Disusun Oleh :
Kelompok : 2
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti –
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A Kesimpulan .......................................................................................... 12
B Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
perilaku dan faktor non-perilaku (lingkungan dan pelayanan). Oleh sebab itu,
upaya untuk memecahkan masalah kesehatan juga ditujukan atau diarahkan
kepada dua faktor tersebut. Perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan
lingkungan sosial-budaya, serta peningkatan lingkungan pelayanan kesehatan
merupakan intervensi atau pendekatan (intervensi) terhadap faktor perilaku.
Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap faktor perilaku adalah promosi
atau pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan, yang dewasa ini lebih dikenal dengan Promosi
Kesehatan adalah sesuatu pedekatan untuk meningkatan kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan bukan standar masyarakat mau
hidup sehat (Will Lingness), tetapi juga mampu (Obility) untuk hidup sehat,
maka promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berprilaku
hidup sehat, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan.
Strategi promosi kesehatan dibagi menjadi dua yakni ada konsep dan
bina suasana. Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan atau
hantuan erhada seseorang yang mampunyai permasalahan. Sedangkan Bina
suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bina Suasana?
2. Apa tujuan dari Bina Suasana?
3. Bagaimana penerapan bina suasana pada berbagai tingkatan?
4. Bagaimana metode bina suasana?
5. Bagaimana Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi Masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dimaksud dengan Bina Suasana
2. Untuk mengetahui tujuan dari Bina Suasana
3. Untuk Mengetahui penerapan bina suasana pada berbagai tingkatan
4. Untuk mengetahui metode bina suasana
5. Untuk mengetahui Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi
Masyarakat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang
memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga
promosi yang diberikan lebih diterima.
B. Tujuan Bina Suasana
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai
jembatan antara sector kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan
dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari
dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program – program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut.
Oleh suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan
dukungan sosial ini antara lain : pelatihan pelatihan para toma, seminar,
lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka
sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh
masyarakat di beribagai tingkat (sasaran sekunder)
C. Penerapan Bina Suasana pada berbagai tingkatan
Bina suasana dilakukan melalui pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan
Bidan suasana individu ditunjukan/ dilakukan kepada individu –
individu tokoh masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan :
a. Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang
sedang diperkenalkan.
b. Dapat menjadi individu – individu panutan dalam hal perilaku yang
sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau
mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
(misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3M yaitu
Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya
wabah demam berdarah).
c. Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan perilaku individu.
4
2. Pendekatan Kelompok
Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok – kelompok
dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus
Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi
Profesi, Organisasi Wanita, Organisasi Siswa / Mahasiswa, Organisasi
Pemuda, dan lain – lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau
bersama – sama dengan pemuda/ tokooh masyarakat yan telah peduli.
Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok – kelompok tersebut
menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan
menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa
kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang
diperkenalkan, mengadvokasi pihak – pihak yang terkait dan melakukan
kontrol sosial terhadap individu – individu anggotanya.
3. Pendekatan Masyarakat Umum
Bina suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media – media komunikasi, seperti
radio, telivisi, koran, majalah, situs internet dan lain – lain, sehingga dapat
tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan
pendekatan ini diharapkan :
a. Media – media masa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku
yang sedang diperkenalkan.
b. Media – media masa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam
rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang
positif tentang perilaku tersebut.
c. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula
sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu –
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang siperkenalkan.
5
D. Metode Bina Suasana
Metode bina suasana dapat berupa :
1. Pelatihan
2. Konferensi Pers
3. Dialog Terbuka
4. Penyuluhan
5. Pendidikan
6. Pertunjukan tradisional
7. Diskusi meja bundar (Round Table Discussiaon)
8. Pertemuan berkala didesa
9. Kunjungan lapangan
10. Studi banding
11. Traveling seminar.
BINA SUASANA
TOKOH LOKAL
TOKOH
INDIVIDU TOKOH AGAMA PEDULI
TOKOH POLITIK TERHADA
P KES /
TOKOH SWASTA
PANUTAN
TOKOH REMAJA
SELEBRITIS
KEL. ARISAN
ORG. WANITA
ORG. SISWA
MASYARAKA
T UMUM
6
Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :
a. Forum komunikasi
b. Dokumen dan data yang up to date (selalu baru),
c. Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat,
d. Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra,
e. Menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan,
f. Memanfaatkan kegiatan dan sumber – sumber dana yang mendukung
upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat adanyaumoan balik
dan penghargaan.
7
beragam metode maupun memanfaatkan beragam multi media dengan
berbasis teknologi utuk mempermudah penyampaian program secara varatif.
Adanya kecenderungan masyarakat yang tidak mau repot, tidak mau
ruwet, tapi mau enak merupakan hal yang wajar. Karenanya pertugas perlu
lebih memahami dan berupaya untuk melayani dan memfasilitasi mereka.
Ditempat yang sekarang partisipasi masyarakatnya baik sebenarnya juga
pernah memiliki masa – masa sulit di awalnya. Kemudahan tidak tiba – tiba
datang dari langit dan semua irang menurut saja pada petugas. Sama saja,
ditempat manapun perlu proses untuk mencapai keadaan seperti yang
diinginkan. Kalau kita datang ke orang lain hanya saat butuh saja dan setelah
itu tidak acuh lagi, tentunya sulit berharap terlalu banyak pertisipasi dari
orang tersebut.
8
CONTOH KASUS
KASUS :
Sasaran penyuluhan :
9
sangatlah besar untuk anaknya, oleh karena itu orang tua harus mengetahui
tentang dampak negatif dari pernikahan dini itu sendiri.
yaitu :
1. Dampak Positif
a. Dukungan Emosional : dukungan emosional maka dapat melatih
kecerdasan emosional dan spiritual dalam diri setiap pasang
(ESQ)
b. Dukungan keuangan : dengan menikah di usia dini dapat
meringankan beban ekonomi bagi orang tuanya.
c. Kebebasan yang lebih : dengan berada jauh dari rumah orang
tuanya maka menjadikan mereka bebas melakukan hal sesuai
keputusan untuk menjalani hidup mereka secara finansial dan
emosional.
d. Belajar memikul tanggung jawab di usia dini : banyak pemuda
yang waktu masa sebelum menikah tanggung jawabnya masih
kecil dikarenakan ada orang tua .
e. Dari segi agama : terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina
atau seks bebas.
2. Dampak Negatif
a. Dari segi pendidikan : sebagaimana telah kita ketahui bersama,
bahwa seseorang yang melakukan pernikahan di usia yang dini
akan berdampak pada pendidikannya. Hal tersebut terjadi karena
10
motivasi belajar yang dimiliki seseorang akan mulai mengendur
karena banyaknya tugas yang harus mereka lakukan setelah
menikah. Dengan kata lain, pernikahan dini dapat menghambat
terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran.
b. Dari segi kesehatan : dokter spesialis kebidanan dan kandungan
dari Rumah Sakit Balikpapan Husada (RSBH) dr Ahmad Yasa,
SPOG mengatakan, perempuan yang menikah diusia dini kurang
dari 15 tahun memiliki risiko, sekalipun ia sudah mengalami
mestruasi atau haid. Ada dua dampak media yang ditimbulkan
oleh pernikahan dini, yaitu dampak pada kandungan dan
kebidanannya. Penyakit kandungan yang banyak diderita wanita
yang menita usia dini, antara lain infeksipada kandungan dan
kaker mulut rahim. Dengan demikian dilihat dari segi medis,
pernikahan dini akan merugikan. Bahkan pernikahan dini bisa
dikategorikan seagai bentuk kekerasan sikis dan seks bagi anak,
yang kemudian dapat mengalami trauma.
c. Dari segi psikologis : menurut para psikolog, ditinjau dari sisi
sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga.
Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah
muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini
dari berbagai aspekya memang mempunyai banyak dampak
negatif .
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Dukugan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain
yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan
prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang
memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga
promosi yang diberikan lebih diterima.
Ada 3 pendekatan bina suasana antara lain
1. Pendekatan individu
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan masyarakat umum.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami yakin masih banyak kekurangan
baik dalam materi dan cara penyusunan. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjunjung
kesempurnaan makalah selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Susilowati, Dwi. 2015. Modul Promosi Kesehatan. Jakarta : Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia.
13