Di Susun Oleh :
Nama : Hikmah
Nim : PO.62.24.2.19.213
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................3
1.1 Tujuan...........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Manfaat Hasil Penulisan...............................................................................4
BAB II...................................................................................................................5
Pembahasan...........................................................................................................5
A. Pengertian Bina Suasana ( Dukungan Sosial ).............................................5
B. Tujuan Bina Suasana....................................................................................6
C. Teori Cara Melakukan Pendekatan Bina Suasana Pada Masyarakat...........6
1.1.1Pendekatan Individu..................................................................................6
1.2 1 Pendekatan Kelompok...............................................................................7
1.3 3.Pendekatan Masyarakat Umum.................................................................7
D. Hubungan Bina Suasana Dengan Partisipasi Masyarakat.............................8
BAB III................................................................................................................12
Penutup................................................................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan ditentukan oleh dua factor utama, yakni faktor perilaku
dan factor non-perilaku (lingkungan dan pelayanan). Oleh sebab itu, upaya untuk
memecahkan masalah kesehatan juga ditujukan atau diarahkan kepada dua factor
tersebut. Perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosio-budaya,
serta peningkatan pelayanan kesehatan merupakan intervensi atau pendekatan
(intervensi) terhadap factor perilaku. Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap
factor perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan, yang dewasa ini lebih dikenal dengan Promosi
Kesehatan adalah sesuatu pedekatan untuk meningkatan kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan bukan standar masyarakat mau hidup
sehat (Will Lingness), tetapi juga mampu (Obility) untuk hidup sehat, maka
promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-
informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat,
tetapi juga bagaimana masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan.
Strategi promosi kesehatan dibagi menjadi dua yakni ada konsep dan bina
suasana. Advokasi secara harifah berarti pembelaan, sokongan atau hantuan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Sedangkan Bina suasana
adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
1.1 Tujuan
1. Pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan bina suasana
dalam strategi promosi kesehatan yang sudah dipaparkan dalam
teori.
1.2 Rumusan Masalah
Dari haris penulisan ini penulis mengharapkan makalah ini dapat menjadi
salah satu sumber untuk mengetahui bagaimana bina suasana dalam promosi
kesetatan
BAB II
PEMBAHASAN
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan.Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang
menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan
bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
Dukungan Sosi al (Socil suppor t)Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu
kegitan untuk mencar i dukungan sosial melalui tokoh -tokoh masyarakat ( toma),
baik tokoh masyarakat formal maupun informal
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik
dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti : tokoh
masyarakat, tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia
usaha/swasta, media massa, organisasi profesi pemerintah dan lain-lain. Bina
suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana diberbagai
tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).
Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan
kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana
sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan
opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu
diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang
mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.
Dukungan sosial adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan
dengan baik, dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan
petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan
melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita atau
dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih
diterima.
1.1Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh
masyarakat.
Dengan pendekatan ini diharapkan :
a) Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang
sedang
diperkenalkan.
b) dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang
sedang diperkenalkan.Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka
agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan
Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah).
c) dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif
bagi perubahan perilaku individu.
1.21. Pendekatan Kelompok
Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga
(RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi
Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain.
Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan
pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi
peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau
mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia
juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-
pihak yang terkait dan melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu
anggotanya.
Bina suasana yang baik sangat berguna untuk petugas puskesmas dalam
membina partisipasi masyarakat melalui UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat melaksanakan program UKBM gampang-gampang susah. Kalau
partisipasi masyarakatnya baik maka semua pekerjaan jadi mudah. Bahkan
UKBM-UKBM akan menjadi semacam saluran pemasaran bagi program
kesehatan yang kita tawarkan. Tetapi bila situasi yang terjadi sebaliknya, dimana
partisipasi masyarakat rendah maka semuanya harus kita lakukan sendiri. Bukan
saja program kesehatan tidak terbantu, tetapi UKBM-nya itu sendiri akan menjadi
beban tersendiri bagi petugas lapangan untuk menghidupinya.
Semua orang kesehatan pada umumnya sepakat bahwa paritisipasi
masyarakat adalah kunci keberhasilan UKM (upaya kesehatan masyarakat) di
puskesmas. Tetapi justru partisipasi inilah yang paling sering dikeluhkan sulit
oleh orang puskesmas. Banyak diantara tamu dari berbagai daerah yang pernah
studi banding di tempat saya juga mengeluhkan hal yang sama. Beberapa alasan
dikemukakan, mulai dari tingkat ekonomi rendah, pendidikan rendah, geografi
luas dan terpencil, transportasi sulit, jumlah penduduk yang terlalu banyak bahkan
menyebut etnis tertentu sebagai etnis yang memang tidak bisa diajak berubah
Mungkin sederet alasan yang dikemukakan tersebut ada benarnya. Tetapi
anehnya kondisi kebalikannya sering dengar juga menjadi alasan pembenar
mengapa partisipasi masyarakat tidak seperti yang diharapkan. Ternyata beberapa
orang mengeluhkan bahwa mereka sulit menarik partisipasi karena masyarakatnya
adalah orang-orang elit yang kaya sehingga sulit diajak kerja sama, pinter-pinter
sehingga sulit diberi tahu, desanya sudah maju sehingga sulit diajak gotong
royong untuk misalnya membentuk desa siaga. Jadi aneh karena kondisi dan
situasi apapun menjadi (baca: dianggap) hambatan. Dan yang disalahkan selalu
masyarakat. Kondisi masyarakatlah yang dianggap menyebabkan program yang
berbasis masyarakat tidak berhasil. Pertanyaannya adalah: Apakah sudah dicoba
menggarap satu dusun saja bila desanya luas, menggarap satu komunitas kecil saja
dulu bila penduduknya sangat banyak, biarkan mereka yang bicara dan bukan kita
yang pidato kalau masyarakatnya pinter-pinter. Kalau suatu entis tertentu sulit
difasilitasi lalu mengapa di tempat lain berhasil menggarap etnis yang sama?
Akan lebih baik bila penyebab kegagalan menggerakkan masyarakat lebih
diarahkan ke diri petugas sendiri. Masyarakat mana saja ada kecenderungan tidak
mau repot, tidak mau ruwet, tapi mau enak. Makanya perlu ada petugas yang
harus melayani dan memfasilitasi mereka. Di tempat yang sekarang partisipasi
masyarakatnya baik sebenarnya juga pernah memiliki masa-masa sulit di awalnya.
Kemudahan tidak tiba-tiba datang dari langit dan semua orang menurut saja pada
petugas. Sama saja, di tempat manapun perlu proses untuk mencapai keadaan
seperti yang diinginkan. Kalau kita datang ke orang lain hanya saat butuh saja dan
setelah itu tidak acuh lagi, tentunya sulit berharap terlalu banyak partisipasi dari
orang tersebut
Sekarang sudah jaman demokrasi, tidak mudah petugas mendikte apalagi
memaksa masyarakat mengikutinya. Pada umumnya orang hanya akan melakukan
apa yang mereka sukai dan yang mereka pikir menguntungkan. Mudah dipahami
bahwa esensi bina suasana sebenarnya berada pada area perang opini. Dan kita
hanya bisa menang kalau kita tahu apa yang ada di benak mereka. Itu hanya bisa
dicapai kalau benar-nenar mengenali masyarakat dengan segala aspeknya secara
cermat dan menguasai medannya. Menang berarti masyarakat telah berpikir atau
berpendapat sebagaimana arah opini atau pendapat yang kita bangun. Ingat bukan,
orang hanya akan melakukan apa yang menurut benak mereka baik atau
menguntungkan. Tapi jangan salah, perang opini yang dimaksud bukan untuk
menang-menangan. Bagaimanapun kita tetap harus responsive terhadap aspirasi
yang bergulir. Yang kita lakukan adalah pemberdayaan masyarakat. Yang kita
tuju adalah kemandirian masyarakat. Kita memfasilitasi mereka untuk memahami
masalah mereka sendiri, mencari dan menjalankan pemecahannya dan untuk
kehidupan mereka sendiri. Perang opini dalam pemberdayaan tidak identik
dengan mendominasi keinginan masyarakat.
Salah satu bagian tidak terpisahkan dalam bina suasana adalah citra diri
petugas. Yaitu bagaimana kita menilai diri kita sebagaimana orang lain menilai.
Citra diri bisa dikembangkan dan tentu akan berpengaruh positif terhadappersonal
branding. Selanjutnya Image dan merek diri amat berpengaruh pada penerimaan
masyarakat terhadap apa saja yang kita bawa untuk mereka. Jadi mereka mau atau
tidak sangat tergantung kita juga. Jangan mengajak orang jadi donatur bila kita
dikenal tidak terbuka masalah uang. Jangan mengajak orang lain berperilaku
hidup sehat kalau kita suka merokok di tempat umum. Jangan mengajak orang
optimis pada suatu hal kalau kita selalu gagal akan hal itu. Dan jangan… jangan
… dan seterusnya.
2). Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi dan
intervensi kesehatanterkait dengan politik, ekonomi serta organisasi yang
dirancang untuk memudahkan perubahanperilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan.
3). Gillies (1998), promosi kesehatan merupakan payung dan digunakan untuk
menggambarkansuatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan
pencegahan penyakit.Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
promosi kesehatan merupakan suatuproses kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk meningkatkan derajatkesehatan dan memperbaiki lingkungan
sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukungoleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan atau bina suasana sama juga dengan Dukungan sosial adalah
ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis
sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan sosial ini
adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah
dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan
atau informasi yang memudahkan kita atau dukungan emosional dari masyarakat
sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.
Ada 3 pendekatan bina sauna antara lain ;
1. Pendekatan individu
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan masyrakat umum
B. Saran
Dengan selesainya makalah yang saya buat, kami yakin masih banyak
kekurangan baik dalam materi, cara penyusunan maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan
makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
http://intanputrisartika.blogspot.com/2011/09/promosi-kesehatan-bina-
suasana.htmlp
http://www.scribd.com/doc/49752296/9/Bina-Suasana
http://dr-arbai.blogspot.com/2008/11/bila-bina-suasana-baik-maka-
partisipasi.html