Anda di halaman 1dari 6

ABORSI

Ketika Etika dan Moral Dipertanyakan


Merupakan pengamalan dari tugas Filsafat Ilmu Berupa karangan singkat tentang aborsi dinilai dari segi etika dan moral

Penyusun : Anna Maria Ariesta Putri Anisa Lailatul Fitria Chornelia Citanindya Riestantya Reissa Fanny Nur Azizah Kirana Tidar [11/311775/KU/14267] [11/317234/KU/14481] [11/312227/KU/14342] [11/315584/KU/14408] [11/312172/KU/14335]

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011-2012

Aborsi menjadi suatu masalah yang semakin kabur nilainya. Dilihat dari sisi agama, hal ini menjadi tantangan iman yang cukup berat. Dari data statistik diperoleh bahwa Jepang, negara yang sudah begitu maju, sejak tahun 1972 telah melakukan aborsi 1,5 juta orang per tahun. Inggris sampai tahun 1983 telah melakukakan aborsi terhadap 2 juta orang. Amerika Serikat sampai tahun 1986 sudah mencapai 20 juta orang. Sedangkan dari penelitian seorang dokter di Jakarta, dinyatakan bahwa pada tahun 1990 ada 400 orang melakukan pembunuhan dan 20% melakukan dengan cara aborsi. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus , berarti pengeluaran hasil konsepsi pertemuan sel telur dan sel sperma sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sedangkan menurut WHO aborsi adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan dibawah 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Dewasa ini, dimana ilmu kedokteran sudah semakin maju, pengguguran kandungan atau aborsi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang sangat tidak manusiawi adalah dilatation dan curettage. Jenis ini dilakukan dengan cara memasukkan semacam pacul kecil ke dalam rahim, kemudian janin yang hidup itu dipotong kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya akan terjadi banyak pendarahan dan risiko terjadinya infeksi pada dinding rahim ibu sangat besar. Cara ini dilakukan terhadap kehamilan yang berusia 12-13 minggu. Cara lain adalah dengan suction (sedot). Dilakukan dengan cara memperbesar leher rahim, lalu dimasukkan sebuah tabung ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil. Kemudian kepingan-kepingan tersebut disedot masuk ke dalam sebuah botol. Dapat dikatakan cara ini lebih kejam dari pembunuhan yang dilakukan dengan cara menusuk atau menggantung korbannya, sangat tidak manusiawi.
2

Berikutnya adalah peracunan dengan garam. Jenis ini dilakukan pada janin yang berusia lebih dari 16 minggu, ketika sudah cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak. Larutan garam yang pekat diinjeksi ke dalam kandungan melalui plasenta. Janin akan meminum larutan garam tersebut dan timbul efek racun, sehingga janin akan mati dalam waktu kurang dari 1 jam setelah meminumnya. Dapat dipastikan tidak ada kemungkinan hidup bagi janin setelah meminum larutan garam tersebut. Pada umumnya, si ibu akan melahirkan bayi yang sudah mati setelah 72 jam. Bayi yang dilahirkan tubuhnya bewarna hitam hangus akibat dari racun garam tersebut. Memang, cara ini dinilai sebagai cara yang cukup aman dalam dunia medis. Namun, praktiknya harus dilakukan oleh tenaga medis yang berkompeten dan mengerti tentang ilmu aborsi. Metode yang tidak kalah kejam adalah metode prostaglandin. Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Naasnya, sebuah perusahaan besar seperti Upjohn Pharmaccutical Company secara legal mengembangkan hormon prostaglandin buatan untuk mempercepat kelahiran secara paksa. Injeksi dari konsentrasi tinggi hormon buatan ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Bahan-bahan kimia dalam hormon buatan ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, hingga perobekan rahim. Sejak peristiwa penemuan 13 mayat bayi pada bulan November 1997 di Jakarta, serta penangkapan beberapa dokter yang diduga terlibat dalam praktek aborsi, masalah aborsi semakin mencuat di Indonesia. Apalagi ditambah dengan pernyataan seorang dokter senior, yaitu dr. Edward Armando atau lebih dikenal
3

sebagai dokter Robinhood di Surabaya, yang prakteknya di sekitar Gang Dolly tempat pelacuran legal terbesar di Asia Tenggara mengatakan Ia akan melakukan aborsi sampai kapanpun. Sehingga timbul berbagai pro dan kontra terhadap masalah ini, ketua IDI Ikatan Dokter Indonesia menyarankan agar polisi segera menangkap dokter tersebut, sebab dokter Edward dengan terangterangan telah mengaku mempraktekkan aborsi yang jelas melanggar hukum dan kode etik tenaga kesehatan. Dari sini lah dapat dilihat penyalahgunaan aborsi itu sendiri. Ditilik dari segi etika dan moral sudah jelas aborsi tidak dapat dibenarkan. Baik aborsi maupun menggugurkan kandungan adalah perbuatan dosa. Kitab dalam agama apapun tidak ada yang membenarkan terjadinya pembunuhan, dalam kasus ini adalah aborsi. KUHP di Indonesia yang diberlakukan sejak 1918 pun tidak membenarkan tindakan aborsi dengan dalih apapun. Aborsi dianggap tindak pidana yang dapat dikenakan hukuman. Hal ini sudah diatur dalam pasal 283,299,346 hingga 349 dan 535. Walaupun dari segi hukum, agama, maupun etika dan moral aborsi tidak boleh dilakukan karena melanggar nilai-nilai kemanusiaan, tetap ada beberapa pertimbangan dimana aborsi boleh dilakukan. Yaitu pada keadaan darurat seperti, kondisi janin yang sudah meninggal dalam rahim atau kondisi sang ibu tidak memungkinkan untuk melahirkan janin. Dalam kondisi seperti itu, biasanya pihak medis lah yang turun tangan. Pihak medis akan menawarkan prosedur yang legal kepada pasien dan anggota keluarganya, apakah mau melanjutkan kehamilan dengan berbagai risiko atau menggugurkan kandungannya.

Pada kenyataannya, kebanyakan pelaku aborsi adalah para remaja yang salah pergaulan. Hanya sedikit ibu rumah tangga yang melakukan aborsi karena alasan ekonomi yang buruk. Ini menunjukkan bahwa degradasi moral remaja yang semakin meningkat juga mempengaruhi kenaikan prevalensi kasus aborsi di
4

Indonesia. Meskipun telah banyak hukum yang mengatur masalah aborsi dan pengguguran kandungan, hingga saat ini belum ada hukum formal yang mengatur masalah pergaulan remaja. Padahal jika ditinjau lebih dalam, akar dari kasus-kasus semacam aborsi adalah moral masyarakat yang mengalami degradasi. Oleh sebab itu, para pengambil keputusan di pemerintahan harus segera membuat kebijakan untuk mengatasi masalah ini. Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk menolong orang yang sudah melakukan aborsi dan sedang tertindih rasa bersalah? Orang-orang yang sedang dalam guilty feelings biasanya cenderung membenci diri sendiri dan mengharapkan tanpa sadar untuk dikritik orang lain. Oleh sebab itu, apabila mencari konselor mereka selalu menunjukkan self-blaming atau self-defensive karena merasa pasti akan dipersalahkan oleh orang yang hendak menolongnya. Maka dalam hal ini kita harus menyadari bahwa perasaan bersalah itu sangat menyiksanya. Oleh karena itu, sikap kritik dan mengadili harus dihindari dan sebaliknya kita harus mengerti dan memahami serta menerima mereka.

REFERENSI

Anggara, David. 2009. Pandangan Agama, Hukum, Etika dan Medikolegal tentang Aborsi [internet]. Available from : <http://davidanggara.blogspot.com> [Accessed 13 January 2012] Anonim. 2008. Aborsi di Indonesia [Internet]. Edisi 2. Laporan Guttmacher Institute. Available from <http://www.guttmacher.org> [ accessed 12 January
2012] Saud, Saumiman. 2007. Aborsi : pro dan Kontra [internet]. Available from <www.kabarinews.com > [Accessed 11 January 2012] Tutik, Titik Triwulan. u,d . Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Aborsi bagi Kehamilan tidak diharapkan (KTD) Akibat Perkosaan Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan [internet]. Available from < http://eprints.undip.ac.id >

[accessed 12 january 2012]

Anda mungkin juga menyukai