Dosen Pembimbing:
Ns. Edi Sukamto, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 8
Andi Tiawarman
Minuk Kasmiatun
Mukson
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah tugas
mata kuliah Keperawatan Komunitas ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar keperawatan komunitas.
Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan judul makalah yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah
dilakukan.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Dan
kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran dan kritik agar lebih baik agi untuk ke
depannya.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah pemberdayaan maupun pemberdayaan masyarakat telah cukup lama kita kenal,
seiring dengan makin meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia, yang tidak hanya
menimpa masyarakat di pedesaan tapi juga masyarakat perkotaan. Telah cukup banyak
program pemberdayaan masyarakat yang diluncurkan pemerintah maupun oleh organisasi
sosial/kemasyarakatan dan organisasi profesi, sebagai upaya untuk mengentaskan
kemiskinan, namun belum semuanya bisa berhasil dengan baik. Di Indonesia, istilah
pemberdayaan sudah dikenal pada tahun 1990-an di banyak NGO, baru setelah konferensi
Beijing 1995 pemerintah menggunakan istilah yang sama. Dalam perkembangannya istilah
pemberdayaan telah menjadi wacana publik dan bahkan seringkali dijadikan kata kunci bagi
kemajuan dan keberhasilan pembangunan masyarakat. Paradigma pemberdayaan adalah
paradigma pembangunan manusia, yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat yang
merupakan proses pembangunan yang mendorong prakarsa masyarakat berakar dari bawah
(Alfitri, 2011).
Pada hakekatnya, pemberdayaan masyarakat tidak hanya ditujukan pada individual,
tetapi juga secara berkelompok, sebagai bagian dari aktualisasi eksistensi manusia. Untuk itu,
manusia/ masyarakat dapat dijadikan sebagai tolok ukur secara normatif, yang menempatkan
konsep pemberdayaan masyarakat sebagai suatu bagian dari upaya untuk membangun
eksistensi masyarakat secara pribadi, keluarga, dan bahkan bangsa sebagai aktualisasi
kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk itu dalam kegiatan, pemberdayaan masyarakat
dibutuhkan adanya pengenalan terhadap hakekat manusia yang akan memberikan sumbangan
untuk menambah wawasan dalam menerapkan berbagai konsep atau program pemberdayaan
kepada masyarakat (Hamid, 2018).
4
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pemberdayaan masyarakat.
2. Mengetahui tujuan pemberdayaan masyarakat.
3. Mengetahui manfaat pemberdayaan masyarakat.
4. Mengetahui prinsip pemberdayaan masyarakat.
5. Mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat.
6. Mengetahui pengertian lintas sektor dan program.
7. Mengetahui pengertian kemitraan.
8. Mengetahui ruang lingkup kemitraan.
9. Mengetahui modul kemitraan dan jenis kemitraan.
10. Mengetahui tingkat/jenjang kemitraan.
11. Mengetahui indikator keberhasilan kemitraan.
5
BAB II
TELAAH PUSTAKA
6
Dengan kata lain keberhasilan dari program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat
tidak hanya ditentukan oleh pihak yang melakukan pemberdayaan, tetapi juga oleh aktifnya
pihak yang diberdayakan untuk mengubah situasi dan kondisi menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
7
C. Manfaat Pemberdayaan Komunitas
Dari segi manfaat, pemberdayaan komunitas memiliki peran yang sangat penting dalam
memperbaiki keadaan masyarakat, utamanya mereka yang tingkat kesejahteraannya masih
berada dibawah. Ini tidak lepas dari tujuan pemberdayaan komunitas sendiri, yakni untuk
meningkatkan kesejahteraan individu atau kelompok, sehingga bisa merealisasikan
pembangunan secara berkelanjutan serta meningkatkan kualitas hidup di masyarakat.
Selain itu, ada beberapa manfaat lainnya yang bisa dinikmati oleh suatu komunitas di
dalam masyarakat melalui pemberdayaan komunitas ini, antara lain:
a. Pemberdayaan dapat digunakan untuk mengembangkan bakat masyarakat.
b. Pemberdayaan dapat menghilangkan hambatan-hambatan tradisional dalam masyarakat.
c. Pemberdayaan komunitas dapat menyingkirkan garis demarkasi (garis batas antar
komunitas).
d. Penyaluran ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja
masyarakat.
8
2. Prinsip partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat ialah
program yang sifatnya pastisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi
oleh masyarakat itu sendiri. Untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan progres
pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap
pemberdayaan masyarakat. Artinya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan itu mendapatkan arahan yang jelas dari pendamping, sehingga mampu
memotivasi dirinya untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang ada pada
masing-masing individu. Pada akhirnya masing-masing individu masyarakat tersebut
mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga secara layak.
3. Prinsip keswadayaan atau kemandirian
Prinsip keswadayaan ialah lebih menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat daripada bantuan pihak lain. Dalam kaitan ini diharapkan pihak pendamping
melakukan apa yang digambarkan dalam peribahasa sebagai berikut: “Pihak yang
melakukan upaya pemberdayaan tidak memberikan ikan, tetapi memberikan kail dan
memberikan pengetahuan bagaimana cara memancingnya”. Dengan demikian, individu
dari masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut mampu
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan mampu memecahkan masalah
hidupnya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya dan
tidak tergantung kepada pihak manapun.
4. Prinsip berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang supaya bisa berkelanjutan, sekalipun pada
awalnya peran pendamping lebih dominan dibandingkan dengan masyarakat sendiri.
Secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya
dihapus, karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri. Artinya
program kegiatan pemberdayaan ini dirancang sedemikian rupa. Secara bertahap program
itu mampu memberikan pemahaman, pengetahuan dan pengalaman dan keterampilan
kepada setiap individu yang terlibat dalam program kegiatan pemberdayaan tersebut.
Kemudian masing-masing individu mampu menggali dan mengembangkan potensi
9
mereka untuk melakukan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya secara
layak.
10
institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan
masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat
dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh
karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan, pengamalan demokrasi.
3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah
amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak
berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan
yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas
yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa
yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan
dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan
yang lebih baik secara berkesinambungan.
11
mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil yang tercapai dengan cara yang lebih
efektif, berkelanjutan atau efisien disbanding sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO
1998). Prinsip kerja sama lintas sektor melalui pertalian dengan program di dalam dan di luar
sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar terhadap konsekuensi kesehatan
dari keputusan kebijakan dan praktek organisasi sektor-sektor yang berbeda.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjsasama lintas sektor penganggulangan
yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran, dan tanggung jawab.
Masalah anggaran sering membuat beberapa institusi membentu kerja sama. Pengendalian
melalui manajemen lingkungan memerlukan kejelasan yang efektif antara sektor klinis,
kesehatan lingkungan, perencanaan pemukiman, institusi akademis, dan masyarakat
setempat.
Komitmen memerlukan pembagian visi dan tujian seta penetapan kepercayaan yang
lebih tinggi dan tanggung jawab timbale balik untuk tujuan bersama. Peran dan tanggung
jawab menunjuk masalah siapa yang akan melakukan keseluruhan kerjasa. Semua kerja sama
memerlukan struktur dan proses untuk memperjelas tanggung jawab dan bagaimana
tanggung jawab tersebut dikerjakan.
G. Pengertian Kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama
dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai
pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:
a. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua
pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling
menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan
bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai
tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
12
Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk
bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas,
menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang
hubungan masingmasing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan.
Keterangan:
: saling bekerjasama
13
Sektor : sektor-sektor dalam pemerintah
P : Program-program dalam sektor
(Notoatmodjo, 2007)
14
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti
advokasi dan penelitian. Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium,
kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam
bentuk SK bersama, MoU, Pokja, Forum Komunikasi, dan Kontrak/Perjanjian Kerja.
J. Tingkat/Jenjang Kemitraan
Menurut Heideneim (2002), ada lima tingkat atau jenjang dalam suatu kemitraan
yaitu: full collaboration, coalition, partnership, alliance, dan network. Kelimanya
digambarkan sebagai berikut1:
- Written agreement
- Shared vision
- Consesnsus decision
- Formal work assignment
- formal agreement
- all member involved in
- New resources
- Joint budget
- Formal contract
- New resources
- Shared risk and reward
15
Indikator Input
Tolok ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator, yaitu:
a. Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan adanya kesepakatan
bersama dalam kemitraan.
b. Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi pengembangan kemitraan.
c. Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi terkait. Hasil evaluasi
terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga tolok ukur tersebut terbukti ada.
Indikator Proses
Tolok ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator sebagai frekuensi dan kualiatas
pertemuan tim atau secretariat sesuai kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap proses nilai
berhasil, apabila tolok ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi dengan agenda
pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan.
Indikator Output
Tolok ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator sebagai berikut: Jumlah kegiatan
yang dikerjakan oleh institusi terkait sesuai dengan kesepakatan peran masing-masing
institusi. Hasil evaluasi terhadap output dinilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut diatas
terbukti ada.
Indikator Outcome
Tolok ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian karena
penyakit.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Alfitri, 2011. Community Development, Teori dan Aplikasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.
Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model dan Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan, Edisi Kedua. Humaniora: Bandung.
Maryani, Dedeh & Ruth Roselin EN. 2019. Pemberdayaan Masyarakat. Deepublish Publisher:
Yogyakarta.
18