Anda di halaman 1dari 96

PERTEMUAN KESATU

Pertemuan ke : 1

Sub pokok pembahasan : Konsep Kesehatan Reproduksi

A. Pengertian kesehatan reproduksi, anfis perubahan seks pada perempuan


dan laki-laki
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik,mental,dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan system reproduksi,
fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan
kesejahteraan social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau
kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi
dan fungsi serta proses (ICPD, 1994).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual
dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat
memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat
menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi
tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya
mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba, 1998).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 1


mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat,
fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi
bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).
B. Ruang Lingkup dan hak-hak kespro dalam siklus kehidupan
1. Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan
manusia sejak lahir sampai mati (life cycle approach) agar di peroleh
sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang jelas serta
dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan memperhatikan
hak reproduksi perorangan dan bertumpu pada program pelayanan
yang tersedia
a) Konsepsi
Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan, Pelayanan
ANC, persalinan, nifas dan BBL yang aman.
b) Bayi dan Anak
Pemberian ASI eksklusif dan penyapihan yang layak,
pemberian makanan dengan gizi seimbang, Imunisasi,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM), Pencegahan dan penanggulangan
kekerasan pada anak, Pendidikan dan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan yang sama pada anak laki-laki dan anak
perempuan.
c) Remaja
Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi
yang adequate, Pencegahan kekerasan sosial, Mencegah
ketergantungan NAPZA, Perkawinan usia yang wajar,
Pendidikan dan peningkatan keterampilan, Peningkatan
penghargaan diri.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 2


d) Usia subur
Pemeliharaan Kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman,
Pencegahan kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi,
Menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan
jumlah kehamilan, Pencegahan terhadap PMS atau HIV/AIDS,
Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, Pencegahan
penanggulangan masalah aborsi, Deteksi dini kanker payudara
dan leher rahim, Pencegahan dan manajemen infertilitas.
e) Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap
kemungkinan penyakit utama degeneratif termasuk rabun,
gangguan metabolisme tubuh, gangguan morbilitas dan
osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat.
Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara lebih luas, meliputi:
Masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu pada saat pertama anak
perempuan mengalami haid/menarche yang bisa beresiko
timbulnya anemia, perilaku seksual bila kurang pengetahuan
dapat terjadi kehamilan diluar nikah, abortus tidak aman, tertular
penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS.
Remaja saat menginjak masa dewasa dan melakukan perkawinan, dan
ternyata belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk
memelihara kehamilannya maka dapat mengakibatkan terjadinya
risiko terhadap kehamilannya (persalinan sebelum waktunya) yang
akhirnya akan menimbulkan risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan
janinnya. Dalam kesehatan reproduksi mengimplikasikan seseorang
berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman.
Seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertular penyakit
infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ
reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungan seksual dilakukan
dengan saling memahami dan sesuai etika serta budaya yang berlaku.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 3


2. Definisi Hak Kesehatan Reproduksi
Hak adalah kewenangan yang melekat pada diri untuk
melakukan atau tidak melakukan, memperoleh atau tidak
memperoleh sesuatu. Kesadaran tentang hak sebagai manusia dan
sebagai perempuan merupakan kekuatan bagi perempuan untuk
melakukan berbagai aktivitas bagi kepentingan diri, keluarga, dan
masyarakat. Sedangkan Reproduksi adalah menghasilkan kembali
atau kemampuan perempuan untuk menghasilkan keturunan secara
berulang.
a. Definisi Hak-hak Reproduksi secara Spesifik
Hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas
dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, dan menentukan waktu
kelahiran anak mereka. Mempunyai informasi dan cara untuk
memperoleh anak dan hak untuk mencapai standar tertinggi kesehatan
seksual dan reproduksinya, dan dapat membuat keputusan mengenai
reproduksi yang bebas diskriminasi, paksaan dan kekerasan. Hak
reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang,
baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan
kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan secara
bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga, dan
masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan
waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini
didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui
di dunia internasional.
b. Tujuan Hak Kesehatan Reproduksi
Tujuan kesehatan dan hak reproduksi adalah sebagai berikut:
Untuk memastikan informasi yang menyeluruh dan faktual serta
beragam tentang pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan
reproduksi, ketersediannya, keterjangkauan, dan dapat diterima serta
cocok untuk semua. Untuk memungkinkan dan mendukung keputusan
secara sukarela tetapi bertanggungjawab dalam hal kehamilan dan

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 4


penggunaan metode keluarga berencana pilihan mereka, dan metode
lain sesuai pilihan mereka.
c. Hak-Hak Reproduksi
Hak reproduksi merupakan bagian dari hak azasi manusia yang
melekat pada manusia sejak lahir dan dilindungi keberadaannya.
Sehingga pengekangan terhadap hak reproduksi berarti pengekangan
terhadap hak azasi manusia. Selain itu orang tidak boleh mendapatkan
perlakuan diskriminatif berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena
ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan
kebangsaannya. Dibawah ini diuraikan hak-hak Kesehatan
Reproduksi.
1) Hak untuk kebebasan berfikir dan membuat keputusan tentang
kesehatan reproduksinya.
2) Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak.
3) Hak untuk hidup dan terbebas dari resiko kematian karena
kehamilan, kelahiran karena masalah jender.
4) Hak atas kebebasan dan pelayanan dalam pelayanan kesehatan
reproduksi.
5) Hak untuk bebas dari penganiayan dan perlakuan buruk yang
menyangkut kesehatan reproduksi.
6) Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan reproduksi.
7) Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan dalam
reproduksisnya.
8) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
9) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam berpolitik
yang bernuansa kesehatan reproduksi.
10) Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam
kesehatan reproduksi
Diatas telah dijelaskan hak-hak reproduksi menurut ICPD tahun 1994,
sedangkan Hak– Hak Kesehatan Reproduksi menurut Depkes RI (2002)

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 5


hak kesehatan reproduksi dapat dijabarkan secara praktis, antara lain :
a. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan
memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin keselamatan dan
keamanan klien.
b. Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau
sebagai individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya
tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-
obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan
dan/atau mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan
dan tidak melawan hukum.
d. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
e. Setiap anggota pasangan suami-isteri berhak memilki hubungan
yang didasari penghargaan.
f. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi
dan kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan,
ancaman, dan kekerasan.
g. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh
informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat
berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan seksual yang bertanggung
jawab.
h. Hukum dan kebijakann harus dibuat dan dijalankan untuk
mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan
dengan sekualitas dan masalah reproduksi
i. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui
haknya, mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 6


serta membangun dukungan atas hak tersebut melalui pendidikan dan
advokasi.
j. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan
ini diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates
Worldwide.
C. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat
memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat
menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi
tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya
mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba, 1998).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat,
fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi
bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000)

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 7


PERTEMUAN KEDUA

A. Konsep Gender Dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan


Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan
perbedaan fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan
sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai
perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan
oleh masyarakat. dan budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-
laki atau perempuan. (WHO 1998).
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi
dan tanggungjawab antara perempuan dan atau laki–laki yang
merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah dan atau
diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
B. Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Hidup Perempuan
1. Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus
kehidupan perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan
kesehatan reproduksi dilakukan sejak dari janin sampai liang kubur
(from womb to tomb) atau biasa juga disebut dengan “Continuum
of care women cycle“. Kesehatan reproduksi menggunakan
pendekatan sepanjang siklus kehidupan perempuan hal ini
disebabkan status kesehatan perempuan semasa kanak-kanak dan
remaja mempengaruhi kondisi kesehatan saat memasuki masa
reproduksi yaitu saat hamil, bersalin, dan masa nifas.
Hambatan sosial, budaya, dan ekonomi yang dialami sepanjang
hidup perempuan merupakan akar masalah yang mendasar yang
menyebabkan buruknya kesehatan perempuan saat hamil, bersalin,
dan masa nifas. Tingkat pendidikan, kualitas dan kuantitas
makanan, nilai dan sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa
diakses, situasi ekonomi, serta kualitas hubungan seksualnya

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 8


mempengaruhi perempuan dalam menjalankan masa reproduksinya
a) Konsepsi
Masa setelah bersatunya sel telur dengan sperma kemudian
janin akan tumbuh menjadi morulla, blastula, gastrula, neurulla
yang akhirnya menjadi janin dan dengan terbentuknya placenta
akan terjadi interaksi antara ibu dan janin.
b) Bayi dan anak
Masa bayi dan anak adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat, Tumbuh kembang motorik
kasar dan motorik halus akan berjalan dengan baik
bila kesehatan bayi dan anak dalam keadaan prima.
c) Remaja
Masa remaja pada masa ini terjadi perubahan fisik dan
psikologis. Perubahan fisik yang terjadi diantaranya adalah
tumbuhnya rambut kemaluan, buah dada mulai tumbuh,
perutumbuhan tinggi badan yang cepat, mendapatkan haid
yang pertama kali.
d) Usia lanjut
Yaitu masa dimana hormone estrogen sudah mulai menurun
atau habis dikarenakan produksi sel telur juga sudah mulai
menurun atau habis. Dengan menurunnya hormone estrogen
akan terjadi perubahan fisik dan psikologis pada perempuan
diantaranya perubahan pada organ reproduksi, perubahan pada
metabolism tubuh dan turunnya massa tulang (osteophorosis).
2. Perubahan yang terjadi dan factor-faktor yang mempengaruhi
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi. Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi empat golongan yang dapat berdampak
buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:
a. Faktor Demografis - Ekonomi

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 9


Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
yaitu kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan
ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses
reproduksi, usia pertama melakukan hubungan seksual, usia
pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor
demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
adalah akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja
tidak sekolah , lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
b. Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi
praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan
reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi
tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan
remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain,
pandangan agama, status perempuan, ketidaksetaraan gender,
lingkungan tempat tinggal dan cara bersosialisasi, persepsi
masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi
individu, serta dukungan atau komitmen politik.
c. Faktor psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan
teman sebaya (“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/
lingkungan terdekat dan dampak adanya keretakan orang tua
dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa
tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasan
secara materi.
d. Factor biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ
reproduksi atau cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi buruk
kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan pada
alat reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 10


kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu
adanya penanganan yang baik, dengan harapan semua
perempuan mendapatkan hak-hak reproduksinya dan
menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 11


PERTEMUAN KETIGA

A. Masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada


siklus reproduks
Beberapa masalah dapat terjadi pada setiap tahapan siklus kehidupan
perempuan, dibawah ini diuraikan masalah yang mungkin terjadi
mada setiap siklus kehidupan.
1. Masalah reproduksi
Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian
perempuan yang berkaitan denga kehamilan. Termasuk
didalamnya juga maslah gizi dan anemia dikalangan perempuan,
penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah kemandulan
dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial budaya terhadap
masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandangan
masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan
keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil.
Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi.
Misalnya program KB, undang-undang yang berkaitan dengan
masalah genetik, dan lain sebagainya. Tersedianya pelayanan
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan
anak- anak.Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi
dibawah umur lima tahun.
2. Masalah gender dan seksualitas
Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya
adalah peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi,
pelacuran dan pendidikan seksualitas. Pengendalian sosio-budaya
terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma sosial
yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan
perceraian. Seksualitas dikalangan remaja.Status dan peran
perempuan. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 12


3. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada
perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban Norma
sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai
berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan. Sikap masyarakat
mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur. Berbagai
langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.
4. Masalah Penyakit yang Ditularkan Melalui Hubungan Seksual
Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan
gonorrhea. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru
seperti chlamydia, dan herpes. Masalah HIV/AIDS (Human
Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency
Syndrome); Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit
menular seksual. Kebijakan dan progarm pemerintah
dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk penyediaan
pelayanan kesehatan bagi pelacur/Penjaja Seks Komersial). Sikap
masyarakat terhadap penyakit menular seksual.
5. Masalah Pelacuran
Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran.Faktor-
faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadap
pelacuran.Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi
pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya.
6. Masalah Sekitar Teknologi
Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi
tabung). Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal
screening). Penapisan genetik (genetic screening). Keterjangkauan
dan kesamaan kesempatan. Etika dan hukum yang berkaitan
dengan masalah teknologi reproduksi ini.
B. Gangguan haid
1. Pengertian gangguan haid
adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal panjang siklus
haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus,
hipofisis, ovarium dan endometrium

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 13


2. Fisiologi haid normal:
a. Berlangsung antara 25-35 hari atau 21-31 hari
b. Estrogen dihasilkan oleh follikel dan korpus luteum
c. Peningkatan Estrogen pada midsiklus → lonjakanLH → ovulasi
d. Peningkatan dihasilkan hanya oleh korpus luteum
e. Korpus luteum ada hanya jika terjadi ovulasi
f. Umur korpus luteum ±10-14 hr
g. Fase luteal atau fase sekresi ±14 hr (hampir selalu tetap)
h. Fase folikulogenesis atau Fase proliferasi variasi antara 7-21hr
3. Klasifikasi gangguan haid digolongkan dalam :
a. Kelainan panjang siklus (N=21-35hr)
1) Polimenore (sering) jika haid terjadi kurang 21 hari
2) Oligomenore (jarang) jika haid terjadi lebih dari 35 hari
3) Amenore (tidak haid) → jika haid tidak terjadi selama 3 bln
berturut – turut
b. Kelainan banyaknya haid (Normalnya darah haid = ±80ml):
1) Hipermenore (banyak) jika darah haid lebih 80ml
2) Hipomenore (sedikit) jika darah haid kurang dari 80ml
3) Kelainan lama haid (Normalnya lama haid 3 – 7 hari):
4) Menoragi (memanjang) jika lama haid lebih 7 hari
5) Brakimenore (memendek) jika lama haid kurang dari 3 hari
6) Metroragi (jika haid terjadi diluar siklus normal
7) Perdarahan bercak
8) Premenstrual spotting
9) Postmenstrual spotting
10) Perdarahan uterus disfungsional
11) Gangguan lain berhubungan dengan haid :
12) Metroragi (haid diluar siklus)
13) Dismenore (nyeri bila haid)
14) Premenstrual tension (ketegangan haid
c. Kelainan Panjang Siklus Haid :
1) Poliminore : Definisi polimenore adalah panjang siklus haid
kurang dari 21 hari (normal 21-35). Keadaan polimenore

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 14


bisanya terjadi pada siklus ovulatoar maupun pada siklus
anovulatoar.
Kausa :
a) Anovulasi karena gangguan hormonal
b) nsufisiensi korpus luteum (fase luteal memendek)
c) Fase folikuler memendek
Penanganan :
a) Pada kausa anovulasi diberikan induksi ovulasi
b) Pada insufisiensi korpus luteum diberikan progesteron
pada hr 16-25
c) Pada fase folikuler pendek diberikan estrogen pada hari
3-8
2) Oligomenore adalah panjang siklus haid lebih dari 35 hari
(normal 21-35 hari) dan kurang dari 3 bulan. Keadaan
oligomenore umumnya adalah siklus ovulator sehingga
fertilitas tidak terganggu.
Kausa :
a) Fase folikuler memanjang
b) Fase sekresi memanjang
Penanganan :
a) Tidak diberikan pengobatan jika tipe perdarahan teratur
b) Indukasi ovulasi diberikan jika tipe perdarahan
memanjang
4. Macam-macam gangguan Pada Waktu Haid:
a. Amenore
Definisi amenore
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya haid pada seorang
wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas,
kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Amenorea
sendiri terbagi dua, yaitu:
1) Amenorea primer, yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada
wanita usia 16 tahun.
2) Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid selama 3
siklus (pada kasus oligomenorea/jumlah darah haid sedikit),

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 15


atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus haid
biasa.
Penyebab
1) Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:
2) Pubertas terlambat
3) Kegagalan dari fungsi indung telur
4) Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan
vagina)
5) Gangguan pada susunan saraf pusat
6) Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya
darah haid, dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim
dan vagina normal
7) Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah
kehamilan, setelah kehamilan, menyusui, dan penggunaan
metode kontrasepsi. Jika sebab-sebab tersebut bisa
disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:
8) Obat-obatan
9) Stres dan depresi
10) Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan,
olahraga berlebihan, obesitas
11) Gangguan hipotalamus dan hipofisis
12) Gangguan indung telur
13) Penyakit kronik
Tanda dan Gejala
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya haid pada usia 16
tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder
(perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau
kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan haid padahal
sebelumnya sudah pernah mendapatkan haid. Gejala lainnya
tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.
b. Oligomenorea
Definisi Oligomenore
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid
memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 16


tetap sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan
mengalami haid yang lebih jarang daripada biasanya. Namun,
jika berhentinya siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan,
maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Penyebab
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan
keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-
ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya
siklus haid normal menjadi memanjang, sehingga haid menjadi
lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun
pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang
terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-
masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang
baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium
pada awal terjadinya haid pertama dan menjelang terjadinya
menopause, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon
dalam tubuh.
Disamping itu, oligomenorea dapat juga terjadi pada:
1) Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik
Ovarium (PCOS)
2) Stres dan depresi
3) Sakit kronik
4) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,
bulimia)
5) Penurunan berat badan berlebihan
6) Olahraga berlebihan, misal atlit
7) Adanya tumor yang melepaskan estrogen
8) Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang
menghambat pengeluaran darah haid
9) Penggunaan obat-obatan tertentu
10) Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah,
namun pada beberapa kasus, dapat menyebabkan gangguan
kesuburan. Pemeriksaan ke dokter kandungan harus

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 17


dilakukan ketika oligomenorea berlangsung lebih dari 3
bulan dan mulai menimbulkan gangguan kesuburan.

c. Polimenorea
Definisi Polimenore
Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih
sering (siklus haid yang lebih singkat dari 21 hari), hal ini
dikenal dengan istilah polimenorea. Wanita dengan polimenorea
akan mengalami haid hingga dua kali atau lebih dalam sebulan,
dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif
sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia.
Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di
antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam
waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih
sedikit.
Penyebab
1) Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan
menimbulkan kekhawatiran pada wanita yang
mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium.
2) Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan
gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau
memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya suatu siklus haid normal sehingga
didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan keseimbangan
hormon dapat terjadi pada:
a) 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
b) Beberapa tahun menjelang menopause
c) Gangguan indung telur
d) Stress dan depresi
e) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia
nervosa, bulimia)

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 18


f) Penurunan berat badan berlebihan
g) Obesitas
h) Olahraga berlebihan, misal atlit
i) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan,
aspirin, NSAID, dll
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat
sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera
dibawa ke dokter jika polimenorea berlangsung terus menerus.
Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat
menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang
keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea dapat juga
akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena
gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan
ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan
ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
d. Menoragia atau Hipermenorea
Definisi Menoragia atau Hipermenorea
Menoragia atau hipermenorea adalah perdarahan haid yang
lebih banyak dari normal (lebih dari 80ml/hari) atau lebih lama
dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan
darah sewaktu haid. Siklus haid yang normal berlangsung antara
21-35 hari, selama 2-8 hari dengan jumlah darah haid sekitar 25-
80 ml/hari.
Gejala
1) Penderita menoragia dapat mengalami beberapa gejala
seperti:
a) Perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama
beberapa hari berturut-turut
b) Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau
pembalut ganda di malam hari
c) haid berlangsung lebih dari 7 hari
d) Darah haid dapat berupa gumpalan-gumpalan darah
e) Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah
darah yang terlalu banyak untuk dikeluarkan setiap

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 19


harinya dapat menyebabkan tubuh kehilangan terlalu
banyak darah sehingga memicu terjadinya anemia.
Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih pendek,
mudah lelah, pucat, kurang konsentrasi, dll.
Penyebab
1) Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya haid
(menoragia) dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya:
a) Adanya kelainan organik, seperti:
 infeksi saluran reporduksi
 kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal :
akibat von willebrand disease, kekurangan
protrombin, idiopatik trombositopenia purpura
(ITP), dll
 Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya
menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal.
Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan
dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan
menurunkan hormon estrogen.
2) Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar
tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi,
Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS), kegemukan, dll
3) Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip
endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding
rahim dan lain sebagainya.
4) Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid,
obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan
obat-obatan antikoagulan.
e. Hipomenorea
Definisi Hipmenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek
dan atau lebih kurang dari biasa.
Penyebab

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 20


Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan
endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun
maupun gangguan hormonal.

f. Metroragia
Definisi Metroragia
Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak
ada hubungannya dengan haid. Metroragia merupakan suatu
perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada
metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan
darah yang dikeluarkan lebih sedikit. Metroragia tidak ada
hubungannya dengan haid, namun keadaan ini sering dianggap
oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa bercak
Klasifikasi
1) Metroragia oleh karena adanya kehamilan, seperti abortus,
kehamilan ektopik.
2) Metroragia diluar kehamilan
Penyebab
1) Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka
yang tidak sembuh, carcinoma corpus uteri, carcinoma
cervicitis, peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis
haemorrhagia, endometritis haemorrhagia), hormonal.
2) Perdarahan fungsional:
a) Perdarahan Anovulatoar, disebabkan oleh psikis,
neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang
polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut
maupun kronis.
b) Perdarahan Ovulatoar, akibat korpus luteum persisten,
kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan
darah dan penyakit akut ataupun kronis.
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid
normal yang terjadi secara periodik. kita akan merasa terganggu bila
hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama
dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak haid sama sekali.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 21


Penyebab gangguan haid dapat karena gangguan psikologis seperti
sress maupun emosi.Kelainan siklus menstruasi merupakan penyebab
infertilitas yang penting.Disfungsi ovulasi berjumlah 10-25% dari
kasus infertilitas wanita. Gangguan nutrisi yang berat (misalnya
kelaparan, anoreksia nervosa), penurunan BB (misalnya : penyakit
medis atau psikologis) dan aktivitas yang berat (misalnya : pelari
maraton, penari balet) adalah berhubungan dengan gangguan ovulasi.
Obesitas juga disertai dengan siklus anovulatorik karena peningkatan
tonik kadar estrogen, sedangkan tress berat menyebabkan anovulasi
dan amenore.
Ovulasi yang jarang, endometriosis dapat menyebabkan
infertilitas. Nyeri haid seringkali dianggap sebagai gejala khas dari
endometriosis. Ternyata scott dan felinde hanya mendapatkan 19%
dengan dismenorea yang progresif.
Gangguan haid pada remaja dan dewasa merupakan kenyataan
yang banyak dijumpai dalam praktek pada Dokter Spesialis Obsetri
Ginekologi bahkan Dokter Umum. Beberapa waktu yang lampau
masalah remaja dengan alat reproduksinya kurang mendapat perhatian
karena umur relatif muda, masih dalam status pendidikan sehingga
seolah-olah bebas dari kemungkinan menghadapi masalah penyulit dan
penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksinya padahal
pencegahan dan pengobatan haruslah dilakuakan sedini mungkin.
Menstruasi atau mens atau haid atau datang bulan adalah perdarahan
yang terjadi secara berulang setiap bulannya (kecuali saat kehamilan)
pada uterus seorang wanita dikarenakan adanya proses deskuamasi
atau peluruhan dinding rahim (endometrium).
Darah menstruasi yang banyak mengandung campuran dari
penumpukan sisa-sisa deskuamasi lapisan endometrium uteri, bekuan
darah, cairan dan lendir, serta beberapa bakteri dan mikroorganisme,
akan tampak berwarna merah kehitaman atau hitam. Lamanya
perdarahan menstruasi biasanya antara 3 - 5 hari, tetapi ada juga yang
mengalami perdarahan selama 1 - 2 hari yang diikuti terjadinya
perdarahan kembali sedikit demi sedikit. Bahkan ada juga yang sampai
7 - 8 hari, tetapi biasanya lama terjadinya perdarahan menstruasi itu

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 22


pada setiap wanita bersifat menetap.Terjadinya perdarahan mens
biasanya didahului dengan terjadinya leukorrhea (keputihan), yang
ditunjukkan dengan pengeluaran cairan (lendir) dari vagina, agak
encer, berwarna putih kekuningan, jika terjadi campuran dari tetesan
darah, warnanya menjadi merah muda disebut bloody show, bening
atau jernih dan tidak berbau.
Cairan yang keluar tersebut dapat berubah sifatnya jika terjadi
infeksi di daerah vagina atau uterusnya, yaitu menjadi berwarna kuning
atau hijau, jika tedapat campuran dari tetesan darah, warnanya berubah
menjadi merah kehitaman atau hitam, lebih kental dan keruh serta
berbau.Jumlah atau banyaknya darah mens yang keluar rata-rata 33,2
atau lebih kurang 16 ml. Pada wanita yang usianya lebih tua biasanya
jumlah darah haid yang keluar akan lebih banyak.Menstruasi yang
pertama kali , disebut menarke, paling sering terjadi pada usia 11 tahun
tetapi bisa juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun. Tetapi rata-rata
terjadi pada usia 12,5 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa
reproduktif pada kehidupan seorang wanita, yang dimulai dari menarke
sampai terjadinya menopause.
Terdapat lima ganggua menstruasiyang paling sering muncul,yaitu
oligomenore (jangka waktu haid terlalau lama), polimenora(terlalu
sering haid) Hipermenorea (darah haid terlalu banyak), hipomenorea
(darah haid terlalu sedikit), dan amenore (tidak haid sam sekali).
Ada dua penyebab utama gangguan menstruasi. Pertama, kelainan
organ seperti mioma, kanker atau polip. Kedua, kelainan hormonal.
Dari kelima gangguan menstruasi diatas, ada yang berbahaya ada yang
tidak berbahaya. Oligomenore tidak berbahaya, namun perempuan
dapat memiliki potensi sulit hamil, karena tidak terjadi ovulasi.
Polimenore dan hipermenore adalah gangguan menstruasi yang
berbahaya. Terlalu sering haid (polimenore), misalnya 2 minggu sekali,
dapat menyebabkan anemia. Begitu juga dengan hipermenore dapat
menyebabkan anemia. Polimenore dan hipermenore juga berhubungan
dengan gangguan bekuan darah dan mioma. Polimenore yang terkait
dengan gangguan hormonal, dapat terjadi pada perempuan yang
mengalami peralihan dari masa subur ke masa menopause. Polimenore

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 23


juga dapat terjadi pada perempuan muda menjelang haid pertama kali.
Perempuan obesitas juga terkadang mengalami polimenore. Factor
penyebab hipermenore adalah mioma uteri, polip endometrium,
endometritis, dll. Suntik KB dapat menyebabkan oligomenore maupun
amenore. Jika tidak menggunakan KB pil atau suntik, oligomenore
berhubungan dengan penyakit polikistik ovarium. Yang menyebabkan
perempuan tidak dapat menghasilkan sel telur, sehingga tidak terdaji
ovulasi yang pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan hormone,
akibatnya jangka waktu haid sangat lama.
C. Pelvic Inflamantory Desease (PID)
1. Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah
suatu infeksi yang menjangkiti serviks (leher rahim), uterus
(rahim), tuba falopi (saluran indung telur), dan ovarium (indung
telur). Kasus radang panggul sebagian besar ditemukan pada
perempuan berusia 15-24 tahun yang aktif secara seksual. Selain
infertilitas, penyakit radang panggul yang tidak segera ditangani
dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, dan kehamilan ektopik.
2. Penyebab Radang Panggul
a. Infeksi menular seksual adalah salah satu penyebab radang
panggul. Bakteri pada infeksi menular seksual, seperti
chlamydia dan gonore, adalah contoh bakteri yang biasanya
menyebabkan infeksi pada leher rahim. Bakteri ini dapat
menyebar dari vagina hingga ke organ reproduksi bagian atas.
Selain itu, beberapa bakteri yang biasanya hidup pada vagina
juga dapat mengakibatkan radang panggul. Bakteri ini akan
melewati vagina dan menginfeksi organ tubuh lainnya.
b. Faktor risiko radang panggul berkaitan dengan keguguran,
tindakan aborsi, sering berganti pasangan seksual, berhubungan
seksual tanpa kondom, memiliki riwayat radang panggul dan
infeksi menular seksual sebelumnya, penggunaan alat
kontrasepsi IUD (spiral).
3. Gejala Radang Panggul
a. Organ reproduksi yang terinfeksi radang panggul tidak selalu
menunjukkan gejala, sehingga pada sebagian besar kasusnya

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 24


sulit untuk dikenali. Gejala yang dialami dapat berupa rasa nyeri
pada daerah panggul, nyeri pada perut bagian bawah, nyeri
ketika buang air kecil, atau nyeri saat berhubungan seksual.
Selain itu, dapat terjadi demam, mual, dan muntah-muntah.
Keputihan yang berubah warna menjadi kuning atau hijau juga
bisa menjadi pertanda telah terjadi infeksi pada organ
reproduksi.
b. Waspadai juga periode menstruasi yang lebih lama serta
pendarahan yang terjadi di antara menstruasi atau setelah
berhubungan seksual. Segera temui dokter untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat.
4. Diagnosis Radang Panggul
a. Pasien dapat dicurigai menderita radang panggul berdasarkan
gejala yang dialami, informasi tentang riwayat kesehatannya,
serta aktivitas seksualnya. Tes yang biasa dilakukan sebagai
pendukung utama adalah pengambilan sampel dari cairan vagina
(swab vagina) atau dari leher rahim untuk mendeteksi adanya
infeksi bakteri, serta jenis bakteri yang menginfeksi. Selain itu,
beberapa tes lain yang mungkin dilakukan adalah tes darah, tes
urine, tes kehamilan, dan USG.
b. Pasien dapat didiagnosis radang panggul setelah hasil tes
terhadap bakteri penyebab seperti chlamydia atau gonore
dinyatakan positif. Walau pada sebagian besar kasus, hasil yang
keluar adalah negatif, bukan berarti pasien tersebut tidak
menderita radang panggul.
c. Dapat juga dilakukan sebuah tindakan berupa laparoskopi atau
pembedahan kecil pada bagian perut untuk memasukkan kamera
mikro guna melihat kondisi organ dalam pasien dan mengambil
sampel jaringan bila diperlukan.
d. Jika terdapat indikasi radang panggul, khususnya setelah
berhubungan seksual, dokter biasanya akan menyarankan agar
pasangan pasien tersebut diperiksa juga untuk mendeteksi
terjadinya penularan.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 25


e. Dalam kasus tertentu, abses dapat terjadi di rahim atau tuba
falopi, di mana terdapat nanah atau cairan yang berkumpul. Jika
hasil diagnosis ditemukan adanya abses, pasien akan langsung
dirawat di rumah sakit.
5. Pengobatan Radang Panggul
a. Pengobatan radang panggul atau pelvic inflammatory disease
dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik pada
penderita yang masih berada pada tahapan awal penyakit.
Biasanya penderita akan diberikan antibiotik metronidazole,
ofloxacin, doxycycline, atau ceftriaxone untuk mengobati
infeksi bakteri, setidaknya selama 14 hari. Pemberian antibiotik
dapat disertai dengan pemberian obat pereda sakit, seperti
ibuprofen dan paracetamol jika penderita merasakan sakit di
daerah perut atau panggul. Bagi penderita yang sedang hamil,
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum
mengonsumsi antibiotik.
b. Sebagian besar pasien dengan kasus radang panggul berat dapat
menerima antibiotik melalui infus di rumah sakit. Pengobatan
dengan antibiotik harus diselesaikan sampai tuntas sesuai
dengan periode konsumsi yang dianjurkan oleh dokter agar
infeksi bakteri benar-benar hilang.
c. Bagi penderita radang panggul yang memakai alat kontrasepsi
IUD, dokter kemungkinan akan menganjurkan pencabutan alat
kontrasepsi tersebut bila gejala tidak kunjung membaik setelah
beberapa hari.
d. Untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain selama
periode pengobatan radang panggul, pasangan seksual penderita
juga disarankan untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan,
walau tidak nampak gejala yang sama. Dokter juga akan
menganjurkan penderita dan pasangannya untuk tidak
berhubungan seksual selama proses pengobatan berlangsung.
e. Prosedur operasi dilakukan jika abses telah muncul pada organ
yang terinfeksi dan terdapat jaringan parut yang menyebabkan
nyeri. Tindakan operasi dapat dilakukan dengan membuka perut

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 26


(laparotomi) atau dengan bedah minimal invasif (laparoskopi),
untuk mengangkat atau mengalirkan abses dan memotong
jaringan parut.

6. Komplikasi Radang Panggul


Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera
ditangani atau penderita tidak menyelesaikan periode pengobatan
yang diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul adalah nyeri
panggul yang berkepanjangan (kronik), munculnya abses,
berulangnya penyakit radang panggul pada penderita, kemandulan
(infertilitas), dan terjadinya kehamilan ektopik.
a. Radang panggul yang berulang membuat kondisi organ
reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa
penderita radang panggul harus menyelesaikan masa
pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadinya
infertilitas serta nyeri panggul yang berkepanjangan dan sangat
mengganggu aktivitas. Infeksi berulang khususnya pada tuba
falopi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik.
Infeksi ini menyebabkan luka dan menyempitnya tuba falopi
hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di
dalam tuba falopi. Jika kehamilan ektopik terus berlanjut, dapat
terjadi robekan tuba dan perdarahan di dalam yang mengancam
nyawa penderitanya, sehingga tindakan operasi harus segera
dilakukan. Komplikasi kehamilan seperti keguguran, lahir
prematur, dan kematian janin juga dapat terjadi jika pengobatan
tidak dilakukan hingga tuntas.
b. Nyeri panggul yang berkepanjangan berpotensi menimbulkan
depresi dan insomnia pada penderitanya, dan hal ini tentunya
akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Aktivitas seksual
juga akan terganggu karena nyeri yang tidak kunjung berhenti.
c. Dalam kasus yang jarang, Reiter Syndrome dapat menjadi
komplikasi. Reiter Syndrome adalah penyakit yang
menyebabkan radang sendi dan peradangan pada mata. Hal ini

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 27


terjadi karena respons sistem imun tubuh yang berlebihan
terhadap radang panggul.
7. Pencegahan Radang Panggul
Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual,
seperti chlamydia. Infeksi ini dapat dihindari dengan menerapkan
kebiasaan aman saat berhubungan seksual. Misalnya dengan tidak
berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual
yang aman.
a. Selain mulai menerapkan kehidupan seksual yang sehat, Anda
juga dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti
berikut ini:
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin jika Anda memiliki
risiko tertular infeksi menular seksual.
c. Berkonsultasi dengan dokter mengenai jenis kontrasepsi yang
tepat untuk Anda.
d. Hindarilah mencuci vagina bagian dalam dengan teknik vaginal
douching karena akan mengganggu keseimbangan bakteri baik
(flora normal) dalam vagina.
e. Pencegahan radang panggul akan lebih mudah dilakukan bersama
pasangan. Bila Anda menderita radang panggul, sarankan kepada
pasangan Anda untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan juga bila
diperlukan.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 28


PERTEMUAN KEEMPAT

A. Masalah kesehatan reproduksi yang lainnya


1. Kanker Payudara (Ca mammae)
Definisi Kanker Payudara (Ca mammae) Kanker payudara
(Carcinoma mammaee) dalam bahasa inggrisnya disebut breast
cancer merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini
paling umum menyerang wanita, walaupun laki-laki juga punya
potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil dengan
perbandingan 1 diantara 1000. Kanker ini terjadi karena pada
kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali, atau kanker payudara sering
didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang
berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD) .
Epidemiologi Kanker Payudara (Ca mammae) Kejadian
kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian
kanker (Siswono, 2003). Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus
baru ditemukan diberbagai negara berkembang dan kurang lebih
372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Demikian pula di
Bali, kini jumlah kasusnya meningkat dan menempati urutan
kedua terbanyak setelah kanker serviks dan cenderung bergeser ke
arah yang lebih muda.
2. Etiologi Kanker Payudara (Ca mammae)
a. Faktor risiko Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab
spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi
terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
b. Faktor reproduksi : Karakteristik reproduktif yang
berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah
Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 29
nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur
lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama
kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan,
periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan window of initiation
perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan
fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan
bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi
pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal
terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis.
c. Penggunaan hormone : Hormon estrogen berhubungan dengan
terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of
Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker
payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen
replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun
tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna
kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk
waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel 3 yang sensitive
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan
degenerasi jinak atau menjadi ganas.
d. Penyakit fibrokistik : Pada wanita dengan adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma,
risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
e. Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara berat badan
dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca
menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-
negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan
sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet
terhadap terjadinya keganasan ini.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 30


f. Konsumsi lemak : Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk.
melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi
lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker
payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun
g. Radiasi : Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah
pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari
beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko
kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan
umur saat terjadinya eksposur.
h. Riwayat keluarga dan faktor genetik : Riwayat keluarga
merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita
yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik 4
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan
terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker
payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85%
pada umur 70 tahun.
i. Faktor Genetik : Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya
beberapa faktor genetik yang diturunkan dari orangtua kepada
anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi
pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang
bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.Gen
pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen
BRCA2.
Umur : Pada tahun 2001, dari 447 kasus kanker payudara yang
berobat di RS Kanker Dharmais Jakarta 9,1% diantaranya
adalah perempuan berusia kurang dari 30 tahun. Semakin
bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara.
Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 31


atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat
terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah
dibandingkan wanita di atas 40 tahun. Penelitian Devi Nur
Octaviana tahun 2011 yang berjudul “faktorfaktor risiko
kanker payudara pada pasien kanker payudara wanita di rumah
sakit kanker Dharmais Jakarta” menyatakan bahwa kelompok
kasus kanker payudara banyak terdapat pada rentang usia 40-
49 tahun yaitu sebesar 41,7% , kemudian pada rentang usia 50-
59 tahun yaitu sebesar 37,5 %. Menurut penelitian rini indrati
(2005) kasus kanker yang terjadi pada rentang usia 20- 5 29
tahun sebanyak 1,9% , 30-39 tahun sebanyak 21,2% , 40-49
tahun sebanyak 38,5% , 50-59 tahun sebanyak 32,7% , 60-69
tahun adalah 3,8% dan >70 tahun adalah 1,9%. Adapun
penggolongan kategori umur sebagai berikut : a. 26 – 35 :
dewasa awal b. 36 – 45 : dewasa akhir c. 46 – 55 : lansia awal.
d. 56 – 65 : lansia akhir (Depkes RI, 2009)
3. Patofisiologi Kanker Payudara (Ca mammae) Carsinoma mammae
berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan
sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu
dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun
untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae
telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M,
1995) . 6 2.1.5 Klasifikasi Kanker Payudara (Ca mammae)
a. Klasifikasi Patologik
1) Paget’s disease Paget’s disease merupakan bentuk kanker
yang dalam taraf permulaan manifestasinya sebagai eksema
menahun putting susu, yang biasanya merah dan menebal.
Suatu tumor sub areoler bisa teraba. Sedang pada umumnya
kanker payudara yang berinfiltrasi ke kulit mempunyai

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 32


prognosis yang buruk namun pada paget’s disease
prognosisnya lebih baik. Paget’s disease merupakan suatu
kanker intraduktal yang tumbuh dibagian terminal dari
duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah: sel-
sel paget(seperti pasir), hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi
sel-sel bundar di bawah epidermis.
2) Kanker duktus laktiferus Comedo carcinoma terdiri dari
sel-sel kanker non papillary dan intraductal, sering dengan
nekrosis sentral sehingga pada permukaan potongan terlihat
seperti terisi kelenjar, jarang sekali comedo carcinoma
hanya pada saluran saja biasanya akan mengadakan
infiltrasi kesekitarnya menjadi infiltrating comedo
carcinoma.
3) Adeno carcinoma dengan infiltrasi dan fibrosis, ini adalah
kanker yang lazim ditemukan 75 % kanker payudara adalah
tipe ini. Karena banyak terdiri dari fibrosis umumnya agak
besar dan keras. Kanker ini disebut juga dengan tipe
scirrbus yaitu tumor yang mengadakan infiltrasi ke kulit
dan kedasar. 7
4) Medullary carcinoma Tumor ini biasanya sangat dalam di
dalam kelenjar mammae, biasanya tidak seberapa keras,
dan kadang-kadang disertai kista dan mempunyai kapsul.
Tumor ini kurang infiltratif disbanding dengan tipe scirrbus
dan mestatasis ke ketiak sangat lama. Prognosis tumor ini
lebih baik dari tipe-tipe tumor yang lain.
5) Kanker dari Lobulus Kanker lobulus sering timbul sebagai
carcinoma in situ dengan lobulus yang membesar. Secara
mikroskopik, kelihatan lobulus atau kumpulan lobulus yang
berisi kelompok sel-sel asinus dengan bebrapa mitosis.
Kalau mengadakan infiltrasi hamper tidak dapat dibedakan
dengan tipe scirrbus.
b. Klasifikasi Klinik Kanker Payudara ( Ca mammae)
1) Steinthal I : kanker payudara besarnya sampai 2 cm dan
tidak memiliki anak sebar.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 33


2) Steinthal II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak
sebar dikelenjar ketiak.
3) Steinthal III : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak
sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular, atau
infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit atau kanker
payudara yang apert (memecah ke kulit).
4) Steinthal IV : kanker payudara dengan metatasis jauh misal
ke tengkorak, tulang punggung, paru-paru, ahti dan
panggul.
c. Klasifikasi klinik kanker payudara menurut Peplau 1963
TUMOR SIZE (T) TX Tidak ada tumor T0 Tidak dapat
ditunjukkan adanya tumor primer T1 Tumor dengan diameter 2
cm atau kurang T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi
terhadap fascia dan/muskulus pectoralis T1b >0,5 cm tapi
kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus
pectoralis T1c >1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap
fascia dan/muskulus pectoralis T2 Tumor dengan diameter
antar 2-5cm T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus
pectoralis T2b dengan fiksasi T3 Tumor dengan diameter >5
cm T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi T4 Tumor tanpa
memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secar
langsung ke dalam dinding thorak dan kulit
d. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan
secara individual.
e. Pembedahan Tumor primer biasanya dihilangkan dengan
pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada
pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis
tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli
bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat
sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk
meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti
dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau
kemoterapi.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 34


D. Komplikasi Kanker Payudara (Ca mammae)
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati.
Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur
patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-
paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan
metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.
E. Prognosis Kanker Payudara (Ca mammae) Menurut Ramli
(1994), prognosis kanker payudara di tentukan oleh:
1. Staging (TNM) Semakin awal stadium kanker maka
prognosisnya akan semakin baik.
Stadium I : 5-10 tahun 90-80 %
Stadium II : 70-50 %
Stadium III : 20-11 %
Stadium IV : 0 % Untuk stadium 0 (in situ)
2. Jenis histopatologi keganasan Karsinoma insitu mempunyai
prognosis yang baik di bandingkan dengan karsinoma yang
sudah invasif.
3. Pengertian Kecemasan Kecemasan (ansietas/anxiety)
adalah ganggun alam perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realistis (reality testing Ability),
masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
keretakan pribadi (spilliting personality), perilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.
Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas
dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan
(ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang
disertai respon perilaku, emosional 12 dan fisiologis
individu yang mengalami gangguan ansietas (Videbeck
Sheila L, 2008, hal 307). Kecemasan adalah emosi yang

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 35


paling sering dialami, berupa kekhawatiran atau rasa takut
yang tidak dapat dihindari dari hal-hal yang berbahaya dan
dapat menimbulkan gejala-gejala atau respon tubuh. Gejala
kecemasan baik sifatnya akut maupun kronik (menahun)
merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan
kejiwaan (psychiatric disorder). Secara klinis gejala
kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok yaitu :
Gangguan Cemas (anxiety disorder), gangguan cemas
menyeluruh (generalized anxiety disorder / GAD),
gangguan panik (panic disorder), gangguan phobic (Phobik
disorder), dan gangguan obsesif-komplusif (obsessive-
complusive disorder). Diperkirakan jumlah mereka yang
menderita gangguan kecemasan ini baik akut maupun
kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan
perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1. Tidak
semua orang yang mengalami stressor psikososial akan
menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur
kepribadiannya. Orang yang kepribadian pencemas resiko
untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang
yang tidak berkepribadian pencemas.
Perkembangan kepribadian (personality development)
seseorang dimulai dari sejak usia bayi sampai usia 18 tahun dan
tergantung dari pendidikan disekolah dan pengaruh lingkungan dan
pergaulan sosialnya serta pengalaman - pengalaman kehidupan
nya. Seseorang menjadi cemas terutama akibat proses imitasi dan
identifikasi dirinya terhadap orang tuanya, dari pada pengaruh
keturunan (genetika).

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 36


PERTEMUAN KELIMA

A. Status Sosial Wanita


1. Pengertian
Status adalah kedudukan seseorang di dalam keluarga dan masyarakat.
Jadi status social wanita adalah kedudukan seorang wanita yang akan
mempengaruhi bagaimana seseorang wanita diperlakukan, bagaimana
dia dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.
2. Faktor Yang Mempengaruhu Status Sosial Wanita
a. Rendahnya kedudukan wanita dari pria
Walaupun separuh dari penghuni dunia adalah wanita
namun sampai abad yang lalu dunia seni, politik, ekonomi,
perdagangan adalah dunia laki-laki. Karena itu wanita hidupnya
bagaikan mengambang dalam keremangan senja, bergerak hanyut
seperti bayangan dibelakang panggung pria dan tidak berarti.
Hukum manusia dari dulu hingga sekarang adalah hukum
laki-laki, khususnya dibidang politik, pemerintah adalah
pemerintahan pria dan Negara adalah Negara pria. Terutama
dibidang politik, wanita ditolak untuk menduduki posisi
kepemimpinan dan fungsi-fungsi kunci, karena dianggap kurang
mampu dan dilihat sebagai saingan kaum pria.
b. Rendahnya tingkat pendidikan wanita dibanding pria
Ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai
pendidikan anaknya umumnya kaum laki-laki yang mendapat
prioritas utama untuk memperoleh pendidikan yang tinggi untuk
bekal menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah yang baik,
sedangkan wanita kurang perlu mendapat pendidikan tinggi karena
nantinya juga harus bertugas menjadi ibu rumah tangga, kembali
mengurus keluarga.
Persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap
kurang penting memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 37


mengakibatkan banyak wanita tetap terpuruk dalam kebodohan
karena tingkat pendidikan yang rendah.
c. Perlindungan hukum, hak dan kewajiban wanita serta peran ganda
wanita sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
d. Di masyarakat seorang wanita tidak boleh memiliki / mewarisi hak
milik atau mencari penghasilan. Bila wanita dicerai maka dia tidak
boleh merawat anaknya lagi atau hak miliknya.
e. Meskipun wanita punya hak secara hokum tetapi tradisi tidak akan
mengijinkan untuk mengkontrol hidupnya sendiri. Selain itu karena
ekonomi keluarga yang kurang baik, meningkatkan wanita untuk
berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah.
B. Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya
Mengatasinya
1. Pemerkosaan
a. Pengertian perkosaan
Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari
atau alat lain ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa
persetujuannya. Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila
seorang, perempuan disiksa, dipukuli sampai pingsan, atau ketika
perempuan meronta, melawan, berupaya melarikan setiap diri atau
korban hendak bunuh diri, akan tetapi meskipun perempuan tidak
melawan, apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan
tersebut bukan pilihan keinginan perempuan berarti termasuk
tindak perkosaan. bukan kesalahan wanita.
Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak
diinginkan istri termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan
yang salah.
b. Motivasi Perkosaan
1) Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk
menguasai korban dengan cara mengancam (dengan senjata
secara, fisik menyakiti perempuan, verbal dengan mengertak)
dan dengan penetrasi sebagai simbol kemenangan.
2) Sebagai cara meluapkan rasa marah, penghinaan, balas
dendam, menghancurkan lawan baik masalah individu maupun

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 38


masalah kelompok tertentu, sedangkan unsur rasa cinta ataupun
kepuasan seksual tidak penting.
3) Luapan perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat
penderitaan bagi orang lain.
c. Jenis-Jenis Perkosaan
1) Perkosaan oleh orang yang dikenal.
2) Perkosaan oleh suami/bekas suami.
3) Perkosaan oleh pacar/dating rape.
4) Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
5) Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal.
d. Pencegahan Pemerkosaan
1) Berpakaian santun, berperilaku, bersolek tidak mengundang
perhatian pria.
2) Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan
banyak teman, tidak berduaan.
3) Di tempat keda bersama teman/berkelompok, tidak berduaan
dengan sesama pegawai atau atasan.
4) Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah
seorang diri.
5) Berjalan - jalan bersama banyak teman, terlebih di waktu
malam hari.
6) Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan,
atau berbalik dan bertanya ke orang tersebut dengan nada
keras, dan tegas. apa maksud dia.
7) Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit, atau alat bela
diri seperti parfum spray, bubuk cabe/merica yang bisa
ditiupkan ke mata.
8) Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
9) Jangan ragu mencegah dengan mengatakan 'tidak', walaupun
pada atasan yang punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat
dicintai.
10) Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang
tersebut merayu tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 39


membuat anda merasa risih, tidak nyaman, dan cepatlah
meninggalkannya.
11) Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu
tindakan yang mengarah seperti dipegang, diraba, dicium,
diajak ke tempat sepi.
12) Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti: hipnotis.
obat-obatan dalarn rninuman, pemen, snack atau hidangan
makanan.
13) Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada
polisi. hansip atau instapsi.
14) Menjaga jarak/space interpersonal derigan. lawan jenis. Di
eropa space interpersonal dengan jarak 1 meter.
e. Sikap Terhadap Korban Perkosaan
1) Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan
kesalahannya.
2) Menumbuhkan gairah hidup.
3) Mengliargai kemauannya untuk menjaga privasi dan
keamanannya.
4) Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi.
f. Resiko kesehatan pada korban perkosaan
1) Kehamilan.
2) Tejangkit Infeksi menular seksual.
3) Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai
ancaman jiwa.
4) Hubungan seksual dengan suarni mengalami gangguan,
memerlukan waktu terbebas dari trauma ataupun merasa diri
telah temoda.
5) Gejala psikologis ringan hingga gangguan psikologi berat. Pada
waktu singkat perempuan korban perkosaan menyaiahkan diri
send iri, sebab merasa dirinya yang menyebabkan perkosaan
terjadi,terlebih pandangan budaya biasanya selalu menyalahkan
perempuan. Selain itu juga terjadi insomma/gangguan tidur,
ancreksia/tidak nafsu makan,kecemasan mendalam, perasaan
males untuk bersosialisasi.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 40


Gejala psikologi tersebut dapat berkembang bila
penanganan tidak adekuat seiring dengan makin bertambah,
waktu yaitu perasaan tidak- punya daya upaya, marah yang
mernbara, merasa diri tidak berharga, timbul gejala
psikosomatis seperti: mual, mutah, sakit kepala, badan sakit.
Selain itu dapat timbul ketakutan yang luar biasa/fobia,
mengurung diri. Gejala psikologi ini tiap perempuan berbeda
tergantung dari tipe kepribadian terbuka atau tertut,dukungan
dari keluarga dan lingkungan, persepsi diri dengan apa yang
dialami, pengalaman dalam menghadapi stress, koping
mekanisme/telcnik mengatasi masalah sebelumnya.
g. Penanganan
1) Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:
a) Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
b) Memberikan asuhan untuk menangani gangguan
kesehatannya, misalnya mengobati cidera, pemberian
kontrasepsi darurat
c) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang
sebenarnya terjadi.
d) Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
e) Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f) Membantu memberitahukan pada keluarga.
g) Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak
perkosaan:
 Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap
Kesopanan.
 Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan.
 Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) no 23
tahun 2003.
 Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
2. Wanita Di Tempat Kerja
a. Alasan wanita bekerja
1) Aktualisasi diri.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 41


Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari
lingkungan karena produktifitas dan kreatifitas yang telah
dihasilkan.
2) Mata pencaharian
Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi
kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga,
baik untuk memenuhi kebutuhan primer seperti pangan,
sandang, papan, atau kebutuhan sekunder seperti perabot rumah
tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
3) Relasi positif dalam keluarga.
Pengetahuan yang luas dan pengalaman rnengambil keputusan
saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah ditempat kerja,
pola pikir terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung
dalam keluarga.
4) Pemenuhan kebutuhan social.
Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, Leman
sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.
5) Peningkaan keterampilan/kompetensi.
Dengan bekerja wanita terns terpacu untuk selalu
meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai
karyawan.
6) Pengaruh lingkungan.
Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan
memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.
b. Dampak wanita bekerja
1) Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan
infertilitas. Asap rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan
organo fosfat dan organo Morin untuk racun hewan perusak.
2) Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa
Leman sejawat, supervisor, manager atau atasan. Adaptor
wanita terkadang tidak kuasa menolak karena ketakutan atau
ancaman di PHK.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 42


3) Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi
kariemya menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu Luang
untuk memperhatikan pernikahannya.
4) Keharmonisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas
yang berlebilian memungkinkan wanita tidak mempunyai
banyak waktu untuk keluarga karena pusat perhatiannya pada
kesuksesan kanernya, sehingga bisa menelantarkan peran
sebagai istri dan sebagai ibu.
c. Upaya pemecahan
1) Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan,
baju khusus untuk proteksi radiasi.
2) Cek kesehatan secara berkala.
3) Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria
misalnya bila lembur, divas luar.
4) Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun
ditawari oleh atasan.
5) Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak
perlu takut pada ancaman di pecat.
6) Menetapkan target menikah.
7) Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian
khusus pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang
maksimal, mengagendakan kegiatan bersarna keluarga,
memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagi peran dengan
suami dan selalu menghargai suami.
3. Incest
a. Definisi
Belakangan ini, banyak sekali ditemukan baik di media maupun
kehidupan nyata, seorang anak menjadi korban kekerasan seksual
yang dilakukan anggota keluarga sendiri yang lazim disebut incest
Incest atau inses dalam kamus besar bahasa Indonesia
adalah hubungan seksual antara orang-orang yang bersaudara dekat
yang dianggap melanggar adat, hokum dan agama.
Menurut Sawitri Supardi Sadarjoen, incest adalah
hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan yamg memiliki

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 43


ikatan keluarga yang kuat, seperti misalnya ayah dengan anak
perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama
keluarga kandung.
Sedangkan menurut Kartini Kartono, incest adalah
hubungan seks diantara pria dan wanita di dalam atau diluar ikatan
perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan
atau keturunan yang yang dekat sekali.
Sofyan S. Willis, mengemukakan pengertian incest sebagai
berikut: Hubungan kelamin yang terjadi antara dua orang diluar
nikah, sedangkan mereka adalah kerabat dekat sekali.
Selanjutnya pendapat incest yang dikemukakan oleh
Supratik, mengatakan bahwa: Taraf koitus antara anggota
keluarga, misalnya antara kakak lelaki dengan adik perempuannya
yang dimaksud adalah hubungan seksual. Atau antara ayah dengan
anak perempuannya, yang dilarang oleh adat dan kebudayaan.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi di antara anggota
kerabat dekat, biasanya adalah kerabat inti seperti ayah, atau
paman. Incest dapat terjadi suka sama suka yang kemudian bias
terjalin dalam perkawinan dan ada yang terjadi secara paksa yang
lebih tepat disebut dengan perkosaan.
Incest digambarkan sebagai kejadian relasi seksual; diantara
individu yang berkaitan darah, akan tetapi istilah tersebut akhirnya
dipergunakan secara lebih luas, yaitu untuk menerangkan
hubungan seksual ayah dengan anak, antar saudara. Incest
merupakan perbuatan terlarang bagi hampir setiap lingkungan
budaya.
Fakta biologis juga memperkuat tabu incest karena kematian,
retardasi mental, dan kelalaian congenital sangat banyak terjadi
sebagai akibat incest. Walaupun banyak factor yang
memungkinkan terjadi incest.
b. Faktor Peyebab

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 44


Lustig (Sawitri Supardi Sadarjoen, 2005:74-75)
menyatakan terdapat lima kondisi gangguan keluarga yang
memungkinkan terjadinya incest, yaitu:
1) Keadaan terjepit, dimana anak perempuan menjadi figure
perempuan utama yang mengurus keluarga dan rumah tangga
sebagai pengganti ibu.
2) Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi
dorongan seksual .
3) Ketakutan akan perpecahan keluarga yang memungkinkan
beberapa anggota keluarga untuk lebih memilih desintegrasi
struktur daripada pecah sama sekali.
4) Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi
dalam tuntutan peranan seksual sebagai istri.
5) Faktor kondisi social yang sering memungkinkan pelanggaran
incest adalah rumah yang sempit dengan penghuni yang
berdesakan, alkoholisme, isolasi geografis, sehingga sulit
mencari hubungan dengan anggota keluarga yang lain.
Sedangkan menurut Kartini Kartono, penyebab incest
adalah antara lain ruangan rumah yang tidak memungkinkan
orang tua, ank, dan saudara pisah kamar. Sedangkan hubungan
incest antara ayah dengan anak perempuannya dapat terjadi
sehubungan dengan keberadaan penyakit mental yang serius
pada pihak ayah.
Kartini kartono, menambahkan bahwa incest banyak terjadi
dikalangan rakyat dari tingkat kalangan social-ekonomi yang
rendah.

c. Jenis-jenis incest berdasarkan penyebabnya adalah:


1) Incest yang terjadi secara tidak sengaja, misalnya kakak-adik
lelaki perempuan remaja yang tidur sekamar, bias tergoda
melakukan eksperimentasi seksual sampai terjadi incest.
2) Incest akibat psikopatologi berat. Jenis ini bias terjado antara
ayah yang alkoholik atau psikopatik dengan anak

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 45


perempuannya. Penyebabnya adalah kondornya control diri
akibat alcohol atau psikopati sang ayah.
3) Incest akibat pedofilia, misalnya seorang lelaki yang haus
menggauli anak-anak perempuan dibawah umur, termasuk
anaknya sendiri.
4) Incest akibat contoh buruk dari ayah. Seorang lelaki menjadi
senang melakukan incest karena meniru ayahnya melakukan
perbuatan yang sama dengan kakak atau adik perempuannya.
5) Incest akibat patologi keluarga dan hubungan perkawinan yang
tidak harmonis. Seorang suami-ayah yang tertekan akibat sikap
memusuhi serba mendominasi dari istrinya bias terpojok
melakukan incest dengan anak perempuannya.
Secara umum ada dua kategori incest. Pertama parental
incest, yaitu hubungan antara orang tua dan anak. Kedua
Sibling incest, yaitu hubungan antara saudara kandung.
Kategori incest dapat diperluas lagi dengan memasukkan
orang-orang lain yang memiliki kekuasaan atas anak tersebut,
misalnya paman, bibi, kakek, nenek, dan sepupu.
d. Bentuk-bentuk incest tidak terbatas hanya dalam bentuk kekerasan
seksual secara fisik, namun juga psikis dan mental yang mencakup
rayuan dan iming-imimng. Berikut beberapa bentuk kekerasan
seksual yang termasuk incest:
1) Ajakan atau rayuan berhubungan seks
2) Sentuhan atau rabaan seksual
3) Penunjukan alat kelamin
4) Penunjukan hubungan seksual
5) Memaksa melakukan mastrubasi
6) Meletakkan atau memasukkan benda-benda atau jari tangan ke
anus atau vagina
7) Berhubungan seksual (termasuk sodomi)
8) Mengambil atau menunjukkan foto anak kepada orang lain
tanpa busana atau ketika berhubungan seksual.
9) Semakin maraknya kasus incest memperlihatkan betapa
rentannya posisi seorang anak untuk menjadi korban kekerasan

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 46


seksual. Terlebih lagi pelakunya adalah orang yang seharusnya
menjadi pelindungnya.
e. Incest menurut hukum pidana
Pengaturan perbuatan incest atau yang lebih dikenal dengan
hubungan seksual sedarah dalam KUH Pidana sangatlah penting,
terutama mengenai sanksi-sanksinya. Pengaturan untuk kasus-
kasus incest masih berdasarkan pada Pasal 285, Pasal 287, Pasal
294 ayat (1), dan Pasal 295 ayat (1) butir (1).
Pasal 285 KUH Pidana dengan jelas menyebutkan bahwa
“barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, diluar
pernikahan, dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, yang
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun” untuk
pasal 285 KUH Pidana kurang tepat karena pasal ini adalah pasal
pemerkosaan, demikian juga dengan Pasal 287 yang menyebutkan
“barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya,
sedangkan diketahui atau harus patut disangkanya, bahwa
perempuan itu belum cukup 15 tahun kalau tidak nyata berapa
umurnya, bahwa perempuan itu belum masanya untuk kawin,
dihukum penjara selama-lamanya Sembilan tahun”, pasal ini juga
belum tepat untuk pengaturan incest.
Dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana pengaturan
mengenai incest disebutkan secara jelas dalam buku ke II Bab XIV
tentang kejahatan terhadap kesusilaan Pasal 294 ayat (1) R.
Soesilo(1995:215), yaitu:
1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang
belum dewasa, anak tiri atau anak pungutnya, anak
peliharaannya, atau dengan seseorang yang belum dewasa yang
dipercayakan kepadanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga,
atau dengan bujang atau orang sebawahnya yang belum
dewasa, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
f. Factor yang dapat mencegah terjadinya incest :

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 47


1) Ikut sertakan instansi resmi yang menangani masalah
perlindungan terhadap anak sedini mungkin untuk menangkal
tekanan yang dialami sang anak.
2) Evaluasi anggota keluarga itu untuk penyakit psikiatrik p-rimer
yang memerlukan terapi.
3) Terapi keluarga dapat digunakan untuk menyusun kembali
keluarga yang pecah
4) Ajarkan sang anak dengan jelas dan mudah bahwa alat kelamin
mereka adalah milik mereka sendiri dan tidak boleh di pegang
sama orang lain.
5) Memberikan pendidikan seks sejak dini.
6) Memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang agama.
7) Mengisi waktu luang dengan hal – hal yang bermanfaat.
4. Home Less
a. Definisi
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang
hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat
setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap
diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. Home less banyak
terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke kota besar
tanpa didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai.
Biasanya mereka tinggal di empeeran toko, kolong jembatan,
kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas, sekitar rel
kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan mereka
sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.
b. Penyebab Home Less
1) Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan papan, sehingga
mereka bertempat tinggal di tempat umum. Kemiskinan juga
menyebabkan rendahnya pendidikan sehingga tidak
mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk bekerja. Hal ini
berefek pada anak-anak mereka. Mereka tidak mampu

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 48


membiayai anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak mereka
juga ikut jadi gelandangan.
2) Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita.
Mereka tinggal di pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
3) Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak
mempunyai tempat tinggal sehingga mereka mencari tempat
berteduh di tempat-tempat umum.
4) Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan,
kurang kasih sayang orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk
mencari komunitas yang mau menerima dia apa adanya.
5) Tinggal di Daerah Konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka
merasa keamanannya kurang terjaga mengakibatkan mereka
pindah ke daerah lain yang mereka anggap lebih aman, apalagi
kalau rumah mereka hancur karena perang. Banyak tindak
kekerasan di wilayah konflik, termasuk pelecehan seksual,
perkosaan, pembunuhan sehingga mereka memaksa
meninggalkan daerahnya.
c. Dampak Home Less
1) Kebersihan dan Kesehatan
Rumah mereka seadanya, sangat jauh dari kriteria rumah sehat.
Perilaku hidup bersih sehat sangat kurang. Tempat tinggal
mereka kotor, ventilasi, pernerangan kurang, keperluan untuk
mandi, cuci dan masak tidak memenuhi kesehatan, dll sehingga
muncul masalah kesehatan. Mereka tidak memperhatikan hal
ini karena untuk makan saja mereka hampir tidak bisa
terpenuhi. Mereka tidak mempunyai cukup dana untuk
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan.
2) Pengguna Narkoba

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 49


Banyak diantara mereka menggunakan narkoba. Pengaruh
lingkungan mereka sangat berpengaruh. Mereka rawan terkena
HIV AIDS dengan penggunaan jarum suntik secara bergantian.
3) Gizi Kurang
Ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan,
akibat rendahnya daya beli makanan, apalagi membeli
makanan bergizi mengakibatkan mereka mengalami gizi buruk,
termasuk ibu hamil dan anak balita. Mereka makan sekedar
kenyang.
4) Tindak Kekerasan Sesama Home Less
Perebutan atau persaingan lahan pencari makan menyebabkan
mereka saling terjadi konflik.
5) Dimanfaatkan
Anak-anak kecil banyak dimanfaatkan untuk mengemis dan
menyetorkan sejumlah uang setiap harinya agar terhindar dari
tindak kekerasan oleh pihak lain yang lebih kuat atau oleh
orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.
6) Pelecehan Seksual
7) Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan
sodomi, pelecehan seksual dengan imbalan uang, atau dibawah
ancaman mereka untuk melampiaskan nafsu mereka.
d. Penanggulangan
Penyuluhan dan konseling mengenai pembinaan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan penyuluhan dan konseling
mengenai pendidikan pelatihan keterampilan, pengawasan serta
pembinaan lanjut,penertiban oleh aparat pemerintah,
penampungan dipanti asuhan, panti sosial dan panti jompo,
rehabilitasi, pembangunan perumahan sangat sederhana, pengadaan
rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan pendidikan,
dan transmigrasi.
e. Penghentian / Peniadaan
1) Penertiban oleh aparat pemerintah.
2) Penampungan.
3) Pelimpahan.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 50


4) Rehabilitasi
a) Pembangunan perumahan sangat sederhana.
b) Pengadaan rumah singgah dan diberikan
5. Wanita di Pusat Rehabilitasi
a. Pusat rehabilitasi wanita meliputi :
1) Masalah sosial, contohnya PSK.
2) Masalah psikologis, misalnya trauma pada korban kekerasan.
3) Masalah drug abuse.
b. Rehabilitasi bagi para PSK dilakukan :
1) Di luar panti ditempat lokalisasi.
2) Di dalam panti.
c. Upaya rehabilitasi yang dilakukan meliputi :
1) Bimbingan agama.
2) Bimbingan sosial.
3) Latihan keterampilan.
4) Pendidikan kesehatan.
5) Pendidikan dan kesejahteraan pribadi.
d. Rehabilitasi wanita korban kekerasan, trauma psikologis
Upaya yang dilakukan dengan membangkan dan membangkitkan
rasa percaya diri. Salah satu cara dengan therapy psikologis.
Mereka membutuhkan pendampingan agar bisa kembali pada
keadaan semula. Upaya rehabilitasi korban kekerasan tercantum
dalam UUPKDRT.
6. Drug Abuse
a. Definisi
Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak
untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan
sengaja untuk mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena
pengaruh obat pada jiwa.
Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan
dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius
dan bahan psikotropika. Untuk mencegah penyalahgunaan obat,
pemerintah baru-baru ini telah mengesahkan dua Undang-Undang
penting yaitu:

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 51


1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009
tanggal 12 Oktober 2009 tentang Psikotropika.
2) Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009
tanggal 12 Oktober 2009 tentang Narkotika.
b. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah opium, morphine,
cocaine, ganja/marihuana, dan sebagainya.
Narkotika dibedakan menjadi
1) Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
2) Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
3) Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
c. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan psikotropika adalah
bahan/obat yang mempengaruhi jiwa atau keadaan jiwa, yaitu :
1) Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan
nyaman sampai tidur.
2) Dalam hal inni pemakai menjadi gembira, hilang rasa
susah/sedih, capek/depresi.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 52


3) Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan
segala sesuatu lebih indah dari yang sebenarnya dihadapi.
4) Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan
sindroma ketergantungan digolongkan menjadi :
a) psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
b) Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang
berkhasiat pengobatan an dapat digunakan dalam terapi,
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
poensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c) Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d) Psikotropika golongan IV psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Cara Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Obat Terlarang
Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar
hukum, agar generasi muda tidak semakin terjerumus maka perlu
adanya pencegahan. Upaya-upaya yang dapat ditempuh antar lain:
1) Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang untuk
melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Misalnya
dengan mengadakan seminar, maupun temu wicara antara
gerakan anti narkobadengan para pelajar, penyuluhan kepada
masyarakat umum maupun sekolah-sekolah mengnai bahaya
narkoba.
2) Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu
dilakukan agar para pengedar, pengguna dapat terjaring disaat
tanpa mereka ketahui (saat transaksi jual beli obat terlarang).
Razia dapat dilakukan di sekolah, diskotik, club malam, cafe,

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 53


maupun tempat-tempat sunyi yang diduga sebagai tempat
transaksi.
3) Pendampingan dari orangtua siswa itu senadiridengan
memberikan perhatian dan kasih sayang. Salah satu penyebab
banyaknya remaja terjerumus dalam pemakaian obat terlarang
adalah kurang kasih sayang dari keluarga, sebab mereka
berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran keluarga ketika
mereka memakai obat tersebut.
4) Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat
terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya
penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi disekitar
lingkingan sekolah.
5) Pendidikan moral keagamaan harus lebih ditekankan kepada
siswa, karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak
kedalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan
moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan
tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.
e. Solusi atau cara mengatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang
1) Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi
untuk mendapatkan penanganan yang memadai.
2) Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan
lingkungan.
3) Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang
tua, guru serta lingkungannya.
4) Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik
dalam penyaluran energi remaja yang tinggi seperti
berolahraga.
5) Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi
baik di sekolah maupun dirumah dan lingkungan sekitar.
6) Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu
menangkal pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
7) Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota
keluarga.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 54


8) Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar
serta positif dan konstruktif.
7. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai
subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
Pendidikan juga merupakan proses sadar dan sistematis disekolah,
keluarga, dan masyarakat untuk menyaqmpaikan suatu maksud dari
suatu konsep yang sudah diterapkan. Tujuan pendidikan yaitu
diharapkan individu mempunyai kemampuan dan keterampilan secara
mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan
perannya sebagai pribadi, pegawai/karyawan, warga masyarakat,
warga negara, dan makhluk Tuhan dalam mengisi pembangunan.
Tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa pada
hakekatnya ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperoleh.
Pendidikan yang baik dan berkualitas saat melhirkan individu yang
baik dan berkualitas pula. Sebaliknya apabila pendidikan yang
diperoleh tidak baik dan tidak berkualitas, maka hal ini akan
berdampak terhadap kualitas SDM yang dibangun. Peningkatan
pendidikan bagi kaum perempuan merupakan keharusan yang tidak
dapat dielakkan demi mencapai kesetaraan dan keadilan gender.
Analisis gender dalam pembangunan pendidikan ditingkat nasional
menemukan adanya kesenjangan gender dalam pelaksanaan
pendidikan terutama di tingkat SMK dan perguruan tinggi, namun
lebih seimbang peda tingkat SD, SMP, dan SMU. Kecenderungan
adalah semakin tinggi jenjang pendidikan, maka makin meningkat
kesenjangan gendernya.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena
pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup,
membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka
sendiri. Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih
mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku hidupn sehat
bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan
rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia semakin
mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 55


8. Upah
Fenomena perempuan bekerja bukanlah barang baru ditengah
masyarakat kita. Sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar
menganggur, biasanya para perempuan juga memiliki pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan mengelola sawah,
membuka warung dirumah, mengkreditkan pakaian dan lain
sebagainya. Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia masih
beranggapan bahwa perempuan dengan pekerjaaan diatas bukan
termasuk kategori perempuan bekerja. Hal ini karena perempuan
bekerja identik dengan wanita karir atau wanita kantoran, padahal
dimanapun dan kapanpun perempuan itu bekerja seharusnya tetap
dihargai pekerjaannya

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 56


PERTEMUAN KEENAM

A. Pengertian Gender Dan Seksualitas.


1. Gender
Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan
fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil
konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman
peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan
budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan.
(WHO 1998).
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran,
fungsi dan tanggungjawab antara perempuan dan atau laki–laki yang
merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah dan atau
diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Gender (Bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun
jenis kelamin di
sini bukan seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis,
tetapi lebih memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan
wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial
dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
2. Seks ( Jenis Kelamin )
Jenis kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dengan
laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. jenis kelamin
berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur
dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui.
Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang telah ditentukan oleh
Allah SWT
a. Berdasarkan fungsi biologis.
Seks berarti pria ataupun wanita yang pembedaannya berdasar pada
jenis kelamin, sex lebih merujuk pada pembedaan antara pria dan
wanita berdasar pada jenis kelamin yang ditandai oleh perbedaan

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 57


anatomi tubuh dan genetiknya. Perbedaan seperti ini lebih sering
disebut sebagai perbedaan secara biologis atau bersifat kodrati dan
sudah melekat pada masing-masing individu sejak lahir.
3. Budaya yang Mempengaruhi Gender
Sebagian besar masyarakat menganut kepercayaan yang salah tentang
arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang membahayakan
kesehatan wanita. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria
untuk berpikir, berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu
dengan alasan mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. Contohnya wanita
diharapkan untuk menyiapkan masakan, merawat anak-anak dan suami.
Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi keluarga serta
melindungi keluarga dari ancaman.
Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin, adalah
hasil rekayasa masyarakat. Masyarakat menghubungkan jenis kelamin
seseorang dengan perilaku tertentu yang seharusnya dilakukan biasanya
disebut dengan area ” kegiatan wanita” dan ”kegiatan laki-laki”.
Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh
dunia, tergantung pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh
masyarakat tersebut.
Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu
masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya,
contohnya: di dalam suatu masyarakat, wanita dari suku tertentu biasanya
bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain mempunyai
pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang.
Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke
anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak
perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun kadang tanpa mereka sadari.
4. Diskriminasi Gender
Pada hakikatnya, manusia memiliki kedudukan yang setara antara laki-
laki dan perempuan. Keduanya diciptakan dalam derajat, harkat, dan
martabat yang sama. Namun dalam perjalanan kehidupan manusia,
banyak terjadi perubahan peran dan status keduanya, terutama dalam
masyarakat. Proses tersebut lama kelamaan menjadi kebiasaan dan
membudaya. Dan berdampak pada terciptanya perlakuan diskriminatif
Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 58
terhadap salah satu jenis kelamin sehingga muncul istilah gender yang
mengacu pada perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang
terbentuk dari proses perubahan peran dan status tadi baik secara sosial
ataupun budaya.
Diskriminasi adalah pelayanan yang tidak adil terhadap
individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi
merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam
masyarakatmanusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian
untuk membeda-bedakan yang lain. Inti dari diskriminasi adalah
perlakuan berbeda.
a. Akibat pelekatan sifat-sifat gender tersebut, timbul
masalah ketidakadilan (diskriminasi) gender, yaitu :
1) Marginalisasi (Peminggiran)
Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang
mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat.
Marginalisasi perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan
gender. Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir dan
menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti
internsifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani laki-laki.
Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian
dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih
banyak dimiliki laki-laki.Selain itu perkembangan teknologi telah
menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh
perempuan diambil alih oleh mesin yang umumnya dikerjakan
oleh tenaga laki-laki. Beberapa contoh marginalisasi yaitu pemupukan
dan pengendalian hama dengan teknologi baru laki-laki yang
mengerjakan, pemotongan padi dengan peralatan sabit, mesin
diasumsikan hanya laki-laki yang dapat mengerjakan, menggantikan
tangan perempuan dengan alat panen ani-ani, usaha konveksi,
pembantu rumah tangga menyerap lebih banyak perempuan dari pada
laki-laki.
2) Subordinasi (Penomorduaan)
Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu
Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 59
jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis
kelamin lainnya. Sudah sejak dahulu ada pandangan yang
menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dari laki-
laki. Banyak kasus dalam tradisi, tafsiran ajaran agama maupun dalam
aturan birokrasi yang meletakan kaum perempuan sebagai subordinasi
dari kaum laki-laki.
Kenyataan memperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat
yang membatasi ruang gerak terutama perempuan dalam kehidupan.
Sebagai contoh apabila seorang isteri yang hendak mengikuti tugas
belajar, atau hendak berpergian ke luar negeri harus mendapat izin
suami, tetapi kalau suami yang akan pergi tidak perlu izin dari isteri.
3) Pandangan Stereotype (Citra Baku)
Stereotipe dimaksud adalah citra baku tentang individu atau
kelompok yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang
ada. Pelabelan negatif secara umum selalu melahirkan
ketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang berdasarkan
pengertian gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin
(perempuan). Hal ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan
berbagai ketidakadilan yang merugikan kaum perempuan. Misalnya
pandangan terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya hanya
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan domistik
atau kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup
rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan masyarakat,
bahkan di tingkat pemerintah dan negara. Apabila seorang laki-laki
marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan marah atau
tersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri.
Standar nilai terhadap perilaku perempuan dan laki-laki berbeda,
namun standar nilai tersebut banyak menghakimi dan merugikan
perempuan. Label kaum perempuan sebagai “ibu rumah tangga”
merugikan, jika hendak aktif dalam “kegiatan laki- laki” seperti
berpolitik, bisnis atau birokrat. Sementara label laki-laki sebagai
pencari nakah utama, (breadwinner) mengakibatkan apa saja yang
dihasilkan oleh perempuan dianggap sebagai sambilan atau tambahan
dan cenderung tidak diperhitungkan.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 60


4) Kekerasan (Violence)
Berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan sebagai
akibat perbedaan, muncul dalam bebagai bentuk. Kata kekerasan
merupakan terjemahkan dari violence, artinya suatu serangan
terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Oleh
karena itu kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja
seperti perkosaan, pemukulan dan penyiksaan, tetapi juga yang
bersifat non fisik, seperti pelecehan seksual sehingga secara
emosional terusik. Pelaku kekerasan bermacam-macam, ada yang
bersifat individu, baik di dalam rumah tangga sendiri maupun di
tempat umum, ada juga di dalam masyarakat itu sendiri. Pelaku bisa
saja suami/ayah, keponakan, sepupu, paman, mertua, anak laki-laki,
tetangga, majikan.
5) Beban Ganda (Double Dourden)
Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah
beban ganda yang harus dilakukan oleh salah satu jenis kalamin
tertentu secara berlebihan. Dalam suatu rumah tangga pada
umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-laki, dan
beberapa dilakukan oleh perempuan. Berbagai observasi,
menunjukkan perempuan mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan
dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka yang bekerja, selain
bekerja di tempat kerja juga masih harus mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. Dalam proses pembangunan, kenyataannya
perempuan sebagai sumber daya insani masih mendapat pembedan
perlakuan, terutama bila bergerak dalam bidang publik. Dirasakan
banyak ketimpangan, meskipun ada juga Isu Gender dalam
Kesehatan Reproduksi Gender mempunyai pengaruh besar
terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki
maupun perempuan sama-sama terkena dampak dan gender
steriotipi masing- masing. Misalnya sesuai dengan pola perilaku
yang diharapkan sebagai laki-laki, maka laki- laki dianggap tidak
pantas memperlihatkan rasa sakit atau mempertunjukkan
kelemahan-kelemahan serta keluhannya. Perempuan yang
diharapkan memiliki toleransi yang tinggi, berdampak terhadap

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 61


cara mereka menunda-nunda pencarian pengobatan, terutama
dalam situasi social ekonomi yang kurang dan harus memilih
prioritas, maka biasanya perempuan dianggap wajar untuk
berkorban. Keadaan ini juga dapat berpengaruh terhadap
konsekuensi kesehatan yang dihadapi laki-laki dan perempuan.
Empat isu gender dalam berbagai siklus kehidupan yaitu:
a) Isu Gender di Masa Kanak-Kanak.
Isu gender pada anak-anak laki-laki, misalnya: pada beberapa suku
tertentu, kelahiran bayi laki-laki sangat diharapkan dengan alas an,
misalnya laki-laki adalah penerus atau pewaris nama keluarga;
laki-laki sebagai pencari nafkah keluarga yang handal; laki-laki
sebagai penyanggah orang tuanya di hari tua. Dan perbedaan
perlakuan juga berlanjut pada masa kanak-kanak. Pada masa
kanak-kanak, sifat agresif anak laki-laki serta perilaku yang
mengandung resiko diterima sebagai suatu kewajaran, bahkan
didorong kearah itu, karena dianggap sebagai sifat anak laki-laki.
Sehingga data menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering
terluka dan mengalami kecelakaan.
b) Isu Gender Pada Anak Perempuan.
Secara biologis bayi perempuan lebih tahan daripada bayi laki-
laki terhadap penyakit infeksi di tahun-tahun pertama
kehidupannya. Sebab itu jika data memperlihatkan kematian bayi
perempuan lebih tinggi dan bayi laki-laki, patut dicurigai
sebagai dampak dari isu gender. Di masa balita, kematian karena
kecelakaan lebih tinggi dialami oleh balita laki-laki, karena
sifatnya yang agresif dan lebih banyak gerak.
c) Isu Gender di Masa Remaja.
Isu gender yang berkaitan dengan remaja perempuan, antara lain:
kawin muda, kehamilan remaja, umumnya remaja puteri
kekurangan nutrisi, seperti zat besi, anemia. Menginjak remaja,
gangguan anemia merupakan gejala umum dikalangan remaja
putri. Gerakan serta interaksi sosial remaja puteri
seringkali terbatasi dengan datangnya menarche. Perkawinan
dini pada remaja puteri dapat member tanggung jawab dan beban

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 62


melampaui usianya. Belum lagi jika remaja puteri mengalami
kehamilan, menempatkan mereka pada resiko tinggi terhadap
kematian. Remaja putreri juga berisiko terhadap pelecehan dan
kekerasan seksual, yang bisa terjadi di dalam rumah sendiri
maupun di luar rumah. Remaja putri juga bisa terkena isu
berkaitan dengankerentanan mereka yang lebih tinggi terhadap
perilaku-perilaku stereotipe maskulin, seperti merokok, tawuran,
kecelakaan dalam olah raga, kecelakaan lalu lintas, ekplorasi
seksual sebelum nikah yang berisiko terhadap penyakit-penyakit
yang berkaitan dengan: IMS, HIV/AIDS.
d) Isu Gender di Masa Dewasa.
Pada tahap dewasa, baik laki-laki maupun perempuan mengalami
masalah-masalah kesehatan yang berbeda, yang disebabkan
karena faktor biologis maupun karena perbedaan gender.
Perempuan menghadapi masalah kesehatan yang berkaitan
dengan fungsi alat reproduksinya serta ketidaksetaraan gender.
Masalah-masalah tersebut, misalnya konsekwensi dengan
kehamilan dan ketika melahirkan seperti anemia, aborsi, puerperal
sepsis (infeksi postpartum), perdarahan, ketidakberdayaan
dalam memutuskan bahkan ketika itu menyangkut tubuhnya
sendiri (“tiga terlambat”). Sebagai perempuan, dia juga rentan
terpapar penyakit yang berkaitan dengan IMS dan HIV/AIDS,
meskipun mereka sering hanya sebagai korban. Misalnya: metode
KB yang hanya difokuskan pada akseptor perempuan, perempuan
juga rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan
ditempat kerja, dan diperjalanan.
e) Isu Gender di Masa Tua.
Di usia tua baik laki-laki maupun perempuan keadaan biologis
semakin menurun. Mereka merasa terabaikan terutama yang
berkaitan dengan kebutuhan mereka secara psikologis dianggap
semakin meningkat. Secara umum, umur harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun umur
panjang perempuan berisiko ringkih, terutama dalam situasi
soaial-ekonomi kurang. Secara kehidupan social biasanya mereka

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 63


lebih terlantar lagi, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan
yang semakin banyak dan semakin tergantung terhadap sumber
daya. Osteoporosis banyak diderita oleh perempuan di masa tua,
yaitu delapan kali lebih banyak dari pada laki-laki. Depresi mental
juga lebih banyak diderita orang tua, terutama karena merasa
ditinggalkan.

Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki


dan perempuan. Hal ini semakin dirasakan dalam ruang lingkup
kesehatan reproduksi antara lain karena hal berikut :
1. Masalah kesehatan reproduksidapat terjadi sepanjang siklus
hidup manusia seperti Masalah inces yang terjadi pada masa
anak-anak dirumah, masalah pergaulan bebas , kehamilan
remaja. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko
kesehatan reproduksi seperti kehamilan, melahirkan, aborsi
tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur
alat reproduksi yang rentan secara social atau biologis
terhadap penularan IMS termasuk STD/HIV/AIDS.
2. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan
laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan, motivasi serta
partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi dewasa ini
masih sangat kurang. Laki-laki juga mempunyai masalah
kesehatan reproduksi, khususnya berkaitan dengan IMS. HIV,
dan AIDS. Karena ini dalam menyusun strategi untuk
memperbaiki kesehatan reproduksi harus dipertimbangkan
pula kebutuhan, kepedulian dan tanggung jawab laki-
laki.Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah
tangga (kekerasan domestik)atau perlakuan kasar yang pada
dasarnya bersumber gender yang tidak setara. Kesehatan
reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan perempuan
seperti KB.
3. Kesehatan Reproduksi Peka Gender.
Pelayanan Kesehatan Reproduksi yang bersikap “Peka Gender”,

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 64


yaitu :
a. Memberikan pelayanan berkualitas yang berorientasi kepada
kebutuhan klien, tanpa adanya perbedaan perlakuan, baik
karena jenis kelamin maupun status sosialnya.
b. Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan
akibat kodrat masing-masing.
c. Memahami sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi
suatu penyakit dan sikap masyarakat terhadap perempuan dan
laki-laki yg sakit.
d. Memahami perbedaan perjalanan penyakit pada laki-laki dan
perempuan.
e. Menyesuaikan pelayanan agar hambatan yg dihadapi oleh
laki-laki dan perempuan sebagai akibat adanya perbedaan
tersebut diatas dapat diatasi.
4. Pangarusutamaan Gender (Gender Mainstraiming)
Pengarusutamaan gender (PUG) atau adalah strategi yang
dilakukan secara rasional dan sistimatis untuk mencapai dan
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah
aspek kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara),
melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,
aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki
ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang kehidupan
dan pembangunan.Tujuan pengarusutamaan genderadalah
memastikan apakah perempuan dan laki-lakimemperoleh akses
yang sama kepada sumber daya pembangunan. Dapat
berpartisipasi yang sama dalam semua proses pembangunan,
termasuk proses pengambilan keputusan.Mempunyai kontrol
yang sama atas sumberdaya pembangunan, dan memperoleh
manfaat yang sama dari hasil pembangunan.
5. Sasaran Pengarusutamaan Gender
Sebagai sasaran pengarusutamaan gender adalah organisasi
pemerintah dari pusat sampai ke lapangan yang berperan dalam
Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 65
membuat kebijakan, program dan kegiatan.Selain itu organisasi
swasta, organisasi profesi, keagamaan, dan lain – lain, dimana
mereka sangat dekat dan terjun langsung paling depan berhadapan
dengan masyarakat.
6. Prinsip Pengarusutamaan Gender Pluralistic, yaitu dengan
menerima keragaman budaya.Bukan pendekatan konflik, yaitu
menghadapi permasalahan tidak membedakan antar laki-laki dan
perempuan. Sosialisasi dan advokasi. Memperluas informasi bagi
masyarakat umum dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk
memperkokoh kesetaraan dan keadilan gender.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 66


PERTEMUAN KETUJUH

Sub pembahasan : konsep kependudukan di Indonesia dan program KB

Pertemuan : 7

A. Pengertian KB
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan
kemandulan dan penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). KB
merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto,
2004; 27). KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004;
78). Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk
Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan
penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB,
meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari
pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,
2010; 29).
B. RUANG LINGKUP PROGRAM KB
Menurut Handayani (2010:29), ruang lingkup program KB meliputi:
1. Komunikasi informasi dan edukasi
2. Konseling

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 67


3. Pelayanan infertilitas
4. Pendidikan seks
5. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
6. Konsultasi genetik
C. MANFAAT USAHA KB DIPANDANG DARI SEGI KESEHATAN
Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi
akibat kehamilan yang dialami wanita.

D. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA


Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Barbara
R.Stright, 2004;78). Adapun jenis - jenis akseptor KB, yaitu:
1. Akseptor Aktif
Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan
salah satu cara /alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang
tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut dan bukan
karena hamil.
3. Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali
menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang
kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.
4. Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu
cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau
abortus.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 68


5. Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu
cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6. Akseptor KB dropout
Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

E. PASANGAN USIA SUBUR


Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya
berumur 25 - 35 tahun atau pasangan suami istri yang istrinya berumur
kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun
tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2007;66).
F. KONTRASEPSI
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra
berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari /
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara
sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan
tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua- duanya
memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah
terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat
permanen (Prawirohardjo, 2008; 534).
Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:
1. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh
pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di
bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk
mempunyai anak dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi,
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 69


karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan
adalah pil KB, AKDR.
2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan
jarak antara kelahiran adalah 2 - 4 tahun.Kriteria kontrasepsi
yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena
pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat
dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3. Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih
dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat
menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena
jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan
dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika
pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi,
kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR,
implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009).
Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:
a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. efek samping yang merugikan tidak ada.
c. kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 70


PERTEMUAN KEDELAPAN

Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah suatu alat atau benda yang
dimasukan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka
panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif.

B. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-
puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama
yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik
(polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :
1) Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coll,
Multiload, Nova-T
2) Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
b. Menurut tambahan atau metal
1) Medicated IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3
tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya
kerja 3 tahun).
Pada jenis medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan,
misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200mm2.

2) Un Medicated IUD

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 71


Misalnya : Lippes Loop, Mrguiles, Saf-T Coil, Antigon. Cara
insersi lippes loop : push out
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya
sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau
persoalan bagi akseptornya.
IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un
Medicated yaitu lippes loop dan yang dari jenis Mediciated Cu
T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

Jenis-jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim :

a. Lippes-Loop
b. Saf-T-Coil
c. Dana-Super
d. Copper-T (Gyne-T)
e. Copper-7 (Gravigard)
f. Multiload
g. Progesteron IUD
Dari berbagai jenis AKDR/IUD di atas, saat ini yang umum
beredar dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis yaitu :

a. AKDR/IUD Copper T

Terbentuk dari rangka plastik yang lentur dantembaga yang


berada pada kedua lengan AKDR/IUD dan batang
AKDR/IUD.

Gambarnya sebagai berikut :

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 72


b. AKDR/IUD Nova T
Terbentuk dari rangka plastik dan tembaga.Pada ujung lengan
AKDR/IUD bentuknya agakmelengkung tanpa ada
tembaga,tembaga hanya ada pada batang AKDR/IUD.

Gambarnya sebagai berikut :

c. AKDR/IUD Mirena

Berbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder


pelepas hormon Levonolgestrel (hormone progesteron)
sehingga IUD ini dapat dipakai olehibu menyusui karena
tidak menghambat ASI.

Gambarnya sebagai berikut :

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 73


A. Mekanisme Kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang dapat
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan serbukan lekosit yang
dapat melarutkan blastosis atau sperma.
2. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup
dalam uterus.
3. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat
menghalangi nidasi.
4. AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lender serviks
sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati cavum
uteri.
5. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
6. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi)
AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel
telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi
darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa
kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah
dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang
telah dibuahi kedalam rahim.
7. Dari penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah
spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilisasi).
B. Keutungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
1. Efektif dengan segera
2. Metode jangka panjang
3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 74


5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
6. Tidak mempengaruhi kualitas ASI
7. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
8. Membantu mencegah kehamilan ektopik
9. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
10. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)

C. Kerugian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


1. Menoragi
2. Dismenorea
3. Sedikit peningkatan risiko kehamilan ektopik bila ada kegagalan
AKDR
4. Peningkatan risiko infeksi panggul
5. AKDR terlepas keluar
6. Perforasi uterus, usus dan kandung kemih
7. Malposisi AKDR
8. Kehamilan yang disebabkan pengeluaran, perforasi, atau malposisi
D. Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Keadaan nullipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Perempuan dengan resiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metode hormonal
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil tiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan, misalnya :

1. Perokok
2. Sedang memakai antibiotik atau anti kejang

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 75


3. Gemuk ataupun kurus
4. Menderita tumor jinak payudara
5. Pusing-pusing, sakit kepala
6. Tekanan darah tinggi
7. Varises ditungkai atau di vulva
8. Penderita penyakit jantung (termasuk jantung katup dapat diberikan
antibiotika sebelum pemasangan AKDR)
9. Pernah menderita stroke
10. Penderita penyakit diabetes
11. Penderita penyakit hati atau empedu
12. Malaria
13. Skistosomiasis(tanpa anemia)
14. Penyakit tiroid
15. Epilepsi
16. Nonpelvik TBC
17. Setelah kehamilan ektopik
18. Setelah pembedahan pelvik

E. Kontraindikasi
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dievaluasi)
3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septic
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvik
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 76


PERTEMUAN KESEMBILAN

A. METODE KONTRASEPSI MANTAP


Metode Kontrasepsi Mantap terbagi menjadi dua, yaitu :
Kontrasepsi Mantap pada Pria
Kontrasepsi Mantap pada Wanita
1. Medis Operatif Pria (MOP)
Pengertian Yang dimaksud dengan kontrasepsi Mantap Pria atau
Vasektomi atau Medis Operatif Pria (MOP) adalah suatu metode
kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana,
dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak
memerlukan anestesis umum.Vasektomi disebut juga sebagai metode
kontrasepsi pada lelaki atau pria. Vasektomi juga merupakan metode
permanen untuk pasangan yang tidak ingin mempunyai anak lagi.
a. Dasar Oklusi Vas Deferens, sehingga menghambat perjalanan
spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen
atau ejakulatoris (tidak ada penghantaran spermatozoa dari testis
ke penis).
b. Aspek yang perlu dipertimbangkan Klien calon peserta
kontrasepsi mantap sebelumnya memerlukan pelayanan konseling
untuk memutuskan alat kontrasepsi yang dipilih. Beberapa aspek
yang perlu dipertimbangkan oleh calon peserta kontarasepsi
mantap.
c. Aspek Medis
1) Kontrasepsi mantap merupakan tindakan pembedahan,
meskipun kecil namun selalu beresiko.
2) Kontrasepsi mantap bersifat permanen. Bila tindakana ini
berhasil, maka pasangan yang bersangkutan tidak akan
mempunyai keturunan lagi.
d. Aspek Program : kontrasepsi mantap belum masuk program
nasional berbeda dengan kontrasepsi lain.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 77


e. Aspek psikologis
1) Seseorang yang sudah atau akan memilih kontraspsi mantap
tidak selalu menyadari sepenuhnya konsekuensi dari
pilihannya, dan motivasi tidak selalu atas pertimbangan yang
rasional.
2) Memilih kontrasepsi mantap secara sukarela justru
memerlukan berbagai pertimbangan yang menuntut suatu
sikap dan perilaku rasional.
3) Memilih kontrasepsi mantap berkaitan bahwa calon peserta
memutuskan untuk merubah bahkan menghentikan
kemampuan reproduktifnya dengan kemungkinan kecil untuk
memilih kembali pada keadaan semula.
4) Kontrasepsi mantap yang merupakan suatu operasi kecil
mudah menimbulkan ketakuan dan kekhawatiran.
1. Syarat
Syarat sukarela
Calon peserta dianggap dapat menerima kontrasepsi mantap
secara sukarela jika dalam konseling telah dibicarakan :
a. Bahwa di samping kontrasepsi mantap masih ada
berbagai macam KB lainnya
b. Bahwa cara kontrasepsi mantap melalui pembedahan, dan
karenanya selalu ada resiko
c. Bahwa cara kontrasepsi mantap apabila berhasil tidak
akan memberikan keturunan
d. Calon peserta diberi kesempatan berfikir dan
mempertimbangkan kembali keputusannya
2. Syarat bahagia
a. Perkawinan syah dan harmonis
b. Memiliki anak hidup, sekurang-kurangnya dua orang
dengan umur anak kecil di atas 2 tahun. Keadaan fisik dan
mental anak tersebut sehat
c. Mendapat persetujuan istri
d. Umur isteri tidak kurang dari 25 tahun dan tidak lebih dari
45 tahun

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 78


e. Umur calon tidak kurang dari 30 tahun (tidak mutlak)
3. Syarat sehat
Syarat kesehatan dilakukan melalui pemeriksaan pra-bedah
oleh dokter
f. Efektifitas
Angka keberhasilan amat tinggi (99%), angka kegagalan 0-
22%, umunya < 1 %.
Kegagalan kontrasepsi mantap pria umumnya disebabkan oleh :
1. Senggama yang tidak terlindung sebelum semen atau
ejakulatoris bebas sama sekali dari spermatozoa
2. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umunya terjadi setelah
pembentukan granuloma spermatozoa
3. Pemotongan daoklusi struktur jaringan lain selama operasi
4. Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat > 1 vas
deferens pada satu sisi)
5. Vasektomi dianggap gagal apabila :
a. Panalisis sperma setelah 3 bulan pasca-vasektomi atau
setelah 10 – 12 kali zoa setelah ejakulatosi masih di jumpai
vasektomi
b. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
c. Istri hamil
g. Kontra indikasi
1. Infeksi kulit lokal di daerah operasi
2. Infeksi traktus genitalia
3. Kelainan skrotum dan sekitarnya seperti : Hidrokel atau
varikokel yang besar, hernia inguinalis, filariasis undesensus
(elephantiasis), luka parut bekas perasi hernia, skrotum yang
sangat tebal, massa intraskrotalis
4. Penyakit sistematik yang menggangu kondisi kesehatan klien
seperti penyakit jantung koroner yang baru, diabetes melitus,
penyakit-pemyakit pendarahan
5. Riwayat perkawinan atau psikolgis, dan seksual yang tidak
stabil

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 79


h. Keuntungan
1. Sangat efektif, kemungkinangagal tidak ada karena dapat di
check kepastian di laboratorium
2. Aman, morbiditas rendah dan tidak ada mortalitas
3. Cepat, hanya memerlukan 5 – 10 menit dan pasien tidak perlu
dirawat di rumah sakit
4. Biaya rendah, dan hanya memerlukan anestesi local
5. Tidak menggangu hubungan seksual selanjutnya
i. Kerugian
1. Harus dengan tidakan operatif
2. Kemungkinan ada komplikasi seperti pendarahan dan infeksi
3. Tidak langsung memberikan perlindungan total sampai
semua spermatozoa yang sudah ada di dalam sistem
reproduksi distal dari tempat oklusivas defrensia di keluarkan
4. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku
seksual mungkin bertambah setelah tindakan operatif yang
menyakut sistem reproduksi
j. Indikasi
Vasektomi merupakan uapaya untuk menghentikan fertilisasi di
mana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan
kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan
dan kualitas keluarga
Informasi bagi klien
1. Pertahankan bad aid selama 3 hari
2. Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik
atau digaruk
3. Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah.
Setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air
4. Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
5. Jika ada nyeri, berikan 1 – 2 tablet analgetik seperti
parasetamol atau ibuprofen setiap 4 – 5 jam
6. Hindari mengangakat barang berat dan hindari kerja keras
untuk 3 hari

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 80


7. Boleh bersenggama sesudah hari ke 2 – 3. Namun untuk
mencegah kehamilan pakailah kondom atau alat kontrasepsi
lainnya selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15 – 20 kali
8. Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15 – 20
kali ejakulasi
k. Teknik Medis Operatif Pria MOP
1. Operatif
a) Vasektomi dengan pisau : Setelah anestesi lokal yaitu dengan
larutan prokain lidokain atau lignokain tanpa memakai adrendin
maka dilakukan irisan pada kulit skrotum.

Gambar
c. Vasektomi tanpa pisau :
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon
aseptor kontarsepsi mantap pria akan tindakan operasi
(yang umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau
operasi), dan untuk menggalakkan penerimaan kotrasepsi
mantap pria di Indonesia sekarang telah diperkenalkan
metode vasektomi tanpa pisau (VTP).
Caranya :
1) Saluran diikat bersama-sama dengan kulit skrotum dengan cara
mencobloskan jarum dengan benang sampai ke bawah saluran
mani.
2) Dapat juga di suntikan ke dalam saluran mani
3) Saluran mani dapat di bakar dengan mencobloskan jarum
kauter halus melalui kulit ke dalam saluran mani.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 81


Gambar
2. Penyumbatan vas deferens mekanisme
Dilakukan penjepitan vas deferens menggunakan :
a. Vaso-clips
b. Intra Vasal Thread (IVT)
c. Reversible Intravas Device (R-IVD)
d. Shug
e. Phaser (Bionyx Control)
f. Reversible Intravasal Occlusive Devices
3. Penyumbatan vas deferens kimiawi
Dilakukan penyumbatan terhadap vas deferens menggunakan
zat-zat kimiawi berupa :
a. Quinacrine
b. Etanol
c. Ag-nitrat
2. Medis Operatif Wanita (MOW)
Kontrasepsi mantap pada wanita (MOW) adalah setiap tindakan
pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang atau
pasangan yang bersangutan tidak akan mendapat keturunan lagi.
Kontrasepsi ini untuk jangka panjang yang sering disebut
tubektomi atau sterilisasi.
a. Keuntungan kontrasepsi
1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama
tahun pertama penggunaan)
2) Permanen
3) Tidak mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui
4) Tidak dipengaruhi faktor sanggama

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 82


5) Baik bagi klien di mana kehamilan menjadi resiko yang
serius
6) Pembedahan yang sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi local
7) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
8) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek
pada produksi hormon ovarium)
Keuntungan nonkontrasepsi : brrkurangnya resiko kanker ovarium
b. Keterbatasan
c. Karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali),
kecuali dengan rekanalisasi , maka sebelum tindakan perlu
pertimbangan matang dari pasangan
d. Klien (aseptor) dapat menesal di kemudian hari
e. Ada rasa sakit dan tidak nyaman dalam jangka pendek
setelah tindakan
f. Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih ( dokter spesialis
beda atau dokter spesialis ginekologi)
g. Tidak melindungi terhadap IMS, termasuk HBV dan
HIV/AIDS
Yang menjalani Tubektomi
1. Usia lebih dari 26 tahun dan paritas lebih 2
2. Yakin telah mempunyai jumlah keluarga yang sesuai
dengan kehendaknya
3. Kehamilannya akan menimbulkan resiko yang serius
4. Pasca persalinan dan pasca keguguran
5. Memahami prosedur, sukarela, dan setuju menjalaninya
Enam hal penting dalam konseling tubektomi
1. Masih ada berbagai jenis kontrasepsi jika klien belum mantap
tubektomi
2. Tubektomi adalah prosedur bedah minor
3. Selain menguntungkan, tubektomi juga memiliki resiko
4. Setelah tubektomi, klien tidak bisa hamil lagi
5. Tubektomi bersifat permanen

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 83


6. Klien dapat (setiap saat) membatalkan pilihan untuk
menggunakan tubektomi,selama prosedur tubektomi belum
dilaksanaka
b. Jenis
1. Minilaparotomi
2. Laparoskopi
c. Mekanisme Kerja
Dengan mengokulsi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum. Isu-isu klien
1. Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum
prosedur ini
2. Informed consent harus di peroleh dan standard consent from harus
ditandatangani oleh klien sebelum prosedur ini dilakukan; informed
consent from dapat ditandatangani oleh saudara atau pihak yang
bertanggunng jawab atas seorang klien yang kurang paham atau
tidak dapat memberikan informed consent, misalnya individu yang
tidak kompeten secara kejiwaan.
Yang Sebaiknya tidak Menjalani Tubektomi
1. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
2. Pendarahan vaginal yang belum terjelaskan yang belum terjelaskan
(hingga harus dievaluasi)
3. Infeksi sitematik atau pelvik yang akut (hingga masalah ini
disembuhkan atau dikontrol)
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
6. Belum memberikan persetujuan tertulis
Kapan Dilakukan
1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara
rasional klien tersebut tidak hamil
2. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
3. Pasca persalinan.
a. Minilap: di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12
minggu

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 84


b. Laparoskopi: tidak tepat untuk klien pasca persalinan
4. Pasca keguguran
a. Triwulan pertama: dalam waktu 7 hari sepanjangtidak ada
bukti infeksi pelvik (minilap dan laparoskopi)
b. Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi pelvik (minilap)
Instruksi Kepala Klien
1. Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut di lepaskan. Mulai
lagi aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke
aktivitas normal di dalam waktu 7 hari setelah pembedahan)
2. Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai
kembali ke aktivitas normal di dalam waktu 7 hari setelah
pembedahan
3. Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1
minggu.
4. Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesik (atau penghilang rasa
sakit) setiap 4 hingga 6 jam
5. Jadwalkanlah sebuah kunjungan pemeriksaan sacara rutin antara 7 dan
14 hari setelah pembedahan. (petugas akan memberi tahu tempat
layanan ini akan diberikan)
6. Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian
tertentu, atau tanda-tanda dan simpton-simpton yang tidak biasa.
Macam – macam tubektomi
1). Penyinaran : merupakan tindakan penutupan yang dilakukan pada
kedua tuba fallopi wanita yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak
dapat hamil lagi atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.
Keuntungan penyiaran adalah, Kerusakan tuba fallopi terbatas, mordilitas
rendah, dapat dikerjakan dengan laparoskopi, histerekopi.
Kerugiannya adalah, memerlukan alat-alat yang mahal, memerlukan
latihan khusus, belum ditentukan stadar prosedur ini, potensi reversible
belum diketahui.
Operatif pada MOW

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 85


Gambar
Dapat dilakukan dengan cara :
a). Abdominal
1). Laparotomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi.
Di sini penutupan tuba di jalankan sebagai tindakan tambahan apabila
wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya,
pada wanita yang perlu dilakukan seksio sesarea, kadang – kadang tuba
kanan dan tuba kiri ditutup apabila tidak diinginkan kehamilan lagi.
2). Laparotomi Postpartum
Laparotomi ini dilakukan 1 hari postpartum. Keutungannya ialah bahwa
waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan
pascaoperasi, dan oleh karena uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan
kecil dekat fundus uteri kiri utuk mencapai tuba kanan dan tuba kiri.
3). Minilaparotomi
Dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat di garis tengah di atas
simfisis sepanjang 3 cm sampai menembus perinoteum.Untuk mencapai
tuba di masukkan alat khusus (elevator uterus).
4). Laparoskopi
Mula – mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri,
dengan maksud supaya dapat menggerakkan uterus jika hal tersebut
diperlukan saat laparoskopi.
b). Vaginal
1). Kolpotomi
Yang sering dipakai adalah kolpotomi posterior. Insisi dilakukan di
dinding vagina transversal 3 – 5 cm, cavum douglas yang terletak antara

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 86


dinding depan rectum dan dinding belakang uterus dibuka melalui vagina
untuk sampai di tuba.
2). Kuldoskopi
Rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kulodoskopi yang di masukkan ke
dalam cavum douglas.
c). Transcertivikal
1). Histeroskopi
Prinsipnya seperti laparoskopi, hanya pada histeroskopi tidak dipaki
trokar, tetapi suatu vakum cervical adaptor untuk mencegah keluarnya gas
saat diatasi serviks/kavum uteri.
2). Tanpa melihat langsung
Pada cara ini operator tidak melihat langsung ke cavum uteri untuk
melokalisir orificum tubae.
3. Penyumbatan tuba fallopi secara mekanis pada MOW
Tuba clip penyumbatan tuba mekanis di pasang pada isthmus tuba fallopi,
2- 3 cm dari uterus, melalui laparotomi, lapaoskopi, kolpotomi, dan
kuldoskopi. Tuba clips menyebabkan lebih sedikit tuba fallopi
dibandingkan cara okulasi tuba fallopi lainnya. Tuba ring dapat dipakai
pada mini-laparotomi, laparoskopi, dan cara trans-vagina, dan dipasang
pada ampula 2 – 3 cm dari uterus.

Gambar
4. Penyumabatan tuba fallopisecara kimiawi pada MOW
Zat – zat kimia dalam air, pasta, padat di masukkan ke dalam
melalui serviks ke dalam melalui uteri-tubal junction, dapat dengan
visualisasi langsung ataupun tidak. Cara kerjanya : zat kimia akan menjadi
tissue padat sehingga terbentuk sumbatan dalam tuba fallopi (tissue

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 87


adhesive), zat kimia akan merusak tuba fallopi dan menimbulkan fibrosis
(sclerosing agent).
Praktek Perawatan Pra dan Post Aseptor MOP dan MOW
A). Praktek Perawatan Pra dan Post Aseptor MOP
1). Persiapan pra-operatif
a. Konseling : klien harus diberi informasi mengenai vasektomi, bahwa
prosedur vasektomi tidak menganggu hormon pria atau menyebabkan
perubahan kemampuan atau kepuasan seksual.
b. Informed consent (persetujuan tidakan medis) mutlak diperlukan
c. Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi terpilih
sampai spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telah keluar
seluruhnya yaitu setelah 15 – 20 kali ejakulasi
2). Perawatan post-operatif
Berikan informasi yang penting diketahui klien meliputi :
a. Istirahat selama 1 – 2 jam di klinik
b. Perhatikan bad aid selama 3 hari
c. Menghindari pekerjaan berat selama 2 – 3 hari
d. Kompres dingin atau es skrotum
e. Luka yang dalam proses penyembuhan jangan digaruk-garuk atau
ditarik-tarik
f. Jika ada rasa nyeri, minimum 1 -2 tablet analgisek seperti parasetamol
atau ibuprofen setiap 4 – 5 jam
g. Boleh bersenggaman sesudah hari 2- 3. Untuk mencegah kehamilan
selama 3 bulan atau sampai 15 – 20 kali ejakulatoris, gunakan kondom
atau cara kontrasepsi lain
h. periksa semen sesudah 3 bulan atau sesudah 15 – 20 kali ejakulatoris
B). Praktek Perawatan Pra dan Post Aseptor MOW
1). Persiapan Pra-operatif
a. Konseling perihal kontrasepsi dan jelaskan pada klien bahwa ia
mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur
dilakukan
b. Menayakan riwayat medis yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan
operasi atau anestesi antara lain : penyakit-pemyakit pelvis, pernah
mengalami operasi abdominal atau pelvis, riwayat diabetes melitus,

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 88


riwayat penyakit paru-paru, seperti : asthma, brokitis, empisema pernah
mengalami masalah dengan anestesi penyakit-penyakit pendarahan,
alergi, dan pengobatan yang di jalanani saat ini.
c. pemeriksaan fisik meliputi : kondisi-kondisi yang mungkin
mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi
d. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan urine dan pap smear
e. Informed consent harus diperoleh. Standard consent harus
ditandatangani oleh suami atau istri yang dari calom aseptor kontrasepsi
mantap sebelum prosedur dilakukan. Bila calon aseptor buta huruf,
maka ia dapat membubuhkan cap jempol disertai seorang saksi yang
juga harus menandatangani dokumen tersebut yang menyatakan bahwa
calon aseptor kontarsepsi mantap di beri penjelasan mengenai
kontrasepsi mantap
2). Perawatan Post-operatif
a. Segera setelah operasi, tanda-tanda vital dipantau
b. Ambulasi dini atau diet biasa
c. Setelah 4 – 8 jam keluar dari rumah sakit, selanjutnya rawat jalan
d. Perawatan rumah tidak ada, hanya harus menjaga luka operasi agar
tidak basah
e. Bila perlu diberikan antibiotika dan analgetika (oleh dokter)
f. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap setelah 7 hari pembedahan
g. Hindari bersenggama sampai merasa cukup nyaman setelah kembali
melakukan hubungan intim, hentikan bila ada perasaan yang kurang
nyaman
h. Kembali setiap waktu bila diinginkan atau ada tanda-tanda dan gejala
yang tidak biasa
i. cari pertolongan medis bila demam (suhu > 380 C), rasa sakit di
abdomen yang menetap atau bertambah sakit, pendarahan dari bekas
insisi dan pingsan
HUKUM MOP DAN MOW DALAM ISLAM
Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi atau Vas Ligation. Caranya
ialah dengan memotong saluran sperma (vas deverens) kemudian kedua ujungnya
diikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis (urethra). Sterilisasi

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 89


laki-laki termasuk operasi ringan, tidak melakukan perawatan di rumah sakit dan
tidak mengganggu kehidupan seksual. Nafsu seks dan potensi lelaki tetap, dan
waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi, tetapi yang terpancar hanya
semacam lendir yang tidak mengandung sperma.
Sterilisasi pada wanita disebut tubektomi atau Tubal Ligation. Caranya
ialah dengan memotong kedua saluran sel telur (tuba pallopi) dan menutup kedua-
duanya sehingga sel telur tidak dapat keluar dan sel sperma tidak dapat pula
masuk bertemu dengan sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan.
Ulama’ berpendapat bahwa alasan jumlah anak yang dimiliki telah sampai
pada jumlah yang dianjurkan dalam program KB tidak cukup kuat untuk
membenarkan pelaksanaan vasektomi dan tubektomi. Tidak mustahil seseorang
merasakan adanya kebutuhan untuk memperoleh anak kembali karena alasan-
alasan tertentu. Ulama’ berpendapat ada keadaan-keadaan darurat tertentu yang
membenarkan seseorang melakukan operasi vasektomi dan tubektomi.
Hingga saat ini vasektomi dan tubektomi sebagai alat pengendali penduduk
masih menjadi perdebatan di kalangan ulama’ Indonesia karena sifatnya yang
membuat sterilisasi pada pria dan wanita. Dalam kaitannya dengan vasektomi dan
tubektomi Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) pada tanggal 13 Juli 1977, setelah
membahas mengenai vasektomi dan tubektomi, maka MUI mengutarakan
pendapat – pendapatnya yaitu :
1. Pemandulan dilarang oleh agama.
2. Vasektomi dan tubektomi adalah salah satu usaha pemandulan.
3. Di Indonesia belum dapat dibuktikan bahwa vasektomi dan tubektomi.

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 90


PERTEMUAN KESEPULUH

Sub pembahasan : Pemeriksaan Iva , Papsmear, Sadari


Pertemuan ke : 10
Pemeriksaan IVA
A. Pengertian IVA
Inspeksi visual asam asetat (IVA) adalah suatu pemeriksaan serviks
secara lagsung setelah pemberian asam asetat 3-5 3%
B. Tujuan
Untuk mengetahui kelainan yg terjadi pada serviks dan juga untuk
mengurangi angka morbilitas dan angka mortalisas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
C. Kelebihan skrining IVA
1. Mudah, praktis dan sangkat mampu laksana
2. Bahan dan alat yang digunakan sederhana dan murah
3. Sensitivitas dan sepsifikasi cukup tinggi
4. Dapat dilaksanakan oleh nakes selain dokter gineokologi
5. Metode skring IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
D. Kategori IVA
1. IVA negtaif : menunjukkan leher rahim normal
2. IVA radang : serviks dengan radang (servisitas) atau kelainan jinak
lainnya (polip serviks)
3. IVA positif : ditemukanan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
karena temuan ini mengarah pada diagnosis srviks pra kanker (displasi
ringan sedang berat,)
E. Peralatan
1. Speculum cocor bebek
2. Handscoon
3. Tampon tang
4. Kom kecil steril
5. Kapas lidi steril

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 91


6. Asam asetat 3-5 % dalam botol
7. Kapas DTT dalam kom steril
8. Selimut
9. Lampu sorot
10. Tempat sampah basah
11. Larutan chlorine 0,5%
12. Meja gynekologi
F. Persiapan pasien
1. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih
2. Pasien dipersilahkan membuka pakaian bawah
3. Pasien dipersilakan tidur dimeja gynecology,pasien tidur dalam posisi
litotomi
G. Persiapan ruangan
1. Ruangan tertutup, bersih, aman dan tenaga
2. Mengatur lampu sorot kearah vagina ibu agar serviks tampak jelas
H. Persiapan petugas
1. Petugas cuci tangan dibawah air mengalir
2. Mengeringkan tangan dengan handuk kering bersih
3. Memakai handscoon steril
I. Prosedur pelaksanaan
1. Member penjelasan kepada pasien mengenai prosedur tindakan yang
akan dilakukan
2. Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT
3. Memasang speculum kedalam vagina
 Tangan kiri membuka labia minora,speculum dipegag dengan tangan
kanan, dalam kedaan tertutup kemudian masukan ujungnya kedalam
introitus vagina dengan posisi miring
 Putar kembali speculum 45o kebawah sehingga menjadi melintang
dalam vagina kemudian didorong masuk kedalam kearah foniks
posterior sampai kepuncak vagina
 Buka speculum pada tangkainya secara perlahan-lahan dan atur
sampai porsio terlihat dengan jelas

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 92


 Kunci speculum dengan mengencangkan bautnya kemudian ganti
dengan tangan kiri yang memegang speculum
4. Memasukan kapas lidi yang telah diberi asam asetat 3-5 % kedalam
vagina sampai menyentuh portio
5. Mengoleskan kapas lidi kesulurh permukaan portio dengan searah jarum
jam lihat hasilnya.
6. Membersikan portio dengan kasa steril menggunakan tampon tang
7. Merapikan pasien

PEMERIKSAAN PAPSMEAR

A. Pengertian Papsmear
Pemeriksaan papsemar adalah pemeriksaan sediaan apus mulut rahim
dalam pewarnaan papanicolaou
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk
mendeteksi adanya kanker serviks atau sel prakanker
B. Tujuan
1. Sehat tidaknya mulut rahim
2. Jenis kelainan, radang atau keganasan pada mulutn rahim
3. Derajat kelainan pada mulutnrahim
C. Waktu pemeriksaan
Papsmear mulai dilakukan saat seorang wanita sudah aktif melakukan
hubungan seksual. Papsmear dilakukan secara rutin setiap satu tahun
sekali pada waktu usia 35-40 tahun.
D. Peralatan
1. Meja gynikologi
2. Handcoon
3. Kapas DTT
4. Speculum cocor bebek
5. Spatula ayre
6. Objek glass
7. Lidi wotten
8. Alcohol 95%
9. Tampon tang

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 93


10. Kassa steril
11. Fomulir pemeriksaan
12. Lampu sorot
13. Jelly
14. Waskom berisi larutan klorin 0,5%
15. Selimut
E. Pemeriksaan ruangan
1. Ruangan tertutup , pintu jendela tertutup
2. Lampu sorot dinyalakan
F. Persiapan pasien
1. Pasien dalam kedaan siap untuk dilakukan papsmear
 Tidak coitus minimal 1 hari sebelumnya
 Tidak sedang haid
 Tidak sedang menggunakan obat vaginal minimal 2 hari
2. Pasien diminta mengosongan kandung kencing
3. Pasien dipersilakan membuka pakain bawah
4. Pasien dipersilakan tidur dimeja gynekologi
5. Pasien tidur dalam posisi lithotomic
6. Prosedur pelaksaan
a. Beri penejelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan
b. Mengisi formulir pemeriksaan pap smear
c. Beri dukungan mental pada ibu
d. Cuci tangan dengan sabun air mengalir tujuh lagkah,keringkan dengan
handuk bersih
e. Gunakan handscoon steril
f. Atur lampu sorot
g. Bersihkan vulva dan vagina
h. Buka labia dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri dan masukan
speculum dengan kanan. Pindahkan pegangan speculum dari tangan
kanan ke tangan kiri
i. Ambil bahan dari forniks posterior dengan menggunakan spatula ayre
kemudian hapuskan pada objek glass

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 94


j. Hapuskan bahan yang telah diambil pada objek glass secara merata
dengan tindak terlalu tebal atau tipis
k. Ambil bahan dari permukaan poriso dengan menggunakan ujung spatel
yang satunya
l. Hapus bahan pada objek glass seperti langkah I. letakkan disebelah bahan
yang pertama
m. Ambil bahan dari kanalis servikalis agal kedalam dengan menggunakan
lidi watton, kemudian letakkan fi samping bahan yang kedua
n. Masukan objek glass pada botol khusus larutan alcohol 95% selama 30
menit
o. Setelah 30 menit keringkan simpan pada tempat yang telah disediakan
p. Kemudian kirim ke lab bersama dengan formulir yang telah diisi
q. Bersihkan porsio dengan kassa steril dengan menggunakan tampon tang
r. Lepaskan speculum
s. Masukan speculum kedalam larutan klorin 0,5%
t. Mempersilakan ibu untuk berpakaian kembali dan duduk
u. Masukan perlatan yang telah dipakai kedalam laurtan klorin 0,5%
v. Buka handscoon,masukan larutan klorin 0,5%
w. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir enam lagkah keringkan
dengan handuk bersih

PEMERIKSAAN SADARI

A. Penegrtian
Pemeriksaan pemeriksaan sederhana untuk menemukan kelinaan payudara
sendiri sedini mungkin
B. Tujuan
1. Mengetahui adanya benjolan patologis pada payudara
2. Mengetahui bentuk perubahan payudara
C. Waktu pemeriksaan
1 bulan sekali pada hari ke 7-10 setelah menstruasi
D. Sasaran
1. Wanita diatas 30 tahun
2. Ada riwayat kanker
3. Pada riwayat keluarga terdapat penderita kanker

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 95


4. Tidak menikah
5. Menikah tapi tidak mempunyia anak
6. Wanita yang melahirkan anak pertama setelah 35 tahun
7. Wanita yang tidak pernah menyusui anaknya
8. Wanita yang pernah mengalami trauma pada payudara
9. Wanita yang mengalami menarche pada usia yang sangat muda
E. Peralatan
1. Cermin besar
2. Handuk
3. Tempat tidur
4. Bantal kecil
F. Prosedur pelaksaan
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Lepaskan
semua perhiasan yang ada dijari dan pergelangan tangan
2. Berdiri didepan kaca, perhatikan kedua payudara sementara kedua tangan
lurus ke bawah, perhatikan ada tidaknya benjolan atau perubahan bentuk
payudara
3. Tangan lurus keatas. Perhatikan apakah ada tarikan pada permukaan kulit
atau tidak
4. Pijat daerah sekitar putting dengan perlahan
5. Perhatikan dan atau tidak adanya cairan abnormal yang keluar
6. Berbaring dengan lengan kanan dibawah kepala sementara punggung
kanan diganjal dengan bantal kecil. Posisi yang nyaman dan perhatikan
ada nyeri atau tidak
7. Raba seluruh permukaan payudara dengan tiga pucuk jari. Gerakan
memutar dari atas kebawah dan sebaliknya atau gerakan dari bagian
tengah kerah luar searah dengan jarum jam. Lakukan bergantian dengan
payudara lainnya. Amati apakah ada massa abnormal atau rasa nyeri
8. Cuci tangan menggunakan sabun pada air mengalir

Modul kesehatan reproduksi dan KB Page 96

Anda mungkin juga menyukai