Anda di halaman 1dari 79

 Kematian ibu hamil

 Kematian bayi baru lahir


 Tradisi kawin muda
 Budaya daerah
 Kekerasan
 Seks bebas & narkoba
 Kesenjangan pendidikan
 Kesempatan kerja
 Papisj berarti tukar menukar isteri di antara suami-suami teman baik,
dilakukan dalam upacara-upacara, bukan untuk tujuan biologis dan
bukan untuk pembiakan
 Papisj berasal dari dongeng tentang seorang laki-laki Asmat yang
berniat membunuh seekor buaya, tetapi terhalang suangi besar.
Tiba-tiba muncul ide untuk menyuruh ayah dan pamannya saling
tukar isteri. Setelah terlaksana, mendadak air sungai surut dan si
lelaki dapat menagkap buaya.
 Papisj bersifat normatif bagi masyarakat Asmat, diselenggarakan
untuk menjaga keseimbangan hubungan sosial masyarakat
 Papisj sekarang sudah mengalami pergeseran dan tidak pantas
digunakan untuk perilaku seks masyarakat Asmat dewasa ini

Tarian Pesek
Tarian pesek dilakukan di lapangan terbuka. Peserta tarian membentuk
suatu lingkaran besar. Setiap orang dalam lingkaran dapat keluar dari
lingkaran besar dan mencari pasangannya. Setiap lima pasang dapat
membentuk kelompok kecil. Lagu-lagu erotik dinyanyikan untuk
merangsang gairah seks peserta. Pasangan boleh meninggalkan arena
ketika mereka sudah setuju untuk bertindak lebih jauh, misalnya
melakukan hubungan seks
 Peningkatan kualitas hidup perempuan
 Penggalakan sosialisasi kesetaraan dan keadilan
Gender
 Penghapusan segala bentuk tindak kekerasan
terhadap perempuan
 Penegakan hak-hak azasi manusia bagi
perempuan
 Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan
anak
 Kemampuan dan peningkatan kemandirian
lembaga dan organisasi perempuan dan peduli
anak
PENURUNAN AKI MELALUI
LINGKUNGAN SEHAT, PENYEHATAN
“MAKING PREGNANCY SAFER”
AIR DAN SANITASI

PEMBERANTASAN PEMBERANTASAN
TUBERKULOSIS PARU MALARIA

PEMBERANTASAN PERBAIKAN
HIV/AIDS GIZI MASYARAKAT

SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENELITIAN & PENGEMBANGAN


KESEHATAN
Ketidaksetaraan dan keadilan gender dalam
kesehatan reproduksi (KR)

 Perempuan sering ditempatkan dalam posisi


yang terpinggirkan, dalam posisi yang didominasi
laki-laki dan tidak memperoleh haknya untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal
 Adanya sifat kodrati yang khas menyebabkan
derajat KR masyarakat sangat ditentukan oleh
keadaan perempuan.
Oleh karena itu perempuan merupakan
kelompok rawan dalam KR sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus
ISU KESEHATAN

PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

 Perempuan lebih berperan dan mandiri dalam


upaya perbaikan gizi
 Tingkat pendidikan perempuan lebih rendah
berpengaruh pada kurangnya pemahaman
tantang gizi
 Tingkat sosial ekonomi perempuan lebih rendah
berpengaruh pada status gizi lebih buruk
 Target program diutamakan
 Jumlah perempuan dan anak usia < 18 th
lebih dari setengah penduduk Indonesia >
65% belum menjadi modal / aset tetapi
masih sebagai beban pembangunan
 Perempuan & anak masuk kategori rentan
dalam bidang kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, dan penghasilan sehingga perlu
dilindungi dan diberdayakan
Kondisi Kesehatan
Reproduksi Wanita (1)
1. 585.000 wanita setiap tahun (satu wanita per
menit) meninggal karena kehamilan dan
persalinan
2. 200.000 kematian menternal per tahun karena
gagalnya pelaksanaan kontrasepsi
3. 120-150 juta wanita menjalankan kontrasepsi
tidak sengguh-sungguh
4. 75 juta kehamilan setiap tahun tidak diinginkan,
45 juta jiwa diaborsi, 30 juta kehamilan tidak
aman
5. 70.000 wanita meninggal setiap tahun karena
aborsi tidak aman
6. Tahun 1996
a. 3,1 juta orang terinfeksi HIV/AIDS
b. 1,5 juta orang mati terinfeksi HIV/AIDS
c. 1,6 juta orang hidup terinfeksi HIV/AIDS
Kondisi Kesehatan
Reproduksi Wanita (2)
7. 1 juta wanita meninggal setiap tahun karena infeksi saluran
reproduksi termasuk PMS
8. Separuh dari 333 juta kasus PMS setiap tahun, berasal dari
remaja
9. 2 juta gadis berumur 10-15 tahun masuk pasar seks komersial
10. 120 juta wanita mengalami peruskan alat kelamin (akibat
perkosaan, kejahatan seksual)
11. 60 juta gadis yang diharapkan terus hidup “hilang” akibat
aborsi atau pengobatan
12. kehamilan

TARGET NASIONAL PELAYANAN


KESEHATAN REPROSUKSI TAHUN 2010
1. Kesehatan reproduksi remaja
2. Kesehatan Ibu dan Anak
3. Keluarga Berencana
4. Pencegahan & Pemberantasan PMS dan HIV/AIDS
5. Kesehatan reproduksi Usila
1. Ketidaktahuan tentang PMS
2. Tidak ada perlindungan seksual bila pasangan tidak
menggunakan kondom secara konsisten
3. Semakin muda usia aktif seksual, semakin besar resiko
terkena PMS, HIV/AIDS
4. Lapisan ulcus mulut rahin remaja lebih rentan terhadap
infeksi gonorheoe, klamidia dan papiloma (dapat
menyebabkan kanker mulut rahim)
5. Pola pencarian pengobatan remaja buruk karena berusaha
menyembunyikan masalah atau mengobati sendiri
6. Remaja perempuan dengan pasangan berbeda usia yang
jauh, ternyata beresiko 2 kali lipat lebih tinggi, bila
pasangannya sudah terkena PMS sebelumnya
 Reproduksi adalah proses melanjutkan keturunan
pada manusia
 Kesehatan reproduksi didefinisikan keadaan sehat
jasmani, psikologis dan sosial yang berhubungan
dengan fungsi dan proses sistem reproduksi
 Reproduksi sehat adalah perilaku indivisu yang
berkaitan dengan fungsi dan proses reproduksi
termasuk perilaku seksual yang sehat
 Salah satu penunjnag terciptanya reproduksi sehat
adalah pendidikan seks
 Pendidikan seks adalah upaya memberikan
pengetahuan tentang perubahan pengetahuan
tentang perubahan biologis, yang pada dasarnya
merupakan upaya menanamkan moral, etika serta
komitmen agama agar tidak terjadi
“penyalahgunaan” organ reproduksi
Yang dimaksud dengan “advokasi” dalam kesehatan reproduksi adalah:
- Segala upaya, baik dalam bentuk tindakan maupun kebijakan yang
bertujuan membantu individu, kelompok atau masyarakat luas (publik)
- Untuk memperoleh hak-hak kesehatan reproduksi atau
- Agar terhindar dari tindakan atau kondisi yang dapat menyebabkan
berkurangnya atau tidak diperolehnya hak-hak kesehatan reproduksi
Secara Patut

1. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang


berkualitas
2. Hak untuk memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas,
kesehatan reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan
atau alat maupun tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi
3. Hak untuk memperoleh palayanan KB yang aman, efektif, terjangkau,
Sesuai pilihan, tanpa paksaan dan tidak melawan hukum

C:/mar/mulang/transp/advokasi_01.ppt
4. Perempuan berhak memperoleh palayanan kesehatan yang dibutuhkan,
yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan
dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat
5. Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-
masing dan dilkaukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan
bersama, tanpa unsur paksaan, ancaman dan kekerasan
6. Remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi
yang tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat
berperilaku sehat dan menjalani kehidupan seksual yang
bertanggungjawab
7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah
diperoleh, lengkap dan akurat mengenai penyakit menular seksual
(PMS), termasuk HIV/AIDS
Faktor-Faktor Penyebab
Berkurang atau tidak terpenuhinya hak-hak kesehatan
reproduksi, dapat disebabkan oleh:
 Ancaman, paksaan, tindakan kekerasan atau penghilangan
keberdayaan (perkosaan, pemasungan, aborsi, kerusuhan, dsb)
 Terputus, hilang, tidak tersedia atau tidak terjangkaunya akses
(bencana alam, daerah terpencil/terisolir, kemiskinan, biaya
mahal, dsb)
 Kurangnya pengetahuan, kebodohan (rendahnya tingkat
pendidikan, tidak adanya penyuluhan atau pelatihan, tertutup
atau tidak adanya sumber informasi, dsb)
 Apatisme atau ketidakpedulian, kurangnya kegiatan advokasi
dan tidak adanya dukungan sosial (dari individu, masyarakat,
lembaga-lembaga maupun pemerintah)
 Sistem dan nilai-nilai sosial (bisa gender, stigma sosial, dsb)
 Aspek legal (hukum, peraturan, tata-tertib, dsb)

C;/mar/mulang/transp/advokasi_01.ppt
GENDER, adalah peran dan kedudukan seseorang yang diinstruksikan
oleh masyarakat dan budayanya karena seseorang lahir sebagai
perempuan atau karena seseorang lahir sebagai laki-laki.
(Yulfira Rahardjo, 1996)
Tidak sama antar negara, tergantung budayanya

BIAS GENDER, adalah suatu pandangan yang membedakan peran,


kedudukan dan tanggungjawab antara laki-laki dan erempuan
(BKKBN, 2001)

KESETARAAN/KEADILAN GENDER, adalah suatu kondisi yang


sejajar dan seimbang secara harmonis dalam hubungan
kerjasama antara laki-laki dan perempuan. (BKKBN, 2001)

ANDROGINI, adalah suatu pola pendidikan dan pengasuhan anak


yang tidak berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan.
(BKKBN, 2001)
PELANGGARAN TERHADAP HAK
REPRODUKSI ANAK
 95,5% janin yang diidentifikasi perempuan, telah diadobsi di
RSU Bombay
 Pengrusakan alat kelamin bayi/anak-anak perempuan
(sirkumsisi, mutilasi) di Afrika, Sudan, Mesir.
 Pemaksaan pengenaan pakaian/perhiasan/riasan yang
tidak sesuai dengan jenis kelamin anak
 Pelecehan seksual/perkosaan terhadap anak-anak
 Tingkat kematian anak perempuan umur 1-5 tahu lebih tinggi
dibandingkan tingkat kematian anak laki-laki di Turki, India,
Bangladesh, Mesir dan Sudan
“Kekerasan terhadap anak, termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran HAM”

(Konfensi Hak-hak Anak, Resolusi PBB No. 44/25 Desember 1989, diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Kepres No.
39/1990)
KASUS EKSPLOITASI & PELANGGARAN
HAK-HAK ANAK

 40-70 ribu anak menjadi korban tindakan seksual

 400 ribu anak menjadi pengungsi akibat konflik


 6,5 juta anak putus sekolah / tidak bersekolah
 50% anak Indonesia kekurangan gizi (Dodi, 2001)
 1,5 juta janin diaborsi tiap tahun (Muhajir, 2001)
 Anak-anak dijual, dijadikan pelacur (PSK)
 Pekerja anak di bawah umur (jermal, industri, pertanian)  upah murah,
rentan kekerasan

 Penganiayaan terhadap anak:


 Psikis
 Seksual
 Sosial
KEKERASAN TERHADAP ANAK
(Fisik, Phisik, Seksual, Ekonomi)
 Di Indonesia
 11,7 juta orang pekerja anak
 50.000 orang anak jalanan
 4.000 orang anak dipenjara
 425 orang anak terkena HIV/AIDS
 30% pelacur perempuan adalah anak-anak
KEKERASAN TERHADAP ANAK LAKI-LAKI
 Dalam keluarga/domestik (pembantu perempuan,
paman, saudara, orang tua tiri)
 Di sektor publik (mandor, pengawas, guru ngaji,
guru sekolah, aparat)
 Dalam komunitas anak jalanan
 Dalam komunitas anak jermal
 Dalam komunitas anak lapas
 Dalam komunitas budaya sifon

KEKARASAN DI KALANGAN ARTIS


 Ayu Ashari – Temu Ibrahim Yusuf Gangguan mental
 Nur Afni Octavia – Ermin Rondonuwu Pada korban &
 Wulan Guritno – Atilla Syah anaknya
 Sarah Ashari -- Suaminya
Kekerasan yang dihadapi anak jalanan

 Dipaksa/diancam untuk menyerahkan penghasilan


 Dipaksa untuk melakukan oral seks dan sodomi
 Ditangkap dan dipukuli petugas
 Dibunuh untuk tujuan perampasan

Dampak
 PMS/HIV/AIDS
 Hamil di luar nikah
 ISPA, Kanker hati, hepatitis
 Gangguan kesehatan gigi & mulut

Upaya Pencegahan
 Minum antibiotik, obat tetea mata (PMS)
 Minuman keras/alkohol, ramuan, pijat dukun
 Peningkatan kasus remaja HIV/
AIDS 6000 kasus/hari, dalam 5
Perilaku Seksual ABG runyam tahun terakhir
Cewek-cewek Pecum Meningkat  15 juta remaja melahirkan 500
Cewek-cewek Dispak Meningkat ribu meninggal karena melahirkan
Ayam Sekolahan & Kampus 65 ribu meninggal akibat aborsi
Usia termuda 12 th mulai  4,3 juta generasi penerus
melakukan hub. Seks mengalami resiko gangguan kes.
97% mahasiswi telah hub. seks reproduksi
(Wilopo A. S., 2006)

Gangguan Depresi
Gangguan Stres Pasca Trauma
Bunuh Diri
Perempuan tidak punya akses dan kontrol
Atas kekuasaan dan proses pengambilan keputusan yang
Berkaitan dengan hak reproduksinya dan
Kesehatan reproduksinya

-Penentuan pasangan hidup


-Hubungan seksual
-Penentuan alat kontrasepsi
-Penentuan kehamilan
-Penentuan banyaknya anak
-Penentuan jenis kelamin anak
-Penentuan pencarian palayanan kesehatan
Faktor Sosial Budaya Masa Kehamilan
dan Persalinan

Kehamilan dan kelahiran bukan hanya berarti proses “menghidupkan


satu lagi anak manusia ke dunia” tetapi juga sebaliknya: dapat
“mematikan manusia di dunia”.

Masa kehamilan dan persalinan, dapat menjadi periode yang


“menyengsarakan” perempuan
Dalam masyarakat, dijumpai adat istiadat, budaya, kebiasaan, sistem
sosial, kepercayaan, stigma. Yang merugikan perempuan hamil atau
melahirkan

Di Sumba:
Suami diijinkan mencari perempuan lain sementara istrinya sedang hamil
Perempuan hamil tetap wajib bekerja keras agar persalinan lancar
Faktor Sosial Budaya dalam Masa Kehamilan dan
Persalinan
Di Subang:
 Perempuan harus menghasilkan leturunan sebanyak
banyaknya
 Perempuan pasca melahirkan, terkadang diletakkan di
belakang, di dekat dapu

Budaya Priyayi Sentana


 Selama menyusui, istri menghindari hubungan suami
istri (takut ASI tercemar), merelakan suami “jajan”

Budaya Priyayi Sentana


 Selama menyusui, istri menghindari hubungan suami istri
(takut ASI tercemar), merelakan suami “jajan”

Pada Suku tertentu:


 Anak laki-laki lebih diharapkan, memaksa permpuan terus
hamil sampai punya anak laki-laki

Hamil dan bersalin adalah tugas istri/perempuan bukan tugas


suami atau keluarga
FAKTOR SOSIAL BUDAYA DALAM
MASA KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Status gizi rendah pada perempuan hamil,mempunyai kontribusi
siginifikan pada penyebab utama kematian (pendarahan, eklamsi,
infeksi, kelahiran obstruktif)
Adapun gizi ibu hamil sangat kurang karena adat:
Perempuan makan belakangan
Perempuan hamil makan sedikit di piring kecil (supaya bayi ramping,
bermulut mungil)

Mahar/mas kawin yang tinggi:


Harus ditebus perempuan dengan kerja keras
Perempuan menjadi “milik”, “dikuasai”, dan harus melayani keluarga
besar suami

Sosbud-kehamilan.ppt
Faktor Sosial Budaya dalam
Masa kehamilan dan Persalinan

Perempuan pasca melahirkan


 Harus menjalani “mardiapi”, tiduran dibalai-balai dan
dipanasi dari bawah (selama 40 hari)
 Dilarang menggerakkan kaki secara bebas ketika tidur
 bahkan ada yang kakinya diikat atau ditumpangkan
di atas “dingkel”

Perawatan organ-organ reproduksi perempuan pasca melahirkan:


 Pertama-tama lebih ditujukan untuk kepuasan suami
 Baru kemudian untuk kesehatan ibu

Kematian dan kecacatan perempuan sebagai akibat


permasalahan selama masa kehamilan dan persalinan,
berkaitan erat dengan status gizi dan faktor-faktor sosial
budaya

Sosbud_kehamilan.ppt
Suatu Pagi, seorang peneliti perempuan
berdialog dengan seorang tokoh masyarakat di suatu tempat …..

Peneliti: Soal kehamilan isteri……. ?


Tokoh: Lho, nomer satu jelas, isteri wajib melayani suami. Kalau lalu hamil
bersyukurlah kita. Dia juga harus bersyukur, walaupun payah.
Supaya lancar, pergilah dia kusuk. Jadi perempuan, memang
begitu. Bibit dari kita, kita tanam, maka dia yang merawatnya.
Sampai besar merawatnya, kita suruh. Dia urus anak kita, dia
urus pula kita….
Peneliti: Lalu, tanggungjawab suami apa?
Tokoh: Cari uang. Kita juga harus panasi badan isteri selama 40 hari sejak
melahirkan. Mardiapi, namanya di sini. Kita juga harus masak
sendiri, mencuci sendiri. Tidak boleh kita memakan masakan isteri.
Haram itu. Karena, isteri kan masih kotor, itu sama dengan najis.
Jadi, masakannyapun kotor, istilah...
1. Bayi Perempuan
a. Di-aborsi atau dibunuh ketika lahir c. Dipaksa berpakaian laki-laki
b. Mutilasi (mis.: memotong klitoris) d. Kekerasan/siksaan phisik

2. Anak-anak perempuan:
a. Dijual ke pelacuran/pembayar hutang/judi.
b. Diperkosa/disiksa oleh keluarga sendiri (ayah kandung/tiri, kakak, sepupu, dsb.)
3. Remaja Perempuan:
a. Dijual ke pelacuran/pembayar hutang/judi.
b. Dipaksa kawin dengan berbagai alasan.
c. Diperkosa/disiksa oleh keluarga sendiri (ayah kandung/tiri, kakak, sepupu, dsb.)

4. Perempuan Dewasa/Isteri:
a. Dijual ke pelacuran/pembayar hutang/judi.
b. Hubungan seks a~normai/pemaksaan.
c. Dilecehkan/diperkosa di tempat kerja
d. Siksaan phisik oleh keluarga (mis.: suami).

5. Perempuan Tua/Gangguan Jiwa:


a. Diperkosa keluarga sendiri
b. Diperkosa orang lain
72
Presentasi Suami yang Mempunyai Kognisi
dan Sensitivitas pada Masa Antenatal
Variabel Kognisi Sensitivitas
Maternal Care
Makanan sehat bagi ibu hamil 92,0 97,8
Vitamin pelengkap 92,0 97,8
Makanan beresiko bagi ibu hamil 34,8 93,7
Kebersihan tubuh & lingkungan 100,0 48,0
Istirahat yg cukup bagi ibu hamil 74,0 44,4

Safe Pregnancy
Pemeriksaan teratur di antenatal 100,0 42,0
Staf kesehatan reproduksi terlatih 100,0 90,0
Terhindar dari penyakit di antenatal 100,0 -

 Budaya sensitif suami, kurang tersosialisasi melalui lembaga


unit pelayanan kesehatan reproduksi
 Program kesehatan reproduksi di setiap UPKR, hanya
disediakan bagi para ibu atau wanita hamil
 Tidak terdapat program pelayanan bagi pasangan suami istri
Empat kebijakan yang diterapkan
dalam kesehatan reproduksi

1. Mengutamakan kepentingan klien


dengan memperhatikan hak reproduksi,
kesetaraan dan keadilan gender

2. Menggunakan pendekatan siklus


kehidupan dalam menangani masalah
kesehatan reproduksi

3. Memperluas jangkauan pelayanan


kesehatan reproduksi secara proaktif

4. Meningkatkan kualitas hidup masyara-


kat melalui pelayanan kesehatan
reproduksi berkualitas
PERBEDAAN ADVOKASI & KIE
Maksud Utama
Advokasi: memberi dukungan, pembelaan, rekomendasi,
sehubungan dengan persoalan yang dihadapi
KIE: Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, perhatian,
mengubah sikap dan perilaku yang mendukung program

Sasaran
Advokasi: Pihak-pihak yang mempunyai daya ungkit atau
mempunyai pengaruh yang tinggi bagi penduduk
karena mempunyai multiplier effect sangat besar
KIE: Semua pihak yang menjadi sasaran program

PERSAMAAN ADVOKASI & KIE


1. Merupakan cara komunikasi
2. Melalui proses segmentasi sasaran
3. Melakukan riset
4. Mengembangkan strategi dan pesan
5. Memonitor dan evaluasi
1. Credible: program aksi harus didukung oleh data yang faktual dari
sumber yang obyektif dan dapat dipercaya, sehingga meyakinkan
penentu kebijakan.
2. Feasible: layak untuk dilaksanakan, karena secara teknis
dimungkinkan, petugas cukup jumlah dan kemampuannya, sarana dan
prasarana maupun dana pendukung tersedia cukup, tidak
menimbulkan dampak negatif.
3. Relevant: mememuhi kebutuhan dan benar- benar mampu
memecahkan permasalahan.
4. Urgent: mendesak untuk segera dilaksanakan, jika tidak, dapat
menimbulkan permasalahan yang lebih besar.

SYARAT PELENGKAP
1. Berdasar nalar yang runtut don memikat.
2. Terkait dengan ideologi subyek sasaran.
3. Menyatakan kebenaran.
4. Terkait minat pribadi dan memberi keuntungan.
5. Mendukung kebijakan yang baik.
c:\mar\mulang\transp \advokasi_O1.ppt
1. Membuat peka: terus menerus menyebarluaskan fakta yang masih memprihatinkan, hambatan yang ada serta
dukungan yang diperlukan.
2. Menggerakkan: menumbuhkan motivasi dan membangkitkan peran serta nyata dalam melakukan aksi.
3. Melakukan dialog: menyamakan persepsi tentang kondisi yang dihadapi dan cara penanganannya.
4. Melakukan negosiasi: mengurangi atau menghilangkan hambatan atau tentangan.
5. Melakukan lobi: pendekatan untuk memperoleh persetujuan atau dukungan atas program aksi yang akan
dljalankan.
6. Melakukan petisi: menyampaikan usulan konkrit mengenai tindakan atau kebijakan yang seharusnya
dilaksanakan.
7. Melakukan tekanan: mengadakan aksi untuk memaksa pihak-pihak yang berkompeten melakukan tindakan
yang diperlukan.
8. Memberikan informasi: penyuluhan, pelatihan, seminar, talk-show, artikel, leaflet/brosur, dsb
TARGET NASIONAL PELAYANAN
KESEHATAN REPRODUKSI TAHUN 2010
1. Kesehatan reproduksi remaja
2. Kesehatan ibu dan anak
3. Keluarga Berencana
4. Pencegahan & pemberantasan PMS dan HIV/AIDS
5. Kesehatan reproduksi Usila

BENTUK-BENTUK KEGIATAN ADVOKASI


1. Lobi politik 3. Media advokasi
2. Seminar & presentasi 4. Perkumpulan (Asosiasi)

RUANG LINGKUP ADVOKASI


1. Pengembangan kepemimpinan
2. Pembangnankoalisi
3. Membentuk jaringan
4. Melakukan lobi
5. Melakukan briefing kepada pers
6. Melakukan aksi untuk membagi oposisi

Anda mungkin juga menyukai