•Dilema Budaya: Budaya memiliki peran yang signifikan dalam menentukan pdokterngan dan praktik KB. Beberapa
masyarakat mungkin memiliki pdokterngan yang berbeda tentang jumlah anak yang diinginkan atau jenis metode
kontrasepsi yang dapat digunakan. Dalam hal ini, dilema etik muncul ketika praktik KB yang dianjurkan oleh pemerintah
atau organisasi kesehatan bertentangan dengan nilai dan norma budaya.
•Antisipasi: Upaya pendekatan budaya yang sensitif diperlukan. Ini mencakup melibatkan pemimpin masyarakat, dukun,
atau tokoh agama yang dihormati dalam pendekatan KB. Juga, menyediakan informasi dan edukasi yang disesuaikan
dengan budaya lokal dapat membantu memperjelas pemahaman mengenai KB.
•Dilema Agama: Agama dapat memainkan peran penting dalam pdokterngan tentang KB. Beberapa agama mungkin
mengajarkan tentang pentingnya keluarga besar atau melarang penggunaan metode kontrasepsi tertentu.
•Antisipasi: Penting untuk menghormati keyakinan agama individu dan kelompok, sambil menyediakan informasi yang
akurat mengenai metode kontrasepsi yang sesuai dengan keyakinan tersebut. Pemberian edukasi yang komprehensif
mengenai KB, yang mencakup aspek-aspek agama, dapat membantu individu membuat keputusan yang lebih baik
sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka.
Apa yang saudara ketahui dari Dilema Etik pada KB (Berdasarkan Kultur,
Agama, Norma Sosial, dan Hukum) dan bagaimana saudara
mengantisipasinya
•Dilema Norma Sosial: Norma sosial dalam masyarakat dapat mempengaruhi sikap dan perilaku terkait KB.
Misalnya, dalam masyarakat di mana memiliki banyak anak dianggap prestise, individu mungkin merasa tertekan
untuk tidak menggunakan kontrasepsi.
•Antisipasi: Penting untuk mengubah norma sosial secara positif melalui pendidikan dan advokasi. Menyediakan
informasi yang jelas mengenai manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga dapat membantu
mengubah pdokterngan masyarakat terkait KB.
•Dilema Hukum: Di beberapa negara atau wilayah, hukum dapat membatasi akses ke layanan KB atau bahkan
melarangnya. Dalam hal ini, ada dilema etik terkait hak individu untuk mengendalikan kehidupan reproduksinya
dan hak akses yang terjamin oleh hukum
•Antisipasi: Para advokat hak reproduksi dan kelompok advokasi dapat bekerja untuk memperjuangkan perubahan
hukum yang mendukung hak reproduksi individu. Ini melibatkan kerja sama dengan pemerintah, organisasi
masyarakat sipil, dan lembaga internasional.
•Dalam menghadapi dilema etik dalam KB, penting untuk memprioritaskan hak individu untuk membuat keputusan
yang berdasarkan informasi dan keinginan mereka sendiri, sambil menghormati nilai budaya, keyakinan agama,
dan norma sosial yang ada. Pendekatan yang penuh pengertian, inklusif, dan berbasis bukti merupakan kunci
untuk mengatasi dilema etik dan mencapai tujuan KB yang sehat dan berkelanjutan.
Bagaimana peran laki-laki dalam KB
Program KB tidak hanya tanggung jawab dan urusan perempuan, tetapi merupakan tanggung jawab bersama
keluarga.
Kendala
• Banyak laki laki tidak pernah mengikuti sosialisasi/penyuluhan Program Keluarga Berencana (KB)
• Banyak laki laki tidak mengetahui adanya metode kontrasepsi yang disebut dengan pantang berkala maupun
metode kontrasepsi lain seperti vasektomi
• mengatakan bahwa KB laki-laki itu tabu
Sebagai seorang dokter keluarga layanan primer bagaimana anda memberikan
pelayanan KB pada Kelompok Remaja, lansia, disabilitas, pasien dengan resiko
IMS/HIV. Jelaskan
•1. Remaja:
•Pendekatan Sensitif terhadap Usia: Pertama-tama, pastikan pendekatan yang sensitif terhadap usia untuk remaja. Menciptakan lingkungan yang
nyaman dan bebas dari penilaian adalah kunci.
•Pendidikan dan Konseling: Berikan edukasi mengenai KB, pilihan metode kontrasepsi, risiko seksual, dan pentingnya hubungan yang sehat. Berikan
waktu untuk mendengarkan pertanyaan dan kekhawatiran mereka.
•Pemantauan Kesehatan Reproduksi: Lakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi, pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS), dan penilaian risiko
yang sesuai dengan usia. Ini penting untuk melindungi kesehatan remaja.
•Kerahasiaan: Jamin kerahasiaan penuh dalam semua interaksi dengan remaja. Pastikan bahwa mereka merasa aman berbicara tentang masalah
kesehatan reproduksi mereka tanpa takut dicela atau didiskriminasi.
•Konseling Mengenai Hubungan: Bicarakan tentang hubungan yang sehat, keamanan dalam seksualitas, dan pentingnya persetujuan bersama dalam
hubungan seksual.
•Lansia:
•Edukasi tentang Perubahan Fisiologis: Edukasi lansia tentang perubahan fisiologis yang terkait dengan usia yang dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi dan penggunaan kontrasepsi yang sesuai.
•Evaluasi Kesehatan Secara Rutin: Lakukan evaluasi kesehatan secara rutin untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
yang mungkin mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka, seperti penyakit kronis atau kondisi tertentu.
•Pilihan Metode Kontrasepsi: Diskusikan pilihan metode kontrasepsi yang sesuai dengan kesehatan dan preferensi
lansia. Beberapa metode mungkin lebih cocok untuk lansia daripada yang lain.
•Konseling tentang Hubungan Seksual Aman: Ingatkan lansia tentang pentingnya seks yang aman dan penggunaan
kondom untuk mencegah IMS, bahkan pada usia lanjut.
•Pasien dengan Disabilitas:
•Aksesibilitas Fisik dan Komunikasi: Pastikan fasilitas dan komunikasi klinis dapat diakses oleh pasien
dengan berbagai jenis disabilitas. Hal ini melibatkan aksesibilitas fisik dan penggunaan bahasa dan
metode komunikasi yang sesuai.
•Penilaian Kebutuhan Individu: Lakukan penilaian yang komprehensif terhadap kebutuhan kesehatan
reproduksi individu dengan disabilitas, termasuk pertimbangan fisik dan mental.
•Kerjasama dengan Tim Kesehatan: Kerja sama dengan profesional kesehatan lainnya seperti terapis
fisik, terapis okupasi, atau pekerja sosial yang dapat memberikan dukungan tambahan.
•Pasien dengan Risiko IMS/HIV:
•Pemeriksaan IMS/HIV: Lakukan pemeriksaan IMS/HIV secara rutin pada pasien dengan risiko tinggi.
Ini mungkin termasuk tes darah dan pengambilan sampel yang sesuai.
•Konseling tentang Pencegahan IMS/HIV: Berikan konseling yang komprehensif tentang pencegahan
IMS/HIV, termasuk penggunaan kondom, vaksinasi (jika tersedia), dan pengurangan risiko lainnya.
•Terapi dan Manajemen: Jika pasien memiliki IMS/HIV, berikan perawatan dan manajemen yang
sesuai. Pastikan mereka memahami pentingnya mengikuti rencana perawatan mereka.