Anda di halaman 1dari 9

BLOCK 1 & 2

TUTORIAL I : GENDER ISSUE KELUARGA BERENCANA

GROUP 21 : AZALIA CONNIE KATYLAKSA (0810026) EMILIA CHRISTINA (0810058) KEVIN JONATHAN (0810063) JEAN JENNY (0810101) THERESIA INDRI (0810132) NICO IGNATIUS (0810145) NADIA INDRI (0810168) GEORGE HAGI (0810201) NARISWARI (0810203) TUTOR : Dr. dr. Felix Kasim, M. Kes/FK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Bandung - 2008

I.

MASALAH UTAMA DAN JAWABAN

I.1. ISTILAH Gender issue : masalah perbedaan jenis kelamin, fungsi, tanggung jawab, dan peran sosial antara lelaki dan perempuan yang dibentuk oleh lingkungan tempat kita berada sehingga timbul kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Tubektomi : pemotongan tuba fallopi atau sebagian darinya yang mengakibatkan infertilitas pada perempuan. Vasektomi : pemotongan saluran vas deferens atau sebagian darinya yang mengakibatkan infertilitas pada laki-laki. Infertilitas : menurunnya/menghilangnya kemampuan menghasilkan keturunan. Caturwarga : dalam 1 keluarga terdiri dari 4 orang. USG : Ultra Sono Grafi, prosedur pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk memberi gambaran rahim dan isinya dalam gambaran dimensi. IUD : Intra Uterine Device, alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim untuk mencegah sperma berada dalam keadaan kondusif untuk membuahi. Kontrasepsi mantap : alat pengaman permanen yang dalam penggunaannya harus digunakan tenaga ahli, seperti dokter (sterilisasi). KB : Keluarga Berencana, program dari pemerintah yang bertujuan untuk membantu para orang tua mengatur jumlah anak yang diinginkan dan mengatur jarak kehamilan serta untuk menekan pertambahan penduduk. Aborsi : tindakan menggugurkan janin atau embrio yang usianya masih muda (3 bulan), bila dilakukan dapat menyababkan penyakit bahkan kematian(illegal), tidak selalu negatif. Perspektif : sudut pandang. I.2. PERMASALAHAN Keluarga Pak D dan Ibu S ingin memiliki anak laki-laki. Anak perempuan kurang dihargai, ditunjukkan dengan tindakan aborsi pada kehamilan anak perempuan. Pandangan yang meninggikan laki-laki daripada perempuan. Posisi suami dianggap lebih tinggi dari istri, sehingga istri cenderung harus selalu menurut. Maksud dari gender issue. Perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan. Rendahnya kualitas kesehatan ibu dan tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Keluarga Berencana. Kaitan antara gender issue dengan Keluarga Berencana. Kaitan antara gender issue dengan Keluarga Berencana menurut perspektif HAM, etika, agama, hukum, dan sosial budaya. Solusi yang diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap perempuan dalam kaitannya dengan Keluarga Berencana.

I.3. ANALISA DAN PERNYATAAN SEMENTARA I.3.1. Gender Issue Gender Issue merupakan masalah perbedaan jenis kelamin, fungsi, tanggung jawab, dan peran sosial laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh lingkungan tempat kita berada sehingga timbul kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Gender lebih berkaitan dengan anggapan dan kebiasaan yang berlaku di suatu tempat tentang bagaimana laki-laki dan perempuan dianggap sesuai atau tidak dengan tata nilai sosial dan budaya setempat. Dengan demikian pengertian gender dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Gender tidak sama dengan kodrat. Kodrat adalah sifat biologis yang berasal dari Tuhan dan bukan hasil bentukan sosial lingkungan, sehingga bersifat tetap dan fungsinya tidak dapat diubah ataupun ditukar. Namun justru perbedaan kodrat inilah yang menimbulkan berbagai persepsi. Seperti persepsi di masa lalu yang cenderung melekat sampai saat ini bahwa posisi laki-laki lebih tinggi dari perempuan, padahal tidak semua laki-laki lebih di atas, itupun jika dilihat dari pandangan yang lain. Hal itu pun terlihat dari pandangan bahwa laki-laki adalah kepala keluarga, yang kita kenal dengan budaya patriarkhi (garis keturunan ditarik dari ayah), sehingga terbentuk penafsiran yang salah dalam memandang posisi perempuan. I.3.2. Perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan Dalam Hal Laki-laki Perempuan Fisik Lebih kuat, berjenggot, Lebih lemah, mulus, bulu kaki cenderung tebal berpayudara, pinggul besar Pemikiran Lebih luas, menyeluruh Lebih kompleks Tanggung jawab Dituntut mencari nafkah Dituntut mengurus rumah tangga Perasaan Lebih cuek, lebih Lebih mendalami menggunakan pemikiran perasaan sehingga cenderung sensitif Tindakan Cenderung Cenderung merawat membuat/menciptakan Jenis kelamin Kodrati Mental Memiliki penis Bekerja dan menafkahi Lebih mengandalkan emosi. Memiliki vagina Melahirkan dan menyusui anak Permpuan lebih tabah dan kuat mental karena lebih sering disakiti.

I.3.3. Rendahnya kualitas kesehatan ibu dan tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Rendahnya kualitas kesehatan ibu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : Belum tercapainya kesetaraan gender. Kurangnya kesadaran mengenai kesehatan.

Masih rendahnya pengetahuan karena masyarakat masih banyak yang memegang mitos dan kepercayaan tertentu. Rendahnya kualitas sumber daya manusia, misalnya kurangnya jumlah bidan dan persebaran akses pelayanan yang tidak merata. Kualitas dan penyediaan fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Rendahnya asupan nutrisi pada ibu hamil(kolin) dan gizi pada anak-anak. Faktor ekonomi yang kurang mendukung. Resiko yang ditanggung akibat pengorbanan seorang ibu, misalnya, resiko mengandung dan melahirkan Cara hidup yang masih salah dan kondisi lingkungan yang buruk. Adapun cara menghitung angka kematian ibu Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran Rumus

Dimana: Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Konstanta =100.000 bayi lahir hidup. Adapun angka kematian ibu, sebagai berikut : Se- Indonesia : 307 jiwa per 100.000 kelahiran Se- Jawa Barat: 321 jiwa per 100.000 kelahiran Ini berarti ada 13.778 ibu meninggal setiap tahun, atau 2 orang meninggal tiap jamnya. Sedangkan angka kematian anak se- Indonesia sekitar 37 jiwa per 1.000 kelahiran Penyebab tingginya angka kematian ibu : - penderita anemia (70%) - pendarahan hebat saat melahirkan - hipertensi - infeksi - komplikasi keguguran

- berat badan bayi di bawah rata-rata normal I.3.4. Keluarga Berencana Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah Manfaat KB : -mencegah sebagian besar kematian akibat aborsi, kehamilan dini (di bawah 17 tahun) - mencegah kehamilan yang tidak diharapkan - mengatur jumlah anak yang diinginkan Adapun syarat-syarat dari alat kontrasepsi antara lain: Mudah digunakan, dapat digunakan sendiri Murah Aman, terutama terhadap rentannya penyakit menular sex(PMS) dan HIV/Aids, juga terhadap kemungkinan adanya efek samping penggunaan KB Beberapa alat kontrasepsi yang kita kenal, antara lain : 1. Kontrasepsi hormonal (estrogen, progresteron, estrogen dan progresteron) Contoh : pil (diminum tiap hari), suntik (beberapa bulan sekali), dan susuk (dimasukkan dalam lengan). 2. Kontrasepsi nonhormonal Contoh : a. Perintang : menghalangi bertemunya sperma dengan sel telur. Ada 2 cara: Secara mekanik : kondom (sperma dihalangi oleh selaput agar tidak bertemu dengan sel telur) bagi pria dan diafragma bagi wanita, tapi umumnya di Indonesia menggunakan IUD/spiral Secara kimiawi : spermatisida (jeli, buih, vaginal douche) b. Sterilisasi (permanen) : tubektomi (pengikatan tuba fallopi pada perempuan) dan vasektomi (pengikatan vas deferens pada lakilaki). c. Secara alamiah : sistem kalender (menggunakan masa tidak subur untuk mengedalikan kehamilan) dan coitus interruptus/senggama terputus (sperma dikeluarkan di luar vagina sehingga tidak bertemu dengan sel telur) I.3.5. Kaitan gender issue dengan KB Penafsiran bahwa posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki mempengaruhi dalam penggunaan KB, sebagian besar pengguna KB adalah perempuan, karena yang mengambil keputusan kebanyakan laki-laki, misalnya IUD, suntik, pil, tubektomi, kondom perempuan. Menurut perspektif HAM, agama, etika, hukum, dan sosial budaya : HAM : harus merupakan keinginan dan kesepakatan keluarga. Setiap orang memiliki kebebasan untuk menggunakan KB atau tidak. Kesetaraan gender diatur dalam International Convention of Universal Human Right. Agama : semua agama menghendaki adanya kesetaraan gender (laki-laki dan perempuan itu harus saling melengkapi). Agama memiliki prinsip pro-life, mendukung kehidupan yang sudah

ada, sehingga di Indonesia, program yang paling tidak mendapat dukungan adalah sterilisasi. Kristen: laki-laki dan perempuan mempunyai tanggung jawab sama di hadapan Allah, sama-sama berpotensi mewujudkan rupa Allah (kitab Kejadian). Kristen juga mendukung pelaksanaan KB karena dapat menunjang terciptanya kebahagiaan keluarga dimana hak dan peran anggotanya dapat diwujudkan secara memadai, asalkan tetap bersikap kritis terhadap penyalahgunaan alat kontrasepsi. Katolik : menyetujui KB, hanya dengan memanfaatkan masa tidak subur (sistem kalender). Islam : KB boleh dilakukan hanya dalam keadaan darurat, seperti ada penyakit dalam rahim, banyak anak. Dilarang jika takut banyak anak, takut banyak tambatan belanja. Tubektomi dan vasektomi tidak diperbolehkan karena dapat memutuskan keturunan. Budha : setuju dengan KB jika cara mencegah kehamilan (KB itu sendiri) bukan merupakan pembunuhan. Etika : pelayanan KB bermutu adalah KB yang memungkinkan klien untuk secara sadar dan bebas memilih cara pengendalian kelahiran yang diinginkan, aman, terjangkau, serta memuaskan kepentingan laki-laki dan perempuan. Pandangan yang menganggap laki-laki tidak pantas merawat dan menjaga anak. Hukum : KB diperbolehkan asal didasari oleh 2 syarat, yaitu motivasi yang benar(KB dilakukan untuk mencegah sementara, untuk mengatur jarak kehamilan) dan metode pencegah kehamilan yang benar(pil, kondom, IUD, suntik, susuk, sistem kalender) Sosial budaya : Ada budaya yang menganggap banyak anak banyak rezeki, sehingga kontra terhadap KB. Budaya baru saat ini menganggap banyak anak banyak rezeki juga yang harus dicari juga untuk menghidupi anak dan keluarga, sehingga pro terhadap penggunaan KB. Masalah kesehatan ibu dan anak belum terlalu diperhatikan, paradigma kepentingan ayah didahulukan. Pemerintah sekarang mencanangkan program suami siaga (siap antar jaga) mulai dari ANC(Ante Natal Care) sampai PNC(Post Natal Care)

I.3.6. Solusi yang diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap perempuan dalam hal KB. Mengubah pandangan dan kesadaran diri terhadap gender issue. Contoh konkret yang sudah berlaku adalah dibentuknya Dewan Perlindungan Perempuan dan Anak di Sragen. Badan ini bertugas dalam berbagai bidang. a. bidang hukum : memberi pelayanan perlindungan hukum (advokasi) bagi perempuan dan anak, mengoordinasi

mekanisme perlindungan hukum, menyebarluaskan informasi perundang-undangan nasional dan dampaknya bagi perempuan dan anak. b. bidang kesehatan : mengupayakan pelayanan kesehatan (konseling) dan pemeriksaan kesehatan serta mengoordinasi petugas medis dengan dinas-dinas terkait. (ada semboyan dokter harus melindungi kepentingan kaum wanita) c. Kesejahteraan rakyat dan perlindungan anak : memberi santunan kepada perempuan dan anak korban kekerasan, mengupayakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan perempuan dengan berbagai pelatihan, memberdayakan perempuan dalam kewirausahaan serta meningkatkan mutu dan kualitas koperasi perempuan. d. Bidang pengaduan dan fasilitasi pelayanan : menerima pengaduan, memberi konsultasi psikologi, memberi rekomendasi rujukan untuk mendapat visum atau perawatan di rumah sakit serta memberi fasilitas agar mengembangkan potensi dan kemampuan melalui usaha sendiri. e. Secara lebih spesifik, ditujukan pada program sosialisasi dan advokasi (pelayanan bimbingan/perlindungan), mengoordinasi penanganan, kebijakan, perlindungan, peningkatan kesejahteraan perempuan dan anak, serta menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntunan, dan kebutuhan perempuan dan anak. Diadakannya penyuluhan mengenai sex education. Peningkatan mutu sumber daya manusia dan penyediaan fasilitas kesehatan/akses pelayanan kesehatan. Perhatian terhadap dunia industri yang dikhususkan untuk melindungi kaum perempuan, misalnya dengan adanya cuti haid. Menigkatkan pendidikan dan lowongan pekerjaan, khususnya bagi perempuan. Lebih menghargai pluralisme/perbedaan. Melakukan pendekatan sosial-kultural. Penghapusan kekerasan dan diskriminasi sosial, misalnya dengan dibentuk CEDAW(Convention of the Elimination of All Forms of Discrimination Against Awomen) untuk mewujudkan kesetaraan gender. Penyadaran pilar pembangunan. Peran pemerintah untuk membuat suatu kebijakan mengenai pemberdayaan perempuan.

II.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun tujuan dari tutorial mengenai gender issue : Keluarga Berencana ini adalah, sebagai berikut : 1. memahami gender issue 2. mengetahui kaitan gender issue dengan rendahnya kualitas kesehatan ibu dan tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia 3. mengetahui kaitan gender issue dengan Keluarga Berencana 4. mengetahui solusi yang diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap perempuan dalam hal KB

DAFTAR PUSTAKA http://mingguanindonesia.wordpress.com/2007/09/14/konvensi-perlindungan-wanita/ http://situs.kesrepo.info/kb/referensi3.htm http://situs.kesrepro.info/kb/referensi4.htm http://situs.kesrepro.info/kb/referensi5.htm http://situs.kesrepro.info/kb/referensi6.htm http://www.kompas.com/read/xml/2008/02/19/18314873/alat.kontrasepsi.di.indonesia .termurah.di.asia http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/ http://www.sragen.go.id/berita/berita.php/ William de Vries, D., dan Sutarti, N. 2006. Adil Gender, Mengungkap Realitas Perempuan Jambi. Center for International Forestry Research. No. 29B. World Health Organization. 1993. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai