OLEH:
NAMA KELMPOK :
4. MAGDALENA (1819401029)
5. POPPY (18194010)
T.A. 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat disusun dan
diselesaikannya makalah ini yang berjudul “STRATEGI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT ARAS MACRO ”.
Dalam penyusunan, kami mendapatkan banyak masukan, pengarahan dan bantuan
dari semua pihak yang turut serta membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, maka dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Oleh karena itu demi kesempurnaan, kami
mengharapkan adanya saran dan kritik dari semua pihak.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
3. Tujuan .......................................................................................................
1.DEFENISI ....................................................................................................
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian strategi pemberdayaan masyarakat?
2. Apa pengertian Aras Macro?
3. Apa saja macam-macam strategi pemberdayaan aras macro?
C. Tujuan
A. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang strategi pemberdayaan masyarakat
melalui strategi aras macro.
B. Tujuan khusus
1.Menjelaskan pengertian strategi pemberdayaan masyarakat
2.Menjelaskan pengertian aras macro
3.Menjelaskan macam-macam strategi aras macro
D. Manfaat
A.Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui dan lebih berpartisipasi dalam mendukung pemberdayaan masyarakat yang ada
B.Bagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan
penatalaksanaan pemberdayaan masyarakat aras macro yang baik dan benar.
C. Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang strategi pemberdayaan
masyarakat aras macro khususnya bagi institusi
kesehatan agar dapat menatalaksanakan strateg pemberdayaan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFENISI
A. Pengertian Strategi
Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos yang
mengambil dari kata strator yang berarti militer dan ag yang berati memimpin. Pada konteks
awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau siasat yang dilakukan oleh para jendral
dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang (Purnomo dan
Zulkiflimansyah, 1999).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) disebutkan bahwa istilah strategi
adalah suatu ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu.
Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif dan tidak ada literatur
yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara
pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan
seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini
bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerja
sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi
pemberdayaan dapat saja dilakukan secara induvidual, meskipun pada giliranya strategi ini
pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau
sistem lain di luar dirinya (Suharto, 2005).
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan (Suharto, 2005) dapat dilakukan
melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro.
1. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,
konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing
atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach).
2. Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan
dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan,
dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran.
Pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapinnya.
3. Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system-strategy),
karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi
Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami
situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk
bertindak.
B. PERENCANAAN SOSIAL
Perencana Sosial
1. Mengembangkan perundang-undangan.
2. Mengevaluasi program-program sosial.
3. Menciptakan/ mendisain model-model pelayanan.
4. Mengembangkan komite dewan penasehat/badan kebijakan yang bertugas
memberikan masukan kepada pengembang program-program pada organisasi
pelayanan.
Pada tingkat Masyarakat (Community Level) biasanya perencana social bekerja pada
agen-agen yang berada di bawah pemerintah ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat.
Adapun peran yang biasa dilakukan perencana sosial tingkat masyarakat adalah:
1. Perencanaan yang bersifat sektoral yang penjangkauannya lebih pada sektor
pelayanan atau populasi yang spesifik.
2. Peranannya lebih pada memberikan masukan pada sistem perundang-undangan atau
kebijakan di bidang pelayanan kesehatan, kesehatan mental atau pelayanan pada
anak-anak muda.
3. Pelayanan yang bersifat direct service, dalam 4 bentuk:
Seorang perencana sosial selalu mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
pekerjaannya, dan setiap perencan juga mempunyai atribut yang melekat dalam diri mereka
yang sedikit banyak juga turut mempengaruhi perencanaan yang mereka buat.
a. Ideologi
b. Karakter
Ini dapat dilihat dari bagaimana cara perencana memilih permasalahan. Biasanya ada
perencana yang lebih melihat masalah dari ketertarikan atau interest perencana atau lebih
pada kesesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Mereka yang seperti ini dikenal sebagai operasionalist yaitu orang yang hanya tahu
apa yang pernah mereka lakukan, menggunakan metode yang pernah mereka gunakan
sehingga perencana seperti ini tidak berkembang, hanya sebagai pelaku berdasarkan hukum-
hukum dari instrumen perencanaan yang sudah ada.
Bentuk kedua adalah mereka yang memulai dengan mencari data selengkap-
lengkapnya, penekanan pada kelengkapan data. Kegiatan perencanaan baru dilakukan setelah
kajian dilakukan dan pemahaman terhadap permasalahan dipahami secara menyeluruh.
Kendala yang dihadapi adalah terlalu lama waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data,
sehingga energi habis diawal proses pembuatan perencanaan sedangkan biasanya perhatian
akan berkurang ketika melakukan perencanaan dan pelaksanaan program.
Bentuk ketiga adalah perencana sosial yang mengutamakan kepuasan dari kelompok
sasaran/ klien/ stake holder. Biasanya mereka melakukan pengamatan keadaan kelompok
sasaran saat ini dan melakukan observasi pada masalah-masalah sosial serta implikasinya.
Perencana lebih menekakan pada pentingnya proses dan hasil. Aksi atau pelaksanaan
kebijakan atau program selalu ditentukan pada apa yang fisibel dan apa yang tidak.
Latar belakang kehidupan perencana turut menetukan sukses tidaknya suatu perencanaan.
Kredibilitas seorang perencana pun turut mempengaruhi perencanaan yang akan disusun
terutama kredibilitas ini dilihat dari sisi pengetahuan, keterampilan serta pengalaman yang
mereka miliki.
C. KAMPANYE
D. AKSI SOSIAL
Aksi sosial adalah suatu kegiatan yang terkoordinasikan untuk mencapai tujuan
perubahan kelembagaan dalam rangka memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah,
mengoreksi ketidakadilan atau meningkatkan kualitas hidup manusia. Terjadi atas inisiatif
dari tenaga profesional di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi, politik, agama, militer,
orang-orang yang secara langsung terkena masalah. Aksi sosial adalah usaha-usaha untuk
mengadakan perubahan atau pencegahan terhadap praktek dalam situasi sosial yang telah ada
didalam masyarakat melalui pendidikan, propaganda, persuasi atau pertukaran melalui tujuan
yang dianggap baik oleh perencana aksi sosial (Hudri: Ensiklopedia Mini Pekerjaan Sosial).
Tujuan dan Sasaran Aksi Sosial
Tujun dan sasaran aksi sosial dalah perubahan fundamental dalam kelembagaan dan
struktur masyarakat melaui proses pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan
keputusan. Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem
klien yang sering kali menjadi “korban” ketidakadilan struktur. Aksi sosial berorientasi pada
tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui penyadaran, pemberdayaan
dan tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip
demokrasi, kemerataan dan keadilan.
E. ADVOKASI
A. Definisi
Advokasi adalah upaya mendekati, mendampingi, dan memengaruhi para pembuat
kebijakan secara bijak, sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan terhadap
pembangunan kesehatan.Advokasi merupakan upaya pendekatan lapprooch) atau proses yang
strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak yang terkait
(stdke holders). WHO (1989) dikutip dalam UNFPA dan BKKBN (2002) menggunakan
"odvococy is o combinotion of individuol and sociol oction designed to gdin politicol
commitment, policy support, sociol occeptonce ond systems support for particular heolth
gool or progromme". tstilah advokasi digunakan pertama sekali oleh WHo tahun 1984, untuk
mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan digunakan 3 strategi pokok Yaitu:
1. Advokasi lodvocacy) melakukan pendekatan atau lobi dengan para pembuat
keputusan setempat, agar mereka menerima dan bersedia mengeluarkan kebijakan dan
keputusan untuk membantu program tersebut. Pembuat keputusan di tingkat pusat atau
daerah, sebagai sasaran tersier.
2. Dukungan sosial (sociol support) melakukan pendekatan pada Toma (tokoh
masyarakat) formal maupun informal setempat agar tokoh masyarakat mampu menyebarkan
informasi tentang program kesehatan dan membantu melakukan penyuluhan kepada
masyarakat. Kegjatan inj sebagai sasaran sekunder.
3. Pemberdayaan (empowerment) yaitu memampukan masyarakat atau
memberdayakan masyarakat. Kegiatan yang djlakukan adaran memberikan penyuluhan dan
konseling sehingga pengetahuan dan sikap masyarakatterhadap kesehatan meningkat.
Adapun proses advokasi yang baik yaitu sebagai berikut:
3. Siapkan dan kemas bahan informasi Tokoh politik mungkin termotivasi dan akan
mengambil keputusan jika mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan
tertentu. Oleh sebab itu, pentinB diketahui pesan atau informasi apa yang diperlukan agar
sasaran yang dituju dapat membuat
keputusan yang mewakili kepentingan advokator. Kata kunci untuk bahan informasi ini
adalah informasi yang akurat, tepat dan menarik. Beberapa pertimbangan dalam menetapkan
bahan informasi ini meliputi:
a. Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang dibahas, latar belakang
masalahnya, alternatif mengatasinya, usulan peran atau tindakan yang diharapkan, dan tindak
lanjut penyelesaianya. Bahan informasi juga minimal memuat tentang 5W + 1H lwhot, why,
who, where, when dan how) tentang permasalaha n yang dia ngkat.
b. Dikemas menarik, ringkas, jelas, dan mengesankan.
c. Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertakan data
pendukung, ilustrasi contoh, gambar dan bagan.
d.Waktu dan tempat penyampaian bahan informasi, apakah sebelum, saat,
atau setelah pertemuan.
4. Rencanakan teknik atau acara kegiatan operasional. Beberapa teknik dan
kegiatan operasional advokasi dapat meliputi: konsultasi, lobi, pendekatan dan pembicaraan
formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, negosiasi , debat publik, petisi,
pembuatan opini, dan seminar kesehatan.
5. Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak lanjut.
Kegiatan advokasi
Kegiatan advokasi diharapkan untuk mendapatkan komitmen dan dukungan/ bentuk
dukungan dan komitmen tersebut seperti peraturan daerah, undang-undang, surar l(eputusan,
sarana, prasarana, anggaran kesehatan dan sebagainya. Untuj( mencapaj tujuan tersebut,
kegiatan avokasi dilakukan dengan cara:
1. Lobi politik
Berbicara secara informal menyampaikan informasi atau masalah kesehatan dan
program yang akan dilaksanakan dengan pelaoat atau tokoh politik. Lobi dilakukan dengan
membawa dan menunjukkan data yang akurat.
2. Seminar atau presentasi
Mengadakan seminar dan presentasi masalah kesehatan dan program yang akan
dilaksanakan disajikan secara menarik dengan gambar atau grafik, sekaligus diskusi untuk
membahas rnasaran tersebut secara bersa ma.
3. Media
Menggunakan media massa seperti media cetak dan elektronik untuk menyajikan
masalah kesehatan secara lisan, gambar, oatam bentuk artikel, berita, menyampaikan
pendapat, diskusikan sebagainya. Media massa dapat memengaruhj masyarakat serta menjadi
tekanan bagi penentu kebijakan dan pengambil keputusan. Contoh saat sosialisaikan
kesehatan Ibu dan Anak dengan membagikan buku KIA dan buku-buku kesehatan ibu dan
anak lainnya melalui program kesehatan yang dilangsungkan.
4. Perkum oulan asosiasi peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang yang mempunyai minat dan keterkaitan terhadap
masalah tertentu atau perkumpulan profesi luga merupakan bentuk advokasi. Contoh
kelompok masyarakat peduli KIA adalah kumpulan orang yang peduli terhadap masalah
Tingginya Tingat kematian ibu dan anak yang melanda masyarakat. Kemudian kelompok ini
melakukan kegiatan untuk menaggulangi masalah tersebut. Kegiatan ini disamping partisipasi
menangani masalah ibu dan anak tetapi juga untuk menarik perhatian pejabat dan pembuat
kebijakan agar peduli terhadap kesehatan ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Tesis Program Pascasarjana Ilmu Politik Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi
Daerah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (tidak dipublikasikan).