Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN OBSERVASI DINAMIKA KELOMPOK PEMBELAJARAN PLS

“ ORGANISASI RUANG EDUKASI PENDIDIKAN MASYARAKAT DI


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA “

Dosen Matakuliah : Drs. Ahmad Tijari, M.Pd

DISUSUN OLEH :

HELMIA (1104618067)

PENDIDIKAN MASYARAKAT A 2018

PENDIDIKAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019

Jl. Rawamangun Muka, RT.11/RW.14,Rawamangun, Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur,


Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan puja
bagi-Nya Tuhan semesta alam. Berkat rahmat dan izin-Nya pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan observasi tentang Organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat di
Universitas Negeri Jakarta.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Dinamika
Kelompok Pembelajaran PenMas. Dalam ini saya ingin menyampaikan terima kasih kapada
pihak - pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan untuk menyelesaikan penulisan
laporan observasi, juga kepada Bapak Drs. Ahmad Tijari, M.Pd. selaku Dosen matakuliah
Dinamika Kelompok Pembelajaran PLS di Universitas Negeri Jakarta yang telah memberikan
tugas akhir ini kepada saya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan laporan observasi
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan sangat diharapkan dalam
rangka perbaikan dan penyempurnaan penulisan ini dimasa yang akan datang.

Penulis berharap semoga penulisan laporan observasi ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, 06 Juli 2019

Helmia

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................................1
1.3 Masalah yang Dikaji.................................................................................................................2
1.4 Tujuan Kajian.................................................................................................................2
1.5 Metode Kajian................................................................................................................2
1.6 Sistimatika Kajian.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Profil Organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat di Universitas Negeri
Jakarta.............................................................................................................................3
2.2 Kajian Teori/ Konsep Organisasi.......………...............................................................9
2.3 Analisis……………….....................…………………………………………………15

BAB III PENUTUP..................................................................................................................20


3.1 Kesimpulan..................................................................................................................20
3.2Saran.............................................................................................................................20

LAMPIRAN LAMPIRAN ……………………………………………….......……………...….21


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Manusia
tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, merupakan suatu konsesus mutlak dan tertanam
dalam benak setiap insan manusia. Oleh karena itu manusia cenderung melakukan interaksi
dan kerjasama satudengan yang lain untuk mempermudah mencapai tujuan. Kumpulan
manusia yang memiliki tujuan bersama, harapan bersama,kegiatan bersama, norma yang
disepakati bersama secara umum disebut dengan kelompok.
Semakin efektif sebuah kelompok maka semakin baik kualitas kehidupan anggota-
anggota kelompok tersebut. Hal yang penting untuk diperhatikan agar kelompok tersebut tetap
efektif adalah pengetahuan yang cukup tentang dinamika atau proses-proses yang terjadi serta
kemampuan kita untuk berperilaku secara efektif dalam kelompok. Kedua hal penting ini dapat
kita pelajari melalui pemahaman tentang dinamika kelompok.
Menurut Jacobs, Harvill dan Manson (1994); dinamika kelompok adalah kekuatan yang
saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara
anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan
kelompok. Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam
kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok,
tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam
kelompok.
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain membentuk kerjasama saling
menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup, memudahkan pekerjaan, mengatasi
pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang
terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi
pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian serta
menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap
individu memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.
Dalam Keorganisasian - Keorganisasian juga banyak menggunakan pendekatan-pendekatan
Dinamika Kelompok untuk proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kelompoknya.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana profil dari organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat ?

1
2. Fenomena unsur – unsur (dinamika) organisasi apa saja yang ada di Ruang Edukasi
Pendidikan Masyarakat ?
3. Bagaimana kajian teori atau konsep organisasi ?
4. Bagaimana kajian antara unsur – unsur (dinamika) organisasi Ruang Edukasi
Pendidikan Masyarakat dengan kajian teori atau konsep organisasi ?
1.3 Masalah yang Dikaji
Masalah yang dikaji dalam laporan observasi ini adalah mengenai profil dari
organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat, lalu fenomena unsur – unsur
(dinamika) dalam organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat, kajian teori atau
konsep organisasi, dan kajian antara unsur – unsur (dinamika) organisasi Ruang
Edukasi Pendidikan Masyarakat dengan kajian teori atau konsep organisasi.
1.4 Tujuan Kajian
1. Untuk mengetahui profil dari organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat
2. Untuk mengetahui unsur – unsur (dinamika) organisasi apa saja yang ada di Ruang
Edukasi Pendidikan Masyarakat
3. Untuk memahami kajian teori atau konsep organisasi
4. Untuk mengetahui kajian antara unsur – unsur (dinamika) organisasi Ruang Edukasi
Pendidikan Masyarakat dengan kajian teori atau konsep organisasi
1.5 Metode Kajian
Pada observasi di Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat Universitas Negeri
Jakarta ini saya menggunakan 2 (dua) pendekatan metode yaitu metode wawancara
dan metode observasi
1.6 Sistimatika Kajian
Sistimatika kajian yang saya lakukan, pertama saya melakukan wawancara
dengan narasumber dari organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat dengan
tujuan mendapatkan informasi mengenai dinamika kelompok yang ada di dalam
organisasi tersebut. Setelah saya mendapatkan informasi atau data – data dari
narasumber, saya mencari tahu hakikat dari dinamika kelompok, dari hakikat interaksi
komunikasi, hakikat tujuan, hakikat pemimpin, hakikat norma dan hakikat ikatan
emosional kelompok. Setelah saya mengetahui kesuluruhan hakikat dinamika
kelompok, saya menganalisis dan mengaitkan dengan realita sebenarnya sesuai dengan
informasi/data yang diberikan oleh narasumber.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Organisasi/Kelompok: “Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat”

A. Latar Belakang
Mahasiswa sebagai bagian dari Perguruan Tinggi juga memiliki beban dan tanggung jawab
dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni; Pendidikan, Penelitian, dan
Pengabdian. Berbeda dengan Pendidikan dan Penelitian yang memungkinkan untuk dilakukan
dalamlingkup kampus, atau bahkan di ruang-ruang kelas dan laboratorium. Pengabdian
menuntut mahasiswa untuk berani dan bersedia turun ke masyarakat untuk mengaplikasikan
beragam disiplin ilmu dan konsep-konsep yang telah dipelajari di kampus.
Salah satu bentuk pengabdian yang banyak dilakukan adalah dengan melakukan upaya
pemberdayaan bagi masyarakat sekitar yang dirasa memiliki potensi tetapi memiliki
pengetahuan dan motivasi yang terbatas. Pemberdayaan yang dimaksud adalah serangkaian
upaya kegiatan yang digalakkan oleh mahasiswa bagi masyarakat yang memang membutuhkan
peran mahasiswa dalam menerima kontribusi nyata dari mahasiswa.
Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Masyarakat atau disingkat HIMAP PENMAS
berkedudukan sebagai Organisasi Pemerintahan Mahasiswa intra kampus yang mewadahi
aspirasi serta menginterpretasikan minat bakat mahasiswa khususnya mahasiswa program studi
Pendidikan Masyarakat. HIMAP PENMAS bersifat otonom yang artinya memiliki kebebasan
dalam menjalankan organisasi baik dalam lingkup internal kampus maupun eksternal. HIMAP
PENMAS sendiri memiliki kelengkapan organisasi yakni pengurus yang terdiri dari :
1. Ketua Umum
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Biro Entrepreneur
5. Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa
6. Departemen Pendidikan
7. Departemen Advokasi
8. Departemen Olahraga dan Seni
9. Departemen Kominfo
Pada kesempatan kali ini khususnya Departemen Pendidikan HIMAP PENMAS
mencanangkan suatu pengabdian masyarakat yang di aplikasikan dalam bentuk pembelajaran
dan pengajaran dengan nama “Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat” yang mana merupakan

3
wahana dan sarana pengembangan dan pergerakan mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan
peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian mahasiswa selaku generasi penerus
bangsa melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat positif dan juga merupakan salah satu
perwujudan aplikatif TRI DHARMA Perguruan Tinggi.
Pengabdian masyarakat itu kami sebut dengan “Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat”
atau yang biasa disebut Redaksi Penmas. Adalah sebuah pengabdian masyarakat yang bergerak
dibidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Berdasarkan realitas yang ada dimana adanya potensi dan saling membutuhkan antara
mahasiswa dan masyarakat maka dibentuklah Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat ini
sebagai penyalur minat, bakat, potensi, dan kemampuan mahasiswa sesuai dengan disiplin ilmu
yang diampu di Perguruan Tinggi. Serta diharapkan dengan dibentuknya Ruang Edukasi
Pendidikan Masyarakat ini mampu untuk memfasilitasi kebutuhan dari masyarakat itu sendiri
.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dibentuknya “Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat”
adalah sebagai berikut :
1. Pengamalan poin ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu :
Pengabdian.
2. Menstimulus kepekaan dan kepeduliaan sosial mahasiswa terhadap
kondisi sosial masyarakat kekinian.
3. Menjadikan laboratorium ilmu yang aplikatif bagi mahasiswa dan
dasar keilmuan yang dimiliki.
4. Sebagai pemenuhan kelengkapan belajar adik-adik binaan di Ruang Edukasi
Pendidikan Masyarakat.
C. Visi dan Misi
Visi :
Sebagai wahana dan sarana pengembangan pergerakan mahasiswa ke arah perluasan
wawasan serta sebagai bentuk perwujudan aplikatif salah satu Tri Dharma Perguruan
Tinggi, yaitu : Pengabdian, dan melatih individu untuk terbiasa menjadi seorang
pendidik yang profesional.

Misi :

4
1) Menjadikan daerah binaan sebagai daerah yang berpendidikan, berkarakter, dan
berakhlak mulia.
2) Mewujudkan mahasiswa yang berkompeten dalam bidang pendidikan.
3) Memfasilitasi kebutuhan masyarakat terkait pendidikan dan pengembangan
masyarakat.
4) Memberikan eksistensi Program Studi Pendidikan Masyarakat di kalangan umum.

D. Motto
“Bersinergi Membangun Pendidikan Bangsa”

E. Struktur

Pemimpin

Koordinator

Administrasi PSDM Media Kreatif Program Fund Rising


(Sekre & Bend) Pintar

F. Deskripsi Kerja
1) Pemimpin
Bertanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan “Redaksi Penmas”
2) Koordinator
Mengkoordinasikan segala urusan dan keputusan yang berkaitan dengan “Redaksi
Penmas” ke Departemen Pendidikan HIMAP Penmas
3) Administrasi
a. Mengatur administrasi surat-menyurat kegiatan
b. Mengarsipkan dan memperbaharui database pengurus,
b. relawan dan peserta kegiatan
c. Mengatur sirkulasi keuangan Redaksi
d. Membuat pembukuan keuangan
4) PSDM
5
a. Mengatur jadwal dan distribusi relawan sesuai dengan program yang dibuat
oleh divisi program pintar.
b. Melakukan penjagaan motivasi dan komitmen relawan.
c. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan tenaga relawan dilapangan.
d. Mengatur siklus kaderisasi.

5) Media Kreatif
a. Mendokumentasikan semua kegiatan
b. Melakukan pengelolaan media sosial
c. Mempublikasikan kegiatan dan perkembangan Redaksi
b. kepada masyarakat luas
6) Program Pintar
a. Melakukan analisis potensi dan kebutuhan masyarakat
b. (pada bidang pendidikan, lingkungan, kesehatan dan
ekonomi).
c. Menentukan dan membuat rancang program untuk masyarakat.
7) Fund Rising
a. Berkoordinasi dengan bidang administrasi.
b. Mengatur dan menjalankan program donasi dan dana
b. kreatif.
c. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.

2.1.1 Fenomena Unsur – unsur Kelompok Dalam Organisasi


a. Interaksi Komunikasi Dalam Organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat
Interaksi atau proses komunikasi yang ada dalam Ruang Edukasi Pendidikan
Masyarakat atau yang disingkat Redaksi ini terbilang cukup baik. Ruang Edukasi Pendidikan
Masyarakat sendiri adalah organisasi dengan kegiatan pembelajaran dan pengajaran kepada
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Kegiatan ini bertempat di RPTRA Beringin
Indah, Rawamangun, Jakarta Timur. Kegiatan pembelajaran dilakukan 1 x pertemuan dalam
satu minggu, pada hari Sabtu Pukul 15.30 – 17.00. Pembelajaran di ikuti oleh adik -adik dari
mulai TK sampai SD kelas 6.
Diakui oleh seorang pengurus Organisasi Redaksi, bahwa ketua dari organisasi Redaksi
sudah cukup berkoordinasi untuk kegiatan pembelajaran dan pengajaran setiap pekannya.
Walaupun di dalam struktur organisasi redaksi sendiri ada yang namanya atasan atau ketua dan

6
juga bawahan atau staf, tetapi hal ini tidak menjadi jarak dalam proses interaksi komunikasi di
dalamnya. Misalnya dalam menentukan pengajaran apa yang ingin diajarkan ketua redaksi
berkoordinasi dengan divisi program pintar yaitu divisi yang menentukan dan membuat
rancang program untuk pembelajaran dan pengajaran. Lalu diberitahukan kepada seluruh staf,
pengajaran apa yang akan diberikan, untuk disiapkan keperluan untuk pengajaran dan
pembelajaran sesuai dengan divisi dan tugas mereka.. Program pengajaran setiap pekannya
dibuat berbeda-beda, di buat bervariasi antara pelajaran dan games, ada juga pembelajaran
yang menyesuaikan dengan hari – hari penting seperti hari dongeng, hari puisi dan lain
sebagainya lalu dibuatlah kreativitas pembelajaran untuk anak- anak.
Interaksi atau komunikasi antara pengajar dan adik-adik redaksi sangat akrab dan
kekeluargaan. Para pengajar membangun suasana yang menyenangkan agar anak – anak
semakin akrab dan mengikuti pembelajaran dengan senang, tidak ada perasaan canggung atau
malu untuk bertanya kepada pengajar sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Dalam hal berorganisasi tentu saja komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar.
Seperti di Redaksi sendiri, banyak dari staf redaksi yang tidak dapat hadir pada saat waktu
pengajaran, tidak mengabarkan mengapa tidak hadir dan cenderung yang hadir hanya anggota
yang itu – itu saja. Jika komunikasi dilakukan secara daring pun, seperti melalui obrolan grup
di aplikasi pada telepon pintar. Sedikit sekali anggota grup tersebut yang merespon. Misalnya
ketika diingatkan akan ada pengajaran, sedikit yang merespon dan hanya sedikit yang dapat
hadir.

b. Tujuan dalam Organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat


Tujuan Ruang Edukasi Pendidikan masyarakat adalah Pengamalan poin ketiga Tri
Dharma Perguruan Tinggi yaitu : Pengabdian, Menstimulus kepekaan dan kepeduliaan sosial
mahasiswa terhadap kondisi sosial masyarakat kekinian, Menjadikan laboratorium ilmu yang
aplikatif bagi mahasiswa dan dasar keilmuan yang dimiliki dan Sebagai pemenuhan
kelengkapan belajar adik-adik binaan di Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tujuan bersama organisasi Redaksi perlu dijalin hubungan
sesama staf, terdapat divisi PSDM yang salah satu tugasnya adalah melakukan penjagaan
motivasi dan komitmen relawan serta mengupayakan pemenuhan kebutuhan tenaga relawan
dilapangan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tidak hanya dilakukan oleh divisi PSDM tetapi
seluruh staf harus tetap menjaga semangat dan komitmen agar tujuan dapat terlaksana dengan
baik.

7
c. Pemimpin dalam Organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat
Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat merupakan organisasi yang dibentuk dari non-
program kerja departemen pendidikan Himpunan Mahasiswa Pendidikan masyarakat, sehingga
ketua Redaksi dipilih dari staf departeman pendidikan HIMA Pendidikan Masyarakat melalui
musyawarah dan kesepakatan. Saat ini Redaksi di ketuai oleh Muhammad Shidqi yang
merupakan mahasiwa tahun angkatan 2018 dari Prodi Pendidikan Masyarakat Universitas
Negeri Jakarta. Sebagai ketua Redaksi, ia sudah menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu
dengan selalu datang saat pengajaran, menginfokan pengajaran, memberikan ide untuk materi
pengajaran dan membangun suasana yang baik dan menyenangkan dengan adik-adik redaksi.
Selain itu sebagai pemimpin atau ketua dari Redaksi, ia selalu memotivasi sesama rekan
pengurus untuk lebih giat datang saat pengajaran.

d. Norma dalam Organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat


Norma yang berada dalam organisasi Ruang Edukasi Penidikan masyarakat ini
merupakan standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh para anggota
kelompok. Di Organisi Redaksi belum ada peraturan yang benar – benar mengikat secara
tertulis seperti saat tidak menghadiri pengajaran dan tidak memberi tahu ketua atau pengurus
yang lain, tidak dikenakan sanksi.
Hanya ada norma yang berada di redaksi tak tertulis. Misalnya untuk pengurus yang jarang
aktif dalam agenda pengajaran setiap pekannya atau bisa juga pengurus yang jarang atau
bahkan tidak pernah berkontribusi dalam hal kehadiran, tenaga, pikiran dan ide bagi
oraganisasi Redaksi. Maka dengan sendirinya pengurus tersebut akan merasa malu pada
dirinya sendiri atau merasa dikucilkan oleh pengurus lainnya, karena merasa dirinya tidak ada
kontribusinya. Padahal pengurus tersebutlah yang tidak mau memberikan sumbangsihnya
untuk organisasinya tersebut.
Adapun norma bagi anggota Redaksi saat melakukan pengajaran seperti tidak
memberikan contoh yang kurang baik dari perkataan, sikap, dan perbuatan, hal ini karena anak-
anak cenderung mencontoh apa yang dilakukan oleh orang dewasa.

e. Ikatan Emosional Dalam Organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat

Ikatan emosional yang terjalin dalam organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat
ini hadir karena keinginan dan keakraban saat para pengurus dan anggota mengajar adik – adik
di RPTRA Beringin Indah. Menjalin ikatan tidak hanya dilakukan sesama pengurus dan

8
anggota saja melainkan juga dengan adik-adik Redaksi. Saya melihat ikatan emosional antara
adik-adik dan pengajar sangat dekat. Hal ini dapat terlihat dari adik-adik sangat akrab dengan
pengajar, adik-adik selalu bercerita tentang keseharian, teman, dan tentang sekolah mereka.
Adik-adik terlihat sangat semangat dan menikmati saat pembelajaran tidak ada rasa bosan yang
mereka rasakan.

Seperti yang sudah saya katakan diatas bahwa ikatan emosional yang terjalin diantara
para pengurus dan anggota pun ada karena keinginan dan keakraban saat para pengurus dan
anggota mengajar adik – adik Redaksi. Hal itu disebabkan karena sesama anggota Redaksi
membangun suasana yang menyenangkan untuk mengajar agar tujuan redaksi dapat berjalan
dan para adik-adik merasa semakin nyaman.

Selain pengajaran yang dilakukan setiap 1 x pertemuan dalam satu minggu, Redaksi
juga memiliki acara Buka Puasa Bersama saat Bulan Ramadhan dan juga rekreasi edukasi di
akhir periode kepengurusan Redaksi disinlah ikatan emosional yang kuat juga terjalin disaat
pengurus Redaksi menjalankan acara tersebut. Dimulai dari persiapan yang memakan waktu,
menyiapkan seluruh perlengkapan acara, mengumpulkan dana , dan semua suka serta duka
lainnya. Semua hal yang telah dilalui terbayar ketika acara dapat berjalan dengan lancar dan
semua adik-adik Redaksi merasa senang.

2.2 Kajian Teori/Konsep Organisasi/Kelompok

A. Hakikat Interaksi-Komunikasi Dalam Kelompok /Organisasi


Kalau berbicara tentang komunikasi organisasi maka yang tergambar dalam diri seseorang
adalah hal-hal yang berkaitan dengan peranan dan status dari setiap orang dalam organisasi,
karena peranan dan status seseorang menentukan pula cara bagaimana berkomunikasi dengan
orang lain juga cara bagaimana berkomunikasi dengannya, karenanya seorang yang baik yaitu
orang yang selalu menghubungkan peran dan status dengan pekerjaan (Alo Liliweri, 1997 :
59).
Dalam masyarakat modern orang mengenali seseorang karena dia memiliki peran dan
status yang beragam. Di dalam organisasi keragaman itu dilihat melalui pembagin kerja dimana
setiap orang akan bekerja menurut bakat dan kemampuan sehingga dia bertanggungjawab atas
pekerjaan itu. Ketika jumlah atau jenis pekerjaan semakin banyak apalagi beragam maka
dibutuhkan jalinan antara jenis-jenis pekerjaan yang berbeda-beda, jalinan antara seorang
pemimpin dengan bawahan atau antara kalangan pemimpin yang pada akhirnya membentuk

9
sebuah kekuatan besar sinergis untuk menghasilkan keluaran yang lebih berkualitas. Pada
tahap ini dibutuhkan komunikasi.
Komunikasi organisasi sering pula diartikan sebagai perilaku pengorganisasian
(organizing behavior) yakni bagaimana seorang bawahan terlibat dalam proses bertransaksi
dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Karena itu ketika organisasi dianggap
sekedar sekumpulan orang yang berinteraksi maka komunikasi hanya berfungsi sebagai
organisasi; dia adalah organisasi itu sendiri. Jadi komunikasi organisasi akan berpusat pada
simbol-simbol yang memungkinkan kehidupan organisasi, pakah kata-kata, gagasan-gagasan
dan konstruk yang mendorong mengesahkan, mengkoordinasikan, dan mewujudkan aktivitas
yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik (Barry Cusway and Derej Logde, 1995 : 115).
Tulisan atau apapun yang bekaitan dengan komunikasi organisasi selalu
mempertimbangkan dua konsep utama, yakni organisasi dan komunikasi. Suatu organisasi
dapat didekati sebagai suatu obyek yang menyenangkan dan menarik, namun ada yang
mungkin sekali memandang organisasi sebagai sebuah penindasan. Sikap menyenangkan atau
menindas itu sebenarnya sangat tergantung dari pemahaman dan praktek interaksi, relasi dan
transaksi yang terjadi antar manusia dalam organisasi, itulah yang disebut komunikasi
organisasi. Jadi kedudukan komunikasi dalam organisasi sebenarnya menekankan pada
bagaimana suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat proses komunikasi.
Dengan demikian komunikasi organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang-
orang melainkan sebuah penjelasan teoritis atas praktek komunikasi dalam organisasi yang
melayani kebersamaan, baik dalam organisasi maupun melayani orang lain yang membutuhkan
organisasi. Dengan kata lain keberadaan komunikasi dalam organisasi membuat seseorang
mampu membedakan dua hal yaitu: pertama, menunjukkan bagaimana para anggota bekerja
sebagai seorang organisatoris; dan kedua, bagaimana operasi jaringan kerja yang mengaitkan
mereka satu sama lain. Dalam perspektif seperti ini maka komunikasi itu penting dalam
organisasi, 1). Komunikasi adalah jalan, melalui komunikasi orang-orang mencari informasi
dan mengembangkan sejumlah kriteria untuk mendapatkan pekerjaan bagi mereka; 2).
Komunikasi merupakan proses bagi mereka dalam menentukan sebuah pilihan yang praktis.

B. Hakikat Tujuan Dalam Kelompok /Organisasi


Hakikat Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan anggota
yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus jelas dan diketahui oleh seluruh
anggota. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para
anggota. Hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota bisa : a) sepenuhnya

10
bertentangan, b) sebagian bertentangan, c) netral, d) searah dan e) identik. Dengan demikian
bentuk hubungan a tidak menguntungkan dan bentuk d adalah yang paling baik. Tujuan
kelompok dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan individual dan tujuan semua anggota
kelompok.
Tujuan kelompok yang efektif harus mempunyai aspek-aspek sebagai berikut:
1. Dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur dan diamati
2. Mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik dapat diterima dan dapat
dicapai
3. Anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan
4. Adanya keseimbangan tugas dan aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan kelompok
5. Bersifat menarik dan menantang serta mempunyai resiko kegagalan yang kecil dalam
mencapainya
6. Adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok
7. Berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan
kelompok

C. Hakikat Pemimpin Dalam Kelompok / Organisasi

Dalam sebuah organisasi tentunya harus mempunyai seorang pemimpin yang dapat
mengatur sumber daya organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien sehingga berdaya guna dan berhasil guna. Seorang pemimpin memiliki gaya
kepemimpinannya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Dewasa ini, terdapat enam tipe
kepemimpinan yang sering digunakan oleh para pemimpin besar maupun dalam ruang lingkup
kelompok sampai organisasi besar. Efektivitas dalam sebuah kelompok dapat ditentukan juga
oleh sikap dan perilaku seorang pemimpin. Berdasarkan Sondang P. Siagian (2002) ada 6 tipe
kepemimpinan, yaitu :

1. Tipe Kepemimpinan Otokratik


Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang menganggap
organisasi sebagai milik pribadi, mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi, menganggap bahwa sebagai alat semata-mata, tidak mau menerima kritik,
saran dan pendapat, terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya, dalam tindaknya
penggeraknya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan
puntif (bersifat menghukum)
2. Tipe Kepemimpinan Militeristik

11
Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat yang antara lain kebanyakan sistem perintah yang sering digunakan, senang
bergantung pada pangkat dan jabatan, senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan,
menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya.
3. Tipe Kepemimpinan Paternalistik
Ciri-ciri dari tipe kepemimpinan ini yakni menganggap bawahan sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi, sering bersikap mau tahu.
4. Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Dalam keadaaan tertentu, tipe kepemimpinan ini sangat diperlukan karena dapat
menutupi sifat negatifnya dengan kharisma positif yang dimilikinya. Terkadang para
bawahannya tidak memiliki alasan yang kuat untuk memilih seseorang tersebut sebagai
pemimpin.

5. Tipe Kepemimpinan Demokratik


Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena ia senang menerima
saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan, selalu berusaha mengutamakan
kerjasama teamwork dalam usaha mencapai tujuan, selalu berusaha menjadikan lebih
sukses dari padanya, selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
6. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan yang santai dan pengambilan keputusan diserahkan kepada para
bawahannya dengan pengarahan yang minimal bahkan tanpa pengarahan sama sekali.
Oleh karena itu, tipe kepemimpinan ini sering kali dianggap sebagai seorang pemimpin
yang kurang memiliki rasa tanggung jawab yang wajar terhadap organisasi yang
dipimpinnya. Serta memandang dan memperlakukan bawahannya sebagai orang-orang
yang sudah matang dan dewasa, baik dalam teknis maupun mental.

Berikut adalah Gaya – Gaya Kepemimpinan berdasarkan pendekatan Path-Goal

1. Gaya Kepemimpinan Direktif (pemimpin pengarah)

12
Pemimpin seperti ini mengutamakan pemberian pedoman dan petunjuk kepada
bawahan bagaimana melakukan pekerjaan serta memberitahukan mengenai apa yang
diharapkan dari mereka.
2. Gaya Kepemimpinan Suportif (pemimpin pendukung)
Pemimpin seperti ini memberi pertimbangan atas kebutuhan bawahan, memberi
perhatian bagi kesejahteraan dan menciptakan keakraban dengan bawahan dan
lingkungan kerja yang menyenangkan.
3. Gaya kepemimpinan partisipatif (pemimpin partisipatif)
Gaya kepemimpinan ini, yaitu beruding dengan bawahan, memberi peluang kepada
bawahan untuk memberi masukan berupa saran dan gagasan sebelum mengambil
keputusan atau mempengaruhi keputusan yang telah dan akan dibuat.
4. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi (pemimpin yang berorientasi pada
prestasi)
Pemimpin ini menetapkan tujuan menantang, mengupayakan bawahan meningkatkan
prestasi, serta mendorong bawahan untuk mencapai tujuan dan hasil karya yang lebih
tinggi.

D. Hakikat Norma Dalam Kelompok / Organisasi


Norma merupakan standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh
para anggota kelompok. Norma memberitahukan kepada anggota apa yang seharusnya dan apa
yang tidak seharusnya dilakukan. Norma sebagai elemen dasar dalam struktur kelompok
sebagai arahan dan motivasi,, pengatur interaksi sosial, serta membuat tanggapan orang lain
tersebut dapat diprediksi dan bermakna. Johnson dan Johnson (2000) menyatakan bahwa
norma sebagai keyakinan umum dalam kelompok mengenai perilaku, sikap serta persepsi yang
sesuai. Adapun 2 bentuk norma yaitu norma deskriptif dan norma perspektif dimana yang
artinya sebagai berikut:

 Norma deskriptif merupakan apa yang sering dilakukan, dirasakan, serta dipikirkan oleh
orang ketika sedang berada dalam suatu situasi tertentu. Contoh: ketika di jalan tol ada
himbauan bagi kendaraan yang berjalan lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan
yang ingin mendahului dan melaju cepat untuk berjalan di lajur kanan.
 Norma perspektif yang lebih evaluatif, menjelaskan apa yang harus dan tidak boleh
dilakukan oleh individu pada situasi tertentu, dan jika ada yang melanggar akan dinilai

13
negatif. Contoh: perintah membayar pajak untuk para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi
akan dikenai sanksi.

Kelompok kadang mengadopsi norma sebagai aturan kelompok mereka, tetapi norma-
norma kebanyakan muncul secara bertahap karena anggota kelompok mencoba menyelaraskan
perilaku mereka sampai mereka sesuai dengan standar tertentu. Dalam proses perkembangan
norma, ada seorang peneliti bernama Muzafer Sherif (Forsyth, 1983) yang mencerminkan
bagaimana orang-orang dalam kelompok dari waktu ke waktu datang untuk mengembangkan
standar yang berfungsi sebagai kerangka acuan bagi perilaku dan persepsi. Sherif mempelajari
perkembangan norma dengan mengambil keuntungan dari gerak refleks. Dalam penelitiannya,
Sherif menemukan bahwa individu cenderung mengambil keputusan itu sendiri. Akan tetapi
ketika individu tersebut telah berada dalam sebuah kelompok, pada sesi pertama dalam
kelompok, individu tersebut mulai mempertimbangkan keputusan lain dari anggota kelompok
lainnya. Selanjutnya, keputusan individu tersebut menjadi satu keputusan kelompok. Proses
bersatunya keputusan menjadi satu keputusan dalam kelompok oleh Sherif disebut sebagai
funnel pattern atau motif corong. Menurut Sherif, norma berkembang karena adanya interaksi
antar anggota kelompok tersebut.
Sherif menyimpulkan bahwa norma-norma baru berkembang dalam kelompok bila
konteksnya menyediakan sedikit informasi untuk menuntun tindakan atau untuk
memungkinkan anggota untuk menyusun keyakinan. Menurut Kelman (dalam Forsyth, 1983)
mereka yang mematuhi norma kelompok bahkan ketika tidak ada tekanan eksternal untuk
melakukannya, menunjukkan bahwa mereka secara pribadi menerima standar tersebut sebagai
milik mereka. Kelompok juga menginternalisasikan norma yang ada pada kelompok mereka
dengan cara menerima norma tersebut sebagai standar yang pasti bagi perilaku mereka.

E. Hakikat Ikatan Emosional Dalam Kelompok


Kohesivitas kelompok secara umum dapat dijelaskan bagaimana anggota saling
berusaha untuk selalu membentuk ikatan emosional, akrab, dan solid sehingga dapat
mempertahankan anggota tetap berada dalam kelompok. Kelompok yang memiliki kohesivitas
yang tinggi maka para anggotanya memiliki tanggung jawab, memiliki ketertarikan yang kuat
pada kelompok dan biasanya tampil sebagai kelompok yang kompak.
Menurut Festinger (dalam Utami dan Purwaningtyatuti), kekompakan mengacu pada
kekuatan baik positif maupun negatif yang menyebabkan para anggota menetap. Kekompakan
merupakan karakteristik kelompok sebagai suatu kesatuan dan hal ini tergantung pada tingkat

14
keterikatan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok.Kekuatan pokok yang positif
antara lain daya tarik antar pribadi yang terdapat diantara para anggota kelompok. Bila anggota
kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan,
kekompakan kelompok
ini akan tinggi. Kekuatan positif lainnya adalah motivasi orang untuk tetap tingal dalam
suatu kelompok juga dipengaruhi oleh tujuan instrumental kelompok itu. Seseorang sering
berperan serta dalam kelompok sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk
memperoleh pendapatan, untuk melakukan pekerjaan yang berguna.
Jadi ketertarikan seseorang terhadap suatu kelompok tergantung pada kesesuaian antara
kebutuhan dan tujuan pribadi dengan kegiatan dan tujuan kelompok. Kekuatan positif yang
berikut adalah sampai sejauh mana suatu kelompok berinteraksi secara efektif dan selaras.
Sedangkan kekompakan kelompok yang dipengaruhi oleh kekuatan negatif yang menyebabkan
para anggotanya tidak berani meninggalkan kelompok itu, bahkan meskipun mereka merasa
tidak puas. Terkadang orang tetap tinggal dalam suatu kelompok karena kerugian yang akan
ditanggungnya jika meninggalkan kelompok itu sangat tinggi atau karena tidak tersedianya
pilihan lain.

2.3 Analisis

a. Kaitan Antara Interaksi-Komunikasi dalam Organisasi Lembaga Kajian Mahasiswa


dengan Teori/Konsep Hakikat Interaksi-Komunikasi dalam Kelompok/Organisasi
Dalam Interaksi atau proses komunikasi yang ada dalam Ruang Edukasi Pendidikan
Masyarakat atau yang disingkat Redaksi ini terbilang cukup baik. Ruang Edukasi Pendidikan
Masyarakat sendiri adalah organisasi dengan kegiatan pembelajaran dan pengajaran kepada
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.
Diakui oleh seorang pengurus Organisasi Redaksi, bahwa ketua dari organisasi Redaksi
sudah cukup berkoordinasi untuk kegiatan pembelajaran dan pengajaran setiap pekannya.
Walaupun di dalam struktur organisasi redaksi sendiri ada yang namanya atasan atau ketua dan
juga bawahan atau staf, tetapi hal ini tidak menjadi jarak dalam proses interaksi komunikasi di
dalamnya. Misalnya dalam menentukan pengajaran apa yang ingin diajarkan ketua redaksi
berkoordinasi dengan divisi program pintar yaitu divisi yang menentukan dan membuat
rancang program untuk pembelajaran dan pengajaran. Lalu diberitahukan kepada seluruh staf,
pengajaran apa yang akan diberikan, untuk disiapkan keperluan untuk pengajaran dan
pembelajaran sesuai dengan divisi dan tugas mereka. Program pengajaran setiap pekannya

15
dibuat berbeda-beda, di buat bervariasi antara pelajaran dan games, ada juga pembelajaran
yang menyesuaikan dengan hari – hari penting seperti hari dongeng, hari puisi dan lain
sebagainya lalu dibuatlah kreativitas pembelajaran untuk anak- anak.
Interaksi atau komunikasi antara pengajar dan adik-adik redaksi sangat akrab dan
kekeluargaan. Para pengajar membangun suasana yang menyenangkan agar anak – anak
semakin akrab dan mengikuti pembelajaran dengan senang, tidak ada perasaan canggung atau
malu untuk bertanya kepada pengajar sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Interaksi komunikasi yang terjadi di dalam organisasi Redaksi ada kaitannya dengan
teori yang dikemukan oleh Alo Liliweri, 1997 : 59 bahwasannya Kalau berbicara tentang
komunikasi organisasi maka yang tergambar dalam diri seseorang adalah hal-hal yang
berkaitan dengan peranan dan status dari setiap orang dalam organisasi, karena peranan dan
status seseorang menentukan pula cara bagaimana berkomunikasi dengan orang lain juga cara
bagaimana berkomunikasi dengannya, karenanya seorang yang baik yaitu orang yang selalu
menghubungkan peran dan status dengan pekerjaan.

Dalam masyarakat modern orang mengenali seseorang karena dia memiliki peran dan
status yang beragam. Di dalam organisasi keragaman itu dilihat melalui pembagin kerja dimana
setiap orang akan bekerja menurut bakat dan kemampuan sehingga dia bertanggungjawab atas
pekerjaan itu. Ketika jumlah atau jenis pekerjaan semakin banyak apalagi beragam maka
dibutuhkan jalinan antara jenis-jenis pekerjaan yang berbeda-beda, jalinan antara seorang
pemimpin dengan bawahan atau antara kalangan pemimpin yang pada akhirnya membentuk
sebuah kekuatan besar sinergis untuk menghasilkan keluaran yang lebih berkualitas.

b. Kaitan Antara Tujuan Organisasi Lembaga Kajian Mahasiswa dengan


Teori/Konsep Hakikat Tujuan dalam Kelompok/Organisasi
Pada hakikatnya tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan
anggota yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus jelas dan diketahui oleh
seluruh anggota. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh
para anggota. Hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota bisa : a) sepenuhnya
bertentangan, b) sebagian bertentangan, c) netral, d) searah dan e) identik. Dengan demikian
bentuk hubungan a tidak menguntungkan dan bentuk d adalah yang paling baik.

Merujuk pada konsep hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota, di
dalam internal keorganisasian Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat itu sediri tujuan
organisasi sudah searah dengan tujuan dari masing-masing anggota organisasinya. Tujuan

16
Ruang Edukasi Pendidikan masyarakat itu sendiri adalah Pengamalan poin ketiga Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu : Pengabdian, Menstimulus kepekaan dan kepeduliaan sosial
mahasiswa terhadap kondisi sosial masyarakat kekinian, Menjadikan laboratorium ilmu yang
aplikatif bagi mahasiswa dan dasar keilmuan yang dimiliki dan Sebagai pemenuhan
kelengkapan belajar adik-adik binaan di Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat.
Bagaimana untuk menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan masing – masing
anggota selalu dijalin komunikasi antar anggota organisasi redaksi sehingga tidak ada
kesalahan pahaman. Seluruh anggota organisasi Redaksi sepakat bahwa mereka akan
melakukan pengabdian masyarakat yang bergerak dibidang pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Melalui pengajaran kepada adik-adik
dengan suasana yang kekeluargaan dan menyenangkan. Juga redaksi sebagai wadah bagi
mahasiswa program studi Pendidikan Masyarakat untuk mengaplikasikan dasar keilmuan yang
dimiliki untuk masyarakat.

c. Kaitan Antara Pemimpin Organisasi Lembaga Kajian Mahasiswa dengan


Teori/Konsep Hakikat Pemimpin dalam Kelompok/Organisasi
Pada awal Kepemimpinannya, ketua Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat
memasukan anggota baru redaksi baik untuk menjadi staf ataupun hanya sebagai pengajar. Jika
menjadi staf saat mendaftar para calon anggota redaksi dapat memilih 2 (dua) divisi yang
diinginkan sesuai minat dan bakatnya. Ketua akan memberikan deskripsi kerja pada setiap
divisi, disinilah ketua berduksi kepada seluruh anggota divisi terkait deskripsi kerja, sehingga
anggota dapat menyampaikan ide dan aspirasi yang dapat memajukan Organisasi Redaksi.
Seluruh kegiatan atau program di Redaksi tidak semata – matanya hanya dari ketua, melainkan
juga ketua sangat menerima saran dari anggota, dan ketua selalu mendiskusikan nya dengan
anggota sehingga mendapatkan kesepakatan bersama.
Tipe kepemimpinan yang dilakukan oleh ketua Redaksi ini adalah salah satu dari enam
tipe kempemimpinan berdasarkan teori atau konsep yang dikemukakan oleh Sondang P.
Siagian (2002) yaitu Tipe Kepemimpinan Demokratik yang dimana pemimpinnya senang
menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan, selalu berusaha mengutamakan
kerjasama teamwork dalam usaha mencapai tujuan, selalu berusaha menjadikan lebih sukses
dari padanya, selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Selain itu sebagai pemimpin atau ketua dari Redaksi, ia selalu memotivasi sesama rekan
pengurus untuk lebih giat datang saat pengajaran. Ketika ada pelaksaan program pengajaran,

17
acara buka puasa bersama dan acara rekreasi edukasi maka ketua dari LKM dengan suka rela
memberikan pedoman atau petunjuk bagi para staf di bawahnya. Apa yang dilakukan oleh
ketua dari Redaksi ini sesuai dengan Gaya – Gaya Kepemimpinan berdasarkan pendekatan
Path-Goal yakni Gaya Kepemimpinan Direktif (pemimpin pengarah), Gaya Kepemimpinan
Suportif (pemimpin pendukung), Gaya kepemimpinan partisipatif (pemimpin partisipatif), dan
juga Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi (pemimpin yang berorientasi pada
prestasi).

d. Kaitan Antara Norma Organisasi Lembaga Kajian Mahasiswa dengan Teori/Konsep


Hakikat Norma dalam Kelompok/Organisasi
Pada hakikatnya norma sebagai elemen dasar dalam struktur kelompok sebagai arahan
dan motivasi,, pengatur interaksi sosial, serta membuat tanggapan orang lain tersebut dapat
diprediksi dan bermakna. Menurut teori dari Johnson dan Johnson (2000) norma sebagai
keyakinan umum dalam kelompok mengenai perilaku, sikap serta persepsi yang sesuai.
Johnson dan Johnson juga mengatakan Ada 2 bentuk norma yaitu norma deskriptif dan norma
perspektif.
Jika dikaitkan dengan norma yang ada di Organisasi Ruang Edukasi Pendidikan
Masyarakat hanya ada norma deskriptif, yaitu sering dilakukan, dirasakan, serta dipikirkan oleh
orang ketika sedang berada dalam suatu situasi tertentu. Norma deskriptif dalam organisasi
Redaksi yaitu pengurus yang jarang aktif dalam agenda pengajaran setiap pekannya atau bisa
juga pengurus yang jarang atau bahkan tidak pernah berkontribusi dalam hal kehadiran, tenaga,
pikiran dan ide bagi oraganisasi Redaksi. Maka dengan sendirinya pengurus tersebut akan
merasa malu pada dirinya sendiri atau merasa dikucilkan oleh pengurus lainnya, karena merasa
dirinya tidak ada kontribusinya. Padahal pengurus tersebutlah yang tidak mau memberikan
sumbangsihnya untuk organisasinya tersebut.

Juga norma bagi anggota Redaksi saat melakukan pengajaran seperti tidak memberikan
contoh yang kurang baik dari perkataan, sikap, dan perbuatan, hal ini karena anak-anak
cenderung mencontoh apa yang dilakukan oleh orang dewasa.
Sedangakan untuk norma prespektif, yaitu yang lebih evaluatif, menjelaskan apa yang
harus dan tidak boleh dilakukan oleh individu pada situasi tertentu, dan jika ada yang
melanggar akan dinilai negatif. Contoh: perintah membayar pajak untuk para wajib pajak, bagi
yang tidak mematuhi akan dikenai sanksi. Dalam organisasi Redaksi Norma perspektif belum

18
ada, seperti saat tidak menghadiri pengajaran dan tidak memberi tahu ketua atau pengurus yang
lain, tidak dikenakan sanksi.

e. Kaitan Antara Ikatan Emosional Organisasi Lembaga Kajian Mahasiswa dengan


Teori/Konsep Hakikat Ikatan Emosional dalam Kelompok/Organisasi
Pada hakikatnya ikatan emosional kelompok secara umum dapat dijelaskan bagaimana
anggota saling berusaha untuk selalu membentuk ikatan emosional, akrab, dan solid sehingga
dapat mempertahankan anggota tetap berada dalam kelompok. Kelompok yang memiliki yang
tinggi maka para anggotanya memiliki tanggung jawab, memiliki ketertarikan yang kuat pada
kelompok dan biasanya tampil sebagai kelompok yang kompak.

Menurut teori yang dikemukan oleh Festinger (dalam Utami dan Purwaningtyatuti),
kekompakan mengacu pada kekuatan baik positif maupun negatif yang menyebabkan para
anggota menetap. Kekompakan merupakan karakteristik kelompok sebagai suatu kesatuan dan
hal ini tergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok.

Jika dikaitkan dengan teori diatas ikatan emosional antara adik-adik redaksi dan
pengajar sangat dekat. Hal ini dapat terlihat dari adik-adik sangat akrab dengan pengajar, adik-
adik selalu bercerita tentang keseharian, teman, dan tentang sekolah mereka. Adik-adik terlihat
sangat semangat dan menikmati saat pembelajaran tidak ada rasa bosan yang mereka rasakan.

Ikatan emosional yang terjalin diantara para pengurus dan anggota pun ada karena
keinginan dan keakraban saat para pengurus dan anggota mengajar adik – adik Redaksi. Hal
itu disebabkan karena sesama anggota Redaksi membangun suasana yang menyenangkan
untuk mengajar agar tujuan redaksi dapat berjalan dan para adik-adik merasa semakin nyaman.

Ketika Redaksi sedang melaksanakan acara Buka Puasa Bersama saat Bulan Ramadhan
dan juga rekreasi edukasi di akhir periode kepengurusan Redaksi disinlah ikatan emosional
yang kuat juga terjalin disaat pengurus Redaksi menjalankan acara tersebut. Dimulai dari
persiapan yang memakan waktu, menyiapkan seluruh perlengkapan acara, mengumpulkan
dana , dan semua suka serta duka lainnya. Semua hal yang telah dilalui terbayar ketika acara
dapat berjalan dengan lancar dan semua adik-adik Redaksi merasa senang. Acara seperti ini
dapat meningkatkan ikatan emosional, keakraban, dan kesolidan sehingga dapat
mempertahankan anggota tetap berada dalam organisasi Redaksi.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Suatu organisasi dibuat untuk bisa mencapai tujuan bersama, yakni tujuan dari masing-
masing individu dan tujuan dari semua anggota organisasi. Begitu pun dengan organisasi yang
bernama Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat atau yang biasa disingkat Redaksi. Ruang
Edukasi Pendidikan Masyarakat merupakan organisasi yang berada di Universitas Negeri
Jakarta, merangkum kegiatan sebuah pengabdian masyarakat yang bergerak dibidang
pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam
rangka mewujudkan cita-cita Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian.
Menjalankan Organisasi atau kelompok pasti terdapat dinamika kelompok. Dinamika
kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok
dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh
kuat pada perkembangan kelompok.

Begitu juga dengan dengan organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat, setelah
saya melakukan observasi didapati kesimpulan bahwa setiap interaksi dalam organisasi, tujuan
dari organisasi, kepemimpinan dalam organisasi, norma – norma yang berlaku dalam
organisasi, dan juga ikatan emosional yang terjalin antar sesama organisasi LKM merupakan
sebuah dinamika yang terjadi di dalam kelompok atau organisasi LKM ini.

Dengan adanya dinamika kelompok dalam sebuah organisasi memiliki fungsi antara
lain membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup,
memudahkan pekerjaan, mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan
mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien.

3.2 Saran

Penyusun menyadari jika laporan obeservasi ini jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan,
penulisan, pemilihan kata dan cakupan masalah yang masih kurang. Diharapkan laporan
observasi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat mengaplikasikannya dengan benar.
Saran yang dapat saya berikan untuk organisasi Ruang Edukasi Pendidikan Masyarakat
ataupun organisasi lainnya adalah sebuah interaksi, kesolidan, dan kerjasama yang baik harus
selalu ditingkatkan, agar tujuan dari setiap anggota dan organisasi dapat tercapai.

20
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Gambar 1. Kegiatan Pembelajaran dan Pengajaran Gambar 2. Kegiatan Pembelajaran dan Pengajaran

Gambar 3. Kegiatan Pembelajaran dan Pengajaran Gambar 4. Kegiatan Buka Puasa Bersama

21
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, David W dan Johnson Frank P, 2012. Dinamika Kelompok Teori dan Keterampilan.
Jakarta, PT. INDEKS

Kasmanjaati. 2010. Tujuan Kelompok. Diambil dari:


https://kasmanjaati78.wordpress.com/2010/10/03/tujuan-kelompok/ ( 3 Oktober 2010 )

Forsyth, D.R. (1983). An introduction to group dynamics.California:Brooks/Cole Publishing


Company.

Johnson, D.W. & F. P. Johnson. (2003). Joining together: Group theory and group skill,
fourth edition.

Suryadi, S. 2016. BAB II Kajian Teori A. Kohesivitas Kelompok. Diambil dari :


http://eprints.stainkudus.ac.id/394/5/005.%20BAB%20II.pdf

Liliweri, Alo. 1997. Sosiologi Organisasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

22

Anda mungkin juga menyukai