KELOMPOK 2
1. ANNISYA YUSIKA PUTRI
2. AYU ANDITHA PRATIWI
3. DELVI RIANTI
4. DEVI PRANATA ASTUTI
5. DIYAH OKTASAFITRI
6. FARIDA UTAMI
7. FITRI JANEAR
8. HANA MAHSA ALMIRA
9. MESTY INDRIYANI
10. PUTRI MELLY ANGGRAINI N
11. SABILAH NUR AZIZAH
12. TRIBUANA TUNGGA DEWI
13. WENY ANGGRAINI
Pengertian Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini
atau lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan.
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk
pembentukan opini publik dengan berbagai
kelompok opini yang ada di masyarakat
Tujuan Bina Suasana
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para
tokoh masyarakat sebagai jembatan antara
sector kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari
dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada
dasarnya adalah mensosialisasikan program –
program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap
program kesehatan tersebut
Penerapan Bina Suasana pada berbagai
tingkatan
1. Individu
Bidan suasana individu ditunjukan/ dilakukan kepada
individu – individu tokoh masyarakat
2. Pendekatan Kelompok
Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok –
kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga
(RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian
3. Pendekatan Masyarakat Umum
Bina suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap
masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media
– media komunikasi, seperti radio, telivisi, koran, majalah, situs
internet dan lain – lain
Metode Bina Suasana
Metode bina suasana dapat berupa :
1. Pelatihan
2. Konferensi Pers
3. Dialog Terbuka
4. Penyuluhan
5. Pendidikan
6. Pertunjukan tradisional
7. Diskusi meja bundar (Round Table Discussiaon)
8. Pertemuan berkala didesa
9. Kunjungan lapangan
10. Studi banding
11. Traveling seminar
Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi
Masyarakat
Pada umumnya, pelaksana promkes sepakat bajwa
partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan UKM
(Upaya Kesehatan Masyarakat) di puskesmas.
Karenanya sebagai pelsana kesehatan, tentu perlu
mengembangkan wawasan dan meningkatkan
keterampilannya dalam menghadapi beragam karakter
serta kondisi sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat
yang beragam
CONTOH KASUS
Indonesia adalah negara dengan pernikahan usia
muda tertinggi di dunia (rangking 37) serta tertinggi kedua
di ASEAN setelah kamboja. Kehamilan di usia yang sangat
muda berkolerasi dengan angka kematian dan kesakitan
ibu. Anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima
kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin
dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun. Terkhusus
Dikabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, terjadi kenaikan
dua kali lipat kasus pernikahan dibawah umur. Kasus
tertinggi terdapat dikecamatan Patuk, yaitu sebanyak 18
kasus. Kehamilan diusia muda berkorelasi dengan angka
kematian ibu. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dan akibat dari pernikahan dini menjadi salah
satu penyebab tingginya angka pernikahan dibawah umur.
Sasaran penyuluhan
Sasaran dari penyuluhan di kabupaten
Gunungkidul khususnya di kecamatan
Patuk adalah masyarakat yang berusia 12
– 17 tahun. Serta para orang tua di
kecamatan patuk. Usia 13 -15 tahun
merupakan usia yang tepat untuk
memulai memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi.
Informasi tentang Pernikahan Dini