak. Hal ini disebabkan oleh ibu yang memiliki penyakit STD (penyakit kelamin
menular) yang ditimbulkan dari hubungan yang berganti-ganti pasangan.
Menggugurkan kandungan dengan alas an ini pun tidak din benarkan.

F. Dampak Melakukan Aborsi


Setelah aborsi, wanita biasanya akan mengalami keluhan nyeri atau kram perut, mual,
lemas, dan perdarahan ringan selama beberapa hari. Pada kondisi tertentu, tindakan
aborsi dapat menimbulkan masalah kesehatan serius dalam waktu beberapa hari hingga
sekitar 4 minggu setelahnya. Beberapa bahaya aborsi yang dapat terjadi adalah:
1. Perdarahan
Salah satu risiko yang sering terjadi setelah aborsi adalah perdarahan berat melalui
vagina. Aborsi kehamilan di bawah 13 minggu memiliki risiko perdarahan yang lebih
kecil dibandingkan kehamilan yang usianya sudah di atas 20 minggu.Perdarahan
berat juga lebih berisiko terjadi jika masih ada jaringan janin atau ari-ari yang
tertinggal di dalam rahim setelah aborsi. Untuk menanganinya, diperlukan transfuse
darah dan tindakan kuret untuk mengangkat sisa jaringan.
2. Infeksi
Infeksi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi akibat aborsi. Kondisi ini
biasa ditandai dengan munculnya keputihan yang berbau, demam, dan nyeri yang
hebat di area panggul. Pada kasus infeksi yang berat, bisa terjadi sepsis setelah aborsi.
3. Kerusakan pada rahim dan vagina
Bila tidak dilakukan dengan benar, aborsi dapat menyebabkan kerusakan pada rahim
dan vagina. Kerusakan ini dapat berupa lubang maupun luka berat pada dinding
rahim, leher rahim, serta vagina.
4. Masalah psikologis
Tak hanya masalah fisik, trauma psikologis juga dapat dirasakan oleh wanita yang
menjalani aborsi. Perasaan bersalah, malu, stres, cemas, hingga depresi merupakan
beberapa masalah psikologis yang banyak dialami oleh wanita setelah menjalani
aborsi.
Risiko terjadinya komplikasi ini akan lebih besar jika aborsi dilakukan secara ilegal,
dilakukan di fasilitas kesehatan yang kurang memadai, atau menggunakan metode
tradisional yang tidak terjamin keamanannya. Oleh karena itu, saat hendak menjalani
aborsi, perlu dilakukan pemeriksaan medis dan pertimbangan dari dokter, agar risiko
komplikasi tersebut dapat dicegah.
5. Kemungkinan untuk Kembali Hamil
Dalam waktu 4-6 minggu setelah aborsi, haid akan kembali seperti biasa. Dengan
kata lain, pasien dapat hamil lagi setelah aborsi. Namun, pasien perlu melakukan
pemeriksaan rutin selama setidaknya 2 minggu setelah aborsi, guna memastikan
aborsi yang dilakukan berhasil dan tidak menimbulkan komplikasi.
Setelah aborsi, risiko gangguan kesuburan tetap ada jika pasien mengalami
perdarahan parah, infeksi pada rahim yang tidak ditangani, atau kerusakan dinding
rahim. Selain dapat menimbulkan masalah kesuburan, hal-hal tersebut juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik dan persalinan prematur di
kehamilan berikutnya. Untuk mengantisipasi berbagai bahaya aborsi di atas,
tanyakanlah hingga sejelas-jelasnya mengenai risiko dan persiapan yang diperlukan,
saat berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum menjalani aborsi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aborsi dalam bahasa arab disebut “ijhadh” yang memiliki beberapa sinonim yakni: isqath
(menjatuhkan), ilqa’ (membuang, Tharah (melempar), dan imlash (menyingkirkan).
Aborsi menurut etimologi berasal dari bahasa Inggris abortion: miscarriage, yang berarti
pengguguran kandungan. Abortus artinya keguguran. Aborsi menurut terminologi adalah
abortion (n): expultion of foetus from tlie womb during the first 28 weeks ofpregnance
(pengeluaran janin dari rahim selama 28 minggu pertama kehamilan). Aborsi boleh
dilakukan apabila mengancam atau membahayakan nyawa sang ibu dengan catatan
sebelum 40 hari.
B. Saran
Saran dari kami sebagai individu dan bagi individu lainnya adalah sebaiknya kita
menjauhi hal-hal yang mengarah pada perbuatan zina agar tidak terjadi kehamilan diluar
nikah. Tetapi jika sudah terlanjur terjadi kehamilan diluar nikah, maka kita jangan
melakukan aborsi. Tetapi seharusnya kita bertanggung jawab dan menjaga kehamilan
serta merawat/mendidiknya sampai dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://sumsel.kemenag.go.id/opini/view/2091/pandangan-islam-terhadap-aborsi
2. https://www.republika.co.id/berita/pcipbu313/aborsi-dalam-pandangan-islam
3. https://media.neliti.com/media/publications/58382-ID-aborsi-dalam-perspektifhukum-
positif-da.pdf
4. https://sumsel.kemenag.go.id/opini/view/2091/pandangan-islam-terhadap-aborsi
5. https://www.obsessionnews.com/lima-hal-yang-wajib-dijaga-dalam-islam/
6. https://heylawedu.id/blog/aborsi-di-indonesia
7. https://www.alodokter.com/perhatikan--bahaya-aborsi-sebelum-melakukannya
8. https://www.liputan6.com/health/read/2146881/4-alasan-wanita-lakukan-aborsi

Anda mungkin juga menyukai