Anda di halaman 1dari 16

ABORSI HASIL PEMERKOSAAN DILIHAT DARI PERSPEKTIF HAM

Kelompok 3 Kelas G

Hans Aditya S 170323419

Ferdian Ravanelli 170323433

Natasha Grace Christi 180423947

Isti Mulatsih 180424185

Gracia Melania P.E.P 180424192

Ni Kadek Putri A. 180424211

Stefanny Yuliana C.S 180424238

Caroline 190424721

Petrus Tedjo S. 190424785

Enrik Leonard Tamba 190425005


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang
telah diberikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Paper ini akan
mengulas mengenai “Aborsi Hasil Pemerkosaan Dilihat dari Perspektif HAM”.

Makalah berjudul “Aborsi Hasil Pemerkosaan Dilihat dari Perspektif HAM” ini
telah kami susun dengan semaksimal mungkin, serta mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber, maka dari itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pengajar dan berbagai narasumber yang membantu memberikan pemikirannya, atau
dukungannya atas terbitnya makalah ini.

Sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan maka kami mohon maaf apabila
dalam pemulisan paper ini banyak terdapat kekurangan. Demi memperbaiki kesalahan
dalam pembuatan makalah ini, kami memohon bantuan dalam bentuk kritik dan saran
yang akan diterima dengan senang hati. Demikian kata pengantar kami sampaikan.

Terimakasih

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
Latar Belakang ................................................................................................................. 4
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
Pengertian Aborsi ............................................................................................................. 6
Pengertian HAM .............................................................................................................. 7
Pandangan HAM Terhadap Aborsi ................................................................................... 8
Ketentuan Aborsi Bagi Korban Perkosaan ........................................................................ 9
Hukum Aborsi dalam Undang Undang ........................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................. 13
Kesimpulan .................................................................................................................... 13
Saran.............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pergaulan bebas yang melibatkan laki – laki dan perempuan terutama anak
muda sudah sangat meresahkan dan mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti melemahnya penerapan nilai – nilai keagamaan dalam
kehidupan, kurangnya edukasi pada anak muda mengenai dampak pergaulan bebas,
dan perkembangan teknologi informasi yang memudahkan akses ke berbagai macam
situs yang tidak mendidik. Salah satu dampak dari pergaulan bebas ini adalah
kehamilan yang tidak diinginkan yang berujung pada aborsi. Berdasarkan hasil
penelitian Guttmacher Institute, sebesar dua juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya di
Indonesia. Angka ini cukup besar jika dibandingkan dengan aborsi di negara asia
lainnya.

Aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, namun juga memiliki dampak yang
sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia
psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS.
Banyak risiko yang mengancam wanita jika melakukan tindakan aborsi, namun ada
kondisi dimana wanita diharuskan atau dianjurkan atau diijinkan melakukan tindakan
aborsi dikarenakan kondisi kesehatan baik sang ibu ataupun sang calon bayi atau
karena korban perkosaan.

Kelegalan melakukan tindakan aborsi menjadi salah satu alasan mengapa


tingkat aborsi di Indonesia masih sangat tinggi. Kelegalan tersebut tertuang pada PP
Nomor 61 Tahun 2014 mengenai Kesehatan reproduksi yang memperbolehkan praktik
aborsi apabila ada indikasi kedaruratan medis ( mengacam nyawa dan Kesehatan ibu

4
atau mengancam nyawa dan Kesehatan janin ) dan kehamilan akibat perkosaan yang
menimbulkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Legalisasi aborsi bagi korban
pemerkosaan ini bertujuan untuk melindungi masa depan korban pemerkosaan
sekaligus sebagai realisasi penegakan Hak Asasi Manusia. Wanita korban
pemerkosaan bebas menentukan suatu atas dirinya termasuk menyangkut kehamilan
yang tidak diinginkan tersebut.

Meskipun secara hukum dilegalkan bagi korban pemerkosaan, masih terdapat


banyak pertentangan mengenai Tindakan aborsi tersebut terutama dari tokoh agama.
Hal ini disebakan karena ketidakadilan bagi janin yang digugurkan. Janin tersebut juga
mempunyai hak untuk hidup dan dilindungi. Terjadi benturan kepentingan antara
melindungi hak asasi janin yang akan tumbuh sehat dengan hak ibu yang ingin terlepas
dari beban social dan psikologis.

Berdasarkan uraian di atas, kami tertarik untuk membahas lebih dalam


mengenai bagaimana Perspektif HAM mengenai Aborsi hasil dari pemerkosaan.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aborsi ?


2. Apa yang dimaksud dengan HAM ?
3. Bagaimana pandangan HAM mengenai aborsi ?
4. Bagaimana ketentuan aborsi bagi korban perkosaan ?
5. Apa saja hukum aborsi dalam undang- undang ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Aborsi

Aborsi dalam bahasa Latin disebut abortus atau banyak orang awam
mengenalnya sebagai keguguran adalah ini merupakan terjadinya kematian janin atau
keluarnya hasil konsepsi atau janin sebelum usia kehamilan 20 minggu. Sedangkan
menurut KBBI, aborsi adalah pengguguran kandungan. Aborsi dapat terjadi secara
spontan ataupun secara sengaja, aborsi yang terjadi secara spontan disebut sebagai
suatu keguguran sedangkan aborsi yang dilakukan secara sengaja disebut aborsi
induksi atau provokaturs. Prosedur aborsi dapat atau boleh dilakukan hanya dalam
beberapa kondisi tertentu, kejadian yang tindak dingikan seperti keguguran,
pertumbuhan janin yang tidak normal dan dapat mengancam kesehatan bahkan nyawa
dari ibu itu sendiri, atau hamil karena pemerkosaan dan ada bukti dari tindakan
pemerkosaan. Tujuan dari aborsi ini tidak lain yaitu membunuh atau mengeluarkan
janin yang ada didalam kandungan sebelum siap untuk dikeluarkan dari kandungan,
dan dalam pembahasan aborsi dalam hal pemerkosaan tujuannya tidak lain adalah
menyelamatkan kehidupan dari korban pemerkosaan yang memiliki tekanan dan
trauma dengan mengeluarkan janin yang tidak diinginkan.
Di Indonesia aborsi dilarang melalui berbagai macam undang-undang mulai
dari undang-undang Kesehatan no 36 tahun 2009 Pasal 75 ayat 1 yang berbunyi “Setiap
orang dilarang melakukan aborsi” dan undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dimana aborsi merupakan salah satu bentuk melawan undang-
undang tersebut karena dalam undang-undang tersebut setiap manusia memiliki hak
untuk hidup tetapi janin didalam kandungan secara sengaja dibunuh.

6
Pengertian HAM

Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa inggris human ringts, Hak asasi
manusia adalah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia
memiliki hak yang melekat pada dirinya karena merupakan seorang manusia. Hak asasi
manusia berlaku kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya
universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi,
saling berhubungan dan saling bergantung. Secara konseptual, hak asasi manusia dapat
dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut ‘’dianugerahkan secara alamiah" oleh
alam semesta, Tuhan, atau nalar.
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah
penghormatan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Masa Esa yang
mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan
dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya
dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan
dirinya serta keharmonisan lingkungannya.
Hak asasi manusia dalam UU 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal
dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak
boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Selain hak asasi, manusia
juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu terhadap yang lain dan
terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara

7
Pandangan HAM Terhadap Aborsi

Pada dasarnya pandangan HAM terhadap Aborsi adalah HAM melarang


terhadap adanya aborsi seperti yang sudah dijelaskan pada UU no 39 tahun 1999,
karena aborsi sama saja dengan melakukan pembunuhan terhadap anak didalam
kandungan yang bertentangan dengan norma, budaya, dan hukum yang berlaku di
masyarakat. Sebagai manusia khususnya orang tua dari anak yang masih dalam
kandungan disini mempunya kewajiban untuk melindungi anak beserta hak-haknya
dan bertanggung jawab untuk menjaga, dan memelihara anak yang masih dalam
dikandungan bukannya malah membunuh anak karena alasan pribadi. Dasar HAM
melarang adanya aborsi ditekankan pada UU No 39 tahun 1999 pasal 9 (1):” Setiap
orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.”, dan pasal 53 (1):” Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk
hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.” Kedua pasal
dari undang-undang tersebut menjelaskan bahwa aborsi merupakan perbuatan yang
bertujuan untuk menhilangkan hak hidup anak yang masih didalam kandungan dan
dengan kata lain melanggar kedua pasal tersebut.

Selain itu HAM menentang legalisasi aborsi karena jika aborsi dilegalkan bagi
masyarakat maka akan banyak orang yang melakukan aborsi dengan alasan pribadi
seperti agar orang yang melakukan tidak sengaja hamil diluar nikah dapat memiliki
kebebasan hidup tidak harus bertanggung jawab atas anak yang sudah hidup di
kandungan. HAM hanya melegalkan aborsi ketika aborsi yang dilakukan benar-benar
untuk melindungi keberlanjutan hidup dari anak didalam kandungan tesebut dan ibu
yang mengandungnya. HAM hanya akan melegalkan aborsi untuk beberapa alasan
keberlangsungan hidup saja seperti nyawa ibu yang sedang mengandung, maka HAM
melegalkan aborsi bagi perempuan hamil akibat korban perkosaan, HAM melegalkan
karena korban perkosaan yang sampai hamil harus dilindungi dari gangguan psikologis
dan trauma sosial yang membuatnya harus menanggung akibat dari perlakuan laki-laki

8
tidak bertanggung jawab agar kedepannya tidak mengganggu nyawa seorang ibu
tersebut karena terjadid tekanan psikologis dan sosial akibat kejadian tersebut.

Ketentuan Aborsi Bagi Korban Perkosaan

Korban perkosaan memiliki pengecualian terhadap larangan aborsi, dimana


diatur dalam ketentuan dalam ketentuan UU Kesehatan no 36 tahun 2009 Pasal 75 (2)
yang menyatakan bahwa: kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan. Aborsi yang dilakukan korban perkosaan boleh
dilakukan ketika korban telah melakukan konseling mengenai aborsi, hal ini dijelaskan
pada UU kesehatan Pasal 75 (3): “Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan
dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.” Bagi korban perkosaan dapat melakukan aborsi dengan
ketentuan yang diatur dalam UU kesehatan Pasal 76 mengenai ketentuan aborsi : aborsi
yang dilakukan harus sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis seperti adanya komplikasi
dsb, ibu hamil atau korban perkosaan menyetujui untuk melakukan aborsi dan untuk
tempat aborsi atau penyedia layanan kesehatan harus sesuai atau memenuhi syarat
yang ditetapkan oleh Menteri.

Jadi korban perkosaan dapat melakukan aborsi jika memang korban merasa
keberatan untuk membesarkan anak tersebut karena trauma yang dialaminya, dan bagi
korban perkosaan dapat memberikan bukti kepada pihak yang berwajib mengenai
bukti dan surat-surat pendukung yang menyatakan bahwa seseorang tersebut pernah
menjadi korban perkosaan akan diperbolehkan melakukan aborsi jika kondisi korban
memungkinkan. Dan bagi korban perkosaan akan diberikan bimbingan konseling
sebelum dan sesudah menjalankan aborsi.

9
Hukum Aborsi dalam Undang Undang
Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) :

 Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karenapengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
 Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
 Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
 Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang
lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.

10
 Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
 Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
 Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
 Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
 Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan
tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang

11
demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Aborsi dalam KBBI memiliki arti pengguguran kandungan. Tujuan dari aborsi
adalah untuk membunuh atau mengeluarkan janin yang ada didalam kandungan
sebelum siap untuk dilahirkan. Di Indonesia sendiri aborsi telah dilarang melalui
berbagai macam undang- undang mulai dari UU Kesehatan no 36 tahun 2009 Pasal 75
ayat 1, UU nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, dll. Proses aborsi ini melanggar Hak
Asasi Manusia yang melekat pada diri manusia sejak ada didalam kandungan, karena
HAM tidak dapat dicabut ataupun dibagi ke orang lain sehingga HAM berlaku
kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun.

Pada dasarnya pandangan HAM terhadap Aborsi adalah HAM melarang


adanya aborsi seperti yang sudah dijelaskan pada UU no 39 tahun 1999, karena aborsi
sama saja dengan melakukan pembunuhan terhadap anak didalam kandungan yang
bertentangan dengan norma, budaya, dan hukum yang berlaku di masyarakat. HAM
hanya melegalkan aborsi ketika aborsi yang dilakukan benar-benar untuk melindungi
keberlanjutan hidup dari anak didalam kandungan tesebut dan ibu yang
mengandungnya. Akan tetapi, karena banyaknya korban perkosaan yang melakukan
aborsi, maka korban pemerkosaan ini dapat melakukan aborsi jika memang korban
merasa keberatan untuk membesarkan anak tersebut karena trauma yang dialaminya,
dan bagi korban perkosaan dapat memberikan bukti kepada pihak yang berwajib
mengenai bukti dan surat-surat pendukung yang menyatakan bahwa seseorang tersebut
pernah menjadi korban perkosaan akan diperbolehkan melakukan aborsi jika kondisi
korban memungkinkan. Dan bagi korban perkosaan akan diberikan bimbingan
konseling sebelum dan sesudah menjalankan aborsi.

13
Pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) yaitu:

Pasal 229 :Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 314 :Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.

Pasal 342 :Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343 :Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang
lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.

Pasal 346 :Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

Pasal 347: Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan


seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.

Pasal 348 :Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan


seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan.

14
Pasal 349 : Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 535: Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,
diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.

Saran
Berdasarkan pada hasil makalah kelompok kami, maka saran yang dapat kelompok
kami sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk perempuan yang hamil dan kandungan tidak diinginkan, sebaiknya


jangan melakukan aborsi karena tindakan tersebut dilarang oleh Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) dan juga dilarang oleh agama.
2. Khusus untuk tenaga medis supaya bisa memeriksa pasien dengan teliti agar
tidak ada kesalahan saat melakukan tindakan akhir.
3. Makalah ini diharapkan supaya menambah wawasan untuk pembaca tentang
legalisasi aborsi menurut KUHP dan Undang-Undang Tentang Kesehatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/272052-aborsi-dalam-perspektif-hak
asasi-manusi-ad6a2675.pdf

HukumOnline.com.2011. Ancaman Pidana Terhadap Pelaku Aborsi Ilegal.


https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl840/penerapan-hukum-pidana-
dalam-aborsi-ilegal. (Diakses, 7 November 2020)

HukumOnline.com.2018. Ketentuan Aborsi Bagi Korban Pemerkosaan.


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5a152c3faed27/ketentuan-
aborsi-bagi-korban-pemerkosaan/. (Diakses, 7 November 2020)

Nugroho, Bastianto. (2014). PERBUATAN ABORSI DALAM ASPEK HUKUM


PIDANA DAN KESEHATAN

Firdawaty, Linda (2018). Aborsi dalam Perspektif Hak Asasi Manusia dan Hukum
Islam (Analisis terhadap Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi). Al-'Adalah, 107-130.

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1999/39TAHUN1999UU.htm

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/UU_36_2009_Kesehatan.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai