Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dosen Pembimbing:
Ns. Edi Sukamto, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 8

Andi Tiawarman
Minuk Kasmiatun
Mukson

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SAMARINDA
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah tugas
mata kuliah Keperawatan Komunitas ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar keperawatan komunitas.
Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan judul makalah yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah
dilakukan.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. H. Supriadi B, M.Kep selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kaltim.


2. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes selaku ketua Jurusan Keperawatan.
3. Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Prodi Ners Poltekes Kemenkes Kaltim.
4. Ns. Edi Sukamto, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam penyusunan makalah ini.
5. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan pustakawan Poltekes Kemenkes Kaltim.
6. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam penyelesaian makalah
ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Dan
kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran dan kritik agar lebih baik agi untuk ke
depannya.

Samarinda, Agustus 2022

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4

A. Latar Belakang .....................................................................................................................4


B. Tujuan ..................................................................................................................................5

BAB 2 TELAAH PUSTAKA....................................................................................................6

A. Pengertian Pemberdayaan Komunitas...................................................................................6


B. Tujuan Pemberdayaan Komunitas.........................................................................................7
C. Manfaat Pemberdayaan Komunitas.......................................................................................8
D. Prinsip Pemberdayaan Komunitas.........................................................................................8
E. Strategi Pemberdayaan Komunitas........................................................................................10
F. Pengertian Kerjasama Lintas Sektor dan Program................................................................11
G. Pengertian Kemitraan ...........................................................................................................12
H. Ruang Lingkup Kemitraan....................................................................................................13
I. Modul Kemitraan dan Jenis Kemitraan.................................................................................14
J. Tingkat/Jenjang Kemitraan...................................................................................................15
K. Indikator Keberhasilan Kemitraan.........................................................................................15

BAB 3 KESIMPULAN .............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah pemberdayaan maupun pemberdayaan masyarakat telah cukup lama kita kenal,
seiring dengan makin meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia, yang tidak hanya
menimpa masyarakat di pedesaan tapi juga masyarakat perkotaan. Telah cukup banyak
program pemberdayaan masyarakat yang diluncurkan pemerintah maupun oleh organisasi
sosial/kemasyarakatan dan organisasi profesi, sebagai upaya untuk mengentaskan
kemiskinan, namun belum semuanya bisa berhasil dengan baik. Di Indonesia, istilah
pemberdayaan sudah dikenal pada tahun 1990-an di banyak NGO, baru setelah konferensi
Beijing 1995 pemerintah menggunakan istilah yang sama. Dalam perkembangannya istilah
pemberdayaan telah menjadi wacana publik dan bahkan seringkali dijadikan kata kunci bagi
kemajuan dan keberhasilan pembangunan masyarakat. Paradigma pemberdayaan adalah
paradigma pembangunan manusia, yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat yang
merupakan proses pembangunan yang mendorong prakarsa masyarakat berakar dari bawah
(Alfitri, 2011).
Pada hakekatnya, pemberdayaan masyarakat tidak hanya ditujukan pada individual,
tetapi juga secara berkelompok, sebagai bagian dari aktualisasi eksistensi manusia. Untuk itu,
manusia/ masyarakat dapat dijadikan sebagai tolok ukur secara normatif, yang menempatkan
konsep pemberdayaan masyarakat sebagai suatu bagian dari upaya untuk membangun
eksistensi masyarakat secara pribadi, keluarga, dan bahkan bangsa sebagai aktualisasi
kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk itu dalam kegiatan, pemberdayaan masyarakat
dibutuhkan adanya pengenalan terhadap hakekat manusia yang akan memberikan sumbangan
untuk menambah wawasan dalam menerapkan berbagai konsep atau program pemberdayaan
kepada masyarakat (Hamid, 2018).

4
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pemberdayaan masyarakat.
2. Mengetahui tujuan pemberdayaan masyarakat.
3. Mengetahui manfaat pemberdayaan masyarakat.
4. Mengetahui prinsip pemberdayaan masyarakat.
5. Mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat.
6. Mengetahui pengertian lintas sektor dan program.
7. Mengetahui pengertian kemitraan.
8. Mengetahui ruang lingkup kemitraan.
9. Mengetahui modul kemitraan dan jenis kemitraan.
10. Mengetahui tingkat/jenjang kemitraan.
11. Mengetahui indikator keberhasilan kemitraan.

5
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Pengertian Pemberdayaan Komunitas


1. Pengertian pemberdayaan
Pengertian pemberdayaan sudah banyak dikemukakan oleh para pakar. Bila dilihat dari
akar katanya, “daya” merupakan kata dasar dan ditambah awalan “ber”, yang berarti
mempunyai daya. Daya sama dengan tenaga/kekuatan, maka arti kata berdaya adalah
mempunyai tenaga/kekuatan. Dalam Bahasa Indonesia, kata pemberdayaan berasal dari
Bahasa Inggris, yaitu empowerment. Merrian Webster dalam Oxford English Dictionary
mengartikan empowerment dalam dua arti yaitu:
a. To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kemampuan atau cakap
untuk melakukan sesuatu.
b. To give power of outhority to, yang berarti memberi kewenangan/kekuasaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya yang
dilakukan agar objek menjadi berdaya atau mempunyai tenaga/kekuatan.
2. Pengertian masyarakat
Pengertian masyarakat sudah banyak dikemukakan oleh pakar ilmu kemasyarakatan.
Masyarakat adalah sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama, relatif
independen dengan orang-orang di luar wilayah itu, dan memiliki budaya yang relatif sama.
Selain itu ahli lain mendefinisikan masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi dalam
sebuah wilayah tertentu dan memiliki budaya bersama (John J. Macionis, 1997).
Berdasarkan pengertian-pengertian masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli diatas,
maka dapat disimpulkan, bahwa masyarakat adalah sekelompok individu yang memiliki
kepentingan bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa
dipahami sebagai sekelompok orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan yang sama.
3. Pengertian pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ialah proses pembangunan yang membuat masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial dalam memperbaiki situasi dan kondisi diri
sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula
berpartisipasi. Jadi pada intinya kata kunci dari pemberdayaan adalah meliputi: proses
pembangunan, masyarakat berinisiatif, memperbaiki situasi kondisi diri sendiri.

6
Dengan kata lain keberhasilan dari program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat
tidak hanya ditentukan oleh pihak yang melakukan pemberdayaan, tetapi juga oleh aktifnya
pihak yang diberdayakan untuk mengubah situasi dan kondisi menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

B. Tujuan Pemberdayaan Komunitas


Sebagai suatu proses sosial yang bergerak secara dinamis dengan melibatkan partisipasi
aktif serta kerja sama yang baik antara tenaga fasilitator, pemerintah dan kelompok yang
menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan maka dapat dijelaskan apabila pada dasarnya tujuan
proses pemberdayaan itu untuk menciptakan perubahan kehidupan sosial ekonomi di
kalangan kelompok lapisan bawah masyarakat agar supaya mereka memiliki kekuatan dan
kemampuan untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini dilakukan secara terencana, terprogram dan berkelanjutan
dengan tujuan untuk:
1. Memperkenalkan berbagai konsep dan unsur inovasi yang lain baik itu berupa gagasan,
perilaku maupun dalam bentuk hasil karya manusia yang sifatnya baru pada kelompok
sasaran kegiatan.
2. Memberikan keterampilan dan membantu masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan
secara mandiri yang disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi mereka.
3. Meningkatkan tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat terhadap suatu informasi
yang mana di harapkan dengan semakin membaiknya pemahaman kelompok sasaran
terhadap inovasi tersebut akan berdampak pada munculnya sikap serta perilaku mereka
untuk bisa bekerja lebih kreatif dan inovatif.
4. Kalau pun sekiranya ada bantuan dalam bentuk modal untuk berusaha maka semua itu
di maksudkan untuk lebih mendorong kreativitas kelompok sasaran agar mereka bisa
bekerja mandiri dan tidak senantiasa mengharapkan bantuan orang lain.
5. Karena proses pemberdayaan masyarakat ini pada prinsipnya untuk membangun motivasi
dengan memanfaatkan semua potensi yang di miliki oleh masyrakat maka mau tak mau
kegiatan yang di lakukan senantiasa mendapat bimbingan serta pengawasan dari tenaga
fasilitator agar supaya apa yang menjadi sasaran utama kegiatan tersebut dapat tercapai.

7
C. Manfaat Pemberdayaan Komunitas
Dari segi manfaat, pemberdayaan komunitas memiliki peran yang sangat penting dalam
memperbaiki keadaan masyarakat, utamanya mereka yang tingkat kesejahteraannya masih
berada dibawah. Ini tidak lepas dari tujuan pemberdayaan komunitas sendiri, yakni untuk
meningkatkan kesejahteraan individu atau kelompok, sehingga bisa merealisasikan
pembangunan secara berkelanjutan serta meningkatkan kualitas hidup di masyarakat.
Selain itu, ada beberapa manfaat lainnya yang bisa dinikmati oleh suatu komunitas di
dalam masyarakat melalui pemberdayaan komunitas ini, antara lain:
a. Pemberdayaan dapat digunakan untuk mengembangkan bakat masyarakat.
b. Pemberdayaan dapat menghilangkan hambatan-hambatan tradisional dalam masyarakat.
c. Pemberdayaan komunitas dapat menyingkirkan garis demarkasi (garis batas antar
komunitas).
d. Penyaluran ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja
masyarakat.

D. Prinsip Pemberdayaan Komunitas


Dalam rangka melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat, perlu diperhatikan
prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Untuk mencapai kesuksesan program
pemberdayaan masyarakat itu, menurut beberapa ahli terdapat empat prinsip, yaitu:
1. Prinsip kesetaraan
Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat ialah
adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang
melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun
perempuan. Dinamika yang dibangun ialah hubungan kesetaraan dengan
mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu
sama lain. Masing-masing individu saling mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga
terjadi proses saling belajar, saling membantu, saling tukar pengalaman dan saling
memberikan dukungan. Pada akhirnya seluruh individu yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan itu mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri
dan keluarganya.

8
2. Prinsip partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat ialah
program yang sifatnya pastisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi
oleh masyarakat itu sendiri. Untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan progres
pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap
pemberdayaan masyarakat. Artinya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan itu mendapatkan arahan yang jelas dari pendamping, sehingga mampu
memotivasi dirinya untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang ada pada
masing-masing individu. Pada akhirnya masing-masing individu masyarakat tersebut
mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga secara layak.
3. Prinsip keswadayaan atau kemandirian
Prinsip keswadayaan ialah lebih menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat daripada bantuan pihak lain. Dalam kaitan ini diharapkan pihak pendamping
melakukan apa yang digambarkan dalam peribahasa sebagai berikut: “Pihak yang
melakukan upaya pemberdayaan tidak memberikan ikan, tetapi memberikan kail dan
memberikan pengetahuan bagaimana cara memancingnya”. Dengan demikian, individu
dari masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut mampu
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan mampu memecahkan masalah
hidupnya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya dan
tidak tergantung kepada pihak manapun.
4. Prinsip berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang supaya bisa berkelanjutan, sekalipun pada
awalnya peran pendamping lebih dominan dibandingkan dengan masyarakat sendiri.
Secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya
dihapus, karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri. Artinya
program kegiatan pemberdayaan ini dirancang sedemikian rupa. Secara bertahap program
itu mampu memberikan pemahaman, pengetahuan dan pengalaman dan keterampilan
kepada setiap individu yang terlibat dalam program kegiatan pemberdayaan tersebut.
Kemudian masing-masing individu mampu menggali dan mengembangkan potensi

9
mereka untuk melakukan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya secara
layak.

E. Strategi Pemberdayaan Komunitas


Huraerah (2011) mengungkapkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self-reliance
atau kemandirian. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis masalah
yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif solusi masalah tersebut, serta
diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki. Ada beberapa
strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian diterapkan dalam
pemberdayaan masyarakat.
1. Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi. Dalam upaya memberdayakan
masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: pertama, menciptakan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya
adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan
derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,
teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini
menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,
maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau
oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga lembaga
pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang
keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang
kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat
menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan
individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-

10
institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan
masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat
dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh
karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan, pengamalan demokrasi.
3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah
amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak
berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan
yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas
yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa
yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan
dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan
yang lebih baik secara berkesinambungan.

F. Pengertian Kerjasama Lintas Sektor dan Program


Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa
program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja sama lintas
program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada
di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah untuk menggalang kerja sama
dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja sama lintas sektoral.
Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang- orang di luar sektor kesehatan
yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak
langsung terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan,
tetapi juga ikkut serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan
interpretasi informasi serta mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan merupakan hubungan yang
dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari sektor yang berbeda, dibentuk utnuk

11
mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil yang tercapai dengan cara yang lebih
efektif, berkelanjutan atau efisien disbanding sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO
1998). Prinsip kerja sama lintas sektor melalui pertalian dengan program di dalam dan di luar
sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar terhadap konsekuensi kesehatan
dari keputusan kebijakan dan praktek organisasi sektor-sektor yang berbeda.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjsasama lintas sektor penganggulangan
yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran, dan tanggung jawab.
Masalah anggaran sering membuat beberapa institusi membentu kerja sama. Pengendalian
melalui manajemen lingkungan memerlukan kejelasan yang efektif antara sektor klinis,
kesehatan lingkungan, perencanaan pemukiman, institusi akademis, dan masyarakat
setempat.
Komitmen memerlukan pembagian visi dan tujian seta penetapan kepercayaan yang
lebih tinggi dan tanggung jawab timbale balik untuk tujuan bersama. Peran dan tanggung
jawab menunjuk masalah siapa yang akan melakukan keseluruhan kerjasa. Semua kerja sama
memerlukan struktur dan proses untuk memperjelas tanggung jawab dan bagaimana
tanggung jawab tersebut dikerjakan.

G. Pengertian Kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama
dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai
pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:
a. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua
pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling
menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan
bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai
tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.

12
Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk
bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas,
menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang
hubungan masingmasing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan.

H. Ruang Lingkup Kemitraan


Ruang lingkup kemitraan secara umum meliputi pemerintah, dunia usaha,
LSM/ORMAS, serta kelompok profesional. Departemen Kesehatan RI secara lengkap
menggambarkan ruang lingkup kemitraan dengan diagram sebagai berikut:
Gambar 2.1 Diagram Ruang Lingkup Kemitraan

Keterangan:
: saling bekerjasama

13
Sektor : sektor-sektor dalam pemerintah
P : Program-program dalam sektor
(Notoatmodjo, 2007)

I. Modul Kemitraan dan Jenis Kemitraan


Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi dua
(Notoadmodjo, 2007) yaitu:
Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking)
atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra
memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi.
Jaringan tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau
karakteristik lainnya.
Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap
mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi, misi, dan
kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan
dievaluasi bersama.
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan
yaitu:
a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum
bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal.
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan engaruh
melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas
seperti program delivery dan resource mobilization.

14
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti
advokasi dan penelitian. Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium,
kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam
bentuk SK bersama, MoU, Pokja, Forum Komunikasi, dan Kontrak/Perjanjian Kerja.

J. Tingkat/Jenjang Kemitraan
Menurut Heideneim (2002), ada lima tingkat atau jenjang dalam suatu kemitraan
yaitu: full collaboration, coalition, partnership, alliance, dan network. Kelimanya
digambarkan sebagai berikut1:
- Written agreement
- Shared vision
- Consesnsus decision
- Formal work assignment
- formal agreement
- all member involved in
- New resources
- Joint budget
- Formal contract
- New resources
- Shared risk and reward

K. Indikator Keberhasilan Kemitraan


Untuk dapat mengetahui keberhasilan pengembangan kemitraan diperlukan adanya
indikator yang dapat diukur. Dalam penentuan indicator sebaiknya dipahami prinsip-prinsip
indicator yaitu: spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis dan tepat waktu. Sedangkan
pengembangan indikator melalui pendekatan manajemen program yaitu:
Input Proses Output Outcome

15

Mitra yang Pertemuan, Tebentuk Indikator


terlibat lokakarya, jaringan kerja, kesehatan
kesepakatan program

Indikator Input
Tolok ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator, yaitu:

a. Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan adanya kesepakatan
bersama dalam kemitraan.
b. Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi pengembangan kemitraan.
c. Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi terkait. Hasil evaluasi
terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga tolok ukur tersebut terbukti ada.

Indikator Proses
Tolok ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator sebagai frekuensi dan kualiatas
pertemuan tim atau secretariat sesuai kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap proses nilai
berhasil, apabila tolok ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi dengan agenda
pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan.

Indikator Output
Tolok ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator sebagai berikut: Jumlah kegiatan
yang dikerjakan oleh institusi terkait sesuai dengan kesepakatan peran masing-masing
institusi. Hasil evaluasi terhadap output dinilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut diatas
terbukti ada.

Indikator Outcome
Tolok ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian karena
penyakit.

16
BAB III

KESIMPULAN

Pemberdayaan masyarakat ialah proses pembangunan yang membuat masyarakat


berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial dalam memperbaiki situasi dan kondisi diri
sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula
berpartisipasi. Jadi pada intinya kata kunci dari pemberdayaan adalah meliputi: proses
pembangunan, masyarakat berinisiatif, memperbaiki situasi kondisi diri sendiri.
Dengan kata lain keberhasilan dari program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat
tidak hanya ditentukan oleh pihak yang melakukan pemberdayaan, tetapi juga oleh aktifnya
pihak yang diberdayakan untuk mengubah situasi dan kondisi menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alfitri, 2011. Community Development, Teori dan Aplikasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Hamid, Hendrawati. 2018. Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. De La Macca: Makasar.

Haris, Andi. 2014. Memahami Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemanfaatan


Media. JUPITER. Vol. XIII No.2, hal 50-62.

Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.

Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model dan Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan, Edisi Kedua. Humaniora: Bandung.

Maryani, Dedeh & Ruth Roselin EN. 2019. Pemberdayaan Masyarakat. Deepublish Publisher:
Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai