Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang HyangWidhi Wasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Pemberdayaan masyarakan dan Pengutan masyarakat” ini dengan
tepat waktu dan tanpa ada halangan.

.Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengembangan


Keperawatan Jiwa. Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pembaca.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun
dan dapat menjadikan Makalah ini jauh dan lebih baik lagi.Kami mohon maaf atas
kesalahan maupun kekurangan di dalam penyusunan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 04 September 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….........................................................................................1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 3

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 4

C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 4

D. MANFAAT PENULISAN ........................................................................... 4

E. METODE PENULISAN .............................................................................. 5

BAB II ..................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

A. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ............................. 6

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBERDAYAAN
MASYARAKATMASYARAKAT.................................................................. 12.

C. TUJUAN PEMBERDAYAAN DAN PENGUTAN MASYARAKAT 122

D. PENDEKATAN PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN


MASYARAKAT ............................................................................................. 123

E. IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN


MASYARAKAT ............................................................................................. 154

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 20

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 20

B. SARAN ......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 212

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks.
Kompleksitas itu misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang
harus dibangun juga memiliki aspek kehidupan yang sangat luas. Aspek
kehidupan itu mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
pertahanan dan keamanan. Dalam manajemen pemerintahan yang otoriter yang
sentralistis, dalam realitas masyarakat lebih diposisikan sebagai obyek
pembangunan. Ketika kini pemerintahan yang demokratis yang hendak
dikembangkan, maka ada perubahan posisi masyarakat yang semula lebih
diposisikan sebagai obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan.
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan, memperkuat posisi tawarmenawar masyarakat lapisan bawah
terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sector kehidupan
(SutoroEko, 2002). Konsep pemberdayaan (masyarakatdesa) dapat dipahami
juga dengan dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam
konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah
obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari
pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek
(agenataupartisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat
secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggung jawab negara. Pemberian
layanan publik (kesehatan,pendidikan, perumahan, transportasi dan
seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) Negara
secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya
ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan
dans umberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut
menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan pemerintahan (SutoroEko, 2002).
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi

3
yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk
mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ).
Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk
mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Makalah ini lebih
memfokuskan pada paparan tawaran berbagai strategi pemberdayaan
masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pemberdayaan masyarakat?
2. Apakah tujuan dari pemberdayaan dan penguatan masyarakat?
3. Bagaimanakah pendekatan dari pemberdayaan dan penguatan masyarakat?
4. Bagaimanakah implementasi dari pemberdayaan dan penguatan
masyarakat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih luas mengenai materi mengenai
pemberdayaan masyarakat dan penguatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i mampu memahami Pengertian dari
pemberdayaan masyarakat
b. Agar mahasiwa/i mampu Memahami mengenai tujuan dari
pemberdayaan dan penguatan masyarakat
c. Agar mahasiswa/i mampu memahami mengenai pendekatan dari
pemberdayaan dan penguatan masyarakat
d. Agar mahasiswa/i mampu memahami mengenai implementasi dari
pemberdayaan dan penguatan masyarakat

D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain.
1) Manfaat Teoretis

4
a. Manfaat teoretis yang dimaksudkan agar makalah ini dapat dijadikan
sebagai tambahan bahan bacaan serta sebagai dokumentasi bagi
pembaca.
b. Makalah ini dibuat sebagai pengaya wawasan yang menjadi motivasi
bagi penulis untuk melakukan penulisan makalah yang berbasis
keilmuan.
2) Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat mengetahui dan memahami
menganai materi pemberdayaan masyarakat dan penguatan
masyarakat
b. Manfaat bagi kampus, diharapkan penulisan makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan di dalam menyusun materi
khususnya mengenai materi pemberdayaan masyarakat dan
penguatan masyarakat
c. Manfaat bagi dosen, diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan acuan di dalam mengajar sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan mahasiswa.

E. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang
berjudul Konsep asuhan keperawatan komunitas berdasarkan informasi yang
didapat dari situs internet.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment
berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir
70-an, 80-an, dan awal90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian
mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan.

Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan


memilikidua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu
kecenderunganproses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan, ataukemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi
lebih berdaya. Prosesini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset
material guna mendukungpembangunan kemandirian mereka melalui
organisasi; dan kedua, kecenderungansekunder, yaitu kecenderungan yang
menekankan pada proses memberikan stimulasi,mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaanuntuk menentukan apa
yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Duakecenderungan
tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah berseberangan,
namunseringkali untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui
kecenderungansekunder terlebih dahulu.

Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain


sebagaiberikut : (Ife, 1996:59)

1. Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi


structural secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang
operesif.
2. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau
sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu
’rule ofthe game’ tertentu.
3. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi
denganelit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap
praktek-praktek dan struktur yang elitis.

6
4. Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta
menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.

Hakikat dari konseptualisasi empowerment berpusat pada manusia dan


kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur
normatif,struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan
sebagai upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa,
pemerintah, negara, dantata dunia di dalam kerangka proses aktualisasi
kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan


membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan
bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama (Koentjaraningrat, 2009). Pemberdayaan masyarakat merupakan
strategi pembangunan. Dalam perspektif pembangunan ini, disadari betapa
penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan kemandirian dan
kekuatan internal atas sumber daya materi dan non material.

Dalam beberapa kajian mengenai pembangunan komunitas,


pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan
kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada
perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Foy, 1994).
Pemberdayaan adalah proses transisi dari keadaan ketidakberdayaan ke keadaan
kontrol relatif atas kehidupan seseorang, takdir, dan lingkungan (Sadan, 1997).
Menurut Mubarak (2010) pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai
upaya untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas
untuk mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam
melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat.
Pada pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan
pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini
pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk
partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam
perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan

7
sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta
terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga masyarakat
merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggung jawab bagi
keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada tahap-
tahap berikutnya (Soetomo, 2006).
Konsep pemberdayaan masyarakat ini muncul karena adanya kegagalan
sekaligus harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model
pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan
lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan harapan, muncul karena adanya
alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan
gender, dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat


dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakanan. Dengan
kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat.

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,


yaitu pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya,
karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat


(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi
langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input),
serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan
membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya
yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan,
serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,

8
teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan
ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi,
jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan,
yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta
ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di
perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang.
Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya,
karena program-programumum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh
lapisan masyarakat ini.Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggung
jawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula
pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan
pembangunan serta peranan masyarakat didalamnya. Yang terpenting disini
adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat
amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.
Friedman (1992) menyatakan “The empowerment approach, which is
fundamental to an altenative development, places the emphasis an autonomy
inthe decesion marking of territorially organized communities, local self-
reliance (but notautachy), direct (participatory) democracy, and experiential
social learning”.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam


proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh
karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,
perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam
konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau
menutupi dari interaksi, karenahal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan
melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang
kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat
menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena,
pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri

9
(yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian
tujuanakhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan
membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih
baik secara berkesinambungan.

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu
sebagai proses dan sebagai hasil. Sebagai hasil, pemberdayaan masyarakat
adalah suatu perubahan yang signifikan dalam aspek sosial politik dalam aspek
sosial politik yang dialami oleh individu dan masyarakat, yang seringkali
berlangsung dalam waktu yang cukup panjang, bahkan seringkali lebih dari 7
tahun (Raeburn,1993).
Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (1994)
mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen
berikut, yaitu:
a. Pemberdayaan personal.
b. Pengembangan kelompok kecil.
c. Pengorganisasian masyarakat.
d. Kemitraan.
e. Aksi sosial dan politik.
Dengan demikian,pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang
cukup luas,meliputi jenjang sasaran yang diberdayakan (level of objects),
kegiatan internal masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk kemitraan
(partnership) dan jejaring (networking) serta dukungan dari atas berbentuk
kebijakan politik yang mendukung kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat dilakasanakan dengan
mengikuti langkah-langkah:
1. Merancang keseluruhan program, termaksud didalamnya kerangka
waktu kegiatan,ukuran program,serta memberikan perhatian kepada
kelompok masyarakat yang terpinggirkan.Perancangan program
dilakukan menggunakan pendekatan partisipatoris, dimana antara agen
perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat bersama-sama
menyusun perencanaan. Perencanaan partisipatoris (participatory
planning) ini dapat mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara

10
dua pihak tersebut selama program berlangsung dan setelah program
dievaluasi.Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil, banyak pihak
bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling claim tentang
peran diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika program tidak berhasil,
individu maupun kelompok bahkan yang sebenarnya berkontribusi atas
kegagalan tersebut, saling menyalahkan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus
memperhatikan adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan
(termarginalisasi). Marginalisasi adalah sutu proses sejarah masyrakat
yang kompleks,yang membuat mereka tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang
memadai terhadap sumber daya. Oleh karenanya, untuk menghindari
agar ini tidak semakin terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih
komprehensif.
2. Menetapkan tujuan. Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan
pada tahap perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah
penyakit,mengurangi kesakitan dan kematian dan manajemen gaya hidup
melalui upaya perubahan perilaku yang secara spesifik berkaitan dengan
kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat bagaimana
masyarakat dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada
kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
3. Memilih strategi pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu
proses yang terdiri dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan,
pengembangan kelompok kecil, pengembangan dan penguatan
pengorganisasian mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan
antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi:
pendidikan masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat
sebagai pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat (community responsibility), fasilitasi upaya
mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi kepada
pengambil keputusan (decision maker).
4. Implementasi strategi dan manajemen.Implementasi strategi serta
manajemen program pemberdayaan dilakukan dengan cara:
a. meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder),

11
b. menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah,
c. mengembangkan kepemimpinan local
d. membangun keberdayaan struktur organisasi
e. meningkatkan mobilisasi sumber daya
f. memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya
mengapa?”
g. meningkatkan control stakeholder atas manajemen program, dan
h. membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.
5. Evaluasi program.Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat
dan lama, bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan
sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi bagian dari
pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan
selesai.Oleh karenanya, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan pada
proses pemberdayaannya daripada hasilnya.

C. TUJUAN PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN MASYARAKAT


Tujuan pemberdayaan dan penguatan masyarakat adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan
keterbelakangan/ kesenjangan/ ketidakberdayaan.
Kemiskinan dapat dilihat dari indicator pemenuhan kebutuhan dasar
yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian,
papan, kesehatan,pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan,
misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia yang lemah,
terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sector pertanian
masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasar lokal/tradisional karena
dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional. Dengan
perkataan lain masalah keterbelakangan menyangkut structural (kebijakan) dan
kultural (Sunyoto Usman, 2004).

D. PENDEKATAN PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN


MASYARAKAT
Kekurangtepatan pemilihan strategi pembangunan terhadap negara dan
masyarakatnya telah menghasilkan paradoks dan tragedi pembangunan seperti
yang terjadi pada negara sedang berkembang sebagai berikut :

12
1. Pembangunan tidak menghasilkan kemajuan, melainkan justru semakin
meningkatkan keterbelakangan (the development of underdevelopment).
2. Melahirkan ketergantungan (dependency) negara sedang berkembang
terhadap negara maju.
3. Melahirkan ketergantungan (dependency) pheriphery terhadap center.
4. Melahirkan ketergantungan (dependency) masyarakat terhadap negara /
pemerintah.
5. Melahirkan ketergantungan (dependency) masyarakat kecil (buruh,
usahakecil, tani, nelayan dll) terhadap pemilik modal.

Pada pokoknya, pendekatan konvensional ini ditandai oleh


transplantatif planning, top down, inductive, capital intensive, west-biased
technological transfer, dansejenisnya. Beberapa paradigma pendekatan
pembangunan mulai mengalami pergeseran dari yang konvensional menuju
pembangunan alternatif, yaitu :

1. Pembangunan wilayah (regional development)


2. Pembangunan berwawasan lingkungan (environmental development).
3. Pembangunan berbasis komunitas (community-based development).
4. Pembangunan berpusat pada rakyat (people-centered development).
5. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
6. Pembangunan berbasis kelembagaan ( institution – based develop).

Ciri mencolok yang membedakan pendekatan alternatif ini adalah


penekanannya terhadap lokalitas, baik dalam pengertian kelembagaan,
komunitas, lingkungan, maupun kultur. Implikasi kebijakan pendekatan ini
adalah penekanan pada transformative andtransactive planning, bottom up,
community empowerment, dan participative, semuanya ini terkenal dengan
Pembangunan Komunitas (Community Development).
Strategi pembangunan yang bertumpu pada pemihakan dan
pemberdayaan dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan
sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. Perubahan struktural yang
diharapkan adalah proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang
menghasilkan harus menikmati. Begitu pula sebaliknya, yang menikmati
haruslah yang menghasilkan.Pemberdayaandanpenguatan masyarakat dapat
dipandang sebagai jembatan bagi konsep konsep pembangunan makro dan

13
mikro. Dalam kerangka pemikiran itu berbagai input seperti dana, prasarana
dan sarana yang dialokasikan kepada masyarakat melalui berbagai program
pembangunan harus ditempatkan sebagai rangsangan untuk memacu
percepatan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Proses ini diarahkan untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui pemupukan
modal yang bersumber dari surplus yang dihasilkan dan pada gilirannya dapat
menciptakan pendapatan yang dinikmati oleh masyarakat. Dengan demikian,
proses transformasi itu harus digerakkan oleh masyarakat sendiri.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaandanpenguatan adalah
bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan,
tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan
konsep demikian, maka pemberdayaan dan penguatan masyarakat harus
mengikuti pendekatan sebagai berikut: pertama, upaya itu harus terarah. Ini
yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada
yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi
masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung
mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi
sasaran.Mengikut sertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai
beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan
kehendakdan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu,
sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam
merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya
peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan
kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan
menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan
kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih
efisien.
Implementasi program pembangunan yang menerapkan strategi
pemberdayaandanpenguatan masyarakat tersebut merupakan suatu konsukensi
dari pergeseran paradigm pembangunan nasional yang mengarah pada
tercapainya upaya pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered
development).

14
E. IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN
MASYARAKAT
Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat
lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
mulai tahun 1998/99 yang merupakan penguatan program-program
pemberdayaan masyarakat. PPK merupakan perluasan dari program IDT dan
P3DT yang memberikan perhatian pada upaya penguatan kelembagaan
masyarakat lokal yang ada di tingkat desa dan kecamatan baik formal maupun
informal, seperti pokmas IDT, kelompok tradisional, LKMD dan Forum Unit
Daerah Kerja Pembangunan (UDKP), khusus dalam PPK di dukung oleh Unit
Pengelola Keuangan (UPK). PPK bermaksud meningkatkan keterpaduan
pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembangunan prasarana dan
sarana pedesaan.
PPK dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme pelaksanaan yang
bertumpu pada peranserta aktif masyarakat yang merupakan langkah nyata
pemberdayaan masyarakat. Untuk itu khususnya aparat pemerintah daerah
diharapkan dapat membantu pendamping dan memfasilitasi masyarakat untuk
melaksanakan PPK.
PPK akan mengembangkan hubungan yang lebih kuat antara kecamatan
dan desa, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dan pelaksanaan di
tingkat lebih bawah guna meningkatkan keterbukaan (transparansi), efisiensi,
dan pengelolaan dana pembangunan secara lebih efektif.
Pemberdayaan yang dilakukan melalui Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) adalah suatu program yang didesain dengan pendekatan
partisipatif dan informatif dengan menyediakan dana langsung bagi masyarakat
melalui kecamatan dan melembagakan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
(LKMD) serta forum Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP). Dalam hal ini
PPK berupaya mengembangkan hubungan yang lebih kuat antara kecamatan
dan desa, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dan pelaksanaan di
tingkat lebih bawah guna meningkatkan keterbukaan (transparansi), efisiensi,
dan pengelolaan dana pembangunan secara lebih efektif.
Pendekatan bantuan PPK ini diwujudkan dalam bentuk :
1. partisipasi masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan
melestarikan pembangu-nan.

15
2. pemberian kepercayaan kepada masyarakat untuk memilih kegiatan yang
dibutuhkan.
3. pemihakan pada penduduk miskin
4. pemberian akses informasi kepada setiap penduduk desa mengenai peluang,
kebebasan memilih, dan memutuskan
5. penciptaan suasana kompetisi yang sehat dalam pengajuan usulan kegiatan
6. penerapan teknologi tepat guna dan padat karya
7. penggalakkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian
pembangunan.
PPK sebagai salah satu program pembangunan, pada hakekatnya
merupakan alat penggerak dinamika birokrasi dan masyarakat lokal secara
partisipatif dengan pola mobilisasi. Artinya, masyarakat diberikan sejumlah
dana secara stimulan dengan alokasi yang telah ditentukan dengan didampingi
oleh fasilitator dan konsultan pendamping, untuk bergerak membangun dirinya
sendiri sehingga kelembagaan manajemen pembangunan dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Dimensi otonomi, kebebasan berkreasi dan
mengekspresikan aspirasi serta kebutuhan, transparansi, dan rasionalitasdalam
proses pengambilan keputusan yang demokratis merupakan indicator
pemberdayaan masyarakat yang muncul dalam proses pelaksanaan PPK.
Dalam PPK dikenal dengan Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang
merupakan unit pengelola dana yang berada di tingkat kecamatan, di dalamnya
terdapat pengurus yang sifatnya mewakili masyarakat. UPK ini berfungsi untuk
mengelola keuangan dan mengawasi proses pengadaan pembangunan sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan sosial ekonomi di perdesaan.
UPK ini berperan sebagai lembaga keuangan milik masyarakat yang
dapat menampung dan mengelola berbagai program pembangunan yang masuk
ke daerah.Sehingga berbagai program pembangunan yang masuk ke daerah,
dananya dapat langsung dikontrol dengan mudah oleh masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian kebocoran-kebocoran dana bantuan program pembangunan
dapat diminimalisir bahkan dapat dihilangkan. Kontrol Publik ini merupakan
upaya yang sangat efektif dalam mengantisipasi segala kemungkinan kebocoran
dalam pengelolaan program-program pembangunan di daerah.
UPK ini dapat berkembang menjadi lembaga keuangan alternatif milik
masyarakat yang tumbuh dari masyarakat sendiri. Lembaga keuangan ini dapat

16
menjadi embrio lembaga keuangan dengan prinsip-prinsip perbankan yang
pelaksanaannya dengan menerapkan prinsip-prinsip kebersamaan (kooperatif).
Dalam perkembangan selanjutnya lembaga keuangan ini dapat berbadan hukum
misalnya seperti koperasi. Peran lembaga keuangan dalam pengembangannya
adalah untukpertama, mempersiapkan terciptanya akses atau kesempatan bagi
masyarakat dalam memperoleh bantuan. Kedua, mempersiapkan masyarakat
lapisan bawah untuk dapatmendayagunakan bantuan tersebut sehingga dapat
menjadi modal bagi kegiatan usaha. Ketiga, menanamkan pengertian bahwa
bantuan yang diberikan harus dapat menciptakan akumulasi modal dari suplus
yang diperoleh dari kegiatan sosial ekonomi. Pengembangan kegiatan sosial
ekonomi masyarakat ini diprioritaskan pada masyarakat miskin di desa
tertinggal, yaitu berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan
peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya dengan kegiatan pelatihan
yang terintegrasi sejak dari kegiatan penghimpunan modal, penguasaan
teknikproduksi, pemasaran hasil dan pengelolaan surplus usaha.
Dalam konsepsi normatifnya, lembaga UPK ini dapat diarahkan dalam
berbagai model pengembangan kooperatif, yaitu :

1. Sistem Ketahanan Pangan Nasional


Fleksibilitas dana yang dikelola olehUPK melalui PPK dalam
bentuk block grant memungkinkan untuk dapat menjangkaukegiatan
ekonomi yang lebih luas. Dalam rangka mencapai tujuan ketahanan pangan
maka dana bantuan tersebut dapat diwujudkan melalui modal usaha dan
pembanguna sarana prasarana penunjang di sektor pertanian. Pemberian
pelayanan permodalan berupa pinjaman harus dapat ditempatkan dalam
kerangka yang benar yaitu sebagai suatu injeksi atau suntikan sementara
yang harus mampu menciptakan modal bagi kegiatan ekonomi masyarakat
serta harus dapat meningkatkan produksi. Peningkatan produksi harus
diikuti dengan meningkatnya pendapatan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraannya. Surplus ini yang kemudian harus
menciptakan tabungan sebagai awal dari pemupukan modal sendiri yang
mampu dihimpun oleh masyarakat penerima pinjaman tersebut.
2. UKM dan Industri Kecil yang Berjiwa Koperasi

17
Penggunaan dana PPK yangdikelola oleh UPK berfungsi sebagai
modal untuk usaha produktif. Modal untuk usahaproduktif ini berupa kredit
yang diberikan pada masyarakat yang diharapkan dapat berputar terus di
kelompok masyarakat. Strategi untuk memandirikan UKM dan industri
kecil yang berjiwa koperasi adalah dengan membina, mempersiapkan,
mengawasi, dan mendanai semua kegiatan yang dilakukan untuk menjadi
besar dengan tetap berpedoman pada profesionalisme dan etika usaha. Agar
pemanfaatan dana bergulir dapat lebih dioptimalkan penggunaannya
untukpengembangan UKM dan industri kecil maka perlu dilakukan
pembinaan oleh dinas atau instansi terkait, yang meliputi bina teknis
(Deperindag), bina keuangan (Deptkeu), bina program
(Depdagri/Bappeda), bina pengawasan dan evaluasi (BPKP/BPS).
3. Lembaga Kredit Mikro
Bantuan dana yang diberikan untuk PPK dalambentuk block grant
dalam pengelolaannya yang dilakukan oleh UPK diharapkan dapat lebih
dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sektor
keuangan. Pemberian modal melalui UPK merupakan dana bergulir yang
dikelola oleh kelompok dan disalurkan kepada anggota sebagai pinjaman
yang harus dikembalikan kepada kelompok dengan persyaratan sesuai
kesepakatan anggota. Dari perputaran kegiatan yang dibiayai dengan dana
UPK tersebut diharapkan tumbuh kemampuan menabung dan pemupukan
modal diantara anggota kelompok sehingga kegiatan sosial ekonomi dan
sekaligus taraf hidup anggota.
Tata cara perguliran dana sepenuhnya dipercayakan kepada
kelompok sesuai dengan budaya yang berlaku di masyarakat setempat
berdasarkan prinsip kebersamaan atau perkoperasian. Hal-hal pokok yang
perlu mendapat perhatian dalam memperkuat UPK antara lain,
yaitupertama, kesamaan persepsi dari pengelola program atau proyek
pembangunan di semua tingkatan yang berhubungan dengan pemberian
pinjaman kepada masyarakat miskin. Kesamaan persepsi ini menyangkut
pentingnya pemupukan modal masyarakat. Kedua, dengan persepsi yang
sama diharapkan muncul kesepakatan untukmenyempurnakan sistem
pelayanan dari UPK yang ada sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan
yang optimal. Ketiga, penyempurnaan sistem pelayanan merupakan bagian

18
dari upaya memadukan dan mensinkronkan pola pembinaan terhadap
lembaga yang ada. Penyempurnaan ini perlu diikuti dengan penyusunan
panduan tentang UPK sebagai pedoman bagi aparat dan masyarakat.
Keempat, seiring dengan penyusunan panduan adalah pembenahan dan
penyegaran pengurus UPK yang sudah ada. Penyegaran ini dilakukan
dengan pendidikan dan latihan bagi pengurus. Kelima, langkah-langkah
tersebut sangat ditentukan oleh peran aktif dari semua steakholders di
semua tingkatan, baik dari tingkat pusat maupun dari daerah itu sendiri
dalam mendukung upaya mengentaskan kemiskinan melalui kegiatan
bantuan modal usaha bagi masyarakat miskin.
4. Usaha ekonomi produktif lainnya sesuai potensi dan aspirasi masyarakat
lokal

19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment
berkembang diEropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga
diakhir 70-an, 80-an, dan awal90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian
mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan. Jika dilihat dari
proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memilikidua
kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu
kecenderunganproses yang memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan, ataukemampuan (power) kepada masyarakat atau
individu menjadi lebih berdaya. Prosesini dapat dilengkapi pula dengan upaya
membangun asset material guna mendukungpembangunan kemandirian
mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungansekunder, yaitu
kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan
stimulasi,mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan
atau keberdayaanuntuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog. Duakecenderungan tersebut memberikan (pada titik
ekstrem) seolah berseberangan, namunseringkali untuk mewujudkan
kecenderungan primer harus melalui kecenderungansekunder terlebih dahulu.

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,


yaitu pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling).Kedua, memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki masyarakat (empowering).Perkuatan ini meliputi langkah-
langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta
pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan
membuat masyarakat menjadi berdaya.Ketiga, memberdayakan mengandung
pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah
menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi
yang kuat.

20
B. SARAN
Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agar
diaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengerti dan
menghargai sesama manusia lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kutut Suwondo, 2005, Civil Society Di Aras Lokal: Perkembangan Hubungan


Antara Rakyat dan Negara di Pedesaan Jawa, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar & Percik.
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat,
Bandung : Fokus Media.
Sunyoto Usman,2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Sutoro Eko, 2002, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan
Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi
Kaltim, Samarinda, Desember 2002.
http://suniscome.50webs.com/data/download/005%20Konsepsi%20Pemberdayaa
n.pdf diakses: 16 september 2015

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBERDAYAAN%20MASYARA
KAT.pdf diakses: 16 september 2015

22

Anda mungkin juga menyukai