Anda di halaman 1dari 24

HALAMAN JUDU L

Tugas Kelompok : Makalah


Dosen : Rasyika Nurul Fadjriah, S.KM.,M.Kes
Mata Kuliah : Strategi Promkes

“BINA SUASANA PROMOSI KESEHATAN PADA BERBAGAI


TINGKATAN”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV
PROMKES

SRI INDRAYANTI P101 17 019


KHAIRATUN NISA P101 17 054
SUCI HANDAYANI A. P101 17 019
DELVIANINGSIH LAMOKI P101 17 103
PUTRI NOVITA P. P101 17 220
NUR VAEGA ULFIANA F.L. P101 17 240
PUTRI SARMAN P101 17 255
ADYSTI P101 17 048

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan menggunakan
informasi dari kajian literatur dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses
penyusunan.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai Bina Suasana Promosi
Kesehatan Pada Berbagai Tingkatan. Bina Suasana (Social Support) adalah suatu
kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat baik
tokoh masyarakat formal maupun informal agar para tokoh masyarakat sebagai
jembatan pelaksana program kesehatan dan masyarakat sebagai penerima
program. Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca menjadi lebih tahu
tentang pelaksanaan Bina Suasana yang dapat menjadi pembelajaran bermanfaat
bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah yang kami susun ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Palu, 14 November 2019

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Bina Suasana (Dukungan Sosial) ............................................... 3

B. Tujuan Bina Suasana .................................................................................... 4

C. Bentuk-Bentuk Bina Suasana....................................................................... 4

D. Sasaran Bina Suasana ................................................................................... 5

E. Langkah-Langkah dalam Bina Suasana ....................................................... 6

F. Teori Cara Melakukan Pendekatan Bina Suasana Pada Masyarakat ........... 9

G. Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi Masyarakat ..................... 13

H. Contoh Penerapan Bina Suasana ............................................................ 15

1. Bina Suasana Bidan dan Dukun Bayi ..................................................... 15

2. Bina Suasana PHBS ............................................................................... 17

BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 20

A. Kesimpulan ................................................................................................ 20

B. Saran ........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan dikembangkan
paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya-upaya
promotif dan preventif tanpa harus mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Dengan demikian program promosi kesehatan mendapat peran
yang penting dalam pembangunan kesehatan dan penopang utama bagi setiap
program kesehatan (Aida, 2017).
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan untuk bersama masyarakat,
agar dapat menolong dirinya sendiri, mampu berperilaku mencegah
timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan (Aidha, 2017).
Untuk mencapai sasaran dalam promosi kesehatan, diperlukan strategi
sebelum menjalankan promosi kesehatan. Strategi promosi kesehatan tersebut
terdiri dari advokasi, dukungan sosial, dan juga pemberdayaan masyarakat.
Baik rumah sakit umum maupun rumah sakit jiwa perlu adanya promosi
kesehatan dengan ketiga strategi tersebut supaya masyarakat dapat
menanamkan rasa kesadaran pada diri mereka sendiri akan hidup bersih dan
sehat (Ratih Gayatri styabudi dan mutia dewi 2017).
Advokasi adalah kegiatan untuk menyakinkan orang lain, agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diiinginkan.
Sedangkan dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat baik tokoh masyarakat formal maupun
informal dan pemberdayaan masyarakat adalah strategi promosi kesehatan
yang ditunjukan kepada masyarakat langsung (Notoatmodjo, 2010).
Dukungan promosi kesehatan yang dilakukan melalui strategi
advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat, akan membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, baik hidup
sehat secara fisik maupun mental. Penjelasan tersebut menjadi alasan penulis
untuk mengetahui lebih mendalam mengenai bina suasana promosi kesehatan
pada berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2010).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bina suasana?
2. Apa saja tujuan bina suasana?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam bina suasana?
4. Bagaimana teori cara melakukan pendekatan bina suasana pada
masyarakat?
5. Bagaimana hubungan bina suasana dengan partisipasi masyarakat ?
6. Bagaimana contoh penerapan bina suasana?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bina suasana pada strategi promosi kesehatan.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian bina suasana.
2. Untuk mengetahui tujuan bina suasana.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam bina suasana.
4. Untuk mengetahui teori cara melakukan pendekatan bina suasana pada
masyarakat.
5. Untuk mengetahui hubungan bina suasana dengan partisipasi
masyarakat.
6. Untuk mengetahui contoh penerapan bina suasana.

2
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Bina Suasana (Dukungan Sosial)


Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu
apabila lingkungan sosial dimanapun dia berada (keluarga dirumah, orang-
orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap
perilaku tersebut (Susilowati, 2015).
Dukungan sosial (social support) adalah strategi dukungan sosial
dalam bentuk kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat (Toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Bina
suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan
berbagai kelompok opini yang ada dimasyarakat seperti: tokoh masyarakat,
tokoh agama, lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha atau swasta,
media massa, organisasi profesi pemerintah dan lain-lain. Bina suasana
dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana diberbagai tingkat
administrasi (dari pusat hingga desa) (Susilowati, 2015).
Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-
norma dan kondisi/situasi kondusif dimasyarakat dalam mendukung perilaku
hidup bersih dan sehat. Bina suasana sering dikaitkan dengan pemasaran
sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana
dimaksud untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakan
masyarakat secara partisipatif dan kemitraan (Susilowati, 2015).
Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan
dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan
petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan
melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau
dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih
diterima (Susilowati, 2015).

3
B. Tujuan Bina Suasana
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai
jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan
dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari
dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh
sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan
dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para tokoh masyarakat,
seminar, loka karya, bimbingan kepada tokoh masyarakat, dan sebagainya.
Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana
adalah para tokoh masyarakat diberbagai tingkat (sasran sekunder)
(Susilowati, 2015).
C. Bentuk-Bentuk Bina Suasana
Adapun bentuk-bentuk dukungan sosial atau bina suasana menurut
(Gayatri Setyabudi & Dewi, 2017), yang dilaksanakan di masyarakat
diantaranya sebagai berikut:
1. Bina Suasana Individu
Bina suasana individu ini dilakukan oleh individu tokoh-tokoh
masyarakat. Para tokoh masyarakat ini menjadi individu-individu yang
menjadi panutan dalam hal mempraktikan program kesehatan yang
sedang diperkenalkan.
2. Bina Suasana Kelompok
Bina suasana kelompok dilakukan oleh para kelompok-kelompok
yang ada didalam masyarakat, seperti ketua RT, RW, karang taruna,
serikat pekerja dan lain sebagainya. Dalam hal ini, kelompok-kelompok
tersebut menjadi kelompok yang peduli dengan program kesehatan yang
sedang diperkenalkan dan setuju atas program kesehatan tersebut serta
mendukung program kesehatan tersebut.

4
3. Bina Suasana Publik
Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui
pemanfaatan media-media komunikasi yang ada. Sebagai contoh radio,
TV, koran, majalah, websites, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, media
massa yang ada peduli serta menjadi pendukung dalam program
kesehatan yang sedang diberlakukan atau diperkenalkan.
D. Sasaran Bina Suasana
Dukungan sosial adalah sebuah kegiatan dengan tujuan untuk mencari
dukungan dari berbagai elemen (tokohtokoh masyarakat) untuk
menjembatani antara pelaksana program kesehatan dengan masyarakat
sebagai penerima program kesehatan tersebut. Strategi ini dapat disebut
sebagai upaya bina suasana atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana ini adalah para
tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder), sedangkan untuk
sasaran dukungan sosial atau bina suasana lainnya terdiri dari kelompok
peduli kesehatan, para pemuka agama, tenaga profesional kesehatan, institusi
pelayanan kesehatan, organisasi massa, tokoh masyarakat, kelompok media
massa, dan lembaga swadaya masyarakat (Gayatri Setyabudi & Dewi, 2017).
Menurut (Notoatmodjo, 2010), sasaran bina suasana ada 3 yaitu:
1. Sasaran individu
a. Anggota legislatif (Lembaga Perwakilan Rakyat)
b. Anggota Eksekutif (Lembaga Pemerintah)
c. Anggota Yudikatif (Lembaga Peradilan/Hukum)
d. Tokoh masyarakat
e. Tokoh adat
f. Tokoh Agama
2. Sasaran Kelompok
1. Organisasi massa (organisasi pemuda, organisasi wanta,organisasi
agama, dan lain-lain)
2. Oganisasi profesi, dunia usaha/swasta
3. Kelompok peduli kesehatan

5
3. Sasaran massa/public
Masyarakat yang bisa dijangkau melalui media massa (cetak
danelektronik) seperti koran/majalah, radio dan TV baik pemerintah
maupunswasta serta media tradisional.
E. Langkah-Langkah dalam Bina Suasana
Menurut (Notoatmodjo, 2010), ada beberapa langkah dalam bina
suasana yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan
Identifikasi sasaran dalam upaya bina suasana dapat disebut sebagai
“mitra” kita harus dapat menentukan apakah daftar sasaranyang kita miliki
memenuhi syarat untuk menjadi mitra. Cara untuk mengenal dan memilih
mitr dikenal dengan “5c” yaitu :
a. Competent (kompetensi)
1) Apakah organisasi itu memiliki staf teknik dan manajemen yang
kuat?
2) Bila dibutuhkan tambah staf, apakah organisasi itu memiliki alirand
ana dan cadangan dana yang cukup, sistem akuntasi, bankaccount
dan pengauditan teratur?
3) Apakah telah memiliki pengalaman dalam kegiatan yang sama?
4) Apakah organisasi tersebut memiliki citra positif dan raputasiuntuk
ketinggian mutu kerja?
b. Commitment (komitmen)
1. Apakah organisasi tersebut mendukung promkes?
2. Dapatkah mendukung dan berperan kuat dalam promkes?
c. Clout (relasi)
1. Apakah organisasi tersebut memiliki kotak atau akses kepembuat-
pembuat kebijakan dan para tokoh yang berpengaruhdi
masyarakat?
2. Apakah organisasi itu mendapat dukungan politis dalam
kegiatannya?

6
d. Coverage (jangkauan)
Apakah organisasi tersebut mampu menjangkau sasaran yang telah di
tetapkan, di berbagai wilayah, berbagai segmen seperti demografi,
psikografi dan sosial ekonomi?
e. Continuity (kesinambungan)
1. Sudah berapa lamakah organisasi ini melakukan kegiatan?
2. Sudah pernahkah menangani kegiatan yang serupa?
3. Apakah memiliki dasar kelembangaan dan sumber daya untuk
jangka panjang?
4. Menyiapkan paket informasi (information kit) seperti brosur, poster
dan lain-lain
2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencangkup lomponen:
1. Metode atau cara yang dapat dilakukan
2. Waktu dan tempat
3. Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi
4. Ada forum komunikasi dan dokumentasi kegiatan.
5. Penyajian data yang selalu “up to date” atau terbaru.
6. Mengikuti kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang.
7. Menjalin hubungan yang serasi dan dinamis serta memegang prinsip-
prinsip kemitraan.
8. Menggalang sumber-sumber dana dan potensi yang ada dari masing-
masing mitra
3. Pemantauan dan Penilaian
Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan
binasuasana dilakukan dengan benar dan menghasilkan sasaran
yangdiharapkan (POA) dengan menggunakan instrumen emantauan
danpenilaian dngan melihat luaran dalam bentuk opini, etika, norma-
normaatau kondisi yang ada di masyarakat. Kalau sudah ada, berarti
kegiatanbina suasana dapat dikatakan berhasil, begitupun sebaliknya.

7
4. Indikator Keberhasilan
1. Ada peningkatan jumlah kegiatan dan jaringan kemitraan.
2. Ada forum komunikasi.
3. Ada dokumentasi kegiatan.
4. Ada kesepakatan lisan dan tulisan.
5. Ada opini public

8
F. Teori Cara Melakukan Pendekatan Bina Suasana Pada Masyarakat
Menurut (Susilowati, 2015), Bina suasana individu dilakukan
melalui 3 pendekatan yaitu :
1. Pendekatan individu
Bina suasana individu ditujukan/dilakukan kepada individu-
individu tokoh masyarakat dengan pendekatan ini diharapkan :
a. Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang
sedang diperkenalkan.
b. Dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang
sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang
pemuka agama rajin melaksanakan 3M yaitu menguras, menutup dan
mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah.
c. Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif
bagi perubahan perilaku individu.
2. Pendekatan kelompok

9
Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok
dalam masyarakat, seperti pengurus rukun tetangga (RT), pengurus rukun
warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi profesi,
organisasi wanita, organisasi siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, dan
lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama
dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut
menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan
menyetujui atau mendekungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa
kelompok tersebut bersedia juga mempraktikan perilaku yang sedang
diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan melakukan
control sosial terhadap indiviudu-individu dan anggotanya.
3. Pendekatan masyarakat umum

Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat


umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi,
seperti radio, televisi, Koran, majala, situs internet, dan lain-lain. Sehingga
dapa tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut.

10
Dengan pendekatan ini diharapkan :
a. Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku
yang sedang diperkenalkan.
b. Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka
menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini public) yang
positif tentang perilaku tersebut.
c. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula
sebagai pendukung atau penekan (sosial pressure) oleh inividu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksakan perilaku sedang diperkenalkan.
Metode bina suasana dapat berupa :
1) Pelatihan
2) Konferensi pers
3) Dialog terbuka
4) Penyuluhan
5) Pendidikan
6) Pertunjukan tradisional
7) Diskusi meja bundar (round table discussiaon)
8) Pertemuan berkala desa
9) Kunjungan lapangan
10) Studi banding
11) Travelling seminar

11
Bina Suasana

Pendekatan pelaku suasana


- Tokoh lokal
- Tokoh agama Tokoh peduli
Individu THD
- Tokoh politik
KES/panutan
- Tokoh swasta
- Tokoh Remaja
- Selebritis

- RT/RW/Kelura
han
- Majelis taklim Kelompok
Kelompok
peduli THD
- Kel. budaya
kes
- Kel.
Arisan/koperasi
- ORG. wanita
- ORG. siswa
- DLL

Masyarakt
Media massa (cetak,
Masyarakat umum peduli
elektrik)
THD Kes

Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :


a. Forum komunikasi
b. Dokumen dan data yang up to date (selalu baru)
c. Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat
d. Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra
e. Menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan
f. Memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yag mendukung upaya
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat adanya umpan balik
penghargaan.

12
G. Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi Masyarakat
Bina suasana yang baik sangat berguna untuk petugas puskesmas
dalam membina partisipasi masyarakat melalui UKBM (upaya kesehatan
berbasis masyarakkat) (Susilowati, 2015).
Melaksanakan program Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) gampang-gampang susah. Kalau partisipasi masyarakatnya baik
maka semua pekerjaan jadi mudah. Bahkan UKBM-UKBM akan menjadi
semacam saluran pemasaran bagi program kesehatan yang kita tawarkan.
Tetapi beda situasi yang terjadi sebaliknya, dimana partisipasi masyarakat
rendah maka semuanya harus kita lakukan sendiri. Bukan saja program
kesehatan tidak terbantu, tetapi UKBM-nya itu sendiri akan menjadi beban
tersendiri bagi petugas lapangan untuk menghidupinya (Susilowati, 2015).
Pada umunya, pelaksana promkes sepakat bahwa partisipasi
masyarakat adalah kunci keberhasilan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
di puskesmas,. Tetapi justru partisipasi inilah yang paling sering dikeluhkan
sulit oleh orang puskesmas. Pada umumnya keluhan terjadi karena kita
terpaku hanya pada satu metode tertentu, ataupun hanya terbiasa menghadapi
suatu kalangan tertentu saja. Karenanya sebagai pelaksana kesehatan, tentu
perlu mengembangkan wawasan dan meningkatkan keterampilannya dalam
menghadapi beragam karakter serta kondisi sosial ekonomi dan pendidikan
masyarakat yang beragam. Pelaksana kesehatan perlu pula menguasai
beragam metode maupun memanfaatkan beragam sultimedia dengan berbasis
teknologi untuk mempermudah penyampaian program secara variatif
(Susilowati, 2015).
Adanya kecenderungan masyarakat yang tidak mau repot, tidak mau
ruet, tapi mau enak, merupakan hal yang wajar. Karenanya petugas lebih
memahami dan berupaya untuk melayani dan memfasilitasi mereka. Ditempat
yang sekarang partisipasi masyarakatnya baik sebenarnya juga pernah
memiliki masa-masa sulit diawalnya. Kemudahan tidak tiba-tiba datang dari
langit dan semua orang menurut saja pada petugas. Sama saja, ditempat mana
pun perlu proses untuk mencapai keadaan seperti yang diinginkan. Kalau kita

13
datang ke orang lain hanya saat butuh saja dan setelah itu tidak acuh lagi,
tentunya sulit berrharap terlalu banyak partisipasi dari orang tersebut
(Susilowati, 2015).
Esensi bina suasana sebenarnya membangun opini dimasyarakat
dengan cara yang tepat sesuai dengan karakter masyarakat yang dituju. Jika
benar-benar mengenali masyarakat dengan segala aspeknya, maka akan lebih
mudah menyampaikan sesuatu pesan mengenai gaya hidup sehat yang
diperlukan. Untuk itu kita perlu mengenai betul cara masyarakat berpikir,
terutama mengarahkan masyarakat agar memahami bahwa gaya hidup sehat
merupakan hal yang baik dan akan sangat menguntungkan mereka
(Susilowati, 2015).
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, yang kita tuju adalah
kemandirian masyarakat. Kita memfasilitasi mereka untuk memahami
masalah mereka sendiri, mencari dan menjalankan pemecahannya dan untuk
kehidupan mereka sendiri. Hal yang penting paling penting dipahami juga
adalah salah satu bagian tidak terpisahkan dalam bina suasana adalah citra diri
petugas. Citra diri petugas kesehatan tentu akan berpengaruh terhadap
pemerintah masyarakat. Adanya personal branding yang positif tentunya akan
menunjang keberhasilan bina suasana tersebut. Selanjutnya image dan merek
diri amat terpengaruh pada penerimaan masyarakat terhadap apa saja kita
bawa untuk mereka. Jadi mereka mau atau tidak sangat tergantung kita juga.
Jangan mengajak orang jadi donatur bila kita dikenal tidak terbuka masalah
uang ditempat umum. Jangan mengajak orang optimis pada suatu hal kalau
kita selalu gagal akan hal itu dan seterusnya (Susilowati, 2015).

14
H. Contoh Penerapan Bina Suasana
1. Bina Suasana Bidan dan Dukun Bayi

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Patrang


Kabupaten Jember. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Bidan Desa dan Dukun Bayi di wilayah kerja Puskesmas Patrang
Kabupaten Jember kurang lebih 40 orang, jumlah bidan sebanyak 15 orang

15
dan jumlah dukun bayi sebanyak 25 orang. Pengumpulan data
karakteristik responden dilakukan melalui pengisian kuesioner penelitian
(Permatasari & Kholifah, 2014).
Metode bina suasana yang dilakukan dalam kemitraan bidan dan
dukun bayi yang dilakukan sebagian besar berupa penyuluhan. Beberapa
kegiatan kunjungan lapangan dilakukan tidak secara rutin. Hal ini
dikarenakan tugas tenaga kesehetan (utamanya bidan) yang dirasa
terlampau banyak (overlapping) di Puskesmas, sehingga kunjungan
lapangan (rumah) ke dukun bayi dilakukan jika diperlukan. Seperti, jika
didapatkan kabar adanya pertolongan persalinan di dukun bayi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tentang kemitraan bidan
dengan dukun bayi dalam menolong persalinan ibu-ibu yang melahirkan di
pedesaan kecamatan Palolo Kabupaten Donggala menunjukkan hasil yang
baik. Dimana, keberhasilan kemitraan disebabkan karena bidan aktif
melakukan kunjungan ke rumah dukun (47,14%) serta bersamaan hadir
dalam persalinan (76%) (Permatasari & Kholifah, 2014)
Upaya bina suasana di Puskesmas Patrang dalam program
kemitraan bidan dan dukun bayi telah dilaksanakan dalam bentuk
penyuluhan, pendidikan (magang dukun), lokakarya mini, kunjungan
lapangan dan pertemuan berkala di desa. Pada tahun 2013 telah dilakukan
tiga kali upaya bina suasana yaitu pada bulan Februari dan bulan
November dilakukan pertemuan bidan dan dukun bayi di Puskesmas
Patrang dalam upaya menjalin komunikasi untuk meningkatkan
pemahaman tentang kemitraan bidan dan dukun bayi, Selain itu, dengan
adanya pertemuan tersebut diharapkan dukun bayi tidak lagi melakukan
pertolongan persalinan untuk menghindari persalinan yang tidak higienis
yang berdampak pada kematian ibu dan bayi. Secara terperinci, kegiatan
Bina Suasana sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 yang telah dilakukan
antara lain:
1. Pertemuan Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi Pertemuan ini dihadiri
oleh Kepala Puskesmas Patrang, Camat Patrang, Bidan dan dukun

16
bayi di wilayah kerja Puskesmas Patrang. Dilakukan sebanyak dua
kali pada tahun 2013 yaitu pada bulan Maret dan Nopember 2013.
Tujuan pertemuan ini adalah pemantapan kemitraan bidan dan dukun
bayi yang telah menjadi program KIA di Puskesmas Patrang.
2. Akselerasi Penurunan AKI dan AKB Pertemuan ini dihadiri oleh
Kepala Puskesmas Patrang, Camat Patrang, Babinsa,
Babinkamtibmas, Bidan dan dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas
Patrang. Dilakukan pada bulan September 2013 sebagai salah satu
kegiatan dalam program unggulan KIA yaitu penurunan AKI dan
AKB serta peningkatan cakupan K1 dan K4. Tujuan pertemuan ini
adalah koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurunkan AKI dan
AKB dengan meningkatkan cakupan linakes.
3. Sarasehan Tindak Lanjut Akselerasi Penurunan AKI dan AKB.
Pertemuan ini dihadiri oleh Kepala Puskesmas Patrang, Camat
Patrang, Babinsa, Babinkamtibmas, Ketua PKK Kabupaten, Bidan,
Dukun bayi dan Bumil yang berisiko bersalin di Dukun Bayi di
wilayah kerja Puskesmas Patrang. Dilakukan pada bulan Februari
2014. Tujuan pertemuan ini adalah tindak lanjut upaya akselerasi
penurunan AKI dan AKB.
4. Kunjungan Lapangan Kunjungan lapangan yang dimaksud adalah
petugas kesehatan (termasuk bidan) melakukan kunjungan ke rumah
dukun bayi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengantisipasi dan
meminimalisir pertolongan persalinan di dukun bayi. Dalam
kunjungan tersebut dilakukan dialog dan musyawarah, terutama antara
bidan dan dukun bayi. Kunjungan ini akan lebih intensif dilakukan
apabila terdapat pertolongan persalinan oleh dukun bayi (Permatasari
& Kholifah, 2014).
2. Bina Suasana PHBS
Upaya peningkatan kesehatan melalui perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) merupakan tujuan kegiatan promosi kesehatan. PHBS juga
bermanfaat untuk meningkatkan citra pemerintah daerah, sehingga

17
menjadi contoh rumah tangga sehat bagi daerah lain (Rodiah, Rosfiantika,
& Yanto, 2016).
Strategi promosi melalui pemberdayaan akan lebih cepat berhasil
apabila didukung dengan upaya menciptakan suasana atau lingkungan
yang kondusif. Menciptakan lingkungan yang sehat di dalam dan di luar
gedung puskesmas menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai.
Lingkungan yang sehat akan mendorong masyarakat berperilaku hidup
sehat lihat Liliwei, 2010. Informasi-informasi yang disampaikan melalui
media informasi dapat dijadikan petunjuk bagi pengunjung puskesmas
bahwa mereka berada dalam lingkungan yang mendukung upaya
peningkatan kualitas kesehatan. Informasi tersebut dipampang di tempat
pendaftaran, apotek, Instalasi Gawat Darurat (IGD), tempat parkir dan
ruang-ruang lainnya di puskesmas lain (Rodiah, Rosfiantika, & Yanto,
2016).
Puskesmas DTP Tarogong juga melakukan bina suasana dalam
gedung dengan media audiovisual, pemutaran film tentang kesehatan di
ruang tunggu Balai Pengobatan Umum yang ditayangkan pada waktu
ramai pengunjung, yaitu antara pukul 09.00 sampai 12.00. Terdapat upaya
bina suasana berkaitan dengan jajanan sehat di lingkungan Puskesmas
DTP Tarogong yang menjadikan masyarakat tidak khawatir saat
mengkonsumsi jajanan di lingkungan kantin Puskesmas dengan
pembinaan dari petugas promosi kesehatan bidang gizi. Setiap yang jualan
di sini, sudah kita cek dan sampelnya diambil. Hal tersebut dilakukan oleh
dinas kesehatan. Seperti pelatihan mengenai jajanan sehat, lalu gerobak
tersebut akan diberikan label bahwa telah diberikan pelatihan jajanan sehat
lain (Rodiah, Rosfiantika, & Yanto, 2016).
Program bina suasana di puskesmas Tarogong saat ini baru
menciptakan iklim dan suasana fisik misalnya dengan pemutaran film
kesehatan, pemasanganpemasangan poster, spanduk dan lain-lain. Dalam
hal ini diperlukan langkah-langkah lebih positif yang dapat
membangkitkan kesadaran dan pemahaman masyarakat melalui program-

18
program khusus yang terintegrasi dengan kegiatan masyarakat sekitar
puskesmas. Sebagaimana tujuan desa siaga yang telah digebyarkan,
dengan adanya percontohan upaya PHBS, terutama dengan warga di
sekitar puskesmas lain (Rodiah, Rosfiantika, & Yanto, 2016).
Bina suasana diupayakan melalui pengunaan media promosi poster,
spanduk dan televisi yang ditempatkan di halaman, balai pengobatan
umum, dan dinding puskesmas serta penciptaan lingkungan yang
mendukung, seperti perilaku kesehatan petugas kesehatan, kantin sehat
dan lingkungan yang bebas asap rokok lain (Rodiah, Rosfiantika, & Yanto,
2016).

19
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penyusan makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa:
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Agar terdorong untuk mau dan mampu dalam melakukan
sesuatu perubahan di lingkungan sosial. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar
para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai
pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program)
kesehatan.
Pendekatan Bina Suasana kepada masyarakat dapat dilakukan dalam 3
pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan kelompok dan pendekatan
masyrakat umum. Bina suasana yang baik sangat berguna untuk petugas
puskesmas dalam membina partisipasi masyarakat melalui UKBM (upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakkat).
B. Saran
Adapun saran dalam makalah ini yaitu makalah ini masih jauh dalam
kesempurnaan baik dari tulisannya, penyusunan maupun penempatan kata per
kata. Sehingga penulis menginginkan masukan dari pembaca agar makalah ini
layak untuk diterbitkan dan bermanfaat bagi mahasiswa untuk dijadikan
sebagai acuan dalam referensi serta bermanfaat bagi pembaca nusa dan
bangsa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aida, Z. (2017). ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DALAM STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA DI KECAMATAN
HELVETIA MEDAN. Universitas Nusantara PGRI Kediri, 01, 1–7.
Gayatri Setyabudi, R., & Dewi, M. (2017). Analisis Strategi Promosi Kesehatan
dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Komunikasi,
12(1), 81–100. https://doi.org/10.20885/komunikasi.vol12.iss1.art6
Notoatmodjo, S. (2010). PROMOSI KESEHATAN “TEORI DAN APLIKASI.” PT.
Rineka, Jakarta.
Permatasari, E., & Kholifah, S. (2014). Analisis Strategi Bina Suasana Dalam
Pelaksanaan Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi. The Indonesian Journal Of
Health Science, 4(2), 204–217.
Rodiah, S., Rosfiantika, E., & Yanto, A. (2016). Strategi Promosi Kesehatan
Puskesmas Dtp Tarogong Kabupaten Garut. Sosiohumaniora, 18(1), 55–60.
https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v18i1.9357
Susilowati, D. (2015). MODUL PROMOSI KESEHATAN"STRATEGI
PENERAPAN PROMOSI KESEHATAN PADA KLIEN DI TATANAN
KLINIK DAN KOMUNITAS. Pusat Pend, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai