Anda di halaman 1dari 26

2020

KOMUNIKASI DAN RELASI SOSIAL

Setelah membaca dan mempelajari bahan bacaan ini


peserta diharapkan mampu menjelaskan, memahami
dan menerapkan komunikasi, relasi sosial dan
kerjasama tim secara bersinergi dalam pelaksanaan
tugas sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS).
KOMUNIKASI DAN RELASI SOSIAL

1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari dan memahami bahan bacaan ini peserta
diharapkan mampu menjelaskan, memahami dan menerapkan
komunikasi, relasi sosial dan kerjasama tim secara bersinergi dalam
pelaksanaan tugas sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS).

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta mampu:
a. Menjelaskan tentang komunikasi dalam konteks internal dan eksternal
b. Memahami relasi sosial dalam lingkup tugas sebagai tenaga
kesejahteraan sosial
c. Menerapkan kerjasama dalam tim sebagai Tenaga Kesejahteraan
Sosial

3. Pokok Bahasan
a. Komunikasi (internal dan eksternal)
b. Relasi Sosial
c. Kerjasama tim (team work)
LEMBAR BACAAN 1

KOMUNIKASI DAN RELASI SOSIAL

Membangun komunikasi dan relasi sosial merupakan ketrampilan teknis yang


harus dimiliki oleh tenaga kesejahteraan social (TKS) selaku praktisi sosial, khususnya
yang berkiprah di bidang pelayanan kesejahteraan sosial. Sesungguhnya, efektifitas praktik
dalam pelayanan kesejahteraan sosial menuntut kompetensi komunikasi dan relasi dari
TKS sebagai praktisi sosial dalam membangun komunikasi, relasi sosial, maupun
kerjasama dalam tim kerja (teamwork). Dalam konteks yang lebih luas dan menyeluruh,
TKS perlu memahami nilai-nilai kearifan lokal dari berbagai kultur di masyarakat yang
heterogen dan unik, serta memahami pentingnya membangun jejaring komunikasi sosial
secara komprehensif bagi perluasan dan aksesibilitas pelayanan sosial yang dilakukan.

A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses interaksi yang kompleks antara fikiran, bahasa
dan tindakan. Proses komunikasi memerlukan serangkaian kegiatan timbal balik
antar sumber dan penerima, melalui pengulangan siklus komunikasi yang
diharapkan tujuan komunikasi dapat tercapai. Proses komunikasi secara primer
adalah proses penyampaian fikiran dan perasaan menggunakan lambang (symbol)
berupa bahasa, isyarat, atau gambar yang mampu menerjemahkan pikiran dan
perasaan sumber pada penerima.
2. Komunikasi Yang Efektif
Efektif tidaknya komunikasi yang dibangun secara umum dalam sebuah
proses dapat dipandang dari seberapa besar pencapaian tujuan dari komunikasi itu
sendiri. Adapun tolok ukur keberhasilan komunikasi efektif dapat dilihat dari
beberapa hal:
a. Adanya kepercayaan dari penerima pesan (khalayak sasaran) terhadap
penyampai pesan (dalam hal ini; TKS) serta ketrampilan komunikasi yang
bersangkutan (menyajikan isi dan mengemas pesan sesuai tingkat nalar khalayak
sasaran.
b. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan khalayak sasaran.
c. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antara TKS dengan penerima manfaat
sebagai penerima sekaligus penyampai pesan.
d. Kemampuan khalayak sasaran dalam menafsirkan pesan, kesadaran dan
perhatiannya terhadap kebutuhan terhadap pesan yang diterima.
e. Setting komunikasi, baik fisik maupun sosial relatif kondusif (nyaman,
menyenangkan, dan mendukung proses komunikasi yang diharapkan).
f. Sistem saluran penyampai pesan (metode dan media yang dipakai) sesuai
dengan jenis indera khalayak sasaran sebagai penerima pesan.
Situasi dan kondisi komunikasi yang akan dibangun agar efektif dapat
disiasati dengan mempertimbangkan tiga langkah awal; (1) menyusun perencanaan
komunikasi, (2) memperhatikan empat unsur penting dalam komunikasi dan (3)
evaluasi obyektif terhadap kredibilitas diri sebagai sumber informasi.
3. Unsur Komunikasi Efektif
Komunikasi yang baik sangat ditentukan empat unsur berikut:
 Keahlian komunikasi; keahlian ini sangat menunjang bagi tercapainya
komunikasi efektif dengan berbagai pertimbangan menyangkut strategi dan
perencanaan komunikasi yang akan dibangun, pengemasan pesan dengan jelas,
pemilihan media yang tepat, dan mampu membaca situasi fisik dan sosial yang
mendukung proses komunikasi efektif.
 Sikap; didasari sikap-sikap yang sesuai dengan etika dan prinsip komunikasi
yang mendukung proses komunikasi yang efektif.
 Tingkat pengetahuan; memperhatikan tingkat pengetahuan khalayak sasaran
agar pesan dapat dikemas sesuai dan difahami penerima pesan. Ketrampilan dan
kemampuan menafsirkan pesan terkait dengan tingkat pengetahuan khalayak
dalam menginterpretasi maksud dan isi pesan yang disampaikan.
 Sistem sosial budaya; latar belakang sosial budaya akan memberi pengaruh kuat
terhadap gaya dan cara berkomunikasi seseorang. Oleh karena itu, pertimbangan
sosial budaya pelaku komunikasi perlu difahami benar. Proses penyuluhan perlu
disesuaikan dengan kerangka nilai, kebiasaan dan budaya khalayak sasaran,
terutama dalam hal penggunaan bahasa, dialek, dan gaya bicara sesuai bentukan
sistem sosial budaya khalayak sasaran.
4. Karakteristik Komunikasi dalam Pekerjaan Sosial
Komunikasi merupakan sarana dan juga proses untuk berbagi informasi dan
pengetahuan. Komunikasi memiliki ciri diantaranya:
a. Terjadi bila; (1) ada dua pihak yang memiliki kepentingan bersama untuk saling
berbagi informasi dan pengetahuan. (2) dapat terjadi di mana saja dan kapan
saja. Komunikasi dapat berlangsung sepanjang hari, pagi, siang maupun malam.
(3) apa saja yang ingin dikomunikasikan dapat berbentuk verbal dan nonverbal.
Yang verbal dapat disampaikan secara lisan ataupun tertulis, sedangkan yang
nonverbal dapat dilakukan dengan isyarat, perilaku, gerak-gerik badan (kinesik).
(4) pesan yang dikomunikasikan dan makna sebenarnya akan diterima secara
utuh, apabila kesan verbal dan nonverbal diintegrasikan oleh pihak-pihak yang
berkomunikasi. (5) komunikasi tidak dibatasi oleh waktu dan jarak, asal
disampaikan dalam “bahasa” yang dipahami kedua belah pihak.
b. Keterampilan berkomunikasi penting artinya bagi praktisi Pekerjaan Sosial
karena (1) komunikasi adalah sebuah proses berbagi informasi baru yang
berdaya untuk mengubah perilaku. (2) mereka diharapkan dapat menjadi
pendengar yang baik atau responsif, saat berkomunikasi dengan kliennya. (3)
Perlman; mengemukakan perlunya kita memahami social intelligence klien,
yang mencakup (a) kedalaman pemahaman klien terhadap masalah; (b)
kemampuan berkomunikasi dengan pihak lain maupun pada diri sendiri; (c)
kemampuan memberikan perhatian pada masalah yang dihadapi. (d) kemampuan
merangkum informasi secara sistematik dan tajam analisisnya.
5. Komunikasi Persuasif dalam Pekerjaan Sosial
Tujuan memilih metode komunikasi ialah untuk memperoleh efek, sesuai
dengan yang diinginkan secara sadar dan lestari. Untuk mencapai tujuan dari efek
tersebut, metode persuasif menjadi pilihan yang tepat. Metode ini selalu ditunjukan
kepada upaya yang sifatnya mendorong komunikan agar dapat merubah sikap,
pendapat atau bahkan perilakunya dengan sadar atau atas dasar kesadarannya.
Metode komunikasi persuasif ini sejalan dengan paradigma komunikasi menurut
Lasswell, yaitu; “Who says what in which channel to Whom with What Effect?”
(“Siapa mengatakan apa, dengan saluran apa kepada siapa dan dengan efek
apa?”).
Penerapan Komunikasi persuasif senantiasa menggunakan model pendekatan
A-A procedure atau “from Attention to Action Procedure”; yaitu proses
pentahapan persuasi yang dimulai dengan upaya membangkitkan perhatian untuk
kemudian berupaya menggerakkannya untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan. Prosedur A-A ini selanjutnya dioperasionalkan dalam proses
pentahapan yang dikenal sebagai AIDDA, yaitu singkatan dari Attention
(Perhatian), Interest (Minat), Desire (Hasrat), Decision (Keputusan) dan Action
(Tindakan). Dalam proses pentahapan ini, komunikasi persuasif diawali dengan
upaya membangkitkan perhatian terlebih dahulu. Ini tidak hanya dilakukan atas
dasar gaya dan ketrampilan dalam menyatakan pesan saja, tetapi juga harus
didukung oleh penampilan yang meyakinkan, simpatik dan kredibel. Manakala
perhatian telah tumbuh, selanjutnya kita berupaya mengembangkan minat,
agar timbul hasrat untuk mengikuti pesan yang dikomunikasikan. Dengan
hasrat yang telah tertanam kiranya dapat menguatkan untuk mengambil keputusan
melakukan tindakan/kegiatan.
Beberapa hal yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan komunikasi:
a. Adanya kepercayaan dari orang lain (sasaran komunikasi) terhadap dirinya
sebagai penyampai pesan, serta ketrampilan komunikasi yang bersangkutan
(menyajikan isi dan mengemas pesan komunikasi sesuai tingkat nalar orang
yang diajak berkomunikasi sebagai sasaran komunikasi.
b. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan klien.
c. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antara sumber dan penerima pesan.
d. Kemampuan orang lain (sasaran komunikasi) dalam menafsirkan pesan,
kesadaran dan perhatiannya terhadap kebutuhan terhadap pesan yang diterima.
e. Setting komunikasi, baik fisik dan sosial relatif kondusif (nyaman dan
menyenangkan dalam proses komunikasi yang diharapkan).
f. Sistem saluran penyampai pesan (metode dan media yang dipakai) sesuai
dengan karakteristik orang lain (sasaran komunikasi) sebagai penerima pesan.
6. Hambatan dalam Komunikasi Persuasif
Dalam upaya membangun komunikasi persuasif perlu memperhatikan
berbagai masalah dan hambatan yang mungkin dijumpai berkaitan dengan beberapa
faktor berikut:
 Perbedaan status (Hambatan Sosiologis)
Komunikasi sering tidak tercapai, bila orang yang terlibat memiliki perbedaan
status sosial yang mencolok.
 Perbedaan Bahasa dan Budaya (Hambatan Antropologis)
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses transformasi nilai sosial
budaya diantara orang yang terlibat. Komunikasi dapat berjalan lancar, bila
dilakukan oleh mereka yang berlatar budaya sama, dimana penggunaan bahasa
dan lambang yang sama akan mudah dipahami diantara mereka.
 Hambatan Psikologis
Prasangka; menjadi pembatas dalam berkomunikasi secara terbuka, jujur,
harmonis dan saling menghormati. Prasangka dalam komunikasi sosial biasanya
karena stereotyping;
Kepentingan pribadi (hidden agendas); komunikasi tidak berlangsung alamiah
dengan aliran pesan saling pengertian, bila satu pihak memiliki kepentingan
yang tidak mewakili kepentingan bersama.
Apriori terhadap perubahan; komunikasi akan terhambat, bila khalayak apriori
terhadap setiap gagasan perubahan yang dirancang sebagai tujuan komunikasi
persuasif. Komunikasi ini harus dibangun atas dasar keterbukaan dan saling
menghargai setiap gagasan inovatif diantara orang yang berkomunikasi.
Pengalaman; Kepribadian dan perilaku umumnya dibentuk oleh pengalaman,
baik yang dialami secara sadar maupun tak disadari. Mereka yang melalui
pengalaman yang berbeda akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan
komunikasi.
 Hambatan Semantik
Ketidakpahaman terhadap penguasaan perbendaharaan kata dan tata bahasa
dapat menimbulkan miskomunikasi dan mispersepsi diantara orang yang
berkomunikasi. Tujuan komunikasi pun akan mengalami kegagalan karena
adanya kesalahan pemahaman tentang pesan yang disampaikan.
 Hambatan Ekologis
Hambatan ini terjadi karena gangguan lingkungan terhadap proses
berlangsungnya komunikasi. Hindarkan situasi dan kondisi lingkungan yang
bising, tidak nyaman dan mengganggu saat membangun proses komunikasi.

B. Komunikasi (Internal dan Eksternal)


1. Komunikasi internal
Komunikasi internal merupakan komunikasi yang terjadi dalam lingkungan
organisasi dan atau lembaga. Pada lingkup organisasional tugas pelayanan sosial
TKS, komunikasi internal ini bisa terjadi antara TKS dengan koleganya, TKS
dengan koordinator di atasnya, dan atau pada level organisasional yang lebih besar
seperti dengan pihak lembaga swasta maupun pemerintahan, baik di daerah maupun
di pusat. Komunikasi ini terjadi karena terdapat sebuah struktur dalam organisasi.
Tujuannya untuk meningkatkan kinerja SDM dalam organisasi. Biasanya terjadi
proses pertukaran informasi diantara batang-batang struktur organisasi. Kualitas
komunikasi ditentukan dari frekuensi dan intensitasnya. Akan selalu ada konflik
dan atau hal yang dianggap tidak sesuai dalam sebuah organisasi.
Menurut Brennan (dalam Effendy 2009:122) “komunikasi internal adalah
pertukaran gagasan diantara para administrator dan petugas dalam suatu organisasi
atau instansi yang menyebabkan terwujudnya organisasi tersebut lengkap dengan
strukuturnya yang khas dan pertukaran gagasan secara horizontal maupun vertikal
dalam suatu organisasi yang menyebabkan pekerjaan berlangsung.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui, bahwa komunikasi internal
merupakan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi
akan berhasil dengan baik apabila timbul saling pengertian. Komunikasi yang baik
dimaksudkan jalinan pengertian antara pihak yang satu ke pihak yang lain, sehingga
apa yang dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan dilaksanakan. Tanpa
adanya komunikasi yang baik, pekerjaan dapat menjadi simpang siur dan tumpang
tindih. Pada akhirnya, tujuan organisasi kemungkinan besar tidak akan tercapai.
Dengan komunikasi, maka seseorang akan menerima berita dan informasi sesuai
dengan apa yang ada dalam pikiran atau perasaan orang lain, sehingga dapat
dimengerti.
Menurut Effendy (2009:122) “komunikasi internal ditunjang oleh dua
komunikasi, yaitu komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal”. Secara
sederhana dapat dipahami sebagai berikut:
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah
komunikasi hierarki secara timbal balik (two-way traffic communication, baik
yang bersifat instruksional, petunjuk, informasi ataupun sebaliknya berupa
laporan, aduan atau saran.
Komunikasi yang dibangun disesuaikan dengan keinginan mereka (perilaku
komunikasi yang diantisipasi), misalnya menanyakan pertanyaan yang relevan,
mendiskusikan maksud sesorang secara terbuka, jujur, merupakan perilaku
komunikatif yang diharapkan dalam komunikasi vertikal, dari dirinya sendiri
atau dari orang lain.
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari
TKS kepada koleganya, koordinator kepada koordinator. Pesan dalam
komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau
mengalir antar bagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran
pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi
untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan masalah yang lainnya,
serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan
khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara
timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak (penerima manfaat)
dan dari khalayak (penerima manfaat) kepada organisasi.
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif,
yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki
keterlibatan, setidak-tidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui
berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel di media cetak
maupun media elektronik; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster;
banner, konferensi pers.
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai
efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi
yang disebarkan kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya
kontroversial, maka ini disebut opini publik.
LEMBAR BACAAN 2

RELASI SOSIAL

A. Pengertian Relasi Sosial


Relasi Sosial berbeda dari relasi personal dalam arti bahwa tujuan pekerjaan
sosial pada akhirnya mendefinisikan tujuan relasi. Jadi tujuan dasar pekerjaan sosial -
“untuk mempromosikan atau memulihkan suatu interaksi yang saling menguntungkan
antara individu dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas kehidupan bagi setiap
orang” (NASW Working Statement, 1981, dalam DuBois & Miley, 2006: 201).
Terkadang relasi muncul dari keprihatinan, kepedulian, dan penghormatan terhadap
orang lain melalui kata-kata, tindakan-tindakan, dan suatu kemauan untuk
mendengarkan. Suatu relasi “tidak dapat ditukangi. Ia bermula pada saat dua orang
berjumpa. Ia bertumbuh ketika kedua orang itu bekerjasama, tetapi ia tidak dapat
dipaksa atau diburu-buru” (Keith-Lucas, 1972: 48, dalam DuBois & Miley, 2006:
201). Relasi yang dibangun terdiri dari dua sisi yaitu sebagai usaha penerima manfaat
dan hasil praktisi (TKS).
Melalui dialog, penerima manfaat dan TKS membentuk relasi kemitraan
mereka, mengalamatkan perbedaan-perbedaan kekuasaan, dan mengembangkan ritme
pelayanan sosial yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam proses penemuan,
mereka mengkontekstualisasikan masalah-masalah pribadi untuk mencakup dimensi-
dimensi sosiopolitik yang relevan dan memperluas arena potensi solusi-solusi di luar
penyesuaian pribadi untuk mencakup perubahan level makro.
Penerima manfaat yang dicap “tidak termotivasi” atau “sulit dijangkau” dapat
bertindak secara berbeda dan menolak usaha TKS sebagai praktisi sosial untuk
bekerjasama dengannya. TKS harus menggunakan relasi pertolongan untuk
meningkatkan motivasi dan harapan penerima manfaat. Tanpa memandang keadaan
atau lingkungan yang menyebabkan mereka (Penerima manfaat dan TKS)
bekerjasama. Pertolongan sosial yang berbasis pemberdayaan berusaha untuk
mengembangkan relasi kerja yang produktif yang mencerminkan kemitraan dengan
sistem klien, sejak dari awal kerjasama. Relasi sosial yang positif adalah landasan bagi
proses pemberian bantuan. Adalah tanggung jawab praktisi sosial untuk memulai dan
mempertahankan interaksi yang saling menghormati dengan penerima manfaat yang
mencerminkan kehangatan, ketulusan dan kepekaan budaya.

B. Keterampilan Interpersonal Dalam Membangun Relasi Sosial


Ada beberapa keterampilan interpersonal yang diharapkan dimiliki TKS
sebagai pendamping sosial dalam membangun budaya kerja dan kinerja dalam tugas-
tugas pendampingan sosialnya mencakup:
a. Kemampuan Personal
• Sehat secara psikologis
• Nyaman untuk membicarakan masalah-masalah yang umum dan luas
• Memiliki kesadaran diri
• Memiliki kemampuan dalam menetapkan batasan, antara area pribadi maupun
profesional
• Memiliki pengetahuan dan kompetensi terkait kompleksitas permasalahan sosial
b. Ketulusan
• Memiliki minat yang kuat untuk membantu orang lain
• Memiliki kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain tanpa pura-pura
• Memiliki keinginan yang tulus untuk memahami orang lain
• Memiliki kejujuran dalam menjalin hubungan atau bekerja dengan orang lain
c. Kesiapan/kesegeraan
• Menghadiri sesi dan berbagi mengenai apa yang terjadi, dalam konteks
hubungan profesional
• Fokus pada masalah yang dihadapi
• Memperhatikan masalah yang penting bagi orang yang dilayani
• Luwes dan pandai dalam mengalihkan topik bila diperlukan
d. Hangat dan Empatik
• Keramahan yang tulus
• Memperlihatkan sifat kemanusiaan
• Menerima siapapun apa adanya
• Menunjukkan pengertian
Empatik merupakan sebuah proses aktif perasaan anda terhadap orang lain, yang
menempatkan anda pada posisi orang tersebut, sehingga dapat merasakan dan
memahami perasaan orang tersebut (meskipun tidak sama persis)
e. Saling Menghargai dan Menghormati
• Menghargai adalah sebuah bentuk perilaku dari menghormati
• Menghormati adalah sebuah perilaku; yang harus ditunjukkan
• Sikap menghargai ini mencakup tidak menghakimi, berpikiran terbuka, dan
objektif
• Sikap menghormati berarti menunjukkan sikap peka terhadap sesama dan dapat
dipercaya
• Yakin dan percaya bahwa seseorang dapat dan mampu memecahkan masalah
mereka sendiri

C. Komunikasi Non Verbal Dalam Membangun Relasi Sosial


Ekspresi wajah, kontak mata, gestur, sikap tubuh, dan posisi dapat
“mengkomunikasikan” pesan sama seperti komunikasi verbal (bahkan melebihi),
sebagian besar tidak disadari dan dipelajari saat masa kanak-kanak dari keluarga dan
budaya. TKS harus; memperhatikan tanda-tanda non verbal dari penerima manfaat dan
mawas diri.
Berikut ini adalah contoh komunikasi non verbal berdasarkan budaya, yaitu:
• Kontak mata: Pertanda “ketertarikan dan menghormati” atau mengganggu,
mendominasi, dan tidak sopan?
• Gerak tubuh: Ekspresif sesuai norma atau bahkan mengintimidasi?
• Posisi kedekatan dan sentuhan
• Beberapa komunikasi non-verbal yang berlaku secara umum di berbagai budaya,
seperti:
 Respon terhadap kecemasan
 Tanda kemarahan
 Tanda ketertarikan
• Sentuhan (haptic)
Untuk sebagian orang, sentuhan ringan pada tangan atau pundak akan membuat
mereka merasa lebih nyaman dan dipedulikan.
LEMBAR BACAAN 3

KERJASAMA TIM

A. Pengertian Kerjasama
Pengertian kerja sama adalah sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh
dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerja
sama dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan
kinerja dan prestasi kerja. Kerja sama dalam tim kerja akan menjadi suatu daya dorong
yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam
kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik dengan dilandasi kesadaran tanggung jawab
tiap anggota dan atau kolega dalam sebuah tim kerja.
Sebagaimana yang dinyatakan Tracy (2006) bahwa, kerjasama dapat
meningkatkan komunikasi dalam kerja tim di dalam dan di antara bagian-bagian
organisasi/lembaga. Kerja sama mengumpulkan bakat, berbagi tugas dan tanggung
jawab untuk mencapai tujuan bersama. Menurut West (2002), kerja sama dilakukan
oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara individual telah banyak riset
membuktikan, bahwa kerja sama secara tim (kelompok) mengarah pada efisiensi dan
efektivitas yang lebih baik, sangat berbeda halnya dengan kerja yang dilaksanakan
hanya secara perorangan. 1
Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama (Soekanto, 1990).
Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja untuk mencapai suatu hasil
(Baron & Byane, 2000). Kerjasama adalah adanya keterlibatan secara pribadi diantara
kedua belah pihak demi tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi secara
optimal (Sunarto, 2000).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah
suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok diantara kedua belah
pihak manusia untuk tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih
baik. Jika tujuan yang ingin di capai berbeda, maka kerjasama tidak akan tercapai.
B. Cara Membentuk Kerjasama Tim
Pentingnya kerjasama tim dalam organisasi adalah untuk mencapai tujuan
dengan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan apa yang diharapkan bersama.
Seorang pemimpin tim mendapatkan banyak manfaat dari anggota lain dari tim,
mempengaruhi, membimbing, memberi inspirasi, dimana semuanya dapat
mempengaruhi motivasi para anggota tim dalam menggunakan cara-cara positif. Jika
pemimpin tidak dapat membangun kerjasama tim yang baik, otomatis akan
menghambat untuk mencapai tujuan atau bahkan menghasilkan hasil kinerja yang
tidak sesuai apa yang diinginkan. Pemimpin tim yang efektif tidak hanya bicara saja
tetapi mereka juga menunjukkan, membenarkan, mendorong, dan mendesak setiap
langkah. 2
Kerjasama tim yang baik akan berhasil diwujudkan dengan melakukan
beberapa cara berikut:
1. Membangun kepercayaan dan saling menghormati
Tim yang terdiri dari beberapa orang sudah pasti mempunyai pendapat masing-
masing yang berbeda, sebagai tim harus bisa saling menghormati pendapat masing-
masing serta pemikiran yang lainnya. Dengan saling percaya dan saling
menghormati yang kuat akan mempermudah bekerja sama.
2. Sebagai pemimpin harus dapat memfasilitasi komunikasi di antara anggota tim
Dengan dilakukannya komunikasi yang terbuka dan jujur akan membangun
komunikasi yang baik pula antara anggota tim bahkan dengan komunikasi yang
terbuka dan jujur kepada pemimpin juga akan meminimalisir kesalahpahaman yang
akan terjadi. Setiap orang yang ada dalam anggota tim berhak untuk
mengekspresikan dirinya dalam arti bebas untuk memberi opini atau solusi untuk
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh tim.
3. Menanamkan sikap saling memiliki (Sense of belonging)
Sikap saling memiliki akan muncul dan akan semakin mendalam ketika sebuah tim
sering menghabiskan waktu bersama untuk mengembangkan norma. Dan sebaiknya
seorang pemimpin tim harus mengikut sertakan anggota tim nya dalam proses
pengambilan keputusan sebagai realisasi dari kerja sama tim bersama.
4. Pengkajian performa tim dan umpan balik
Pengkajian performa harus dilakukan ulang setelah selesai kerjasama tim untuk
melihat apakah sudah sesuai ekspetasi dan apakah sudah sesuai dengan tujuan tim.
Sebagai pemimpin juga sangat perlu untuk memberikan umpan balik kepada
anggota tim nya berupa diberikannya reward (hadiah) dan intensif seperlunya untuk
meningkatkan motivasi para anggota tim agar kinerja nya semakin baik dan
meningkat dimasa yang akan datang dan sebagai bukti penghargaan atas kerja sama
yang telah dilakukannya. Sehingga anggota tim tidak melakukan kecurangan
karena tidak diberikan penghargaan sama sekali, hal tersebut akan menurunkan
motivasi anggota tim. Oleh karena itu, perlu dibuat sistem yang efektif dan efesien
untuk mencegah dan meningkatkan kinerja tim. Budaya yang baik sangat
berpengaruhi untuk perkembangan karakter tim dan keberhasilan kerjasama tim
dalam sebuah pelayanan dan pendampingan. Dapat disimpulkan bahwa suksesnya
sebuah organisasi dalam mencapai tujuan adalah tergantung dengan kerjasama tim
yang ada dalam organisasi tersebut. Bagaimana TKS membangun tim menjadi tim
yang solid untuk berkerjasama dalam mencapai tujuan sesuai ekspektasi dan visi
misi organisasinya.
REFERENSI

Achlis. 1992. Komunikasi Pekerjaan Sosial. Bandung: An Naba STKS & Socialia Jakarta;

Dubois, Brenda and Miley, Karla Krogsrud. 2006. Social Work An Empowering
Profession. Boston: Allyn and Bacon.

DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar. Edisi Kelima.
Terjemahan Ir. Agus Maulana, MSM. Jakarta: Professional Books;

Effendi, Onong U. 1992. Spektrum Komunikasi. Bandung: CV. Mandar Maju;

. 1992. Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya;

Hepworth, Dean H and Larsen, Jo Ann. 1993. Direct Social Work Practice: Theory
and Skill. Pacific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Co.

Modul Pelatihan Dasar Pekerjaan Sosial. 2016. Jakarta: Pusdiklat Kesejahteraan Sosial.

Moriotti, John L,. 1966. The Power of Partnerships. Massachussets. USA: Blackwell
Publishers.

Mulyana D. & Rakhmat, J. 1996. Komunikasi Antar Budaya : Panduan Berkomunikasi


Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Ed. Ke-2. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roberts, Albert R., and Greene., Gilbert J. (2008). Social Worker’ Desk Reference
Diterjemahkan oleh Juda Damanik, MSW dan Cynthia Pattiasina, MSW, MPIA
menjadi Buku Pintar Pekerja Sosial. Jilid 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Satriawan. 2003. Profesionalitas Pekerja Sosial dalam Tinjauan Komunikasi Kemanusiaan


(Karya tulis di lingkungan intern Perpustakaan BBPPKS Bandung);

REFERENSI ELEKTRONIK

Sumber: https://www.kompasiana.com/taniaprtw/5b5709386ddcae0cac448b12/cara-
membangun-kerjasama-tim-dalam-organisasi?page=all diakses hari Jumat, tanggal 31
Januari 2020, jam 15.58

Sumber: http://lenterainsan.com/pentingnya-kerjasama-tim-detail-56555 diakses hari


Jumat, tanggal 31 Januari 2020, jam 16.05
SOAL LATIHAN

1. Langkah awal membangun situasi dan kondisi komunikasi agar efektif, diantaranya
dilakukan dengan:
A. Apriori B. Evaluasi C. Stereotyping D. Mengabaikan
terhadap obyektif atas pesan non verbal
gagasan kredibilitas diri
sebagai sumber
informasi

2. Tolok ukur keberhasilan komunikasi efektif dapat dilihat bila:


A. Adanya B. Pengalaman C. Setting D. Jawaban A, B, dan
kepercayaan yang sama komunikasi fisik C benar
dan daya tarik/ tentang isi pesan dan sosial relatif
kesesuaian dan kemampuan kondusif, serta
pesan dengan menafsirkan sistem saluran
penerima pesan antar orang pesan, sesuai
pesan. yang indera penerima
berkomunikasi. pesan.

3. Komunikasi yang terjadi memiliki ciri berikut ini, kecuali:


A. Ada dua pihak B. Apa saja yang C. Komunikasi D. Pesan yang
yang memiliki ingin dibatasi oleh dikomunikasikan
kepentingan dikomunikasikan waktu dan jarak. dan makna
bersama untuk dapat berbentuk sebenarnya
saling berbagi verbal dan diterima secara
informasi dan nonverbal. utuh.
pengetahuan.

4. Komunikasi non verbal berdasarkan budaya meliputi:


A. Kontak mata, B. Kontak mata, C. Kontak mata, D. Kontak mata,
gerak tubuh, gerak tubuh, gerak tubuh, gerak tubuh, jarak
jarak fisik, dan jarak fisik, dan zona jarak, dan fisik, dan kerlingan
lambaian anggukan sentuhan mata

5. Pertukaran gagasan diantara administrator dan petugas dalam suatu organisasi atau
lembaga yang menyebabkan terwujudnya organisasi, lengkap dengan strukuturnya yang
khas, disebut:
A. Komunikasi B. Komunikasi C. Komunikasi D. Komunikasi
internal eksternal formal transaksional

6. Pilih pernyataan dalam konteks relasi TKS yang menurut anda tidak tepat:
A. TKS harus B. Pertolongan C. Relasi sosial D. Relasional adalah
menerapkan sosial berbasis yang positif tanggung jawab
relasi pemberdayaan adalah landasan TKS untuk
pertolongan berusaha bagi proses memulai dan
untuk mengembangkan pemberian mempertahankan
meningkatkan relasi emosional bantuan. interaksi saling
harapan dengan sistem dengan penerima
penerima klien, sejak awal manfaat
manfaat. kerjasama.

7. Keterampilan interpersonal yang sebaiknya dimiliki TKS sebagai pendamping sosial


dalam membangun relasi sosial diantaranya:
A. Sehat secara B. memiliki C. memiliki D. Keramahan yang
psikologis, kesadaran diri, keinginan tulus tulus,
nyaman untuk kemampuan untuk memahami memperlihatkan
membicarakan menetapkan orang lain, jujur, sifat humanis,
masalah yang batasan, minat fokus pada menerima
umum dan luas, yang kuat berbagai masalah siapapun dengan
saling membantu orang yang ada, luwes syarat dan
menghargai lain, kemampuan dan pandai ketentuan, dan
dan menjalin mengalihkan mampu
menghormati, hubungan topik, dan berempati
serta mampu kepura-puraan, mampu
berempati. dan mampu berempati.
berempati.

8. Mana pernyataan berikut ini yang menurut anda paling tepat:


A. Kerjasama B. Kerjasama C. Kerjasama dapat D. Kerjasama dapat
adalah adanya sebagai usaha meningkatkan meningkatkan
keterlibatan bersama antara komunikasi komunikasi
secara pribadi orang/kelompok intrapersonal interpersonal
demi mencapai untuk mencapai dalam kerja tim dalam kerja tim
penyelesaian tujuan bersama diantara bagian secara organisasi
masalah organisasi

9. Mana pernyataan berikut ini yang menurut anda belum tepat:


A. Seorang B. Pengaruh, C. Jika pemimpin D. Pemimpin yang
pemimpin tim bimbingan, dan tidak dapat efektif cukup
mendapatkan inspirasi, dapat membangun menyampaikan
banyak manfaat mempengaruhi kerjasama tim informasi lisan
dari anggota motivasi akan dengan berbicara
lain dari tim anggota tim menghambat dengan anggota
secara positif capaian tujuan tim

10. Untuk mewujudkan kerjasama tim yang baik, maka perlu dihindari:
A. Membangun B. Memfasilitasi C. Menanamkan D. Mengutamakan
kepercayaan komunikasi sikap saling tujuan dengan
dan saling antar anggota memiliki mengabaikan
menghormati umpan balik
BAHAN TAYANG POWERPOINT (PPT)

Anda mungkin juga menyukai