KELOMPOK 1
A. Yuliana Ningsih Bakri (Pbd21.158)
Andra Argharini (Pbd21.159)
Angela Merici (Pbd21.160)
Asnurialis Piarda Toondu (Pbd21.161)
Ilmu Sosiologi
dan Antropologi
• TEORI NURTURE
1
• TEORI NATURE
2
• TEORI
3 EQUILIBRIUM
Kesetaraan gender
adalah kondisi
perempuan dan laki-laki
menikmati status yang
setara dan memiliki
kondisi yang sama
untuk mewujudkan
Keadilan gender adalah
secara penuh hak-hak
suatu kondisi adil untuk
asasi dan potensinya
perempuan dan laki-laki
bagi pembangunan di
melalui proses budaya
segala bidang
dan kebijakan yang
kehidupan.
menghilangkan
hambatan-hambatan
berperan bagi
perempuan dan laki-laki.
PELAYANAN KEBIDANAN
PelayananDAN KESEHATAN
kesehatan bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit,
serta memulihkan kesehatan perorangan,
kelompok dan masyarakat.
Pelayanan Kebidanan, yang
merupakan salah satu bentuk
pelayanan kesehatan ditujukan
khusus kepada perempuan, bayi
baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah termasuk kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
1 • Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.
2
• Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, perdagangan orang
dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya.
3
• Menghapuskan semua praktek berbahaya, seperti perkawinan dini dan paksa serta
sunat perempuan.
• Menjamin partisipasi penuh dan efektif serta kesempatan yang sama bagi
6 reproduksi.
Permasalahan Gender
dalam Pelayanan Kebidanan
1. Kesehatan ibu dan bayi (safe motherhood)
Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan.
Misalnya : menentukan kapan hamil dan dimana akan melahirkan.
2. Keluarga berencana
Ada anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan karna kodrat perempuan untuk
hamil dan melahirkan.
Jumlah pria pemakai alat kontrasepsi masih rendah
3. Kesehatan Reproduksi
Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko
kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
Kehamilan yang tidak diinginkan (diluar nikah) pada remaja, yang
seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya.
4. Penyakit menular PMS
Perempuan selalu dijadikan obyek intervensi dalam program
pemberantasan PMS, walau laki – laki sebagai konsumen, justru
memberikan kontribusi yang besar pada permasalahan tersebut.
Setiap upaya mengurangi praktik prostitusi, perempuan sebagai
PSK selalu menjadi obyek dan tudingan sumber permasalahan,
sementara laki – laki mungkin menjadi sumber penularan tidak
pernah diintervensi dan dikoreksi.
Hubungan Gender dalam Pelayanan Kebidanan dan Kesehatan
• Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki dan
perempuan.
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan
perbedaan yang nyata. Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai
angka harapan hidup yang lebih panjang dari pada laki-laki, yang secara umum
dianggap sebagai faktor biologis. Namun dalam kehidupannya perempuan lebih
banyak mengalami kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki.
• Dalam pelayanan kebidanan
Tingginya angka kematian ibu dilatarbelakangi oleh berbagai masalah, salah
satu diantaranya adanya masalah gender yaitu adanya ketidakmampuan
perempuan dalam mengambil keputusan dalam kaitannya dengan kesehatan
dirinya sendiri, misalnya siapa yang menjadi penolong persalinan dan
sebagainya.
Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak terlalu tertarik untuk
mempelajari kesehatan seksual dan reproduksinya. Sehingga pengetahuan
mereka cenderung terbatas. Hal ini menyebabkan laki-laki kurang berminat
mencari informasi dan pengobatan terhadap penyakit, misalnya : Infeksi
Menular Seksual (IMS).
Hubungan Gender dalam Pelayanan Kebidanan dan Kesehatan
• Di beberapa tempat di Indonesia, kawin muda dianggap sebagai takdir yang
tak bisa ditolak.
Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin dan dengan siapa
mereka akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki :
ayah ataupun keluarga laki-laki lainnya.
Kehamilan remaja kurang dari 20 tahun menyumbangkan risiko kematian ibu
dan bayi 2 hingga 4 kali lebih tinggi dibanding kehamilan pada ibu berusia 20-
35 tahun.
Seorang gadis umur 17 tahun, mengalami perdarahan. Setelah dirawat disebuah rumah
sakit selama dua jam, dia meninggal dunia. Gadis tersebut merupakan korban aborsi
yang dilakukan oleh seorang dukun. Usaha lain sebelum melakukan aborsi adalah
minum jamu peluntur, pil kina, dan pil lainnya yang dibeli di apotek. Kemudian dia
datang ke seorang dokter kandungan. Dokter menolak melakukan aborsi karena terikat
sumpah dan hukum yang mengkriminalisasi aborsi. Si gadis minta tolong dukun paraji
untuk menggugurkannya. Rupa-rupanya tidak berhasil, malah terjadi perdarahan. Ia
masih sempat menyembunyikan ini semua kepada kedua orang tuanya, selama 4 hari
berdiam di kamar dengan alasan sedang datang bulan. Ia tidak berani bercerita pada
siapa-siapa apalagi pada ibu dan bapaknya. Cerita itu berakhir dengan amat tragis,
gadis itu tidak tertolong.
Kasus tersebut menggambarkan ketidakberdayaan si gadis. Ia memilih mekanisme
defensif dan menganggapnya sebagai permasalahan dirinya sendiri. Ia
menyembunyikan keadaannya karena malu dan merasa bersalah. Masyarakat akan
menyalahkan karena dia tidak mengikuti apa yang disebut moral atau aturan sehingga
ia memilih mati meskipun tidak sengaja.
Pada contoh kasus tersebut merupakan bentuk kekerasan yang berbasis gender yang
memiliki alasan bermacam-macam seperti politik, keyakinan, agama, dan ideologi
gender. Salah satu sumber kekerasan yang diyakini penyebab pada kasus tersebut
adalah kekerasan dari laki-laki terhadap perempuan adalah ideologi gender,
Peran Bidan dalam Menyikapi
Gender dalam Pelayanan
Kebidanan
Pelayanan kesehatan ibu
1. Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil, masa kehamilan
normal, masa persalinan dan menolong persalinan normal, masa nifas,
melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas,
dan rujukan.
2. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pascakeguguran.
Keluarga Berencana
1. Pelayanan advokasi, KIE, dan promosi mengenai keluarga berencana.
2. Peningkatan kualitas keluarga berencana.
3. Peningkatan jaminan dan perlindungan pemakai kontrasepsi.
4. Peningkatan kualitas pengelola dan pemberi pelayanan keluarga berencana.
5. Pengkajian, penelitian, dan pengembangan dalam bidang keluarga
berencana.
SARAN : Untuk menyelesaikan permasalahan gender secara
lebih efektif, kegiatan-kegiatan sosialisasi atau pelatihan
gender maupun bentuk-bentuk kegiatan lainnya dikalangan
aparat dan masyarakat perlu melibatkan kedua pihak,
perempuan dan laki-laki secara bersama-sama.