Anda di halaman 1dari 16

BINA SUASANA

Disusun Oleh :
Kelompok : 2

1. Annisya Yusika Putri 8. Hana Mahsa Almira


2. Ayu Anditha Pratiwi 9. Mesty Indriyani
3. Delvi Rianti 10. Putri Melly Anggraini N
4. Devi Pranata Astuti 11. Sabila Nur Azizah
5. Diyah Oktasafitri 12. Tribuana Tungga Dewi
6. Farida Utami 13. Weny Anggraini
7. Fitri Janear

Kelas Tingkat 2 Reguler B


Dosen Pembimbing : Rina Nursanti, SKM, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


D-III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti –
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinga penyusun
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “BINA
SUASANA”.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman – teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide – idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Palembang, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang ..................................................................................... 1


B Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian dengan Bina Suasana ........................................................ 3


2. Tujuan dari Bina Suasana ................................................................... 4
3. Penerapan bina suasana pada berbagai tingkatan ............................... 4
4. Metode bina suasana ........................................................................... 6
5. Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi Masyarakat................... 7
6. Kaus .................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A Kesimpulan .......................................................................................... 12
B Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
perilaku dan faktor non-perilaku (lingkungan dan pelayanan). Oleh sebab itu,
upaya untuk memecahkan masalah kesehatan juga ditujukan atau diarahkan
kepada dua faktor tersebut. Perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan
lingkungan sosial-budaya, serta peningkatan lingkungan pelayanan kesehatan
merupakan intervensi atau pendekatan (intervensi) terhadap faktor perilaku.
Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap faktor perilaku adalah promosi
atau pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan, yang dewasa ini lebih dikenal dengan Promosi
Kesehatan adalah sesuatu pedekatan untuk meningkatan kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan bukan standar masyarakat mau
hidup sehat (Will Lingness), tetapi juga mampu (Obility) untuk hidup sehat,
maka promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berprilaku
hidup sehat, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan.
Strategi promosi kesehatan dibagi menjadi dua yakni ada konsep dan
bina suasana. Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan atau
hantuan erhada seseorang yang mampunyai permasalahan. Sedangkan Bina
suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bina Suasana?
2. Apa tujuan dari Bina Suasana?
3. Bagaimana penerapan bina suasana pada berbagai tingkatan?
4. Bagaimana metode bina suasana?
5. Bagaimana Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi Masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dimaksud dengan Bina Suasana
2. Untuk mengetahui tujuan dari Bina Suasana
3. Untuk Mengetahui penerapan bina suasana pada berbagai tingkatan
4. Untuk mengetahui metode bina suasana
5. Untuk mengetahui Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi
Masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bina Suasana


Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu
apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga dirumah, orang –
orang yang menjadi panutan/ idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan
lain – lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif
terhadap perilaku tersebut.
Dukungan sosial (social support) adalah strategi dukungan sosial dalam
bentuk kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh – tokoh
masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini
publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti:
tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
dunia usaha/swasta, media masa, organisasi profesi pemerintah dan lain –
lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana
di berbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).
Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma –
norma dan kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung perilaku
hidup bersih dan sehat. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran
sosial dan kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan
pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina
suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung,
menggerakkan masyarakat secara pertisipatif dan kemitraan.
Dukungan sosial adalah tersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan
kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang
berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan

3
prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang
memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga
promosi yang diberikan lebih diterima.
B. Tujuan Bina Suasana
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai
jembatan antara sector kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan
dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari
dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program – program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut.
Oleh suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan
dukungan sosial ini antara lain : pelatihan pelatihan para toma, seminar,
lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka
sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh
masyarakat di beribagai tingkat (sasaran sekunder)
C. Penerapan Bina Suasana pada berbagai tingkatan
Bina suasana dilakukan melalui pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan
Bidan suasana individu ditunjukan/ dilakukan kepada individu –
individu tokoh masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan :
a. Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang
sedang diperkenalkan.
b. Dapat menjadi individu – individu panutan dalam hal perilaku yang
sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau
mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
(misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3M yaitu
Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya
wabah demam berdarah).
c. Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan perilaku individu.

4
2. Pendekatan Kelompok
Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok – kelompok
dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus
Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi
Profesi, Organisasi Wanita, Organisasi Siswa / Mahasiswa, Organisasi
Pemuda, dan lain – lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau
bersama – sama dengan pemuda/ tokooh masyarakat yan telah peduli.
Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok – kelompok tersebut
menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan
menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa
kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang
diperkenalkan, mengadvokasi pihak – pihak yang terkait dan melakukan
kontrol sosial terhadap individu – individu anggotanya.
3. Pendekatan Masyarakat Umum
Bina suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media – media komunikasi, seperti
radio, telivisi, koran, majalah, situs internet dan lain – lain, sehingga dapat
tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan
pendekatan ini diharapkan :
a. Media – media masa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku
yang sedang diperkenalkan.
b. Media – media masa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam
rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang
positif tentang perilaku tersebut.
c. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula
sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu –
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang siperkenalkan.

5
D. Metode Bina Suasana
Metode bina suasana dapat berupa :
1. Pelatihan
2. Konferensi Pers
3. Dialog Terbuka
4. Penyuluhan
5. Pendidikan
6. Pertunjukan tradisional
7. Diskusi meja bundar (Round Table Discussiaon)
8. Pertemuan berkala didesa
9. Kunjungan lapangan
10. Studi banding
11. Traveling seminar.

BINA SUASANA

PENDEKATAN: PELAKU: SUASANA:

TOKOH LOKAL
TOKOH
INDIVIDU TOKOH AGAMA PEDULI
TOKOH POLITIK TERHADA
P KES /
TOKOH SWASTA
PANUTAN
TOKOH REMAJA

SELEBRITIS

RT/RW KELURHN KELOMPOK


PEDULI
MAJELIS TAKLIM
KELOMPOK TERHADAP
KEL.BUDAYA KESEHATAN

KEL. ARISAN

ORG. WANITA

ORG. SISWA

MASYARAKA
T UMUM

MASYARAKAT MEDIA MASSA PEDULI

(CETAK, ELEKTIR) TERHADAP


KES

6
Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :

a. Forum komunikasi
b. Dokumen dan data yang up to date (selalu baru),
c. Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat,
d. Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra,
e. Menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan,
f. Memanfaatkan kegiatan dan sumber – sumber dana yang mendukung
upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat adanyaumoan balik
dan penghargaan.

E. Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi Masyarakat


Bina suasana yang baik sangat berguna untuk petugas puskesmas dalam
membina partisipasi masyarakat melalui UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat). Melaksanakan program UKB gampang – gampang susah. Kalau
partisipasi masyarakatnya baik maka semua pekerjaan jadi mudah. Bahkan
UKBM-UKBM akan menjadi semacam saluran pemasaran bagi program
kesehatan yang kita tawarkan. Tetapi bila situasi yang terjadi sebaliknya,
dimana partisipasi masyarakat rendah maka semuanya harus kita lakukan
sendiri. Bukan saja program kesehatan tidak terbantu, tetapi UKBM-nya itu
sendiri akan menjadi beban tersendiri bagi petugas lapangan untuk
menghidupinya.
Pada umumnya, pelaksana promkes sepakat bajwa partisipasi
masyarakat adalah kunci keberhasilan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)
di puskesmas. Tetapi justru partisipasi inilah yang paling sering dikeluhkan
sulir oleh orang puskesmas. Pada umumnya keluhan terjadi karena kita
terpaku hanya pada satu metode tertentu, ataupun hanya terbiasa menghadapi
suatu kalangan tertentu saja. Karenanya sebagai pelsana kesehatan, tentu
perlu mengembangkan wawasan dan meningkatkan keterampilannya dalam
menghadapi beragam karakter serta kondisi sosial ekonomi dan pendidikan
masyarakat yang beragam. Pelaksana kesehatan perlu pula menguasai

7
beragam metode maupun memanfaatkan beragam multi media dengan
berbasis teknologi utuk mempermudah penyampaian program secara varatif.
Adanya kecenderungan masyarakat yang tidak mau repot, tidak mau
ruwet, tapi mau enak merupakan hal yang wajar. Karenanya pertugas perlu
lebih memahami dan berupaya untuk melayani dan memfasilitasi mereka.
Ditempat yang sekarang partisipasi masyarakatnya baik sebenarnya juga
pernah memiliki masa – masa sulit di awalnya. Kemudahan tidak tiba – tiba
datang dari langit dan semua irang menurut saja pada petugas. Sama saja,
ditempat manapun perlu proses untuk mencapai keadaan seperti yang
diinginkan. Kalau kita datang ke orang lain hanya saat butuh saja dan setelah
itu tidak acuh lagi, tentunya sulit berharap terlalu banyak pertisipasi dari
orang tersebut.

8
CONTOH KASUS

KASUS :

Indonesia adalah negara dengan pernikahan usia muda tertinggi di dunia


(rangking 37) serta tertinggi kedua di ASEAN setelah kamboja. Kehamilan di
usia yang sangat muda berkolerasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu.
Anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat
hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun. Terkhusus
Dikabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, terjadi kenaikan dua kali lipat kasus
pernikahan dibawah umur. Kasus tertinggi terdapat dikecamatan Patuk, yaitu
sebanyak 18 kasus. Kehamilan diusia muda berkorelasi dengan angka kematian
ibu. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan akibat dari
pernikahan dini menjadi salah satu penyebab tingginya angka pernikahan
dibawah umur. Bahkan diantara mereka ada yang menikah muda saat mereka
berusia 12 tahun. Menikah pada usia dini merupakan masalah kesehatan
reproduksi karena semakin muda umur menikah semakin panjang rentang
waktu untuk berproduksi (Riskesdas, 2013). Oleh karena itu diperlukan
penyuluhan di daerah tersebut untuk memberikan pengetahuan akan usia
produktif saat menikah dan bahaya menikah diusia dini.

Sasaran penyuluhan :

Sasaran dari penyuluhan di kabupaten Gunungkidul khususnya di kecamatan


Patuk adalah masyarakat yang berusia 12 – 17 tahun. Serta para orang tua di
kecamatan patuk. Usia 13 -15 tahun merupakan usia yang tepat untuk memulai
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi. WHO menekankan pendidikan
kesehatan reproduksi mulai diberikan kepada remaja muda berumur 10-14
tahun yang merupakan masa emas pembentukkanya landasan kesehatan
reproduksi yang kuat. Perkembangan kongnitif operasional formal juga berada
pada usia 12 tahun atau lebih sehingga remaja telah mampu memproses
informasi ketika mendapatkan pendidikan kesehatan. Dan peran orang tua

9
sangatlah besar untuk anaknya, oleh karena itu orang tua harus mengetahui
tentang dampak negatif dari pernikahan dini itu sendiri.

Informasi tentang Pernikahan Dini :

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan sebelum mempelai


berusia 18 tahun. Umur idealnya seseorang untuk menikah adalah 20 atau 21
tahun untuk perempuan dan 20 sampai 25 tahun untuk pria (BKKBN). Hal ini
dikarenakan pada umur tersebut pasangan sudah memiliki kesiapan matang
untuk memulai mengarungi rumah tangga, baik secara psikologis maupun
biologis. Banyak dampak yang ditimbulkan jika seseorang menikah dini,

yaitu :

1. Dampak Positif
a. Dukungan Emosional : dukungan emosional maka dapat melatih
kecerdasan emosional dan spiritual dalam diri setiap pasang
(ESQ)
b. Dukungan keuangan : dengan menikah di usia dini dapat
meringankan beban ekonomi bagi orang tuanya.
c. Kebebasan yang lebih : dengan berada jauh dari rumah orang
tuanya maka menjadikan mereka bebas melakukan hal sesuai
keputusan untuk menjalani hidup mereka secara finansial dan
emosional.
d. Belajar memikul tanggung jawab di usia dini : banyak pemuda
yang waktu masa sebelum menikah tanggung jawabnya masih
kecil dikarenakan ada orang tua .
e. Dari segi agama : terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina
atau seks bebas.
2. Dampak Negatif
a. Dari segi pendidikan : sebagaimana telah kita ketahui bersama,
bahwa seseorang yang melakukan pernikahan di usia yang dini
akan berdampak pada pendidikannya. Hal tersebut terjadi karena

10
motivasi belajar yang dimiliki seseorang akan mulai mengendur
karena banyaknya tugas yang harus mereka lakukan setelah
menikah. Dengan kata lain, pernikahan dini dapat menghambat
terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran.
b. Dari segi kesehatan : dokter spesialis kebidanan dan kandungan
dari Rumah Sakit Balikpapan Husada (RSBH) dr Ahmad Yasa,
SPOG mengatakan, perempuan yang menikah diusia dini kurang
dari 15 tahun memiliki risiko, sekalipun ia sudah mengalami
mestruasi atau haid. Ada dua dampak media yang ditimbulkan
oleh pernikahan dini, yaitu dampak pada kandungan dan
kebidanannya. Penyakit kandungan yang banyak diderita wanita
yang menita usia dini, antara lain infeksipada kandungan dan
kaker mulut rahim. Dengan demikian dilihat dari segi medis,
pernikahan dini akan merugikan. Bahkan pernikahan dini bisa
dikategorikan seagai bentuk kekerasan sikis dan seks bagi anak,
yang kemudian dapat mengalami trauma.
c. Dari segi psikologis : menurut para psikolog, ditinjau dari sisi
sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga.
Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah
muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini
dari berbagai aspekya memang mempunyai banyak dampak
negatif .

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Dukugan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain
yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan
prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang
memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga
promosi yang diberikan lebih diterima.
Ada 3 pendekatan bina suasana antara lain
1. Pendekatan individu
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan masyarakat umum.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami yakin masih banyak kekurangan
baik dalam materi dan cara penyusunan. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjunjung
kesempurnaan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Pohan, Nazli Halawani. 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan


Usia Dini Terhadap Remaja Putri. 2(3) october 2017 (424-435).

Susilowati, Dwi. 2015. Modul Promosi Kesehatan. Jakarta : Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia.

13

Anda mungkin juga menyukai